bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan mutakhir (state of ... · dari bahan isolasi, minyak harus...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review)
Transformator memiliki peranan yang penting didalam sistem kelistrikan
di Gardu Induk Pesanggaran, oleh karena itu dibutuhkan pengaman yang dapat
melindungi transformator dari arus pembangkitan lebih. Beberapa penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya terkait dengan sistem proteksi transformator tersebut,
dijadikan sebagai acuan (referensi) untuk pembahasan pada skripsi ini. Hal ini
dilakukan bertujuan untuk menentukan batasan – batasan masalah yang akan
dibahas pada penelitian ini. Adapun beberapa tinjauan mutakhir dari referensi
penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pada penelitian yang berjudul “Analisis Implementasi Rele OGS sebagai
proteksi sistem 500 kV di Suralaya – Balaraja dan Suralaya – Cilegon” oleh
Bagus (2012) dengan metode simulasi. Jurnal ini membahas tentang adanya
kehilangan daya pada PLTU Suralaya sehingga menggunakan rele OGS
(Over Generator Shedding) sebagai proteksi. Untuk menganalisa
implementasi rele OGS (Over Generator Shedding) sebagai proteksi, maka
digunakan analisa aliran daya yang disimulasikan dengan software ETAP
6.0, dimana dengan software ini dapat mensimulasikan kondisi transmisi
dalam keadaan normal dan dalam kondisi terjadi gangguan sehingga
diketahui tingkat kehandalan suatu sistem proteksi dalam mengamankan
jaringan transmisi.
2. Pada penelitian yang berjudul “Analisis Over Generation Shedding (OGS)
Pada Subsistem Cibinong 150 Kv Dan 70 kV” oleh Anshari (2015) dengan
metode simulasi. Jurnal ini membahas tentang pengaruh pelepasan
pembangkit terhadap stabilitas sudut rotor di subsistem Cibinong, Jawa
Barat. Tugas akhir ini jugamenyelediki setting proteksi pada skema
pelepasan pembangkit. Gangguan tiga fasa pada salah satu sirkuit transmisi
disimulasikan dan studi kasus yang pertama mengamati pengaruh skema
Over Generation Shedding (OGS) terhadap stabilitas sudut rotor.
5
Berdasarkan hasil perhitungan, semakin besar generator yang lepas maka
akan semakin jauh sudut rotor berayun. Sudut rotor dari masing-masing
generator dapat kembali stabil setelah Rele OGS bekerja pada keadaan
pembangkitan berlebih akibat penurunan beban secara tiba-tiba, hal ini
menyebabkan semakin banyaknya aliran daya ke sistem interkoneksi 500
kV Jawa-Bali yang mengakibatkan saluran transmisi mendapat beban
tambahan.
3. Pada penelitian yang berjudul “Studi Pengaruh Pemasangan Load Shedding
di Gardu Induk Pemecutan Kelod dan Gardu Induk Nusa Dua Terhadap
Kontinyuitas Aliran Daya Gardu Induk Nusa Dua” oleh Subakat (2014)
dengan metode analisis perhitungan. Dalam tugas akhir ini membahas
tentang analisa setting arus, waktu serta koordinasi rele OCR (Over Current
Relay) dan OLS (Over Load Shedding). Analisa setting rele dilakukan
dengan analisa arus gangguan hubung singkat tiga fasa simetris
menggunakan program ETAP Power Station. Dengan perhitungan manual
didapatkan nilai setting arus, waktu tunda dan waktu kerja rele OCR dan
OLS tersebut. Selanjutnya hasil setting dan waktu kerja kedua rele tersebut
akan dibandingkan.
4. Pada penelitian yang berjudul “Analisis Koordinasi Setting Rele Pengaman
Akibat Uprating Transformator di Gardu Induk Gianyar” Eko Putra (2015)
dengan metode analisis perhitungan. Dalam tugas akhir ini membahas
tentang setting rele OCR (Over Current Relay) dan GFR (Ground Fault
Relay) serta nilai arus hubung singkat tiga fasa, dua fasa, satu fasa dan satu
fasa ketanah dengan sistem tegangan 150/20 kV di bus 20 kV akibat
uprating transformator 30 MVA menjadi 60 MVA di Gardu Induk Gianyar.
Hasil analisis pada transformator 30 MVA dan 60 MVA mempunyai
koordinasi setting pengaman yang baik karena ditandai dengan tidak adanya
persilangan atau bersinggungan antara grafik di penyulang, kopel, sekunder,
primer 150 kV.
6
Berdasarkan tinjauan mutakhir tersebut, maka dilakukan penelitian yang
memiliki keterkaitan dengan analisis menggunakan metode analisis perhitungan
dan juga objek penelitian yang sama yaitu pada setting OGS dan OCR. Referensi
tersebut akan digunakan untuk menentukan batasan-batasan masalah lebih lanjut
dan untuk bahan acuan dalam mempelajari bagaimana sistem OGS tersebut
bekerja, sehingga bisa dilakukan perhitungan setting arus dan waktu kerja pada
Rele OGS tersebut dalam penulisan skripsi ini. Dalam penelitian yang berjudul
“Studi Analisis Setting Rele OGS Sebagai Pengaman Unit Transformator 3 Untuk
Menjaga Kontinyuitas Aliran Daya Di Gardu Induk Pesanggaran” akan dibahas
mengenai setting OGS dan OCR yang berfungsi pengaman pada Transformator 3
di GI Pesanggaran. Dalam penelitian ini akan dihitung setting arus kerja dan
waktu kerja Rele OGS, selain itu Rele OCR juga akan dihitung setting arus dan
waktu kerjanya. Setelah mendapatkan hasil setting, kemudian akan dilakukan
koordinasi masing – masing rele proteksi agar dapat melakukan proteksi pada
Transformator 3 agar Transformator 3 tidak bekerja melebihi batas normal kerja
Transformator sebesar 85 %.
2.2 Tinjauan Pustaka
Dari pemaparan sebelumnya diperlukan adanya teori dasar untuk dapat
mendukung dan lebih mendalami pembahasan dan penelitian yang akan dilakukan
pada Skripsi ini.
Sistem Tenaga Listrik
Secara umum sistem tenaga listrik tediri dari beberapa komponen dasar
yakni pusat pembangkit listrik (Power Plant), transmisi tenaga listrik, sistem
distribusi dan beban. Pusat pembangkit (Power Plant) merupakan tempat energi
listrik pertama kali dibangkitkan, dimana terdapat turbin sebagai penggerak mula
(Prime Mover) dan generator yang membangkitkan listrik. Setelah energi listrik
tersebut dibangkitkan maka akan dilakukannya proses transmisi tenaga listrik
yang merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga
listrik (Power Plant) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumen pengguna
listrik melalui sistem distribusi. Sistem distribusi merupakan subsistem tersendiri
7
yang terdiri dari pusat pengatur (Distribution Control Center, DCC), saluran
tegangan menengah (20 kV, yang juga biasa disebut tegangan distribusi primer)
yang merupakan saluran udara atau kabel tanah, gardu distribusi tegangan
menengah yang terdiri dari panel-panel pengatur tegangan menengah dan
transformator sampai dengan panel-panel distribusi tegangan rendah (380V,
220V) yang menghasilkan tegangan kerja atau tegangan jala-jala yang nantinya
disalurkan ke beban untuk industri dan konsumen. Ketentuan dasar sistem tenaga
listrik : (Standar IEC dan IEEE)
1. Menyediakan setiap waktu, tenaga listrik untuk keperluan konsumer.
2. Menjaga kestabilan nilai tegangan
3. Menjaga kestabilan frekuensi
4. Kualitas daya listrik yang baik
5. Standar keamanan (safety)
6. Respek terhadap lingkungan
Gambar 2.1 Diagram satu garis sistem distribusi tenaga listrik
Sumber : (Malik , 2009)
Pada gambar 2.1 memperlihatkan suatu sistem tenaga listrik dari
pembangkit sampai ke konsumen. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit
8
pembangkit sebelum disalurkan melalui saluran transmisi biasanya dinaikkan
tegangannya menjadi 500 kV atau 150 kV dengan transformator penaik tegangan.
Dari sistem transmisi kemudian diturunkan lagi di Gardu Induk menjadi tegangan
menengah atau tegangan distribusi primer 20 kV. Untuk dapat didistribusikan
langsung kepada konsumen, tegangan menengah ini kembali diturunkan menjadi
tegangan rendah 380/220 V pada Gardu Distribusi yang kemudian disalurkan
menuju konsumen.
2.3 Transformator Tenaga
Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang tidak
mempunyai bagian yang bergerak, berfungsi untuk menyalurkan tenaga / daya
listrik dengan merubah besaran tegangannya, sedangkan frequensinya tetap.
Untuk menggunakan transformator, energi listrik dapat ditransfer dari satu
rangkain ke rangkaian lain tanpa melalui hubungan fisik diantara dua rangkaian.
Transfer daya tersebut dilakukan sepenuhnya oleh rangkaian medan magnet.
Penggunaan transformator dalam sistem tenaga listrik memungkinkan terpilihnya
tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan, misalnya
kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.
Berdasarkan tegangan operasinya dapat dibedakan menjadi transformator
transmisi mengubah tegangan tinggi dari 150 kV menjadi tegangan menengah 20
kV, sedangkan trafo distribusi mengubah tegangan menengah 20 kV menjadi
tegangan rendah 380/220 Volt yang selanjutnya disalurkan melalui jaringan
tegangan rendah (JTR) ke konsumen satu phasa atau tiga phasa(PT PLN, 2014).
2.3.1 Komponen Utama Transformator Tenaga
Komponen utama transformator tenaga terdiri dari bagian-bagian
diantaranya inti besi, kumparan transformator, minyak transformator, bushing,
tangki konservator, peralatana Bantu pendinginan transformator, tap changer dan
alat pernapasan (dehydrating breather).
1. Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, magnetik yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-
9
lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi
besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current.
2. Kumparan transformator
Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang
membentuk suatu kumparan atau gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari
kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi
maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan
lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
Gambar 2.2 Konstruksi belitan transformator
Sumber: (Solikhudin, 2010)
Gambar 2.3 Gambaran fisik belitan transformator tenaga
Sumber : (Solikhudin, 2010)
Gambar 2.4 Komponen-komponen internal transformator
Sumber : (Solikhudin, 2010)
10
3. Minyak transformator
Minyak transformator merupakan salah satu bahan isolasi cair yang
dipergunakan sebagai isolasi dan pendingin pada transformator. Sebagai bagian
dari bahan isolasi, minyak harus memiliki kemampuan untuk menahan tegangan
tembus, sedangkan sebagai pendingin minyak transformator harus mampu
meredam panas yang ditimbulkan, sehingga dengan kedua kemampuan ini maka
minyak diharapkan akan mampu melindungi transformator dari gangguan.
4. Bushing
Bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator merupakan
alat penghubung antara kumparan transformator dengan jaringan luar. Bushing
sekaligus berfungsi sebagai penyekat/isolator antara konduktor tersebut dengan
tangki transformator.
5. Tangki Konservator
Tangki konservator berfungsi untuk menampung minyak cadangan dan
uap/udara akibat pemanasan transformator karena arus beban. Diantara tangki dan
transformator dipasangkan rele bucholzt yang akan meyerap gas produksi akibat
kerusakan minyak .Untuk menjaga agar minyak tidak terkontaminasi dengan air,
ujung masuk saluran udara melalui saluran pelepasan/venting dilengkapi media
penyerap uap air pada udara, sering disebut dengan sillica gell dan dia tidak
keluar mencemari udara disekitarnya.
6. Peralatan Bantu Pendinginan Transformator
Peralatan bantu pendinginan transformator ini berfungsi untuk menjaga
agar transformator bekerja pada suhu rendah. Pada inti besi dan kumparan –
kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi tembaga. Maka panas tersebut
mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, ini akan merusak isolasi, maka
untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan tersebut transformator perlu
dilengkapi dengan alat atau sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar
transformator. Secara alamiah media pendingin (minyak isolasi) mengalir karena
perbedaan suhu tangki minyak dan sirip-sirip transformator (Radiator). Untuk
mempercepat pendinginan transformator dilengkapi dengan kipas yang dipasang
11
di radiator transformator dan pompa minyak agar sirkulasi minyak lebih cepat dan
pendinginan lebih optimal.
7. Tap Changer
Tap Changer berfungsi untuk menjaga tegangan keluaran yang diinginkan
dengan input tegangan yang berubah-ubah. Kualitas operasi tenaga listrik jika
tegangan nominalnya sesuai ketentuan, tapi pada saat operasi dapat saja terjadi
penurunan tegangan sehingga kualitasnya menurun, untuk itu perlu alat pengatur
tegangan agar tegangan selalu pada kondisi terbaik, konstan dan berkelanjutan.
Ditinjau dari cara pengoperasiannya, tap changer terdiri dari dua tipe yaitu on-
load yang bekerja secara otomatis jika merasakan tegangan kurang/lebih dan
off-load yang dapat dipindah tap hanya jika transformator tidak
berbeban/bertegangan.
8. Alat pernapasan (Dehydrating Breather).
Sebagai tempat penampungan pemuaian minyak isolasi akibat panas yang
timbul, maka minyak ditampung pada tangki yang sering disebut sebagai
konservator. Pada konservator ini permukaan minyak diusahakan tidak boleh
bersinggungan dengan udara, karena kelembaban udara yang mengandung uap air
akan mengkontaminasi minyak walaupun proses pengkontaminasinya
berlangsung cukup lama. Untuk mengatasi hal tersebut, udara yang masuk
kedalam tangki konservator pada saat minyak menjadi dingin memerlukan suatu
media penghisap kelembaban, yang digunakan biasanya adalah sillica gell.
Kebalikan jika transformator panas maka pada saat menyusut maka akan
menghisap udara dari luar masuk kedalam tangki dan untuk menghindari
terkontaminasi oleh kelembaban udara maka diperlukan suatu media penghisap
kelembaban yang digunakan biasanya adalah sillica gell, yang secara khusus
dirancang untuk maksud tersebut.
2.3.2 Penentuan Kapasitas Transformator
Penentuan kapasitas dari sebuah transformator harus berdasarkan beban
yang dilayani yang mengacu pada SPLN 17 : 1979, dimana dalam hal ini
persentasi pembebanan transformator harus mendekati 85% kapasitas
12
transformator. Jika beban trafo terlalu besar maka dilakukan penggantian trafo,
penyisipan trafo atau mutasi trafo (trafo yang melayani beban kecil dimutasikan
kebeban besar, dan begitu sebaliknya). Mutasi antar Trafo dapat dilakukan setelah
hasil pengukuran beban diperoleh(Warman, 2004).
2.4 Dasar - Dasar Sistem Pengaman
Secara umum rele pengaman harus bekerja sesuai dengan yang
diharapkan dengan waktu yang cepat sehingga tidak akan mengakibatkan
kerusakan, dan mencegah meluasnya pemadaman bagi konsumen. rele pengaman
adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan atau
mengukur adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidaknormalan pada
perlatan atau bagian sistem tenaga listrik dan segera secara otomatis memberi
perintah untuk membuka pemutus tenaga untuk memisahkan peralatan atau
bagian dari sistem yang terganggu dan memberi isyarat berupa lampu dan bel
rele pengaman dapat merasakan atau melihat adanya gangguan pada peralatan
yang diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran - besaran yang
diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut fase, frekuensi, impedansi dan
sebagainya dengan besaran yang telah ditentukan, dan selanjutnya mengambil
keputusan untuk seketika ataupun dengan perlambatan waktu membuka pemutus
tenaga. Pemutus tenaga umumnya dipasang pada generator, transformator daya,
saluran transmisi, saluran distribusi dan sebagainya supaya masing - masing
bagian sistem dapat dipisahkan sedemikian rupa sehingga sistem lainnya tetap
dapat beroperasi secara normal.
2.4.1 Sistem Pengaman
Sistem pengaman merupakan suatu komponen yang dipasang pada suatu
sistem tenaga listrik untuk kondisi abnormal. Kondisi abnormal dapat berupa
tegangan lebih, hubung singkat, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.
Pada sistem proteksi terdapat peralatan yang disebut rele gunanya sebagai
pendeteksi serta pemberi perintah kepada circuit breaker untuk memutuskan
rangkaian jika sistem mengalami suatu gangguan.
13
Sistem proteksi pada umumnya terdiri dari beberapa komponen yang
dirancang untuk mengidentifikasi kondisi sistem dan bekerja berdasarkan
informasi yang diperoleh dari sistem yaitu arus, tegangan, atau sudut fasa antara
keduanya. Informasi diperoleh untuk membandingkan besarannya dengan besaran
ambang batas pada peralatan proteksi. Jika besaran melebihi setting ambang batas
peralatan proteksi maka sistem proteksi akan bekerja dan mengamankan kondisi
tersebut. Waktu pemutusan gangguan merupakan waktu total yang dibutuhkan
peralatan proteksi sampai terbukanya pemutus tenaga atau disebut fault clearing
time.
Tc = Tp+Td+Ta……………………………………………....……..……………..… (2.1)
Keterangan :
Tc = clearing time
Tp = comparison time
Td = decision time
Ta = action time, including circuit breaker operating time
Waktu pemutus gangguan merupakan salah satu faktor yang sangat
penting karena peralatan proteksi harus dikoordinasikan waktunya dengan
peralatan proteksi lain agar hanya peralatan proteksi yang paling dekat dengan
gangguan saja yang bekerja(Mardensyah, 2008).
2.4.2 Fungsi Rele Pengaman
Dari uraian dasar – dasar sistem pengaman maka rele pengaman pada
sistem tenaga listrik berfungsi untuk :
1 Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta
memisahkan secepatnya sistem lainnya yang tidak terganggu dapat beroperasi
secara normal.
2 Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
3 Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain yang tidak
terganggu didalam sistem tersebut serta mencegah meluasnya gangguan.
14
2.4.3 Syarat - Syarat Rele Pengaman
Untuk melaksanakan fungsinya maka rele pengaman harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Waktu kerja rele cepat
Rele pengaman harus dapat bekerja dengan cepat memisahkan/mengisolir
pada saat terjadi gangguan sehingga dapat mengurangi atau mencegah jumlah
kerusakan yang lebih fatal dari suatu sistem maupun peralatan, membantu
menjaga stabilitas dari mesin - mesin yang sedang bekerja paralel dan mengurangi
total energi listrik yang tidak tersalurkan. Gangguan tiga fasa lebih berpengaruh
pada kemampuan sistem untuk mempertahankan kestabilan sehingga waktu
penyelesaian gangguan harus secepat mungkin. Interval waktu kerja sistem
pengaman dengan memisahkan seksi yang terganggu dari sistem yang tidak
terganggu adalah merupakan jumlah antar waktu kerja rele pengaman dengan
waktu kerja mekanik penggerak dari circuit breaker.
2. Selektif
Suatu rele pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian dari
sistem tenaga listrik dalam jangkauan pengamanannya. Letak Pemutus Tenaga
(PMT) sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari sistem dapat dipisah-
pisahkan. Maka tugas dari rele pengaman adalah mendeteksi adanya gangguan
yang terjadi pada daerah pengamanannya, dan dengan segera memberi perintah
untuk memisahkan rangkaian dari sistem dengan membuka/mentripkan pemutus
tenaga (PMT) yang paling dekat dengan titik gangguan tersebut sehingga sistem
yang lain yang tidak terganggu dapat beroperasi dengan normal. Jika hal ini dapat
direalisir, maka pengaman yang demikian disebut pengaman yang selektif.
Dengan kata lain, pengaman dikatakan selektif, bila rele pengaman yang bekerja
hanyalah pada daerah yang terganggu saja.
3. Reliable (dapat diandalkan)
Bila sistem dalam kondisi normal, rele tidak akan merasakan adanya
kondisi abnormal maka rele tidak bekerja, mungkin berbulan - bulan, atau
bertahun - tahun. Tetapi bila pada suatu saat ada gangguan maka rele harus
bekerja dengan segera memberi perintah membuka/men-trip PMT untuk
15
menghindari pemadaman yang meluas. Dalam hal ini yang harus dapat
diandalkan bukan hanya rele saja, tetapi harus didukung oleh komponen -
komponen sistem pengaman yang lain. Keandalan rele pengaman itu ditentukan
mulai dari rancangan, pengerjaan, bahan yang digunakan dengan perawatannya.
Oleh karena itu diperlukan perawatan yang dalam hal ini perlu adanya pengujian
secara periodik.
4. Sensitif (peka)
Rele pengaman harus dapat mendeteksi gangguan sekecil mungkin
sehingga gangguan tersebut dapat segera terlokalisir. Sensitifitas rele pengaman
dalam hal merespon berbagai jenis hubung singkat (tiga fasa, fasa ke fasa, fasa ke
tanah, dll) ditentukan tergantung dari arus hubung singkat minimum yang terjadi.
5. Ekonomis
Dalam menentukan peralatan pengaman yang akan digunakan harus
ditinjau dari segi ekonomi-teknisnya. Untuk mendapatkan penyetelan yang
memenuhi semua kriteria tersebut adakalanya sulit dicapai, yaitu terutama antara
selektif dan cepat, sehingga adakalanya harus diadakan kompromi. Kita sadari
pula bahwa sistem pengaman tidak dapat sempurna walaupun sudah diusahakan
pemilihan jenis rele yang baik dan penyetelan yang baik, tetapi adakalanya masih
gagal bekerja.
Hal - hal yang dapat menimbulkan kegagalan sistem pengaman adalah sebagai
berikut :
a. Kegagalan pada relenya sendiri.
b. Kegagalan suplai arus atau tegangan dari transformator ke rele terbuka atau
terhubung singkat.
c. Kegagalan sistem suplai arus searah untuk triping pemutus tenaga. Hal ini
disebabkan baterai lemah karena kurang perawatan, terbukanya atau terhubung
singkat rangkaian arus searah.
d. Kegagalan pada pemutus tenaga. Kegagalan ini dapat disebabkan karena
kumparan trip tidak menerima suplai, kerusakan mekanis, ataupun kegagalan
pemutusan arus karena besarnya arus hubung singkat melampaui kemampuan
dari pemutus tenaganya.
16
2.5 Bagian - Bagian Sistem Pengaman
Sistem pengaman pada sistem tenaga listrik umumnya dapat dibagi
menjadi tiga sub sistem, yaitu :
a. Rele.
b. Transduser (current transformer dan voltage transformer).
c. Pemutus tenaga (circuit breaker).
Konfigurasi suatu sistem pengaman yang sederhana ditunjukan oleh gambar 2.5.
Gambar 2.5 Sistem pengaman sederhana
2.5.1 Rele
Rele pengaman merupakan skema atau rangkaian yang mampu merespon
terhadap adanya suatu gangguan atau kesalahan dalam sistem tenaga listrik dan
secara otomatis memutuskan hubungan peralatan yang terganggu atau
memberikan sinyal (alarm). Sebagaimana telah dijelaskan bahwa terjadinya
hubung singkat dapat mengakibatkan gangguan yang besar terhadap operasi
sistem yang normal (kerusakan peralatan, drop tegangan dan lain - lain), untuk
itu semua rele pengaman dirancang untuk memutuskan elemen sistem yang
mengalami gangguan.
Secara sederhana pengertian rele adalah sebuah komponen elektronika
berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip rele
merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi. Rele ini sangat
bervariasi jenisnya tergantung dari pemakaian atau fungsi rele itu sendiri. Dalam
pembahasan ini penulis lebih banyak membahas rele pengaman pada
Rele
TC
17
transformator tenaga yang berfungsi sebagai pelindung atau pengaman
transformator tenaga dari gangguan internal dan eksternal.
Cara kerja dari rele ini khususnya jenis elektromagnetis adalah ketika
dialiri arus listrik melalui koil (energized), lalu menimbulkan medan magnet
disekitarnya sehingga menarik armature yang berpegas dan kontak akan menutup
sehingga posisi saklar yang ada dalam rele tersebut berubah jadi tertutup dan
menghasilkan arus listrik yang besar. Disinilah keuntungan dari rele tersebut.
Rele juga didesain untuk memberikan sinyal atau alarm apabila terjadi over load
atau hubung singkat yang tidak terlalu membahayakan elemen sistem yang
terganggu maupun sistem secara keseluruhan, sehingga mencegah pemutusan
suplai tenaga listrik kepada konsumen.
Karakteristik operasi dari suatu rele tergantung dari besaran - besaran
yang diberikan padanya, misalnya arus atau tegangan atau berbagai kombinasi
dari kedua besaran ini dan juga dengan cara bagaimana rele tersebut didesain
untuk memberi respon terhadap informasi - informasi ini.
Secara umum fungsi dari rele ini antara lain sebagai :
1. Remote control yaitu dapat menyalakan atau mematikan peralatan dari jarak
jauh
2. Penguatan daya
3. Pengatur logika control suatu sistem
4. Metering atau pengukuran
5. Serta sebagai pengaman atau pengaman
Beberapa keuntungan pemakaian rele antara lain :
1. Dapat mengontrol sendiri arus serta tegangan listrik yang diinginkan.
2. Dapat memaksimalkan besarnya tegangan listrik sehingga mencapai batas
maksimalnya.
3. Dapat menggunakan saklar atau koil lebih dari 1 sesuai kebutuhan.
Rele terdiri dari koil dan kontak. Koil adalah gulungan kawat yang
mendapat arus listrik sedangkan kontak adalah sejenis saklar yang pergerakannya
tergantung dari ada tidaknya arus listrik yang mengalir pada koil. Kontak secara
umum ada 2 jenis :
18
a) Normally open (kondisi awal terbuka)
b) Normally close (kondisi awal tertutup)
Hal yang dijelaskan diatas hanya berlaku pada rele elektromagnetik yang
menggunakan medan magnet sebagai penggeraknya yang terlebih dahulu teraliri
arus listrik. Sekarang telah banyak rele yang canggih yang bukan hanya memakai
medan elektromagnetik tetapi rangkaian yang lebih rumit serta fungsi yang
kompleks juga.
2.5.1.1 Jenis – Jenis Rele
Rele dapat dibedakan berdasarkan pole dan throw yang dimilikinya.
Pole adalah banyak kontak yang dimiliki oleh rele sedangkan Throw adalah
banyaknya kondisi (state) yang mungkin dimiliki kontak.
Berikut ini penggolongan rele berdasarkan jumlah pole dan thrownya :
a) DPST (Double Pole Single Throw)
b) SPST (Single Pole Single Throw)
c) SPDT (Single Pole Double Throw)
d) DPDT (Double Pole Double Throw)
Jenis rele lainnya menurut fungsinya adalah
a) Timing rele yakni rele berdasarkan pewaktuan atau waktu
b) Latching rele yakni jenis rele untuk latching atau mempertahankan kondisi
aktif input sekalipun input sebenarnya sudah mati atau dalam keadaan off.
c) Protection rele yakni rele untuk pengaman dari suatu kondisi abnormal.
2.5.1.2 Bagian – Bagian Rele
Rele secara umum terbagi atas 3 bagian utama yaitu :
a) Tripping Coil yaitu lilitan dari rele
b) Common yaitu bagian yang tersambung dengan NC (dalam
keadaan normal)
c) Kontak adalah bagian yang terdiri dari NC dan NO
NC (normally closed) saklar dari rele yang dalam keadaan normal (rele
terhubung dengan arus ; energized) terhubung dengan common. Sedangkan NO
(normally open) adalah saklar dari rele yang dalam keadaan normal (rele tidak
19
terhubung dengan arus ; de energized) tidak terhubung dengan common. Contoh
dari pemakaian rele ini khususnya rele pengaman pada transformator tenaga
adalah Rele Thermal. Rele ini melindungi sekaligus sebagai indikator jika
transformator tenaga bekerja diatas suhu operasi yang berlebihan yang dapat
merusak isolasi dari transformator tersebut.
2.5.1.3 Prinsip Dasar Rele
Rele pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga elemen fundamental
seperti yang ditunjukan pada gambar 2.6, yaitu :
1. Sensing Elemen (measuring elemen), mengukur adanya perubahan besaran
listrik, misalnya perubahan arus atau tegangan pada sistem.
2. Comparing Elemen, bertugas membandingkan besaran yang terukur dengan
besaran yang telah diset sebelumnya.
3. Control Elemen, merupakan sinyal atau mengontrol rangkaian lain, misalnya
membuat sakelar suatu rangkaian tertutup.
Gambar 2.6 Elemen dasar rele
Pada gambar 2.6 elemen dasar rele tersebut terdiri dari atas tiga elemen,
arus I adalah arus yang diserap rele dan sumber DC adalah sumber untuk
rangkaian pen-trip. Besar arus ini dibatasi sampai harga tertentu, dan apabila
melewati harga yang ditentukan maka jaringan akan diputus oleh circuit breaker
(CB) atau dikirim sinyal impuls kepada alarm, atau menunjukan telah mengalir
arus yang besar dalam rangkaian. Agar operasi rangkaian diatas berlangsung
demikian, suatu peralatan khusus yang disebut rele harus dilibatkan dalam
rangkaian.
2.5.1.4 Klasifikasi Rele
Rele dapat diklasifikasikan berdasarkan besaran fisik yang diukur oleh
sensing elemen menjadi electrical, optical rele dan rele - rele bentuk lain.
20
Electrical Relay dapat dibagi dalam berbagai cara yaitu :
Berdasarkan prinsip kerjanya, rele dapat dibedakan menjadi
elektromagnetik, moving coil, induction, electrodinamic, polarised electronic, dan
terminal rele.
a) Berdasarkan besaran - besaran listrik yang diukur oleh rele seperti arus,
tegangan, daya, reaktansi, impedansi, frekwensi, sudut fasa. Rele – rele
tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa jenis misalnya over voltage rele
(bekerja jika tegangan yang diukur melewati harga yang ditentukan). Under
frekwensi relay (bekerja jika frekwensi yang diukur turun sampai dibawah
harga yang diset sebelumnya), dan directional power relay (rele memberi
respon terhadap arah aliran daya listrik). Seringkali rele dipasang seri dalam
rangkaian (series rele), sedangkan yang dipasang paralel disebut shunt rele,
misalkan saja over current relay, seperti definisi diatas bahwa rele ini bekerja
jika besaran arus yang diukur melebihi harga yang diijinkan.
b) Berdasarkan metode pemasangan sensing elemen dibedakan menjadi rele
primer (elemen perasa dari rele terhubung secara langsung pada bagian yang
dipengaman), dan rele sekunder (elemen perasa terhubung melalui
transformator arus atau transformator tegangan).
c) Berdasarkan cara kontrol elemen bekerja dalam memutuskan peralatan -
peralatan yang terganggu dari sistem. Direct Acting Relay (element control
bekerja secara langsung melepaskan peralatan) dan Indirect Acting Relay
(kontak - kontak rele hanya menghubungkan rangkaian tripping coil dari
peralatan pemutus).
d) Berdasarkan tingkat pentingnya rele (degree of importance), rele dapat dibagi
menjadi dua yaitu : Main relay yang memberikan respon secara langsung
terhadap besaran listrik (arus, tegangan dan lain - lain) dan Suplementary Relay
yang menyediakan kontak - kontak bantu, sinyal operasi dan lain - lain.
e) Berdasarkan waktu kerja rele (time action) rele dapat dibedakan menjadi rele
dengan time delay dan tanpa time delay.
21
f) Berdasarkan jenis kontak - kontaknya, dapat dibedakan menjadi Rele dengan
normally open (NO) dan normally close (NC). Rele dibagi menjadi self-reset
dan hand atau electrical reset.
2.5.2 Transduser
Arus dan tegangan pada peralatan daya yang harus dilindungi biasanya
diubah oleh transformator arus dan tegangan ke tingkat yang lebih rendah ini
diperlukan untuk pengoperasian rele. Tingkat – tingkat yang lebih rendah ini
diperlukan karena dua alasan :
1) Tingkat masukan yang lebih rendah ke rele tadi memastikan bahwa komponen
yang digunakan untuk konstruksi rele tersebut secara fisik akan menjadi cukup
kecil dan karenanya menjadi lebih murah.
2) Operator yang bekerja dengan rele dapat bekerja dalam lingkungan yang
aman.
Pada dasarnya, transduser tidak berbeda dengan transformator ini memang
agak khusus. Misalnya, suatu transformator arus perlu menghasilkan kembali
(reproduce) arus yang meniru bentuk gelombang arus primer setepat mungkin
pada kumparan sekundernya. Transformator harus dapat menjalankan fungsi ini
dengan baik. Persyaratan yang serupa berlaku juga untuk transformator tegangan.
Daya yang diberikan oleh transformator ini tidak seberapa besar, karena beban
yang dihubungkan padanya hanya terdiri dari beberapa rele dan meter yang
mungkin digunakan pada waktu tertentu. Beban pada transformator arus dan
transformator tegangan umumnya dikenal sebagai muatan (burden) transformator
tersebut. Istilah muatan biasanya melukiskan impedansi yang dihubungkan pada
kumparan sekunder transformator tetapi dapat juga menetapkan voltampere yang
diberikan pada beban. Misalnya, suatu transformator yang memberikan 5 amper
pada muatan resistif sebesar 0,1 Ω dapat juga dikatakan mempunyai muatan
sebesar 2,5 VA pada 5 A.
1. Current Transformer (CT)
Transformator ini pada dasarnya sama dengan transformator daya satu fasa.
Arus primernya tidak diatur oleh beban pada rangkaian primer, tetapi ditentukan
oleh sistem suplai pada belitan primer.
22
Karena transformator arus hanya digunakan untuk pengukuran dan
pengaman, maka rating daya dari transformator arus kecil yaitu umumnya antara
15 sampai 200 VA. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa sisi sekunder dari
transformator arus harus ditanahkan dan jangan sampai sisi sekunder ini terbuka,
alasannya adalah tegangan tinggi yang berbahaya akan lewat pada sisi sekunder
dan presisi dari transformator arus dapat berubah.
Untuk tegangan yang lebih rendah dan arus dari saluran melampaui 100 A,
sering digunakan transformator arus toroida. Transformator arus toroida adalah
trafo sederhana dan tidak mahal harganya dan banyak digunakan untuk instalasi
dalam (indoor), tegangan rendah (low voltage) dan tegangan menengah (medium
voltage) dan juga digunakan pada bagian dalam CB untuk monitor arus yang
mengalir padanya.
2. Transformator Tegangan (VT)
Prinsip kerja transformator tegangan sama dengan transformator daya,
hanya dalam VT mempunyai arus dan daya rendah. Transformator tegangan dapat
diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu tipe magnetic dan tipe kapasitif. Salah satu
terminal dari sisi sekunder selalu dihubungkan dengan tanah (ground) untuk
mereduksi kejutan listrik yang berbahaya ketika menyentuh salah satu dari saluran
sekunder. Walaupun sisi sekunder secara nyata diisolasi dengan sisi primer,
kapasitansi distribusi antara dua belitan membuat koneksi yang semu namun dapat
memproduksi tegangan tinggi yang berbahaya antara sisi sekunder dengan
tanah.
Dengan mentanahkan salah satu sisi sekunder, tegangan tinggi dimana sisi
sekunder dengan tanah dapat mendekati harga 220 V. Perbandingan tegangan
transformator sisi primer dengan sisi sekunder dan biasanya ditulis perbandingan
: 150 kV/20 kV artinya transformator tegangan tersebut dipasang pada
tegangan sisi primer 150 kV dan tegangan sekundernya 380 V.
2.5.3 Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)
Pemutus merupakan suatu sakelar yang dapat digunakan untuk
menghubungkan atau memutuskan suplai tenaga listrik sesuai dengan ratingnya.
23
Pemutusan biasanya dilakukan pada saat terjadinya gangguan atau kondisi
pemeliharaan. Pemutus tegangan tidak dapat bekerja sendiri dalam pengamanan
sistem, oleh karena itu harus dikendalikan oleh rele – rele pengaman.
Dalam proses pemutusan dan penyambungan yang dikerjakan oleh CB
menimbulkan busur api diantara kontak – kontaknya. Agar besar api tersebut
tidak membahayakan peralatan ini maka didalamnya dilengkapi dengan media
untuk memadamkan busur api, seperti minyak, gas, udara, ruang hampa.
2.6 Sistem Pengaman Transformator
Pengaman transformator tenaga adalah sistem pengaman yang dilakukan
pada transformator tenaga terhadap gangguan yang terjadi pada daerah pengaman
transformator tenaga.
Tujuan pengaman transformator tenaga :
1. Mencegah kerusakan transformator tenaga karena gangguan yang terjadi
dalam petak transformator tenaga.
2. Untuk dapat menciptakan sistem pengaman yang selektif, hanya
melokalisasi gangguan yang terjadi didaerah pengaman transformator saja.
3. Memberikan pengaman cadangan (back up protection) untuk seksi
berikutnya.
Adapun gangguan yang terjadi pada transformator tenaga yang sering
terjadi pada saat transformator tersebut bekerja, dapat dikelompokan menjadi dua
bagian yaitu :
A. Internal fault (gangguan didalam)
Internal fault adalah gangguan yang bersumber dari dalam transformator
itu sendiri. Gangguan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Gangguan awal
Gangguan ini sering disebut gangguan awal, karena berawal dari gangguan
yang kecil namun kemudian berkembang menjadi gangguan berat. Gangguan ini
disebabkan oleh :
a. Kendornya baut – baut penjepit inti dan pada terminal konduktor.
b. Gangguan pada inti besi akibat kerusakan laminasi isolasi.
24
c. Gangguan pada sistem pendingin, seperti kerusaka pada pompa sirkulasi
minyak, kipas pendingin akan menyebabkan kenaikan suhu.
d. Sirkulasi minyak terganggu yang dapat menimbulkan pemanasan lokal
(local hot spot).
e. Gangguan pada load tap changer.
f. Gangguan pada terminal bushing akibat adanya kontaminasi, keretakan dan
sebagainya.
g. Adanya arus sirkulasi yang tidak dikehendaki pada transformator yang
diparalel.
2. Gangguan hubung singkat dalam transformator :
a. Gangguan hubung singkat antar fasa.
b. Gangguan hubung singkat antar fasa dengan tanah.
c. Gangguan pada bushing.
d. Gangguan antara lilitan pada kumparan yang sama.
B. Through fault (gangguan diluar)
Gangguan ini terjadi diluar transformator dan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Gangguan diluar (Eksternal fault).
Gangguan hubung singkat antar fasa atau gangguan fasa ke tanah diluar
transformator, misalnya di busbar atau sisi penyulang tegangan menengah.
2. Beban lebih (over load).
Transformator tenaga dapat beroperasi secara kontinyu pada beban nominal.
Bila beban lebih besar dari beban nominal, maka transformator akan
berbeban lebih, akan menimbulkan arus lebih yang mengakibatkan
pemanasan lebih. Ini akan menurunkan kemampuan isolasi. Rele pengaman
yang dipergunakan untuk mengamankan terhadap gangguan yang terjadi
diluar transformator (eksternal fault) dan beban lebih adalah rele arus lebih
(over current relay). Sedangkan pada penyulang 20 kV rele arus lebih (over
current relay) dipergunakan sebagai pengaman utama pada saluran distribusi
yang radial terhadap gangguan hubung singkat antar fasa atau gangguan
fasa ke tanah dan juga berfungsi sebagai pengaman terhadap beban lebih.
25
Rele pengaman yang dipergunakan untuk mengamankan terhadap gangguan
yang terjadi diluar transformator (eksternal fault) dan beban lebih adalah rele arus
lebih (over current relay). Rele arus lebih yang dipergunakan sebagai pengaman
eksternal dan cadangan pada transformator tenaga adalah sebagai berikut :
1. Over current primer ( P50 , P51 dan P51G )
2. Over current sekunder ( S50, S51 dan S51G )
3. Over current netral sekunder ( NS51G )
Sedangkan pada penyulang 20 kV rele arus lebih (Over Current Relay)
dipergunakan sebagai pengaman utama pada saluran distribusi terhadap gangguan
hubung singkat antar fasa atau gangguan fasa ke tanah dan juga berfungsi sebagai
pengaman terhadap beban lebih.
2.7 Prinsip Kerja Rele arus lebih / Over Current Relay (OCR)
Rele arus lebih merupakan salah satu sistem proteksi yang berfungsi
melindungi sistem jika terjadi gangguan. Rele arus lebih bekerja dengan membaca
input berupa besaran arus kemudian membandingankan dengan nilai setting,
apabila nilai arus yang terbaca oleh Rele melebihi nilai setting, maka rele akan
mengirim perintah trip (lepas) kepada Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit
Breaker (CB) setelah waktu tunda yang diterapkan pada setting. Rele arus lebih
(OCR) memproteksi instalasi listrik terhadap gangguan antar fasa. Salah satu
pengaplikasian dari Rele arus lebih (OCR) adalah membatasi arus dari
pembangkit atau sering disebut Over Generator Shedding (OGS). Namun pada
OGS memiliki setting yang sedikit berbeda dengan setting OCR pada umumnya,
yang membedakan setting OCR (Over Current Relay) dan OGS (Over Generator
Shedding) adalah pada setting waktunya. yang bertujuan untuk memberikan waktu
kepada OCR (Over Current Relay) untuk bekerja terlebih dahulu dari pada OGS
(Over Generator Shedding). Jenis rele dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Rele Primer : besaran yang dideteksi misalnya arus, dideteksi secara
langsung.
2. Rele Sekunder : besaran yang dideteksi, melalui alat-alat bantu misalnya trafo
arus/trafo tegangan
26
Berdasarkan karakteristiknya, rele arus lebih (over current relay) ini dapat
dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Rele arus lebih seketika ( Instantaneous )
2. Rele arus lebih waktu tertentu ( Definite Time )
3. Rele arus lebih waktu terbalik ( Inverse Time )
2.7.1 Rele Arus Lebih Seketika
Pada saat rele beroperasi, Waktu kerja rele mulai pick up sampai selesai
terjadi sangat singkat sekitar 20–40 ms tanpa adanya penundaan waktu. Rele ini
akan memberikan perintah kepada pemutus beban (PMT) pada saat terjadi
gangguan bila besar arus gangguannya melampaui penyetelannya (Is) dan jangka
waktu kerjanya singkat.
Gambar 2.7 Rangkaian Sederhana Rele Arus Lebih Seketika Dan Karakteristiknya
Keterangan gambar :
CB = Circuit Breaker ( Pemutus )
TC = Tripping Coil ( kumparan pemutus )
R = Rele arus lebih
CT = Current Transformer ( trafo arus )
I = Arus beban
+
-
TC
CB
CT
R
Ir
I
beban
I
I op
t
27
Ir = Arus yang mengalir pada kumparan sekunder trafo arus
+ = Polaritas positif sumber DC
- = Polaritas negatif sumber DC
t = Besaran waktu
Iop = Arus operasi rele mulai bekerja ( Operating Current )
2.7.2 Rele Arus Lebih Waktu Tertentu
Pada saat terjadi gangguan, arus yang mengalir pada sistem dan
melampaui penyetalan dari rele maka rele akan memberikan perintah kepada
pemutus beban (PMT) untuk bekerja ke kondisi pick up (kondisi rele terbuka),
Rele arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika ialah ketika rele itu trip
waktu kerja rele arus pick up (kerja) sangat singkat sekitar (20-100 ms). Waktu
pengoprasian dapat disetel di suatu harga tertentu untuk harga yang sama dean
lebih besar dari nilai pick up sehingga waktu operasinya dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan koordinasi.
Gambar 2.8 Rangkaian Sederhana Rele Arus Lebih Waktu Tertentu dan Karakteristiknya
Keterangan gambar :
CB = Circuit Breaker ( Pemutus )
TC = Tripping Coil ( kumparan pemutus )
R = Rele arus lebih
CT = Current Transformer ( trafo arus )
+ -
TC CB
CT
R
Ir
I
beban
I I op
t
T
-
28
I = Arus beban
Ir = Arus yang mengalir pada kumparan sekunder trafo arus
+ = Polaritas positif sumber DC
- = Polaritas negatif sumber DC
t = Besaran waktu
Iop
T
=
=
Arus operasi rele mulai bekerja ( Operating Current )
Elemen time delay
2.7.3 Rele Arus Lebih Waktu Terbalik
Rele dengan karakteristik waktu terbalik ialah jenis rele arus lebih dimana
jangka waktu mulai rele arus pick up sampai selesainya kerja rele mempunyai
sifat waktu terbalik untuk nilai arus yang kecil setelah rele pick up dan kemudian
mempunyai sifat waktu tertentu untuk nilai arus yang lebih besar. Bentuk
perbandingan terbalik dari waktu arus ini sangat bermacam – macam, akan tetapi
dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Berbanding terbalik ( inverse = i )
2. Sangat berbanding terbalik ( very inverse = vi )
3. Sangat berbanding terbalik sekali ( extremely inverse = ei )
Gambar 2.9 Rangkaian Sederhana Rele Arus Lebih Waktu Terbalik dan Karakteristiknya
Keterangan gambar :
CB = Circuit Breaker ( Pemutus )
TC = Tripping Coil ( kumparan pemutus )
R = Rele arus lebih
I
+ -
TC CB
CT
R
Ir
I beban
T
t
ei vi
i
29
CT = Current Transformer ( trafo arus )
I = Arus beban
Ir = Arus yang mengalir pada kumparan sekunder trafo arus
+ = Polaritas positif sumber DC
- = Polaritas negatif sumber DC
t = Besaran waktu
Iop
T
=
=
Arus operasi rele mulai bekerja ( Operating Current )
Elemen time delay
2.7.4 Prinsip Dasar Perhitungan Setting Rele Arus Lebih
Sebagai dasar dalam setting arus pada rele arus lebih tersebut digunakan
rumus sebagai berikut:
nom
d
fkset I
K
KI ........................................................................................ (2.2)
Keterangan :
Iset = Setelan arus
Kfk = Faktor keamanan
Kd = Faktor arus kembali
Inom = Arus maksimum yang diijinkan untuk peralatan yang diamankan
Nilai Kd untuk rele arus lebih dengan waktu terbalik (inverse) mempunyai
nilai 1,0. Untuk Nilai Kfk rele arus lebih dengan karakteristik rele waktu terbalik
(inverse) biasa di-set sebesar 1,05 – 1,2 x Inom, dan untuk rele dengan karakteristik
waktu arus tertentu (definite) di-set sebesar 1,1 – 1,3 x Inom (PT PLN, 2015).
Untuk setelan Over Current Relay (OCR) dihitung di incoming trafo,
artinya:
1. Untuk Over Current Relay (OCR) yang terpasang di penyulang dihitung
berdasarkan arus beban maksimum yang mengalir di penyulang tersebut.
2. Untuk Over Current Relay (OCR) yang terpasang di incoming trafo dihitung
berdasarkan arus nominal trafo tersebut.
Pada daerah pengaman rele arus adanya penentuan nilai batas pengaman
adalah jumlah arus gangguan yang dibawah settingan rele yang dihasilkan pada
30
pembangkit atau bisa juga dikatakan arus gangguan minimum, yang dapat dicari
dengan persamaan sebagai berikut :
Untuk tiga fasa
P = √3 × V × I × Cosφ........................................................................................ (2.3)
Selanjutnya untuk Mencari nilai kuat hantar arus nominalnya, yaitu:
Inom = 𝑃
√3 × 𝑉× 𝐶𝑜𝑠𝜑 ......................................................................................... (2.4)
Keterangan :
P = Daya beban (Watt)
V = Tegangan saluran (Volt)
I = Arus nominal (A)
Cosφ = Faktor kerja saluran
Setting arus (Is) pada rele arus lebih umumnya didasarkan pada hasil arus
gangguan minimumnya, dengan demikian gangguan hubung singkat di beberapa
seksi berikutnya, rele arus akan bekerja. Untuk mendapatkan pengamanan yang
selektif, maka setting waktunya dibuat secara bertingkat. Syarat untuk mensetting
waktu tunda (td) dari rele arus lebih terbalik, dapat diketahui sebagai berikut :
Maka dengan memperhatikan faktor tersebut, kaidah penyetelan rele arus
lebih adalah sebagai berikut :
a. Rele arus lebih tidak boleh bekerja pada keadaan beban maksimum. Dalam
beberapa hal, arus nominal pada trafo arus (CT) merupakan arus
maksimumnya.
b. Pada zona pengaman rele arus dapat mencapai paling sedikit adalah ujung dari
seksi berikutnya pada arus gangguan yang minimum (jumlah pembangkit
yang beroperasi minimum) atau arus gangguan minimum dapat diambil arus
gangguan dua fasa.
2.7.5 Prinsip Dasar Perhitungan Penyetelan Waktu
Penyetelan arus (Is) pada rele arus lebih pada umumnya didasarkan pada
penyetelan batas minimumnya, dengan demikian adanya gangguan hubung
31
singkat dibeberapa seksi berikutnya, rele arus akan bekerja. Untuk mendapatkan
pengamanan yang selektif, maka penyetelan waktunya dibuat secara bertingkat.
Syarat untuk men-setting waktu tunda (td) dari rele arus lebih waktu
terbalik, harus diketahui data sebagai berikut :
a. Besarnya arus hubung singkat (I).
b. Penyetelan / setting arusnya ( Is ).
c. Kurva karakteristik rele yang dipakai.
Maka waktu waktu tunda (td) dapat dicari dengan persamaan :
...................................................................... (2.5)
Keterangan : If = arus hubung singkat antar fasa.
td = waktu tunda rele.
t = wkatu kerja rele yang diinginkan.
Untuk menentukan nilai waktu tunda (td) dari rele arus lebih waktu terbalik
yang akan di-setting pada rele OCR sisi 20 kV transformator tenaga yaitu arus
hubung singkat (If) 2 fasa di sisi 20 kV, sedangkan untuk sisi 150 kV
transformator tenaga digunakan arus hubung singkat (If) 2 fasa di sisi 150 kV.
Pada waktu kerja Over Current Relay (OCR) di incoming trafo 20 kV harus lebih
besar dari waktu kerja rele di penyulang 20kV (dari rele yang di sisi hilirnya).
Selisih waktu kerja rele di incoming 20kV (sisi hulu) lebih lama dari waktu kerja
rele di penyulang (sisi hilir) di sebut grading time, yang maksudnya agar rele di
incoming 20kV memberikan kesempatan rele di penyulang bekerja lebih dahulu.
Jadi jika gangguan hubung singkat terjadi di penyulang tersebut. Ketika
penyulang lain yang masih tersambung, maka bebannya akan masih menyala.
Waktu aktual rele terhadap gangguan maksimum dapat dicari dengan
persamaan :
...................................................................... (2.6)
Keterangan : If = arus hubung singkat antar fasa.
t0,14
1I
I
t
0,02
set
f
d
d
set
f
t
I
It
1
14,002,0
32
td = waktu tunda.
t = waktu kerja rele.
Waktu kerja dari rele arus lebih juga berdasarkan dari tipe kurva alat
tersebut. Perbedaan pemilihan kurva akan mengakibatkan perubahan dari setting
waktu kerja alat tersebut.Untuk tabel kurva waktu kerja dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.1 Konstanta Perhitungan Waktu Tunda Rele Arus Lebih Waktu Terbalik
Tipe Kurva A B P
IEC Standart Inverse 0,14 0 0,02
IEC Very Inverse 13,50 0 1,0
IEC Extremely Inverse 80,00 0 2.0
2.8 Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit Fault)
Hubung singkat merupakan salah satu gangguan sistem tenaga listrik yang
mempunyai karakteristik transient yang harus dapat diatasi oleh peralatan
pengaman. Hubung singkat terjadi akibat hubungan penghantar bertegangan atau
penghantar tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media
(resistor/beban) yang semestinya sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal
(sangat besar). Bila gangguan hubung singkat dibiarkan berlangsung dengan lama
pada suatu sistem daya, banyak pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan yang
dapat terjadi :
a. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.
b. Rusaknya perlengkapan yang berada dekat dengan gangguan yang disebabkan
oleh arus tak seimbang, atau tegangan rendah yang ditimbulkan oleh hcubung
singkat.
c. Ledakan-ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang mengandung
minyak isolasi sewaktu terjadinya suatu hubung singkat, dan yang mungkin
menimbulkan kebakaran sehingga dapat membahayakan orang yang
menanganinya dan merusak peralatan–peralatan yang lain.
d. Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya itu oleh suatu
rentetan tindakan pengamanan yang diambil oleh sitem–sistem pengamanan
yang berbeda–beda, kejadian ini di kenal sebagai “cascading”.
33
Gangguan hubung singkat salah satu bagian yang sangat penting dalam
analisis suplai daya listrik untuk mengetahui perhitungan arus yang mengalir
dalam komponen-komponen penyusun jaringan saat terjadi gangguan. Dalam
mencapai keadaan gangguan ini, tidak jarang di berbagai titik pada jaringan
sengaja dibuat gangguan. Besarnya arus gangguan ini dapat digunakan sebagai
acuan dalam menentukan berapa setting arus yang sebaiknya digunakan untuk
proteksi serta rating-rating CB yang diperlukan. Selain itu studi hubung singkat
atau studi gangguan bertujuan untuk:
1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubungan singkat tiga-fasa
2. Untuk menentukan arus gangguan tak-simetris bagi gangguan satu dan dua fasa
ke tanah, gangguan antar fasa dan rangkaian terbuka.
3. Penyelidikan operasi Rele-Rele proteksi.
4. Untuk menentukan kapasitas pemutus daya dari circuit breaker (CB).
5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar
selama gangguan.
Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat yang terjadi pada sistem
tenaga listrik 3 fasa, yaitu :
1. Hubung singkat tiga fasa simetris :
a. Tiga fasa (L – L – L)
b. Tiga fasa ke tanah (3L – G)
2. Hubung singkat tidak simetris :
a. Satu fasa ke tanah (1L – G)
b. Antar fasa ke tanah (2L – G)
c. Antar fasa (L – L)
Ada beberapa asumsi yang perlu diperhatikan dalam analisa gangguan, yaitu :
1. Beban normal, kapasitansi pengisian saluran (line charging capacitance),
hubungan shunt diabaikan.
2. Semua tegangan internal sistem mempunyai magnitude dan sudut fasa sama.
3. Biasanya tahanan seri dari saluran transmisi dan trafo diabaikan.
4. Semua trafo dianggap pada posisi tap nominal.
34
5. Generator, motor direpresentasikan dengan sumber tegangan tetap yang
dihubungkan seri :
a. Dengan reaktansi sub-peralihan Xd” (sistem dalam keadaan sub-peralihan)
b. Atau dengan rektansi peralihan Xd’ (sistem dalam keadaan peralihan)
c. Atau dengan rekatansi sinkron Xd (sistem dalam keadaan steady state)
2.8.1 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
Gambar 2.10 ini menunjukkan rangkaian ekivalen hubung singkat 3 fasa.
Gambar 2.10 Gangguan Tiga Fasa
Sumber : (Sulasno, 1993)
Dari gambar 2.10 tersebut, dapat dilihat bahwa arus maupun tegangan
dalam keadaan gangguan tidak mengandung unsur urutan nol atau impedansi
netral. Oleh sebab itu, pada hubung singkat tiga fasa sistem pentanahan netral
tidak berpengaruh terhadap besarnya arus hubung singkat.
Dengan demikian :
Ia = Ib = Ic ......................................................................................... (2.7)
Va – Vb =0 ; Va – Vc = 0 dan Vb – Vc = 0
Dengan kata lain, Va = Vb = Vc ................................................................... (2.8)
Keterangan :
Va : tegangan fasa a.
Vb : tegangan fasa b.
Vc : tegangan fasa c.
Z
Z
Z Z
35
Persamaan urutan tegangan pada gangguan hubung singkat tiga fasa dapat dicari
dengan persamaan :
Va0 = 3
1 (Va + Vb + Vc) = Va ............................................................ (2.9)
Va1 = 3
1 (Va + 2Va + a2Va) =
3
1 (a + a + a2)Va = 0 ......................... (2.10)
2.8.2 Gangguan hubung singkat dua fasa
Pada umumnya, gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah pada sistem
transmisi maupun sistem distribusi terjadi saat dua konduktor saling terhubung
singkat. Pada gambar 2.11 ditunjukkan gangguan hubung singkat line to line
antara fasa b dan fasa c.
Gambar 2.11 Gangguan hubung singkat dua fasa
Sumber : (Sulasno, 1993)
Dari gambar 2.11 diperoleh hubungan seperti persamaan 2.11 ini:
Vb = Vc ; Ib = -Ic ; Ia = 0 ................................................................. (2.11)
Sedangkan persamaan pada komponen simetris tegangannya dapat diperoleh
dengan persamaan seperti ini:
Va0 = 3
1 (Va + Vb + Vc) =
3
1 (Va + 2Vb) ....................................... (2.12)
Va1 = 3
1 (Va + a2Vb + aVc) =
3
1(Va + (a+a2)Vb) ............................ (2.13)
Va2 = 3
1(Va + a2Vb + aVc) =
3
1 (Va + (a2 + a)Vb) ......................... (2.14)
36
Dari persamaan 2.13 dan 2.14 didapat hubungan bahwa :
Va1 = Va2 ......................................................................................... (2.15)
Sedangkan persamaan untuk komponen arusnya diperoleh menggunakan
persamaan:
Ia0 = 3
1 (Ia + Ib + Ic) = 0 ................................................................... (2.16)
Ia1 = 3
1 (Ia + a(-Ic + a2Ic)) =
1
3 (a2 –a)Ic ............................................ (2.17)
Ia2 = 3
1((Ia + a2) – Ic + aIc ) =
3
1 (a-a2)Ic ......................................... (2.18)
Dari persamaan 2.17 dan 2.18 didapat hubungan bahwa:
Ia1 = -Ia2 ........................................................................................... (2.19)
Pada gambar 2.12 berikut ditunjukkan rangkaian ekivalen urutan gangguan
hubung singkat dua fasa.
Gambar 2.12 Rangkaian ekivalen urutan gangguan hubung singkat dua fasa
Sumber : (Sulasno, 1993)
Dari gambar 2.12 diperoleh persamaan:
Ia0 = 0 .............................................................................................. (2.20)
Ia1 = 21 ZZ
Ea
................................................................................... (2.21)
Ia2 = 21 ZZ
Ea
.................................................................................... (2.22)
37
Sehingga :
Ia1 = - Ia2 = (a2 –a) = 21 ZZ
Ea
.......................................................... (2.23)
2.8.3 Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah
Pada gambar 2.13 dibawah ini, terlihat bahwa gangguan satu fasa, terjadi
pada fasa a.
Gambar 2.13 Gangguan satu fasa ke tanah
Sumber : (Sulasno, 1993)
Pada gangguan hubung singkat satu fasa terdapat beberapa persamaan,
yaitu:
Va = 0 ; Ib = 0 ; Ic = 0 ...................................................................... (2.24)
Dengan persamaan 2.20, persamaan untuk mencari arus gangguan pada zero
sequence, positive sequence, dan negative sequence, yaitu :
Ia0 = 3
1(Ia + Ib + Ic) =
3
1Ia ............................................................... (2.25)
Ia1 = 3
1( Ia + aIb + a2Ic) =
3
1Ia ........................................................... (2.26)
Ia2 = 3
1(Ia + a2Ib + aIc) =
3
1Ia ........................................................... (2.27)
38
Dari persamaan 2.25, 2.26, dan 2.27 diperoleh :
Ia0 = Ia1 = Ia2 = 3
1Ia .......................................................................... (2.28)
Gambar 2.12 merupakan rangkaian ekivalen urutan untuk gangguan hubung
singkat satu fasa ke tanah.
Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen urutan gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah
Sumber : (Sulasno, 1993)
Dari gambar 2.14, arus gangguan satu fasa ke tanah dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut ini :
Ia0 = Ia1 = Ia2 = 210 ZZZ
Ea
........................................................... (2.29)
Ia = 3Ia1 = 210
3
ZZZ
Ea
.................................................................... (2.30)
2.9 Prinsip Dasar Perhitungan Arus Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam jaringan (sistem
kelistrikan) ada 3, yaitu:
1. Gangguan hubung singkat 3 fasa
2. Gangguan hubung singkat 2 fasa, dan
3. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
Dari ketiga macam gangguan hubung singkat, arus gangguannya dihitung
dengan menggunakan rumus :
39
1. Gangguan hubung singkat 3 fasa
a. Gangguan hubung singkat 150 kV
I3Ø(150) = 𝑉
𝑝.103
√3.(𝑍ℎ𝑠+𝑍𝑡𝑟) ...................................................................... (2.31)
b. Gangguan hubung singkat 20 kV
I3Ø(20) = I3Ø(20) .
𝑉𝑝
𝑉𝑠 ......................................................................... (2.32)
2. Gangguan hubung singkat 2 fasa
a. Gangguan hubung singkat 150 kV
√3
2 . 𝐼3∅ (150)
................................................................................. (2.33)
b. Gangguan hubung singkat 20 kV
√3
2 . 𝐼3∅ (20)
.................................................................................. (2.34)
3. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
𝑉𝑠.1000
√3 .𝑁𝐺𝑅 ............................................................................................... (2.35)
Keterangan :
I3Ø(150) : Arus hubung singkat tiga fasa di sisi 150 kV
I3Ø(20) : Arus hubung singkat tiga fasa di sisi 20 kV
I2Ø(150) : Arus hubung singkat dua fasa di sisi 150 kV
I2Ø(20) : Arus hubung singkat dua fasa di sisi 20 kV
I1Ø(20) : Arus hubung singkat satu ke tanah fasa di sisi 20 kV
Ihs : Arus hubung singkat
VP : Tegangan pada sisi primer
VS: Tegangan pada sisi sekunder
Zhs : Impedansi sumber
Ztr : Impedansi trafo
Untuk menghitung arus hubung singkat pada sistem tersebut, pertama
hitung impedansi sumber (reaktansi) dalam hal ini diambil dari data hubung
singkat pada bus 150 kV dan menghitung impedansi penyulang.
40
1. Menghitung Impedansi Sumber
Untuk menghitung impedansi sumber data yang diperlukan adalah data
hubung singkat pada bus primer trafo dengan persamaan sebagai berikut :
Zhs = 𝑉𝑝.1000
√3 . 𝐼𝑓 ...................................................................................... (2.36)
Keterangan:
Zhs = Impedansi sumber
Vp = Tegangan pada transformator
If = Arus gangguan total
Perlu diingat bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150
kV, karena arus gagguan hubung singkat yang akan dihitung adalah gangguan
hubung singkat di sisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus
dikonversikan dulu ke sisi 20 kV, sehingga pada perhitungan arus gangguan nanti
sudah menggunakan sumber 20 kV.
2. Menghitung Impedansi Transformator
Pada perhitungan Impedansi suatu transformator yang di ambil adalah nilai
reaktansinya, sedangkan tahananya diabaikan karena nilainya kecil. Untuk
mencari nilai reaktansi dari transformator dalam Ohm dapat di hitung dengan cara
sebagai berikut :
Ztr = 𝑉𝑝
2 . 𝑍𝑡𝑆
1000
....................................................................................... (2.37)
Keterangan :
Ztr = Impedansi transformator
Vp = Tegangan pada transformator
Zt = Impedansi
S = daya transformator
2.10 Over Generator Shedding (OGS)
OGS (Over Generator Shedding) adalah suatu skema pembatasan
pembangkit yang mana diterapkan pada suatu rele yang akan menjalankan skema
41
untuk mengatur/mengamankan arus pembangkit agar tidak melebihi pengaman
saluran dengan mentrip-kan pembangkit atau membuka PMT. Pembangkit tenaga
listrik pada suatu sitem tenaga seringkali mendapat gangguan yang tidak dapat
dihindari, misalnya dengan terjadinya trip pada penyulang secara tiba-tiba karena
ada beban melebihi kapasitas dibebankan ke sistem atau dapat juga dengan
terjadinya gangguan akibat putusnya penghantar akibat gangguan alam. Inputan
yang menjadi acuan OGS untuk bekerja adalah arus (Bagus, 2012). Adapun tujuan
OGS adalah untuk mengamankan transformator dari kemungkinan terjadinya
gangguan saat ada penyulang yang terputus sehingga daya dari pembangkit yang
seharusnya digunakan oleh penyulang akan masuk ker trasnsformator yang
kemudian akan menyebabkan transformator dapat bekerja melebihi kapasitas
kerjanya yang akan menyebabkan rusaknya transformator jika terjadi dalam
jangka waktu yang terlalu lama.