bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 ......9 bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...

23
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (Prihandoko: 2006), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang dedukatif. Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. 2.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Tujuan mata pelajaran matematika menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 adalah sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

Upload: others

Post on 25-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD

Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah bahasa

simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu

tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang

tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan

akhirnya ke dalil.

Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (Prihandoko: 2006),

yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir

yang dedukatif. Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru

dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama

dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola

tindakannya.

Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui

perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja,

karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Tujuan mata pelajaran matematika menurut Permendiknas nomor 22 tahun

2006 adalah sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

10

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.2 Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2011:22) Pembelajaran kooperatif berasal dari kata

“cooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama dengan saling

membantu sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan

pembelajaran yang berhasil yang menginteraksi keterampilan sosial yang

bermuatan akademik Isjoni (2011: 27).

Sedangkan Agus Suprijono (2012: 54) mengatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok

termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajaran secara aktif

dalam proses pembelajaran menerus perbincangan dengan rekan-rekan dalam

kelompok kecil Isjoni (2011: 21).

Menurut Christopher Cheong (2010: 77) dalam jurnal internasional

berjudul From Group-based Learning to Cooperative Learning: A Metacognitive

Approach to Project-based Group Supervision mengungkapkan:

“The projects generally involve the creation of an information system with

a graphical user interface and a database back-end. Groups are free to

choose appropriate methodologies, platforms, frameworks, and

technologies to satisfy user requirements and complete their projects

successfully”

Pernyataan tersebut berarti “membangun pembelajaran kooperatif

biasanya diciptakan dari informasi yang berhubungan dengan siswa. Kelompok

dipilih secara bebas dengan metode, bentuk, kerangka dan tegnologi yang tepat

dan direncanakan agar berjalan dengan sukses”.

Sedangkan Wina Sanjaya (2013: 242) mengatakan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem

pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang

mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku

yang berbeda (heterogen).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

11

Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok saja

tapi pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan beberapa jumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda

dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok harus saling

bekerja sama guna mencapai tujuan dalam pembelajaran tertentu.

Dalam pembelajaran kooperatif ini, dikatakan belum selesai jika salah satu

teman dalam kelompok belum menguasai bahan belajar.

2.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi (Rusman

2011: 210) Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat

karena banyak pekerjaan orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi

yang saling bergantung satu sama lain dimana masyarakat secara budaya semakin

beragam.

Dalam pembelajaran kooperatif tidak mempelajari materi saja. Namun,

siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif khusus yang

disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan, kerja dan tugas.

Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan

komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan

membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

2.2.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil

yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun

tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus

menyelesaikan tugasnya sendiri, agar yang lain bisa mencapai tujuan

mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

12

cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab

untuk melakukan yang terbaik.

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar

untuk membentuk kelompok yang menguntungkan semua anggota.

Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil

pemikiran dari satu kepala saja.

4. Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan

berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa

dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.

Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajara perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar

selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

Unsur pembelajaran kooperatif di atas tidak dapat tercapai jika hanya

menggunakan model pembalajaran saja tanpa melibatkan siswa secara aktif.

Pembelajaran harus menekankan siswa aktif berdiskusi dengan kelompok.

Untuk mencapai unsur tersebut, guru hendaknya dapat menciptakan

kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk,

menemukan dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat

membentuk makna tersendiri dari apa yang di pelajari.

2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH (Course Review Horay)

2.3.1 Pengertian CRH (Course Review Horay)

Menurut Miftahul Huda (2013: 229-230) menyatakan Course Review

Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas

menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa dapat menjawab

benar diwajibkan berteriak “horee!!” atau yel-yel lainnya yang disukai.

Model ini berusaha menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal,

dimana jawaban soal tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah

dilengkapi nomor. Siswa atau kelompok yang memberi jawaban benar harus

langsung berteriak “horee!!” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Model ini

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

13

bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami konsep dengan baik

melalui diskusi kelompok.

Sejalan dengan pendapat diatas (Widodo, 2007) mengatakan bahwa salah

satu keunggulan dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe CRH (Course

Review Horay) ini adalah aktifitas belajar lebih banyak terpusat kepada siswa

serta dapat menciptakan suasana dan interaksi belajar yang menyenangkan,

sehingga membuat siswa lebih menikmati pelajaran dan tidak mudah bosan dalam

belajar.

Model CRH (Course Review Horay) juga merupakan salah satu

pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan

kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain

itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu

siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah.

Pembelajaran CRH (Course Review Horay) ini juga merupakan suatu

pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran

di dalam kelas dengan lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik.

Dalam pembelajaran CRH (Course Review Horay) ini, apabila siswa dapat

menjawab secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “horay”

ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu

siswa itu sendiri.

Dalam aplikasinya pembelajaran CRH (Course Review Horay) tidak hanya

menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik. CRH (Course

Review Horay) sebagai salah satu proses learning to know, learning to do,

learning to be and learning to live together untuk mendorong terciptanya

kebermaknaan belajar bagi peserta didik (Suprijono, 2012).

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

CRH (Course Review Horay) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu

kegiatan belajar secara berkelompok kecil yang lebih menekankan pada

pemahaman materi dengan cara menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

14

2.3.2 Hakikat Pembelajaran CRH (Course Review Horay) pada Bidang Studi

Matematika.

Pendekatan CRH (Course Review Horay) dalam pembelajaran

matematika, berusaha untuk menguji sampai dimana pemahaman yang dimiliki

oleh siswa. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil

yang berkompetisi untuk mendapatkan poin sebanyak-banyaknya dengan

menjawab benar pertanyaan dari guru yang dibacakan secara acak.

Dengan demikian siswa mampu berfikir lebih cepat dan memiliki motivasi

dalam diri mereka masing-masing. Pembelajaran melalui metode ini dicirikan

oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif yang melahirkan sikap

ketergantungan yang positif di antara sesama siswa, penerimaan terhadap

perbedaan individu dan mengembangkan ketrampilan bekerjasama antar

kelompok.

Kondisi seperti ini akan memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk

membantu siswa yang kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep pada

matematika, pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar

yang maksimal (Latifa Rachmawati : 2009).

2.3.3 Tujuan Pembelajaran model CRH (Course Review Horay) :

1) Meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas akademik;

2) Siswa dapat belajar dengan aktif;

3) Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai

macam perbedaan latar belakang dan perbedaan cara pandang penyelesaian

masalah;

4) Mengetahui langkah-langkah yang akan digunakan guru ketika menggunakan

pembelajaran CRH (Course Review Horay).

2.3.4 Prinsip Pembelajaran CRH (Course Review Horay)

Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian

guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan

kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

15

upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan

variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1) Pembelajaran CRH (Course Review Horay) sebaiknya digunakan dengan

suatu tujuan tertentu yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai, sehingga

pembelajaran akan sejalan dengan perencanaan awal pembelajaran;

2) Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran.

Jadi penggunaan pembelajaran CRH (Course Review Horay) ini harus benar-

benar berstruktur dan direncanakan. Karena dalam menggunakan

pembelajaran CRH (Course Review Horay) ini memerlukan keluwesan,

spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini

ada dua yaitu :

a. Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan

siswa.

b. Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.

2.3.5 Kekurangan dan Kelebihan CRH (Course Review Horay)

Dalam setiap pembelajaran pasti memiliki kelemahan ataupun kelebihannya

masing-masing.

1. Kelebihan pembelajaran CRH (Course Review Horay)

a. Pembelajaran lebih menarik;

Artinya, dengan menggunakan pembelajaran CRH (Course Review Horay)

siswa akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan

disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan games ataupun

simulasi lainnya.

b. Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi pembelajaran;

Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu games atau

simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang berkaitan

dengan materi yang akan disampaikan guru.

c. Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan atau game,

dengan begitu siswa tidak akan merasakan jenuh yang bisa menjadikannya

tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.

d. Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih menyenangkan;

Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila metode

yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh karena itu,

dengan menggunakan pembelajaran CRH (Course Review Horay) mampu

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

16

membangkitkan semangat belajar terutama anak sekolah dasar yang

notabene masih ingin bermain-main.

e. Adanya komunikasi dua arah;

Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan baik,

dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis, kreatif dan inofatif.

Sehingga tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak

terjadi interaksi diantara guru dan siswa.

2. Kekurangan pembelajaran CRH (Course Review Horay)

a. Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan;

Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak mengatakan

horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok

tersebut sama tanpa bisa membedakan mana siswa yang aktif dan yang

tidak aktif.

b. Adanya peluang untuk berlaku curang.

Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik apakah

ia menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatikan per-kelompok

yang menjawab horey, sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar.

2.3.6 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH (Course Review

Horay).

Bruce Joyce dan Marsahl Weil mengemukakan langkah-langkah dari CRH

(Course Review Horay) yaitu:

a. informasi kompetensi,

b. sajian materi,

c. tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menulis nomor,

d. sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak,

e. guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak,

f. siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru

berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya

dengan yel hore atau yang lainnya,

g. pemberian reward,

h. penyimpulan dan evaluasi,

i. refleksi.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

17

Menurut Suprijono (2012: 129) langkah-langkah CRH sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.

3. Memberikan kesempatan kepada siswa bertanya jawab.

4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai

dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-

masing.

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam

kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan kalau

benar diisi tanda(√) dan salah diisi tanda silang (×).

6. Siswa yang sudah mendapat tanda (√) vertikal atau horisontal, atau

diagonal harus berteriak “horay” atau yel-yel lainnya.

7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah “horay” yang diperoleh.

8. Penutup.

Sedangkan menurut Hamid (2011: 223-224) mengemukakan langkah-

langkah pembelajaran CRH sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.

c. Memberikan kesempatan kepada siswa bertanya jawab.

d. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9,16,atau 25

buah sesuai dengan kebutuhan. Kemudian setiap kotak diisi angka sesuai

dengan selera masing-masing siswa.

e. Guru menbacakan soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam

kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan kalau

benar diisi tanda (√) dan salah diisi tanda silang (×).

f. Siswa yang sudah mendapat tanda (√) vertikal atau horisontal, atau

diagonal harus berteriak “hore” atau yel-yel lainnya.

g. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah “hore” yang diperoleh.

h. Penutup.

Dari pendapat di atas tentang langkah-langkah implementasi CRH (Course

Review Horay) dapat dikaji bahwa dalam menerapkan pembelajaran CRH

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

18

(Course Review Horay) terdapat 5 tahapan yang perlu dilakukan. Masing-masing

tahapan menunjukkan kegiatan yang berbeda-beda yang perlu dipahami oleh guru

sehingga dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik.

Tahap pertama adalah mengidentifikasi topik pembelajaranan serta

membagi kelompok. Guru menyajikan materi dengan menggunakan media

pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah CRH (Course Review Horay)

kemudian membentuk siswa dalam kelompok.

Tahap kedua adalah perencanaan tugas yang akan dipelajari. Siswa

diberikan permasalahan untuk didiskusikan bersama teman kelompok. Dalam

tahap ini guru bertugas untuk pemahaman siswa terhadap soal yang mereka

kerjakan dan membimbing siswa agar dapat terlaksana dengan baik.

Tahap ketiga adalah menyelesaikan tugas kelompok. Dalam tahap ini

siswa diharapkan memastikan jawaban mereka, guru juga memotivasi dan

mengamati siswa dalam berdiskusi. Selanjutnya guru memberikan lembar CRH

kepada masing-masing kelompok dan meminta siswa untuk memilih nomor soal

secara acak.

Tahap keempat adalah permainan dengan mempresentasikan hasil diskusi.

Guru memberikan soal secara acak sesuai nomor yang dipilih para siswa. Siswa

mengerjakan soal tersebut dengan berdiskusi bersama kelompok masing-masing.

Setelah selesai siswa diharapkan untuk mempresentasikan jawaban mereka dan

siswa lain menaggapi.

Ketika guru mengumumkan jawaban yang benar dan masing-masing tim

dengan jawaban benar harus mengisi kartu horay dengan tanda benar (O) dan

lainnya mengisi tanda silang (X), dan memberi bintang kepada tim yang

mendapatkan tanda benar (O) berbentuk garis vertika/horizontal/ diagonal dan

memberikan penghargaan berupa hadiah kepada kelompok yang berhasil

membentuk banyak garis.

Tahap kelima adalah evaluasi. Dalam tahap ini, siswa bersama guru

mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung yaitu dengan

memberikan refleksi, umpan balik, serta penghargaan kepada siswa untuk

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

19

memotivasi siswa dalam proses belajar mulai dari tahap pertama hingga tahap

akhir.

Sejalan dengan implementasi di atas Bruce Joyce dan Marsha Weil

(1996:7) mengatakan model pembelajaran ini membantu siswa memperoleh

informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, dan sarana mengekspresikan diri.

Unsur model pembelajaran Joyce dan Weil (1986:14-15) mengemukakan bahwa

setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat

unsur berikut:

1. Sintak (syntax)

2. Sistem sosial (social system)

3. Prinsip reaksi (prinsiples of reaction)

4. Sistem pendukung (support system)

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marshal Weil

mengetengahkan empat kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) Model interaksi

sosial; (2) Model pengolahan informasi; (3) Model persona-humanistik; (4) Model

modifikasi tingkah laku.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk melaksanakan tugasnya secara

profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan

yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif,

kreatif, dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan.

2.4 Penerapan Pembelajaran CRH (Course Review Horay) Pada Materi Operasi

Hitung Pecahan.

Untuk melaksanakan pembelajaran CRH (Course Review Horay), guru perlu

melakukan persiapan yang memadai, agar pelaksanaannya berjalan dengan lancar

sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Kegiatan dalam

pembelajaran model CRH (Course Review Horay) yaitu untuk menyelesaikan

soal pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik,

yaitu:

1) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

20

2) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk

menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan

yang ditanyakan dengan suatu variabel,

3) Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah,

4) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan

5) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4).

Penerapan pembelajaran CRH (Course Review Horay) untuk meningkatkan

hasil pemahaman siswa pada materi operasi hitung pecahan adalah sebagai

berikut:

1. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar siswa

senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh.

2. Menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan metode pembelajaran klasik, kemudian

siswa diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru.

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil.

Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu siswa

agar melakukan transisi secara efisien sehingga pembelajaran dapat dimulai dengan

segera.

4. Membuat kartu atau lembaran kertas.

Untuk menguji pemahaman siswa,guru menyuruh siswa membuat kartu atau lembaran

kertas yang diserahkan kepada guru yang nantinya akan diisi nomor, kemudian

dikembalikan pada tiap-tiap kelompok;

5. Guru membacakan soal aritmatika sederhana.

Guru akan membacakan soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam

kartu atau kertas yang nomornya disebutkan guru.

6. Mendiskusikan soal-soal.

Setelah pembacaan soal dan jawaban yang telah ditulis oleh sisawa didalam kartu atau

lembaran kertas, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.

7. Bagi yang jawaban benar, siswa memberi tanda ceklist dan lansung berteriak horay atau

menyanyikan yel-yel yang dibuat atas dasar kesepakatan dari kelompoknya masing-

masing;

8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .

9. Guru memberikan hadiah (reward) pada siswa yang memperoleh nilai tinggi atau yang

banyak mengatakan horay.

10. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing;

11. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal peluang;

12. Guru memberikan kuis.

Dari langkah-langkah pembelajaran diatas, dapat kita ketahui kekurangan

dan kelebihan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Kelebihan : Siswa diajak untuk mampu menjelaskan kepada siswa lain satu

kelompoknya, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada di dalam pikirannya secara

spontanitas sehingga lebih memahami materi tersebut. Siswa dilatih untuk mampu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

21

bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. Siswa mampu berfikir dengan

cepat.

Kekurangan : Adanya kecurangan yang dilakukan siswa, dikarenakan posisi

duduk yang berkelompok sehingga guru tidak banyak mengontrol tiap kelompok,

siswa merasa lebih tertekan dibandingkan dengan mengerjakan soal masing-

masing sehingga dalam pembelajaran model CRH (Course Review Horay),

terdapat kesempatan yang sama bagi setiap anggota kelompok untuk berhasil.

Dukungan kelompok dalam belajar, dan tanggung jawab individual

digunakan untuk penampilan atau penentuan hasil akhir. Secara kongkrit

penerapan pembelajaran CRH (Course Review Horay), yakni sebagai berikut:

1. Mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara

belajar secara berkelompok;

2. Mengembangkan kecepatan berfikir siswa;

3. Menciptakan kelompok belajar;

4. Melakukan penilaian dengan cara memperhatikan suatu kelompok yang

sering mengatakan horay.

2.5 Motivasi Belajar

2.5.1 Pengertian Motivasi Belajar

Menurut James O Whittaker (Wasty Soemanto 2003: 205) motivasi adalah

keadaan yang mengaktifkan maupun memberikan dorongan kepada makhluk

untuk bertingkah laku agar mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi

tersebut.

Selanjutnya menurut Sadirman A.M. (2012:75) mengatakan motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar siswa dan

memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki

tercapai.

Berdasarkan dua pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa

motivasi memiliki pengertian yang sama yaitu menunjukkan suatu dorongan yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

22

timbul dari dalam diri seseorang dan menyebabkan orang tersebut mau bertindak

melakukan sesuatu guna tujuan yang diinginkan.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan oleh seseorang yang

mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas

belajar. Hal ini merupakan suatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuhkan

kebutuhannya. Segala yang menarik minat orang lain belum tentu dapat

membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan

dengan kepentingannya sendiri.

Menurut Prasetya Irawan dalam Agus Suprijono (2012: 162) mengutip hasil

penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar yaitu latar belakang, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, maka

faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik.

Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa konstribusi motivasi

sebesar 36%, sedangkan McClelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi

mempunyai konstribusi sampai 64% terhadap prestasi belajar.

Indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dalam Agus Suprijono

(2012: 163) dapat diklasifikasikan sebagi berikut :

a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b) Adanya dan dorongan kebutuhan dalam belajar.

c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

d) Adannya penghargaan dalam belajar.

e) Adanya kegiatan yang menarik dan menyenangkan dalam belajar.

f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta

didik dapat belajar dengan baik.

Dari pengertian motivasi belajar, dapat disimpulkan 3 fungsi motivasi

sebagai berikut:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi motivasi dalam hal ini sebagai motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

23

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Suprijono,

2009: 163-164).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud

motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dalam diri individu untuk

melakukan tindakan, sehingga mencapai hasil yang lebih baik dari pada hasil

sebelumnya. Hasil yang dimaksudkan disini adalah hasil belajar.

2.5.2 Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Dalam membicarakan aspek-aspek motivasi belajar, hanya dibahas dari dua

sudut pandang yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang disebut

“motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang disebut

“motivasi ekstrinsik” (Sardiman A.M. 2012: 89).

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsi

tanpa perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik

cenderung akan menjadi seseorang yang terdidik, berpengetahuan yang

mempunyai keahlian dalam bidang tertentu.

Untuk mendapatkan semuanya itu perlu belajar. Belajar adalah suatu cara

untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Sebenarnya motivasi

baik itu intrinsik maupun ekstrinsik adalah sesuatu yang abstrak dan tidak

dapat dilihat bentuknya.

Karena itu, pertanyaannya adalah bagaimana mengukur motivasi tersebut?

Uno (2011:23) menyebutkan bahwa untuk dapat mengetahui motivasi

instrinsik atau motivasi yang datang dari dalam diri seseorang dapat diukur

dengan: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya perangsang dari luar (Sardiman A.M. 2012: 89). Motivasi ekstrinsik

diperlukan agar siswa mau belajar. Guru harus dapat membangkitkan minat

siswa dengan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya. Kesalahan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

24

dalam menggunakan motif-motif ekstrinsik bukan menjadi pendorong, tetapi

menjadikan siswa malas belajar.

Untuk itu guru harus tepat dan benar dalam memotivasi siswa dalam

rangka proses interaksi belajar mengajar. Dalam pendidikan dan pengajaran, guru

bukan hanya berperan menjadi administator, demonstrator, pengelola kelas,

mediator, fasilitator, supervisor, dan evaluator, tetapi juga sebagai motivator dan

pembimbing.

Sebagai motivator guru berperan untuk mendorong siswa agar giat belajar.

Usaha ini dapat diusahakan guru dengan memanfaatkan bentuk-bentuk motivasi

sekolah agar dapat membangkitkan gairah belajar siswa. Menurut Djamah

(Samsudin 2003) ada enam hal yang dapat diusahakan guru yaitu:

1) Membangkitkan dorongan kepada siswa agar belajar.

2) Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat dilakukan

pada akhir pengajaran.

3) Memberikan ganjaran terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa

sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di

kemudian hari.

4) Membentuk kebiasaan belajar siswa secara individual maupun

kelompok.

5) Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.

6) Menggunakan metode yang bervariasi.

Selain Djamarah, Uno (2011:23) menyebutkan bahwa upaya agar siswa

dapat termotivasi untuk belajar, hal-hal di luar diri siswa yang dapat mendorong

dirinya untuk belajar antara lain:

1) Adanya penghargaan dalam belajar;

2) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan;

3) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Dari paparan di atas, dapat kita mengerti bahwa motivasi terjadi karena ada

dua hal. Pertama motivasi ada karena adanya keinginan dari dalam diri sendiri

untuk belajar. Motivasi jenis ini disebut juga dengan motivasi intrinsik, dan kedua

adalah motivasi belajar yang muncul dari dalam diri siswa untuk tertarik belajar

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

25

karena adanya dorongan dari pihak di luar dirinya yang disebut sebagai motivasi

ekstrinsik.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan motivasi intrinsik dan

ekstrinsik, untuk melihat motivasi belajar siswa. Khusus untuk motivasi intrinsik,

indikator yang akan digunakan untuk mengukur dua jenis motivasi belajar ini,

yaitu indikator yang disampikan oleh Uno (2011:23).

Sedangkan motivasi ekstrinsik indikator yang akan digunakan pada motivasi

belajar siswa adalah indikator yang disampaikan oleh Djamarah (2003). Untuk

mengukur motivasi belajar peneliti menggunakan angket, angket ini diberikan

setelah siswa diberikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran CRH

(Course Review Horay).

2.6 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 40-41), hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar

merupakan saat terselesikannya bahan.

Menurut Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:41), “Hasil

belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar”.

Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru dan mengatakan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung.

Menurut Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar

akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Pendapat beberapa para

ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dari hal yang

tidak mereka ketahui sebelumnya menjadi tahu.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

26

Hasil belajar digunakan guru untuk dijadikan tolak ukur atau kriteria dalam

mencapai tujuan dalam pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa telah

mampu memahami belajar dan dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku.

Menurut peneliti hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil

yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran

yang berupa data angka (hasil tes).

Hasil belajar diperoleh pada kegiatan akhir dalam bentuk pemberian

evaluasi terhadap siswa yang dilakukan di dalam kelas. Pengambilan hasil belajar

digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan belajar dan menunjukkan kompetensi

siswa melalui pengadaan tes bagi siswa.

2.6.1 Pengukuran Hasil Belajar Matematika

Menurut Sudjana (2013: 3), penilaian hasil belajar adalah proses pemberian

nilai terhadap hasil belajar yang di capai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini

mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.

Menurutnya ada tiga istilah yang merujuk pada aktivitas-aktivitas utama dalam

kegiatan penilaian/pengukuran kelas, yaitu (1) asesmen, (2) pengukuran dan (3)

evaluasi. Prosedur teknik yang dimaksud adalah teknik tes dan teknik nontes.

Menurut Chatterji dalam Supratiknya (2013: 4), aktivitas terakhir dalam

rangkaian kegiatan penilaian kelas adalah evaluasi, yaitu “a procces that comes

after measurement is completed. It involves making a value judgmentor

interpretation of the resulting data in a decision making context”.

Maksudnya, evaluasi merupakan proses sesudah pengumpulan data atau

informasi baik dengan teknik pengukuran (tes atau skala) maupun dengan teknik

asesmen lain selesai dilakukan bahkan sesudah data atau informasi tersebut selesai

diolah.

Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil belajar

adalah suatu pengukuran berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah

dilaksanakan dengan menggunakan istilah tiga aktivitas, yaitu: (1) asesmen, (2)

pengukuran, (3) evaluasi serta pengumpulan data atau informasinya dengan teknik

pengukuran tes dan skala.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

27

2.7 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dilakukan mengacupada penelitian-penelitian

terdahulu yang relevan, yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya.

1. Marteni Dewi, 2014 Penelitian berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif

Tipe CRH (Course Review Horay) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa

Kelas 5 SD Tahun Pelajaran 2013/2014. Kesimpulan dari hasil penelitian

tersebut adalah hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran CRH (Course Review Horay) dan kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas 5 SD di Gugus IV

Kecamatan Buleleng.

Berdasarkan hasil uji-t, diperoleh t hitung sebesar 4,46, sedangkan t tabel

dengan db = 37 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,74. Hasil perhitungan

tersebut menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel. Disamping itu,

rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok siswa yang belajar dengan

pembelajaran CRH (Course Review Horay) (21,83) lebih tinggi daripada

rata-rata skor kelompok siswa yang belajardengan model pembelajaran

konvensional (15,2).

2. Setyaningsih, 2014 Penelitian berjudul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil

Belajar Bentuk Pasar Dengan Metode CRH (Course Review Horay)

Berbantuan Media Gambar Kelas VIII SMP N 1 Bulu Kabupaten Sukoharjo.

Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah berdasarkan hasil penelitian

diperoleh aktivitas siswa siklus I sebesar 70,83% meningkat menjadi

87,50% pada siklus II.

Sedangkan aktivitas guru dalam siklus I sebesar 71,86% meningkat

menjadi 90,6% pada siklus II. Rata-rata hasil belajar kognitif

menunjukkan pada siklus I sebesar 72,67 meningkat menjadi 83,20 pada

siklus II. Sedangkan ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 70%

meningkat menjadi 83,33% pada siklus 2. Penelitian yang saya lakukan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

28

memiliki persamaan dengan penelitian Setyaningsih yaitu menggunakan

model CRH (Course Review Horay) dan hasil belajar.

3. Darmawati, Arnentis dkk. 2011 penelitian berjudul Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Tipe CRH (Course Review Horay) Untuk Meningkatkan Sikap

Ilmiah Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII.1 SMP Negeri 2

Pekanbaru Tahun Pelajaran 2011/2012.

Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah hasil menunjukkan bahwa

siklus I berarti sikap ilmiah siswa adalah 82,25 % (cukup), penyerapan rata-

rata siswa adalah 81,08 (cukup), ketelitian belajar siswa adalah 80,56 %

(cukup) dan kelompok penghargaan predikat yang super ada 4 kelompok.

Pada siklus kedua rata-rata sikap ilmiah siswa meningkat menjadi 90,99 %

(baik), penyerapan rata-rata siswa adalah 89,61 (baik), ketuntasan belajar

siswa adalah 100 % (sangat baik) dan Kelompok penghargaan yang super

predikat ada 2 kelompok. Penelitian yang saya lakukan memiliki persamaan

dengan penelitian Setyaningsih yaitu menggunakan model CRH (Course

Review Horay) dan hasil belajar.

Dari ketiga penelitian terdahulu, dapat dilihat perbedaan yang mencakup jelas

dari ketiga hasil penelitian tersebut. Dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan

pembelajaran kooperatif tipe CRH (Course Review Horay) dalam pembelajaran

mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar.

Serta pada hasil penelitian terdahulu jelas sekali perbedaan dengan penelitian

yang dilakukan saat ini yaitu belum memasukan variabel motivasi belajar. Dengan

demikian ada keterkaitan dalam penelitian yang dilakukan dengan peneliti

sebelumnya.

Hal ini memberikan kesempatan dan celah kepada penulis untuk memasukan

variabel motivasi dalam penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran yang

diteliti yakni mata pelajaran Matematika untuk SD kelas 5 dan dalam penelitian

ini, peneliti akan meneliti motivasi belajar dan hasil belajar.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

29

2.8 Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki situasi

pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas 5 SD Negeri Banyurip. Fakta yang

didapat mengenai suasana pembelajaran pada siswa disekolah ini adalah bahwa

guru masih mendominasikan pembelajaran. Akibatnya siswa kurang termotivasi

dalam belajar matematika, dan hasil belajarnya pun menjadi rendah.

Penelitian ini memilih pendekatan penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan dua siklus, dengan pemikiran bahwa evaluasi pada siklus pertama

akan menjadi catatan untuk dijadikan masukan pada siklus 2. Namun demikian uji

coba pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe CRH (Course Review

Horay) tetap dilanjutkan hingga tercapai kreteria KKM yaitu ≥ 65.

Pemilihan model pembelajarn Kooperatif tipe CRH (Course Review Horay)

dipilih berdasarkan situasi subjek penelitian yaitu siswa kelas 5. Pada usia ini,

siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan sudah bisa bekerja sama dan

berdiskusi dalam kelompok, dengan model kooperatif tipe CRH (Course Review

Horay) diharapakan bahwa pembelajaran akhirnya mendorong agar terjadi kerja

sama diantara siswa.

Model pembelajaran CRH (Course Review Horay) mengkombinasikan

keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual, model CRH

(Course Review Horay) dirancang untuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis

dan praktis dari sistem pengajaran individual. Mengadaptasi pengajaran terhadap

perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian

prestasi siswa.

Perlunya semacam individualisasi telah dipandang penting khususnya dalam

pelajaran matematika. Pembelajaran dari tiap kemampuan yang diajarkan

sebagian besar tergantung pada penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan.

Dengan membuat para siswa belajar dalam tim-tim pembelajaran

kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara

rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling

memberi dorongan untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

30

memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen

yang berasal dari tim-tim yang heterogen. Berikut dapat dilihat dalam Gambar 2.1

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir

(Arikunto :2010)

2.9 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan

adalah sebagai berikut:

a. Penerapan pembelajaran CRH (Course Review Horay) dalam pembelajaran

matematika kelas 5 SD Negeri Banyurip dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 ......9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Matematika, menurut Ruseffendi (Prihandoko: 2006), adalah

31

b. Penerapan pembelajaran CRH (Course Review Horay) dalam pembelajaran

matematika kelas 5 SD Negeri Banyurip dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Hal ini dikarenakan pembelajaran CRH (Course Review Horay) dipilih

berdasarkan situasi subyek penelitian yaitu siswa kelas 5. Pada usia ini, siswa

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan sudah bisa bekerja sama dan berdiskusi

dalam kelompok, dengan model koopertif tipe CRH (Course Review Horay)

diharapkan bahwa pembelajaran akhirnya mendorong agar terjadi kerja sama

diantara siswa.

Hal tersebut juga didukung dengan penerapan matematika yang dekat

dengan kehidupan siswa. Dalam pembelajaran CRH (Course Review Horay) siswa

menjadi sentral dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sedangkan

guru hanya sebagai mediator ataupun fasilitator yang bertugas untuk menyediakan

dan memenuhi kebutuhan siswa saat proses pembelajaran.

Pendekatan ini membutuhkan peningkatan peran guru untuk lebih

memotivasi siswa sehingga diharapkan pembelajaran CRH (Course Review

Horay) dapat digunakan sebagai usaha perbaikan atau sebuah tindakan untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.