bab ii landasan teori 2.1 landasan literatur 2.1.1 pasar modal

27
16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi barang atau jasa antara pembeli dan penjual. Pasar yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut (Reilly & Brown, 2012): 1. Informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai harga dan transaksi sebelumnya. 2. Likuiditas yang memiliki arti bahwa suatu aset dapat dibeli dan atau dijual secara cepat pada harga yang dekat dengan transaksi sebelumnya (memiliki kontinuitas harga), dengan asumsi tidak ada informasi baru yang diterima. 3. Biaya transaksi rendah, termasuk didalamnya biaya untuk mencapai pasar, biaya perantara, dan biaya transfer aset. 4. Harga yang dengan cepat menyesuaikan semua informasi yang tersedia mengenai aset. Menurut laman Indonesia Stock Exchange pasar modal merupakan sebuah sarana dan prasarana yang memfasilitasi kegiatan jual-beli instrument jangka panjang dan sebagai sarana berinvestasi dan pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain. Kemudian menurut Abdalloh (2018), pasar modal merupakan mekanisme bertemunya pihak yang kelebihan dana (supply side) dan kekurangan dana (demand side) untuk melakukan transaksi jual-beli barang modal di bursa efek atau di luar bursa efek.

Upload: others

Post on 19-Apr-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

16

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Literatur

2.1.1 Pasar Modal

Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi barang atau jasa antara pembeli dan

penjual. Pasar yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut (Reilly & Brown, 2012):

1. Informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai harga dan transaksi sebelumnya.

2. Likuiditas yang memiliki arti bahwa suatu aset dapat dibeli dan atau dijual secara

cepat pada harga yang dekat dengan transaksi sebelumnya (memiliki kontinuitas

harga), dengan asumsi tidak ada informasi baru yang diterima.

3. Biaya transaksi rendah, termasuk didalamnya biaya untuk mencapai pasar, biaya

perantara, dan biaya transfer aset.

4. Harga yang dengan cepat menyesuaikan semua informasi yang tersedia mengenai

aset.

Menurut laman Indonesia Stock Exchange pasar modal merupakan sebuah sarana dan

prasarana yang memfasilitasi kegiatan jual-beli instrument jangka panjang dan sebagai

sarana berinvestasi dan pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain. Kemudian

menurut Abdalloh (2018), pasar modal merupakan mekanisme bertemunya pihak yang

kelebihan dana (supply side) dan kekurangan dana (demand side) untuk melakukan

transaksi jual-beli barang modal di bursa efek atau di luar bursa efek.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

17

Pasar modal (capital market) dibagi menjadi dua yaitu pasar primer (pasar perdana)

dan pasar sekunder. Pasar primer adalah pasar dimana untuk pertama kalinya sekuritas

perusahaan diterbitkan dan diperdagangkan oleh issuer kepada investor atau yang

dikenal dengan initial public offering (IPO), sedangkan untuk pasar sekunder

(aftermarket) adalah pasar dimana sekuritas diperdagangkan setelah diterbitkan (Scott,

Gitman, & Joehnk, 2014). Menurut Abdalloh (2018), pasar perdana itu seperti transaksi

jual-beli barang baru yang belum dilepas ke pasar atau yang disebut dengan istilah pre-

order. Sedangkan pasar sekunder adalah mekanisme transaksi jual-beli saham yang

terjadi antara investor beli dengan investor jual tanpa melibatkan lagi emiten.

Peranan pasar modal bagi perekonomian suatu negara yaitu pertama sebagai sarana

pendanaan usaha perusahaan dari investor (pemodal) yang digunakan untuk

pengembangan bisnis, penambahan modal kerja, ekspansi, dan lain-lain. Kedua yaitu

sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan. Pasar modal

juga berperan untuk mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien dengan

memberikan return yang optimal dengan asumsi investasi yang memberikan return relatif

besar adalah sektor-sektor yang paling produktif di pasar (Tandelilin, 2010).

Menurut (Abdalloh, 2018) terdapat variable pembentuk pasar modal yang terdiri atas

penjual dan pembeli, mekanisme transaksi, objek transaksi, dan alat transaksi. Berikut

rincian variable pembentuk pasar modal :

1. Efek atau Sekuritas

Selayaknya pasar umumnya yang membutuhkan objek transaksi, di dalam pasar

modal efek atau sekuritas berperan sebagai objek transaksi yang terdiri atas

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

18

berbagai jenis dengan karakter yang berbeda. Sebelum memutuskan untuk

membeli suatu efek, alangkah baiknya investor harus mempelajari jenis, jumlah,

dan berapa harga yang tepat untuk dibeli maupun dijual.

2. Perusahaan Efek atau Perusahaan Sekuritas

Perusahaan efek atau perusahaan sekuritas adalah perantara pedagang efek atau

broker yang menghubungkan investor beli dengna investor jual melalui sistem

perdagangan Bursa Efek Indonesia. Investor beli akan memasukkan order (harga

penawaran) beli melalui sistem perusahaan efek yang dipertemukan dengan

investor jual dari perusahaan efek lainnya di Jakarta Automated Trading System.

3. Regulator dan Pengelola Pasar

Regulator merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pasar

modal di suatu negara, di Indonesia regulator pasar modal adalah Otoritas Jasa

Keuangan (OJK). Sedangkan pihak yang mengelola pasar disebut sebagai

pengelola atau penyelenggara pasar, di Indonesia pihak yang melakukan

pengelolaan pasar modal terdiri atas tiga institusi yaitu Bursa Efek Indonesia

sebagai tempat terjadinya penyelenggara transaksi efek, Kliring Penjamin Efek

Indonesia (KPEI) sebegai tempat dilakukannnya kliring transaksi efek, dan

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai tempat penyimpanan efek dan

pemindahbukuan hasil transaksi efek.

4. Emiten dan Investor

Emiten merupakan institusi atau perusahaan yang menerbitkan efek di pasar

modal, setiap perusahaan yang menerbitkan efek di pasar modal akan diberi nama

Tbk. (terbuka) di belakang nama perusahaan. Sedangkan pihak yang melakukan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

19

transaksi jual-beli efek di pasar modal disebut investor. Investor yang melakukan

pembelian disebut dengan investor beli, sedangkan investor yang melakukan aksi

jual disebut dengan investor jual.

5. Tawar-menawar Berkelanjutan (continuous auction)

Tawar-menawar berkelanjutan (continuous auction) merupakan kegiatan tawar-

menawar oleh investor di pasar modal saat transaksi efek. Apabila harga efek

dianggap terlalu mahal, investor beli dapat mengajukan penawaran harga lebih

murah. Sebaliknya, investor jual dapat menawarkan harga jual efek lebih tinggi

apabila harga beli di pasar dianggap terlalu murah.

2.1.2 Saham

Menurut Reilly dan Brown (2012), saham adalah investasi penanaman modal

yang mewakili kepemilikan suatu perusahaan dengan partisipasi penuh dalam

keberhasilan atau kegagalannya, direktur perusahaan harus menyetujui pembayaran

dividen. Saham merupakan investasi ekuitas yang mewakili kepemilikan dalam suatu

perusahaan, setiap saham biasa mewakili kepemilikan fraksional dalam perusahaan

(Scott, Gitman, & Joehnk, 2014).

Menuut Hartono (2017) terdapat dua jenis saham, yaitu :

a. Saham biasa (common stock)

Saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap pembagian dividend,

memiliki hak control untuk memilih dewan direksi, memiliki hak menerima

pembagian keuntungan (dividen) namun jika perusahaan telah membayaran

dividen untuk pemegang saaham preferen, dan hak preemptif untuk mendapatkan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

20

presentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar

saham.

b. Saham preferen (preffered stock)

Saham yang memiliki beberapa hak tetap atas pembayaran dividen dan hak

pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.

2.1.3 Indeks Harga Saham

Indeks harga saham adalah suatu indikator yang mencerminkan pergerakan

keseluruhan harga saham atau suatu ukuran yang merepresentasikan perilaku harga

kelompok saham saat ini denga nilai dasar yang ditetapkan pada titik waktu sebelumnya

(Scott, Gitman, & Joehnk, 2014). Menurut (Reilly & Brown, 2012) terdapat manfaat dari

indeks harga saham, yaitu :

1. Menghitung total pengembalian (return) dan mengukur tingkat risiko pada pasar

selama periode tertentu sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja portofolio

seorang investor.

2. Mengembangkan portofolio investor dan untuk menilai kinerja portofolio manajer

investasi.

3. Memeriksa faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham dan

membandingkan kinerja aset alternatif yang disesuaikan dengan risiko (seperti

contoh : saham versus obligasi, saham versus real estat).

4. Memprediksi dan memproyeksikan pergerakan harga saham di masa depan.

Disebutkan juga pada laman Indonesia stock exchange indeks harga saham adalah

suatu indikator yang digunakan sebagai ukuran atas harga saham karena pada saat

indeks harga saham bergerak naik, maka sebagian besar saham-saham mengalami

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

21

kenaikan harga dan sebaliknya. Selain itu, indeks harga saham juga dapat digunakan

sebagai acuan produk investasi. Di Indonesia terdapat beberapa indeks saham yang

digunakan sebagai indicator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-

sekuritas. Berikut beberapa indeks tersebut (Hartono, 2017) :

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI meliputi pergerakan-pergerakan

harga untuk saham biasa dan saham preferen. IHSG merupakan value-

weighted index, yaitu perhitungannya dengan menggunakan nilai (value)

kapitalisasi pasar. Berikut rumus yang digunakan dalam perhitungna IHSG :

Keterangan,

IHSGt = indeks harga saham gabungan hari ke t.

Nilai Dasar = nilai dasar atau nilai pasar hari ke t-1.

Nilai Pasar = rata-rata tertimbang nilai pasar dari saham umum dan

saham preferen pada hari ke t.

2. Indeks Liquid-45 (ILQ-45)

Indeks Liquid-45 (ILQ-45) merupakan indeks yang dibentuk dari saham-

saham yang paling aktif diperdagangkan, indeks ini diperkenalkan tanggal 24

Februari 1997. Terdapat pertimbangan dan kriteria dalam pemilihan saham

ILQ-45 yaitu :

1) Rata-rata transaksi saham masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar regular

selama 12 bulan terakhir.

𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟× 100

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

22

2) Rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 terbesar di

pasar regular selama 12 bulan terakhir.

3) Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan.

ILQ-45 diperbarui tiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan

Agustus.

3. Indeks-Indeks IDX Sektoral

Indeks ini adalah bagian dari IHSG yang diklasifikasikan ke dalam sembilan

sektor industri menurut Jakarta Stock Exchange Indusrial Classification.

Sektor-sektor tersebut adalah sektor 1 (agriculture), sektor 2 (mining), sektor

3 (basic industry and chemicals), sektor 4 (miscellaneous industry), sektor 5

(consumer goods industry), sektor 6 (property, real estate and building

construction), sektor 7 (infrastructure, utilities, and transportation), sektor 8

(finance), sektor 9 (trade, services, and investment).

4. Jakarta Islamic Index (JII)

Jakarta Islamic Index dibuat oleh BEI bekerjasama dengan PT Danareksa

Investment Management dan diluncurkan pada tanggal 30 Juli 2000. Indeks

ini merupakan indeks yang terdisi dari 30 saham perusahaan yang memenuhi

kriteria investasi berdasarkan Syariah Islam.

5. Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan

Papan utama (main board) dimaksudkan untuk menampung emiten yang

berukuran besar dan mempunyai catatan kinerja baik. Sedangkan papan

pengembangan (development board) dimaksudkan untuk penyehatan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

23

perusahaan-perusahaan yang kinerjanya menurun, berprospek baik tetapi

belum menguntungkan.

6. Indeks Kompas 100

Indeks berisi dengan 100 saham yang mempunyai likuiditas baik, kapitalisasi

pasar yang tinggi, fundamental yang kuat, serta kinerja perusahaan yang baik.

7. Indeks BISNIS-27

Indeks hasil kerjasama antara IDX dengna koran harian Bisnis Indonesia,

dengan berisikan 27 saham berdasarkan kriteria fundamental tertentu dan

kriteria teknikal atau likuiditas transaksi tertentu.

8. Indeks PEFINDO25

Indeks hasil kerjasama antara IDX dengan PEFINDO berisikan 25 saham

perusahaan-perusahaan kecil dan menengah terdaftar di IDX yang

mempunyai kinerja fundamental dan likuiditas baik dan mempunyai

kepemilikan publik tinggi.

9. Indeks SRI-KEHATI

Indeks hasi kerjasama antara IDX dengan Yayasan Kehati, saham-saham yang

dimasukkan adalah yang terdaftar di IDX dengan praktik-praktik memuasan

mendukung keberlanjutan (sustainability) dengan cara-cara peduli terhadap

lingkungan, social dan tatakelola korporasi yang baik.

10. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Indeks ini berisi dengan saham-saham yang berada di daftar Efek Syariah

(DES) yang dikeluarkan sesuai regulasi Bapepam-LK No.16 setiap 6

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

24

bulannya di bulan Mei dan November. Dalam menghitung indeks ISSI yaitu

sama dengan menghitung IHSG dengan metode value weighted.

11. Indeks IDX 30

Indeks ini diluncurkan pada tanggal 23 April 2012 yang berisi 30 saham

kapitalisasi terbesar di LQ45. Kriteria saham dalam indeks ini yaitu nilai

transaksi, frekuensi transaksi, total hari transaksi, dan kapitalisasi pasar.

12. Indeks Infobank15

Indeks ini dibuat pada tanggal 7 November 2012 kerjasama antara IDX

dengan PT Infoarta Pratama yang merupakan penerbit dari majalan Infobank.

Indeks ini dihitung berdasarkna 15 saham unggulan perbankan dengan

pertimbangan peringkat bank, skor good corporate governance, dan aktivitas

saham.

13. Indeks SMintra18

Indeks ini berisi 18 saaham infrastruktur dan pendukung infrastruktur, dibuat

berdasarkan kerjasama IDX dengan PT Sarana Multi Infrastructure. Dasar

pemilihan saham di dalam indeks ini adalah perusahaan infrastruktur yang

didanai oleh PT Sarana Multi Infrastructure, dan aktivitas saham.

14. Indeks MNC36

Indeks MNC36 berisikan 36 saham yang akan di evaluasi setiap 6 bulan,

dihitung berdasarkan metode rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar.

Kriteria saham yang dimasukkan ke dalam indeks ini yaitu dengan melihat

kapitalisasi pasar, nilai perdagangan terbesar, price earning ratio terkecil,

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

25

operating prafit margin, pertumbuhan dan pendapatan tertinggi, laba bersih

terbesar, dan debt equity ratio terkecil.

15. Indeks Investor33

Indeks dipilih dari 100 perusahaan terbaik yang terdaftar menurut Majalah

Investor, dalam proses pemilihan konstituen melibatkan Komite Index yang

dibentuk oleh PT Media Invesor Indonesia. Indeks ini berisiakan 33 saham

perusahaan dengan ke-33 kapitalisasi pasar jika digabungan mencapai Rp

2.642 triliun atau 54,22% dari total kapitalisasi pasar saham di BEI.

2.1.4 Efficiency Market Theory

Pasar efisien (market efficient) adalah kondisi dimana informasi tentang semua

harga dapat diperoleh secara terbuka dan cepat tanpa terdapat gambaran yang khusus.

Pasar dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi

yang tersedia (Fahmi, 2012). Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai

harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka

kondisi seperti ini dapat dikatakan sebagai pasar efisien. Pasar efisien memiliki dua

bentuk yaitu, efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market) yang

ditinjau dari ketersediaan informasi dan efisiensi pasar dari sudut pelaku pasar dalam

mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia (decisionally efficient

market). Terdapat beberapa macam definisi efisiensi pasar secara detail yaitu, definisi

efisiensi pasar yang didasarkan pada nilai intrinsik sekuritas, definisi efisiensi pasar

didasarkan pada akurasi dari harga sekuritas, definisi efisiensi pasar didasarkan pada

distribusi dan informasinya, dan definisi efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik

(Hartono, 2017).

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

26

Jones (2010) menyatakan bahwa suatu pasar modal yang efisien akan terbentuk

jika keadaan-keadaan sebagai berikut terpenuhi :

1. Sejumlah besar investor rasional dan memaksimalkan keuntungan aktif

berpartisipasi dalam pasar dengan menganalisa, menilai, dan memperdagangkan

saham. Para investor ini disebut pengambil harga.

2. Informasi tidak berbayar dan tersebar luas kepada seluruh peserta pasar dan dalam

waktu yang bersamaan.

3. Informasi dihasilkan secara acak sehingga pengumuman berdiri secara mandiri.

4. Investor bereaksi cepat dan sepenuhnya terhadap informasi yang baru, sehingga

harga saham dapat menyesuaikan dengan segera.

Reilly & Brown (2012) membedakan efisiensi pasar modal ke dalam tiga bentuk,

yaitu :

1. Efisiensi bentuk lemah, menyatakan bahwa harga saham mencerminkan semua

informasi yang ada pada catatan harga di waktu lalu.

2. Efisiensi setengah kuat, menyatakan bahwa harga-harga bukan hanya

mencerminkan harga-harga di waktu lalu, namun semua informasi yang

dipublikasikan.

3. Efisiensi bentuk kuat, menyatakan bahwa semua informasi yang relevan yang

tersedia tercermin dalam harga saham.

2.1.5 Ramadhan Effects Anomaly

Anomali pasar (market anomaly) adalah teknik atau strategi yang tampaknya

bertentangan dengan pasar efisien, karena strategi ini dapat menghasilkan tingkat

pengembalian tidak normal atau yang disebut dengan abnormal return (Hartono, 2017).

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

27

Menurut Reilly dan Brown (2012) dan juga Bodie, et al (2014) anomali merupakan

hubungan harga keamanan yang tampaknya bertentangan dengan hipotesis yang

dianggap baik yaitu hipotesis pasar efisien.

Ramadan terjadi saat bulan ke 9 dari Hijriyah, kalender lunar Muslim. Banyak

negata yang telah menggunakan kalender Hijrriyah untk menentukan perayaan

keagamaan, termasuk bulan puasa selama Ramadan dan idul Fitri, kalender Hijriyah

bergerak setiap tahun dan 10-11 hari lebih cepat daripada kalender Gregorian (kalender

pada umumnya). Kalender Hijriyah digunakan untuk menunjukkan return abnormal saat

anomali terjadi.

Anomali bulan Ramadan merupakan anomali yang terjadi selama Ramadan,

sebelum dan sesudah Ramadan. Bulan Ramadan merupakan bulan suci bagi seluruh umat

muslim dengan dilakukannya puasa sebulan penuh, saat bulan Ramadan jumlah jam

operasional kerja mayoritas perusahaan akan dikurangi. Sealama bulan Ramadan, umat

islam lebih social dan religious karena mereka mengharapkan perbuatan baik yang akan

dilipatgandakan sesuai dengan Al-Qur’an 97:3. Perayaan Ramadan ini menghasilkan

suasana hati yang positif yang mempengaruhi psikologi investor secara individual dan

kolektif, dan mempengaruhi dalam pengambilan risiko dalam berinvestasi (Sonjaya &

Wahyudi, 2016).

2.1.6 Abnormal Return

Return dapat diartikan sebagai hasil dari kebijakan investasi berupa keuntungan

yang diperoleh oleh perusahaan, individu, maupun institusi. Return memiliki hubungan

dengan risiko (risk) dimana memiliki sifat linear atau searah sehingga memiliki arti

semakin tinggi return dari investasi maka risiko (risk) dari investasi akan semakin tinggi,

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

28

namun hal ini hanya berlaku pada pasar yang bersifar normal (Fahmi, 2012).Return

sangat penting bagi investor dalam melakukan keputusan investasi karena return mampu

menunjukkan cara cepat investor mampu membangun kekayaan. Sedangkan abnormal

return yaitu selisih antara actual return dengan expected return yang tinggi dapat

ditemukan di pasar modal (Scott, Gitman, & Joehnk, 2014).

Menurut Muis (2008) dan penelitian Munusamy (2018) yang menemukan bahwa

rata-rata indeks Nifty Shariah menghasilkan return yang lebih tinggi dengan indeks

umum pada periode sebelum dan sesudah Ramadan, untuk menghitung return index dapat

dihitung dengan menggunakan perhitungan logaritma natural sebagai berikut :

Rt = ln (Pt / Pt-1) x 100

Keterangan,

Rt = return

Pt = nilai indeks pada waktu t

Pt-1 = nilai indeks pada waktu t-1

Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang

sesungguhnya yang terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return

ekspektasian (return yang diharapkan oleh investor). Dengan begitu return taknormal

(abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return

ekspektasian, berikut cara perhitungannya (Hartono, 2017) :

Keterangan,

RTNi,t = return taknormal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode

RTNi,t = Ri,t – E[Ri,t]

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

29

persitiwa ke-t.

Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode

peristiwa ke-t.

E[Ri,t] = return ekspektasian sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.

Return realisasian atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada

waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relative terhadap harga sebelumnya

atau dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

Keterangan,

Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode

peristiwa ke-t.

Pi,t = harga saham periode ke-t.

Pi,t-1 = harga saham periode ke-t-1.

Brown dan Warner (1985) dalam (Hartono, 2017), mengestimasi return

ekspektasian menggunakan model estimasi mean-adjusted model, market model, dan

market-adjusted model.

1) Mean-adjusted model (model sesuaian rata-rata)

Mean-adjusted model (model sesuaian rata-rata) menganggap bahwa return

ekspektasian bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasian

sebelumnya selama periode estimasi yang dirumuskan sebagai berikut :

𝑅𝑖,𝑡 =𝑃𝑖,𝑡 − 𝑃𝑖,𝑡−1

𝑃𝑖,𝑡−1

𝐸[𝑅𝑖,𝑡] =∑ 𝑅𝑖,𝑡

𝑡

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

30

Keterangan,

E[Ri,t] = return ekspektasian sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.

Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode

peristiwa ke-t.

t = lamanya periode estimasi

2) Market model (model pasar)

Perhitungan return ekspektasian dengan market model dilakukan dengan dua

tahap, yaitu :

a. Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama

periode estimasi (estimation period).

b. Menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return

ekspektasian di periode jendela (event period).

Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik Ordinary Least

Square (OLS) dengan persamaan :

Keterangan,

Ri,j = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode

estimasi ke-j.

i = intercept untuk sekuritas ke-i.

i = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i.

RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat

dihitung dengan rumus RMj = (IHSGj – IHSGj-1) / IHSGj-1 ,

Ri,j = i + I . RMj + i,j

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

31

dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan

i,j = kealahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.

3) Market-adjusted model (model sesuaian pasar)

Market-adjusted model menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi

return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan

menggunakan indeks ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk

membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama

dengan return indeks pasar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan,

ARi,t = return taknormal (abnormal return)yang terjadi untuk sekuritas

ke-i pada periode ke-t.

Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode

estimasi ke-t dihitung dengan rumus :

ER = expected return dihitung dengan rumus :

ARi,t = Ri,t - ER

𝑅𝑖,𝑡 =𝑃𝑖,𝑡 − 𝑃𝑖,𝑡−1

𝑃𝑖,𝑡−1

𝐸𝑅 =𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1

𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

32

2.1.7 Perbedaan Abnormal Return Sebelum Ramadan dan Selama Ramadan

Hasil penelitian dari Shahid et al (2019) terdapat perbedaan sebelum Ramadan

dan selama Ramadan dengan memeriksa tingkat pengembalian harian 107 perusahaan

individu yang terdaftar di Bursa Efek Pakistan selama 20 tahun, penelitian ini

menunjukkan bahwa 70 persen perusahaan memiliki pengembalian rata-rata positif

selama bulan Ramadan.

Namun hasil penelitian A’immah et al (2015) menemukan bahwa tidak terdapat

perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum Ramadan dan selama Ramadan pada

tahun 2013 dan 2014 dikarenakan mayoritas masyarakat sudah jauh hari membeli

kebutuhan konsumsi untuk menghindari kenaikan harga saat peristiwa Ramadan

berlangsung. Penelitian ini didukung oleh Lai dan Windawati (2017) yang menemukan

bahwa tidak adanya perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan

pada pasar modal Indonesia dan Malaysia dikarenakan return dari pasar modal tidak

terpengaruh oleh peristiwa Ramadan. Kemudian penelitian Setiasri dan Rinofah (2017)

menemukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan abnormal return sebelum

Ramadan dan selama Ramadan dikarenakan komposisi investor di Indonesia yang

didominasi oleh investor asing dibandingkan dengan investor lokal sehingga efek

peristiwa Ramadan tidak terlihat.

2.1.8 Perbedaan Abnormal Return Selama Ramadan dan Sesudah Ramadan

Hasil penelitian Jaziri dan Abdelhedi (2018) yang mengatakan bahwa terdapat

perbedaan abnormal return selama Ramadan dan sesudah Ramadan dikarenakan adanya

peningkatan abnormal return yang tinggi selama Ramadan yang disebabkan emosi yang

positif dari investor dalam menyikapi peristiwa Ramadan. Kemudian menurut Munusamy

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

33

(2019) menyatakan bahwa terdapat return yang lebih tinggi untuk Nifty Index dalam

sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dikarenakan Ramadan mampu menciptakan suasana

hati yang positif pada preferensi dan kekuatan pengambilan keputusan para investor.

2.1.9 Perbedaan Abnormal Return Sebelum Ramadan dan Sesudah Ramadan

Hasil penelitian dari Dewi et al (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan

abnormal return sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan pada tahun 2011, dimana pasar

modal bereaksi terhadap adanya peristiwa Ramadan dan menganggap Ramadan sebagai

kabar baik (informasi baik) atau peristiwa baik sehingga terjadi fluktuasi harga saham

pada periode tersebut. Penemuan tersebut didukung oleh Hidayati et al (2018) bahwa

terdapat perbedaan sebelum Ramadan dan Sesudah Ramadan tahun 2015, dikarenakan

terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat satu bulan menjelang Ramadan (sebelum

Ramadan) sehingga di respons positif oleh investor sebagai kabar baik (good news) yang

mengakibatkan abnormal return sebelum Ramadan lebih tinggi dibandingkan dengan

sesudah Ramadan.

Namun hasil penelitian dari Kesuma (2017) menyatakan bahwa tidak terdapat

perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan yang disebabkan

pasar tidak merespon terhadap Ramadan dikarenakan investor sudah memprediksi bahwa

pada saat bulan Ramadan perusahan-perusahaan yang bergerak di bidang makanan, bahan

pangan, dan ritel fashion lah yang akan memberikan keuntungan.

2.1.10 Trading Volume Activity

Trading Volume Activity adalah instrumen yang digunakan untuk melihat reaksi

pasar modal terhadap informasi melalui parameter perubahan volume perdagangan saham

di pasar modal. Selain itu trading volume activity juga digunakan sebagai indikator

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

34

likuiditas saham (Kesuma, 2017). Liquidity atau likuiditas memiliki arti bahwa ukuran

suatu aset dapat dibeli dan atau dijual secara cepat pada harga terdekat dengan transaksi

sebelumnya (memiliki kontinuitas harga) atau mudah dikonversikan, dengan asumsi tidak

ada informasi baru yang diterima (Reilly & Brown, 2012). Bodie et al, (2014)

menambahkan bahwa likuiditas mengacu pada kecepatan dan kemudahan yang

digunakan investor untuk menyadari nilai tunai dari suatu investasi. Likuiditas saham

dapat dikatakan meningkat jika jumlah atau frekuensi transaksi semakin tinggi karena

dengan likuiditas yang tinggi memungkinkan untuk mendapatkan return saham yang

tinggi dan menunjukkan minat investor untuk memiliki saham tersebut. Berikut terdapat

cara dalam mengukur trading volume activity (A'immah, Suhadak, & Hidayat, Reaksi

Abnormal Return Dan Trading Volume Activity Terhadap Ramadhan Effect, 2015) :

2.1.11 Perbedaan Trading Volume Activity Sebelum Ramadan dan Selama Ramadan

Hasil penelitian dari A’immah et al (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan

signifikan trading volume activity sebelum Ramadan dan selama Ramadan pada tahun

2013 atau dengan kata lain trading volume activity bereaksi terhadap bulan Ramadan,

penelitian Al-Hajieh et al (2011) berpendapat bahwa trading volume activity meningkat

secara signifikan pada bulan Ramadan. Penelitian tersebut juga didukung oleh Lai dan

Windawati (2017) yang menyatakan bahwa perbedaan trading volume activity sebelum

Ramadan dan selama Ramadan dikarenakan selama Ramadan terdapat peningkatan

𝑇𝑉𝐴 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

35

aktivitas perdagangan sehingga menyebabkan saham-saham menjadi likuid selama

peristiwa Ramadan.

Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh A’immah et al (2015) yang

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan trading volume activity sebelum

Ramadan dan selama Ramadan pada tahun 2014, dikarenakan pada tahun tersebut

merupakan tahun politik mengakibatkan dinamika poitik yang naik turun sehingga

trading volume activity berfluktuasi. Kemudian penelitian Setiasri dan Rinofah (2017)

menemukan bahwa tidak adanya perbedaan trading volume activity yang signifikan

sebelum Ramadan dan selama Ramadan dikarenakan komposisi investor di Indonesia

yang didominasi oleh investor asing dibandingkan dengan investor lokal sehingga efek

peristiwa Ramadan tidak terlihat.

2.1.12 Perbedaan Trading Volume Activity Selama Ramadan dan Sesudah Ramadan

Hasil penelitian dari A’immah et al (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan

signifikan trading volume activity selama Ramadan dan sesudah Ramadan pada tahun

2013 atau dengan kata lain trading volume activity bereaksi terhadap bulan Ramadan,

dikarenakan sesudah Ramadan aktivitas perekonomian sudah berjalan normal seperti

biasanya sehingga direspons negative oleh investor yang menyebabkan sepinya trading

activity dibandingkan dengan selama Ramadan. Penelitian Setiasri dan Rinofah (2017)

menemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan trading volume activity selama

Ramadan dan sesudah Ramadan tahun 2016, dikarenakan komposisi investor di Indonesia

yang masih didominasi oleh investor asing yang mengakibatkan trading volume activity

meningkat selama Ramadan.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

36

Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh A’immah et al (2015) yang

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan trading volume activity selama

Ramadan dan sesudah Ramadan pada tahun 2014, dikarenakan pada tahun tersebut

merupakan tahun politik mengakibatkan dinamika poitik yang naik turun sehingga

trading volume activity berfluktuasi yang mapu mengakibatkan trading volume activity

tidak berbeda secara signifikan.

2.1.13 Perbedaan Trading Volume Activity Sebelum Ramadan dan Sesudah

Ramadan

Hasil penelitian dari Kesuma (2017) menyatakan bahwa terdapat perbedaan

signifikan trading volume activity sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan pada tahun

2014, 2015, dan 2017, dikarenakan investor sudah memprediksi perusahaan mengalami

peningkatan nilai harga saham di dominasi perusahaan ritel fashion. Namun hasil

penelitian dari Hidayati et al (2018) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan trading

volume activity sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan tahun 2015 – 2017 yang berarti

peristiwa Ramadan tidak memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi

aktivitas volume perdagangan sebelum dan sesudah Ramadan.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

37

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai perbedaan abnormal return dan trading volume activity periode

ramadhan sebagai berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Judul Temuan Penelitian Peneliti

1 “Islamic occasions and investor

sentiment.”

Adanya peningkatan return di pasar

keuangan Arab selama Ramadhan

terutama saat 10 hari pertama dan 10 hari

kedua Ramadhan.

Jaziri, M., & Abdelhedi, M. (2018)

2

“Reaksi Abnormal Return dan Trading

Volume Activity Terhadap Ramadhan

Effect (Studi pada Perusahaan Food and

Beverages yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2013-2014)”

Abnormal return tidak bereaksi terhadap

Ramadhan Effect, dan terdapat perbedaan

trading volume activity bulan Ramadhan

dengan bulan di luar Ramadhan.

A'immah, S., Suhadak, & Hidayat, R.

(2015)

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

38

3

“Efek Ramadhan Terhadap Abnormal

Return dan Trading Volume Activity

Pada Perusahaan Yang Masuk ke dalam

Jakarta Islamic Index di Bursa Efek

Indonesia Periode 2011-2017”

Tidak terdapat pengaruh signifikan antara

bulan Ramadhan terhadap abnormal

return dan terdapat pengaruh signifikan

trading volume activity Ramadhan periode

2014,2015, dan 2017.

Kesuma, M. A. (2017)

4

“Risk, return, and liquidity during

Ramadan: Evidence from Indonesian

and Malaysian stock markets.”

Ramadhan tidak mempengaruhi risk-

adjusted return kedua pasar saham,

Ramadhan mempengaruhi volatilitas

return pasar dan likuiditas pasar saham

Indonesia dan Malaysia.

Lai, Y.-W., & Windawati, A. (2017)

5

“Investor sentiment and calendar

anomaly effects: A case study of the

impact of Ramadan on Islamic Middle

Eastern markets.”

Terdapat variasi return pada hari pertama

bulan Ramadhan dan terakhir bulan

Ramadhan di pasar saham Islam Timur

Tengah periode 1992 – 2007.

Al-Hajieh, H., Redhead, K., & Rodgers,

T. (2011)

6

“Does Ramadhan Influence The Returns

and Volatility? Evidence from Shariah

Index in India.”

Adanya efek Ramadhan pada return

Indeks Syariah yang signifikan secara

statistic dan terdapat efek Ramadhan pada

volatilitas Indeks Syariah selama 10 hari

pertama Ramadhan.

Dharani Munusamy. (2019)

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

39

7 “Islamic calendar and stock market

behaviour in India.”

Adanya bukti efek Ramadhan pada return

dan volatilitas indeks di India Dharani Munusamy. (2018)

8

“Pengaruh Ramadhan Terhadap Return

dan Volume Pedagangan Saham Pada

Jakarta Islamic Index (JII).”

Tidak terdapat perbedaan abnormal return

sebelum dan selama Ramadan, selama dan

sesudah Ramadan. Tidak terdapat

perbedaan trading volume activity

sebelum dan selama Ramadan, dan

terdapat perbedaan trading volume activity

selama dan sesudah Ramadan.

Setiasri dan Rinofah (2017)

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

40

2.3 Kerangka Penelitian

Berikut ini merupakan gambaran kerangka penelitian, yaitu :

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Sebelum Ramadan 2019

Abnormal Return

Selama Ramadan 2019

Abnormal Return

Selama Ramadan 2019

Abnormal Return

Sesudah Ramadan 2019

Abnormal Return

Sebelum Ramadan 2019

Abnormal Return Sesudah Ramadan 2019

Abnormal Return

Sebelum Ramadan 2018

Abnormal Return

Selama Ramadan 2018

Abnormal Return

Sebelum Ramadan 2018

Abnormal Return

Selama Ramadan 2018

Abnormal Return

Sesudah Ramadan 2018

Abnormal Return

Sesudah Ramadan 2018

Abnormal Return

H1

H2

H3

H4

H5

H6

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

41

2.4 Hipotesis Penelitian

H1 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan selama Ramadan

2019

H2 : Terdapat perbedaan abnormal return selama Ramadan dan sesudah Ramadan

2019

H3 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan

2019

Sebelum Ramadan 2019

Trading Volume

Activity

Selama Ramadan 2019

Trading Volume

Activity

Selama Ramadan 2019

Trading Volume

Activity

Sesudah Ramadan 2019

Trading Volume

Activity

Sebelum Ramadan 2019

Trading Volume

Activity

Sesudah Ramadan 2019

Trading Volume

Activity

Sebelum Ramadan 2018

Trading Volume

Activity

Selama Ramadan 2018

Trading Volume

Activity

Sebelum Ramadan 2018

Trading Volume

Activity

Selama Ramadan 2018

Trading Volume

Activity

Sesudah Ramadan 2018

Trading Volume

Activity

Sesudah Ramadan 2018

Trading Volume

Activity

H7

H8

H9

H10

H11

H12

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Literatur 2.1.1 Pasar Modal

42

H4 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan selama Ramadan

2018

H5 : Terdapat perbedaan abnormal return selama Ramadan dan sesudah Ramadan

2018

H6 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum Ramadan dan sesudah Ramadan

2018

H7 : Terdapat perbedaan trading volume activity sebelum Ramadan dan selama

Ramadan 2019

H8 : Terdapat perbedaan trading volume activity selama Ramadan dan sesudah

Ramadan 2019

H9 : Terdapat perbedaan trading volume activity selama Ramadan dan sesudah

Ramadan 2019

H10 : Terdapat perbedaan trading volume activity sebelum Ramadan dan selama

Ramadan 2018

H11 : Terdapat perbedaan trading volume activity selama Ramadan dan sesudah

Ramadan 2018

H12 : Terdapat perbedaan trading volume activity selama Ramadan dan sesudah

Ramadan 2018