characteristic of protein and amino acids of bali and wagyu beef at
TRANSCRIPT
i
TESIS
KARAKTERISTIK PROTEIN DAN ASAM AMINODAGING SAPI BALI DAN WAGYU PADA
PENYIMPANAN SUHU DINGIN 4°C
RENY NAVTALIA SINLAE
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
i
TESIS
KARAKTERISTIK PROTEIN DAN ASAM AMINODAGING SAPI BALI DAN WAGYU PADA
PENYIMPANAN SUHU DINGIN 4°C
RENY NAVTALIA SINLAE
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
i
TESIS
KARAKTERISTIK PROTEIN DAN ASAM AMINODAGING SAPI BALI DAN WAGYU PADA
PENYIMPANAN SUHU DINGIN 4°C
RENY NAVTALIA SINLAE
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
TESIS
KARAKTERISTIK PROTEIN DAN ASAM AMINODAGING SAPI BALI DAN WAGYU PADA
PENYIMPANAN SUHU DINGIN 4°C
RENY NAVTALIA SINLAENIM 1292361016
PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
TESIS
KARAKTERISTIK PROTEIN DAN ASAM AMINODAGING SAPI BALI DAN WAGYU PADA
PENYIMPANAN SUHU DINGIN 4°C
RENY NAVTALIA SINLAENIM 1292361016
PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
TESIS
KARAKTERISTIK PROTEIN DAN ASAM AMINODAGING SAPI BALI DAN WAGYU PADA
PENYIMPANAN SUHU DINGIN 4°C
RENY NAVTALIA SINLAENIM 1292361016
PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
ii
KARAKTERISTIK PROTEIN DAN ASAM AMINODAGING SAPI BALI DAN WAGYU PADA
PENYIMPANAN SUHU DINGIN 4°C
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magisterpada Program Magister, Program Studi Kedokteran Hewan
Program Pascasarjana Universitas Udayana
RENY NAVTALIA SINLAENIM 1292361016
PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 24 JUNI 2014
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes Dr. drh. I Wayan Suardana, M.SiNIP. 19630716 198903 2 001 NIP. 19700122 199512 1 001
Mengetahui
Ketua Program Kedokteran Hewan DirekturProgram Pascasarjana Program PascasarjanaUniversitas Udayana Universitas Udayana
Prof. Dr. drh. I Ketut Puja, M.Kes Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)NIP. 19621231 198903 1 315 NIP. 19590215 198510 2 001
iv
Tesis ini telah Diuji pada
Tanggal 24 Juni 2014
Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No. 1828a/UN.14.4/HK/2014 Tanggal 23 Juni 2014
Ketua : Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes
Anggota :
1. Dr. drh. I Wayan Suardana, M.Si
2. Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si
3. Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si
4. Prof. Dr. drh. I Ketut Puja, M.Kes
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Reny Navtalia Sinlae
NIM : 1292361016
Program Studi : Kedokteran Hewan
Judul Tesis : Karakteristik Protein dan Asam Amino Daging Sapi Bali
dan Wagyu pada Penyimpanan Suhu Dingin 4°C
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI NO. 17 Tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 26 Juni 2014
Yang membuat pernyataan,
Reny Navtalia Sinlae
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis Reny Navtalia Sinlae dilahirkan pada tanggal 21 Juni 1990 di Kota
Bima, Nusa Tenggara Barat. Penulis merupakan anak kedua dari empat
bersaudara, putri dari pasangan suami istri Yandres Edison Sinlae dan Lenny
Magdalena Lay.
Penulis menempuh pendidikan di Tk. Tunas Mekar Kota Bima pada tahun
1994 dan diselesaikan pada tahun 1996 selanjutnya menempuh pendidikan di
SDN No. 6 Kota Bima dan menamatkan pendidikan tahun 2002. Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Kota Bima, diselesaikan pada tahun
2005. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kota Bima, diselesaikan
pada tahun 2008. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan di Kedokteran
Hewan Universitas Udayana, menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran
Hewan (SKH) Tahun 2012 dan menyelesaikan Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Tahun 2013.
Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Magister Program Studi S2
Kedokteran Hewan di Universitas Udayana pada Tahun 2012. Selanjutnya penulis
melakukan penelitian di Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar dan di
Laboratorium Analitik Bukit Jimbaran berjudul “Karakteristik Protein dan Asam
Amino Daging Sapi Bali dan Wagyu pada Penyimpanan Suhu Dingin 4°C”
Penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Kedokteran Hewan pada Program Magister Program Studi S2 Kedokteran Hewan
Program Pascasarjana Universitas Udayana.
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis
yang berjudul “Karakteristik Protein dan Asam Amino Daging Sapi Bali dan
Wagyu pada Penyimpanan Suhu Dingin 4°C” disusun berdasarkan hasil
penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Program
Studi Kedokteran Hewan di Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes selaku pembimbing I yang
dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan
saran selama penulis mengikuti Program Magister, khususnya dalam penyelesaian
tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr.
drh. I Wayan Suardana, M.Si selaku Pembimbing II yang penuh perhatian dan
kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof.
Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan
kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A
Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas
Udayana. Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. drh. I Ketut Puja,
M.Kes selaku Ketua Program Studi S2 Kedokteran Hewan Program Pascasarjana
viii
Universitas Udayana dan juga sebagai penguji tesis, atas kesempatan yang
diberikan untuk belajar di Program Studi yang dipimpinnya dan kesediaannya
menjadi penguji.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan
kepada para penguji tesis lainnya, yaitu Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si
dan Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si yang telah memberikan masukan, saran dan
sanggahan sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Ucapan terima kasih yang
tulus juga penulis sampaikan kepada para dosen yang telah membimbing penulis
dalam mengikuti pendidikan Program Magister pada Program Studi Kedokteran
Hewan Program Pascasarjana Univesitas Udayana.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Mundra dan drh. Ni Luh Putu Agustini yang telah meluangkan waktu
memberikan bimbingan dalam pelaksanaan penelitian di laboratorium. Ucapan
terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada orang tua penulis yaitu bapak
Yandres Edison Sinlae dan Ibu Lenny Magdalena Lay yang telah memberikan
dukungan dan perhatian dalam penulisan tesis ini. Keluarga terutama kakak
(Anastasia Anggraini) dan juga kedua adik (Ronny Adrianus dan Revaldy
Gunawan) yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan penulis
kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
Terima kasih juga kepada kak Jafis Rahmat Mahayusman, drh. Sri Milfa
Nasution, drh. Kevin Iffandi, drh. Chandra Immanuel Saragih, drh. Lusiana
Siahaan, drh. Anastacia Cornelia dan drh. Agung M.A Bilibora yang telah banyak
membantu dan memberikan saran kepada penulis. Kepada drh. Rasdiyanah dan
ix
drh. Widodo yang menjadi rekan dalam suka dan duka selama penelitian dan
penulisan tesis dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu hingga terwujudnya tesis ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan anugrah-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis ini, serta
kepada penulis dan keluarga.
Denpasar, 26 Juni 2014
Penulis
x
ABSTRAK
KARAKTERISTIK PROTEIN DAN ASAM AMINO DAGING SAPI BALIDAN WAGYU PADA PENYIMPANAN SUHU DINGIN 4°C
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh bangsa sapi (sapibali dan wagyu) dan lama penyimpanan pada suhu dingin (4°C) terhadapkarakteristik protein dan asam amino daging. Penelitian ini menggunakanRancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial. Faktor 1 : jenis daging (sapi balidan wagyu) dan faktor ke-2 : lama penyimpanan pada suhu dingin 4°C (hari ke-0,ke-3, ke-7 dan ke-14). Pola pita protein dianalisis menggunakan metode SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate Polycrylamide Gel Electrophoresis) sedangkanjenis asam amino dianalisis dengan metode HPLC (High Performance LiquidChromatography). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Sidik Ragam. Hasilpenelitian menunjukkan lama penyimpanan berpengaruh terhadap pemunculanpita protein daging sapi bali dan wagyu setelah penyimpanan hari ke-7 dan ke-14dan terjadi penurunan konsentrasi asam amino. Hal ini berarti aktivitas enzimproteolitik pada daging yang disimpan hari ke-7 telah mendegradasi protein dandapat berpengaruh pada kualitas daging. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwasapi bali dan wagyu memperlihatkan adanya perbedaan karakteristik protein(ketebalan dan jumlah pita) serta perbedaan yang nyata (P<0,05) dari asam aminoPhenilalanin pada daging sapi wagyu dibandingkan dengan sapi bali dan lamapenyimpanan pada suhu 4°C memperlihatkan pengaruh yang nyata (P<0,05)terhadap penurunan asam amino Histidin, Phenilalanin dan Isoleusin pada dagingsapi bali dan wagyu.
Kata kunci : Pita protein, asam amino, daging sapi bali dan wagyu
xi
ABSTRACT
CHARACTERISTIC OF PROTEIN AND AMINO ACIDS OF BALI ANDWAGYU BEEF AT COLD STORAGE TEMPERATURE 4°C
Research has been conducted to determine the effect of breed (bali cattleand wagyu) and period time at cold storage temperatures (4°C) of beef protein andamino acids charateristics. This study used the completely randomized factorialdesign. Factor 1 : types of beef (bali cattle and wagyu) and factor 2 : periodstorage at cold temperature 4°C (day of 0, 3, 7 and 14). The pattern of proteinswere analyzed using SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate Polycrylamide GelElectrophoresis) method while the amino acids were analized using HPLC (HighPerformance Liquid Chromatography) method. Data were analyzed with variancetest. The result of study showed the storage time effect on the profil of proteinbands of bali and wagyu beef after 7 days and 14 days of storage. The resultshowed the concentration of amino acids has been decreased too. This means thatthe activity of proteolytic enzymes in meat stored at 7 days was degradingproteins and affected the quality of meat. The conclusion indicated the bali cattleand wagyu showed characteristic differences in protein (the thickness and numberof bands) as well as significant differences (P<0,05) of the amino acidPhenylalanine in wagyu beef compared with bali beef. The period time at coldstorage temperature 4°C showed real effect (P<0,05) to the decline of the aminoacid Histidine, Phenylalanine and Isoleucine in bali and wagyu beef.
Key words: Protein band, amino acids, bali and wagyu beef
xii
RINGKASAN
KARAKTERISTIK PROTEIN DAN ASAM AMINO DAGING SAPI BALIDAN WAGYU PADA PENYIMPANAN SUHU DINGIN 4°C
Daging merupakan sumber protein terbesar. Kualitas proteinnya dapatdilihat dari komposisi asam amino penyusun daya cerna protein yang menentukanketersediaan asam amino secara biologis. Keberadaan sapi bali di Indonesia untukproduksi daging sangat dihandalkan namun sampai saat ini wisatawan asing tidakmengkonsumsi daging sapi bali selain citarasa yang kurang disukai dan lebih alotdibandingkan daging sapi wagyu. Secara genetik sapi bali dan wagyu berbeda,ditunjukkan dengan ciri-ciri fenotipnya, sehingga diduga protein penyusun dagingsapi bali dan wagyunya juga berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan tujuanuntuk mengetahui pengaruh bangsa sapi (sapi bali dan wagyu) dan lamapenyimpanan pada suhu dingin 4°C terhadap karakteristik protein daging sertakomposisi asam amino yang terdapat pada kedua jenis daging tersebut.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) PolaFaktorial. Faktor 1 : jenis daging (sapi bali dan wagyu) dan faktor ke-2 : lamapenyimpanan pada suhu dingin 4°C (hari ke-0, ke-3, ke-7 dan ke-14). Ruanglingkup penelitian ini meliputi kegiatan melakukan karakteristik protein dagingsapi bali dan wagyu dan selanjutnya melakukan analisis terhadap jenis asamamino setelah penyimpanan pada suhu dingin. Sumber data ditentukan dari hasilelektroforesis (SDS-PAGE), sedangkan hasil analisis jenis asam aminonya denganmetode HPLC. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Sidik Ragam.
Hasil penelitian menunjukkan lama penyimpanan berpengaruh terhadappemunculan pita protein daging sapi bali dan wagyu setelah penyimpanan hari ke-7 dan ke-14 dan terjadi penurunan konsentrasi asam amino. Hal ini berartiaktivitas enzim proteolitik pada daging yang disimpan hari ke-7 telahmendegradasi protein dan dapat berpengaruh pada kualitas daging. Hasil analisissidik ragam menunjukkan beberapa asam amino esensial pada daging sapi balidan wagyu mengalami penurunan yang signifikan yaitu asam amino Histidin,Arginin, Metionin, Phenilalanin, dan Isoleusin sedangkan asam amino non-esensial mengalami penurunan yang nyata pada asam amino Glisin, Alanin danTirosin.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sapi balidan wagyu memperlihatkan adanya perbedaan karakteristik protein (ketebalan danjumlah pita) serta perbedaan yang nyata (P<0,05) dari asam amino Phenilalaninpada daging sapi wagyu dibandingkan dengan sapi bali dan lama penyimpananpada suhu 4°C memperlihatkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadappenurunan asam amino Histidin, Phenilalanin dan Isoleusin pada daging sapi balidan wagyu. Disarankan agar diberikan skor terhadap pita yang muncul untukmemastikan tebal dan tipisnya pita dari masing-masing sampel daging sapi balidan wagyu, dan juga disarankan agar hotel, restoran dan masyarakat luas tidakmelakukan penyimpanan daging lebih dari tiga hari karena telah terjadi penurunankualitas yakni penurunan konsentrasi protein dan asam amino daging.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................ iPRASYARAT GELAR .................................................................................. iiLEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iiiPENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................ ivUCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... viiABSTRAK ..................................................................................................... xABSTRACT ................................................................................................... xiRINGKASAN ................................................................................................. xiiDAFTAR ISI .................................................................................................. xiiiDAFTAR TABEL ......................................................................................... xvDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 11.1 Latar Belakang .................................................................................. 11.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 21.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 31.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 42.1 Daging Sapi Bali dan Wagyu ............................................................. 42.2 Lama Penyimpanan ............................................................................ 5
2.2.1 Suhu dingin .............................................................................. 72.2.2 Pembekuan daging ................................................................... 9
2.3 Karakteristik Protein Daging .............................................................. 112.3.1 Jenis protein ............................................................................. 122.3.2 Asam amino ............................................................................. 13
2.3.2.1 Asam amino esensial.................................................... 142.3.2.2 Asam amino non-esensial ............................................ 14
2.4 Daging................................................................................................. 162.5 Analisis Asam Amino......................................................................... 182.6 High Performance Liquid Chromatography (HPLC) ........................ 19
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESISPENELITIAN .................................................................................. 20
3.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 203.2 Kerangka Konsep ............................................................................... 223.3 Hipotesis ............................................................................................. 23
xiv
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 244.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 244.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 244.3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 244.4 Penentuan Sumber Data...................................................................... 254.5 Variabel Penelitian ............................................................................. 254.6 Bahan Penelitian ................................................................................. 254.7 Instrumen Penelitian ........................................................................... 264.8 Prosedur Penelitian ............................................................................. 27
4.8.1 Sampel daging.......................................................................... 274.8.2 Karakterisasi protein dengan metode SDS-PAGE................... 274.8.3 Analisis asam amino ................................................................ 29
4.9 Analisis Data....................................................................................... 32
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 335.1 Hasil Karakterisasi Protein ................................................................. 335.2 Hasil Analisis Asam Amino dari Protein Daging Sapi Bali dan
Wagyu................................................................................................. 36
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................... 46
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN............................................................ 507.1 Simpulan ............................................................................................ 507.2 Saran ................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51LAMPIRAN ................................................................................................... 57
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman2.1 Komposisi Protein dalam Urat Daging................................................... 132.2 Jenis Asam Amino Esensial dalam Daging............................................ 142.3 Jenis Asam Amino Non-Esensial dalam Daging.................................... 155.1 Pemunculan Pita Protein Daging Sapi Bali dan Wagyu selama
Penyimpanan pada Suhu 4°C ................................................................. 355.2 Hasil Analisis Konsentrasi Asam Amino Esensial dalam Bentuk
Berat Kering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu selama Penyimpananpada Suhu 4°C ........................................................................................ 36
5.3 Hasil Analisis Konsentrasi Asam Amino Non-Esensial dalam BentukBerat Kering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu selama Penyimpananpada Suhu 4°C ........................................................................................ 37
5.4 Hasil Uji LSD (List Significant Different) Asam Amino EsensialDaging Sapi Bali dan Wagyu selama Penyimpanan pada Suhu 4°C ..... 42
5.5 Hasil Uji LSD (List Significant Different) Asam Amino Non-EsensialDaging Sapi Bali dan Wagyu selama Penyimpanan pada Suhu 4°C ..... 44
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman3.1 Kerangka Penelitian................................................................................ 225.1 Hasil Elektroforesis Protein Daging Sapi Bali dan Wagyu selama
Penyimpanan pada Suhu Dingin (4°C)................................................... 335.2 Histogram Konsentrasi Asam Amino Esensial dalam Bentuk Berat
Kering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu Hari ke-0 .............................. 375.3 Histogram Konsentrasi Asam Amino Esensial dalam Bentuk Berat
Kering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu Hari ke-14 ........................... 395.4 Histogram Konsentrasi Asam Amino Non-Esensial dalam Bentuk
Berat Kering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu selama Penyimpananpada Hari ke-0 ........................................................................................ 40
5.5 Histogram Konsentrasi Asam Amino Non-Esensial dalam BentukBerat Kering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu selama Penyimpananpada Hari ke-14 ...................................................................................... 41
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Perhitungan Elektroforesis SDS-PAGE Standar Marker............................ 582. Perhitungan Elektroforesis SDS-PADE Sampel Daging Sapi Bali dan
Wagyu......................................................................................................... 593. Hasil Analisis Data Penelitian Asam Amino Esensial Daging Sapi Bali
dan Wagyu pada Penyimpanan Suhu 4°C .................................................. 634. Hasil Analisis Data Penelitian Asam Amino Non-Esensial Daging Sapi
Bali dan Wagyu pada Penyimpanan Suhu 4°C........................................... 725. Hasil Analisis Konsentrasi Asam Amino dalam Bentuk Berat Kering
(%) Daging Sapi Bali dan Wagyu ............................................................. 786. Dokumentasi Laboratorium ........................................................................ 797.
.................................................................................................................... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera,
mendorong adanya tuntutan akan kebutuhan pangan yang sempurna. Pangan yang
sempurna mencakup komposisi gizi yang seimbang antara karbohidrat sebagai
sumber energi, dan protein sebagai zat pembangun dan pengatur dalam tubuh.
Protein merupakan salah satu unsur dalam makanan yang terdiri dari asam-asam
amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sumber protein terdiri dari dua macam
yaitu protein nabati dan hewani, protein yang berasal dari hewan dalam hal ini
adalah daging merupakan sumber protein terbesar (Winarno, 2002).
Daging sebagai sumber protein hewani memiliki nilai hayati (biological
value) yang tinggi, diperkirakan terdiri dari 19% protein (Lawrie, 2003)
sedangkan menurut Soeparno (2005) protein daging diperkirakan 16-22%.
Kualitas protein dapat dilihat dari komposisi asam amino penyusun dan daya
cerna protein yang menentukan ketersediaan asam amino secara biologis. Protein
merupakan suatu persenyawaan yang khas yang ditemukan di dalam sel dan
merupakan komponen terbesar dalam membran sel, dapat membentuk jaringan
pengikat misalnya kolagen dan elastin.
Keberadaan sapi bali di Indonesia untuk produksi daging sangat
dihandalkan namun sampai saat ini wisatawan asing di Bali tidak mengkonsumsi
daging sapi bali. Citarasa daging sapi bali yang kurang disukai dan strukturnya
2
yang lebih alot dibandingkan daging wagyu menjadikan tingkat kesukaan
wisatawan terhadap daging sapi bali lebih rendah dibandingkan dengan daging
sapi wagyu (Suwiti et al., 2013). Istilah wagyu merujuk pada jenis daging sapi
khas Jepang yang terkenal dengan karakter persebaran lemak yang merata, rasa
lezat alami serta keempukannya dengan marbling yang sangat bagus.
Secara genetik sapi bali dan wagyu berbeda, hal ini ditunjukkan dengan
ciri-ciri fenotipnya yang berbeda. Hasil penelitian membuktikan dengan uji
organoleptik yang dilakukan melalui indikator keempukan, marbling dan aroma
ternyata memberikan hasil yang berbeda sehingga diduga protein penyusun
daging sapi bali dan wagyu juga berbeda (Suwiti et al., 2013).
Kualitas daging secara umum ditentukan oleh beberapa hal diantaranya
sifat fisik, kemis dan uji organoleptik. Faktor lain yang dapat berpengaruh
terhadap kualitas daging adalah jenis protein dan penyimpanan. Sampai saat ini
belum ada penelitian yang mengkaji keberadaan protein dari kedua daging
tersebut, terutama pengaruh faktor lama penyimpanan pada suhu dingin.
1.2 Rumusan Masalah
Adanya fenomena kebanyakan masyarakat sebelum mengolah daging
cenderung melakukan penyimpanan dengan alasan daging menjadi lebih awet,
dan kecenderungan wisatawan asing tidak mengkonsumsi daging sapi bali maka
dapat dirumuskan permasalahan apakah bangsa sapi (sapi bali dan wagyu) dan
lama penyimpanan pada suhu dingin (4°C) berpengaruh terhadap karakteristik
protein daging dan komposisi asam amino yang terkandung pada kedua jenis
daging tersebut, setelah dilakukan penyimpanan pada suhu dingin (4°C).
3
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bangsa sapi (sapi bali
dan wagyu) dan lama penyimpanan pada suhu dingin (4°C) terhadap karakteristik
protein daging serta komposisi asam amino yang terdapat pada kedua jenis daging
tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah sejauh
mana bangsa sapi (sapi bali dan wagyu) dan lama penyimpanan berpengaruh
terhadap karakteristik protein dan asam amino daging sehingga kepada
masyarakat hasil penelitian ini akan dapat memberikan sumbangan pemikiran
tentang penyimpanan daging.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Daging Sapi Bali dan Wagyu
Sapi yang diandalkan sebagai penghasil daging di Indonesia salah satunya
adalah sapi bali karena mempunyai presentase karkas 53-56% dengan bagian paha
depan 21-22%, paha belakang 33-37%, bagian leher, dada dan punggung 40-41%
dengan perut 4% (Hafid dan Rugayah, 2010). Sapi bali merupakan sapi
potong/pedaging yang memiliki bentuk badan kompak dan padat perdagingannya.
Keunggulan sapi bali dibandingkan sapi lain diantaranya yaitu memiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan yang kurang baik seperti dapat
memanfaatkan pakan dengan kualitas rendah (Handiwirawan dan Subandriyo,
2004) sehingga sering disebut ternak perintis (Yupardhi, 2009); mempunyai
fertilitas dan conception rate yang sangat baik, persentase karkas yang tinggi 52-
57,7%, memiliki daging berkualitas baik dengan kadar lemak rendah atau < 4%
(Handiwirawan dan Subandriyo, 2004); komposisi daging 69-71%, tulang 14-17%
lemak 13-14% (Payne dan Rollinson, 1973).
Penentuan nilai (grade) karkas pada umumnya dikelompokkan menjadi
beberapa golongan seperti kelompok, sapi prime memiliki presentase karkasnya
60-67%, sapi choice 57-64%, sapi good persentase karkasnya 55-61%, sapi
medium karkasnya 45-53% dan sapi canner persentase karkasnya 41-44%
(Wiyatna, 2007). Berdasarkan atas pengelompokkan tersebut sapi bali termasuk
5
sapi medium-baik dengan persentase karkas 52-59% (Payne dan Rollinson, 1973;
Arka, 1990).
Di Jepang dikembangkan jenis sapi untuk menghasilkan daging yang
berkualitas yakni daging sapi wagyu. Wagyu berasal dari bahasa Jepang, wa yang
berarti Jepang dan gyu yang berarti sapi. Jenis sapi wagyu dikembangkan dari
Jepang tepatnya di Kobe. Sapi tersebut merupakan sapi bertanduk berbulu hitam
atau merah, betisnya kuat dengan berat lahir sekitar 70 ponds. Ternak wagyu
dihindarkan dari stress dan diberikan perlakuan tertentu dan perawatan kesehatan.
Daging sapi wagyu memiliki keistimewaan, yaitu pada kualitas marbling yang
sangat tinggi. Marbling adalah pola urat menyerupai marmer yang terbentuk dari
lemak tak jenuh yang terbentuk dalam sel-sel daging (intamuscular). Lemak tak
jenuh tersebut terdiri dari omega-3 dan omega-6 yang tidak berbahaya bagi
manusia karena tidak mengandung kolesterol. Proses untuk membentuk marbling
pada sapi penghasil daging wagyu memakan waktu yang lebih lama dibanding
jenis sapi lainnya. Rata-rata sapi-sapi tersebut membutuhkan waktu hingga 600
hari bahkan lebih untuk menghasilkan daging dengan kualitas marbling yang
prima.
2.2 Lama Penyimpanan
Lama penyimpanan bahan pangan merupakan jangka waktu, bahan
pangan tersebut dianggap tetap aman dan layak untuk dikonsumsi, dapat
digunakan oleh konsumen seperti kebutuhannya dan kemasan dapat
mempertahankan keadaan bahan pangan yang dikemasnya. Jangka waktu tersebut
ditentukan oleh produsen pembuat bahan pangan dan dimulai setelah bahan
6
pangan selesai diproduksi. Selama jangka waktu tersebut terdapat keyakinan oleh
produsen dan konsumen tentang keamanan dan kualitas dari bahan pangan yang
dihasilkan. Lama penyimpanan ditentukan berdasarkan salah satu atau beberapa
faktor kualitas dari bahan pangan yang dianggap paling penting yang akan
berubah selama lama penyimpanan sampai mencapai batas terakhir yang masih
dapat dianggap baik (Park et al., 2000; Singh, 2000).
Dasar pertimbangan utama dalam menentukan lama penyimpanan dari
sebagian besar bahan pangan adalah jumlah mikroba karena jumlah mikroba akan
mempengaruhi keamanan dari bahan pangan tersebut untuk dikonsumsi.
Keamanan merupakan faktor yang paling penting dari kelayakan konsumsi
dibandingkan beberapa faktor lainnya seperti penampakan dan nilai nutrisi
(Walker, 2000). Daging sangat memenuhi syarat untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorgansime karena mempunyai kadar air atau kelembaban
yang tinggi, adanya oksigen, tingkat keasaman dan kebasaan (pH) serta
kandungan nutrisi yang tinggi. Oleh karena itu daging sangat mudah mengalami
kerusakan apabila disimpan pada suhu kamar.
Winarno (2002) menjelaskan bahwa sel-sel yang terdapat dalam daging
mentah masih terus mengalami proses kehidupan, sehingga di dalamnya masih
terjadi reaksi-reaksi metabolisme. Kecepatan proses metabolisme tersebut sangat
tergantung pada suhu penyimpanan. Semakin rendah suhu semakin lambat proses
tersebut berlangsung dan semakin lama daging dapat disimpan. Di samping itu
suhu penyimpanan yang rendah juga menghambat pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri pembusuk yang terdapat pada permukaan daging.
7
Siswani (1984) melaporkan bahwa daging segar atau mentah tanpa pendinginan
yang disimpan pada suhu kamar (27 0C) hanya dapat bertahan selama 25 jam dan
lebih dari itu sudah menunjukkan adanya pembusukan pada daging tersebut.
Sejalan dengan itu Buckle et al., (1987), menyatakan daging segar dalam suhu
kamar hanya mampu bertahan 1-2 hari. Oleh karena itu bila masih ingin disimpan
selama 1 minggu maka daging tersebut harus diolah untuk menghasilkan berbagai
bentuk baru atau dilakukan pengawetan dengan menggunakan bahan pengawet
kimia.
2.2.1 Suhu dingin
Pendinginan atau refrigerasi adalah penyimpanan pada suhu di atas titik
beku yaitu di antara -2 °C dan 16 °C. Suhu lemari es umumnya berkisar antara
4°C - 7°C (Tjahjadi dan Herlina, 2011). Tujuan penyimpanan suhu dingin (cold
storage) adalah untuk mencegah kerusakan tanpa mengakibatkan pematangan
abnormal atau perubahan yang tidak diinginkan sehingga mempertahankan
komoditas dalam kondisi yang dapat diterima oleh konsumen selama mungkin
(Tranggono et al., 1990).
Penyimpanan daging dingin sebaiknya dibatasi dalam waktu yang relatif
singkat, karena adanya perubahan-perubahan kerusakan yang meningkat sesuai
dengan lama waktu penyimpanan. Faktor yang mempengaruhi lama simpan
daging dingin (refrigerasi), antara lain adalah jumlah mikroba awal, temperatur
dan kelembaban selama penyimpanan, ada tidaknya pelindung (misalnya lemak
atau kulit) dan tipe produk yang disimpan (Soeparno, 2005).
8
Adam dan Moss (2000) serta Tortora et al., (2001) menyatakan bahwa
mikroba dapat hidup pada rentang suhu antara -5 sampai 90 °C, namun untuk
berkembang biak dengan baik, mikroba membutuhkan kondisi suhu yang sesuai.
Mikroba membutuhkan kondisi suhu antara 12 sampai 75 °C untuk
perkembangbiakannya, dengan rentang suhu optimal yang berbeda-beda pada
setiap kelompoknya.
Penggunaan suhu rendah mempunyai pengaruh terhadap proses-proses
kimiawi, enzimatis dan mikrobiologis yaitu mampu menghambat atau mencegah
reaksi kimia, aktivitas enzim dan mikroorganisme. Cold Storage (suhu rendah)
yaitu penyimpanan pada suhu dingin baik dalam kondisi suhu di bawah atau di
atas titik beku air, walaupun di dalam prakteknya lebih sering dipakai suhu
refrigerasi (Suryo, 2005). Berikut ada beberapa istilah yang digunakan dalam
pengawetan suhu rendah :
1. Cellar; suhu yang dikenakan tidak lebih rendah dari suhu udara luar dan jarang
lebih rendah dari 15 °C. Suhu penyimpanan ini cocok untuk golongan umbi-
umbian.
2. Chilling; suhu yang digunakan tidak jauh dibawah suhu pembekuan, biasanya
menggunakan pendinginan es atau refrigerator. Cara ini dikatakan sebagai cara
pengawetan sementara sampai daging mendapat perlakuan lebih lanjut.
Sebagian besar golongan bahan pangan yang mudah rusak selain daging seperti
susu, telur, ikan, sayur, dan buah-buahan dapat disimpan pada suhu chilling
dalam waktu terbatas.
9
3. Cold storage; cara ini dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi
peralatan pembekuan dan ini membawa dampak terhadap perkembangan
industri bahan pangan beku.
2.2.2 Pembekuan daging
Berdasarkan keadaan fisiknya, daging dapat dikelompokkan menjadi: (1)
daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, (2) daging segar yang dilayukan
kemudian didinginkan (daging dingin), (3) daging segar yang dilayukan,
didinginkan kemudian dibekukan (daging beku), (4) daging masak, (5) daging
asap, dan (6) daging olahan (Soeparno, 2005). Salah satu metode yang umum
digunakan untuk mencegah kerusakan dan menambah umur simpan daging adalah
dengan metode pembekuan.
Pembekuan adalah penurunan suhu di bawah 0 oC yang mengakibatkan
sebagian air dalam bahan pangan berubah menjadi es, sehingga tidak lagi tersedia
untuk pertumbuhan mikroorganisme dan reaksi-reaksi kimia. Pembentukan es ini
efeknya sama seperti penurunan aktivitas air akibat pengeringan. Terhambatnya
pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan yang beku disebabkan karena
air tidak tersedia lagi, sedangkan terhambatnya laju reaksi-reaksi kimia
disebabkan karena sistem larutan telah berubah menjadi padat sehingga air tidak
lagi dapat berfungsi sebagai zat pelarut. Pengawetan dengan pembekuan terdiri
dari dua proses yaitu pembekuan pangan pada umumnya -40 0C, kemudian
penyimpanan beku makanan tersebut pada suhu -180C (Tjahjadi dan Herlina,
2011). Pembekuan merupakan metode yang sangat baik untuk mengawetkan
daging, karena proses pembekuan tidak mempunyai pengaruh yang berarti
10
terhadap warna, rasa dan kadar jus daging setelah pemasakan, tetapi penyimpanan
beku dapat mengakibatkan terjadinya penurunan daya terima dari bau dan rasa.
Kualitas daging yang dibekukan dipengaruhi oleh: (a) lama waktu penyimpanan
daging di dalam ruang pendingin, (b) laju pembekuan, (c) lama penyimpanan
beku, (d) kondisi penyimpanan beku, (e) kondisi daging yang dibekukan
(Rachmawan, 2001).
Menurut Nilsson (1971), ada empat faktor yang utama yang
mempengaruhi mutu dari daging yang dibekukan, yaitu: (1) bahan baku (daging
yang akan dibekukan), (2) proses pembekuan, (3) kondisi selama penyimpanan
setelah pembekuan, (4) pencairan/thawing dari daging yang telah dibekukan. Air
yang terdapat di dalam daging tidak membeku secara sekaligus, tetapi
pembekuannya berlangsung secara berangsur-angsur. Air yang membeku di dalam
daging tidak dapat digunakan lagi oleh mikroorganisme dan reaksi-reaksi kimia di
dalam daging. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pembekuan dapat
menyimpan daging dalam jangka waktu yang lama. Beberapa persyaratan untuk
memperoleh hasil daging beku yang baik, yaitu: (a) daging berasal dari ternak
yang sehat, (b) daging berasal dari pemotongan ternak dengan cara yang baik, (c)
daging telah mengalami proses pendinginan, (d) daging dibungkus dengan bahan
yang kedap udara, (e) temperatur pembekuan -18oC atau lebih rendah lagi.
Kerusakan kimia dan fisik pada daging dapat terjadi akibat penyimpanan beku,
yaitu: (a) kehilangan zat-zat gizi pada waktu daging beku dikembalikan ke bentuk
asal, (b) perubahan warna daging dari merah menjadi gelap, (c) timbulnya bau
tengik pada daging (Rachmawan, 2001).
11
2.3 Karakteristik Protein Daging
Protein adalah komponen bahan kering yang terbesar dalam daging. Nilai
nutrisi daging yang lebih tinggi disebabkan karena daging mengandung beberapa
asam amino esensial yang lengkap dan seimbang. Kandungan protein di dalam
otot yaitu 16% - 22%. Secara umum, komposisi kimia daging terdiri atas 75% air,
18% protein, 3,5% lemak dan 3,5% zat-zat non protein yang dapat larut (Lawrie,
2003).
Protein merupakan makro molekul yang berlimpah di dalam sel dan
menyusun lebih dari setengah berat kering yang hampir pada semua organisme
(Lehninger, 1998). Molekul protein terutama tersusun oleh atom karbon (51,0-
55,0%), hidrogen (6,5-7,3%), oksigen (21,5-23,5%), nitrogen (15,5-18,0%) dan
sebagian besar mengandung sulfur (0,5-2,0%) dan fosfor (0,0-1,5%) (Anggorodi,
1979). Kegunaan utama protein bagi tubuh adalah sebagai zat pembangun tubuh,
sebagai zat pengatur, mengganti bagian tubuh yang rusak, serta mempertahankan
tubuh dari serangan mikroba penyebab penyakit. Selain itu protein dapat juga
digunakan sebagai sumber energi (kalori) bagi tubuh, bila energi yang berasal dari
karbohidrat atau lemak tidak mencukupi (Muchtadi, 1993). Kadar protein
menentukan mutu makanan (bahan pangan). Protein dapat mengalami kerusakan
oleh panas, reaksi kimia dengan asam atau basa, guncangan dan sebab-sebab
lainnya (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Nilai gizi protein ditentukan oleh kandungan dan daya cerna asam-asam
amino esensial. Daya cerna akan menentukan ketersediaan asam-asam amino
tersebut secara biologis. Kebutuhan protein setiap manusia adalah 1 g/kg berat
12
badan yang seperempat dari kebutuhan tersebut harus dipenuhi dari protein
hewani, salah satunya adalah dari daging (Winarno, 2002).
Winarno (2002) menyatakan bahwa protein adalah salah satu unsur dalam
makanan yang terdiri dari asam-asam amino yang mengandung unsur karbon,
hidrogen, dan belerang yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Asam
amino sendiri dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok asam
(oksigen, karbon, dan belerang) dan kelompok amino (nitrogen dan hidrogen)
yang menempel pada atom karbon.
Girindra (1986) menambahkan protein adalah makromolekul yang terdiri
atas asam-asam α-amino yang saling berikatan dengan ikatan kovalen diantara
gugus -karboksil asam amino dengan gugus α-amino dari asam amino lain.
Ikatan di antara asam amino disebut ikatan peptida. Beberapa unit asam amino
yang berikatan dengan ikatan peptida disebut polipeptida dan setiap rantai dapat
terdiri atas satu atau sejumlah rantai polipeptida dan setiap rantai terdiri atas
ratusan hingga jutaan residu asam amino.
2.3.1 Jenis protein
Protein yang ada dalam urat daging secara umum dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu : 1.) larut dalam larutan garam pekat (protein-protein myofibril)
Protein miofibril terdiri atas aktin dan miosin, serta sejumlah kecil troponin dan
aktinin. 2.) larut dalam air atau larutan garam encer (protein-protein sarkoplasma)
dan 3.) tidak larut dalam larutan garam pekat (protein-protein jaringan ikat)
(Muchtadi dan Sugiyono 1992) seperti yang dapat terlihat pada Tabel 2.1 berikut
ini.
13
Tabel 2.1
Komposisi Protein dalam Urat Daging
Sumber : Lawrie (2003); Graeser et al., (1981 dalam Lawrie 2003).
2.3.2 Asam amino
Sifat dan kualitas protein dipengaruhi oleh jenis, jumlah dan susunan asam
amino yang membentuknya. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 20 macam asam
amino diketahui terdapat dalam tubuh dan dalam protein daging. Bila ditinjau dari
segi pembentukannya asam amino dibagi ke dalam dua golongan, yaitu asam
amino eksogen dan asam amino endogen. Asam amino eksogen disebut juga asam
amino esensial dan asam amino endogen disebut juga asam amino non-esensial
(Winarno, 2008).
Jenis Protein Bobot %1. Miofibril- Miosin- Aktin-aktin- Konektin- Protein garis N2 (nebulin)- Tropomiosin- Troponin C, I dan T- α, β, dan ɣ aktinin- miomesin (protein garis-M) dan protein C- desmin, filamin, protein F dan T
11,55,52,50,90,30,60,60,50,20,4
2. Sarkoplasma- Gliseraldehide fosfat dehidrogenase- Aldolase- Keratin kinase- Enzim-enzim glikolitik- Mioglobin- Hemaglobin
5,51,20,60,52,20,20,6
3. Jaringan ikat- Kolagen- Elastin- Mitokondria (termasuk sitokron c dan enzim-
enzim yang tidak larut)
2,01,00,050,95
14
2.3.2.1 Asam amino esensial
Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat dalam
tubuh dan harus diperoleh dari makanan sumber protein (Winarno 2008;
Sitompul, 2004). Asam amino seringkali disebut dan dikenal sebagai zat
pembangun yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein. Jenis-jenis
asam amino esensial disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Jenis Asam Amino Esensial dalam Daging
Asam aminoesensial
Kadar % Berat Molekul(g/mol)
Arginin 6,9 174,2Histidin 2,9 155,2Isoleusin 5,1 131,2Leusin 8,4 131,2Lisin 8,4 146,2Metionin 2,3 149,2Phenilalanin 4,0 165,2Threonin 4,0 119,1Tripthopan 1,1 204,2Valin 5,7 117,1
Sumber : American Meat Institute Foundation (1960 dalam Anjasari 2010);Hames dan Hooper (2005).
2.3.2.2 Asam amino non-esensial
Asam amino non-esensial adalah asam amino yang dapat dibuat dalam
tubuh (Winarno 2008) dengan bahan baku asam amino lainnya (Sitompul, 2004).
Beberapa asam amino non-esensial dapat dilihat pada Tabel 2.3.
15
Tabel 2.3
Jenis Asam Amino Non-Esensial dalam Daging
Asam amino non-esensial
Kadar % Berat Molekul(g/mol)
Alanin 6,4 89,0Asam aspartat 8,8 133,1Sistin 1,4 120,1Asam glutamat 14,4 147,2Glisin 7,1 75,0Prolin 5,4 115,1Serin 3,8 105,1Tirosin 3,2 181,1
Sumber : American Meat Institute Foundation (1960 dalam Anjasari 2010);Hames dan Hooper (2005).
Guna menganalisis protein dari sampel daging dapat dilakukan dengan
pemisahan dan pemurnian protein menggunakan metode yang telah tersedia.
Metode pemurnian yang dapat digunakan diantaranya dengan kromatografi,
elektroforesis, immunobloting dan isoelectric focusing (Andrews, 1988;
Whellwright, 1991; Suarsana, 2004).
Teknik pemisahan protein, seperti SDS-PAGE, biasanya digunakan untuk
mengukur kemajuan proses pemurnian protein, termasuk untuk mengetahui
adanya pola (pita-pita) protein yang ada di dalam daging. Metode ini adalah
metode análisis yang memiliki daya pisah tinggi. Molekul elektroforesis SDS-
PAGE dapat memisahkan protein-protein yang memiliki berat molekul berbeda
(Booth dan Hames, 1987; Andrews, 1988). Manfaat elektroforesis adalah untuk
menentukan berat molekul (estimasi), mendeteksi terjadinya pemalsuan bahan,
mendeteksi terjadinya kerusakan bahan seperti protein dalam pengolahan dan
penyimpanan, memisahkan spesies-spesies yang berbeda secara kualitatif, yang
selanjutnya masing-masing spesies dapat dianalisis dan menetapkan titik
16
isoelektrik protein. Aliran molekul-molekul protein di dalam protein di dalam gel
akan membentuk pola (pita) protein. Protein homogen akan menghasilkan satu
pita, sedangkan sub-unit yang ukurannya berbeda akan menghasilkan banyak pita
(Andrews, 1988; Djuwita, 2004).
SDS-PAGE (sodium dedocyl sulphate polyacrylamide gel electrophoresis)
adalah salah satu metode elektroforesis. Metode ini terutama dilakukan untuk
mengetahui jenis suatu protein. Protein dapat berupa monomerik atau oligomerik.
Berat molekul dan jumlah rantai polipetida sebagai sub unit atau monomer juga
dapat ditetapkan dengan SDS-PAGE.
2.4 Daging
Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi
kebutuhan gizi. Selain mutu proteinnya tinggi, pada daging terdapat pula
kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang. Dari tingkat
kealotan daging merupakan sekumpulan otot yang melekat pada kerangka. Istilah
daging dibedakan dengan karkas. Daging adalah bagian yang sudah tidak
mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan dari
tulang atau kerangkanya. Keunggulan lain, protein daging lebih mudah dicerna
dibanding protein yang berasal dari nabati. Bahan pangan ini juga mengandung
beberapa jenis mineral dan vitamin. Selain kaya protein, daging juga mengandung
energi sebesar 250 kkal/100 g. Jumlah energi dalam daging ditentukan oleh
kandungan lemak intraselular di dalam serabut-serabut otot, yang disebut lemak
marbling. Kadar lemak pada daging berkisar antara 5-40 %, tergantung pada jenis
dan spesies, makanan dan umur ternak (Astawan, 2007).
17
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk
hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno, 2005).
Daging secara umum adalah bagian dari tubuh hewan yang disembelih yang aman
dan layak dikonsumsi manusia. Termasuk dalam definisi tersebut adalah daging
atau otot skeletal dan organ-organ yang dapat dikonsumsi (edible offals) (Lukman,
2008). Komposisi kimia mempunyai hubungan yang erat dengan kualitas fisik
daging. Lemak telah dikenal sebagai komponen daging yang bervariasi sehingga
kualitas fisik daging banyak ditentukan oleh kadar lemaknya. Selain itu, protein
merupakan penyusun jaringan daging yang mempunyai peranan besar terhadap
perubahan nilai karakteristik daging.
Daging mempunyai struktur daging yang terdiri dari jaringan otot, jaringan
ikat, pembuluh darah dan jaringan syaraf (Lawrie, 2003). Menurut SNI 01-3947-
1995 urat daging melekat pada kerangka, kecuali urat daging dari bagian bibir,
hidung dan telinga yang berasal dari sapi/kerbau yang sehat waktu dipotong.
Secara histologis, daging adalah otot hewan yang tersusun dari serat-serat yang
sangat kecil, berupa sel memanjang yang disatukan oleh jaringan ikat, membentuk
berkas ikatan yang pada kebanyakan daging jelas kelihatan lemak pembuluh darah
dan urat syaraf (Suwiti et al., 2012). Daging terdiri dari tiga komponen utama,
yaitu : jaringan otot, jaringan lemak dan jaringan ikat. Jaringan otot adalah
jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan
relaksasi sel atau serabutnya. Jaringan otot ini berfungsi untuk menghasilkan
gerakan. Sel-sel jaringan lain dapat pula bergerak, tetapi gerakannya kurang
18
terintegrasi. Hanya kumpulan sel yang mampu menciptakan gerakan kuat melalui
proses kontraksi dengan gerakan searah dilaksanakan oleh otot (Dellmann dan
Brown, 1992).
Tingkat kealotan/kekerasan daging ditentukan oleh banyaknya jaringan
ikat yang terkandung didalam daging. Jaringan ikat tersebut merupakan jaringan
penyokong, karena jaringan ini menyusun rangka yang menyokong jaringan dan
organ. Lemak terdapat diantara serabut otot (intramuskuler), berfungsi sebagai
pembungkus otot dan mempertahankan keutuhan daging pada waktu dipanaskan
sedangkan lemak berpengaruh terhadap citarasa daging rendah (Huerta-Leidenz et
al., 1993). Bila potongan daging diamati secara teliti maka tampak dengan jelas
bahwa daging terdiri dari jaringan yang terdiri atas air, protein, jaringan lemak
dan jaringan ikat. Warna merah pada daging disebabkan oleh pigmen daging yaitu
mioglobin (Struktur kimiawinya mengandung inti Fe). Pada keadaan normal,
hewan yang baru disembelih dagingnya berwarna merah keunguan karena
terbentuknya Fe2+ (Ferro).
2.5 Analisis Asam Amino (AOAC, 2005)
Asam Amino dianalisis menggunakan HPLC. Prinsip analisis asam amino
ini adalah asam amino dari protein dibebaskan melalui hidrolisis dengan HCl 6 N.
Hidrolisat dilarutkan dengan buffer sodium sitrat dan masing-masing asam amino
tersebut akan dipisahkan dengan menggunakan HPLC.
19
2.6 High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan suatu cara
pemisahan komponen dari suatu campuran berdasarkan perbedaan
distribusi/absorbsi/adsorbsi komponen di antara dua fase yang berbeda, yaitu fase
diam (stasioner) dan fase gerak (mobile) (Salamah, 1997). Secara umum dapat
dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi differensial di mana
komponen-komponen sampel ditahan secara selektif oleh fase diam (Sudarmadji
et al., 2007).
Pelarut yang biasanya digunakan pada HPLC adalah air, metanol,
asetonitril, kloroform, dan pelarut lainnya yang berada dalam keadaan murni
(HPLC grade). Pelarut-pelarut tersebut sebelum digunakan harus disaring terlebih
dahulu dengan kertas saring milipore (0,45 µm) dan harus dihilangkan gasnya
(degassing). Proses penghilangan gas ini diperlukan untuk menghindari noise
pada detektor terutama fase organik berair. Proses penghilangan gas ini juga
diperlukan untuk menghindari terbentuknya gelembung udara jika pelarut yang
berbeda dicampurkan. Degassing dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
pevakuman di atas fase gerak, pemanasan sambil diaduk, ultrasonik dan lainnya
(Poole dan Poole, 1994).
Komponen utama alat yang dipakai dalam HPLC antara lain (1) reservoir
zat pelarut untuk fase gerak; (2) pompa; (3) injektor; (4) kolom; (5) detektor dan
(6) rekorder (Adnan, 1997). Jantung dari peralatan HPLC adalah kolom dimana
terdapat fase diam dan terjadi pemisahan komponen antara fase diam dan fase
bergerak yang dialirkan dengan bantuan pompa (Salamah, 1997).
20
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Sapi bali dan wagyu adalah dua jenis sapi yang dikembangkan untuk
produksi daging. Sampai saat ini diketahui jenis daging tersebut mempunyai
kualitas yang berbeda, karena kenyataannya tingkat kesukaan wisatawan asing
terhadap daging wagyu lebih tinggi dibandingkan daging sapi bali.
Kualitas daging dapat dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah
pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas
daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin,
umur, pakan dan stress. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas
daging antara lain meliputi metode pelayuan, pH karkas dan daging, lemak
intramuskular atau marbling, dan metode penyimpanan (Soeparno, 2005). Selain
dari faktor tersebut warna, kemampuan menahan air/daya ikat air/water holding
capacity (WHC), konsistensi dan tekstur, bau, kepualaman, cita rasa dan jumlah
mikroba dapat mempengaruhi kualitas daging.
Daging tersusun atas komponen-komponen bahan pangan seperti protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, air, mineral dan pigmen. Kadar masing-masing
komponen tersebut berbeda-beda besarnya tergantung kepada jenis atau ras, umur
dan jenis kelamin hewan yang bersangkutan. Bahkan pada daging yang sama
setiap komponen kadarnya berbeda-beda antara bagian yang satu dengan yang
lainnya sehingga menentukan kualitas daging (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
21
Faktor genetik berpengaruh sebesar 35-42% seperti dalam rangkuman
Johnson (2010), meskipun Shackelford et al., (1995) menyatakan sebaliknya 65%
dipengaruhi oleh faktor genetik. Disamping genetik yang berpengaruh terhadap
kualitas daging faktor lama dan suhu penyimpanan juga berpengaruh terhadap
kualitas daging. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap
karakteristik protein daging dengan menggunakan metode SDS-PAGE untuk
mengetahui berat molekul sedangkan jenis asam amino yang terkandung
didalamnya selama penyimpanan di uji menggunakan metode HPLC.
22
3.2 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Daging
Kualitas daging- Kadar protein- Lemak- Karbohidrat- Kadar air- Vitamin dan mineral- Pigmen
Faktor penentu kualitas daging(antemortem)
- Genetik - Jenis Kelamin- Umur - Bangsa- Spesies - Pakan- Tipe ternak - Stress
Faktor penentu kualitas daging(postmortem)
- pH karkas- metode pelayuan- lemak intramuskuler (marbling)- metode penyimpanan
Bangsa Sapi(sapi bali dan wagyu)
Metode penyimpanan(Suhu dingin 4°C)
Protein(Jenis dan konsentrasi asam amino)
Profil protein
SDS-PAGEHPLC
23
3.3 Hipotesis
Penyimpanan suhu dingin (4°C) berpengaruh terhadap karakterisasi protein
dan konsentrasi asam amino daging sapi bali dan wagyu.
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola
Faktorial (Sampurna dan Nindhia, 2008). Faktor 1 : jenis daging (sapi bali dan
wagyu); faktor ke-2 : lama penyimpanan suhu dingin 4°C (hari ke-0, ke-3, ke-7
dan ke-14) sehingga kombinasi antar faktor sebanyak 2x4 dan diulang sebanyak 3
kali. Data pengulangan diperoleh dari rumus : P (r-1) ≥ 15 (Musa dan Nasoetion,
1989). Sampel daging sapi bali dan wagyu diambil dari suplayer di kota Denpasar.
Sampel selanjutnya dibawa ke Laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet)
dengan cold box untuk selanjutnya dibagi menjadi 4 potongan, diamati pada hari
ke-0, ke-3, ke-7 dan ke-14 dilanjutkan dengan uji SDS-PAGE dan HPLC.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Karakteristik protein dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar.
Analisis terhadap jenis asam amino dilakukan di Laboratorium Analitik Bukit
Jimbaran. Penelitian dilaksanakan bulan Februari-Maret 2014.
4.3 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meneliti karakteristik protein pada penyimpanan suhu
dingin. Daging yang dijadikan objek penelitian adalah daging sapi bali dan
wagyu. Ruang lingkup penelitian ini meliputi kegiatan melakukan karakteristik
25
protein dari daging sapi bali dan wagyu dan selanjutnya melakukan analisis
terhadap jenis asam amino setelah penyimpanan pada suhu dingin.
4.4 Penentuan Sumber Data
Sumber data ditentukan dari hasil elektroforesis (SDS-PAGE) daging sapi
bali dan wagyu sedangkan hasil analisis jenis asam amino dengan metode HPLC.
4.5 Variabel Penelitian
- Variabel bebas : bangsa sapi (sapi bali dan wagyu) dan lama
penyimpanan
- Variabel tergantung : berat molekul, jenis dan konsentrasi asam amino
daging
- Variabel kendali : suhu penyimpanan 4°C
4.6 Bahan Penelitian
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging sapi bali
dan wagyu. Bahan yang digunakan untuk ekstrasi daging adalah buffer fosfat pH
6 ± 0,1 sedangkan yang digunakan pada elektroforesis (SDS-PAGE) adalah
sampel buffer (dH2O, 0,5 M Tris-HCL pH 6,8, gliserol, 10 % SDS, β -
mercaptoetanol, 0,05 % bromophenol blue), gel untuk SDS-PAGE terdiri dari dua
lapis yaitu : 12,5 % resolving gel (lapisan bawah) (dH2O, 1,5 M Tris-HCL pH 8,8,
10 % SDS, 30 % akrilamid, 10 % APS, TEMED) dan 4 % stacking gel (lapisan
atas) (dH2O, 0,5 M Tris-HCL pH 6,8, 10 % SDS, 30 % akrilamid, 10 % APS,
TEMED), running buffer (Electrode Running Buffer/ERB) (Tris, glisin, SDS,
dH2O), larutan pewarna (0,05 % commassie blue, 45 % metanol, 10 % asam
26
asetat, 45 % dH2O) dan destain (50 % dH2O, 10 % asam asetat, 40 % metanol).
Bahan yang digunakan pada HPLC adalah pereaksi ortoftaldehida (OPA), natrium
hidroksida (KOH), larutan Brij-30 30%, larutan standar asam amino 0,5 µmol/ml,
Na-EDTA, metanol, tetrahidrofuran (THF), natrium asetat, hige pure water (air
suling), mercaptoetanol, HCL 6 N, HCL 0,01 N, buffer kalium borat 0,5 M pH
10,4.
4.7 Instrumen Penelitian
Peralatan yang digunakan untuk ekstrasi daging antar lain: pisau, talenan,
alumunium foil, timbangan analitik, tabung durham, rak tabung, pipet ukur,
pompasi pipet, sentrifugasi, label, plastik klip, serangkaian alat homogenizer,
tabung 50 ml, pinset, tissue. Alat yang digunakan pada elektroforesis adalah alat
pencetak gel (mini protean 3 sistem), kaca dengan spacer, mikropipet, tabung
eppendorf, sisir (comb), rak tabung. Alat yang digunakan dalam analisis asam
amino adalah seperangkat alat HPLC (High Performance Liquid Chromatrografi)
yang dilengkapi dengan pompa gradient varian pro-star, auto injector (ICI
instrument AS 2000), detektor fluoresensi (shimadzu RF 535), prosesor (shimadzu
C-RCA chromatopac), syringe 100 ml, vial 1 ml, neraca analitik, pipet ukur 1 ml
dan 5 ml, labu ukur 500 ml, mikropipet 5 ml dan 25 ml, oven, mortar, kertas
saring milipore (0,45 μm), vacum evaporator, gelas beaker 100 ml, sintered glass,
erlenmeyer, buret, gelas ukur 10 ml dan 100 ml, penyaring membran dan tabung
ulir.
27
4.8 Prosedur Penelitian
4.8.1 Sampel daging
Sampel daging yang digunakan adalah daging sapi bali dan wagyu.
Masing-masing daging diambil sebanyak 5 gram kemudian dicincang dan
dimasukkan kedalam tabung 50 ml lalu di tambahkan buffer fosfat pH 6 ± 0,1
sebanyak 5 ml kemudian di gerus sampai halus menggunakan homogenizer.
Daging yang telah halus selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm
selama 10 menit. Supernatan diambil kemudian dianalisis pola (pita-pita) protein
menggunakan SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate Polycrylamide Gel
Electrophoresis).
4.8.2 Karakterisasi protein dengan metode SDS-PAGE
Teknik pemisahan protein dengan elektroforesis menggunakan metoda
standar oleh Laemmli (1970), dilakukan dalam tiga tahap. Tiga tahap tersebut
adalah ekstraksi protein dari sampel, pembuatan gel dengan menggunakan sodium
dodecyl sulfat-polyacrilamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) dan pemisahan
protein dengan teknik elektroforesis yang dilanjutkan dengan pendeteksian pita-
pita protein yang terbentuk. Preparasi sampel menggunakan sampel buffer yang
terdiri dari 4 ml dH2O; 1 ml larutan 0,5 M Tris - HCL pH 6,8; 0,8 ml gliserol; 1,6
ml larutan SDS 10 %; 0,4 ml larutan β-mercaptoetanol; 0,2 ml larutan
bromophenol blue 0,05 %. Sampel (supernatan) sebanyak 5 µl dicampur dengan
30 µl sampel buffer dengan perbandingan 1:6, setelah supernatan tercampur
dengan sampel buffer kemudian dipanaskan dengan suhu 95 °C selama 5 menit,
setelah dingin baru di masukkan ke dalam sumur-sumur yang telah tersedia pada
28
gel sebanyak 5 µl kemudian dianalisis pola (pita-pita) menggunakan SDS-PAGE
(Sodium Dodecyl Sulphate Polycrylamide Gel Electrophoresis).
Pembuatan gel pemisah (running gel) konsentrasi 12,5 % (resolving
gel/lapisan bawah) terdiri dari 3.200 µl dH2O ditambahkan 2.500 µl larutan 1,5 M
Tris -HCL pH 8,8; 100 µl larutan SDS 10 %; 4.050 µl larutan akrilamid 30 %; 50
µl larutan APS 10 %; 16 µl TEMED) dan 4 % stacking gel (lapisan atas) terdiri
dari 3.050 µl dH2O ditambahkan 1.250 µl larutan 0,5 M Tris – HCL pH 6,8; 50 µl
larutan SDS 10 %; 650 µl larutan akrilamid 30 %; 25 µl larutan APS 10 %; 6 µl
TEMED) (harus selalu dalam keadaan baru dilarutkan). Untuk preparasi gel
pengumpul (stacking gel) dicetak dengan bantuan “sisir” (comb) untuk membuat
sumur-sumur memasukkan contoh yang akan dipisahkan. Ketebalan gel yang
dibuat adalah 4 mm. Gel yang didapat kemudian dipasang. Setelah gel mengeras,
sisir diangkat.
Proses pemisahan protein menggunakan buffer pemisah (running buffer)
yang terdiri dari Tris HCL 9 gram; glisin 43,2 gram; SDS 10 % dan dH2O
sebanyak 600 ml. Buffer elektroforesis dimasukkan dan alat elektroforesis
dirangkai. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam sumur dengan menggunakan
mikro pipet sebanyak 5 μl, tergantung tebal tipisnya pita protein yang diinginkan.
Perangkat elektroforesis dijalankan pada suhu rendah dengan tegangan 200 volt
dan arus 42 mA selama ± 1 jam hingga bromphenol blue mencapai 1 cm dari
batas bawah gel. Setelah elektroforesis selesai, gel difiksasi dengan larutan
Commassie brilian blue R-250 (larutan 0,05% commassie blue sebanyak 0,50
gram yang dilarutkan dalam 45 % metanol sebanyak 225 ml dan 10 % asam asetat
29
sebanyak 50 ml dalam 45 % dH2O), kemudian gel dipucatkan dengan larutan
destain yang terdiri dari campuran 50 % dH2O 250 ml; 10 % asam asetat 50 ml;
40 % metanol 200 ml sambil digoyang-goyangkan sampai terlihat pita protein.
Jika sudah terlihat adanya pola (pita-pita) protein, proses pemucatan dihentikan.
Gel hasil SDS-PAGE dianalisa dengan cara menghitung band yang
muncul dengan dilakukan perhitungan Rf (Retardation Factor) dari masing-
masing band dengan rumus (Cavalli et al., 2006) :
Rf = Jarak pergerakan pita protein dari tempat awal
Jarak pergerakan warna pelacak dari tempat awal
Nilai Rf dimasukkan dalam persamaan regresi logaritma dengan rumus: Y = (a X
ln(x)) + b
Keterangan : Y = berat molekul
X = nilai Rf sampel
4.8.3 Analisis asam amino (AOAC 2005 dengan modifikasi)
Analisis asam amino dengan menggunakan HPLC terdiri atas 4 tahap,
yaitu: (1) tahap pembuatan hidrolisat protein; (2) tahap pengeringan; (3) tahap
derivatisasi; (4) tahap injeksi serta analisis asam amino.
(1) Tahap pembuatan hidrolisat protein
Sampel ditimbang sebanyak 3 mg dan dihancurkan. Sampel yang telah
hancur kemudian dimasukkan kedalam tabung ulir, selanjutnya menambahkan
HCl 6 N sebanyak 1 ml. Hidrolisis dengan memanaskan tabung dalam oven pada
30
suhu 110 oC selama 24 jam. Pemanasan dalam oven dilakukan untuk
menghilangkan gas atau udara yang ada pada sampel agar tidak mengganggu
kromatogram yang dihasilkan. Selain itu, pemanasan dilakukan untuk
mempercepat reaksi hidrolisis.
(2) Tahap pengeringan
Sampel yang telah dihidrolisis pada suhu kamar selanjutnya didinginkan
kemudiaan sampel disaring dengan sintered glass dan dibilas beberapa kali
dengan HCl 0,01 N. Proses ini diulangi hingga 2-3 kali. Sampel kemudian
dikeringkan menggunakan vacum evaporator. Sampel yang sudah kering
dilarutkan kembali dengan 5 ml HCl 0,01 N kemudian disaring dengan kertas
saring milipore.
(3) Tahap derivatisasi
Larutan derivatisasi dibuat dengan menambahkan buffer kalium borat 0,5
M pH 10,4 pada sampel dengan perbandingan 1:1. Kemudian ke dalam vial
kosong yang bersih masukkan 5 μl sampel dan tambahkan 25 μl pereaksi
Ortoftaldehida (OPA), biarkan 1 menit agar derivatisasi berlansung sempurna.
Proses derivatisasi dilakukan agar detektor mudah untuk mendeteksi senyawa
yang ada pada sampel. Larutan stok OPA dibuat dengan cara mencampurkan 50
mg OPA ke dalam 4 ml metanol dan 0,025 ml mercaptoetanol, dikocok hati-hati
dan ditambahkan larutan brij-30 30% sebanyak 0,050 ml dan buffer kalium borat
0,5 M, pH 10,4 sebanyak 1 ml. Simpan larutan dalam botol berwarna gelap pada
suhu 4 oC dan akan stabil selama 2 minggu.
31
(4) Injeksi ke HPLC
Injeksikan ke dalam HPLC sebanyak 5 μl kemudian tunggu sampai
pemisahan asam amino selesai. Waktu yang diperlukan sekitar 30 menit. Untuk
perhitungan konsentrasi asam amino yang ada pada bahan, dilakukan pembuatan
kromatogram standar dengan menggunakan asam amino yang telah siap pakai
yang mengalami perlakuan yang sama dengan sampel.
Kandungan asam amino dalam 100 gram bahan dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan: C = Konsentrasi standar asam amino (0,5 μmol/ml)
fp = faktor pengenceran (5 ml)
Persentase asam amino dalam sampel adalah :
Kondisi alat HPLC saat berlangsungnya analisis asam amino sebagai berikut:
Temperatur : 27 oC (suhu ruang)
Jenis kolom HPLC : Ultra techspere (Coloum C-18)
Kecepatan alir eluen : 1 ml/menit
Tekanan : 3000 psi
Fase gerak : Buffer Na-Asetat dan metanol 95%
Detektor : Fluoresensi
μmol asam amino = luas puncak sampel x C x fp
luas puncak standar
% asam amino = μmol AA x BM AA x 100%
μg sampel
32
Panjang gelombang : Emisi 480 nm
Eksitasi 340 nm
4.9 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa pola pita hasil SDS-
PAGE dianalisis secara deskriptif, sedangkan perbedaan jenis asam amino dari
analisis HPLC dianalisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan yang
nyata dilanjutkan dengan uji LSD (List Significant Different) (Sampurna dan
nindhia, 2008).
33
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Karakterisasi Protein
Gambaran pola pita protein hasil elektroforesis berdasarkan berat molekul
(BM) dengan metode SDS-PAGE daging sapi bali dan wagyu pada perlakuan
penyimpanan suhu dingin (4°C) disajikan pada Gambar 5.1.
M B3 W3 B7 W7 B14 W14 B0 W0
B0 W0 B3 W3 B7 W7 B14 W14 M
Gambar 5.1. Hasil elektroforesis protein daging sapi bali dan wagyu selamapenyimpanan pada suhu dingin (4°C). Gambar A, hasil SDS-PAGEpertama; Gambar B, hasil SDS-PAGE kedua
Keterangan : M : marker proteinB3 : daging sapi bali penyimpanan hari ke-3W3 : daging sapi wagyu penyimpanan hari ke-3
250 (kDa)
Pita 1
Pita 2
B
20 (kDa)
15 (kDa)
25 (kDa)
37 (kDa)
50 (kDa)75 (kDa)
100 (kDa)150 (kDa)
Pita 2
Pita 3
Pita 4
Pita 5
Pita 6Pita 7Pita 8Pita 9Pita 10Pita 11
Pita 12
Pita 13
Pita 14
Pita 15
15 (kDa)
20 (kDa)
25 (kDa)
37 (kDa)50 (kDa)75 (kDa)
100 (kDa)150 (kDa)
Pita 13
Pita 12
Pita 11Pita 10
Pita 9
Pita 8Pita 7Pita 6Pita 5Pita 4
Pita 3
Pita 14
Pita 1
A
34
B7 : daging sapi bali penyimpanan hari ke-7W7 : daging sapi wagyu penyimpanan hari ke-7B14 : daging sapi bali penyimpanan hari ke-14W14 : daging sapi wagyu penyimpanan hari ke-14B0 : daging sapi bali penyimpanan hari ke-0W0 : daging sapi wagyu penyimpanan hari ke-0
Setelah dilakukan empat kali SDS-PAGE diperoleh gambar seperti pada
Gambar 5.1 sebagai perwakilan dari empat kali SDS-PAGE. Pada Gambar A dan
B jumlah pita protein yang teramati pada daging sapi bali hari ke-0 dan ke-3 yaitu
masing-masing sebanyak 15 pita sedangkan pada hari ke-7 dan ke-14 sebanyak 14
pita dan 13 pita. Untuk daging sapi wagyu (Gambar A dan B) jumlah pita protein
yang teramati hari ke-0 dan ke-3 masing-masing sebanyak 14 pita dan hari ke-7
serta ke-14 masing-masing sebanyak 13 pita dan 12 pita (Gambar A). Sementara
itu Gambar B ditemukan hari ke 7 dan 14 masing-masing berjumlah 13 pita dan
11 pita.
Hasil rata-rata dari empat kali SDS-PAGE ditemukan jumlah pita protein
untuk daging sapi bali pada penyimpanan suhu dingin (4°C) pada hari ke-0 dan
ke-3 yaitu sebanyak 15 pita sedangkan hari ke-7 dan ke-14 sebanyak 14 pita dan
13 pita (Tabel 5.1). Untuk daging sapi wagyu pada hari ke-0 dan ke-3 sebanyak
14 pita sedangkan hari ke-7 dan ke-14 sebanyak 13 pita dan 12 pita (Tabel 5.1).
Gambar 5.1 terlihat profil pita protein pada daging sapi bali lebih tebal
dibandingkan dengan profil pita protein daging sapi wagyu pada hari ke-0, ke-3,
ke-7 dan ke-14 terutama pada pita protein ke-5, ke-6, ke-7 dan ke-14.
35
Berdasarkan perhitungan nilai Rf berat molekul (BM) marker maka
diperoleh regresi logaritma dengan persamaan : Y = - 0,367ln(x) + 1,2471. Huruf
Y adalah nilai logaritma berat molekul (BM) sedangkan X adalah nilai Rf, dimana
Rf merupakan hasil pembagian jarak pergerakan pita protein dari tempat awal
dengan jarak pergerakan warna pelacak. Perhitungan berat molekul masing-
masing sampel didapatkan dari anti-log Y yang sebelumnya nilai Rf
dikonversikan ke dalam persamaan regresi logaritma. Perhitungan berat molekul
dari seluruh sampel disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Pemunculan Pita Protein Daging Sapi Bali dan Wagyu selama Penyimpanan
pada Suhu 4°C
No.BM Sapi bali (kDa) BM Sapi wagyu (kDa)
0 3 7 14 0 3 7 141 281,72 281,72 281,72 156,83 199,99 199,99 199,99 199,992 129,88 156,83 156,83 87,31 111,33 111,33 87,31 87,313 79,03 87,31 97,73 79,03 79,03 79,03 66,71 66,714 66,71 66,71 87,31 66,71 66,71 66,71 51,33 54,415 48,60 51,33 72,30 51,33 51,33 51,33 42,03 42,036 44,00 44,00 51,33 42,03 44,00 44,00 38,62 38,627 40,25 40,25 44,00 38,62 38,62 38,62 33,33 34,508 38,62 38,62 38,62 33,33 34,50 34,50 32,25 33,339 33,33 33,33 33,33 32,25 33,33 33,33 28,57 26,3610 32,25 32,25 32,25 28,57 29,40 29,40 25,71 24,4911 29,40 29,40 29,40 25,71 25,71 26,36 23,93 25,4012 27,06 27,79 27,06 23,93 23,93 24,49 21,94 22,6313 24,49 25,71 24,49 21,94 21,94 21,94 19,55 -14 21,94 21,94 21,94 - 19,55 19,55 - -15 19,55 19,91 - - - - - -
JumlahPita 15 15 14 13 14 14 13 12
36
Tabel 5.1 menunjukkan total pita protein daging sapi bali dan wagyu hari
ke-0 sampai ke-3 tidak mengalami perubahan jumlah pita, yaitu masing-masing
15 pita untuk sapi bali dan 14 pita untuk sapi wagyu, sedangkan pada hari ke-14
jumlah pita protein pada daging sapi bali menjadi 13 pita dan daging sapi wagyu
menjadi 12 pita dari 14 pita protein pada hari ke-0. Hal ini menunjukkan
terjadinya pengurangan jumlah pita baik pada daging sapi bali maupun daging
sapi wagyu sejalan dengan lamanya waktu penyimpanan.
5.2 Hasil Analisis Asam Amino dari Protein Daging Sapi Bali dan Wagyu
Pengujian analisis asam amino dengan metode HPLC yang ditampilkan
pada Tabel 5.2 dan 5.3.
Tabel 5.2
Hasil Analisis Konsentrasi Asam Amino Esensial dalam Bentuk Berat Kering
(%) Daging Sapi Bali dan Wagyu selama Penyimpanan pada Suhu 4°C
Asam aminoesensial
Sapi bali Sapi wagyuLama penyimpanan (hari) Lama penyimpanan (hari)0 3 7 14 0 3 7 14
Histidin 6,57 6,00 4,68 1,06 5,67 5,67 4,67 1,10Threonin 2,17 1,76 1,57 1,57 2,31 2,31 1,57 1,09Arginin 2,57 1,95 1,61 1,26 2,67 2,67 2,50 1,25Metionin 3,24 1,52 1,17 0,76 3,67 3,67 2,35 1,50Valin 3,08 1,23 1,09 0,63 1,22 1,22 0,69 0,40Phenilalanin 2,72 2,38 1,69 0,89 4,15 4,15 2,21 2,09Isoleusin 2,88 2,09 1,37 1,08 2,92 2,92 1,19 1,02Leusin 1,81 1,54 1,50 0,75 3,66 3,66 1,70 1,58Lisin 3,57 3,53 2,44 1,90 3,91 3,91 3,52 3,40Total (%) 28,60 22,00 17,12 9,89 30,18 30,18 20,38 13,43
37
Tabel 5.3
Hasil Analisis Konsentrasi Asam Amino Non-Esensial dalam Bentuk Berat
Kering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu selama Penyimpanan pada Suhu
4°C
Asam aminonon-esensial
Sapi bali Sapi wagyuLama penyimpanan (hari) Lama penyimpanan (hari)0 3 7 14 0 3 7 14
Asam Aspartat 4,01 2,88 2,84 2,13 4,74 4,74 2,39 2,33Asam Glutamat 9,68 5,70 5,35 2,98 5,84 5,84 5,54 3,55Serin 9,91 1,82 1,18 1,07 11,16 11,16 1,58 1,11Glisin 0,73 0,73 0,38 0,34 0,81 0,81 0,57 0,25Alanin 2,10 1,41 1,26 0,87 1,70 1,70 1,50 0,55Tirosin 3,42 2,41 1,38 1,00 4,68 4,68 2,02 1,53Total (%) 29,84 14,95 12,39 8,38 28,92 28,92 13,60 9,31
Hasil analisis pada Tabel 5.2 menunjukkan total konsentrasi asam amino
esensial daging sapi bali pada penyimpanan pada hari ke-0, 28,60 % dan sapi
wagyu 30,18 %. Tabel 5.2 menunjukkan adanya penurunan konsentrasi asam
amino esensial daging sapi bali hari ke-14 menjadi 9,89 % dan sapi wagyu 13,43
%. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan total nilai yang diperoleh, kedua jenis
daging tersebut mengalami penurunan jumlah konsentrasi asam amino esensial
selama penyimpanan, namun daging sapi wagyu memiliki jumlah konsentrasi
yang lebih tinggi dari daging sapi bali. Histogram konsentrasi asam amino
esensial daging sapi bali dan wagyu antara hari ke-0 dan ke-14 disajikan pada
Gambar 5.2 dan 5.3.
38
Gambar 5.2. Histogram Konsentrasi Asam Amino Esensial dalam Bentuk BeratKering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu Hari ke-0
Histogram pada Gambar 5.2 menunjukkan nilai konsentrasi asam amino
esensial hari ke-0 antara daging sapi bali dan sapi wagyu, ditemukan konsentrasi
asam amino daging sapi wagyu yang lebih tinggi terutama asam amino
Phenilalanin dan Leusin yaitu 4,2 % dan 3,7 % dibandingkan dengan daging sapi
bali yaitu 2,7 % dan 1,8 %.
6,57
2,17 2,
57 3,24
3,08
2,72 2,88
1,81
3,57
5,67
2,31 2,
67
3,67
1,22
4,15
2,92 3,
66 3,91
0,001,002,003,004,005,006,007,00
Kon
sent
rasi
asa
m a
min
o (%
)
Jenis asam amino
Sapi bali
sapi wagyu
39
Gambar 5.3. Histogram Konsentrasi Asam Amino Esensial dalam Bentuk BeratKering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu Hari ke-14
Histogram pada Gambar 5.3 menunjukkan nilai konsentrasi asam amino
esensial hari ke-14 antara daging sapi bali dan sapi wagyu, ditemukan konsentrasi
asam amino daging sapi wagyu yang lebih tinggi terutama asam amino Lisin dan
Phenilalanin yaitu 3,4 % dan 2,1 % dibandingkan dengan daging sapi bali yaitu
1,9 % dan 0,9 %.
Hasil analisis pada Tabel 5.3 menunjukkan total konsentrasi asam amino
non-esensial daging sapi bali pada penyimpanan pada hari-ke-0, 29,84 % dan sapi
wagyu 28,92 %. Tabel 5.3 menunjukkan adanya penurunan konsentrasi asam
amino non-esensial daging sapi bali hari ke-14 menjadi 8,38 % dan sapi wagyu
9,31 %. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan total nilai yang diperoleh, kedua
jenis daging tersebut juga mengalami penurunan jumlah konsentrasi asam amino
non-esensial selama penyimpanan, namun daging sapi wagyu memiliki jumlah
konsentrasi yang lebih tinggi dari daging sapi bali. Histogram konsentrasi asam
amino non-esensial daging sapi bali dan wagyu disajikan pada Gambar 5.4 dan
5.5.
1,06 1,
57
1,26
0,76
0,63 0,
89 1,08
0,75
1,90
1,10
1,09 1,24 1,
50
0,40
2,09
1,02 1,
58
3,40
0,000,501,001,502,002,503,003,504,00
Kon
sent
rasi
asa
m a
min
o (%
)
Jenis asam amino
Sapi bali
Sapi wagyu
40
Gambar 5.4. Histogram Konsentrasi Asam Amino Non-Esensial dalam BentukBerat Kering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu Hari ke-0
Histogram pada Gambar 5.4 menunjukkan nilai konsentrasi asam amino
non-esensial hari ke-0 antara daging sapi bali dan sapi wagyu, ditemukan
konsentrasi asam amino daging sapi wagyu yang lebih tinggi terutama asam
amino Serin dan Tirosin yaitu 11,2 % dan 4,7 % dibandingkan dengan daging sapi
bali yaitu 9,9 % dan 3,4 %.
4,01
9,68 9,91
0,73
2,10
3,42
4,74 5,
84
11,1
6
0,81 1,
70
4,68
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
AsamAspartat
AsamGlutamat
Serin Glisin Alanin Tirosin
Kon
sent
rasi
asa
m a
min
o (%
)
Jenis asam amino
Sapi bali
Sapi wagyu
41
Gambar 5.5. Histogram Konsentrasi Asam Amino Non-Esensial dalam BentukBerat Kering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu Hari ke-14
Histogram pada Gambar 5.5 menunjukkan nilai konsentrasi asam amino
non-esensial hari ke-14 antara daging sapi bali dan sapi wagyu, ditemukan
konsentrasi asam amino pada daging sapi wagyu yang lebih tinggi terutama asam
amino Asam Glutamat dan Tirosin yaitu 3,5 % dan 1,5 % dibandingkan dengan
daging sapi bali yaitu 3,0 % dan 1,0 %.
Hasil uji LSD (List Significant Different) asam amino esensial dan non-
esensial daging sapi bali dan sapi wagyu ditampilkan pada Tabel 5.4 dan Tabel
5.5.
2,13
2,98
1,07
0,34
0,87 1,
00
2,33
3,55
1,11
0,25 0,
55
1,53
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
AsamAspartat
AsamGlutamat
Serin Glisin Alanin Tirosin
Kon
sent
rasi
asa
m a
min
o (%
)
Jenis asam amino
Sapi bali
Sapi wagyu
42
Tabel 5.4
Hasil Uji LSD (List Significant Different) Asam Amino Esensial Daging Sapi
Bali dan Wagyu selama Penyimpanan pada Suhu 4°C
Asam aminoesensial
Lama Penyimpanan(Hari)
Rata-rata Signifikansi
0,05 0,010 6,120 a a
Histidin 3 5,835 a a7 4,675 b a
14 1,080 c b0 2,240 a a
Threonin 3 2,035 a a7 1,570 a a
14 1,330 a a0 2,620 a a
Arginin 3 2,310 a a7 2,055 ab a
14 1,255 b a0 3,455 a a
Metionin 3 2,595 ab a7 1,760 b a
14 1,130 b a0 2,150 a a
Valin 3 1,225 a a7 ,890 a a
14 ,525 a a0 3,435 a a
Phenilalanin 3 3,265 a a7 1,950 b a
14 1,490 c a0 2,900 a a
Isoleusin 3 2,505 a a7 1,280 b a
14 1,050 b a0 2,735 a a
Leusin 3 2,600 a a7 1,600 a a
14 1,165 a a0 3,740 a a
Lisin 3 3,720 a a7 2,980 a a
14 2,650 a a
Keterangan : Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkanberbeda nyata (P<0,05) atau sangat nyata (P<0,01), sebaliknyanilai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata(P>0,05).
43
Berdasarkan hasil pengujian LSD (List Significant Different), Tabel 5.4
memperlihatkan beberapa asam amino mengalami perubahan (penurunan)
konsentrasi asam amino yang sangat nyata (P<0,01) yaitu asam amino Histidin
hari ke-0 sampai hari ke-14, sedangkan asam amino Arginin, Phenilalanin dan
Isoleusin mengalami perubahan (penurunan) yang nyata (P<0,05) mulai hari ke-7
penyimpanan. Sedangkan untuk asam amino Metionin mengalami perubahan
(penurunan) yang nyata (P<0,05) hari ke-3. Untuk asam amino Threonin, Valin,
Leusin dan Lisin tidak berbeda nyata (P>0,05) sampai hari ke-14 penyimpanan.
44
Tabel 5.5
Hasil Uji LSD (List Significant Different) Asam Amino Non-Esensial Daging
Sapi Bali dan Wagyu selama Penyimpanan pada Suhu 4°C
Asam aminonon-esensial
LamaPenyimpanan
(Hari)
Rata-rata Signifikansi
0,05 0,010 4,375 a a
Asam Aspartat 3 3,810 a a7 2,615 a a14 2,230 a a0 7,760 a a
Asam Glutamat 3 5,770 a a7 5,445 a a14 3,265 a a0 10,535 a a
Serin 3 6,490 a a7 1,380 a a14 1,090 a a0 ,770 a a
Glisin 3 ,770 a a7 ,475 b ab14 ,295 b b0 1,900 a a
Alanin 3 1,555 a a7 1,380 ab a14 ,710 b a0 4,050 a a
Tirosin 3 3,545 a a7 1,700 b a14 1,265 b a
Keterangan : Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkanberbeda nyata (P<0,05) atau sangat nyata (P<0,01), sebaliknyanilai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata(P>0,05).
45
Berdasarkan hasil penelitian dari pengujian LSD (List Significant
Different), Tabel 5.5 memperlihatkan beberapa asam amino mengalami perubahan
(penurunan) konsentrasi asam amino yang sangat nyata (P<0,01) yaitu asam
amino Glisin hari ke-14, sedangkan asam amino Tirosin dan Alanin mengalami
perubahan (penurunan) yang nyata (P<0,05) mulai hari ke-7 penyimpanan. Untuk
asam amino Asam Aspartat, Asam Glutamat dan Serin tidak berbeda nyata
(P>0,05) sampai hari ke-14 penyimpanan.
46
BAB VI
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan ketebalan pita protein
dari daging sapi bali dan sapi wagyu, dimana daging sapi bali memiliki profil pita
protein yang lebih tebal dibandingkan dengan daging sapi wagyu sehingga
konsentrasi protein dari kedua jenis daging tersebut memberikan gambaran yang
berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Albert et al., (2002) yang
mengungkapkan bahwa ketebalan pita protein menunjukkan konsentrasi protein
tersebut, dimana protein dengan intensitas yang lebih tebal memiliki konsentrasi
yang lebih tinggi. Selanjutnya Cahyarini et al., (2004) mengungkapkan perbedaan
tebal dan tipisnya pita yang terbentuk disebabkan karena perbedaan jumlah dari
molekul-molekul yang termigrasi. Pita yang memiliki kekuatan ionik/muatan
lebih besar akan termigrasi lebih jauh daripada pita yang berkekuatan ionik lebih
kecil.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widowati dan Wijaya
(1997) dilaporkan bahwa pita mayor itu memiliki ketebalan dan intensitas warna
yang lebih besar dibandingkan pita-pita lainnya, sehingga berkesimpulan bahwa
pita mayor itu merupakan pita protein yang memiliki konsentrasi lebih tinggi
dibandingkan dengan pita-pita lainnya (pita minor). Selain itu Pasila (2008) juga
menyatakan bahwa tebal tipisnya pita protein yang terwarnai merupakan
gambaran banyaknya protein yang terkandung dalam profil protein, lebih lanjut
Ilminingtyas et al., (2000) melaporkan hasil penelitiannya, bahwa perubahan pola
47
protein hasil SDS-PAGE menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada
protein, penipisan dan hilangnya pita protein menunjukkan terjadinya perubahan
sifat pada protein tersebut. Benjakul et al., (1996) dan Choi et al., (2005)
menyatakan faktor yang mempengaruhi perubahan sifat fungsional protein
diantaranya adalah degradasi protein yang dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri
dan enzim, denaturasi protein akibat penyimpanan dingin.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan terjadinya pengurangan jumlah pita
protein dan penurunan konsentrasi asam amino baik pada daging sapi bali maupun
daging sapi wagyu dengan lamanya waktu penyimpanan, semakin lama
penyimpanan konsentrasi protein terlihat semakin berkurang (semakin tipis
ketebalan pitanya). Harper et al., (1979) menyatakan tidak semua protein
mempunyai jumlah dan jenis asam amino yang sama. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Riccardi et al., (1998), Ti-da et al., (2006), Bensen
et al., (1988), serta Nayer dan Reza (2007), melaporkan bahwa terjadi penurunan
total kandungan beberapa protein (konsentrasi dan jumlah pita protein) dan juga
penurunan beberapa protein yang lain akibat perlakuan penyimpanan.
Pada daging sapi bali lama penyimpanan selama 3 hari tidak berpengaruh
terhadap pemunculan pita protein, ditemukan 15 pita protein walaupun dengan
berat molekul yang sangat bervariasi. Penyimpanan daging sapi bali pada hari ke-
7 telah memberikan hasil pemunculan pita yang berkurang yakni hanya ditemukan
14 pita protein. Sedangkan penyimpanan pada hari ke-14 telah mengurangi
pemunculan 2 pita protein. Hal ini menunjukkan keadaan tersebut saat daging
disimpan terdapat beberapa pita protein yang tidak muncul. Apabila dibandingkan
48
antara pemunculan pita protein, maka daging sapi wagyu mempunyai pita protein
lebih sedikit (13) dibandingkan dengan daging sapi bali (14) walaupun
penyimpanan memberikan pengaruh yang sama terhadap pita protein yang
muncul. Pada penyimpanan daging hari ke-3 pita protein yang muncul sama
dengan lama penyimpanan daging pada hari ke-0 dan seiring dengan
bertambahnya waktu penyimpanan pita protein yang muncul juga berkurang
(Tabel 5.1). Demikian juga dengan berat molekul protein daging selama
penyimpanan hari ke-0 dan hari ke-3 ditemukan sebagian besar mempunyai berat
molekul yang sama (Tabel 5.1).
Hasil penelitian menunjukkan daging sapi wagyu memiliki total
konsentrasi asam amino yang lebih tinggi dari daging sapi bali selama
penyimpanan. Tabel 5.2 menunjukkan terdapat perbedaan total konsentrasi asam
amino pada daging sapi bali dan wagyu baik asam amino esensial maupun non-
esensial setelah dilakukan penyimpanan pada suhu dingin (4°C). Pada daging sapi
bali konsentrasi asam amino menurun sebesar 65,42 % setelah penyimpanan 14
hari dari 28,60 % pada hari ke-0 menjadi 9,89 % pada hari ke-14 sedangkan
daging sapi wagyu konsentrasi asam amino menurun sebesar 55,5 % setelah
penyimpanan 14 hari dari 30,18 % pada hari ke-0 menjadi 13,43 % pada hari ke-
14. Hasil ini menunjukkan ditinjau dari pengaruh penyimpanan suhu 4°C protein
daging sapi wagyu memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan daging
sapi bali.
Lebih lanjut dapat dijelaskan beberapa asam amino esensial pada daging
sapi bali dan wagyu mengalami penurunan yang signifikan yaitu asam amino
49
Histidin, Arginin, Metionin, Phenilalanin, dan Isoleusin. Sedangkan asam amino
non-esensial mengalami penurunan yang nyata pada asam amino Glisin, Alanin,
dan Tirosin. Asam amino Threonin, Valin, Leusin, Lisin, Asam Aspartat, Asam
Glutamat dan Serin konsentrasinya relatif tidak berubah selama penyimpanan.
Penurunan konsentrasi asam amino selama penyimpanan disebabkan oleh adanya
perombakan bakteri-bakteri yang masih hidup sehingga konsentrasi menjadi
berkurang. Hasil penelitian ini didukung oleh Winarno (1982) yang menyatakan
bahwa penurunan protein selama penyimpanan terjadi karena denaturasi juga
degradasi yaitu pemecahan molekul kompleks menjadi molekul yang lebih
sederhana. Selanjutnya Koswara (1995 dalam Toldra 1998) mengungkapkan
bahwa perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh aktivitas enzim proteolitik
yang mendegradasi protein. Ekop (2008) menyatakan penurunan asam amino
lebih dari 10% akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mutu bahan
pangan.
50
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Sapi bali dan wagyu memperlihatkan adanya perbedaan karakteristik
protein (ketebalan dan jumlah pita) serta perbedaan yang nyata (P<0,05)
dari asam amino Phenilalanin pada daging sapi wagyu dibandingkan
dengan sapi bali.
2. Lama penyimpanan pada suhu 4°C memperlihatkan pengaruh yang nyata
(P<0,05) terhadap penurunan asam amino Histidin, Phenilalanin dan
Isoleusin pada daging sapi bali dan wagyu.
7.2 Saran
1. Untuk memastikan tebal dan tipisnya pita protein dari masing-masing
sampel daging sapi bali dan wagyu disarankan untuk diberikan skor
terhadap pita yang muncul.
2. Hotel, restoran dan masyarakat luas disarankan tidak melakukan
penyimpanan daging lebih dari tiga hari karena telah terjadi penurunan
kualitas yakni terjadi penurunan konsentrasi protein dan asam amino
daging.
51
DAFTAR PUSTAKA
Adam, M.R., and Moss, M.O. 2000. Food Microbiology. Royal Society ofChemistry. Cambrigge.
Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. PenerbitAndi. Halaman 10, 15-16. Yogyakarta.
Albert, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., and Walter, P. 2002.Molecular Biology of The Cell. Edisi ke-4. Garland Science: New York.
American Meat Foundation (AMF). 1960. The Science of Meat and Meat Product.Reinhold Publishing Corporation. New York.
Andrews, A.T. 1988. Electrophoresis Theory, Techniques, Biochemical andClinical Applications. Clarendon Press. Plant Physiol. 452.
Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.
Anjarsari, B. 2010. Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi.Yogyakarta: Graha Ilmu.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method ofAnalysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington,Virginia. USA: Association of Official Analytical Chemist, Inc.
Arka, I.B. 1990. Kualitas Daging Sapi Bali. Dalam : Makalah Seminar NasionalSapi Bali. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.
Astawan, M. 2007. Mengapa Kita Perlu Makan Daging. Kompas Cyber Media.Bandung. http://multiply.com/kulinerkita/daging.html. Diakses pada tanggal16 November 2008.
Benjakul, S., Seymour, T.A., Morrissey, M.T., and Haejung, A.N. 1996. Proteinasein Pasific Whiting Surimi Wash Water : Identification and Characterization.J. Food. Sci. 61 (6):1165-1170.
Booth, A.D., dan Hames, B.D. 1987. Pemurnian protein. Institut Pertanian Bogor-Australia Project. Halaman 33-36.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet G.H., dan Wootton, M. 1987. Ilmu Pangan.Diterjemahkan oleh Purnomo, H., dan Adiono. UI Press. Jakarta.
52
Cahyarini, R.D., Yunus, A., dan Purwanto, E. 2004. Identifikasi KeragamanGenetik Beberapa Varietas Lokal Kedelai di Jawa Berdasarkan AnalisisIsozim. J. Agrosains. 6 (2):79-83.
Cavalli, S.V., Silva, S.V., Cimino, C., Malcata, F.X., and Priolo, N. 2006.Hydrolysis of Caprine and Ovine Milk Proteins, Brought About by AsparticPeptidases from Silybum Marianum. Flowers: Argentina-Portugal. PlantPhysiol.1-7.
Choi, J.Y., Kang, I.K., and Lanier, T.C. 2005. Proteolytic Enzymes and Control inSurimi. Dalam Park, J.W. (ed). Surimi and surimi seafood 2nd edition. CRCPress. Boca Racon. p 227-277.
Dellmann, H.D., dan Brown, E.M. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner 1. 3rd ed.Penerjemah Jam Tambayong. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Djuwita, T. 2004. Pemanfaatan Teknik Elektroforesis untuk Karakterisasi DNA danProtein. Dalam Modul Pemanfaatan Teknik dan Instrumentasi pada TingkatMolekuler untuk meningkatkan Potensi Penelitian dan Terapan di BidangBiologi dan Biomedis. Pelatihan Dosen Universitas/Perguruan Tinggi. KerjaSama Proyek Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Direktorat JendralPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional dengan DeapartemenAnatomi IPB. Bogor, 21 Juni - 30 Juni 2004.
Ekop, A.S. 2008. Change in Amino Acid Composition of African Yam Beens(Sphenostylis stenocarpas) and African Locust Beens (Parkia filicoida) onCoocing. Pakistan Journal of Nutrition. 5 (3): 254-256.
Girindra, A. 1986. Biokimia I. PT. Gramedia. Jakarta. 85 halaman.
Graeser, M.L., Wang, S.M., and Lemanski, L.F. 1981. Proc 34th Ann Recip MeatConf. Dalam: Lawrie, R.A. 1979. Meat Science. 3rd ed. Pergamon Press,Oxford.
Hafid, H., dan Rugayah, N. 2010. Persentase Karkas Sapi Bali pada BerbagaiBerat Badan dan Lama Pemuasaan Sebelum Pemotongan. ProsidingSeminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. TeknologiPeternakan dan Veteriner Mendukung Industrialisasi Sistem Pertanian untukMeningkatkan Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Peternakan. PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian.
Hames, D., and Hooper, N. 2005. Biochemistry 3th. New York: Taylor dan Francis.
Handiwirawan, E., dan Subandriyo. 2004. Potensi dan Keragaman SumberdayaGenetik Sapi Bali. Wartazoa. Vol. 14 (3): 5-8.
53
Harper, H., Rodwell, V.M., dan Mayes, P.A. 1979. Biokimia. Terjemahan dari:Harper’s Biochemistry. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Huerta-Leidenz, N.O., Cross, H.R., Savell, J.W., and Lunt, D.K. 1993. Comparisonof the Faty Acids Composition of Subcutaneous Adipose Tissue from MatureBrahman and Hereford Cows. J. anin. Sci 71:625.
Ilminingtyas, D., Hadiwiyoto, S., Wisesa, S., dan Naruki, S. 2000. PembentukanFraksi-fraksi Protein selama Fermentasi Peda. J. Agrosains. 13 (1): 1-17.
Johnson, P.A. 2010. The Heritability of Factors that Influence Tenderness in BeefCattle. Dissertation. Texas Tech University. USA.
Koswara, S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Laemmli, U.K. 1970. Cleavage on Structural Proteins During the Assembly of theHead of Bacteriopage T4. Nature (London). 227 (5259): 680-685.
Lawrie, R.A. 2003. Meat Science Fifth Edition. University of Nottingham.
Lehninger, A.L. 1998. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan : Thenawidjaja, M.Erlangga. Jakarta.
Lukman, D.W. 2008. Daging dan Produk Olahannya. http://higienepangan.blogspot.com. Diakses : Februari 2010.
Muchtadi, T.R., dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Tinggi PusatAntar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Muchtadi, D. 1993. Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Program Pasca Sarjana.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Musa, M.S., dan Nasoetion, A.H. 1989. Bahan Pengajaran Perancangan danAnalisis Percobaan Ilmiah Pusat Antar Universitas. Ilmu Hayat. InstitutPertanian Bogor.
Nayer, M., and Reza, H. 2007. “Effects of Drought Stress on Soluble Proteins intwo Maize Varieties”. Turk J Biol. 32 (2008): 23-30.
Nilsson, T. 1971. Technical Aspect Of Freezing Meat. Institute of Food Science andTehnology. Dublin.
Park, M.H., Lee, D.S., and Lee, K.H. 2000. Food Packaging. Hyeongseol Publising.Daegu.
54
Pasila, A.R. 2008. Identifikasi Protein Sekresi-Ekskresi dari Haemonchus contortusDewasa dengan SDS-PAGE. Fakultas Kedokteran Hewan. UniversitasAirlangga. Surabaya.
Payne, W.J.A., and Rollinson, D.H.L. 1973. Bali Cattle. World Rev. Anim Prod.7:13–21.
Poole, C.F., and Poole, S.K. 1994. Chromatography Today. 1st ed. ElsevierScience B. V. Netherlands. Plant Physiol. 545-550.
Rachmawan, O. 2001. Ruang Lingkup Mikroorganisme. Modul Dasar BidangKeahlian Kode Modul SMKP1E01-02DBK. Departemen PendidikanNasional. Jakarta : 14.
Ricardi, F., Gazeau, P., and Vienne, D. 1998. Protein Changes in Responses toProgressive Water Deficit in Maize, Quantitative Variation and PolypeptidaIdentification. Plant Physiol. 117: 1253- 1263.
Salamah, E. 1997. Analisis Kimia Menggunakan HPLC Bagian-I. Buletin TeknologiHasil Perikanan. Vol. 3 (1).
Sampurna, I.P., dan Nindhia, T.S. 2008. Analisis Data dengan SPSS dalamRancangan Percobaan. Penerbit Udayana Press. ISBN: 978–979–8286–40–7. Cetakan 1 Mei 2008.
Shackelford, S.D., Wheeler, T.L., and Koohmaraie, M. 1995. Relationship BetweenShear Force and Trained Sensory Panel Tenderness Ratings of Ten MajorMuscles from Bos Incidus and Bos Taurus Cattle. J. Anim. Sci. 73:3333-3340.
Singh, R.P. 2000. Scientific Priciples of Food Deterioration. Book of Shelf-lifeEvaluation of Food. Aspen Publishers. Gaitthersburg.
Siswani. 1984. Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan terhadap ProsesPembusukan Daging Sapi. Skripsi FKH. Institud Petanian Bogor. Bogor.
Sitompul, S. 2004. Analisis Asam Amino Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai.Buletin Tenknik Pertanian. 9(1):33-37.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Suarsana, N. 2004. Buku Ajar Biokimia Analisis. Penerbit Universitas Udayana. 371Halaman.
55
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan danPertanian. Cetakan ke-3. Pusat Antar Universitas. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.
Suryo, I. 2005. Materi Kuliah Pendinginan dan Pembekuan Daging. Program Studi.Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Suwiti, N.K., Wijayanti, N.P.P., Rumbawa., dan Besung, I.N.K. 2012. Bobot Badandan Umur Sapi Bali yang Dijual di Pasar Hewan dalam Hubungannya denganProduksi Daging. Prosiding Seminar Nasional: Peningkatan Produksi danKualitas Daging Sapi Bali Nasional. Pusat Kajian Sapi Bali. UniversitasUdayana. 14 September 2012. Denpasar.
Suwiti, N.K., Suastika, P., Swacita, I.B.N., dan Piraksa, W. 2013. ProsidingSeminar Nasional Sapi Bali: Tingkat Kesukaan Wisatawan Asing di BaliTerhadap Daging Sapi Bali dan Wagyu. Hal 42. Cetakan 24 September 2013.Denpasar.
Ti-Da, G., Fang-Gong, S., and Pi-Ba. 2006. Effects Of Water Stress On TheProtective Enzymes and Lipid Peroxidation in Roots And Leaves Of SummerMaize. Agricultural Science in China. 5: 291-298. 2006.
Tjahjadi, C., dan Herlina, M. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. UniversitasPadjajaran. Bandung.
Tranggono, Z., Noor, J., Wibowo, M., Gardjito., dan Astuti, M. 1990. Kimia NutrisiPangan. PAU. Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Toldra, F. 1998. Proteolysis and Lipolysis in Flavour Development of Dry-CuredMeat Product. Meat Science. 49: S101 (Abstr.)
Tortora, G., Berbell, F., and Christine, C. 2001. Microbiology an Introdution.Addison Wesley Longman. San Francisco.
Walker, S.J. 2000. The Principles and Practice of Shelf-life Prediction forMicroorganisme. Book of Shelf-life Evaluation of Foods. Aspen Publisher.Gaitherburg.
Whellwright, S.M. 1991. Protein Purification; Design and scale up of downstreamprocessing. Hanser Publishers. Munich Vienna New York. Barcelona. PlantPhysiol. 228.
Widowati, S., dan Wijaya, S.K. 1997. Isolasi dan Karakterisasi Globumin 7s dan11s dari Sepuluh Varietas Kedelai Indonesia: Prosiding Seminar NasionalTeknologi Pangan. Dalam Budianto, S; Zakaria, F; Haryadi danSatiyowiharjo, B (ed). Denpasar.
56
Winarno, F.G., dan Srilaksmi, B. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan CaraPencegahannya. Ghalia Indonesia. Bogor.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Umum.Yogyakarta.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi edisi terbaru. M-brio press. Bogor.
Wiyatna, M.F. 2007. Perbandingan Indek Perdagingan Sapi-sapi Indonesia (SapiBali, Madura, PO) dengan Sapi Australian Commercial Cross (ACC). J. IlmuTernak. Vol. 7. No. 1. Universitas Padjadjaran.
Yupardhi, W. 2009. Sapi Bali Mutiara dari Bali. Udayana University Press.Denpasar.
58
Lampiran 1. Perhitungan Elektroforesis SDS-PAGE Standar Marker
PENENTUAN MARKER
No. Pita Jarak Pita Standar Jarak Pita Pelacak Rf Log BM BM
1 0.2 5.3 0.04 2.39794 250
2 0.4 5.3 0.08 2.17609 150
3 0.7 5.3 0.13 2.00000 100
4 1.2 5.3 0.23 1.87060 75
5 1.8 5.3 0.34 1.69897 50
6 2.6 5.3 0.49 1.56820 37
7 3.3 5.3 0.62 1.39794 25
8 4.2 5.3 0.79 1.30103 20
9 5.2 5.3 0.98 1.17609 15
Gambar 1. Persamaan Regresi Logaritma
y = -0,36ln(x) + 1,247R² = 0,982
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
0 0,5 1 1,5
Log
BM
Rf
59
Lampiran 2. Perhitungan Elektroforesis SDS-PADE Sampel Daging Sapi Balidan Wagyu
Data Sapi Bali Hari ke-0No.Pita
Jarak PitaStandar
Jarak PitaPelacak Rf = X BM a b Ln Rf (X) Y = Log BM
1 0.2 5.3 0.04 281.71639 -0.367 1.2471 -3.27714 2.449812 0.5 5.3 0.09 129.87735 -0.367 1.2471 -2.36085 2.113533 0.9 5.3 0.17 79.03432 -0.367 1.2471 -1.77307 1.897824 1.1 5.3 0.21 66.70672 -0.367 1.2471 -1.57240 1.824175 1.6 5.3 0.30 48.60233 -0.367 1.2471 -1.19770 1.686666 1.8 5.3 0.34 43.99777 -0.367 1.2471 -1.07992 1.643437 2 5.3 0.38 40.24977 -0.367 1.2471 -0.97456 1.604768 2.1 5.3 0.40 38.62401 -0.367 1.2471 -0.92577 1.586869 2.5 5.3 0.47 33.33264 -0.367 1.2471 -0.75142 1.52287
10 2.6 5.3 0.49 32.24599 -0.367 1.2471 -0.71220 1.5084811 2.9 5.3 0.55 29.40354 -0.367 1.2471 -0.60300 1.4684012 3.2 5.3 0.60 27.05653 -0.367 1.2471 -0.50456 1.4322713 3.6 5.3 0.68 24.49321 -0.367 1.2471 -0.38677 1.3890514 4.1 5.3 0.77 21.94402 -0.367 1.2471 -0.25672 1.3413215 4.7 5.3 0.89 19.55208 -0.367 1.2471 -0.12014 1.29119
Data Sapi Wagyu Hari ke-0No.Pita
Jarak PitaStandar
Jarak PitaPelacak Rf = X BM a b Ln Rf (X) Y = Log BM
1 0.3 5.3 0.06 199.98914 -0.367 1.2471 -2.87168 2.301012 0.6 5.3 0.11 111.33236 -0.367 1.2471 -2.17853 2.046623 0.9 5.3 0.17 79.03432 -0.367 1.2471 -1.77307 1.897824 1.1 5.3 0.21 66.70672 -0.367 1.2471 -1.57240 1.824175 1.5 5.3 0.28 51.32663 -0.367 1.2471 -1.26224 1.710346 1.8 5.3 0.34 43.99777 -0.367 1.2471 -1.07992 1.643437 2.1 5.3 0.40 38.62401 -0.367 1.2471 -0.92577 1.586868 2.4 5.3 0.45 34.50256 -0.367 1.2471 -0.79224 1.537859 2.5 5.3 0.47 33.33264 -0.367 1.2471 -0.75142 1.52287
10 2.9 5.3 0.55 29.40354 -0.367 1.2471 -0.60300 1.4684011 3.4 5.3 0.64 25.70531 -0.367 1.2471 -0.44393 1.4100212 3.7 5.3 0.70 23.93262 -0.367 1.2471 -0.35937 1.3789913 4.1 5.3 0.77 21.94402 -0.367 1.2471 -0.25672 1.3413214 4.7 5.3 0.89 19.55208 -0.367 1.2471 -0.12014 1.29119
60
Data Sapi Bali Hari ke-3
No.Pita
Jarak PitaStandar
Jarak PitaPelacak Rf = X BM a b Ln Rf (X) Y = Log BM
1 0.2 5.3 0.04 281.71639 -0.367 1.2471 -3.27714 2.449812 0.4 5.3 0.08 156.82926 -0.367 1.2471 -2.58400 2.195433 0.8 5.3 0.15 87.30560 -0.367 1.2471 -1.89085 1.941044 1.1 5.3 0.21 66.70672 -0.367 1.2471 -1.57240 1.824175 1.5 5.3 0.28 51.32663 -0.367 1.2471 -1.26224 1.710346 1.8 5.3 0.34 43.99777 -0.367 1.2471 -1.07992 1.643437 2 5.3 0.38 40.24977 -0.367 1.2471 -0.97456 1.604768 2.1 5.3 0.40 38.62401 -0.367 1.2471 -0.92577 1.586869 2.5 5.3 0.47 33.33264 -0.367 1.2471 -0.75142 1.52287
10 2.6 5.3 0.49 32.24599 -0.367 1.2471 -0.71220 1.5084811 2.9 5.3 0.55 29.40354 -0.367 1.2471 -0.60300 1.4684012 3.1 5.3 0.58 27.79226 -0.367 1.2471 -0.53630 1.4439213 3.4 5.3 0.64 25.70531 -0.367 1.2471 -0.44393 1.4100214 4.1 5.3 0.77 21.94402 -0.367 1.2471 -0.25672 1.3413215 4.6 5.3 0.87 19.91066 -0.367 1.2471 -0.14165 1.29909
Data Sapi Wagyu Hari ke-3
No.Pita
Jarak PitaStandar
Jarak PitaPelacak Rf = X BM a b Ln Rf (X) Y = Log BM
1 0.3 5.3 0.06 199.98914 -0.367 1.2471 -2.87168 2.301012 0.6 5.3 0.11 111.33236 -0.367 1.2471 -2.17853 2.046623 0.9 5.3 0.17 79.03432 -0.367 1.2471 -1.77307 1.897824 1.1 5.3 0.21 66.70672 -0.367 1.2471 -1.57240 1.824175 1.5 5.3 0.28 51.32663 -0.367 1.2471 -1.26224 1.710346 1.8 5.3 0.34 43.99777 -0.367 1.2471 -1.07992 1.643437 2.1 5.3 0.40 38.62401 -0.367 1.2471 -0.92577 1.586868 2.4 5.3 0.45 34.50256 -0.367 1.2471 -0.79224 1.537859 2.5 5.3 0.47 33.33264 -0.367 1.2471 -0.75142 1.52287
10 2.9 5.3 0.55 29.40354 -0.367 1.2471 -0.60300 1.4684011 3.3 5.3 0.62 26.36203 -0.367 1.2471 -0.47378 1.4209812 3.6 5.3 0.68 24.49321 -0.367 1.2471 -0.38677 1.3890513 4.1 5.3 0.77 21.94402 -0.367 1.2471 -0.25672 1.3413214 4.7 5.3 0.89 19.55208 -0.367 1.2471 -0.12014 1.29119
61
Data Sapi Bali Hari ke-7
No.Pita
Jarak PitaStandar
Jarak PitaPelacak Rf = X BM a b Ln Rf (X) Y = Log BM
1 0.2 5.3 0.04 281.71639 -0.367 1.2471 -3.27714 2.449812 0.4 5.3 0.08 156.82926 -0.367 1.2471 -2.58400 2.195433 0.7 5.3 0.13 97.73455 -0.367 1.2471 -2.02438 1.990054 0.8 5.3 0.15 87.30560 -0.367 1.2471 -1.89085 1.941045 1 5.3 0.19 72.30168 -0.367 1.2471 -1.66771 1.859156 1.5 5.3 0.28 51.32663 -0.367 1.2471 -1.26224 1.710347 1.8 5.3 0.34 43.99777 -0.367 1.2471 -1.07992 1.643438 2.1 5.3 0.40 38.62401 -0.367 1.2471 -0.92577 1.586869 2.5 5.3 0.47 33.33264 -0.367 1.2471 -0.75142 1.52287
10 2.6 5.3 0.49 32.24599 -0.367 1.2471 -0.71220 1.5084811 2.9 5.3 0.55 29.40354 -0.367 1.2471 -0.60300 1.4684012 3.2 5.3 0.60 27.05653 -0.367 1.2471 -0.50456 1.4322713 3.6 5.3 0.68 24.49321 -0.367 1.2471 -0.38677 1.3890514 4.1 5.3 0.77 21.94402 -0.367 1.2471 -0.25672 1.34132
Data Sapi Wagyu Hari ke-7
No.Pita
Jarak PitaStandar
Jarak PitaPelacak Rf = X BM a b Ln Rf (X) Y = Log BM
1 0.3 5.3 0.06 199.98914 -0.367 1.2471 -2.87168 2.301012 0.8 5.3 0.15 87.30560 -0.367 1.2471 -1.89085 1.941043 1.1 5.3 0.21 66.70672 -0.367 1.2471 -1.57240 1.824174 1.5 5.3 0.28 51.32663 -0.367 1.2471 -1.26224 1.710345 1.9 5.3 0.36 42.03277 -0.367 1.2471 -1.02585 1.623596 2.1 5.3 0.40 38.62401 -0.367 1.2471 -0.92577 1.586867 2.5 5.3 0.47 33.33264 -0.367 1.2471 -0.75142 1.522878 2.6 5.3 0.49 32.24599 -0.367 1.2471 -0.71220 1.508489 3 5.3 0.57 28.57312 -0.367 1.2471 -0.56909 1.45596
10 3.4 5.3 0.64 25.70531 -0.367 1.2471 -0.44393 1.4100211 3.7 5.3 0.70 23.93262 -0.367 1.2471 -0.35937 1.3789912 4.1 5.3 0.77 21.94402 -0.367 1.2471 -0.25672 1.3413213 4.7 5.3 0.89 19.55208 -0.367 1.2471 -0.12014 1.29119
62
Data Sapi Bali Hari ke-14
No.Pita
Jarak PitaStandar
Jarak PitaPelacak Rf = X BM a b Ln Rf (X) Y = Log BM
1 0.4 5.3 0.08 156.82926 -0.367 1.2471 -2.58400 2.195432 0.8 5.3 0.15 87.30560 -0.367 1.2471 -1.89085 1.941043 0.9 5.3 0.17 79.03432 -0.367 1.2471 -1.77307 1.897824 1.1 5.3 0.21 66.70672 -0.367 1.2471 -1.57240 1.824175 1.5 5.3 0.28 51.32663 -0.367 1.2471 -1.26224 1.710346 1.9 5.3 0.36 42.03277 -0.367 1.2471 -1.02585 1.623597 2.1 5.3 0.40 38.62401 -0.367 1.2471 -0.92577 1.586868 2.5 5.3 0.47 33.33264 -0.367 1.2471 -0.75142 1.522879 2.6 5.3 0.49 32.24599 -0.367 1.2471 -0.71220 1.50848
10 3 5.3 0.57 28.57312 -0.367 1.2471 -0.56909 1.4559611 3.4 5.3 0.64 25.70531 -0.367 1.2471 -0.44393 1.4100212 3.7 5.3 0.70 23.93262 -0.367 1.2471 -0.35937 1.3789913 4.1 5.3 0.77 21.94402 -0.367 1.2471 -0.25672 1.34132
Data Sapi Wagyu Hari ke-14
No.Pita
Jarak PitaStandar
Jarak PitaPelacak Rf = X BM a b Ln Rf (X) Y = Log BM
1 0.3 5.3 0.06 199.98914 -0.367 1.2471 -2.87168 2.301012 0.8 5.3 0.15 87.30560 -0.367 1.2471 -1.89085 1.941043 1.1 5.3 0.21 66.70672 -0.367 1.2471 -1.57240 1.824174 1.4 5.3 0.26 54.40804 -0.367 1.2471 -1.33123 1.735665 1.9 5.3 0.36 42.03277 -0.367 1.2471 -1.02585 1.623596 2.1 5.3 0.40 38.62401 -0.367 1.2471 -0.92577 1.586867 2.4 5.3 0.45 34.50256 -0.367 1.2471 -0.79224 1.537858 2.5 5.3 0.47 33.33264 -0.367 1.2471 -0.75142 1.522879 3.3 5.3 0.62 26.36203 -0.367 1.2471 -0.47378 1.42098
10 3.6 5.3 0.68 24.49321 -0.367 1.2471 -0.38677 1.3890511 4.1 6.3 0.65 25.39507 -0.367 1.2471 -0.42956 1.4047512 4.7 6.3 0.75 22.62696 -0.367 1.2471 -0.29299 1.35463
63
Lampiran 3. Hasil Analisis Data Penelitian Asam Amino Esensial Daging SapiBali dan Wagyu pada Penyimpanan Suhu 4°C
Tests of Between-Subjects Effects
Source
Dependent
Variable
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Sapi Histidin .180 1 .180 1.927 .259
Threonin .006 1 .006 .061 .821
Arginin .361 1 .361 3.624 .153
Metionin 2.531 1 2.531 9.014 .058
Valin .769 1 .769 2.170 .237
Phenilalanin 3.026 1 3.026 21.701 .019
Isoleusin .050 1 .050 .475 .540
Leusin 3.125 1 3.125 7.826 .068
Lisin 1.361 1 1.361 8.562 .061
Lama Histidin 32.225 3 10.742 114.967 .001
Threonin 1.045 3 .348 3.860 .148
Arginin 2.048 3 .683 6.849 .074
Metionin 6.129 3 2.043 7.276 .069
Valin 2.910 3 .970 2.737 .215
Phenilalanin 5.554 3 1.851 13.278 .031
Isoleusin 4.937 3 1.646 15.740 .024
Leusin 3.510 3 1.170 2.930 .200
Lisin 1.784 3 .595 3.740 .154
Error Histidin .280 3 .093
Threonin .271 3 .090
Arginin .299 3 .100
Metionin .842 3 .281
Valin 1.063 3 .354
Phenilalanin .418 3 .139
64
Isoleusin .314 3 .105
Leusin 1.198 3 .399
Lisin .477 3 .159
Corrected Total Histidin 32.686 7
Threonin 1.321 7
Arginin 2.709 7
Metionin 9.503 7
Valin 4.742 7
Phenilalanin 8.998 7
Isoleusin 5.300 7
Leusin 7.833 7
Lisin 3.622 7
a. R Squared = .991 (Adjusted R Squared = .980)
b. R Squared = .795 (Adjusted R Squared = .522)
c. R Squared = .890 (Adjusted R Squared = .742)
d. R Squared = .911 (Adjusted R Squared = .793)
e. R Squared = .776 (Adjusted R Squared = .477)
f. R Squared = .954 (Adjusted R Squared = .892)
g. R Squared = .941 (Adjusted R Squared = .862)
h. R Squared = .847 (Adjusted R Squared = .643)
i. R Squared = .868 (Adjusted R Squared = .693)
65
Estimated Marginal Means
1. Sapi
Dependent
Variable Sapi Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Histidin Daging Sapi Bali 4.578 .153 4.091 5.064
Daging Sapi Wagyu 4.278 .153 3.791 4.764
Threonin Daging Sapi Bali 1.768 .150 1.289 2.246
Daging Sapi Wagyu 1.820 .150 1.342 2.298
Arginin Daging Sapi Bali 1.847 .158 1.345 2.350
Daging Sapi Wagyu 2.272 .158 1.770 2.775
Metionin Daging Sapi Bali 1.672 .265 .829 2.516
Daging Sapi Wagyu 2.798 .265 1.954 3.641
Valin Daging Sapi Bali 1.508 .298 .560 2.455
Daging Sapi Wagyu .888 .298 -.060 1.835
Phenilalanin Daging Sapi Bali 1.920 .187 1.326 2.514
Daging Sapi Wagyu 3.150 .187 2.556 3.744
Isoleusin Daging Sapi Bali 1.855 .162 1.341 2.369
Daging Sapi Wagyu 2.012 .162 1.498 2.527
Leusin Daging Sapi Bali 1.400 .316 .395 2.405
Daging Sapi Wagyu 2.650 .316 1.645 3.655
Lisin Daging Sapi Bali 2.860 .199 2.226 3.494
Daging Sapi Wagyu 3.685 .199 3.051 4.319
66
2. Lama Penyimpanan (hari)
Dependent
Variable Lama Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Histidin 0 6.120 .216 5.432 6.808
3 5.835 .216 5.147 6.523
7 4.675 .216 3.987 5.363
14 1.080 .216 .392 1.768
Threonin 0 2.240 .212 1.564 2.916
3 2.035 .212 1.359 2.711
7 1.570 .212 .894 2.246
14 1.330 .212 .654 2.006
Arginin 0 2.620 .223 1.910 3.330
3 2.310 .223 1.600 3.020
7 2.055 .223 1.345 2.765
14 1.255 .223 .545 1.965
Metionin 0 3.455 .375 2.263 4.647
3 2.595 .375 1.403 3.787
7 1.760 .375 .568 2.952
14 1.130 .375 -.062 2.322
Valin 0 2.150 .421 .810 3.490
3 1.225 .421 -.115 2.565
7 .890 .421 -.450 2.230
14 .525 .421 -.815 1.865
Phenilalanin 0 3.435 .264 2.595 4.275
3 3.265 .264 2.425 4.105
7 1.950 .264 1.110 2.790
14 1.490 .264 .650 2.330
Isoleusin 0 2.900 .229 2.172 3.628
67
3 2.505 .229 1.777 3.233
7 1.280 .229 .552 2.008
14 1.050 .229 .322 1.778
Leusin 0 2.735 .447 1.313 4.157
3 2.600 .447 1.178 4.022
7 1.600 .447 .178 3.022
14 1.165 .447 -.257 2.587
Lisin 0 3.740 .282 2.843 4.637
3 3.720 .282 2.823 4.617
7 2.980 .282 2.083 3.877
14 2.650 .282 1.753 3.547
Post Hoc Tests
Lama Penyimpanan (hari)
Multiple Comparisons
LSD
Dependent
Variable
(I)
Lama
Penyim
panan
(hari)
(J)
Lama
Penyim
panan
(hari)
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Histidin 0 3 .2850 .30567 .420 -.6878 1.2578
7 1.4450* .30567 .018 .4722 2.4178
14 5.0400* .30567 .000 4.0672 6.0128
3 0 -.2850 .30567 .420 -1.2578 .6878
7 1.1600* .30567 .032 .1872 2.1328
14 4.7550* .30567 .001 3.7822 5.7278
68
7 0 -1.4450* .30567 .018 -2.4178 -.4722
3 -1.1600* .30567 .032 -2.1328 -.1872
14 3.5950* .30567 .001 2.6222 4.5678
14 0 -5.0400* .30567 .000 -6.0128 -4.0672
3 -4.7550* .30567 .001 -5.7278 -3.7822
7 -3.5950* .30567 .001 -4.5678 -2.6222
Threonin 0 3 .2050 .30041 .544 -.7510 1.1610
7 .6700 .30041 .112 -.2860 1.6260
14 .9100 .30041 .056 -.0460 1.8660
3 0 -.2050 .30041 .544 -1.1610 .7510
7 .4650 .30041 .219 -.4910 1.4210
14 .7050 .30041 .101 -.2510 1.6610
7 0 -.6700 .30041 .112 -1.6260 .2860
3 -.4650 .30041 .219 -1.4210 .4910
14 .2400 .30041 .483 -.7160 1.1960
14 0 -.9100 .30041 .056 -1.8660 .0460
3 -.7050 .30041 .101 -1.6610 .2510
7 -.2400 .30041 .483 -1.1960 .7160
Arginin 0 3 .3100 .31573 .399 -.6948 1.3148
7 .5650 .31573 .171 -.4398 1.5698
14 1.3650* .31573 .023 .3602 2.3698
3 0 -.3100 .31573 .399 -1.3148 .6948
7 .2550 .31573 .478 -.7498 1.2598
14 1.0550* .31573 .044 .0502 2.0598
7 0 -.5650 .31573 .171 -1.5698 .4398
3 -.2550 .31573 .478 -1.2598 .7498
14 .8000 .31573 .085 -.2048 1.8048
14 0 -1.3650* .31573 .023 -2.3698 -.3602
3 -1.0550* .31573 .044 -2.0598 -.0502
69
7 -.8000 .31573 .085 -1.8048 .2048
Metionin 0 3 .8600 .52992 .203 -.8264 2.5464
7 1.6950* .52992 .049 .0086 3.3814
14 2.3250* .52992 .022 .6386 4.0114
3 0 -.8600 .52992 .203 -2.5464 .8264
7 .8350 .52992 .213 -.8514 2.5214
14 1.4650 .52992 .070 -.2214 3.1514
7 0 -1.6950* .52992 .049 -3.3814 -.0086
3 -.8350 .52992 .213 -2.5214 .8514
14 .6300 .52992 .320 -1.0564 2.3164
14 0 -2.3250* .52992 .022 -4.0114 -.6386
3 -1.4650 .52992 .070 -3.1514 .2214
7 -.6300 .52992 .320 -2.3164 1.0564
Valin 0 3 .9250 .59529 .218 -.9695 2.8195
7 1.2600 .59529 .125 -.6345 3.1545
14 1.6250 .59529 .072 -.2695 3.5195
3 0 -.9250 .59529 .218 -2.8195 .9695
7 .3350 .59529 .613 -1.5595 2.2295
14 .7000 .59529 .324 -1.1945 2.5945
7 0 -1.2600 .59529 .125 -3.1545 .6345
3 -.3350 .59529 .613 -2.2295 1.5595
14 .3650 .59529 .583 -1.5295 2.2595
14 0 -1.6250 .59529 .072 -3.5195 .2695
3 -.7000 .59529 .324 -2.5945 1.1945
7 -.3650 .59529 .583 -2.2595 1.5295
Phenilalanin 0 3 .1700 .37341 .680 -1.0184 1.3584
7 1.4850* .37341 .028 .2966 2.6734
14 1.9450* .37341 .014 .7566 3.1334
3 0 -.1700 .37341 .680 -1.3584 1.0184
70
7 1.3150* .37341 .039 .1266 2.5034
14 1.7750* .37341 .018 .5866 2.9634
7 0 -1.4850* .37341 .028 -2.6734 -.2966
3 -1.3150* .37341 .039 -2.5034 -.1266
14 .4600 .37341 .306 -.7284 1.6484
14 0 -1.9450* .37341 .014 -3.1334 -.7566
3 -1.7750* .37341 .018 -2.9634 -.5866
7 -.4600 .37341 .306 -1.6484 .7284
Isoleusin 0 3 .3950 .32334 .309 -.6340 1.4240
7 1.6200* .32334 .015 .5910 2.6490
14 1.8500* .32334 .011 .8210 2.8790
3 0 -.3950 .32334 .309 -1.4240 .6340
7 1.2250* .32334 .032 .1960 2.2540
14 1.4550* .32334 .020 .4260 2.4840
7 0 -1.6200* .32334 .015 -2.6490 -.5910
3 -1.2250* .32334 .032 -2.2540 -.1960
14 .2300 .32334 .528 -.7990 1.2590
14 0 -1.8500* .32334 .011 -2.8790 -.8210
3 -1.4550* .32334 .020 -2.4840 -.4260
7 -.2300 .32334 .528 -1.2590 .7990
Leusin 0 3 .1350 .63190 .845 -1.8760 2.1460
7 1.1350 .63190 .170 -.8760 3.1460
14 1.5700 .63190 .089 -.4410 3.5810
3 0 -.1350 .63190 .845 -2.1460 1.8760
7 1.0000 .63190 .212 -1.0110 3.0110
14 1.4350 .63190 .108 -.5760 3.4460
7 0 -1.1350 .63190 .170 -3.1460 .8760
3 -1.0000 .63190 .212 -3.0110 1.0110
14 .4350 .63190 .541 -1.5760 2.4460
71
14 0 -1.5700 .63190 .089 -3.5810 .4410
3 -1.4350 .63190 .108 -3.4460 .5760
7 -.4350 .63190 .541 -2.4460 1.5760
Lisin 0 3 .0200 .39873 .963 -1.2489 1.2889
7 .7600 .39873 .153 -.5089 2.0289
14 1.0900 .39873 .072 -.1789 2.3589
3 0 -.0200 .39873 .963 -1.2889 1.2489
7 .7400 .39873 .160 -.5289 2.0089
14 1.0700 .39873 .075 -.1989 2.3389
7 0 -.7600 .39873 .153 -2.0289 .5089
3 -.7400 .39873 .160 -2.0089 .5289
14 .3300 .39873 .469 -.9389 1.5989
14 0 -1.0900 .39873 .072 -2.3589 .1789
3 -1.0700 .39873 .075 -2.3389 .1989
7 -.3300 .39873 .469 -1.5989 .9389
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .159.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
72
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian Asam Amino Non-Esensial DagingSapi Bali dan Wagyu pada Penyimpanan Suhu 4°C
Tests of Between-Subjects Effects
Source
Dependent
Variable
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Sapi Asam Aspartat .684 1 .684 1.433 .317
Asam Glutamat 1.080 1 1.080 .500 .530
Serin 15.208 1 15.208 1.559 .300
Glisin .008 1 .008 1.264 .343
Alanin .005 1 .005 .069 .810
Tirosin 2.761 1 2.761 8.681 .060
Lama Asam Aspartat 6.045 3 2.015 4.218 .134
Asam Glutamat 20.329 3 6.776 3.136 .186
Serin 122.370 3 40.790 4.180 .135
Glisin .329 3 .110 16.401 .023
Alanin 1.500 3 .500 7.591 .065
Tirosin 11.163 3 3.721 11.698 .037
Error Asam Aspartat 1.433 3 .478
Asam Glutamat 6.483 3 2.161
Serin 29.272 3 9.757
Glisin .020 3 .007
Alanin .198 3 .066
Tirosin .954 3 .318
Corrected Total Asam Aspartat 8.163 7
Asam Glutamat 27.892 7
Serin 166.850 7
Glisin .357 7
Alanin 1.702 7
Tirosin 14.878 7
73
a. R Squared = .824 (Adjusted R Squared = .590)
b. R Squared = .768 (Adjusted R Squared = .458)
c. R Squared = .825 (Adjusted R Squared = .591)
d. R Squared = .944 (Adjusted R Squared = .869)
e. R Squared = .884 (Adjusted R Squared = .729)
f. R Squared = .936 (Adjusted R Squared = .850)
Estimated Marginal Means
1. Sapi
Dependent
Variable Sapi Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Asam Aspartat Daging Sapi Bali 2.965 .346 1.865 4.065
Daging Sapi Wagyu 3.550 .346 2.450 4.650
Asam Glutamat Daging Sapi Bali 5.927 .735 3.588 8.267
Daging Sapi Wagyu 5.192 .735 2.853 7.532
Serin Daging Sapi Bali 3.495 1.562 -1.475 8.465
Daging Sapi Wagyu 6.252 1.562 1.282 11.223
Glisin Daging Sapi Bali .545 .041 .415 .675
Daging Sapi Wagyu .610 .041 .480 .740
Alanin Daging Sapi Bali 1.410 .128 1.002 1.818
Daging Sapi Wagyu 1.363 .128 .954 1.771
Tirosin Daging Sapi Bali 2.052 .282 1.155 2.950
Daging Sapi Wagyu 3.228 .282 2.330 4.125
74
2. Lama Penyimpanan (hari)
Dependent
Variable
Lama
Penyim
panan
(hari) Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Asam Aspartat 0 4.375 .489 2.820 5.930
3 3.810 .489 2.255 5.365
7 2.615 .489 1.060 4.170
14 2.230 .489 .675 3.785
Asam Glutamat 0 7.760 1.039 4.452 11.068
3 5.770 1.039 2.462 9.078
7 5.445 1.039 2.137 8.753
14 3.265 1.039 -.043 6.573
Serin 0 10.535 2.209 3.506 17.564
3 6.490 2.209 -.539 13.519
7 1.380 2.209 -5.649 8.409
14 1.090 2.209 -5.939 8.119
Glisin 0 .770 .058 .586 .954
3 .770 .058 .586 .954
7 .475 .058 .291 .659
14 .295 .058 .111 .479
Alanin 0 1.900 .181 1.323 2.477
3 1.555 .181 .978 2.132
7 1.380 .181 .803 1.957
14 .710 .181 .133 1.287
Tirosin 0 4.050 .399 2.781 5.319
3 3.545 .399 2.276 4.814
7 1.700 .399 .431 2.969
14 1.265 .399 -.004 2.534
75
Post Hoc Tests
Lama Penyimpanan (hari)
Multiple Comparisons
LSD
Dependent
Variable
(I)
Lama
Penyim
panan
(hari)
(J)
Lama
Penyim
panan
(hari)
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Asam Aspartat 0 3 .5650 .69115 .474 -1.6345 2.7645
7 1.7600 .69115 .084 -.4395 3.9595
14 2.1450 .69115 .053 -.0545 4.3445
3 0 -.5650 .69115 .474 -2.7645 1.6345
7 1.1950 .69115 .182 -1.0045 3.3945
14 1.5800 .69115 .106 -.6195 3.7795
7 0 -1.7600 .69115 .084 -3.9595 .4395
3 -1.1950 .69115 .182 -3.3945 1.0045
14 .3850 .69115 .616 -1.8145 2.5845
14 0 -2.1450 .69115 .053 -4.3445 .0545
3 -1.5800 .69115 .106 -3.7795 .6195
7 -.3850 .69115 .616 -2.5845 1.8145
Asam Glutamat 0 3 1.9900 1.46999 .269 -2.6882 6.6682
7 2.3150 1.46999 .213 -2.3632 6.9932
14 4.4950 1.46999 .055 -.1832 9.1732
3 0 -1.9900 1.46999 .269 -6.6682 2.6882
7 .3250 1.46999 .839 -4.3532 5.0032
14 2.5050 1.46999 .187 -2.1732 7.1832
76
7 0 -2.3150 1.46999 .213 -6.9932 2.3632
3 -.3250 1.46999 .839 -5.0032 4.3532
14 2.1800 1.46999 .235 -2.4982 6.8582
14 0 -4.4950 1.46999 .055 -9.1732 .1832
3 -2.5050 1.46999 .187 -7.1832 2.1732
7 -2.1800 1.46999 .235 -6.8582 2.4982
Serin 0 3 4.0450 3.12369 .286 -5.8960 13.9860
7 9.1550 3.12369 .061 -.7860 19.0960
14 9.4450 3.12369 .057 -.4960 19.3860
3 0 -4.0450 3.12369 .286 -13.9860 5.8960
7 5.1100 3.12369 .200 -4.8310 15.0510
14 5.4000 3.12369 .182 -4.5410 15.3410
7 0 -9.1550 3.12369 .061 -19.0960 .7860
3 -5.1100 3.12369 .200 -15.0510 4.8310
14 .2900 3.12369 .932 -9.6510 10.2310
14 0 -9.4450 3.12369 .057 -19.3860 .4960
3 -5.4000 3.12369 .182 -15.3410 4.5410
7 -.2900 3.12369 .932 -10.2310 9.6510
Glisin 0 3 .0000 .08175 1.000 -.2602 .2602
7 .2950* .08175 .037 .0348 .5552
14 .4750* .08175 .010 .2148 .7352
3 0 .0000 .08175 1.000 -.2602 .2602
7 .2950* .08175 .037 .0348 .5552
14 .4750* .08175 .010 .2148 .7352
7 0 -.2950* .08175 .037 -.5552 -.0348
3 -.2950* .08175 .037 -.5552 -.0348
14 .1800 .08175 .115 -.0802 .4402
14 0 -.4750* .08175 .010 -.7352 -.2148
3 -.4750* .08175 .010 -.7352 -.2148
77
7 -.1800 .08175 .115 -.4402 .0802
Alanin 0 3 .3450 .25660 .271 -.4716 1.1616
7 .5200 .25660 .136 -.2966 1.3366
14 1.1900* .25660 .019 .3734 2.0066
3 0 -.3450 .25660 .271 -1.1616 .4716
7 .1750 .25660 .544 -.6416 .9916
14 .8450* .25660 .046 .0284 1.6616
7 0 -.5200 .25660 .136 -1.3366 .2966
3 -.1750 .25660 .544 -.9916 .6416
14 .6700 .25660 .080 -.1466 1.4866
14 0 -1.1900* .25660 .019 -2.0066 -.3734
3 -.8450* .25660 .046 -1.6616 -.0284
7 -.6700 .25660 .080 -1.4866 .1466
Tirosin 0 3 .5050 .56399 .437 -1.2899 2.2999
7 2.3500* .56399 .025 .5551 4.1449
14 2.7850* .56399 .016 .9901 4.5799
3 0 -.5050 .56399 .437 -2.2999 1.2899
7 1.8450* .56399 .047 .0501 3.6399
14 2.2800* .56399 .027 .4851 4.0749
7 0 -2.3500* .56399 .025 -4.1449 -.5551
3 -1.8450* .56399 .047 -3.6399 -.0501
14 .4350 .56399 .497 -1.3599 2.2299
14 0 -2.7850* .56399 .016 -4.5799 -.9901
3 -2.2800* .56399 .027 -4.0749 -.4851
7 -.4350 .56399 .497 -2.2299 1.3599
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .318.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
78
Lampiran 5. Hasil Analisis Konsentrasi Asam Amino dalam Bentuk BeratKering (%) Daging Sapi Bali dan Wagyu
No Asam Amino Konsentrasi Asam Amino (%)
B1.H0 B1.H3 B1.H7 B1.H14 W1.H0 W1.H3 W1.H7 W1.H14
1 Asam Aspartat 4.009 2.879 2.841 2.126 4.738 4.738 2.392 2.329
2 Asam Glutamat 9.678 5.701 5.349 2.976 5.837 5.837 5.537 3.548
3 Serin 9.905 1.821 1.177 1.067 11.157 11.157 1.579 1.107
4 Histidin 6.573 5.996 4.681 1.061 5.671 5.671 4.665 1.104
5 Glisin 0.728 0.727 0.378 0.338 0.807 0.807 0.571 0.249
6 Threonin 2.167 1.759 1.572 1.568 2.306 2.306 1.567 1.091
7 Arginin 2.567 1.949 1.609 1.264 2.673 2.673 2.495 1.245
8 Alanin 2.099 1.409 1.262 0.868 1.699 1.699 1.501 0.546
9 Tirosin 3.421 2.410 1.378 1.001 4.681 4.681 2.020 1.529
10 Metionin 3.237 1.517 1.172 0.762 3.672 3.672 2.345 1.498
11 Valin 3.077 1.230 1.094 0.625 1.219 1.219 0.690 0.401
12 Phenilalanin 2.717 2.382 1.690 0.891 4.153 4.153 2.209 2.093
13 Isoleusin 2.879 2.087 1.368 1.077 2.916 2.916 1.189 1.023
14 Leusin 1.811 1.544 1.499 0.748 3.664 3.664 1.701 1.576
15 Lisin 3.572 3.533 2.436 1.897 3.906 3.906 3.523 3.400
Total 58.440 36.944 29.506 18.269 59.099 59.099 33.984 22.739
79
Lampiran 6. Dokumentasi Laboratorium
Gambar 1. Daging sapi bali dan wagyu Gambar 2. Ekstrak daging menggunakanhomogenizer
Gambar 3. a. Alat elektroforesis; b. Pemanasan sampel dengan suhu 95°C; c.Penuangan buffer elektroforesis
80
Gambar 4. Sampel untuk pengujian Gambar 5. Alat HPLCasam amino
Gambar 6. Hasil Uji Elektroforesis dengan metode SDS-PAGE