bab ii kajian pustaka -...

25
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini akan membahas kajian teori yang berisi tentang dua bahasan. Bahasan yang pertama akan dijelaskan secara rinci pengertian LKS, fungsi dan kegunaan LKS, jenis-jenis LKS, syarat-syarat penulisan LKS, dan langkah- langkah penyusunan LKS. Bahasan yang kedua berisi tentang pembelajaran tematik terintegrasi, pembelajaran saintifik di SD, serta LKS dengan konsep tematik terintegrasi. Selain kajian teori bab ini berisi kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan berkenaan dengan pengembangan bahan ajar LKS yang akan peneliti susun. 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan membahas pengertian dari LKS, pembelajaran dengan konsep tematik terintegrasi, pendekatan saintifik, dan bagaimana pengembangan LKS. Pembahasannya akan dijabarkan sebagai berikut. 2.1.1 LKS 2.1.1.1 Pengertian LKS Dalam pencapaian keberhasilan suatu pembelajaran khususnya di SD, banyak faktor pendukung yang harus dimiliki dan digunakan guru maupun siswa, baik berupa metode, media pembelajaran, dan bahan ajar, baik berupa cetak maupun non cetak. Salah satu sumber pembelajaran cetak yang paling banyak digunakan untuk membantu pencapaian pembelajaran adalah LKS. Terdapat beberapa pandangan dan pendapat mengenai pengertian LKS. Sebagaimana diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (Diknas, 2004) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Suatu tugas yang diperintahkan dalam Lembar Kerja Siswa harus jelas kompetensi dasar yang harus dicapai. LKS yang baik dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan di era ini, merupakan LKS yang dapat mengembangkan pemikiran dan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah, maupun menemukan hal yang baru dalam pemantapan dan pemahaman materi ajar. Pernyataan ini sesuai dengan

Upload: truongthu

Post on 09-Apr-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas kajian teori yang berisi tentang dua bahasan.

Bahasan yang pertama akan dijelaskan secara rinci pengertian LKS, fungsi dan

kegunaan LKS, jenis-jenis LKS, syarat-syarat penulisan LKS, dan langkah-

langkah penyusunan LKS. Bahasan yang kedua berisi tentang pembelajaran

tematik terintegrasi, pembelajaran saintifik di SD, serta LKS dengan konsep

tematik terintegrasi. Selain kajian teori bab ini berisi kajian hasil penelitian yang

relevan, kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan berkenaan dengan

pengembangan bahan ajar LKS yang akan peneliti susun.

2.1 Kajian Teori

Pada kajian teori akan membahas pengertian dari LKS, pembelajaran

dengan konsep tematik terintegrasi, pendekatan saintifik, dan bagaimana

pengembangan LKS. Pembahasannya akan dijabarkan sebagai berikut.

2.1.1 LKS

2.1.1.1 Pengertian LKS

Dalam pencapaian keberhasilan suatu pembelajaran khususnya di SD,

banyak faktor pendukung yang harus dimiliki dan digunakan guru maupun siswa,

baik berupa metode, media pembelajaran, dan bahan ajar, baik berupa cetak

maupun non cetak. Salah satu sumber pembelajaran cetak yang paling banyak

digunakan untuk membantu pencapaian pembelajaran adalah LKS. Terdapat

beberapa pandangan dan pendapat mengenai pengertian LKS. Sebagaimana

diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (Diknas, 2004) LKS

adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

Suatu tugas yang diperintahkan dalam Lembar Kerja Siswa harus jelas

kompetensi dasar yang harus dicapai.

LKS yang baik dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan di era

ini, merupakan LKS yang dapat mengembangkan pemikiran dan kemampuan

siswa dalam memecahkan suatu masalah, maupun menemukan hal yang baru

dalam pemantapan dan pemahaman materi ajar. Pernyataan ini sesuai dengan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

8

yang dikemukakan oleh Muslimin Ibrahim (dalam Trianto (2011:244) yang

menyatakan bahwa LKS digunakan untuk mengaktifkan siswa, membantu siswa

dalam menemkan dan mengembangkan konsep, melatih siwa menemukan konsep,

menjadi alternative cara penyajian materi pelajaran yang menekanan keaktifan

siswa, serta dapat memotivas siswa.

Dari beberapa pendapat ahli yang sudah diuraikan dapat didefinisikan

bahwa, pada dasarnya LKS merupakan sekumpulan ringkasan dari materi

pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dan pembelajaran yang sudah

didapat siswa, serta terdapat latihan untuk siswa yang disusun secara terstruktur

langkah demi langkah secara teratur dan sistematis, sehingga siswa dapat

mengikutinya dengan mudah. Oleh karena itu, LKS yang dikerjakan secara

mandiri oleh siswa diharapkan dapat menumbuhkan pemikiran yang aktif dan

kretif, melalui rangkuman dan latihan soal yang terdapat di dalam LKS.

2.1.1.2 Fungsi dan Kegunaan LKS

LKS yang disesuaikan dengan materi dan pembelajaran yang didapat

siswa, akan menunjang serta mempermudah pemahaman siswa dalam penguasaan

materi. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Andi Prastowo (2011: 205-207)

menyatakan bahwa LKS sangat penting dalam pembelajaran, yang tidak lepas dari

pengkajian tentang fungsi, tujuan, dan kegunaan LKS itu sendiri. Berikut adalah

penjabaran dari masing-masing kajian tersebut.

Terdapat empat fungsi dari LKS sebagai berikut.

a) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun

lebih mengaktifkan peserta didik;

b) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami

materi yang diberikan;

c) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta

d) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Dalam hal ini paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan

penyusunan LKS, yaitu :

a) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk

berinteraksi dengan materi yang diberikan;

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

9

b) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik

terhadap materi yang diberikan;

c) Melatih kemandirian belajar peserta didik; dan

d) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

Sehingga dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa, LKS disusun untuk

mempermudah guru maupun siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran,

menuntun siswa untuk bekerja dan memecahkan masalah secara mandiri.

Sehingga secara tidak langsung akan membentuk karakter yang pekerja keras,

tidak mudah menyerah yang ditunjukkan dalam memecahkan suatu masalah

melalui pengerjaan tugas secara mandiri. Serta LKS juga berguna untuk melatih

siswa dalam mengembangkan pemikirannya untuk lebih aktif dan kreatif.

Mengenai kegunaan LKS bagi kegiatan pembelajaran tentu saja ada cukup

banyak kegunaan. Bagi pendidik misalnya, melalui LKS meraka mendapat

kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan

materi yang dibahas. Salah satu metode yang biasa diterapkan untuk mendapatkan

hasil yang optimal dari pemanfaatn LKS adalah metode “SQ3R” atau Surey,

Question, Read, Recite, and Review (menyurvei, membuat, pertanyaan, membaca,

meringkas, dan mengulang). Adapun penjelasan masing-masing tahap itu adalah

sebagai berikut.

Pertama, tahap survey. Pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk

membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan

materi jika diberikan. Kedua, taham question. Pada kegiatan ini, peserta didik

diminta untuk menuliskan beberapa pernyataan yang harus merka jawab sendiri

pada saat membaca materi yang diberikan.

Ketiga, tahap read. Pada kegiatan ini, peserta didik dirangsang untuk

memperhatikan pengorganisasian materi dan membubuhkan tanda tangan khusus

pada matiri yang diberikan. Contohnya, peserta didik diminta untuk

membubuhkan tanda kurung pada ide utama, menggarisbawahi rincian yang

menujang ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah kita siapkan pada

tahap question.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

10

Keempat, tahap recite. Pada kegiatan ini, peserta didik, diminta untuk

menguji diri merka sendiri pada saat membaca, kemudian diminta untuk

meringkas materi menggunakan kalimat mereka sendiri. Kelima, tahap reviw.

Pada tahap ini, peserta didik diminta sesegera mungkin untuk melihat kembali

materi yang sdah selesai dipelajari sesaat setelah selesai mempelajri materi

tersebut.

Jadi dalam penggunaan dan pemanfaatkan LKS yang sudah dijabarkan,

dapat disimpulkan bahwa, siswa tidak serta merta hanya mengerjakan soal-soal

dan latihan yang tersaji didalamnya saja. Namun sebelum itu juga mereka harus

melalui proses berupa pengamatan dan pemahaman materi secara menyeluruh

sesuai dengan petunjuk-petunjuk pengerjaan LKS. Dengan demikian apabila

siswa sudah mampu melalui langkah demi langkah untuk pemahaman dan

pengerjaan tugas dalam LKS secara mandiri, diharapkan kedepannya mereka bisa

menerapkan proses ilmiah yang terdapat dalam LKS untuk diterapkan pada

pemecahan suatu masalah pembelajaran lainnya.

2.1.1.3 Jenis-jenis LKS

Sama halnya dengan bahan ajar yang memilki banyak variasi, seperti

macam-macam komik pembelajaran, dan modul. LKS pun juga memilki berbagai

jenis yang memilki fungsi yang bergam, seperti yang dijabarkan oleh

(Muhammad Rohman, 2013), mengenai jenis-jenis LKS dan berikut

penjelasannya:

a. LKS yang Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep

LKS ini menyajikan suatu fenomena sederhana baik itu yang terjadi di

lingkungan sosial anak maupun fenomena-fenomena alam yang berkaitan dengan

materi ajar. Siswa diminta untuk mengamati fenomena tersebut. Selama proses

mengamati ini, aktivitas mental siswa berlangsung berupa menalar, menganalisis,

dan sebagainya. Proses ini merupakan proses mengonstruksi ilmu pengetahuan

yang ada dalam otak siswa dan menghubungkan dengan pengetahuan baru yang

didapatnya. Setelah proses konstruksi ini maka siswa akan mendapatkan atau

menemukan konsep baru berkaitan dengan materi yang dipelajarinya. Penemuan

konsep baru ini tidak lepas dari bimbingan guru berupa penyajian pertanyaan-

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

11

pertanyaan analisis untuk membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati

dengan konsep baru yang akan dibangun siswa dalam benaknya.

b. LKS yang Membantu Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Suatu

Konsep yang Telah Ditemukan

Setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa dilatih untuk

menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan suatu

konsep yang telah ditemukan yaitu LKS tentang gaya dan gerak yang dapat

melatihkan kemampuan merancang dan melaksanakan percobaan bagi siswa.

Konsep gaya dan gerak ini dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan

berada di lingkungan sekitar siswa.

c. LKS yang Berfungsi Sebagai Penuntun Belajar

LKS ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku

pelajaran. Siswa tidak akan dapat mengerjakan LKS ini dengan benar jika tidak

membaca buku pelajaran terlebih dahulu, sehingga fungsi utama LKS ini adalah

membantu siswa menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di

dalam buku. LKS jenis ini juga sesuai dengan keperluan remidi.

d. LKS yang Berfungsi Sebagai Penguatan

LKS ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. LKS

jenis ini hampir sama dengan LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar,

namun materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS ini lebih mengarah pada

pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku

pelajaran. LKS jenis ini cocok untuk pengayaan.

e. LKS yang Berfungsi Sebagai Petunjuk Praktikum.

LKS jenis ini umumnya terdapat pada pembelajaran sains. Mengacu

kepada Meril Physcal Science: Laboratory Manual dalam Muhammad Rohman

(2013), isi petunjuk praktikum diorganisasikan adalah (a) pengentar berisi uraian

singkat dari materi pelajaran berupa konsep-konsep yang berkaitan dengan

praktikum; (b) tujuan berisi kompetensi atau indikator yang ingin dicapai oleh

siswa berkaitan dengan permasalahan yang diungkapkan pada pengantar atau

berkaitan dengan unjuk kerja siswa; (c) alat dan bahan yang diperlukan untuk

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

12

praktikum; (d) prosedur kegiatan berisi instruksi kepada siswa untuk melakukan

kegiatan secara terstruktur atau terurut; (e) data hasil pengamatan berisi tabel atau

grafik kosong untuk diisi siswa sesuai hasil praktikum; (f) analisi yang berisi

bimbingan untuk melakukan analisis data pengamatan; (g) kesimpulan berisi

pertanyaan-pertanyaan yang dirancang guru untuk menghasilkan jawaban berupa

kesimpulan dari siswa; (h) langkah selanjutnya yaitu berisi kegiatan perluasan,

proyek, atau telaah pustaka untuk membantu siswa belajar lebih lanjut berkaitan

dengan materi pelajaran atau materi praktikum yang telah dilakukan serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan tersebut, dapat diidentifikasi

bahwa LKS digunakan untuk memantapkan dan memperdalam konsep siswa

dalam memahami suatu materi. Selain melalui latihan soal dan pengerjaan tugas,

ada pula LKS yang ditujukan untuk menuntun siswa untuk memperkuat konsep

melalui percobaan yang langkah dan caranya dituangkan di dalam LKS. Jadi LKS

bukan hanya dapat digunakan untuk pengerjaan soal latihan saja, namun juga

dapat dimanfaatkan untuk mencari menarik kesimpulan pada sebuah konsep yang

dipelajari melalui percobaan yang dapat dilakukan , baik secara mandiri maupun

berkelompok.

2.1.1.4 Kriteria Penulisan LKS

Setelah mengetahu tujuan, fungsi dan jenis-jenis LKS. Penulis akan

menjabarkan apa saja syarat-syarat penulisannya, LKS yang disusun harus

memenuhi kriteria-kriteria tertentu agar menjadi LKS yang berkualitas, sesuai

yang diungkapkan oleh Muslimin Ibrahim dalam (Trianto 2011:224). Terdapat

empat kriteria yang harus dipenuhi, sebagai berikut.

a. Mengacu pada kurikulum

b. Mendorong siswa untuk belajar dan bekerja

c. Bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami

d. Tidak dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujikan guru

dengan cara duplikasi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

13

2.1.1.5 Pengembangan LKS

Pada dasarnya sebuah LKS yang digunakan dalam pembelajaran,

merupakan sumber belajar siswa yang tidak hanya memuat ringkasan materi saja,

namun juga terdapat langkah-langkah penemuan suatu konsep baru maupun tugas

yang dapat menumbuhkan keaktifan dan kreatifitas siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Agas LKS pembelajaran dapat difungsikan secara baik, maka perlu

mengetahui syarat dalam mengembangkan LKS pembelajaran sesuai yang

diungkapkan oleh Muslimin Ibrahim (dalam Trianto (2011:244-245) yaitu

terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi dalam mengembangkan LKS, yaitu

persyaratan pedagogic, persyaratan konstruksi, dan teknis. Persyaratan pedagogik:

LKS harus mengikuti asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti memberi

tekanan pada proses penemuan konsep atau sebagai petunjuk mencari tahu dan

mempertimbangkan perbedaan individu, sehingga LKS menggunakan berbagai

strategi. Persyaratan konstruksi: menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa, menggunakan struktur kalimat yang sederhana, pendek, dan

jelas tidak berbelit, memiliki tata urutan yang sistematik, memiliki tujuan belajar

yang jelas, memiliki identitas untuk memudahkan pengadministrasisan.

Persyaratan teknis: mencakup tulisan, gambar, dan tampilan. Tulisan

menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topic, bukan huruf biasa yang

diberi garis bawah, jumlah kata dalam satu baris tidak lebih dari 10 kata. Gambar

harus bisa menyampaikan pesan atau isi secara efektif. Gambar harus cukup besar

dan jelas detailnya. Tampilan disusun sedemikain rupa sehingga ada harmonisasi

antara gambar dan tulisan, tampilan harus menarik dan menyenangkan untuk

meningkatkan motivasi.

Dari pendapat ahli yang telah diuraiakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengembangan LKS harus disesuaikan dengan tingkat berfikir dan karakeristik

siswa SD pada umumnya. Sehingga LKS yang dikembangkan nantinya, akan

mudah dimengerti dan dapat ditelaah siswa walaupun dikerjakan secara mandiri.

2.1.1.6 Langkah-langkah Penyususnan LKS

Pada dasarnya pembelajaran dapat dikatakan lengkap apabila guru dapat

mengembangkan bahan ajar khususnya LKS, supaya siswa dapat berperan aktif

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

14

dalam kegiatan belajar mengajar. LKS yang dikembangkanpun harus sesuai

dengan tuntutan kurikulum yang berlaku dan karaktareristik pembelajaran.

Pengembangan LKS memerlukan persiapan yang matang dalam

perencanaan materi (isi) dan tampilan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Materi LKS harus diturunkan dari Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar

yang telah ditetapkan, dan tampilan (desain) dikembangkan untuk memudahkan

siswa berinteraksi dengan materi yang diberikan. Adapun langkah-langkah dalam

pembuatan LKS menurut Diknas dalam Prastowo 2012 (212:215) adalah sebagai

berikut:

a. Melalukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS.

Langkah ini dimaksdukan untuk menentukan materi-materi mana yang

memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah

analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar,

serta materi yang akan diajarkan. Selanjutnya kita harus mencermati kompetensi

yang mesti dimiliki oleh peserta didik. Jika semua langkah tersebut telah

dilakukan, maka kita harus bersiap untuk memasuki langkah berikutnya, yaitu

menyusun peta kebutuhan LKS.

b. Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus

ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya. Sekuens LKS diperlukan dalam

menentukan prioritas penulisan yaitu diawali dengan analisis kurikulum dan

analisis sumber belajar

c. Menentukan Judul-Judul LKS

Judul LKS ditentukan atas dasar Kompetensi Dasar (KD). Materi-materi

pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurilkulum. Satu KD dapat

dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan

besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam

Materi Pokok (MP) mendapatkan maksimal empat (4) MP, maka kompetensi itu

telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi

lebih dari empat (4) MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah

menjadi dua judul LKS. Jika judul LKS telah ditentukan, maka langkah

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

15

selanjutnya yaitu mulai melakukan penulisan.

d. Penulisan LKS

Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai

berikut.

1) Merumuskan KD dan Indikator

Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen BSNP.

Kesesuaian materi dengan kompetensi dasar sesuai dengan prinsip-prinsip dalam

pemilihan materi pembelajaran.

2) Menentukan Alat Penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Karena

pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, dimana

penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi maka penilaian melalui

proses dan hasilnya.

3) Menyusun Materi

Materi LKS tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat

berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi

yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku,

majalah, internet, dan jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap

materi lebih kuat, maka dalam LKS harus ditunjukkan referensi yang dapat

digunakan agar siswa dapat membaca lebih jauh materi tersebut. Selain itu, tugas

yang diberikan kepada siswa juga harus jelas.

4) Memperhatikan Struktur LKS

Langkah terakhir dalam penyusunan LKS, adalah memahami bahwa

struktur LKS terdiri dari 6 komponen yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi

yang akan dicapai, informasi pendukung tugas dan langkah kerja, serta penilaian.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan, penulis menyesuaikan langkah

pembuatan LKS dengan tahapan pengembangan ADDIE. Pada tahap

pengembangan penulis menggunakan langkah-langkah pembuatan LKS dengan

konsep tematik terintegrasi dan pendekatan saintifik sebagai berikut. Pertama

ialah mengumpulkan referensi materi, kedua menyusun kerangka LKS, ketiga

ialah merancang pembelajaran sesuai tujuan pembuatan LKS, keempat menyusun

LKS sesuai kerangka dan alur pembelajaran, kelima yaitu melengkapi unsur LKS

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

16

sesuai kerangka, dan yang terakhir adalah merancang tampilan.

2.1.2 Pembelajaran Tematik Terintegrasi

Dalam kurikulum terbaru pendidikan di Indonesia, yaitu kurikulum 2013.

Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran tematik

terintegrasi. Hal ini sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh(

Permendikbud No: 57 th 2014), dengan pengertian pembelajaran tematik

merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk

mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai

pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan,

sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata

pelajaran.Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema

yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran, untuk mengajar satu atau

beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi.

Pembelajaran dengan menggunakan model tematik terpadu akan

membentuk pemikiran yang aktif dan kretif pada diri siswa, seperti yang

diungkapkan oleh bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu

yang menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa aktif

terlibat dalam proses pembelajaran dan pemberdayaan dalam memecahkan

masalah, sehingga hal ini menumbuhkan kretivitas sesuai dengan potensi dan

kecenderungan mereka yang berbeda satu dengan yang lain. Sekaligus dengan

diterapkannya pembelajaran tematik, siswa diharapkan dapat belajar dan bermain

dengan kreaivitas yang tinggi.

Pembelajaran tematik berdasar pada filsafat konstruktivisme yang

berpandangan bahwa pengetahuan yang dimiliki peserta didik merupakan hasil

bentukan peserta didik sendiri. Peserta didik membentuk pengetahuannya

melalui interaksi dengan lingkungan, bukan hasil bentukan orang lain. Proses

pembentukan pengetahuan tersebut berlangsung secara terus menerus sehingga

pengetahuan yang dimiliki peserta didik menjadi semakin lengkap. Pembelajaran

tematik menekankan pada keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses

pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

17

dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang

dipelajarinya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt,

termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan

berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran tematik lebih

menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning

by doing).

Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar

yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar peserta didik. Pengalaman

belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses

pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari

akan membentuk skema, sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan

kebulatan pengetahuan. Selain itu, penerapan pembelajaran tematik di sekolah

dasar akan sangat membantu peserta didik dalam membentuk pengetahuannya,

karena sesuai dengan tahap perkembangannya peserta didik yang masih melihat

segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Pembelajaran tematik memiliki

ciri khas, antara lain:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan

kebutuhan anak usia sekolah dasar;

2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik

bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik;

3. Kegiatan belajar dipilih yang bermakna dan berkesan bagi peserta didik

sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;

4. Memberi penekanan pada keterampilan berpikir peserta didik;

5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan

permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya; dan

6. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasama, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Tujuan dari pembelajaran tematik adalah:

a. Menghilangkan atau mengurangi terjadinya tumpang tindih materi.

b. Memudahkan siswa untuk melihat hubungan-hubungan yang bermakna.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

18

c. Memudahkan siswa untuk memahami materi/konsep secara utuh sehingga

penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran tematik sama dengan

langkah-langkah pada model pembelajaran lainnya seperti pada model

pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, atau model pembelajaran

berdasarkan masalah. Secara umum terdapat tiga tahap pada pembelajaran yaitu

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. (Prabowo dalam

Trianto, 2012: 63).

Berikut ini tahapa dalam pembelajaran tematik yang dikemukakan oleh

Trianto (2012: 64) sebagai berikut.

a.Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan,

diantaranya: (1) menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang

dipadukan; (2) memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan

indikator; (3) menentukan sub keterampilan yang dipadukan; (4) merumuskan

indikator hasil belajar; dan (5) menenntukan langkah-langkah pembelajaran.

b.Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran tematik mengikuti skenario langkah-

langkah pembelajaran yang telah dirancang pada tahap perencanaan. Dalam

pelaksanaannya, guru berperan sebagai fasilitator yang menyediakan lingkungan

belajar bagi siswa dan memberikan kemudahan-kemudahan untuk siswa selama

berlangsaungnya kegiatan pembelajaran sehingga siswa aktif sebagai pebelajar

mandiri. Perlu adanya kejelasan dalam memberikan tanggung jawab baik kepada

individu maupun kelompok sehingga menuntut kerjasama kelompok. Selain itu

juga guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang muncul di luar perkiraan atau di

luar perencanaan.

c.Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi ini diklasifikasikan ke dalam dua jenis evaluasi, yaitu

evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Dalam tahap

evaluasi ini perlu memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu, yaitu: (1)

memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

19

bentuk evaluasi lainnya; (2) guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi

perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian

tujuan yang akan dicapai.

2.1.2.1 Karakteristik Pembelajaran Tematik Teintegrasi

Pembelajaran tematik teintegrasi berbeda dengan pembelajaran

konvensional yang sudah sejak lama diterapkan di sekolah. Terdapat beberapa hal

yang menjadi ciri pembeda pembelajaran tematik dengan pembelajaran

konvensional. Berikut ini karakteristik pembelajaran tematik yang dikemukakan

oleh Ibnu (2013:44-45) diantaranya adalah :

a. Berpusat pada siswa

Dalam proses pembelajaran berbasis tematik terpadu, siswa dipandang

sebagai subjek belajar secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar dan

bukan dipandang hanya sebagai objek semata. Paradigma siswa belajar dengan

cara DDCT (Duduk Dengar Catat dan Hafalkan) secara perlahan harus dirubah.

Guru hanya berperan sebagai fasilitator dimana guru memberi ruang yang luas

agar siswa dapat berekspresi sesuai dengan tema yang diajarkan.

b. Memberikan pengalaman langsung

Siswa dihadapkan pada pembelajaran yang konkret, bukan hanya sekedar

mendengarkan penjelasan dari guru ataupun membaca dari buku teks pelajaran

yang ada. Siswa dapat mengamati, meraba, merasakan, serta membayangkan

secara nyata objek yang dipelajari. Akan sangat membantu apabila objek yang

dipelajari berkaitan langsung dengan kehiupan siswa sehari-hari.

c. Tidak terjadi pemisahan materi pelajaran secara jelas

Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi sebuah tema bukan

berarti menghilangkan esensi mata pelajaran sehingga mengaburkan tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Hal ini dimaksudkan agar siwa memahami suatu

substansi materi secara utuh.

d. Bersifat fleksibel

Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat bersikap luwes

(fleksibel). Dalam implementasinya guru harus dapat mengaitkan suatu materi

pelajaran dengan materi pelajaran lainnya, bahkan guru harus mampu mengaitkan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

20

dengan nilai yang belaku di lingkungan sehari-hari siswa seperti nilai agama,

kesopanan, dan lain sebagainya.

e. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Salah satu penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum diketahui bahwa

standar kompetensi lulusan (SKL) kurikulum 2013 diturunkan dari kebutuhan

siswa. Dengan kata lain materi pelajaran yang dikuasai oleh siswa merupakan

hal yang nantinya sangat berguna, dibutuhkan, serta dapat memberikan

pengaruh bagi perkembangan intelektual dan kehidupan siswa.

f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Pembelajaran akan lebih hidup jika siswa merasa senang mengikuti

kegiatannya dan tidak ada unsur keterpaksaan, sehingga materi ajar akan lebih

mudah dipahami siswa. Oleh karena itu dalam merancang pembelajaran tematik

perlu memperhatikan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

g. Mengembangkan komunikasi siswa

Pembelajaran tematik menekankan adanya interaksi dengan siswa dengan

siswa maupun siswa dengan guru. Kemampuan berinteraksi merupakan salah satu

indikator untuk mengukur keaktifan siswa. Kemampuan berinteraksi ini perlu

dilatih karena tuntutan dunia kerja saat ini mengharuskan seseorang mempunyai

kemampuan interaksi yang baik dengan orang lain agar dapat membangun team

work yang berkompeten, bukan hanya mengandalkan kemampuan akademis

semata.

h. Menekankan proses daripada hasil

Pembelajaran yang dilakukan tidak menilai keberhasilan siswa dengan

angka, melainkan dari setiap tahapan yang dilalui siswa dalam pengalaman belajar

mereka.

2.1.3 Pembelajaran Saintifik di SD

Untuk mengetahui apa itu pembelajaran berbasis sains, maka perlu

dipahami terlebih dahulu definisi dari “pembelajaran” dan “sain”. Secara

sederhana, pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, yakni antara guru

sebagai pemberi informasi, dan siswa sebagai penerima informasi. Hal ini sesuai

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

21

dengan pendapat Mulyasa (2014:99) yang menyatakan bahwa “pendekatan yang

dilatihkan dan diunggulkan adalah pendekatan saintifik (saintific approach).

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menekankan keterlibatan siswa dalam

berbagai kegiatan yang memungkinkan siswa aktif dalam proses mangamati,

menanya, mencoba, menalar, mengomunikasikan, dan membangun jejaring.”

Empat kemampuan yang disebutkan pertama dibutuhkan dalam rangka

pembentukan kemampuan personal, sedangkan membangun jejaring merupakan

kemampuan interpersonal. Pendekatan saintifik juga berguna untuk melatih

kemampuan soft skill dan hard skill. Hal ini sesuai denganpendapat Imas & Berlin

(2014:26) yang menyatakan bahwa “proses pembelajaran Kurikulum 2013

khususnya di tingkat Sekolah Dasar dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan saintifik yang menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.” Hal ini diharapkan dapat meningkatkan dan menyeimbangkan

antara soft skill dan hard skill. Dalam pedoman pembelajaran tematik terpadu

(Permendikbud No 57 Tahun 2014) dinyatakan bahwa dalam implementasi

kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik. Di

dalam pembelajaran siswa difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan

potensi yang dimiliki untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Keaktifan

siswa ini terlampir dalam lampiran I Permendikbud No 57 Tahun 2014 yang

menyatakan bahwa “pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan

pendekatan pembelajaran saintifik”. Lebih lanjut Hosnan (2014:34) menyatakan

“implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik

adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara

aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati,

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis

data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep.”

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis

sains adalah proses transfer ilmu dua arah antara guru (sebagai pemberi informasi)

dan siswa (sebagai penerima informasi) dengan metode tertentu (proses sains).

Jadi, yang dimaksud pembelajaran berbasis sains adalah pembelajaran yang

menjadikan sains (murni) sebagai metode atau pendekatan dalam proses

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

22

pembelajaran sehingga, pembelajaran menjadi lebih kreatif, dan siswa lebih aktif

dalam proses pembelajaran.

(Permendikbud No.103 2014) Pembelajaran adalah suatu proses

pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai

hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan

masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama

semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan

keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat,

berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Keluarga

merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial),

pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct

instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung

adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir

dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi

langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam

pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan

mengomunikasikan.

Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan

langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect).

Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses

pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring

(nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan

nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan

pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran

langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap

sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata

pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

23

masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua

kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di

kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan

moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap. Sesuai yang dicantumkan

pada Permendikbud No. 81A, pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman

belajar sebagaimana tercantum dalam Tabel 1 deskripsi langkah pembelajaran

sebagai berikut.

Tabel 1

Deskripsi Langkah Pembelajaran

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar Kompetensi yang

dikembangkan

Mengamati (observing) Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa

atau dengan alat)

Melatih kesungguhan,

ketelitian, mencari

informasi

Menanya (questioning) Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang

diamati atau pertanyaan

untuk mendapatkan

informasi tambahan tentang

apa yang diamati (dimulai

dari pertanyaan faktual

sampai ke pertanyaan yang

bersifat hipotetik)

Mengembangkan

kreativitas, rasa ingin

tahu, kemampuan

merumuskan

pertanyaan untuk

membentuk pikiran

kritis yang perlu untuk

hidup cerdas dan

belajar sepanjang hayat

Mengumpulkan

informasi/mencoba

(experimenting)

- melakukan eksperimen

- membaca sumber lain

selain buku teks

- mengamati objek/ kejadian/

- aktivitas

- wawancara dengan nara

sumber

Mengembangkan sikap

teliti, jujur,sopan,

menghargai pendapat

orang lain, kemampuan

berkomunikasi,

menerapkan

kemampuan

mengumpulkan

informasi melalui

berbagai cara yang

dipelajari,

mengembangkan

kebiasaan belajar dan

belajar sepanjang hayat.

Menalar/Mengasosiasi

(associating)

- mengolah informasi yang

sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan

Mengembangkan sikap

jujur, teliti, disiplin,

taat aturan, kerja keras,

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

24

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Belajar Kompetensi yang

dikembangkan

mengumpulkan/eksperi men

mau pun hasil dari kegiatan

mengamati dan kegiatan

mengumpulkan informasi.

- Pengolahan informasi yang

dikumpulkan dari yang

bersifat menambah keluasan

dan kedalaman sampai

kepada pengolahan informasi

yang bersifat mencari solusi

dari berbagai sumber yang

memiliki pendapat yang

berbeda sampai kepada yang

bertentangan

kemampuan

menerapkan prosedur

dan kemampuan

berpikir induktif serta

deduktif dalam

menyimpulkan .

Mengomunikasikan

(communicating)

Menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis

secara lisan, tertulis, atau

media lainnya

Mengembangkan sikap

jujur, teliti, toleransi,

kemampuan berpikir

sistematis,

mengungkapkan

pendapat dengan

singkat dan jelas, dan

mengembangkan

kemampuan berbahasa

yang baik dan benar.

*) Dapat disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata pelajaran.

Kurikulum 2013 yang baru-baru ini diterapkan pada pembelajaran

menekankan penerapan pendekatan saintifik dalam seluruh kegiatan belajar siswa.

Menurut Kemendikbud, 2013. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi

kriteria seperti berikut ini.

a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,

khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik

terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran

yang menyimpang dari alur berpikir logis.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

25

c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan

tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi

pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

substansi atau materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung

jawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

sistem penyajiannya.

Langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada pendekatan saintifik

harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Jika

digambarkan dalam bentuk diagram pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 Ranah Pembelajaran

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

26

1) Ranah sikap menyajikan materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”

2) Ranah keterampilan menyajikan materi ajar agar peserta didik “tahu

bagaimana”.

3) Ranah pengetahuan menyajikan materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”

4) Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia

yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard

skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada intinya, hasil belajar

melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana

dimaksud dalam kurikulum 2013 meliputi aktivitas sains berupa mengamati,

menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata

pelajaran. Jika digambarkan dalam bentuk bagan seperti gambar 2 sebagai berikut.

Gambar 2 Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Langkah-langkah pembelajaran Saintifik sesuai dengan pendapat Imas

Kurniasih 2014 (26-45) sebagai berikut.

a. Mengamati

Kegiatan mengamati ini mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningfull learning). Keunggulan dari kegiatan ini yaitu dengan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

27

menyajikan obyek secara nyata kepada siswa, maka siswa akan merasa tertantang

untuk mengetahui lebih lanjut tentang obyek tersebut, sehingga siswa merasa

senang selama proses pembelajaran.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan

metode observasi, siswa menemukan fakta keterhubungan antara obyek yang

dianalisis dengan materi pembelajaran yang disajikan oleh guru.

b. Menanya

Siswa yang aktif salah satunya terlihat dari intensitas mengajukan

pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Agar siswa

aktif bertanya, guru perlu menstimulasinya dengan mengajukan beberapa

pertanyaan yang dapat mendorong siswa agar mau mengungkapkan pikiran dan

ide-idenya. Berbeda dengan penugasan yang mengharuskan tindakan nyata dari

siswa, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah

“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, dapat juga dalam bentuk

pernyataan, dengan catatan keduanya memperoleh tanggapan verbal dari siswa.

c. Menalar

Menalar merupakan proses berfikir logis dan sistematis terhadap fakta-

kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa

pengetahuan. Penalaran yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013 yaitu

berhubungan dengan proses asosiasi. Menurut kamus besar bahasa indonesia

asosiasi bermakna pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan,

atau kegiatan pancaindra. Berangkat dari pengertian tersebut, istilah asosiasi

dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokan beragam ide dari

peristiwa atau fenomena yang terjadi dan menghubungkannya dengan ide atau

gagasan yang telah tersimpan dalam memori siswa sebelumnya sehingga

terbentuklah gagasan baru yang tercipta dari proses asosiasi tersebut. Proses ini

dikenal sebagai proses menalar.

d. Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik

harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi pembelajaran

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

28

yang sesuai. Dengan kegiatan mencoba ini maka pembelajaran akan lebih

bermakna bagi siswa karena siswa diberi kesempatan secara langsung berinteraksi

dengan peristiwa, fenomena, dan lingkungan nyata. Proses ini diharapkan dapat

mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar siswa, yaitu ranah kognitif, afektif,

dan psikomotor.

e. Membentuk Jejaring

Jejaring dalam pendekatan saintifik ini berkaitan dengan pembelajaran

kolaboratif. Kolaboratif atau kolabirasi merupakan istilah dari kerja sama.

Sehingga pembelajaran kolaboratif ini diartikan sebagai penciptaan situasi kerja

sama baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa

(kelompok). Dalam pembelajaran kolaboratif ini guru berperan sebagai fasilitator

yang membimbing siswa belajar secara berkelompok.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, penulis merangkum pembelajaran

saintifik dalam tahap 5M yaitu dengan Mengamati, Menanya, Mengumpulkan

Informasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan. Tahapan tersebut dipilih

karena disesuiakan dengan kebutuhan siswa dan karakteristik siswa sesuai dengan

buku guru dan siswa yang diterbitkan pemerintah.

2.1.4 LKS dengan Konsep Tematik Terintegrasi

Berdasarkan uraian mengenai LKS, model pembelajaran tematik

terpadu, dan pendekatan saintifik dapat diketahui bahwa LKS yang akan

dikembangkan merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan

menggabungkan beberapa materi pelajaran menjadi satu kesatuan tema yang utuh

dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Fakta di lapangan yang mengungkapkan bahwa masih terdapat

permasalahan terkait dengan materi pelajaran pada buku siswa masih berdiri

sendiri serta masih kurang sesuainya silabus, KD, serta substansi materi pada

buku pegangan siswa, maka dapat diidentifikasi karakter bahan ajar modul yang

akan peneliti susun adalah sebagai berikut:

1. Dikemas sesuai dengan karakteristik siswa

2. Menggunakan bahasa yang komunikatif sesuai dengan tingkat pengetahuan dan

pemahaman siswa

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

29

3. Menggunakan pendekatan saintifik

4. LKS dibuat dalam lingkup satu subtema yang terdiri dari enam pembelajaran

5. Memadukan aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik serta mengedepankan

nilai religi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis

pendekatan saintifik pada subtema daur air di sekolah dasar. Berdasarkna hasil

studi literatur, peneliti menemukan beberapa tulisan atau penelitian lain yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Penelitian dari Anita Saradima, Nina Kadaritna, Ila Rosilawati, yaitu

Pengembangan LKS dengan Pendekatan Scientific pada Materi Kelarutan dan

Hasil Kelarutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan

layak digunakan sebagai sumber belajar lain penunjang pembelajaran. Hal ini

didasarkan pada skor penilaian diperoleh melalui tahap uji coba yang

menghasilkan presentase respon siswa dengan rata-rata persentase jawaban

terhadap aspek keterbacaan dan kemenarikan termasuk dalam kriteria sangat

tinggi, dengan 87,87% dan 86,42%.

Kedua, penelitian dari Afifah Hidayati dkk yang berjudul “Pengembangan

Lembar Kerja Siswa (LKS) Problem Based Learning Bermuatan Sikap Spiritual

Sosial dengan Penilaian Autentik”. Penelitian yang dilakukan diketahui bahwa

LKS yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan keaktifan, hasil belajar dan

karakter siswa. Hal tersebut ditunjukkan batas layak secara teoritis dengan

persentase 91% (kategori: sangat layak) dan secara empiris berdasarkan

ketuntasan indikator hasil belajar 99,31%. Hasil belajar tersebut sesuai dengan

standar KKM yaitu 75% dapat dikatakan layak digunakan. Pengembangan LKS

ini juga memiliki kualitas kemenarikan sangat menarik dengan kategori skor 3,55,

kualitas kemudahan sangat mudah dengan kategori skor 3,56, kualitas

kebermanfaatan sangat bermanfaat dengan kategori skor 3,70; dan (3) LKS

dinyatakan efektif di- gunakan sebagai media pembelajaran ber- dasarkan

perolehan hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 80 dengan persen- tase

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

30

kelulusan sebesar 88,9 % pada uji coba pemakaian terhadap siswa kelas VII SMP

Negeri 3 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

Wulandari 2013 melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan LKS

Berbasis Cerita Bergambar pada Materi Sistem Pencernaan di SMP”. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil

belajar, sesudah dan sebelum menggunakan produk yang dikembangkan. Hal ini

dibuktikan dengan rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa dari ketuntasan klasikal

60 % sebelum LKS dikembangkan dan setelah LKS dikembangkan menjadi 85%

pada kelas VIII A, namun ada 3 siswa yang tidak tuntas dikarenakan siswa tidak

memiliki semangat belajar. Mereka tidak antusias mengikuti pembelajaran dan

90% pada kelas VIII B, tetapi ada 2 siswa yang tidak tuntas. Hal tersebut

menunjukkan bahwa penggunaan LKS bergambar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Berdasarkan beberapa penelitian relevan diatas peneliti akan melakukan

penelitian serupa, dengan pengembangan bahan ajar LKS pembelajaran tematik

terintegrasi subtema Bumi Bagian dari Alam Semesta dengan pendekatan saintifik

untuk kelas 3 SD.

2.3 Kerangka Berpikir

1. Fakta yang ditemui

a) Kurangnya keterkaitan pencapaian KD pada materi pembelajaran dengan

materi yang terdapat pada LKS pada umumnya.

b) Kecenderungan LKS yang biasa dikerjakan mandiri oleh siswa hanya copy

paste dari rangkuman materi yang terkesan ditempel pada LKS, sehingga

kreatifitas siswa dalam memecahkan soal sangat terbatas.

2. Produk yang ditawarkan

LKS yang terintegrasi dengan kompetensi yang diharapkan pada buku

siswa dengan menggunakan pendekatan Scientific

3. Tujuan

a) LKS yang dapat dikerjakan secara mandiri oleh siswa

b) Siswa lebih mendalami materi yang sudah diajarkan dengan membaca

rangkuman dan latihan pada LKS

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10921/2/T1_292012126_BAB II...KAJIAN PUSTAKA. Bab ini akan ... kerangka pikir, dan hipotesis pengembangan

31

c) Meningkatkan kemampuan berfikir secara kreatif dalam memecahkan soal

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

berbasis saintifik yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik itu

dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Penggunaan LKS yang

berbasis saintifik ini diharapkan dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa berupa

keterampilan proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk

jejaring sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Dengan

berlandaskan pendekatan saintifik, maka pada perancangan LKS ini memasukkan

unsur-unsur atau prinsip-prinsip dari pendekatan saintifik tersebut.

2.4 Hipotesis Pengembangan

Berdasarkan kajian teori, kajian hasil penelitian yang relevan, dan

kerangka pikir yang telah dibahas, LKS dengan konsep tematik terintegrasi dan

pendekatan saintifik untuk subtema Bumi dan Alam Semesta dapat dirumuskan

hipotesis pengembangnnya sebagai berikut:

1. LKS dengan konsep tematik terintegrasi dan pendekatan saintifik untuk

siswa kelas 3 SD dapat dikembangkan dengan desain pengembangan

ADDIE dengan langkah-langkah Analisis, Perencanaan,

Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi.

2. LKS dengan konsep tematik terintegrasi dan pendekatan saintifik untuk

siswa kelas 3 SD valid.

3. LKS dengan konsep tematik terintegrasi dan pendekatan saintifik untuk

siswa kelas 3 SD efektif.