bab ii kajian pustaka a. model pembelajaran arias 1...

21
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (Sopah, 2001:456) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Sopah, 2001:457). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran, tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (Yanti, 2009:8). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (Sopah, 2001:457) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat

Upload: trananh

Post on 25-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran ARIAS

1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model

ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction),

dikembangkan oleh Keller dan Kopp (Sopah, 2001:456) sebagai jawaban

pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi

motivasi berprestasi dan hasil belajar.

Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar

teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Sopah, 2001:457).

Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi

(assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat

dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak

hanya pada akhir kegiatan pembelajaran, tetapi perlu dilaksanakan selama

proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui

sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang

diperoleh siswa (Yanti, 2009:8). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses

pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior

(Sopah, 2001:457) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

9

pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan

menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.

Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan

mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance

(relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan

assessment (asessmen). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian

nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest.

Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata

assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu

dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri

siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga

penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest

(minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata

interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal

kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih

baik dan lebih bermakna, maka urutannya pun dimodifikasi menjadi

assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction. Makna dari

modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk

menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada

relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara

minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

10

bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan

mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata

ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah

dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.

2. Komponen Model Pembelajaran ARIAS

Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri

dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan

satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen

tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa

contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya

kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance

(percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan

berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Yanti,

2009:10). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll

(Sopah, 2001:458), seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi

cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki.

Sikap dimana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai

sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai

keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang,

sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam

kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

11

individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan. Siswa yang

memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya

cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Yanti,

2009:11). Ketika siswa percaya bahwa sukses itu mungkin terjadi, siswa

akan mencoba percaya dan jika siswa tidak yakin dapat sukses semudah

apapun materi dan sepandai-pandainya siswa, tetap saja siswa akan gagal

(Johnson, 2008:16) Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu

ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha

dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan

sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan

sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu

kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang

lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara

(Sopah, 2001:459) yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap

percaya diri adalah:

i) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta

menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri.

ii) Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa

dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa

kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat

buku).

iii) Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk

diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

12

tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke

tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan

urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti

dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne merupakan salah satu

usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.

iv) Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam

belajar dan melatih suatu keterampilan.

b. Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu

berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang

atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan

karir sekarang atau yang akan datang (Yanti, 2009:13). Siswa merasa

kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan

berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari

sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan

kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang

memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan

relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai

tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui

kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan

didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan

yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan

tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Beberapa cara

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

13

(Sopah, 2001:460) yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi

dalam pembelajaran adalah:

i) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas

akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan

mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini akan

mempengaruhi hasil belajar mereka.

ii) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk

masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.

iii) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada

hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki

siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa.

Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa

dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi

keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai

jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan

siswa secara mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus

merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang

dibicarakan.

iv) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran

yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian

dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau

media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

14

c. Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang

berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti

dikutip oleh Callahan (Sopah, 2001:460), sesungguhnya belajar tidak

terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth

(Sopah, 2001:460) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran,

minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus

dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu,

guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada

minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (Sopah,

2001:460) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap

tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya.

Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan

minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara

minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa

yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian

merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil

belajar siswa. Beberapa cara (Sopah, 2001:460) yang dapat digunakan

untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain

adalah:

i) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan

sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.

ii) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif

dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

15

memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau

mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.

iii) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut

Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll variasi dari serius ke

humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang,

dan mengubah gaya mengajar.

iv) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran,

seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs

dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.

d. Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment,

yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi

merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan

keuntungan bagi guru dan siswa. Bagi guru menurut Deale seperti dikutip

Lefrancois evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah

diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa

sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang

telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa,

evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang

dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi

berprestasi (Yanti, 2009:17). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk

mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai.

Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam

tujuan pembelajaran (Yanti, 2009:17). Evaluasi tidak hanya dilakukan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

16

oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri

(self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa

terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini

akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya

agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau

kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka

sendiri. Menurut Soekamto (Yanti, 2009:17) evaluasi terhadap diri

sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar

serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Hal ini sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip

Bohlin (Yanti, 2009:17) bahwa evaluasi diri secara luas sangat

membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan

demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa

yang ingin mereka capai. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil

belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

Beberapa cara (Sopah, 2001:462) yang dapat digunakan untuk

melaksanakan evaluasi, antara lain adalah:

i) Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja

siswa.

ii) Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera

menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.

iii) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap

diri sendiri.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

17

iv) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap

teman.

e. Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu

yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai.

Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa

yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu, maka siswa

merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan

kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai

keberhasilan berikutnya (Sopah, 2001:462). Menurut Hilgard dan Bower

(Sopah, 2001:462) reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan

rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam

kegiatan pembelajaran. Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan,

rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut

kebanggaan intrinsik dimana individu merasa puas dan bangga telah

berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan

rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu

dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik

(Yanti, 2009:19). Seseorang merasa bangga dan puas atas apa yang sudah

dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal

maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Memberikan

penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan

Briggs (Yanti, 2009:19) merupakan suatu penguatan (reinforcement)

dalam kegiatan pembelajaran. Guru menghargai kedewasaan siswa dan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

18

terkesan akan adanya penghargaan diri yang telah siswa tunjukkan

(Johnson, 2008:27). Dengan demikian, memberikan penghargaan

merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi

hasil belajar siswa (Yanti, 2009:19). Untuk itu, rasa bangga dan puas

perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa. Beberapa cara (Yanti,

2009:20) yang dapat dilakukan antara lain :

i) Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik

secara verbal maupun non-verbal kepada siswa yang telah

menampilkan keberhasilannya. Ucapan guru : "Bagus, kamu telah

mengerjakannya dengan baik sekali!". Menganggukkan kepala

sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap

suatu pertanyaan, merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa

yang telah berhasil melakukan suatu kegiatan. Ucapan yang tulus

dan/atau senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga

pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan

lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari

sebelumnya.

ii) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan

pengetahuan/keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata

atau simulasi.

iii) Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga

mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

19

iv) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka

yang mengalami kesulitan/memerlukan bantuan.

3. Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS

Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal,

sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model

pembelajaran ini digunakan sejak guru merancang kegiatan pembelajaran

dalam bentuk satuan pelajaran, misalnya satuan pelajaran sebagai pegangan

(pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi siswa.

Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa,

sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-

komponen ARIAS, artinya dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan

usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri

pada siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan

minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa

dihargai/bangga pada siswa. Guru sudah merancang urutan semua kegiatan

yang akan dilakukan, strategi atau metode pembelajaran yang akan

digunakan, media pembelajaran apa yang akan dipakai, perlengkapan apa

yang dibutuhkan, dan bagaimana cara penilaian akan dilaksanakan.

Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan

situasi, kondisi dan lingkungan siswa. Demikian juga halnya dengan satuan

pelajaran sebagai bahan/materi untuk siswa. Bahan/materi tersebut harus

disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS. Bahasa, kosa kata,

kalimat, gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi dapat menumbuhkan rasa

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

20

percaya diri pada siswa, bahwa mereka mampu, dan apa yang dipelajari ada

relevansi dengan kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan isi bahan/materi

dapat membangkitkan minat/perhatian siswa, memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa merasa dihargai yang dapat

menimbulkan rasa bangga pada mereka. Guru agar menggunakan bahasa

yang mudah dipahami dan dimengerti, kata-kata yang jelas dan kalimat

yang sederhana tidak berbelit-belit sehingga maksudnya dapat dengan

mudah ditangkap dan dicerna siswa. Bahan/materi agar dilengkapi dengan

gambar yang jelas dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat

menimbulkan berbagai macam khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa

lebih mudah memahami bahan/materi yang sedang dipelajari.

Menurut McClelland (Yanti, 2009:21) siswa dapat

membayangkan/mengkhayalkan apa saja, bahkan dapat membayangkan

dirinya sebagai apa saja. Bahan/materi disusun sesuai urutan dan tahap

kesukarannya perlu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan

keingintahuan dan memungkinkan siswa dapat mengadakan evaluasi

sendiri.

B. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan merupakan strategi dalam perencanaan suatu pembelajaran.

Pendekatan dapat dirancang dengan langkah-langkah, yakni: a) identifikasi

kebutuhan pendidikan, 2) analisis kebutuhan untuk disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran, 3) rancang metode dan materi sesuai materi pembelajaran, 4)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

21

rumuskan pelaksanaan pembelajaran, 5) evaluasi untuk memperbaiki hal-hal yang

dipandang perlu (Manru, 2005:8).

Dirjen Dikdasmen (Manru, 2005:9) menyatakan bahwa pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning) adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.

Menurut Blanchard (Mahyudin, 2007:13) ciri-ciri kontekstual adalah: (1)

Menekankan pemecahan masalah, (2) Menyadari bahwa pengajaran dan

pembelajaran berlangsung dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat,

ataupun di lingkungan kerja, (3) mengajari siswa memonitor dan mengarahkan

pembelajarannya sendiri sehingga para siswa tersebut berkembang menjadi

pembelajaran mandiri, (4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa

yang berbeda-beda, (5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman

termasuk belajar bersama, (6) menerapkan penilaian autentik.

Menurut Depdiknas (Yasa, 2008) untuk penerapannya, pendekatan

kontektual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme

(constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-

belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan

penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapun tujuh komponen (Yasa, 2008)

tersebut sebagai berikut:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

22

a. Konstruktivisme (constructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan

bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi

merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental

membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang

dimilikinya.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

kontekstual, karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari

menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus

yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan

dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan

(conclusion).

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya

merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya

berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3)

membangkitkan respons kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan

siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

23

perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak

lagi pertanyaan dari siswa untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari

hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari „sharing‟ antar teman,

antar kelompok, dan antar yang mengetahui ke yang belum mengetahui.

Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau

lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran yang saling belajar.

e. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi

bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang

guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru

bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan

juga mendatangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir atau respons tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan pada masa

lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar

siswa melakukan refleksi berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh

hari itu.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

24

g. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi

gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis

CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa

memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian

adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian

dilakukan terhadap proses maupun hasil.

C. Kemampuan Koneksi Matematis

Koneksi matematis berasal dari bahasa Inggris yakni mathematical

connection. Istilah ini dipopulerkan oleh NCTM 1989 (Fattah, 2010:20) dan

dijadikan sebagai salah satu standar dalam proses pembelajaran matematika.

Connection secara gramatikal berarti hubungan, sambungan, pertalian, sangkut

paut. Maka mathematical connection dapat diartikan sebagai hubungan

matematis. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan koneksi matematis

adalah kemampuan siswa dalam mengaitkan konsep-konsep matematis, baik antar

konsep matematis itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematis dengan

bidang lainnya.

Menurut Ruseffendi (Nurasyiah, 2010:23), salah satu pentingnya siswa

diberikan latihan yang berkenaan dengan soal-soal koneksi adalah bahwa dalam

matematika semua konsep berkaitan satu sama lain, seperti dalil dengan dalil,

teori dengan teori dan antar cabang matematika. Begitu juga menurut Reys

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

25

(Suherman, 2004:120) menyatakan bahwa matematika merupakan telaahan pola

dan hubungan, kemudian Nasir (Nurasyiah, 2010:23) menyatakan bahwa menurut

Bruner tidak ada konsep atau operasi yang tidak terkoneksikan dengan konsep

atau operasi lain dalam suatu sistem.

Menurut NCTM (Fattah, 2010:20) tujuan koneksi matematis di sekolah

adalah “…to help student broaden their prespective, to view mathematics as an

integrated whole rather than as an isolated set of topics, and to a knowledge it

relevance and usefulness both in and out of school”. Dari pernyataan ini, ada tiga

tujuan diadakannya koneksi matematis dalam pembelajaran matematika di

sekolah, yaitu untuk memperluas wawasan pengetahuan siswa, memandang

matematika sebagai suatu keseluruhan yang terpadu bukan sebagai materi yang

berdiri sendiri serta mengenal relevansi dan manfaat matematika baik di sekolah

maupun di luar sekolah. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan umum

diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang

diungkapkan dalam GBPP matematika, yaitu mempersiapkan siswa agar dapat

menggunakan matematika dan pola pikir matematis dalam kehidupan sehari-hari

dan dalam mempelajari disiplin ilmu yang lainnya.

Tiga tujuan (Fattah, 2010:21) yang tercantum di atas dapat diuraikan

menjadi:

1. Memperluas wawasan pengetahuan siswa

Melalui koneksi matematis, siswa akan didorong untuk mengembangkan

pengetahuannya sehingga tidak terfokus dalam satu topik saja. Pada saat satu

topik dikaitkan dengan topik lain, maka akan muncul berbagai cabang di

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

26

dalamnya. Selain itu, topik dalam matematika juga dapat dikaitkan dengan

disiplin ilmu yang lain dan dapat dikaitkan pula dengan kehidupan nyata. Oleh

karena itu, hal ini akan memperluas wawasan pengetahuan siswa.

2. Memandang matematika sebagai suatu keseluruhan yang terpadu bukan

sebagai materi yang berdiri sendiri.

Matematika yang dikenal saat ini, bukanlah sebuah ilmu yang berdiri

sendiri. Matematika merupakan suatu cabang ilmu yang di dalamnya terdapat

berbagai konsep yang diajarkan. Bahkan jika melihat dari sejarah, matematika ini

muncul justru berawal dari permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Permasalahan tersebut membentuk konsep yang berbeda-

beda, prosedur penyelesaiannya pun berbeda. Karena pengetahuan semakin ke sini

itu semakin berkembang, maka dari permasalahan itulah muncul sebuah disiplin

ilmu yang dinamakan dengan matematika.

3. Mengenal relevansi dan manfaat matematika baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

Matematika yang identik dengan angka dan simbol-simbol, namun dibalik

semua itu matematika mempunyai manfaat yang sangat banyak. Kaitannya

dengan disiplin ilmu yang lain, matematika manjadi ilmu yang menjembataninya

atau dapat dikatakan sebagai pembantu. Namun jangan sampai menjadikan

konotasi negatif, walaupun sebagai pembantu ilmu yang lain. Hal ini tidak

membuat posisi matematika itu rendah, akan tetapi justru disinilah peran

matematika dalam ilmu pengetahuan itu sebagai “mother of science” atau induk

dari ilmu pengetahuan. Selain itu matematika juga merupakan disiplin ilmu yang

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

27

aplikatif, artinya ada beberapa konsep yang diajarkan dalam matematika dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Fattah (2010:23) berdasarkan tujuan koneksi matematis dan

penjelasan sebelumnya, maka koneksi matematis itu dapat dibagi menjadi dua

bagian, yaitu:

1. Koneksi matematis internal

Ruseffendi menyatakan bahwa tidak ada konsep yang tidak terkoneksi

dengan konsep lain dalam satu sistem. Sehingga dalam matematika antara konsep

yang satu dengan konsep yang lain terdapat hubungan yang erat.

2.Koneksi matematis eksternal

Johanes mengemukakan bahwa matematika berperan sebagai ilmu

pengetahuan pembantu yang ampuh bagi ilmu pengetahuan yang lain, terutama

ilmu pengetahuan eksak. Namun bisa juga untuk ilmu yang lainnya, seperti dalam

bidang musik, olah raga, kedokteran, teknik, pengetahuan sosial, politik, sejarah,

industri, dan pertanian. Ini harus dipahami betul bahwa konteks pembantu di sini

bukan berarti bahwa posisi matematika itu rendah, namun justru matematika itu

sebagai pondasi atau pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang.

Menurut Sumarmo (Nasir, 2008:25), koneksi matematis meliputi

indikator sebagai berikut:

a) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, memahami

hubungan antar topik matematis.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS 1 ...a-research.upi.edu/operator/upload/bab_ii(19).pdf · assurance sinonim dengan kata self-confidence (Yanti, 2009:9). Dalam

28

b) Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-

hari.

c) Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.

d) Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang

ekuivalen.

e) Menggunakan koneksi antar topik matematis atau koneksi antar topik

matematis dengan topik lain.

Dalam menentukan keberhasilan seorang siswa, siswa telah mempunyai

koneksi matematis yang baik dan dapat dilakukan dengan cara membuat

pemecahan masalah. Melalui pembelajaran ARIAS, siswa sangat dituntut untuk

bisa menghubungkan satu konsep dengan konsep lain. Siswa akan membuat peta

pikirannya yang berkaitan dengan konsep yang disampaikannya. Sedangkan

melalui pemecahan masalah, siswa dikatakan mempunyai kemampuan koneksi

matematis yang bagus jika dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan,

yaitu berupa soal-soal yang berkaitan dengan koneksi matematis.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah yang telah diuraikan,

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Peningkatan

kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran ARIAS melalui pendekatan kontekstual lebih baik daripada siswa

yang menggunakan pembelajaran secara konvensional.