bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1...

12
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1. Hakekat Matematika Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:313), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan di dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Menurut Herman Sudojo (2003:123) matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk atau struktur yang abstrak dan hubungan- hubungan diantara hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta hubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika itu. James dan James (Suherman dkk, 2003:18) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan dan konsep yang berhubungan dengan yang lainnya dengan jumlah banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, geometri. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan yang terbagi menjadi aljabar, analisis, dan geometri yang digunakan untuk menyelesaikan masalah bilangan menggunakan logika. Maka untuk menyelesaikan masalah dalam matematika dibutuhkan pemahaman yang benar karena matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak. 2.1.1.2. Hakikat Belajar Menurut Gage dan Berlier (Dimyati, 2009:116), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya.

Upload: lamnhan

Post on 03-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran Matematika di SD

2.1.1.1. Hakekat Matematika

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:313), matematika adalah

ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional

yang digunakan di dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Menurut Herman Sudojo (2003:123) matematika merupakan suatu ilmu yang

berhubungan atau menelaah bentuk atau struktur yang abstrak dan hubungan-

hubungan diantara hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta hubungan, tentu saja

diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika

itu.

James dan James (Suherman dkk, 2003:18) mengatakan bahwa matematika

adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan dan konsep yang berhubungan

dengan yang lainnya dengan jumlah banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu

aljabar, analisis, geometri. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses

berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah ilmu tentang bilangan yang terbagi menjadi aljabar, analisis, dan geometri

yang digunakan untuk menyelesaikan masalah bilangan menggunakan logika. Maka

untuk menyelesaikan masalah dalam matematika dibutuhkan pemahaman yang benar

karena matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak.

2.1.1.2. Hakikat Belajar

Menurut Gage dan Berlier (Dimyati, 2009:116), belajar dapat didefinisikan

sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

8

Menurut Dimyati (2009:156), belajar adalah proses yang melibatkan manusia

secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan

pada pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

Menurut Henry E. Garret (Sagala, 2010: 13), belajar merupakan proses yang

berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang

membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu

perangsang tersebut.

Menurut Lester D. Crow (Sagala, 2010: 13), belajar ialah upaya untuk

memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap. Belajar dikatakan berhasil

manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya,

maka belajar seperti ini disebut rote learning. Kemudian jika telah dipelajari itu

mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut over

learning.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan belajar adalah

proses perubahan tingkah laku yang sebelumnya belum tahu menjadi tahu berupa

pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diperoleh seseorang melalui latihan dan

pengalaman.

2.1.1.3.Pembelajaran Matematika di SD

Mata pelajaran matematika di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan (KTSP, 2006) sebagai berikut

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,

dalam pemecahan masalah

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

9

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Menurut Erman Suherman dkk (2003: 55), matematika sekolah adalah

matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan

dasar (SD dan SMP) dan pendidikan menengah (SMA dan SMK).

Menurut Soedjadi (2000: 37), matematika sekolah adalah unsur atau bagian

dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan

kependidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut menunjukkan bahwa

matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu.

Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal

1) penyajian

2) pola pikirnya

3) keterbatasan semestanya

4) tingkat keabstrakannya

Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

pembelajaran matematika di SD adalah pembelajaran matematika yang berorientasi

terhadap pendidikan yang diajarkan di lembaga sekolah dasar, yang nantinya dapat

digunakan untuk memecahkan masalah matematika dalam kehidupan.

2.1.1.4. Hasil Belajar Matematika

Suharsimi Arikunto (dalam Lasiyem, 2012: 10) mengemukakan bahwa “hasil

belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu

tampak dalam bentuk perubahan yang dapat diamati dan diukur”. Jadi perubahan

tersebut dapat berupa perubahan dalam ketrampilan, pengetahuan, dan juga

perubahan dalam sikapnya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

10

Menurut Dimyati (2009: 20), “Hasil belajar merupakan suatu puncak proses

belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru”. Hasil belajar

dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut

bermanfaat bagi guru dan siswa. Hasil belajar siswa merupakan patokan bagi guru

apakah berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Semakin

baik hasil belajar siswa, maka proses pembelajaran guru dikatakan berhasil.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan tingkat penguasaan siswa yang ia terima setelah mengikuti kegiatan

belajar mengajar sesuai tujuan yang nampak dalam tingkah laku yang berkaitan

dengan proses pembelajaran.

Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti

pembelajaran matematika. Pada penelitian ini hasil belajar matematika diperoleh dari

hasil tes matematika dari siklus 1 dan siklus 2 tentang materi bangun ruang. Hasil

belajar yang baik pada penelitian tindakan ini adalah hasil belajar matematika yang

berhasil mencapai tingkat kriteria ketuntasan minimal yaitu diatas nilai 60.

2.1.2. Metode Eksperimen

Menurut E. Mulyasa (2011: 107), penggunaan metode pembelajaran yang

tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran

perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru,

serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang

bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Ada sejumlah metode-metode mengajar yang mungkin dapat dilakukan oleh

guru, antara lain seperti : metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,

metode demonstrasi, metode sosiodrama, metode karyawisata, metode kerja

kelompok, metode latihan, metode pemberian tugas dan metode eksperimen. Untuk

penelitian tindakan ini akan menggunakan metode pembelajaran eksperimen.

Menurut pendapat E. Mulyasa (2011: 110), “metode eksperimen merupakan

suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

11

benda, bahan-bahan dan peralatan laboraturium, baik secara perorangan maupun

kelompok”.

Menurut Sagala (2010: 220), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan

pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk

membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1993: 77), “metode eksperimen

dimaksudkan sebagai kegiatan guru dan siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu,

serta mengamati proses dan hasil percobaan itu”.

Kadang-kadang orang menangaburkan pengertian eksperimen dengan kerja

laboraturium, meskipun kedua pengertian ini mengandung prinsip yang hampir sama,

namun berbeda dalam konotasinya. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu

laboraturium atau diluar laboraturium, pekerjaan eksperimen mengandung makna

belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran.

E. Mulyasa (2011: 110) mengemukakan hal-hal yang perlu dipersiapkan guru

dalam menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

1) Tetapkan tujuan eksperimen.

2) Persiapkan alat dan atau bahan yang diperlukan.

3) Persiapkan tempat eksperimen.

4) Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat-alat yang tersedia.

5) Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau

menghindarkan risiko yang merugikan atau berbahaya.

6) Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan

bahan yang akan digunakan.

7) Berikan penjelasan tentang apa yang yang harus diperhatikan dan tahapan-

tahapan yang mesti dilakukan peserta didik, termasuk yang dilarang dan yang

membahayakan.

Menurut Sagala (2010: 220) beberapa kelebihan dari metode eksperimen,

sebagai berikut:

a. membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan

percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

12

b. dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang

sains dan teknologi,

c. metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: 1) siswa

belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian;

2) siswa terhindar jauh dari verbalisme; 3) memperkaya pengalaman dengan

hal-hal yang bersifat objektif dan realistis; 4) mengembangkan sikap berpikir

ilmiah dan 5) hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.

Menurut Sagala (2010: 221) beberapa kelemahan dari metode eksperimen,

sebagai berikut:

a. pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan

bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah,

b. setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena

mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan

atau pengendalian,

c. sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan

bahan mutakhir.

Ada cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode eksperimen,

sebagai berikut:

a. hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai

sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan

eksperimen,

b. hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah

yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, serta

bahan-bahan yang diperlukan dan hal-hal yang perlu dicatat,

c. bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang

diperlukan,

d. guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, ia membandingkan

hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada

perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

13

2.1.3. Media Pembelajaran Bangun Ruang

Hamzah B. Uno dan Nina (2010: 142) berpendapat “media pembelajaran yaitu

alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep matematika. Benda-benda itu

misalnya batu-batuan dan kacang-kacangan untuk menerangkan konsep bilangan,

kubus untuk menjelaskan konsep titik, ruang garis, daerah bujur sangkar, dan wujud

dari kubus itu sendiri, benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep

pecahan, benda-benda seperti cincin, gelang, permukaan gelas, dan sebagainya untuk

menerangkan konsep lingkaran”. Media pembelajaran yang akan digunakan dalam

penelitian tindakan ini adalah media pembelajaran model jenis bangun ruang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012: 324), “model adalah barang

tiruan yang kecil dan tepat seperti yang ditiru”.

Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Andi Prastowo, 2012:228), media

pembelajaran model adalah tiruan tiga dimensi dari benda nyata yang terlalu besar,

terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk

dibawa ke dalam kelas dan dipelajari peserta didik dalam bentuk aslinya.

Menurut pendapat Brown dalam Hamzah B. Uno (2010:127), “model

didefinisikan sebagai benda nyata yang dimodifikasikan”.

Menurut Andi Prastowo (2012: 229), model padat (Solid Model) merupakan

jenis model yang memperlihatkan bagian permukaan luar dari objek atau benda.

Selain itu, dalam model ini, bagian-bagian yang membingungkan ide utama dari

bentuk, warna dan susunannya sering kali dibuang. Contoh dari model padat: bentuk

geometris, semisal kerucut, bola, kubus, polihedro, dll.

Bangun ruang adalah sejenis benda ruang beraturan yang memiliki rusuk, sisi

dan titik sudut. Media bangun ruang adalah menyerupai kotak, dengan bentuk massif,

berongga dan kerangka.

Andi Prastowo (2012: 238) mengemukakan tujuan dan fungsi media

pembelajaran model berjenis bangun ruang adalah sebagai berikut:

a. Menyederhanakan objek atau benda yang terlalu sulit, terlalu besar, terlalu

jarang, terlalu jauh, terlalu kecil, atau terlalu mahal jika dihadirkan di kelas

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

14

secara langsung dalam bentuk aslinya. Contohnya, bumi, planet, tengkorak

manusia, dan lain sebagainya.

b. Memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik terhadap suatu objek atau

benda, meskipun hanya dalam bentuk tiruannya.

c. Memudahkan penjelasan tentang suatu objek atau benda dengan menunjukkan

tiruan benda aslinya.

2.1.4. Penggunaan Metode Eksperimen untuk Pembelajaran Matematika

Menurut Sagala (2010: 220), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan

pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk

membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam kegiatan

pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, siswa akan diberi kesempatan

untuk membuktikan sendiri dengan melihat proses, menganalisis dan menarik

kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.

Hamzah B.Uno dan Nina (2010: 140) mengemukakan setiap konsep abstrak

matematika yang baru dipahami perlu ditanamkan, dan tahan lama dalam pola pikir

dan tindakannya. Untuk keperluan inilah, belajar dengan berbuat dan memahami,

tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja yang tentunya akan

mudah dilupakan dan sulit untuk dapat dimiliki.

Dalam menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran matematika,

tidak berarti bahwa setiap konsep matematika harus digunakan dengan metode

eksperimen, karena penggunaan metode harus disesuaikan dengan materi yang akan

diajarkan, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam menggunakan

metode eksperimen, sebagai berikut:

a. Persiapkan alat bantu (alat eksperimen) yang akan digunakan.

b. Berikan petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang akan dilakukan dalam

eksperimen pembelajaran matematika.

c. Pelaksaan eksperimen dengan menggunakan lembar kerja/ pedoman

eksperimen yang disusun secara sistematis. Sehingga dalam pelaksanaanya

siswa tidak mendapat kesulitan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

15

d. Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen dilakukan dengan diskusi dan

tanya jawab

e. Membuat kesimpulan

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode

eksperimen yang pembelajarannya melibatkan siswa secara langsung dengan belajar

melalui berbuat sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika yang mempunyai

konsep abstrak, sehingga dengan metode ini akan membuat konsep matematika yang

masih abstrak menjadi lebih konkret bagi siswa, sehingga akan lebih meningkatkan

pemahaman siswa.

2.1.5. Peranan Media Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika

Hamzah B. Uno dan Nina, (2010:141) mengemukakan pembelajaran

matematika di SD masih diperlukan media pembelajaran. Ada beberapa fungsi dari

media pembelajaran dalam bidang matematika, diantaranya sebagai berikut:

a. Dengan adanya media pembelajaran, anak-anak akan lebih banyak mengikuti

pelajaran matematika dengan gembira sehingga minatnya dalam mempelajari

matematika semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik, dan

bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.

b. Dengan disajikannya konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka

siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami

dan mengerti.

c. Media pembelajaran dapat membantu daya tilik ruang, karena anak tidak

dapat membayangkan bentuk-bentuk geometri ruang sehingga gambar dan

benda-benda nyata menjadi pemahamannya tentang ruang.

d. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan benda-

benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan

masyarakat.

e. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam

bentuk model matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula

dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

16

Sementara itu, menurut Andi Prastowo (2012: 239) kegunaan media model

padat yang didalamnya termasuk media bangun datar bagi peserta didik adalah

sebagai berikut:

a. Dapat mengembangkan konsep realisme peserta didik.

b. Dapat menjadi tantangan bagi peserta didik untuk memecahkan masalah-

masalah pengajaran dalam berbagai bidang studi yang dipelajararinya

c. Hasil belajar akan lebih mendalam dan lebih mantap.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Lasiyem (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil

Belajar Matematika Melalui Metode Eksperimen dengan Media Kartu Bilangan

Siswa kelas 1 Semester 1 SD Negeri Asemrundung Tahun Ajaran 2011/ 2012”,

menyimpulkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perbaikan

pembelajaran siswa yang tuntas KKM > 60 hanya 11 siswa dari 22 siswa (50%). Pada

Perbaikan pembelajaran siklus I siswa yang tuntas KKM > 60 meningkat menjadi 17

siswa (72,2%). Dan pada perbaikan pembelajaran siklus II siswa yang tuntas KKM >

60 meningkat lagi menjadi 22 siswa ( 100%). Ternyata dengan penerapan metode

eksperimen dan media kartu bilangan dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa,

terbukti siswa kelas I SD Negeri 2 Asemrudung mengalami peningkatan hasil prestasi

belajar siswa.

Siti Munfangati (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Penerapan

Metode Eksperimen dengan Memanfaatkan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Materi Gaya pada Siswa Kelas IV SD Negeri Krengseng 04 Kecamatan

Gringsing Kabupaten Batang Semester 2 Tahun 2011/ 2012”, menyimpulkan dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan Penerapan Metode Eksperimen dengan

Memanfaatkan Alat Peraga dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Hal ini terlihat

pada ketuntasan pada hasil belajar pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 adalah 6

siswa ( 33% ), 11 siswa ( 94,5% ), 18 siswa ( 100% ).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

17

Slamet (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil

Belajar Matematika Melalui Media Bangun Ruang Dengan Metode Eksperimen

Siswa Kelas VI Semester 1 SD Negeri 4 Katekan Tahun Ajaran 2011/2012”,

menyimpulkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan data nilai

ulangan siswa telah terjadi peningkatan rata-rata nilai mulai dari sebelum tindakan

perbaikan pembelajaran (pra siklus), Siklus I dan Siklus II. Rata-rata nilai sebelum

tindakan perbaikan pembelajaran dilaksanakan adalah 67,5, setelah tindakan

perbaikan pembelajaran pada Siklus I rata-rata nilai menjadi 74,06 dan 79,37 pada

Siklus II dengan KKM 60.

Imanuel Nugroho Puji (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media Benda Konkret pada

Materi Pokok Menentukan Jaring-jaring Berbagai Bangun Ruang Sederhana Kelas V

SD Negeri Ngijo 01”, menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa penggunaan media

benda konkret untuk pembelajaran matematika dalam materi pokok menentukan

jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana baik untuk diterapkan dalam

pembelajaran, atau dapat juga dengan melibatkan siswa untuk mencari benda-benda

yang ada di sekitar lingkungan mereka tinggal sehingga pembelajaran dapat

terlaksana dengan menarik, sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar

mandiri, serta meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3.Kerangka Pikir

Kebanyakan proses pembelajaran matematika yang terjadi di sekolah dasar

terfokus pada penyampaian teori saja tanpa memperhatikan kegiatan eksperimen yang

penting bagi pemahaman siswa. Sedangkan matematika adalah mata pelajaran yang

membutuhkan pemahaman dan penguasaan materi dengan baik dan tidak hanya

sekedar menghafal. Pembelajaran yang hanya terfokus pada teori saja mengakibatkan

hasil belajar siswa dalam belajar matematika menjadi kurang maksimal. Sementara

itu, melalui kegiatan eksperimen siswa dapat menemukan dan membuktikan sendiri

teori yang mereka peroleh selama ini. Eksperimen juga memberi kesempatan kepada

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3798/3/T1_292009089_BAB II.pdf · Pembelajaran Matematika di SD . 2.1.1.1. Hakekat Matematika

18

siswa untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa, karena dengan

eksperimen siswa dapat belajar dengan berbuat. Selain itu eksperimen dapat berjalan

baik dengan dibantu oleh media bagun ruang yang akan mempermudah siswa untuk

melakukan kegiatan eksperimen tersebut. Karena dengan media bangun ruang ini

konsep geometri matematika akan menjadi lebih konkret bagi siswa. Oleh sebab itu,

akan dilakukan penelitian menggunakan metode eksperimen dengan media bangun

ruang dalam proses pembelajaran matematika yang akan meningkatkan pemahaman

siswa sehingga hasil belajar siswa pun meningkat.

Penelitian ini akan dilakukan oleh penulis dengan dibantu oleh guru kelas, guru

kelas yang akan melaksanakan proses belajar mengajar dan penulis akan membantu

mengisi lembar observasi guru saat proses pembelajaran berlangsung.

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, dapat diambil hipotesis,

yaitu dengan menggunakan metode eksperimen dengan media bangun ruang dapat

meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun ruang siswa kelas 4 SD

Negeri Tolokan 01 Kabupaten Semarang semester 2 tahun ajaran 2012/2013.