bab ii isolasi dan diagnosis isolasi · pdf filepada kebanyakan trafo, minyak bumi (mineral...
TRANSCRIPT
Bab II
Isolasi dan Diagnosis Isolasi Transformator
2.1. Isolasi Transformator
Isolasi pada peralatan sistem tenaga berfungsi untuk memisahkan bagian -
bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan atau dapat juga
antara bagian bertegangan dengan bagian bertegangan lain agar diantara bagian
tersebut tidak terjadi lompatan listrik (flash over).
2.1.1. Isolasi Cair Pada Transformator
Dielektrik atau isolasi cair telah lama dipergunakan pada berbagai
peralatan seperti transformator, kapasitor, kabel, dan switchgear. Isolasi cair yang
saat ini dipergunakan diantaranya minyak mineral, minyak parafin,minyak silikon,
dan beberapa minyak lain termasuk yang sedang dikembangkan yaitu minyak
nabati.
Pada trafo isolasi cair yang digunakan yaitu isolasi cair minyak. Isolasi
cair minyak pada trafo mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai isolasi listrik
dan sebagai media pendingin. Sebagai isolasi listrik, minyak harus mampu
menahan medan listrik tinggi. Sebagai media pendingin, maka sifat-sifat transfer
panas, viskositas, titik bakar dan beberapa sifat thermal lainnya penting untuk
diperhatikan.
2.1.1.1. Minyak Sebagai Isolasi
Pada peralatan tegangan tinggi terdapat daerah-daerah yang memiliki beda
tegangan dengan level yang cukup tinggi mencapai ratusan kilovolt. Jika antara
bagian yang berpotensial tinggi dengan bagian yang berpotensial rendah terjadi
hubungan singkat dapat menimbulkan arus yang tinggi sehingga dapat merusak
6
trafo dan juga dapat merusak peralatan-peralatan lain yang terhubung dengan
trafo tersebut. Minyak sebagai bahan isolasi trafo harus mampu menahan stress
medan listrik yang lebih tinggi agar trafo dapat beroperasi dengan normal. Dalam
fungsinya sebagai isolasi maka minyak haruslah mempunyai kekuatan dielektrik
yang tinggi, faktor rugi-rugi kecil dan resistivitas yang tinggi.
2.1.1.2. Minyak Sebagai Pendingin
Pada Trafo pemanasan dapat timbul akibat adanya rugi-rugi energi pada
belitan dan inti besi. Proses pemanasan pada trafo ini akan berlangsung secara
berkelanjutan selama pengoperasiannya dan akan menyebabkan kenaikan
temperatur pada belitan dan inti besi. Jika proses pemanasan ini tidak diimbangi
dengan proses pendinginan, maka akan terjadi pemanasan berlebih yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada trafo. Adanya minyak sebagai cairan
pengisi dalam trafo dapat membantu proses pendinginan belitan dan inti. Salah
satu kelebihan minyak yaitu dapat mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi
serta secara serentak melalui proses konversi energi dapat menyalurkan sekaligus
mereduksi panas yang timbul akibat rugi energi.
Pada kebanyakan trafo, minyak bumi (mineral oil) merupakan salah satu
media yang paling banyak digunakan karena kemampuannya dalam menyerap dan
mereduksi panas dalam trafo yang sangat baik. Namun seiiring berjalannya waktu,
minyak trafo akan mengalami proses penuaan (ageing) yang akan menyebabkan
degradasi. Oleh sebab itu, untuk menjaga kondisi minyak agar lebih tahan lama,
seringkali digunakan metode sirkulasi paksa (forced) dengan pompa. Metode
sirkulasi paksa merupakan minyak yang disirkulasikan keluar permukaan trafo
dan melewati proses pendinginan di luar kemudian disirkulasikan kembali ke
dalam trafo.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan laju penyaluran
panas pada minyak antara lain kapasitansi panas dan konduktivitas termal.
7
2.1.1.3 Struktur Kimia Minyak [1]
Pada dasarnya minyak trafo tersusun atas senyawa-senyawa hidrokarbon
dan non hidrokarbon.
2.1.1.3.1. Senyawa Hidrokarbon Senyawa Hidrokarbon adalah senyawa kimia yang terdiri atas unsur-unsur
hidrogen (H) dan karbon (C). Senyawa hidrokarbon merupakan bagian terbesar
dari minyak. Senyawa ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu
senyawa parafin, senyawa napthena, dan senyawa aromatik.
1. Senyawa Parafin
Parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang mempunyai rantai karbon
lurus atau bercabang. Dalam kimia organik dikenal sebagai senyawa dengan
rantai terbuka atau senyawa alifatis.
2. Senyawa Napthena
Senyawa napthena digolongkan sebagai senyawa hidrokarbon yang
mempunyai rantai tertutup atau struktur berbentuk cincin. Senyawa ini dikenal
pula sebagai senyawa alisiklis. Masing-masing cincin dapat berisi lima atau enam
atom karbon.Senyawa napthena dapat berupa monosiklik, disiklik, dan seterusnya
tergantung pada jumlah cincin yang dimilikinya. Pada masing-masing cincin pula
terhubung satu atau lebih rantai lurus atau berantai bercabang.
3. Senyawa Aromatik
Senyawa ini memiliki satu atau lebih cincin aromatik yang dapat
bergabung dengan cincin alisiklik. Beberapa senyawa aromatik berfungsi sebagai
penghambat oksidasi (inhibitor) dan penjaga kestabilan. Jika jumlahnya terlalu
banyak akan bersifat merugikan yaitu berkurangnya kekuatan dielektrik, serta
berkurangnya kekuatan dielektrik, serta berkurangnya sifat pelarutan minyak
terhadap isolasi padat di dalamnya.
8
2.3.1.2.Senyawa Non Hidrokarbon
Senyawa non hidrokarbon yang terdapat dalam minyak trafo adalah
substansi asphalt / ter, senyawa organik yang mengandung belerang dan nitrogen,
asam napthen, ester, alkohol dan senyawa organometalik.
1. Ter
Selama proses pemurnian minyak isolasi, sebagian besar ter dihilangkan.
Pada minyak hasil pemurnian ini hanya ter dengan konsentrasi rendah yaitu 2 -
2,5% berat. Walaupun jumlahnya sangat sedikit, beberapa jenis senyawa ini
mempunyai pengaruh pada sifat kerja minyak trafo. Senyawa ini memberikan
warna yang khas pada minyak. Ter juga dapat mempercepat oksidasi.
Ter diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ter netral , senyawa yang larut dalam minyak eter yang berwujud cair atau
semi cair dengan massa jenis sekitar satu.
b. Asphaltena, substansi padat yang tidak larut dalam minyak eter tetapi larut
dalam benzena , senyawa benzena seri, kloroform dan karbon disulfida.
c. Karbena , substansi yang tidak larut dalam pelarut konvensional tetapi
dapat larut sebagian dalam pridin dan karbon disulfida.
2. Senyawa Sulfur (Belerang)
Senyawa sulfur selalu terdapat pada semua minyak mentah, jumlahnya
bervariasi mulai lebih kecil dari 1 % sampai dengan 20 % berat. Senyawa ini
mempunyai pengaruh pada sifat-sifat minyak dan turut menentukan proses yang
diperlukan untuk mengolah minyak. Bagian dari hasil penyulingan minyak yang
mempunyai titik didih rendah hampir semua senyawa sulfur terdapat didalamnya,
tetapi untuk hasil penyulingan yang mempunyai titik didih di atas 200 oC
kebanyakan mengandung senyawa sulfur dengan struktur siklis.
Beberapa senyawa belerang yang terdapat di dalam minyak bersifat
korosif dan tidak stabil. Oleh karena itu dalam proses destilasi minyak diusahakan
untuk menghilangkan atau menekan jumlah senyawa belerang agar korosi dapat
dicegah atau dikurangi.
9
3. Senyawa Nitrogen
Jumlah senyawa nitrogen yang terkandung dalam minyak cukup kecil,
yaitu kurang dari 0,8 %. Walaupun senyawa ini sangat sedikit terdapat dalam
minyak, senyawa ini memegang peranan yang sangat penting pada proses oksidasi
yang bersifat katalis sehingga kehadirannya tidak diharapkan.
4. Asam Napthena dan Senyawa yang Mengandung Oksigen
Asam napthena juga terdapat dalam minyak bumi dalam jumlah cukup
besar. Sebagian besar diantaranya terbuang selama proses pemurnian minyak
sehingga jumlahnya tinggal sedikit sekali sekitar 0,02 %. Disamping asam-asam
napthena,minyak juga mengandung asam-asam dari senyawa alifatik dan aromatik
dalam jumlah yang kecil sekali, selain itu masih terdapat pula senyawa ester ,
alkohol , keton , dan peroksida.
5. Senyawa yang Mengandung Logam
Isolasi cair dapat mengandung garam-garam dari asam organik dan
senyawa metal kompleks. Minyak juga mengandung logam besi, tembaga ,
aluminium , titanium, kalsium, molibdeum, timah ,magnesium , krom, dan perak
walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit.
1.5.1. Isolasi Padat Pada Transformator
Secara umum isolasi padat mempunyai sifat dielektrik yang baik,
mempunyai kemampuan mekanik dan dapat menjadi protektor terhadap
lingkungan. Isolasi padat mempunyai berbagai keuntungan diantaranya bersifat
self supporting (tidak perlu didukung) dan tidak perlu wadah. Beberapa
kelemahan isolasi padat diantaranya recovery sifat isolasinya sangat rendah
sehingga sekali mengalami tembus maka sudah tidak dapat dipergunakan lagi dan
fungsi sebagai pedingin kurang baik.
Pada trafo, isolasi padat terdapat pada belitan. Tujuan isolasi pada belitan
yaitu untuk mengisolasi masing-masing belitan terhadap belitan yang lainnya,
sehingga tidak terjadi flashover antar belitan. Biasanya dalam aplikasinya Trafo
menggunakan Kertas sebagai bahan isolasi padat.
10
Kertas terbuat dari bahan baku selulosa. Kertas untuk dielektrik biasanya
diproses dari pulp kayu kraft yang berasal dari konifer, kayu lunak atau pinus.
Selulosa mempunyai rumus kimia (C6H12O5)n yang merupakan polimer dengan
berat molekul tinggi yang terdiri dari daerah kristalin yang bergabung dengan
bagian amorphous. Secara umum selulosa mempunyai ikatan linear. Nam