8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Konsep dan Karakteristik Kompetensi
2.1.1.1 Konsep Kompetensi
Kompetensi bukanlah merupakan konsep yang baru. Ruky (2003 : 104)
mengutip pendapat Spencer & Spencer dari kelompok konsultan Hay & Mac
Ber menyatakan bahwa kompetensi adalah “an underlying characteristic of an
individual that is casually related to criterion – referenced effective and/or
superior performance in a job or situation” (Karakteristik dasar seseorang yang
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, mem-buat generalisasi terhadap
segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia).
Definisi kompetensi dari Spencer & Spencer tersebut banyak dianut oleh
para praktisi manajemen SDM. Termasuk praktisi di Indonesia, salah satunya
adalah The Jakarta Consulting Group yang memberikan batasan bahwa
kompetensi adalah segala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari
motif, pengetahuan, sikap, perilaku utama agar mampu melaksanakan pekerjaan
dengan sangat baik atau yang membedakan antara kinerja rata-rata dengan
kinerja superior. Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang individual.
Menurut Mcclelland (dalam Nyoman Rudana,2005 : 6), kompetensi bisa
dianalogikan seperti “gunung es” dimana keterampilan dan pengetahuan
membentuk puncaknya yang berada di atas air. Bagian yang ada di bawah
9
permukaan air tidak terlihat dengan mata telanjang, namun menjadi fondasi dan
memiliki pengaruh terhadap bentuk dari bagian yang berada di atas air. Peran
social dan citra diri berada pada bagian “sadar” seseorang, sedangkan sikap dan
motivasi seseorang berada pada alam “bawah sadar”nya.
Terdapat berbagai macam definisi kompetensi. Tetapi definisi yang
sering dipakai adalah sejumlah karakteristik yang mendasari individu untuk
mencapai kinerja superior. Berikut ini beberapa referensi yang berkaitan dengan
definisi kompetensi :
a. Menurut JGN Consulting Denver USA (dalam Nyoman Rudana,2005 : 6),
kompetensi merujuk pada pengetahuan (knowledge), keahlian (Skills) dan
kemampuan (abilities), yang dapat didemonstrasikan, yang dilakukan
dengan standar tertentu. Kompetensi dapat diobservasi, merupakan
tindakan perilaku yang memerlukan kombinasi dari ketiga hal ini.
Kompetensi ini ditujukan dalam konteks pekerjaan dan dipengaruhi oleh
budaya organisasi dan lingkungan kerja. Dengan kata lain, kompetensi
meliputi kombinasi dari pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan atau fungsi di dalam setting
pekerjaan.
b. Menurut Competency Standards Body Canberra 1994 (dalam Nyoman
Rudana,2005 : 6), kompetensi terdiri atas pengetahuan, keahlian dan
aplikasi yang konsisten dari keduanya untuk mencapai standar kinerja yang
diperlukan dalam pekerjaan.
10
c. Menurut A. D. Lucia & R. Lepsinger / Preface xiii, kompetensi merupakan
model yang mengidentifikasi keahlian, pengetahuan dan karakteristik yang
diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan.
d. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 43/KEP/2001 (2001
: 2) ditentukan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik
yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan,
keahlian dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya.
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu fakta dan angka dibalik aspek teknis.
2. Keahlian / Keterampilan (Skills), yaitu kemampuan untuk menunjukkan
tugas pada tingkat kriteria yang dapat diterima secara terus menerus
dengan kegiatan yang paling sedikit.
3. Sikap (attitude), yaitu yang ditunjukkan kepada pelanggan dan orang
lain bahwa yang bersangkutan mampu berada dalam lingkungan
kerjanya.
Dari semua definisi di atas Mustopadidjaja (2002) menyimpulkan bahwa
kompetensi di artikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi
mencakup atas pengetahuan, keahlian/keterampilan, sikap dan perilaku atau
KSA (Knowledge, Skills, Attitude) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau
tugas sesuai dengan standar performance yang ditetapkan.
Dari ketiga hal mendasar di atas Mustopadidjaja (2002) menjabarkan
bahwa, pengetahuan dapat terobservasi melalui kemampuan seseorang berpikir
analisis dan konseptual, mampu memahami selukbeluk pekerjaannya dengan
11
baik, memiliki keahlian teknis dan mengetahui sejarah, adat istiadat dan
kebiasaan masyarakat disekitarnya. Keahlian/keterampilan dapat dilihat pada
kemampuannya memimpin, merencanakan dan bekerjasama dalam kelompok
serta memiliki ketelitian, kreativitas dan kualitas kerja. Sedangkan dalam
pembentukan sikap dan karakter yang menonjol meliputi kejujuran dan
berkemampuan untuk berempati kepada orang lain, bisa mengendalikan diri dan
fleksibel dalam menyelesaikan tugas, berkomitmen dalam bekerja dan memiliki
motivasi diri sendiri serta memiliki inisiatif untuk mengembangkan
pekerjaannya.
2.1.1.2 Standar Kompetensi
Suprapto (2002 : 7) menyatakan bahwa standar kompetensi adalah :
Spesifikasi atau sesuatu yang dibakukan, memuat persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan melakukan pekerjaan tertentu agar yang bersangkutan mempunyai kemampuan melaksanakan pekerjaan dengan hasil baik. Menurut Badan Kepegawaian Negara Nomor 43/KEP/2001 (2001 : 2)
standar kompetensi jabatan struktural Pegawai Negeri Sipil (PNS) meliputi :
1. Kompetensi umum adalah kemampuan dan karakteristik yang harus di miliki
oleh seorang pegawai negeri sipil berupa pengetahuan dan perilaku yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan struktural yang dipangkunya.
Kompetensi ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun diklat
kepemimpinan.
2. Kompetensi khusus adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seorang pegawai negeri sipil berupa keahlian untuk melaksanakan tugas
12
jabatan struktural yang dipangkunya. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui
diklat teknis.
Menurut Maarif (2003:16), penetapan standar kompetensi dapat
diprioritaskan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap, baik yang bersifat
hard competencies maupun soft competencies. Soft competencies menurut
Spencer (dalam Nyoman Rudana,2005 : 9) meliputi enam kelompok
kompetensi, yaitu :
a. Kemampuan merencanakan dan mengimplementasikan (motivasi untuk
berprestasi, perhatian terhadap kejelasan tugas, ketelitian dan kualitas kerja,
proaktif dan kemampuan mencari dan menggunakan informasi).
b. Kemampuan melayani (empati, berorientasi pada pelanggan).
c. Kemampuan memimpin (kemampuan mengembangkan orang lain,
kemampuan mengarahkan kerjasama kelompok, kemampuan memimpin
kelompok).
d. Kemampuan berpikir (berpikir analisis, berpikir konseptual, keahlian
teknis/professional/manajerial).
e. Kemampuan bersikap dewasa (kemampuan mengendalikan diri,
fleksibilitas, komitmen terhadap organisasi).
Suprapto (2002 : 3) berpendapat bahwa standar kompetensi minimal
mengandung empat komponen pokok, yaitu: (1) Knowledge; (2) Skills; (3)
Attitude; dan (4) Kemampuan untuk mengembangkan Knowledge dan Skills
pada orang lain. Secara spesifik Suprapto (2002:3) menjelaskan bahwa
kualifikasi PNS dapat ditinjau dari tiga unsur utama, yaitu keahlian,
13
kemampuan teknis dan sifat-sifat personil yang baik.
Untuk keahlian PNS antara lain :
1. Memiliki pengalaman yang sesuai dengan tugas dan fungsinya;
2. Memiliki pengetahuan yang mendalam dibidangnya;
3. Memiliki wawasan yang luas;
4. Beretika.
Untuk kemampuan teknis, PNS antara lain harus memahami tugas-tugas
dibidangnya. Sedangkan untuk sifat-sifat pegawai yang baik antara lain harus
memiliki disiplin yang tinggi, jujur, sabar, menaruh minat, terbuka, objektif,
pandai berkomunikasi, selalu siap dan terlatih. Dari pendapat-pendapat tersebut,
dapat dikatakan bahwa kegiatan standarisasi pada dasarnya merupakan kegiatan
dinamis, yaitu mengikuti perkembangan dinamika kegiatan masyarakat di
tingkat nasional maupun internasional. Cakupan standar kompentensi PNS pada
prinsipnya dapat didasarkan kepada jabatan structural dan fungsional. Jabatan-
jabatan tersebut berdasarkan pada sifat pekerjaannya sehingga dapat disusun
standar kompetensi yang spesifik.
2.1.1.3 Karakteristik Kompetensi
Sesuai dengan TAP MPR Nomor VI tahun 2002 yang mengamanatkan
kepada Presiden untuk membenahi budaya birokrasi, maka dikenakan SK
Men.PAN Nomor 25/KEP/M.PAN/4/2002 tentang buku Pedoman Pengembangan
Budaya Kerja. Didalamnya mengandung 17 (tujuh belas) elemen prinsip-prinsip
budaya kerja yang meliputi : komitmen dan konsistensi – wewenang dan tanggung
14
jawab – ikhlas dan jujur – integritas dan profesionalisme – kreativitas dan
kepekaan – kepemimpinan dan keteladanan – kebersamaan dan dinamika
kelompok – ketepatan dan kecepatan – rasionalitas dan kecerdasan emosi –
keteguhan dan ketegasan – disiplin dan keteraturan kerja – keberanian dan
kearifan – dedikasi dan loyalitas – semangat dan motivasi – ketekunan dan
kesabaran – keadilan dan keterbukaan – berilmu pengetahuan dan teknologi.
Penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat
kinerja yang diharapkan untuk kategori baik atau rata – rata (BKN, 2003:10).
Penentuan ambang kompetensi yang dibutuhkan tentunya dapat dijadikan dasar
bagi proses seleksi, suksesi perencanaan, evaluasi kinerja dan pengembangan
sumber daya manusia.
Sedangkan penjelasan lebih rinci dari masing-masing kompetensi menurut
David McClelland (dalam Nyoman Rudana,2005 : 7) adalah sebagai berikut :
a. Keterampilan : Keahlian/kecakapan melakukan sesuatu dengan baik.
Contoh : Kemampuan mengemudi
b. Pengetahuan : Informasi yang dimiliki/dikuasai seseorang dalam bidang
tertentu. Contoh : Mengerti ilmu manajemen keuangan.
c. Peran Sosoal : Citra yang diproyeksikan seseorang kepada orang lain.
Contoh : Menjadi seorang pengikut atau seorang oposan.
d. Citra Diri : Persepsi individu tentang dirinya (“the inner self”).
Contoh : Melihat/memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin.
e. Trait : Karakteristik yang relatif konstan pada tingkah laku seseorang.
Contoh : Seorang pendengar yang baik.
15
f. Motif : Pemikiran atau niat dasar yang konstan yang mendorong individu
untuk bertindak atau berperilaku. Contoh : Ingin selalu dihargai, dorongan
untuk mempengaruhi orang lain.
Seluruh kompetensi yang telah berhasil diidentifikasi, terbagi dalam
berbagai tingkatan, dimana masing-masing level diwakili oleh deskripsi dari
indikator tingkah laku yang menunjukkan derajat kompetensi yang berbeda-beda.
Perbedaan tiap tingkatan dibuat sedemikian rupa untuk dapat dikenali sehingga
dapat memudahkan penilai untuk menentukan dengan akurat tingkat kompetensi
yang dimiliki oleh seseorang. Deskripsi tingkah laku pada masing-masing
tingkatan juga dapat meminimalkan unsur subyektifitas dari penilai atau kesalahan
penilaian karena ketidaksamaan persepsi antar penilai.
2.1.1.4 Kompetensi Akuntan
Dalam SPAP (2008 : 14) dijelaskan beberapa prinsip kompetensi serta
sikap kecermatan dan kehati-hatian yang harus dimiliki seorang akuntan, yaitu :
1. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
professional mewajibkan setiap praktisi untuk:
a. Memelihara pengetahuan serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian jasa
profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja; dan
b. Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan seksama sesuai
dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasa profesionalnya.
16
2. Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan
pertimbangan yang cermat dalam menerapkan pengetahuan dan
keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua
tahap yang terpisah sebagai berikut:
a. Pencapaian kompetensi profesional; dan
b. Pemeliharaan kompetensi profesional.
3. Pemeliharaan kompetensi professional membutuhkan kesadaran dan
pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi
dan perkembangan bisnis yang relevan. Pengembangan dan pendidikan
professional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan
dan memelihara kemampuan praktisi agar dapat melaksanakan
pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.
4. Sikap kecermatan dan kehati-hatian professional mengharuskan setiap
praktisi untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh dan
tepat waktu, sesuai dengan persyaratan penugasan.
5. Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan
yang tepat bagi mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam
kapasitas profesional.
6. Bila dipandang perlu, praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa
profesional yang diberikan kepada klien, pemberi kerja atau pengguna
jasa professional lainnya untuk menghindari terjadinya kesalahtafsiran
atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa profesional yang
diberikan.
17
2.1.2 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.1.2.1 Pelaporan Keuangan Pemerintah
Menurut lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan
merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Laporan keuangan pemerintah ditujukan untuk memenuhi tujuan umum
pelaporan keuangan, namun tidak untuk memenuhi kebutuhan khusus
pemakainya. Disamping penyusunan laporan keuangan bertujuan umum, entitas
pelaporan dimungkinkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang disusun
untuk kebutuhan khusus. (PP No 27,2010).
Mardiasmo (2002 : 160) mengatakan bahwa lembaga pemerintah dituntut
untuk dapat membuat laporan keuangan eksternal yang meliputi laporan keuangan
formal seperti laporan surplus defisit, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas
dan neraca serta kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan non
finansial.
Pelaporan keuangan dihasilkan dari proses akuntansi keuangan dan
merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-
pihak eksternal yang menaruh perhatian kepada badan atau organisasi pembuat
laporan serta aktivitas-aktivitasnya.
18
Pengguna laporan keuangan menurut PSAK (2007 : 3) meliputi :
1. Investor.
Penanaman modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka
lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan
apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang
saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan.
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun
dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman.
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya.
Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada
perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi
19
pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada
kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan.
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah.
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan
dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk
mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai
dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat.
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
20
Sedangkan pengguna laporan keuangan pemerintahan dalam SAP menurut
International Federation of Accountants – Public Sector Committee (IFAC –
PSC) dikelompokan sebagai berikut :
1. Badan legislatif dan badan-badan lain yang mempunyai kekuasaan
mengatur dan mengawasi.
Badan legislatif merupakan pengguna utama dari laporan keuangan
pemerintah. Laporan keuangan tersebut akan memberikan informasi yang
dapat membantu untuk dapat mengetahui bagaimana pemerintah mengurus
sumber-sumber, ketaatan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-
undangan, dan kondisi keuangan maupun kinerja.
2. Rakyat.
Rakyat merupakan kelompok terbesar dari pengguna laporan, yang terdiri
dari para pembayar pajak, pemilih, serta kelompok-kelompok yang
mempunyai ketertarikan khusus dan memperoleh pelayanan dan manfaat
dari pemerintah.
3. Investor dan kreditur.
Pemerintah harus memberikan informasi-informasi yang berguna kepada
investor dan kreditur pemerintah yang pada akhirnya akan berguna untuk
penilaian kemampuan pemerintah dalam membiayai kegiatan-kegiatan
serta memenuhi kewajiban dan komitmennya.
4. Pemerintah lain, badan internasional, dan penyedia sumber lain.
Seperti para investor dan kreditur bahwa pemerintah lain, badan
internasional dan penyedia sumber lain menaruh ketertarikan terhadap
21
kondisi keuangan pemerintah selain itu mereka juga menaruh perhatian
terhadap rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan.
5. Analis Ekonomi dan Keuangan
Para analis Ekonomi dan Keuangan termasuk media-media keuangan
menelaah, menganalisis dan menyebarkan hasil-hasilnya kepada para
pemakai laporan yang lain. Mereka melakukan evaluasi masalah-masalah
ekonomi dan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa beban yang
diemban oleh suatu pelaporan sangat bervariasi karena makin banyak informasi
yang dibutuhkan baik oleh para pengambil keputusan maupun rakyat sebagai
pembayar pajak. Kebutuhan akan informasi itu dilatarbelakangi oleh tujuan-tujuan
berbeda seperti ekonomi, sosial, bahkan politik.
2.1.2.2 Tujuan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Berdasarkan PSAK (2007 : 4), tujuan laporan keuangan adalah
“menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.”
Mardiasmo (2004 : 37) memaparkan bahwa secara garis besar, tujuan
umum penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah sebagai
berikut:
22
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan
keputusan ekonomi, sosial dan politik serta sebagai bukti
pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan (stewardship)
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan organisasi.
Sedangkan secara khusus, tujuan penyajian laporan keuangan oleh
pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka
pendek unit pemerintah.
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang
terjadi di dalamnya.
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya
dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan
ketentuan lain yang disyaratkan.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk
memprediksi pengaruh pemilikan dan pembelanjaan sumber daya ekonomi
terhadap pencapaian tujuan operasional.
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional.
Sedangkan berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) menyatakan bahwa pelaporan keuangan pemerintah
23
seharusnya menyajikan informasi bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas
dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan
cara :
1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran.
2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber
daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan.
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kas-nya.
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
pajak dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode berjalan.
24
2.1.2.3 Kualitas Laporan Keuangan
Laporan keuangan memuat informasi keuangan suatu instansi pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja instansi
tersebut. Menurut Mc Leod (dalam Azhar Susanto (2008 : 38) suatu informasi
yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri :
1. Akurat
Informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pengujian
akurasi dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda, apabila
pengujian tersebut menghasilkan hasil yang sama maka data tersebut
dianggap akurat.
2. Tepat Waktu
Informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut
diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.
3. Relevan
Informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
individu yang ada di berbagai tingkatan dan bagian dalam organisasi.
4. Lengkap
Informasi harus diberikan secara lengkap. Misalnya informasi tentang
penjualan tidak ada bulannya atau tidak ada data fakturnya.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat beberapa karakterisktik
kualitatif berdasarkan PSAK (2007 : 7) yaitu :
25
1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Meterialitas
4. Keandalan
5. Penyajian jujur
6. Substansi mengungguli bentuk
7. Netralitas
8. Pertimbangan sehat
9. Kelengkapan
10. Dapat dibandingkan
Sedangkan karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PP No. 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah ukuran-
ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat
normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat
memenuhi kualitas yang dikehendaki :
1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi
masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di
masa lalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang relevan
dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
26
Informasi yang relevan adalah :
• Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat
mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
• Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
• Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna dalam pengambilan keputusan.
• Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatar
belakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan
keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
2. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan.
27
Informasi yang andal memenuhi karakteristik sebagai berikut :
• Penyajian jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
• Dapat diverifikasi
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan
apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang
berbeda, hasilnya tetap menunjukan simpulan yang tidak jauh
berbeda.
• Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
3. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan
dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal
dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan
bila entitas diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang
28
lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan,
perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
4. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
2.1.2.4 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
Dalam PSAK ada beberapa kendala informasi yang relevan dan andal,
yaitu :
1. Tepat waktu
2. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
3. Keseimbangan di antara karakteristik kualitatif
4. Penyajian wajar
Sedangkan dalam SAP dikatakan bahwa kendala informasi akuntansi dan
laporan adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi
yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang
relevan dan andal akibat keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan
kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan
laporan keuangan pemerintah yaitu :
29
1. Materialitas
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan
pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria
materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar
laporan keuangan.
2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya
penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak
semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari
biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat
merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak
harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat. Manfaat
mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain disamping mereka yang
menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada
kreditor mungkin akan mengurangi biaya yang dipikul oleh suatu entitas
pelaporan.
3. Keseimbangan antara Karakteristik Kualitatif
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan agar mencapai
suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai tujuan normatif yang
diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan
relatif antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara
30
relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua
karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan
profesional.
2.2 Kerangka Pemikiran
Kompetensi bukanlah sebuah konsep yang baru. Di Amerika Serikat,
konsep kompetensi modern mulai diperkenalkan pada awal tahun 70-an.
McClelland (dalam Nyoman Rudana,2006 : 6) mendefinisikan “Kompetensi
sebagai karakteristik yang mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh
langsung terhadap, atau dapat memprediksikan, kinerja yang sangat baik.”
Dengan kata lain, kompetensi adalah apa yang para outstanding performers lebih
sering lakukan, di situasi yang lebih banyak, dengan hasil yang lebih baik,
daripada yang dilakukan para average performers.
Menurut Surat Keputusan Kepala BKN Nomor : 43/KEP/2001 tentang
standar kompetensi jabatan struktural, kompetensi adalah kemampuan dan
karakteristik yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa pengetahuan,
keahlian dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
Begitu pula pendapat Mustopadidjaja (2002) yang menyatakan bahwa
kompetensi menjadi satu karakteristik yang mendasari individu atau seseorang
mencapai kinerja tinggi dalam pekerjaannya. Karakteristik itu muncul dalam
bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude)
untuk menciptakan aparatur yang memiliki semangat pengabdian yang tinggi
dalam melayani masyarakat yang selalu bertindak hemat, efisien, rasional,
31
transparan dan akuntabel. Untuk itu, diperlukan strategi peningkatan kompetensi
aparatur, dimana kompetensi yang memadai merupakan sesuatu yang sangat
mutlak yang perlu dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran aparatur
pemerintah baik di pusat maupun di daerah.
Dari beberapa definisi di atas Mustopadidjaja (2002) merumuskan bahwa
kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi
mencakup atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Adapun yang dimaksud dengan standar kompetensi menurut Suprapto
(2002 : 7) :
Spesifikasi atau sesuatu yang dibakukan, memuat persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan melakukan pekerjaan tertentu agar yang bersangkutan mempunyai kemampuan melaksanakan pekerjaan dengan hasil baik. Pendapat lain dikemukakan oleh Muins (2000 : 40) bahwa “Standar
Kompetensi merupakan ukuran untuk memahami dan berkomunikasi dengan
berbagai kultur dan erat kaitannya dengan profesionalisme”.
Penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat
kinerja yang diharapkan untuk kategori baik atau rata-rata (BKN,2001:10).
Penentuan ambang kompetensi yang dibutuhkan tentunya dapat dijadikan dasar
bagi proses seleksi, suksesi perencanaan, evaluasi kinerja dan pengembangan
sumber daya manusia.
Pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung
jawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam rangka pengelolaan keuangan
32
daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah wajib menyampaikan
pertanggungjawaban yang berupa laporan keuangan daerah (PP Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 : 2)
Laporan keuangan dapat diartikan seperti yang dikemukakan oleh Deddi
Nordiawan (2006 : 151) yaitu “Merupakan bentuk pertanggung jawaban atas
kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh sesuatu entitas”. Laporan
keuangan yang diterbitkan harus berdasarkan standar akuntansi yang berlaku agar
laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan dari entitas yang lain.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah harus bisa menjadi subyek pemberi
informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui
(right to know), hak untuk diberi informasi (right to be informed) dan hak untuk
didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to). Hal ini semua pada
akhirnya menuntut kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PP No. 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki :
1. Relevan
2. Andal
33
3. Dapat Dibandingkan
4. Dapat Dipahami
Terdapat beberapa alasan mengapa pemerintah perlu membuat laporan
keuangan. Dilihat dari sisi internal, laporan keuangan merupakan alat pengendali
dan evaluasi kerja pemerintah dan unit kerja pemerintah. Laporan keuangan bagi
pihak internal merupakan bentuk pertanggungjawaban internal. Sementara itu
dilihat dari sisi pemakai eksternal laporan keuangan pemerintah merupakan salah
satu bentuk pertanggungjawaban kepada para pemakai eksternal sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik. Karena laporan
keuangan tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, maka laporan
keuangan pemerintah harus disajikan secara relevan dan reliable serta perlu
dilengkapi dengan pengungkapan memadai mengenai informasi-informasi yang
dapat mempengaruhi keputusan.
Menurut Anwar Nasution (dalam penyampaian ikhtisar akhir hasil
pemeriksaan BPK untuk semester I/2008 kepada DPR di Jakarta) ketidaksiapan
sumber daya manusia atau aparatur pemda dalam menyajikan laporan keuangan
pemda berdasarkan peraturan yang berlaku mempengaruhi meningkatnya
perolehan opini disclaimer pada saat ini, artinya dengan meningkatnya
kompetensi aparatur, utamanya dalam keahlian pengelolaan keuangan negara akan
memungkinkan adanya kesiapan dari aparatur pemda pada setiap satuan kerja
untuk dapat mengimplementasikan standar akuntansi pemerintahan, sehingga
dengan adanya kompetensi aparatur ini akan meningkatkan kualitas laporan
34
keuangan satuan kerja yang pada akhirnya akan menghasilkan laporan konsolidasi
yang berkualitas.
Peneliti merujuk kepada penelitian-penelitian terdahulu dalam menyusun
penelitian ini, yaitu :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun
Penelitian Hasil
Alat
Metodologi
Penelitian
1
Iman
Abdurachman
Pengaruh Kompetensi Aparatur
Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Organisasi
Perangkat Daerah (Survey Pada
Organisasi Perangkat Daerah di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Purwakarta)
2009
32,9%
(Pengaruh
Positif)
Deskriptif analitik, penyebaran Kuesioner
2 Adrianus Fajar
Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Bandung
2010
78,3%
(Pengaruh
Positif)
Deskriptif analitik, penyebaran Kuesioner
Dari pemaparan di atas berdasarkan pada teori-teori yang ada bahwa
pemerintah daerah mengacu pada Surat Keputusan BKN No. 43/KEP/2001
sebagai standar kompetensi aparatur guna menghasilkan laporan keuangan
pemerintah daerah sesuai dengan SAP PP 71 Tahun 2010.
35
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
“Hipotesis adalah hasil berpikir deduktif dalam kerangka pemikiran yang
merupakan jawaban sementara dari permasalah penelitian yang biasanya
dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji secara empirik.” (Tim Dosen
Akuntansi UPI, 2008 : 20)
Dengan mengacu pada teori-teori dan permasalahan yang terjadi, maka
hipotesis yang penulis ajukan untuk penelitian ini adalah ”Kompetensi Aparatur
memiliki pengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan”.