bab ii landasan teori 2.1 komunikasi interpersonal 2.1.1
TRANSCRIPT
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi Interpersonal
2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) atau
komunikasi antar pribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa
orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan
penerima dapat menanggapi secara langsung pula (Hardjana, 2007).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal
ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat,
dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000,)
Menurut Lunandi (2003), komunikasi adalah usaha manusia dalam
pergaulannya untuk menyampaikan kepada orang lain, isi hati, pikiran, serta
kebutuhan orang lain yang bersangkutan dengan diri kita. Menurut Liliweri
(2003) komunikasi meliputi usaha menciptakan pesan, mengalihkan pesan,
memberikan diri kita sebagai sebuah tempat yakni dihati dan otak orang lain
untuk menerima pesan. Hasil komunikasi bersama merupakan interpersonal
understanding (pemahaman atas hubungan antarpribadi) karena adanya
kesamaan orintasi perseptual, kesamaan sistem kepercayaan dan keyakinan,
serta kesamaan gaya komunikasi.
11
Dari pendapat tentang pengertian komunikasi interpersonal di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang dilakukan secara tata muka antara satu orang dengan orang lain (bisa
satu atau lebih) untuk dapat menyampaikan pesan secara langsung baik secara
verbal maupun non verbal agar penyampaian pesan tersebut bisa lebih
dipahami. Berdasarkan definisi tersebut dapat diidentifikasi empat elemen
dasar komunikasi interpersonal, yaitu: 1. pribadi-pribadi yang melakukan
komunikasi yang berperan sekaligus sebagai pengirim pesan (sender) dan
penerima pesan (receiver), 2. pesan atau materi apa yang disampaikan
(message), 3.media yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan serta 4.
tujuan pesan disampaikan atau efek apa yang diharapkan setelah pesan
diterima (effect).
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Interpersonal
Ada tujuh karakteristik yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi
antara dua individu merupakan komunikasi interpersonal. Tujuh karakteristik
komunikasi antar pribadi itu adalah (Hardjana, 2007):
1. Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal.
2. Melibatkan perilaku spontan, tepat, dan rasional.
3. Komunikasi antar pribadi tidaklah statis, melainkan dinamis.
4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi
(pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
12
5. Komunikasi antar pribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik
dan ekstrinsik.
6. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan.
7. Melibatkan di dalamnya bidang persuasif.
2.1.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antar pribadi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun tujuan dilakukannya komunikasi komunikasi interpersonal adalah:
1. untuk menyampaikan informasi
2. untuk berbagi pengalaman
3. untuk mengembangkan simpati
4. untuk melakukan kerja sama
5. untuk mengembangkan motivasi
6. untuk mengungkapkan isi hati, ide, dan lainnya.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Rakhmat (2007) meyakini bahwa komunikasi interpersonal
dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal;
dan hubungan interpersonal.
1. Persepsi Interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau
menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan
makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan),
yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi
interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi,
13
seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan
akan mengakibat kegagalan komunikasi.
2. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan
kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa setara dengan orang lain; c.
Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak
seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya
karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang
sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a. Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep
dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang
yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat
catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh,
sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan
komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain
meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,
konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai
dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima
pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
14
c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai
communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan
percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita
karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia
membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan
(persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu
konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian
selektif).
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif
dan daya tarik seseorang. Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi
interpersonal dalam hal:
a. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap
orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita
juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,
kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara
positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif.
b. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
15
komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul
dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang,
resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari
komunikasi.
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara
seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan
menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya,
makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya,
sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta
komunikasi.
Lebih jauh, Rakhmat (2007) memberi catatan bahwa terdapat tiga
faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan
interpersonal yang baik, yaitu: a. percaya; b. sikap suportif; dan c. sikap
terbuka.
2.1.5 Kecakapan-kecakapan yang Dibutuhkan dalam Komunikasi
Interpersonal
Ada dua jenis kecakapan yang harus dimiliki seseorang agar dirinya
mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan baik dan berhasil, yaitu
kecakapan kognitif dan kecakapan behavioral.
16
1. Kecakapan Kognitif
Kecakapan kognitif merupakan kecakapan pada tingkat pemahaman
mengenai bagaimana cara mencapai tujuan personal dan relasional dalam
berkomunikasi. Menurut Hardjana (2007), kecakapan kognitif meliputi:
a. Empati (empathy): kecakapan untuk memahami pengertian dan
perasaan orang lain tanpa meninggalkan pandangannya sendiri.
b. Perspektif sosial (social perspective): kecakapan melihat
kemungkinan-kemungkinan perilaku yang berkomunikasi dengan
dirinya.
c. Kepekaan (sensitivity): terhadap peraturan atau standar yang berlaku
dalam komunikasi interpersonal.
d. Pengetahuan akan situasi pada waktu komunikasi sedang dilakukan.
e. Memonitor diri (self-monitoring): kecakapan memonitor diri sendiri
untuk menjaga ketepatan perilaku dan jeli dalam memperhatikan
pengungkapan pihak yang berkomunikasi dengannya.
2. Kecakapan Behavioral
Kecakapan behavioral merupakan kecakapan berkomunikasi pada
tingkat tindakan, yang berfungsi dalam mengarahkan pelaku
komunikasi untuk mencapai tujuan, baik personal maupun relasional.
Kecakapan behavioral menurut Hardjana (2007) terdiri dari:
a. Keterlibatan interaktif (interactive involment). Keterlibatan interaktif
menentukan tingkat keikutsertaan dalam proses komunikasi.
Kecakapan ini meliputi : 1) sikap tanggap (responsiveness), 2). Sikap
17
perseptif (perceptiveness), dan 3) sikap penuh perhatian
(attentiveness).
b. Manajemen interaksi (interaction management): kecakapan yang
berfungsi untuk membantu dalam mengambil tindakan-tindakan
yang berguna demi tercapainya tujuan komunikasi.
c. Keluwesan perilaku (behavioral flexibility) : kecakapan yang
berfungsi menentukan tindakan yang diambil demi tercapainya
tujuan komunikasi.
d. Mendengarkan (listening): kecapakan yang berfungsi untuk bias
mendengarkan dan menyelami perasaan pihak lain. Dengan
kecakapan mendengarkan seseorang dapat menjadi teman berbicara
yang baik.
e. Gaya sosial (social style): kecakapan yang mengarahkan pelaku
komunikasi pada perilaku yang baik dan menarik sehingga
menyenangkan pihak lain.
f. Kecemasan komunikasi (communication anxiety): kecakapan yang
dapat dipakai untuk mengatasi rasa takut, cemas, malu, gugup, dst.
ketika berhadapan dengan lawan bicara.
2.1.6 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mempunyai ciri-ciri yang tetap sebagai berikut :
1. Komunikasi interpersonal adalah verbal dan nonverbal
18
Dalam komunikasi itu, seperti pada komunikasi umumnya, selalu
mencakup dua unsur pokok: isi pesan dan bagaimana isi itu dikatakan atau
dilakukan, baik secara verbal maupun nonverbal.
2. Komunikasi interpersonal mencakup perilaku tertentu
Ada tiga perilaku dalam komunikasi interpersonal :
a. Perilaku spontan (spontaneous behaviour) adalah perilaku yang
dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor serta revisi
secara kognitif.
b. Perilaku menurut kebiasaan (script behaviour) adalah perilaku
yang kita pelajari dari kebiasaan kita. Perilaku itu khas , dilakukan
pada situasi tertentu, dan dimengerti orang.
c. Perilaku sadar (contrived behaviour) adalah perilaku yang dipilih
karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada.
3. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berproses
pengembangan
Komunikasi interpersonal berbeda- beda tergantung dari tingkat
hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, pesan yang
dikomunikasikan dan cara pesan dikomunikasikan.
4. Komunikasi interpersonal mengandung umpan balik, interaksi dan
koherensi
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka. Karena
itu, kemungkinan umpan balik (feedback) besar sekali. Dengan demikian,
di antara pengirim dan penerima pesan terjadi interkasi (interaction) yang
19
satu mempengaruhi yang lain dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan
memberi serta menerima dampak. Dari sini terjadilah koherensi dalam
komunikasi baik antara pesan yang disampaikan dan umpan balik yang
diberikan, maupun dalam keseluruhan komunikasi.
5. Komunikasi interpersonal berjalan menurut peraturan tertentu
Agar berjalan baik, maka komunikasi interpersonal hendaknya
mengikuti peraturan (rules) tertentu. Peraturan itu ada yang intrinsik dan
ada yang ekstrinsik. Peraturan intrinsik adalah peraturan yang
dikembangkan oleh masyarakat untuk mengatur cara orang harus
berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan peraturan ekstrinsik adalah
peraturan yang ditetapkan oleh situasi atau masyarakat.
6. Komunikasi interpersonal adalah kegiatan aktif
Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim
kepada penerima pesan dan sebaliknya, melainkan komunikasi timbal
balik antara pengirim dan pemerima pesan. Komunikasi interpersonal
bukan hanya sekadar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-
respons, tetapi serangkaian prosese saling penerimaan, penyerapan dan
penyampaian tanggapan yang sudah diolah oleh masing-masing pihak.
Karena itu, pihak-pihak yang melakukan komunikasi interpersonal
bertindak aktif, baki waktu menyampaikan pesan maupun pada waktu
menerima pesan.
20
7. Komunikasi interpersonal saling mengubah
Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat
komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat dan dorongan untuk
mengubah pemikiran, perasaan dan sikap yang sesuai dengan topik yang
dibahas bersama. Karena itu, komunikasi interpersonal dapat merupakan
wahana untuk saling belajar dan mengembangkan wawasaan, pengetahuan
dan kepribadian.
2.1.7 Kepribadian Orang yang Berkomunikasi
Dari kepribadian itu ada dua hal utama yang mempengaruhi mutu
komunikasi interpersonal:
1. Sikap terhadap orang yang berkomunikasi
a. Menerima mereka apa adanya.
b. Menghargai keunikan mereka dan peran hidup yang mereka pegang
dan laksanakan.
c. Menghormati mereka sebagai pribadi dan bukan menghina atas dasar
ideologi, keyakinan, kepercayaan dan agama.
d. Memperlakukan mereka sebagai pribadi yang mempunyai tujuan
sendiri dan tidak memperlakukan mereka sebagai alat untuk mencapai
apa pun atau objek untuk dipermainkan sesuka kita.
2. Sikap terhadap diri sendiri
Dari pihak kita, salah satu hal yang amat mempengaruhi komunikasi kita
dengan orang lain dan berdampak pada keberhasilannya adalah konsep
21
diri (self-concept) kita. Dalam konsep diri itu tercakup 3 hal yaitu :
gambaran diri (self-image), penilaian diri (self-evaluation), dan cita-cita
diri (self-ideal). Jika konsep diri positif, maka kita dibantu untuk dapat
menjalin komunikasi dengan orang lain secara baik karena kita dapat
berpikir, berperasaan dan berperilaku wajar. Tetapi jika kita berkonsep
diri negatif, maka hal itu dapat mengacaukan komunikasi kita dengan
orang lain. Karena dengan konsep diri negatif kita menjadi rendah diri,
minder dan penakut.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa keberhasilan komunikasi interpersonal
tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan kecakapan komunikasi
interpersonal, tetapi juga oleh mutu kepribadian orang yang terlibat
dalam komunikasi.
2.1.8 Hambatan Komunikasi Interpersonal
1. Interaksi
Adanya aktivitas-aktivitas dalam kehidupan sosial menunjukkan
bahwa manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya
(disebut gregariousness). Naluri ini merupakan salah satu yang paling
mendasar dalam kebutuhan hidup manusia, disamping kebutuhan akan;
afeksi (kebutuhan akan kasih sayang), inklusi (kebutuhan akan kepuasan),
dan kontrol (kebutuhan akan pengawasan). Dalam pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan hidup tersebut akan mendorong manusia untuk melakukan
22
interaksi dengan sesamanya, baik untuk mengadakan kerjasama
(cooperation) maupun untuk melakukan persaingan (competition).
Kata interaksi berasal dari Bahasa Inggris interaction artinya suatu
tindakan yang berbalasan. Dengan kata lain suatu proses hubungan yang
saling pengaruh mempengaruhi. Jadi interaksi sosial (social interaction)
adalah suatu proses berhubungan yang dinamis dan saling pengatuh
mempengaruhi antar manusia.
Interaksi antar manusia dimaksud adalah
a. Interaksi antara individu dengan individu,
b. Interaksi antara individu dengan kelompok, dan
c. Interaksi antara kelompok dengan kelompok.
Hasil dari pada interaksi sosial ada dua sifat kemungkinan :
a. Bersifat positif; suatu interaksi yang mengarah kerjasama dan
menguntungkan. Contoh : persahabatan.
b. Bersifat negatif; suatu interaksi yang mengarah pada suatu pertentangan
yang berakibat buruk atau merugikan. Contoh : perselisihan, pertikaian,
dan sebagainya.
Berdasarkan hasil interaksi yang negatif tersebut di atas maka itulah
yang menjadi hambatan dalam proses Komunikasi Interpersonal. Dalam
situasi pertentangan Komunikasi Interpersonal tidak dapat dilaksanakan
dengan baik, kalau pun dipaksakan dilaksanakan pasti kegiatan
Komunikasi Interpersonal efeknya tidak akan berhasil.
23
2. Kultur
Istilah kultur merupakan penyebutan terhadap istilah budaya. Dalam
khasanah ilmu pengetahuan kata kebudayaan/budaya merupakan
terjemahan dari kata culture. Kata culture sendiri berasal dari Bahasa Latin
dari kata colere yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah/pertanian.
E.B. Taylor dalam Koentjaraningrat (2002) dalam buku Pengantar
Ilmu Antropologi menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah suatu
keseluruhan yang kompleks yang meliputi keyakinan dan cara hidup suatu
masyarakat yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Keyakinan adalah keseluruhan ide yang dianut meliputi religi,
pemerintahan, ilmu pengetahuan, filsafat, seni, dan adat istiadat. Cara
hidup adalah pola-pola tindakan yang berhubungan dengan soal kebiasaan
meliputi makanan, pakaian, perumahan, cara-cara perkawian, hiburan,
estetika dan sebagainya.
Koentjaraningrat (2002) dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi
menyatakan bahwa : “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Dari beberapa definisi kebudayaan tersebut di atas dapat
disimpulkan dan juga telah disepakati beberapa ahli antropologi, bahwa
kebudayaan dan tindakan kebudayaan itu adalah segala tindakan yang
24
harus dilalui dan dibiasakan manusia melalui proses belajar (learned
behavior).
Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana kedudukan kultur atau
budaya dalam proses kegiatan Komunikasi Interpersonal. Untuk sementara
ini para ahli baru meninjau hanya mengenai hambatan budaya/kulur dalam
proses Komunikasi Interpersonal terutama kegiatan Komunikasi
Interpersonal lintas budaya, yaitu diantaranya : Menyampaikan pesan
pada orang-orang yang berlainan kultur akan mengundang perbedaan
persepsi terhadap isi pesan sehingga efek yang diharapkan akan sukar
timbul. Menyampaikan pesan verbal pada orang yang berlainan kultur
tentu saja akan banyak perbedaan dalam bahasa sehingga dalam proses
kegiatan Komunikasi Interpersonal tersebut selain hambatan dalam bahasa
juga terdapat hambatan semantik, yaitu perbedaan peristilahan dalam
masing-masing bahasa. Menyampaikan pesan verbal pada orang yang
berlainan kultur disertai penekanan pesan dengan pesan non-verbal
mungkin akan mengundang penafsiran berbeda hingga tujuan
penyampaian pesan tidak akan tersampaikan. Menyampaikan pesan pada
orang yang berlainan kultur jika bertentangan dengan adat-kebiasaannya,
norma-normanya maka akan terjadi penolakan Komunikasi Interpersonal.
25
3. Experience
Pengalaman atau experience adalah sejumlah memori yang
dimiliki individu sepanjang perjalanan hidupnya. Pengalaman masing-
masing individu akan berbeda-beda tidak akan persis sama, bahkan
pasangan anak kembar pun yang dibesarkan sama-sama dalam lingungan
keluarga yang sama pengalamannya tidak akan persis sama bahkan
mungkin akan berbeda.
Perbedaan pengalaman antara individu (bahkan antar anak
kembar) ini bermula dari perbedaan persepsi masing-masing tentang
sesuatu hal. Perbedaan persepsi tersebut banyak disebabkan karena
perbedaan kemampuan kognitif antara individu termasuk anak kembar
tersebut, sedangkan bagi individu yang saling berbeda budaya tentu saja
perbedaan persepsi tersebut karena perbedayaan budaya.
2.2 Bimbingan Kelompok
2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah salah satu kegiatan layanan yang
paling banyak dipakai karena lebih efektif. Banyak orang yang
mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga
sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek sosial yaitu
belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling
mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.
26
Menurut Sukardi (2008) bimbingan kelompok adalah layanan
bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-
sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama
dari pembimbing/konselor).
Sedangkan menurut Romlah (2001) bimbingan kelompok
merupakan salah satu teknik dalam bimbingan yang berusaha
membantu individu agar dapat mencapai perkembangnnya secara
optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nila-nilai yang
dianutnya, dan dilaksankan dalam situasi kelompok.
Prayitno (2004) mengemukakan bimbingan kelompok adalah
layanan yang diberikan dalam suasana kelompok. Layanan ini diberikan
untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional dan
sosial.
Juntika (2005) bimbingan kelompok adalah layanan yang
dimaksudkan untuk memungkinkan klien/siswa secara bersama-sama
memperoleh berbagai bahan dari nara sumber yang bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari. Bahan yang dimaksudkan adalah bahan yang
digunakan untuk mengambil keputusan.
Winkel & Sri Hastuti (2004) Bimbingan Kelompok adalah
kegiatan kelompok diskusi yang menunjang perkembangan pribadi dan
perkembangan sosial masing-masing individu-individu dalam
kelompok, serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna
aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan.
27
Dari pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada individu dalam pengembangan pribadi,
kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karier dan pengambilan
keputusan dalam kegiatan dinamika kelompok.
2.2.2 Manfaat Bimbingan Kelompok
Manfaat bimbingan kelompok menurut Sukardi (2008) yaitu :
1) Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan
membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya.
2) Memiliki pemahaman yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang
berbagai hal yang mereka bicarakan.
3) Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan
lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka
bicarakan dalam kelompok.
4) Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan
penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.
5) Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk
membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan semula.
Menurut Winkel & Sri Hastuti (2004) Manfaat layanan bimbingan
kelompok :
1) Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa.
2) Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa.
3) Siswa dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi.
28
4) Siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari bahwa teman-
temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan dan tantangan
yang kerap kali sama dan lebih berani mengemukakan
pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok.
5) Diberikan kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama.
6) Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila
dikemukakan oleh seorang teman daripada yang dikemukakan oleh
seorang konselor.
Manfaat Bimbingan Kelompok menurut Romlah :
1) Pemahaman mengenai pengaruh kelompok dan dinamika kelompok
dapat membantu pemahaman perilaku individu dengan lebih baik.
2) Pemahaman mengenai organisasi dan keguanaan kelompok akan
membantu dalam kegiatan mengajar dan membimbing orang lain.
3) Bimbingan kelompok mungkin lebih cocok untuk melayani
individu-individu dan masalah-masalah tertentu dari pada
bimbingan individual.
2.2.3 Tujuan Bimbingan Kelompok
Tujuan layanan bimbingan kelompok menurut Winkel & Sri
Hastuti (2004) adalah menunjang perkembangan pribadi dan
perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta
meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan
yang bermakna bagi para partisipan.
29
Menurut Romlah (2001) tujuan Bimbingan Kelompok adalah
sebagai berikut :
1. Memberi kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang
berrguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah
pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
2. Memberi layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.
3. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan
efektif dari pada melalui kegiatan bimbingan individual.
4. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih
efektif.
2.2.4 Ciri-Ciri Bimbingan Kelompok
Menurut Nursalim dan Suradi (2002) dalam kehidupan sebuah
kelompok dinilai baik atau kurang baik, terdapat lima hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1. Saling hubungan yang dinamis antar anggota
Dalam hubungan yang saling dinamis antar anggota kelompok,
menunjuk pada suasana antar hubungan itu sendiri, khususnya suasana
perasaan yang tumbuh di dalam kelompok itu sendiri. Suasana perasaan
yang dimaksud seperti rasa diterima atau ditolak, rasa senang dan benci,
rasa berani.
2. Tujuan bersama
Tujuan bersama adalah pusat dari kegiatan kehidupan kelompok.
Tujuan yang nyata hendak dimengerti dan diterima oleh semua anggota
kelompok, sehingga mereka benar-benar mengarahkan dan mewujudkan
30
diri masing-masing sesuai dengan tujuan itu. Tanpa adanya tujuan
bersama yang jelas, dimengerti dan diterima, maka kelompok itu akan
kacau, bahkan para anggota merasa tidak menentu dan suasana
mencekampun dapat terjadi.
3. Hubungan antara besarnya kelompok dengan sifat kelompok
Adanya hubungan langsung antar besarnya kelompok dengan sifat
kelompok itu. Misalnya:
a. Kelompok yang terdiri atas 2 individu adalah kelompok paling ideal
untuk tercapainya keakraban, kekurangannya bila terjadi pertentangan
pendapat diantara kedua individu.
b. Kelompok yang terdiri atas 3 individu. Dinamika saling hubungan
diantara mereka dapat tumbuh subur, hanya bahayanya bila dua
individu diantaranya membentuk klik, maka yang seorang akan
menjadi terisolir.
c. Kelompok yang terdiri 4-8 individu. Kelompok ini termasuk
kelompok sedang. Kelompok ini tergolong baik untuk melaksanakan
hubungan kelompok. Tanpa dipimpin oleh konselor, kelompok dapat
memilih pimpinannya sendiri atau setidaknya dapat menentukan
aturan-aturan sendiri yang dapat dijadikan pegangan untuk semua
anggota.
d. Kelompok yang terdiri 8-30 individu adalah kelompok yang baik
untuk tujuan pendidikan tertentu, misalnya: latihan kepemimpinan.
31
4. Iktikad dan sikap para anggota
Itikad baik dalam arti tidak mau menang sendiri, tidak sekedar
menanggapi atau menyerang pendapat orang lain adalah sangat penting
dalam kehidupan kelompok. sikap para anggota yang dimaksud bahwa
setiap anggota dapat memberi waktu dan kesempatan pada anggota lain
untuk mengemukakan pendapat secara leluasa. Jika sikap ini
berkembang, maka kehidupan kelompok yang baik dapat tumbuh dan
sebaliknya jika dalam kelompok itu para anggotanya merasa terpaksa
berada dalam kelompok, maka kehidupan kelompok tidak akan tumbuh.
5. Kemampuan mandiri
Setiap anggota kelompok tidak begitu saja terbawa oleh pendapat orang
lain. Dalam kelompok, anggota diharapkan dapat mengembangkan diri
dan mewujudkan dirinya masing-masing. Namun perlu diingat bahwa
dalam rangka mengembangkan diri dan mewujudkan tersebut tidak boleh
melanggar unsure itikat dan sikap kehidupan kelompok.kehadiran setiap
anggota kelompok perlu disertai dengan sikap tenggang rasa yang
selaras, serasi dan seimbang
2.2.5 Teknik bimbingan kelompok
1) Home Room Program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar
guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat
membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam
bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran
32
untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program
home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan
menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya
seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan Tanya jawab,
merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dan sebagainya.
Dalam contoh digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek
jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya
dan mengajukan usul.
2) Karyawisata (field trip)
Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai kegiatan rekreasi
atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu teknik dalam
bimbingan kelompok. Denagn berkaryawisata murid mendapat kesempatan
meninjau objek-objek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang
lebih baik dari objek itu. Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan
untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya
dalam berorganisasi, kerja sama, rasa tanggungjawab, percaya pada diri
sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada. Dalam
contoh seorang anak dapat kesempatan untuk mengembangkan
kesenangannya dan bakatnya dalam peninjauan keproyek jalan raya. Ia
dapat menunjukkan kemampuannya kepada teman-temannya dan
mengembalikan harga dirinya.
33
3) Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan
mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap
murid dapat menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan
suaru masalah. Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggungjawab
dan harga diri. Masalah yang mungkin dapat diduskusikan antara lain:
a. Pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok
b. Perencanaan suatu kegiatan
c. Masalah-masalah pekerjaan
d. Masalah belajar
e. Masalah penggunaan waktu senggang
f. Masalah persahabatan, keluarga dsb.
4) Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok merupakan teknik yang baik dalam bimbingan,
karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk
berpatisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih
berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat-
bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan. Juga dapat mengembangkan
tanggungjawab. Teknik sosiometri dapat banyak menolong dalam
pembentukan kelompok.
34
5) Keorganisasian
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun
dilingkungan masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah
individual maupun kelompok dapa diselesaikan. Dalam organisasi murid
mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek kehdupan
sosial. Mengaktifkan murid dalam mengembangkan bakat kepemimpinan
disamping memupuk rasa tanggungjawab dan harga diri.
6) Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tehnik didalam
memecahkan masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain
peranan. Di dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu
peranan tertentu dari suatu masalah sosial. Dalam kesempatan itu individu
akan menghayati secara langsung situai masalah yang dihadapinya. Dari
pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan
masalahnya.
7) Psikodrama
Jika sosiodrama merupakan teknik memecahkan masalah sosial,
maka psikodrama adalah tehnik untuk memecahkan masalah-masalah
psikis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan
tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi
atau dihindari. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang
didalamnya tergambarkan adanya ketegangan psikis yang dialami
individu. Kemudian murid-murid diminta untuk memainkan dimuka kelas.
35
Bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu
dapat mengurangi ketegangannya.
8) Remedial Teaching
Remedial teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran
yang diberikan seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan
belajar yang dihadapinya. Remedial ini mungkin berbentuk bermacam-
macam seperti penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-
latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat
kesulitan belajar yang dialami murid. Tehnik remedial ini dilakukan
setelah diadakan diagnose terhadap kesulitan yang dialami murid.
2.2.6 Materi layanan bimbingan kelompok, meliputi :
a. Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat dan cita-cita serta
penyalurannya.
b. Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya, kekuatan diri dan
pengembangannya.
c. Pengembangan kemampuan komunikasi, menerima/ menyampaikan
pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah, sekolah
maupun dimasyarakat, teman sebaya di sekolah dan luar sekolah dan
kondisi/ peraturan sekolah.
d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik di sekolah dan di
rumah sesuai dengan kemampuan pribadi siswa.
36
e. Pengembangan teknik-teknik penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
dan kesenian sesuai dengan kondisi fisik, sosial dan budaya.
f. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja dan upaya memperoleh
penghasilan.
g. Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan karier yang
hendak dikembangkan.
h. Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.
2.2.7 Kelebihan dan Kelemahan Bimbingan Kelompok
a. Kelebihan
1. Diberikan kesempatan yang luas untuk mendapatkan dan
membicarakan berbagaihal yang ada disekitarnya.
2. Memiliki pemahaman yang objektif, tepat, dan cukup luas tentang
berbagai hal yang mereka bicarakan.
3. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan
lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang
mereka bicarakan dalam kelompok.
4. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan
penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang
baik.
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata dan positif.
37
Keuntungan Menggunakan metode Pendekatan Kelompok :
1. Anak bermasalah dapat mengenal dirinya melalui teman-teman
kelompok.
2. Melalui kelompok, sikap-sikap positif anak dapat dikembangkan
seperti toleransi, saling menghargai, kerjasama, tanggung jawab,
disiplin, kreativitas dan sikap-sikap kelompok lainnya.
3. Melalui kelompok dapat dihilangkan beban-beban moril seperti
malu, penakut, dan sifat-sifat egoistis, agresif, manja dan
sebagainya.
4. Melalui kelompok dapat dihilangkan ketegangan-ketegangan
emosi, konflik-konflik, kekecewaan-kekecewaan, curiga-
mencurigai, iri hati dan sebagainya.
5. Melalui kelompok dapat dikembangkan gairah hidup dalam
melakukan tugas, suka menolong, disiplin, dan sikap-sikap sosial
lainnya.
b. Kelemahan
1) Hanya terbatas pada pencegahan.
2) Lebih berorientasi pada pemberian informasi.
3) Kurang adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.
2.2.8 Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995) ada
empat tahapan, yaitu :
1. Tahap I Pembentukan
38
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau
tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap
ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik
oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan
penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing
anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa
bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main
yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah
dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara
menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh
anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada
mereka.
2. Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan
ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar,
artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap
ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga
jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota
kelompok enggan memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya,
yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok,
dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota
meniti jembatan itu dengan selamat.
39
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu:
a. Menjelaskan kegiaatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya
b. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya
c. Membahas suasana yang terjadi
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
e. Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang
pemimpin, yaitu:
a. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka
b. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau
mengambil alih kekuasaannya.
c. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
d. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.
3. Tahap III Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-
aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-
masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari
pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin
dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan
terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan
dan penguatan serta penuh empati.
Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:
40
1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau
topik bahasan.
2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan
tuntas.
4. Kegiatan selingan.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat
terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami
oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang
dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh
anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang
menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
4. Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian
utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada
hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok
sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong
kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama
tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan
sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan
kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal
yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
41
a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera
diakhiri.
b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-
hasil kegiatan.
c. Membahas kegiatan lanjutan.
d. Mengemukakan pesan dan harapan.
Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran,
kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan
penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu menerapkan
hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan
nyata mereka sehari-hari.
2.3 Hasil Penelitian yang Relevan
Dari hasil penelitian Siti (2010) menunjukkan bahwa bimbingan
kelompok sangat berperan dalam upaya meningkatkan komunikasi
antar pribadi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Brebes Tahun 2010/2011
terbukti rhitung lebih besar dari rtabel. Dalam penelitian yang peneliti
lakukan yang diberikan kepada siswa guna meningkatkan komunikasi
interpersonal siswa adalah bimbingan kelompok dengan teknik
permainan.
Sedangkan dari hasil penelitian Rani (2009) menunjukkan
bahwa siswa yang telah memperoleh layanan bimbingan kelompok
dengan teknik permainan ini, perilaku komunikasi antapribadinya
mengalami peningkatan yang signifikan, dimana peningkatan tersebut
42
sebesar 27,22%. Dari uji Wilcoxon diperoleh Zhitung
sebesar 5,14 dan
nilai Ztabel
pada taraf signifikan 5% dan N=10 diperoleh Ztabel
sebesar
1,96.
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal secara signifikan
siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga.