bab ii kajian pustaka an underlying characteristic of an...

28
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep dan Karakteristik Kompetensi 2.1.1.1 Konsep Kompetensi Kompetensi bukanlah merupakan konsep yang baru. Ruky (2003 : 104) mengutip pendapat Spencer & Spencer dari kelompok konsultan Hay & Mac Ber menyatakan bahwa kompetensi adalah “an underlying characteristic of an individual that is casually related to criterion – referenced effective and/or superior performance in a job or situation” (Karakteristik dasar seseorang yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, mem-buat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia). Definisi kompetensi dari Spencer & Spencer tersebut banyak dianut oleh para praktisi manajemen SDM. Termasuk praktisi di Indonesia, salah satunya adalah The Jakarta Consulting Group yang memberikan batasan bahwa kompetensi adalah segala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari motif, pengetahuan, sikap, perilaku utama agar mampu melaksanakan pekerjaan dengan sangat baik atau yang membedakan antara kinerja rata-rata dengan kinerja superior. Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang individual. Menurut Mcclelland (dalam Nyoman Rudana,2005 : 6), kompetensi bisa dianalogikan seperti “gunung es” dimana keterampilan dan pengetahuan membentuk puncaknya yang berada di atas air. Bagian yang ada di bawah

Upload: lytuyen

Post on 04-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep dan Karakteristik Kompetensi

2.1.1.1 Konsep Kompetensi

Kompetensi bukanlah merupakan konsep yang baru. Ruky (2003 : 104)

mengutip pendapat Spencer & Spencer dari kelompok konsultan Hay & Mac

Ber menyatakan bahwa kompetensi adalah “an underlying characteristic of an

individual that is casually related to criterion – referenced effective and/or

superior performance in a job or situation” (Karakteristik dasar seseorang yang

mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, mem-buat generalisasi terhadap

segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia).

Definisi kompetensi dari Spencer & Spencer tersebut banyak dianut oleh

para praktisi manajemen SDM. Termasuk praktisi di Indonesia, salah satunya

adalah The Jakarta Consulting Group yang memberikan batasan bahwa

kompetensi adalah segala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari

motif, pengetahuan, sikap, perilaku utama agar mampu melaksanakan pekerjaan

dengan sangat baik atau yang membedakan antara kinerja rata-rata dengan

kinerja superior. Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang individual.

Menurut Mcclelland (dalam Nyoman Rudana,2005 : 6), kompetensi bisa

dianalogikan seperti “gunung es” dimana keterampilan dan pengetahuan

membentuk puncaknya yang berada di atas air. Bagian yang ada di bawah

Page 2: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

9

permukaan air tidak terlihat dengan mata telanjang, namun menjadi fondasi dan

memiliki pengaruh terhadap bentuk dari bagian yang berada di atas air. Peran

social dan citra diri berada pada bagian “sadar” seseorang, sedangkan sikap dan

motivasi seseorang berada pada alam “bawah sadar”nya.

Terdapat berbagai macam definisi kompetensi. Tetapi definisi yang

sering dipakai adalah sejumlah karakteristik yang mendasari individu untuk

mencapai kinerja superior. Berikut ini beberapa referensi yang berkaitan dengan

definisi kompetensi :

a. Menurut JGN Consulting Denver USA (dalam Nyoman Rudana,2005 : 6),

kompetensi merujuk pada pengetahuan (knowledge), keahlian (Skills) dan

kemampuan (abilities), yang dapat didemonstrasikan, yang dilakukan

dengan standar tertentu. Kompetensi dapat diobservasi, merupakan

tindakan perilaku yang memerlukan kombinasi dari ketiga hal ini.

Kompetensi ini ditujukan dalam konteks pekerjaan dan dipengaruhi oleh

budaya organisasi dan lingkungan kerja. Dengan kata lain, kompetensi

meliputi kombinasi dari pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang

diperlukan untuk melakukan pekerjaan atau fungsi di dalam setting

pekerjaan.

b. Menurut Competency Standards Body Canberra 1994 (dalam Nyoman

Rudana,2005 : 6), kompetensi terdiri atas pengetahuan, keahlian dan

aplikasi yang konsisten dari keduanya untuk mencapai standar kinerja yang

diperlukan dalam pekerjaan.

Page 3: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

10

c. Menurut A. D. Lucia & R. Lepsinger / Preface xiii, kompetensi merupakan

model yang mengidentifikasi keahlian, pengetahuan dan karakteristik yang

diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan.

d. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 43/KEP/2001 (2001

: 2) ditentukan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik

yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan,

keahlian dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas

jabatannya.

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu fakta dan angka dibalik aspek teknis.

2. Keahlian / Keterampilan (Skills), yaitu kemampuan untuk menunjukkan

tugas pada tingkat kriteria yang dapat diterima secara terus menerus

dengan kegiatan yang paling sedikit.

3. Sikap (attitude), yaitu yang ditunjukkan kepada pelanggan dan orang

lain bahwa yang bersangkutan mampu berada dalam lingkungan

kerjanya.

Dari semua definisi di atas Mustopadidjaja (2002) menyimpulkan bahwa

kompetensi di artikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi

mencakup atas pengetahuan, keahlian/keterampilan, sikap dan perilaku atau

KSA (Knowledge, Skills, Attitude) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau

tugas sesuai dengan standar performance yang ditetapkan.

Dari ketiga hal mendasar di atas Mustopadidjaja (2002) menjabarkan

bahwa, pengetahuan dapat terobservasi melalui kemampuan seseorang berpikir

analisis dan konseptual, mampu memahami selukbeluk pekerjaannya dengan

Page 4: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

11

baik, memiliki keahlian teknis dan mengetahui sejarah, adat istiadat dan

kebiasaan masyarakat disekitarnya. Keahlian/keterampilan dapat dilihat pada

kemampuannya memimpin, merencanakan dan bekerjasama dalam kelompok

serta memiliki ketelitian, kreativitas dan kualitas kerja. Sedangkan dalam

pembentukan sikap dan karakter yang menonjol meliputi kejujuran dan

berkemampuan untuk berempati kepada orang lain, bisa mengendalikan diri dan

fleksibel dalam menyelesaikan tugas, berkomitmen dalam bekerja dan memiliki

motivasi diri sendiri serta memiliki inisiatif untuk mengembangkan

pekerjaannya.

2.1.1.2 Standar Kompetensi

Suprapto (2002 : 7) menyatakan bahwa standar kompetensi adalah :

Spesifikasi atau sesuatu yang dibakukan, memuat persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan melakukan pekerjaan tertentu agar yang bersangkutan mempunyai kemampuan melaksanakan pekerjaan dengan hasil baik. Menurut Badan Kepegawaian Negara Nomor 43/KEP/2001 (2001 : 2)

standar kompetensi jabatan struktural Pegawai Negeri Sipil (PNS) meliputi :

1. Kompetensi umum adalah kemampuan dan karakteristik yang harus di miliki

oleh seorang pegawai negeri sipil berupa pengetahuan dan perilaku yang

diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan struktural yang dipangkunya.

Kompetensi ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun diklat

kepemimpinan.

2. Kompetensi khusus adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh

seorang pegawai negeri sipil berupa keahlian untuk melaksanakan tugas

Page 5: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

12

jabatan struktural yang dipangkunya. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui

diklat teknis.

Menurut Maarif (2003:16), penetapan standar kompetensi dapat

diprioritaskan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap, baik yang bersifat

hard competencies maupun soft competencies. Soft competencies menurut

Spencer (dalam Nyoman Rudana,2005 : 9) meliputi enam kelompok

kompetensi, yaitu :

a. Kemampuan merencanakan dan mengimplementasikan (motivasi untuk

berprestasi, perhatian terhadap kejelasan tugas, ketelitian dan kualitas kerja,

proaktif dan kemampuan mencari dan menggunakan informasi).

b. Kemampuan melayani (empati, berorientasi pada pelanggan).

c. Kemampuan memimpin (kemampuan mengembangkan orang lain,

kemampuan mengarahkan kerjasama kelompok, kemampuan memimpin

kelompok).

d. Kemampuan berpikir (berpikir analisis, berpikir konseptual, keahlian

teknis/professional/manajerial).

e. Kemampuan bersikap dewasa (kemampuan mengendalikan diri,

fleksibilitas, komitmen terhadap organisasi).

Suprapto (2002 : 3) berpendapat bahwa standar kompetensi minimal

mengandung empat komponen pokok, yaitu: (1) Knowledge; (2) Skills; (3)

Attitude; dan (4) Kemampuan untuk mengembangkan Knowledge dan Skills

pada orang lain. Secara spesifik Suprapto (2002:3) menjelaskan bahwa

kualifikasi PNS dapat ditinjau dari tiga unsur utama, yaitu keahlian,

Page 6: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

13

kemampuan teknis dan sifat-sifat personil yang baik.

Untuk keahlian PNS antara lain :

1. Memiliki pengalaman yang sesuai dengan tugas dan fungsinya;

2. Memiliki pengetahuan yang mendalam dibidangnya;

3. Memiliki wawasan yang luas;

4. Beretika.

Untuk kemampuan teknis, PNS antara lain harus memahami tugas-tugas

dibidangnya. Sedangkan untuk sifat-sifat pegawai yang baik antara lain harus

memiliki disiplin yang tinggi, jujur, sabar, menaruh minat, terbuka, objektif,

pandai berkomunikasi, selalu siap dan terlatih. Dari pendapat-pendapat tersebut,

dapat dikatakan bahwa kegiatan standarisasi pada dasarnya merupakan kegiatan

dinamis, yaitu mengikuti perkembangan dinamika kegiatan masyarakat di

tingkat nasional maupun internasional. Cakupan standar kompentensi PNS pada

prinsipnya dapat didasarkan kepada jabatan structural dan fungsional. Jabatan-

jabatan tersebut berdasarkan pada sifat pekerjaannya sehingga dapat disusun

standar kompetensi yang spesifik.

2.1.1.3 Karakteristik Kompetensi

Sesuai dengan TAP MPR Nomor VI tahun 2002 yang mengamanatkan

kepada Presiden untuk membenahi budaya birokrasi, maka dikenakan SK

Men.PAN Nomor 25/KEP/M.PAN/4/2002 tentang buku Pedoman Pengembangan

Budaya Kerja. Didalamnya mengandung 17 (tujuh belas) elemen prinsip-prinsip

budaya kerja yang meliputi : komitmen dan konsistensi – wewenang dan tanggung

Page 7: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

14

jawab – ikhlas dan jujur – integritas dan profesionalisme – kreativitas dan

kepekaan – kepemimpinan dan keteladanan – kebersamaan dan dinamika

kelompok – ketepatan dan kecepatan – rasionalitas dan kecerdasan emosi –

keteguhan dan ketegasan – disiplin dan keteraturan kerja – keberanian dan

kearifan – dedikasi dan loyalitas – semangat dan motivasi – ketekunan dan

kesabaran – keadilan dan keterbukaan – berilmu pengetahuan dan teknologi.

Penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat

kinerja yang diharapkan untuk kategori baik atau rata – rata (BKN, 2003:10).

Penentuan ambang kompetensi yang dibutuhkan tentunya dapat dijadikan dasar

bagi proses seleksi, suksesi perencanaan, evaluasi kinerja dan pengembangan

sumber daya manusia.

Sedangkan penjelasan lebih rinci dari masing-masing kompetensi menurut

David McClelland (dalam Nyoman Rudana,2005 : 7) adalah sebagai berikut :

a. Keterampilan : Keahlian/kecakapan melakukan sesuatu dengan baik.

Contoh : Kemampuan mengemudi

b. Pengetahuan : Informasi yang dimiliki/dikuasai seseorang dalam bidang

tertentu. Contoh : Mengerti ilmu manajemen keuangan.

c. Peran Sosoal : Citra yang diproyeksikan seseorang kepada orang lain.

Contoh : Menjadi seorang pengikut atau seorang oposan.

d. Citra Diri : Persepsi individu tentang dirinya (“the inner self”).

Contoh : Melihat/memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin.

e. Trait : Karakteristik yang relatif konstan pada tingkah laku seseorang.

Contoh : Seorang pendengar yang baik.

Page 8: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

15

f. Motif : Pemikiran atau niat dasar yang konstan yang mendorong individu

untuk bertindak atau berperilaku. Contoh : Ingin selalu dihargai, dorongan

untuk mempengaruhi orang lain.

Seluruh kompetensi yang telah berhasil diidentifikasi, terbagi dalam

berbagai tingkatan, dimana masing-masing level diwakili oleh deskripsi dari

indikator tingkah laku yang menunjukkan derajat kompetensi yang berbeda-beda.

Perbedaan tiap tingkatan dibuat sedemikian rupa untuk dapat dikenali sehingga

dapat memudahkan penilai untuk menentukan dengan akurat tingkat kompetensi

yang dimiliki oleh seseorang. Deskripsi tingkah laku pada masing-masing

tingkatan juga dapat meminimalkan unsur subyektifitas dari penilai atau kesalahan

penilaian karena ketidaksamaan persepsi antar penilai.

2.1.1.4 Kompetensi Akuntan

Dalam SPAP (2008 : 14) dijelaskan beberapa prinsip kompetensi serta

sikap kecermatan dan kehati-hatian yang harus dimiliki seorang akuntan, yaitu :

1. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian

professional mewajibkan setiap praktisi untuk:

a. Memelihara pengetahuan serta sikap kecermatan dan kehati-hatian

profesional yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian jasa

profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja; dan

b. Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan seksama sesuai

dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam

memberikan jasa profesionalnya.

Page 9: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

16

2. Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan

pertimbangan yang cermat dalam menerapkan pengetahuan dan

keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua

tahap yang terpisah sebagai berikut:

a. Pencapaian kompetensi profesional; dan

b. Pemeliharaan kompetensi profesional.

3. Pemeliharaan kompetensi professional membutuhkan kesadaran dan

pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi

dan perkembangan bisnis yang relevan. Pengembangan dan pendidikan

professional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan

dan memelihara kemampuan praktisi agar dapat melaksanakan

pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.

4. Sikap kecermatan dan kehati-hatian professional mengharuskan setiap

praktisi untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh dan

tepat waktu, sesuai dengan persyaratan penugasan.

5. Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan

yang tepat bagi mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam

kapasitas profesional.

6. Bila dipandang perlu, praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa

profesional yang diberikan kepada klien, pemberi kerja atau pengguna

jasa professional lainnya untuk menghindari terjadinya kesalahtafsiran

atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa profesional yang

diberikan.

Page 10: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

17

2.1.2 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.1.2.1 Pelaporan Keuangan Pemerintah

Menurut lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71

Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan

merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-

transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

Laporan keuangan pemerintah ditujukan untuk memenuhi tujuan umum

pelaporan keuangan, namun tidak untuk memenuhi kebutuhan khusus

pemakainya. Disamping penyusunan laporan keuangan bertujuan umum, entitas

pelaporan dimungkinkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang disusun

untuk kebutuhan khusus. (PP No 27,2010).

Mardiasmo (2002 : 160) mengatakan bahwa lembaga pemerintah dituntut

untuk dapat membuat laporan keuangan eksternal yang meliputi laporan keuangan

formal seperti laporan surplus defisit, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas

dan neraca serta kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan non

finansial.

Pelaporan keuangan dihasilkan dari proses akuntansi keuangan dan

merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-

pihak eksternal yang menaruh perhatian kepada badan atau organisasi pembuat

laporan serta aktivitas-aktivitasnya.

Page 11: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

18

Pengguna laporan keuangan menurut PSAK (2007 : 3) meliputi :

1. Investor.

Penanaman modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan

risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka

lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan

apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang

saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk

menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2. Karyawan.

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada

informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga

tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun

dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman.

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta

bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya.

Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang

akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada

perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi

Page 12: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

19

pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada

kelangsungan hidup perusahaan.

5. Pelanggan.

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan

hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka

panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah.

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan

dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk

mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai

dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat.

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.

Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada

perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan

perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat

membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan

(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta

rangkaian aktivitasnya.

Page 13: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

20

Sedangkan pengguna laporan keuangan pemerintahan dalam SAP menurut

International Federation of Accountants – Public Sector Committee (IFAC –

PSC) dikelompokan sebagai berikut :

1. Badan legislatif dan badan-badan lain yang mempunyai kekuasaan

mengatur dan mengawasi.

Badan legislatif merupakan pengguna utama dari laporan keuangan

pemerintah. Laporan keuangan tersebut akan memberikan informasi yang

dapat membantu untuk dapat mengetahui bagaimana pemerintah mengurus

sumber-sumber, ketaatan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-

undangan, dan kondisi keuangan maupun kinerja.

2. Rakyat.

Rakyat merupakan kelompok terbesar dari pengguna laporan, yang terdiri

dari para pembayar pajak, pemilih, serta kelompok-kelompok yang

mempunyai ketertarikan khusus dan memperoleh pelayanan dan manfaat

dari pemerintah.

3. Investor dan kreditur.

Pemerintah harus memberikan informasi-informasi yang berguna kepada

investor dan kreditur pemerintah yang pada akhirnya akan berguna untuk

penilaian kemampuan pemerintah dalam membiayai kegiatan-kegiatan

serta memenuhi kewajiban dan komitmennya.

4. Pemerintah lain, badan internasional, dan penyedia sumber lain.

Seperti para investor dan kreditur bahwa pemerintah lain, badan

internasional dan penyedia sumber lain menaruh ketertarikan terhadap

Page 14: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

21

kondisi keuangan pemerintah selain itu mereka juga menaruh perhatian

terhadap rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan.

5. Analis Ekonomi dan Keuangan

Para analis Ekonomi dan Keuangan termasuk media-media keuangan

menelaah, menganalisis dan menyebarkan hasil-hasilnya kepada para

pemakai laporan yang lain. Mereka melakukan evaluasi masalah-masalah

ekonomi dan keuangan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa beban yang

diemban oleh suatu pelaporan sangat bervariasi karena makin banyak informasi

yang dibutuhkan baik oleh para pengambil keputusan maupun rakyat sebagai

pembayar pajak. Kebutuhan akan informasi itu dilatarbelakangi oleh tujuan-tujuan

berbeda seperti ekonomi, sosial, bahkan politik.

2.1.2.2 Tujuan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Berdasarkan PSAK (2007 : 4), tujuan laporan keuangan adalah

“menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.”

Mardiasmo (2004 : 37) memaparkan bahwa secara garis besar, tujuan

umum penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah sebagai

berikut:

Page 15: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

22

1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan

keputusan ekonomi, sosial dan politik serta sebagai bukti

pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan (stewardship)

2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja

manajerial dan organisasi.

Sedangkan secara khusus, tujuan penyajian laporan keuangan oleh

pemerintah daerah adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi

aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka

pendek unit pemerintah.

2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi

kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang

terjadi di dalamnya.

3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya

dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan

ketentuan lain yang disyaratkan.

4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk

memprediksi pengaruh pemilikan dan pembelanjaan sumber daya ekonomi

terhadap pencapaian tujuan operasional.

5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan

organisasional.

Sedangkan berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) menyatakan bahwa pelaporan keuangan pemerintah

Page 16: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

23

seharusnya menyajikan informasi bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas

dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan

cara :

1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan

untuk membiayai seluruh pengeluaran.

2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber

daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan

peraturan perundang-undangan.

3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang

digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah

dicapai.

4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai

seluruh kegiatannya dan mencukupi kas-nya.

5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas

pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan

pajak dan pinjaman.

6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas

pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat

kegiatan yang dilakukan selama periode berjalan.

Page 17: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

24

2.1.2.3 Kualitas Laporan Keuangan

Laporan keuangan memuat informasi keuangan suatu instansi pada suatu

periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja instansi

tersebut. Menurut Mc Leod (dalam Azhar Susanto (2008 : 38) suatu informasi

yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri :

1. Akurat

Informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pengujian

akurasi dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda, apabila

pengujian tersebut menghasilkan hasil yang sama maka data tersebut

dianggap akurat.

2. Tepat Waktu

Informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut

diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.

3. Relevan

Informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

individu yang ada di berbagai tingkatan dan bagian dalam organisasi.

4. Lengkap

Informasi harus diberikan secara lengkap. Misalnya informasi tentang

penjualan tidak ada bulannya atau tidak ada data fakturnya.

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi

dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat beberapa karakterisktik

kualitatif berdasarkan PSAK (2007 : 7) yaitu :

Page 18: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

25

1. Dapat dipahami

2. Relevan

3. Meterialitas

4. Keandalan

5. Penyajian jujur

6. Substansi mengungguli bentuk

7. Netralitas

8. Pertimbangan sehat

9. Kelengkapan

10. Dapat dibandingkan

Sedangkan karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PP No. 71

Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah ukuran-

ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat

memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat

normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat

memenuhi kualitas yang dikehendaki :

1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat

di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu

mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi

masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di

masa lalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang relevan

dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.

Page 19: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

26

Informasi yang relevan adalah :

• Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat

mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.

• Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang

akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

• Tepat waktu

Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan

berguna dalam pengambilan keputusan.

• Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap

mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatar

belakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan

keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam

penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,

serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau

penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut

secara potensial dapat menyesatkan.

Page 20: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

27

Informasi yang andal memenuhi karakteristik sebagai berikut :

• Penyajian jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa

lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat

diharapkan untuk disajikan.

• Dapat diverifikasi

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan

apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang

berbeda, hasilnya tetap menunjukan simpulan yang tidak jauh

berbeda.

• Netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada

kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika

dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau

laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan

dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal

dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang

sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan

bila entitas diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.

Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang

Page 21: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

28

lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan,

perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

4. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh

pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan

dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan

lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna

untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

2.1.2.4 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal

Dalam PSAK ada beberapa kendala informasi yang relevan dan andal,

yaitu :

1. Tepat waktu

2. Keseimbangan antara biaya dan manfaat

3. Keseimbangan di antara karakteristik kualitatif

4. Penyajian wajar

Sedangkan dalam SAP dikatakan bahwa kendala informasi akuntansi dan

laporan adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi

yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang

relevan dan andal akibat keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan

kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan

laporan keuangan pemerintah yaitu :

Page 22: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

29

1. Materialitas

Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan

pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria

materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk

mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar

laporan keuangan.

2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat

Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya

penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak

semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari

biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat

merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak

harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat. Manfaat

mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain disamping mereka yang

menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada

kreditor mungkin akan mengurangi biaya yang dipikul oleh suatu entitas

pelaporan.

3. Keseimbangan antara Karakteristik Kualitatif

Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan agar mencapai

suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai tujuan normatif yang

diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan

relatif antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara

Page 23: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

30

relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua

karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan

profesional.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kompetensi bukanlah sebuah konsep yang baru. Di Amerika Serikat,

konsep kompetensi modern mulai diperkenalkan pada awal tahun 70-an.

McClelland (dalam Nyoman Rudana,2006 : 6) mendefinisikan “Kompetensi

sebagai karakteristik yang mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh

langsung terhadap, atau dapat memprediksikan, kinerja yang sangat baik.”

Dengan kata lain, kompetensi adalah apa yang para outstanding performers lebih

sering lakukan, di situasi yang lebih banyak, dengan hasil yang lebih baik,

daripada yang dilakukan para average performers.

Menurut Surat Keputusan Kepala BKN Nomor : 43/KEP/2001 tentang

standar kompetensi jabatan struktural, kompetensi adalah kemampuan dan

karakteristik yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa pengetahuan,

keahlian dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.

Begitu pula pendapat Mustopadidjaja (2002) yang menyatakan bahwa

kompetensi menjadi satu karakteristik yang mendasari individu atau seseorang

mencapai kinerja tinggi dalam pekerjaannya. Karakteristik itu muncul dalam

bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude)

untuk menciptakan aparatur yang memiliki semangat pengabdian yang tinggi

dalam melayani masyarakat yang selalu bertindak hemat, efisien, rasional,

Page 24: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

31

transparan dan akuntabel. Untuk itu, diperlukan strategi peningkatan kompetensi

aparatur, dimana kompetensi yang memadai merupakan sesuatu yang sangat

mutlak yang perlu dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran aparatur

pemerintah baik di pusat maupun di daerah.

Dari beberapa definisi di atas Mustopadidjaja (2002) merumuskan bahwa

kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi

mencakup atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Adapun yang dimaksud dengan standar kompetensi menurut Suprapto

(2002 : 7) :

Spesifikasi atau sesuatu yang dibakukan, memuat persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan melakukan pekerjaan tertentu agar yang bersangkutan mempunyai kemampuan melaksanakan pekerjaan dengan hasil baik. Pendapat lain dikemukakan oleh Muins (2000 : 40) bahwa “Standar

Kompetensi merupakan ukuran untuk memahami dan berkomunikasi dengan

berbagai kultur dan erat kaitannya dengan profesionalisme”.

Penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat

kinerja yang diharapkan untuk kategori baik atau rata-rata (BKN,2001:10).

Penentuan ambang kompetensi yang dibutuhkan tentunya dapat dijadikan dasar

bagi proses seleksi, suksesi perencanaan, evaluasi kinerja dan pengembangan

sumber daya manusia.

Pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung

jawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam rangka pengelolaan keuangan

Page 25: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

32

daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah wajib menyampaikan

pertanggungjawaban yang berupa laporan keuangan daerah (PP Republik

Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 : 2)

Laporan keuangan dapat diartikan seperti yang dikemukakan oleh Deddi

Nordiawan (2006 : 151) yaitu “Merupakan bentuk pertanggung jawaban atas

kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh sesuatu entitas”. Laporan

keuangan yang diterbitkan harus berdasarkan standar akuntansi yang berlaku agar

laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan keuangan

sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan dari entitas yang lain.

Pemerintah, baik pusat maupun daerah harus bisa menjadi subyek pemberi

informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

(right to know), hak untuk diberi informasi (right to be informed) dan hak untuk

didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to). Hal ini semua pada

akhirnya menuntut kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam menghasilkan

laporan keuangan yang berkualitas.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PP No. 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah ukuran-ukuran normatif

yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi

tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang

diperlukan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi kualitas

yang dikehendaki :

1. Relevan

2. Andal

Page 26: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

33

3. Dapat Dibandingkan

4. Dapat Dipahami

Terdapat beberapa alasan mengapa pemerintah perlu membuat laporan

keuangan. Dilihat dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendali

dan evaluasi kerja pemerintah dan unit kerja pemerintah. Laporan keuangan bagi

pihak internal merupakan bentuk pertanggungjawaban internal. Sementara itu

dilihat dari sisi pemakai eksternal laporan keuangan pemerintah merupakan salah

satu bentuk pertanggungjawaban kepada para pemakai eksternal sebagai dasar

untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik. Karena laporan

keuangan tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, maka laporan

keuangan pemerintah harus disajikan secara relevan dan reliable serta perlu

dilengkapi dengan pengungkapan memadai mengenai informasi-informasi yang

dapat mempengaruhi keputusan.

Menurut Anwar Nasution (dalam penyampaian ikhtisar akhir hasil

pemeriksaan BPK untuk semester I/2008 kepada DPR di Jakarta) ketidaksiapan

sumber daya manusia atau aparatur pemda dalam menyajikan laporan keuangan

pemda berdasarkan peraturan yang berlaku mempengaruhi meningkatnya

perolehan opini disclaimer pada saat ini, artinya dengan meningkatnya

kompetensi aparatur, utamanya dalam keahlian pengelolaan keuangan negara akan

memungkinkan adanya kesiapan dari aparatur pemda pada setiap satuan kerja

untuk dapat mengimplementasikan standar akuntansi pemerintahan, sehingga

dengan adanya kompetensi aparatur ini akan meningkatkan kualitas laporan

Page 27: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

34

keuangan satuan kerja yang pada akhirnya akan menghasilkan laporan konsolidasi

yang berkualitas.

Peneliti merujuk kepada penelitian-penelitian terdahulu dalam menyusun

penelitian ini, yaitu :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun

Penelitian Hasil

Alat

Metodologi

Penelitian

1

Iman

Abdurachman

Pengaruh Kompetensi Aparatur

Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas

Laporan Keuangan Organisasi

Perangkat Daerah (Survey Pada

Organisasi Perangkat Daerah di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten

Purwakarta)

2009

32,9%

(Pengaruh

Positif)

Deskriptif analitik, penyebaran Kuesioner

2 Adrianus Fajar

Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung

2010

78,3%

(Pengaruh

Positif)

Deskriptif analitik, penyebaran Kuesioner

Dari pemaparan di atas berdasarkan pada teori-teori yang ada bahwa

pemerintah daerah mengacu pada Surat Keputusan BKN No. 43/KEP/2001

sebagai standar kompetensi aparatur guna menghasilkan laporan keuangan

pemerintah daerah sesuai dengan SAP PP 71 Tahun 2010.

Page 28: BAB II Kajian Pustaka an underlying characteristic of an ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_0607615_chapter2(1).pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

35

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis

“Hipotesis adalah hasil berpikir deduktif dalam kerangka pemikiran yang

merupakan jawaban sementara dari permasalah penelitian yang biasanya

dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji secara empirik.” (Tim Dosen

Akuntansi UPI, 2008 : 20)

Dengan mengacu pada teori-teori dan permasalahan yang terjadi, maka

hipotesis yang penulis ajukan untuk penelitian ini adalah ”Kompetensi Aparatur

memiliki pengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan”.