akuntansi repo & lindung nilai syariah · didokumentasikan dalam dokumen janji 2. pihak yang...
TRANSCRIPT
AKUNTANSI REPO & LINDUNG NILAI SYARIAH
Jusuf Wibisana Anggota Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS)
Ikatan Akuntan Indonesia
Trans Luxury Hotel, Bandung
9 Desember 2016
Materi ini dipersiapkan sebagai bahan pembahasan isu terkait, dan tidak merepresentasikan posisi DSAS IAI
atas isu tersebut. Posisi DSAS IAI hanya ditentukan setelah melalui due process procedure and proses
pembahasan sebagaimana dipersyaratkan oleh IAI
1. Tidak boleh untuk tujuan spekulatif
2. Terdapat kebutuhan nyata untuk mengurangi risiko nilai tukar pada masa yang akan datang.
3. Didahului dengan muwa’addah (saling berjanji)
1. Didokumentasikan dalam dokumen janji
2. Pihak yang melanggar janji dikenakan sanksi*
4. Wajib memliki underlying transaksi yg tidak bertentangan dengan syariah
5. Terjadi pemindahan dana pokok secara penuh
Prinsip Syariah – Lindung Nilai Syariah
3
*PBI No. 18
• Transaksi Lindung Nilai Syariah transaksi yang dilakukan berdasarkan pada Prinsip Syariah dalam rangka memitigasi risiko perubahan nilai tukar atas mata uang tertentu di masa yang akan datang (PBI)
• Underlying Transaksi kegiatan yang mendasari kebutuhan untuk melakukan Transaksi Lindung Nilai Syariah, yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
DEFINISI
4
• Transaksi Spot • transaksi pembelian dan penjualan valuta asing yang penyerahan dananya
dilakukan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi.
• transaksi dengan penyerahan valuta pada hari yang sama (today) atau
• dengan penyerahan 1 (satu) hari kerja setelah tanggal transaksi (tomorrow).
• Forward Agreement saling berjanji (muwa’adah) untuk melakukan Transaksi Spot dalam jumlah tertentu di masa yang akan datang dengan nilai tukar atau perhitungan nilai tukar yang disepakati pada saat saling berjanji.
• Wa’ad (Janji) Pernyataan kehendak dari pihak/seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik (atau tidak melakukan perbuatan buruk) di masa yang akan datang.
DEFINISI
5
• Wa 'd harus dinyatakan secara tertulis dalam akta/kontrak perjanjian;
jual-beli SBS yang menggunakan/mengacu disepakati;
• Wa’ad harus dikaitkan dengan sesuatu yang tidak melanggar syariah
• Janji (wa'd) dalam transaksi keuangan dan bisnis syariah adalah mulzim
dan wajib dipenuhi (ditunaikan) oleh wa'id
• Mulzim adalah mengikat; dalarn arti bahwa wa'id wajib menunaikan
janjinya (rnelaksanakan mau 'ud bih), serta boleh dipaksa oleh mau 'ud
dan/atau pihak otoritas untuk menunaikan janjinya.
Fatwa DSN MUI No. 85 – Wa’ad
6
PERSYARATAN LINDUNG NILAI –
IFRS 9
hubungan lindung nilai memenuhi seluruh persyaratan lindung nilai berikut ini:
i. (i) terdapat hubungan ekonomik antara item dilindung nilai dengan instrumen lindung nilai
ii. (ii) pengaruh risiko kredit tidak mendominasi perubahan nilai yang dihasilkan dari hubungan ekonomik tersebut dan
iii. (iii) rasio lindung nilai dari hubungan lindung nilai adalah sama dengan yang timbul dari kuantitas item yang dilindung nilai yang dilindung nilai secara aktual oleh entitas dan kuantitas instrumen lindung nilai yang secara aktual digunakan entitas untuk melindung nilai sejumlah kuantitas yang dilindung nilai tersebut. Namun demikian, penetapan tersebut tidak merefleksikan ketidakseimbangan antara pembobotan item yang dilindung nilai dan instrumen lindung nilai yang akan menciptakan ketidakefektifan lindung nilai (tidak memperdulikan apakah diakui atau tidak) yang dapat dihasilkan secara akuntansi yang menjadi tidak konsisten dengan tujuan akuntansi lindung nilai.
• PBI Nomor 18/2/PBI/2016 Tentang Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah
• Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/11/DEKS Tanggal 12 Mei 2016 Perihal Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah
• Fatwa DSN MUI No. 85/DSN-MUI/XII/2012 tentang Janji (wa’ad) dalam Transaksi Keuangan dan Bisnis Syariah
• Fatwa DSN MUI No. 96/DSN-MUI/IV/2015 tentang Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar.
Peraturan Terkait Lindung Nilai
9
Repo Syariah
• Transaksi Repo SBS adalah transaksi penjualan surat berharga syariah oleh suatu Lembaga Keuangan Syariah kepada Lembaga Keuangan Syariah lain atau kepada lembaga konvensional dan sebaliknya dengan janji pembelian kembali oleh penjual pada masa yang akan datang;
• Repo syariah digunakan oleh Bank untuk memenuhi likuiditas perbankan syariah.
• Repo syariah dilakukan menggunakan akad al bai’ (jual beli) yang disertai dengan janji (al wa’d) oleh Bank kepada lembaga keuangan lain untuk membeli kembali SBS dalam jangka waktu dan harga tertentu yang disepakati.
Repo Konvensional
1st leg
Harga jual aset keuangan: Rp 205,000,000
2nd leg
Pihak
Pertama
Pihak
Kedua
Pihak pertama memberikan aset keuangan kepada pihak kedua sebagai jaminan atas pinjaman uang yang diperolehnya pada harga Rp 205,000,000.-
Kas: Rp 205,000,000
Pihak pertama mengembalikan aset keuangan kepada pihak kedua sebesar nilai pokok Rp 205,000,000.- + bunga (Rp 50,000,000.-) dan memperoleh kembali aset keuangan yang dijaminkan.
Kas: Rp 205,000,000 + Bunga Rp 50,000,000.-
Pihak
Pertama
Pihak
Kedua Aset keuangan: Rp 205,000,000
Tidak ada perpindahan aset keuangan. Pihak pertama masih berhak mendapat bunga atas aset keuangan yang di-repokan.
1st leg 2nd leg
Akad & Pelaksanaan transaksi jual-beli 1st leg • Pihak pertama menjual SBS
kepada pihak kedua
• Disertai JANJI (Wa’ad): Pihak pertama berjanji (wa’ad) untuk membeli kembali SBS pada 2nd leg. Janji didokumentasikan dalam “Dokumen Janji”
Akad & Pelaksanaan transaksi jual-beli 2nd leg • Pihak pertama membeli
kembali SBS
Kontrak Repo untuk 1st leg & 2nd leg Pelaksanaan 1st leg: Pihak pertama memberikan aset keuangan kepada pihak kedua sebagai jaminan atas pinjaman
Pelaksanaan 2nd leg Pihak pertama membayar pokok + bunga atas pinjamannya dan memperoleh kembali surat berharga yang dijaminkan
Skema Transaksi Repo Syariah
1st leg
Jual
2nd leg
Beli Jual
Beli
Pihak
Pertama
Pihak
Kedua
Akad: jual beli sesungguhnya
Imbal hasil atas aset yang di-repo-kan dapat
diberikan pihak pembeli (pihak kedua) kepada pihak
penjual (pihak pertama), jika pihak penjual ikhlas
memberikannya.
• Akad Jual beli atas SBS harus dilakukan dengan akad jual beli
yang sesungguhnya (al-bai' al-haqiqi) yang antara lain
ditandai dengan berpindahnya kepemilikan SBS yang
diperjualbelikan berikut segala hak dan akibat hukum lain
yang melekat padanya;
• Jual-beli SBS yang dilakukan lembaga keuangan
menggunakan/mengacu harga pasar atau harga yang
disepakati;
Fatwa DSN MUI No. 94 Repo Syariah
15
Akad Jual Beli Sesungguhnya
Telah terjadi perpindahan dari pihak pertama (penjual) kepada pihak
kedua (pembeli) atas:
• Hak dan kewajiban hukum dari SBS;
• Semua manfaat dan risiko secara substansial; dan
• Pengendalian (control) atas SBS.
Konsep Wa’ad pada Repo (Fatwa No.
94)
• Penjual SBS berjanji untuk membeli kembali SBS tersebut
pada masa yang akan datang; dan Pembeli juga berjanji
untuk menjual kembali SBS tersebut pada masa yang akan
datang (saling berjanji / muwa'adah);
• Dalam hal janji tidak dipenuhi, maka pihak yang mengingkari
janji dapat dikenakan sanksi;
Substansi Mengungguli
Bentuk
• Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
(KDPPLK PSAK Syariah)
Bentuk Mengungguli
Substansi
• Dalam prinsip syariah, bentuk hukum mengungguli substansi.
Consider Substance and Form at the same time (AAOIFI Conceptual Framework)
Akuntansi Transaksi Repo Syariah
1st leg
Jual Beli
Pihak
Pertama
Pihak
Kedua
Akad: jual beli sesungguhnya
• Menghentikan pengakuan aset keuangan syariah • Mencatat penjualan • Mengakui keuntungan penjualan
Mengakui perolehan aset keuangan syariah pada nilai pasar dg selisih dari harga kesepakatan diakui sbg beban atau untung repo
Akuntansi Transaksi Repo Syariah
2nd leg
Beli Jual
Pihak
Pertama
Pihak
Kedua
Pihak pertama berjanji (wa’ad) untuk membeli kembali aset keuangan syariah. • Karena wa’ad belum memenuhi kriteria transaksi, maka tidak boleh ada pencatatan
transaksi, termasuk transaksi keuntungan/kerugian akibat perubahan harga wajar (mark-to-market). Dampak mark-to-market hanya diungkapkan pada catatan laporan keuangan.
Pencatatan dilakukan saat terjadinya transaksi jual beli.
• Fatwa DSN MUI NO: 85/DSN-MUI/XII/2012 tentang janji/ wa’ad dalam transaksi keuangan dan bisnis syariah
• Fatwa DSN MUI No. 94/DSN-MUI/IV/2014 tentang Repo Surat Berharga Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah
• SE BI No. 17/41 /DPM tanggal 16 November 2015 tentang Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga Syariah Negara dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah
• SE BI No. 17/42/DPM tanggal 16 November 2015 tentang Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga Syariah Negara dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Standing Facilities Syariah
• SE BI No. 17/45/DPM tanggal 16 November 2015 tentang Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Standing Facilities Syariah
Peraturan Terkait Repo Syariah
21
Institute of Indonesia Chartered Accountant Grha Akuntan
Jl Sindanglaya 1 Menteng Jakarta 10310
www.iaiglobal.or.id
Tel (021) 3190 4232
TERIMA KASIH