bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1.kinerjakaryawan
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1.KinerjaKaryawan
Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang
hendak dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja.Kinerja
dipergunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai
efektivitas operasional suatu organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran,
standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.Dengan kinerja, organisasi
dan manajemen dapat mengetahui sebagaimana keberhasilan dan kegagalan
karyawannya dalam menjalankan amanah yang diterima.
Menurut Dessler (2011), kinerja merupakan prestasi kerja, yakni
perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang
ditetapkan. Dengan demikian kinerja memfokuskan pada hasil kerjanya.Siagian
(2003) mendefinisikan kinerja sebagai konsep yang bersifat universal yang
merupakan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian
karyaawa berdasar standar perilaku yang ditetapkan untuk mencapai hasil yang
diindingkan.Gibson et.al (2007) menyatakan bahwa kinerja adalah catatan
terhadap hasil produksi dan pekerjaan atau aktivitas tertentu dalam periode waktu
tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka kinerja merupakan
perbandingan hasil kerja yang dicapai seseorang dengan standar yang telah
ditentukan baik secara kuantitas maupun kualitas sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan.
Teknik yang digunakan oleh manajemen untuk meningkatkan kinerja
karyawan adalah penilaian (appraisal).Motivasi karyawan untuk bekerja,
mengembangkan kemampuan pribadi dan meningkatkan kemampuan dimasa
mendatang dipengaruhi oleh umpan balik mengenai kinerja karyawanmasalalu
danpengembangan. Penilaian kinerjakaryawan(performance appraisal)adalah
proses dengannya organisasi mengevaluasi kerja individu.
Sistem penilaian kinerja adalah suatu system formal untuk menilai dan
mengevaluasi kinerja tugas individu atau tium (Mondy, 2008). Secara teoritis
sistem penilaian kinerja itu sendiri sesungguhnya merupakan alat pengendali agar
apa yang dikerjakan oleh sumber daya manusia selaras dengan apa yang
diinginkan oleh perusahaan.
Kegunaan dari penilaian kinerja untuk mencapai tujuan yang bervariasi
dalam organisasi antara lain (Mondy, 2008) :
1. Perencanaan SDM
2. Perekrutan dan seleksi.
3. Pelatihan dan pengembangan karir
4. Program kompensasi
5. Hubungan kekaryaan internal.
6. Penilaian potensi karyawan
Menurut Rivai (2009), tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengembangan karyawan.
2. Pengambilan keputusan administrative.
3. Keperluan perusahaan.
4. Dokumentasi
Untuk menjamin pelaksanaan penilaian kinerja yang efektif adalah dengan
pemeliharaan data kinerja karyawan yang tepat dan akurat. Pemeliharaan ini akan
membantu dalam menghindari pengamatan sesaat. Apabila karyawan diberikan
kesempatan untuk berperan dalam proses pemeliharaan dan pencatatan akan
membantu dalam pengembangan ketekunan serta ketelitian kerja, karena
karyawan terfokus pada perilaku kerja dan prestasinya, serta dapat
mengidentifikasi kelemahan masing-masing. Sehingga diharapkan adalah adanya
sikap proaktif dari karyawan dalam membangun organisasi dan mengurangi
hambatan.
Dalam penilaian kinerja dinilai konstribusi karyawan kepada organisasi
selama periode waktu tertentu.Umpan balik kinerja karyawan (performance
feedback) memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik mereka bekerja
jika dibandingkan dengan standar-standar organisasi.Apabila penilaian kinerja
karyawan dilakukan secara benar, para karyawan penyedia-penyedia mereka,
departemen sumber daya manusia dan akhirnya organisasi diuntungkan dengan
pemastian bahwa upaya-upaya individu memberikan konstribusi kepada fokus
strategik organisasi.
Berdasarkan penelitian faktor yang paling banyak diukur sebagai aspek
ukuran kinerja dapat dikelompokkan sebagai berikut (Rivai, 2009):
1. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode,
teknik, dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta
pengalaman dan pelatihan yang diperoleh.
2. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompeksitas
organisasi dan penyesuaian bidang gerak dari unit msing-masing ke dalam
bidang operasional organisasi secara menyeluruh, yang pada intinya individu
memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya.
3. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk
bekerja sama dengan orang lain, memotivasi orang lain, negosiasi dan lain-
lain.
Berdasarkan ketiga aspek kinerja tersebut dalam banyak penelitian
diimplementasikan dalam beberapa aspek ukuran kinerja sebagai berikut (Rivai,
2009):
1. Pengetahuan tentang pekerjaan
2. Kepemimpinan
3. Inisiatif
4. Kualitas pekerjaan.
5. Kerja sama
6. Pengambilan keputusan.
7. Kreativitas.
8. Dapat diandalkan.
9. Perencanaan.
10. Komunikasi.
11. Intelegensi.
12. Pemecahan masalah
13. Pendelegasian.
14. Sikap
15. Usaha
16. Motivasi
17. Organisasi.
2.1.2 GayaKepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk
mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran
(Handoko, 2003). Definisi lain, kepemimpinan merupakan suatu kemampuan
yang melekat pada diri seorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-
macam faktor, baik faktor-faktor Intern maupun faktor-faktor Ekstern (Winardi,
2000).
Winardi (2000) mengemukakan bahwa faktor-faktor dari kepemimpinan
yang timbul dan bisa saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu :
1. Meliputi orang-orang;
2. Bekerja dari sebuah situasi organisatoris;
3. Timbul dalam sebuah situasi yang spesifik.
Jadi, agar supaya kepemimpinan menjadi operasional, maka perlu terdapat adanya
interaksi dinamis dan ketiga faktor disebut, yaitu (Winardi, 2000) :
1. Faktor orang
2. Faktor Posisi
3. Faktor Tempat atau Situasi
Robbins (2004) menyatakan gaya kepemimpinan merupakan perilaku
kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah
tercapainya tujuan. Kepemimpinan telah didefinisikan sebagai proses
mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu. Dalam esensinya, kepemimpinan merupakan upaya pencapaian
tujuan dengan dan melalui orang-orang.
Salah satu unsur situasi kepemimpinan yang penting adalah gaya
pemimpin. Pemimpin membentuk gaya mereka dalam periode waktu tertentu
melalui pengalaman, pendidikan dan pelatihan. Meskipun penting disadari bahwa
para manajer memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda, tetapi penting
diingat bahwa gaya bukanlah soal bagaimana pendapat pemimpin tentang perilaku
mereka sendiri dalam situasi tetapi bagaimana persepsi orang lain (yang paling
adalah persepsi orang-orang dibawahnya) tentang penilai pemimpin. Hal inilah
yang seringkali merupakan konsep yang sukar dipahami oleh para pemimpin.
Dengan demikian, para pemimpin harus mempelajari cara mereka berhubungan
dengan orang lain, namun informasi dari bawahan sulit didapatkan karena
seringkali mereka enggan bersikap jujur satu sama lain terutama dalam hubungan
antara atasan dengan bawahan (Robbins, 2004).
Pendekatan sifat dalam kepemimpinan mencoba untuk menjelaskan apa itu
pemimpin. Pendekatan lain memahami kepemimpinan yang sukses memusatkan
diri pada apa yang dilakukan seorang pemimpin-gayanya. Corak atau gaya
kepemimpinan (leadership styles) seorang manajer akan sangat berpengaruh
terhadap efektifitas seorang pemimpin. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar
disertai dengan motivasi eksternal yang tepat dapat mengarahkan pencapaian
tujuan perseorangan maupun tujuan organisasi. Dengan gaya kepemimpinan atau
teknik memotivasi yang tidak tepat, tujuan organisasi akan terbengkalai dan
pekerja-pekerja dapat merasa kesal, gelisah, berontak dan tidak puas (Robbins,
2004).
(Stoner, 1992 dalam Raharjo dan Nafisah, 2006) mengemukakan
kepemimpinan mengandung arti kemampuan pemimpin mempengaruhi bawahan
untuk lebih dapat berbuat atau berusaha dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Pilihan manajer terhadap gaya kepemimpinan harus memperhitungkan kekuatan
situasional seperti iklim organisasi, kelompok kerja tertentu, sifat tugas pekerjaan
kelompok, tekanan waktu bahkan faktor lingkungan, yang mungkin
mempengaruhi sikap anggota organisasi terhadap kekuasaan (Stoner, 1992 dalam
Raharjo dan Nafisah, 2006).
Menurut pandangan teori path-goal, perilaku pemimpin dapat diterima
oleh bawahan pada tingkatan yang ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber
kepuasan saat itu atau di masa mendatang. Perilaku pemimpin akan memberikan
motivasi kepada bawahan (Robbins, 2004) yang dapat membuat bawahan merasa
butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang efektif dan menyediakan ajaran,
arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan dalam kinerja efektif.
Ada berbagai jenis gaya kepemimpinan, tetapi penelitian terbaru telah sangat
menempatkan dan menekankan pada dua jenis kepemimpinan yaitukepemimpinan
transformasional dan kepemimpinan transaksional. Beberapa penulis menyebut
kepemimpinan karismatik bukan kepemimpinan transformasional. Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan bahwa pemimpin tim terlibat dalam berbagai
perilakuditujukan untuk memfasilitasi fungsi tim dan kinerja (Morgeson, DeRue
& Karam, 2010).
Kepemimpinan transformasional lebih sering didefinisikan sebagai
mempengaruhi karyawan dengan memperluas dan meningkatkan tujuan pengikut
dan menyediakan mereka dengan percaya diri untuk melakukan sesuatu
melampaui harapan yang ditentukan dalam perjanjian pertukaran implisit atau
eksplisit (Jansen, 2013).Jenis kepemimpinan ini dianggap lebihproaktif dan lebih
terlibat dalam pekerjaan karyawan.Kepemimpinan transformasional terlibat dalam
mendorong tim untuk mengelola tugas-tugas sendiri dan mengembangkan
kapasitas tim untukberfungsi secara efektif tanpa intervensi langsung dari
pemimpin tim, bentuk kepemimpinanberfokus pada pembinaan tim dan
memberdayakan diri manajemen (DeRue, et al., 2010)
Bass dalam Putra dan Indrawati (2015) menggambarkan kepemimpinan
transformasional sebagai pemimpin yang dapat meningkatkan motivasi, sikap dan
moral karyawan mereka, sehingga memotivasi mereka untuk melakukan yang
lebih baik dari yang diharapkan. Karyawan secara intrinsik dirangsang untuk
meningkatdi atas kapasitas mereka saat ini dan menjadi lebih efisien dan
efektif.Kepemimpinan transformasionaldapat dilihat sebagai konstruksi tingkat
tinggi dengan mengorbankan beberapa komponentermasuk mempengaruhi dan
merangsang karyawan.Karyawan termotivasi oleh visi yang dipengaruhi bersama
olehkepemimpinan transformasional.Stimulasi intelektual digambarkan sebagai
timyang menggembirakananggota untuk berpikir sendiri dan tidak menganggap
segala sesuatu sebagai yang diberikan, sedangkanpertimbangan individual
akanmemberikan dukungan untuk pengembangan kebutuhan individuanggota tim.
Dengan memberikan karyawan lebih banyak tanggung jawab danotonomi dalam
pekerjaan mereka, mereka harus menjadi lebih termotivasi dan kenikmatan
pekerjaan mereka (Jansen, 2013).
Menurut Bass dan Avolio (dalam Putra dan Indrawati, 2015), kepemimpinan
transformasional memiliki empat komponen yaitu : pemodelan peran karismatik,
pertimbangan individual, motivasi inspirasional, dan stimulasi intelektual. Dengan
menggunakan karisma, pemimpin menginspirasi kekaguman, rasa hormat, dan
loyalitas, dan menekankan pentingnya memiliki rasa misi kolektif.Dengan
pertimbangan individual, pemimpin dapat membangun hubungan satu-satu
dengan pengikutnya, mengerti dan menganggap memiliki kebutuhan, ketrampilan
dan aspirasi yang berbeda-beda.
Dengan motivasi inspirasional, pemimpin mengartikulasikan sebuah visi
menarik dari masa depan, menunjukkan para pengikut bagaimana mencapai
tujuan, dan mengungkapkan keyakinan bahwa mereka bisa melakukannya. Oleh
stimulasi intelektual, pemimpin memperluas dan mengangkat kepentingan
karyawannya, dan merangsang pengikut untuk berpikir tentang masalah lama
dengan cara baru (Putra dan Indrawati, 2015)
2.1.3. Motivasi Kerja
Motivasi adalah suatu kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk
bertingkah laku dalam perbuatannya itu dan untuk mencapai tujuan tertentu
(Rivai, 2008). Sedangan menurut Nawawi (2001) motivasi adalah kondisi yang
mendorong menjadi sebab seseorang melakukan satu perbuatan/kegiatan. Menurut
Gomes (2000) motivasi adalah perilaku yang ditujukan pada sasaran. Sedangkan
menurut Robbins (2004) motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan
menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu.
Pekerja perlu memahami orang – orang berperilaku tertentu agar dapat
mempengaruhinya untuk kerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi.
Motivasi juga merupakan subyek yang membingungkan, karena motif tidak dapat
diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang
yang tampak.
Motivasi bukan hanya satu–satunya faktor yang mempengaruhi tingkat
prestasi seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat ialah kemampuan individu dan
pemahaman tentang perilaku yang diperlakukan untuk mencapai prestasi yang
tinggi atau disebut persepsi peranan. Motivasi, kemampuan, dan persepsi peranan
adalah saling berhubungan. Jadi bila salah satu faktor rendah, maka tingkat
prestasi akan rendah, walaupun faktor – faktor lainnya tinggi.
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi (Motivation) atau
motif, antara lain kebutuhan (Need), desakan (Urge), keinginan (Wish) dan
dorongan (Drive). Dalam hal ini akan digunakan dalam istilah motivasi yang
diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan–kegiatan tertentu dalam mencapai tujuan
(Handoko, 2007).
(Rivai, 2008) mengemukakan bahwa motivasi yang ada pada seseorang
merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna
mencapai tujuan kepuasan dirinya. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam
organisasi, sehingga banyak ahli yang telah mencoba untuk mengembangkan
berbagai teori dan konsep.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi diartikan sebagai dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk
berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari definisi diatas
menggambarkan bahwa motivasi merupakan dorongan kerja yang timbul dari
seseorang yang dalam hal ini adalah untuk berperilaku meningkatkan efektivitas
kerja (Rivai, 2008).
Nawawi (2001) membagi motivasi kerja dapat menjadi dua jenis yaitu :
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri
pekerja sebagai individu berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat
pekerjaan yang dilaksanakannya.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri
pekerja sebagai individu yang berupa kondisi yang mengharuskannya
melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Misalnya berdedikasi tinggi dalam
memperolah upah atau gaji yang tinggi, jabatan/posisi yang terhormat atau
memiliki kekuasaan yang besar.
Motivasi seseorang didasari pada keinginan untuk berperilaku dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian keinginan dan
dorongan serta kemauan untuk mencapai sesuatu akan memberikan
sumbangan energi pada tercapainya kinerja yang lebih baik.
Teori motivasi prestasi McClelland’s mengandung tiga faktor atau dimensi
dari motivasi, yaitu motif, harapan, dana insentif.Teori ini mengemukakan bahwa
seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan dengan tempat dan
suasana di lingkungan ia bekerja, dapat diukur dengan indikator-indikator yaitu;
(1) upah yang adil dan layak; (2) kesempatan untuk maju; (3) pengakuan sebagai
individu; (4) keamanan bekerja; (5) tempat kerja yang baik; (6) penerimaan oleh
kelompok; (7) perlakuan yang wajar; (8) pengakuan atas prestasi.
2.1.4. Kompensasi
Kompensasi adalah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari
pemberian kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah
dilakukan, dan berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak
bagi kemanusiaan dan dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan, undang-undang peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian
kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja (Heidjerahman, 2002).
Kompensasi meliputi imbalan finansial dan jasa berwujud serta tunjangan
yang diterima oleh para pegawai sebagai bagian dari hubungan kepegawaian,
kompensasi merupakan apa yang diterima oleh para pegawai sebagai ganti
kontribusi mereka kepada organisasi (Simamora, 2004). Jadi dapat disimpulkan
bahwa tunjangan kinerja merupakan tunjangan yang diberikan kepada Pegawai
untuk meningkatkan kesejahteraan yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Remunerasi adalah total kompensasi yang diterima oleh pegawai sebagai
imbalan dari jasa yang telah dikerjakannya. Biasanya bentuk remunerasi
diasosiasikan dengan penghargaan dalam bentuk uang (monetary rewards), atau
dapat diartikan juga sebagai upah atau gaji. Sehingga antara satu karyawan
dengan karyawan yang lain tentu tidak akan sama dalam penerimaannya.
Menurut hasibuan (2009:118) kompensasi dibedakan menjadi dua yaitu
kompensasi langsung (direct compensation) dan kompensasi tidak langsung
(inderect compensation).
1. Kompensasi langsung (direct compensation)
a. Gaji
Balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karywan tetap serta
mempunyai jaminan yang pasti. Gaji akan tetap dibayarkan
walaupun pekerja/karywan tidak masuk kerja.
b. Upah
Balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan
berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya.
c. Upah insentif
Tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu
yang prestasinya diatas prestasi standar
2. Kompensasi tidak langsung (inderect compensation)
Kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan
perusahaan terhadap semua karyawn dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan mereka. Seperti Tunjangan Hari Raya (THR), uang
pensiun ata pakaian dinas.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai variabel-variabel gaya
kepemimpinan transformasional, motivasi, kompensasi dan kinerja karyawan
yang dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel.2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Sampel dan
Periode
Penelitian
Variabel dan
Metode Analisis
Hasil
1 Ayu Putu Putri Garini, I
Wayan Bagia, dan
Wayan Cipta (2016)
155
orang/responden.
(2016)
Dependen :
Kinerja Pegawai
Independen :
Kepemimpinan
Transformasional,
Budaya
Organisasi
Teknik Analisis :
Regresi Linier
Berganda
Kepemimpinan
Transformasional,
Budaya
Organisasi
berpengaruh
positif terhadap
Kinerja
2 Gusti Ayu Nyoman
Purnamasari, I Wayan
Bagia, I Wayan
Suwendra (2016)
60 orang/
responden.
(2016)
Dependen :
Kinerja Pegawai
Independen :
Kepemimpinan
Transformasional,
Budaya
Organisasi
Teknik Analisis :
Regresi Linear
Berganda
Kepemimpinan
Transformasional,
Budaya
Organisasi
berpengaruh
positif terhadap
Kinerja
3 Munazar R. Muarif1
Bernhard Tewal2 Greis
M. Sendow (2016)
38 orang/
responden.
(2016)
Dependen :
Kinerja karyawan
Independen :
Kepemimpinan
Transformasional,
Budaya
Organisasi,
Keterlibatan
Kerja.
Teknik Analisis :
Regresi Linier
Berganda
Kepemimpinan
Transformasional,
Budaya
Organisasi.
Keterlibatan Kerja
berpengaruh
positif terhadap
Kinerja
4 Riski Aryo Nugroho, Ari
Pradhanawati, Rodhiyah
(2015)
58 orang/
responden.
(2015).
Dependen :
Kinerja karyawan
Independen :
Kepemimpinan
Transformasional,
Budaya
Organisasi,
Kompensasi
Teknik Analisis :
Regresi Linier
Berganda
Kepemimpinan
Transformasional,
Budaya
Organisasi.
Kompensasi
berpengaruh
positif terhadap
Kinerja
5 I Wayan Arta Permana
Putra, Ayu Desi
Indrawati (2015)
47 orang/
responden.
(2016).
Dependen :
Kinerja karyawan
Independen :
Kepemimpinan
Transformasional,
Motivasi, Disiplin
Kerja
Teknik Analisis :
Regresi Linier
Berganda.
Kepemimpinan
Transformasional,
Budaya
Organisasi.
Kompensasi
berpengaruh
positif terhadap
Kinerja
6 Muhamad Rizal, M
Syafiie Idrus2,
Djumahir, Rahayu
Mintarti (2014)
126 orang/
responden.
(2014).
Dependen :
Kinerja karyawan
Independen :
Kompensasi
Komitmen
Organisasi
Mediasi:
Motivasi.
Teknik Analisis :
Analisis Jalur.
Kompensasi
berpengaruh
terhadap motivasi.
Kompensasi
berpengaruh
terhadap
komitmen
organisasi.
Kompensasi tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
Motivasi
berpengaruh
terhadap
komitmen
organisasi.
Motivasi
berpengaruh
terhadap kinerja.
Komitmen
Organisasi
berpengaruh
terhadap kinerja.
7 Salleh, Fauzilah, et.al,
2011
50 orang/
responden.
(2011)
Motivasi
berprestasi,
Kekuatan
motivasi,
Motivasi afiliasi
berpengaruh
terhadap Kinerja.
Teknik Analisis :
Regresi Linear
Berganda
Motivasi
berprestasi,
Kekuatan
motivasi
Tidak signifikan
Sumber: Berbagai jurnal
2.3. Perumusan Hipotesis
2.3.1. Hubungan Antara GayaKepemimpinan Transformasional Dengan
Kinerja Karyawan
Kepemimpinan pada dasarnya menekankan untuk menghargai
tujuanindividu sehingga nantinya para individu akan memiliki keyakinan bahwa
kinerjaaktual akan melampaui harapan kinerja mereka. Seorang pemimpin harus
menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang
pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuannya menyatakan bahwa faktor kepemimpinan juga berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Diyakini bahwa kepemimpinan transformasional dapat diarahkan untuk
kinerja yang unggul dalam sebuah organisasi yang menghadapi pembaharuan dan
tuntutan transformasi.Kepemimpinan transformasional dapat menciptakan iklim
yang kondusif bagi pengembangan inovasi dan kreativitas.Perbedaan pendapat
sering dilihat sebagai fenomena umum.Para pemimpin mendesak mereka bawahan
untuk membuat ide-ide baru dan solusi kreatif untuk masalah yang mereka
miliki.Untuk itu, bawahan yang sangat terlibat dan membuat efisien dalam
masalah dan solusi merumuskan proses. perhatian individu yang telah dilakukan
oleh seorang pemimpin transformasional adalah salah satu alasan bahwa para
pemimpin memiliki kemampuan untuk membangun kepercayaan dan rasa hormat
untuk memotivasi subordinasi untuk melebihi harapan mereka.
Penelitian Putradan Indrawati (2016), Nugroho dkk (2015), Garini dkk
(2016) mendapatkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional memiliki
pengaruh terhadap kinerja karyawan.
H1: Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja
karyawan
2.3.2. Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Karyawan
Motivasi merupakan sebuah keahlian dalam mengarahkan karyawan pada
tujuan organisasi agar mau bekerja dan berusaha sehingga keinginan para
karyawan dan tujuan organisasi dapat tercapai.Motivasi seseorang
melakukan suatu pekerjaan karena adanya suatu kebutuhan hidup yang harus
dipenuhi.Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan ekonomis yaitu untuk
memperoleh uang, sedangkan kebutuhan nonekonomis dapat diartikan sebagai
kebutuhan untuk memperoleh penghargaan dan keinginan lebih maju.Dengan
segala kebutuhan tersebut, seseorang dituntut untuk lebih giat dan aktif dalam
bekerja, untuk mencapai hal ini diperlukan adanya motivasi dalam melakukan
pekerjaan, karena dapat mendorong seseorang bekerja dan selalu berkeinginan
untuk melanjutkan usahanya.Oleh karena itu jika karyawan yang mempunyai
motivasi kerja yang tinggi biasanya mempunyai kinerja yang tinggi pula.
Penelitian Putra dan Indrawati (2016) mendapatkan adanya pengaruh dari
motivasi terhadap kinerja
H2: Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan
2.3.3. Hubungan Antara Kompensasi Dengan Kinerja Karyawan
Evaluasi terhadap kinerja bermanfaat untuk menunjukkan berhasil atau
gagalnya suatu instansi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
dengan adanya evaluasi tersebut, maka instansi akan menentukan keputusan
berkaitan dengan pemberian reward atas kinerja yang dilakukan pegawai.
Salah satu bentuk reward atas kinerja yang dilakukan pegawai adalah
dengan pemberian kompensasi yang diharapkan dapat membawa pengaruh dan
memberikan dampak semakin meningkatnya kinerja karyawan. Kompensasi pada
dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan motivasi kepada tenaga
kerja untuk meningkatkan prestasi kerja,efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu,
bila kompensasi diberikan secara benar, para karyawan pegawai akan lebih
terpuaskan dan termotivasi untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi.
Salah satu cara manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan
prestasi kerja karyawan melalui pemberian kompensasi. Handoko (2001)
mengatakan bahwa kompensasi merupakan persepsi karyawan terhadap berbagai
bentuk upah atau imbalan yang diperoleh melalui hasil dalam melakukan
pekerjaan yang digamabarkan dalam dua jenis kompensasi diantaranya
kompensasi langsung meliputi upah dan gaji pokok. Sedangkan kompensasi tidak
langsung seperti penyelenggaraan program-progran pelayanan karyawan seperti
pelayanan kesejahteraan karyawan.
Kompensasi dapat berpengaruh terhadap peningkatkan kinerja karyawan
dalam mencapai tujuan organisasi.Dengan pemberian kompensasi diharapkan agar
karyawan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan perusahaan, selain itu
kerjasama para karyawan dan pihak perusahaan sangat diperlukan, sehingga dapat
tercipta suasana kerja yang menyenangkan.Karena suatu perusahaan mempunyai
tujuan mendapatkan upah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
karyawan.Maka karyawan merupakan salah satu faktor penting dalam
pelaksanaan produksi dan kemajuan perusahaan. Penelitian sebelumnya oleh
Nugroho, dkk (2015) mendapatkan bahwa kompensasi berpengaruh terhadap
kinerja
H3: Kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan
2.4. Kerangka Pemikiran
Dari uraian pemikiran tersebut diatas dapat diperjelas melalui variabel
pengaruh gayakepemimpinantransformasional, motivasi dan kompensasi terhadap
kinerja karyawan, secara skematis digambarkan seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
Independent Variabel (X) Dependent Variabel (Y)
Gaya
Kepemimpinan
Transformasional
H3
H1
Kinerja
Karyawan Motivasi Kerja
H2
Kompensasi
Sumber: konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini