bab ii business - perpustakaan digital itb - … ii business plan 2.1. executive summary perusahaan...
TRANSCRIPT
BAB II BUSINESS PLAN
2.1. Executive Summary
Perusahaan mengembangkan bisnis baru dengan
mengangkat produk yang inovatif dengan ciri khas daerah Manado.
Produk yang dibuat adalah Abon Roa dan Abon Cakalang.
Perusahaan Mega Jaya Makmur adalah perusahaan baru
yang sangat menjanjikan peluang yang masih terbuka untuk
pengembangan dan investasi.
Target pasar produk adalah penduduk lokal, turis
domestik dan mancanegara, dan untuk waktu mendatang
perusahaan merencanakan menjual ke pasar internasional. Strategi
pemasaran awal adalah menjual produk di toko oleh‐oleh/souvenir
kota Manado, serta membuka outlet di bandar udara internasional
Sam Ratulangi Manado.
Pertimbangan keuangan perusahaan dengan perhitungan
NPV 3 tahun sebesar Rp 121.982.704,‐ dengan investasi awal
sebesar Rp 96.000.000,‐ bisnis ini sangat menjanjikan. Payback
period dalam 17 bulan. Adanya hutang awal yang ringan berupa
kendaraan operasional mobil box Suzuki Carry tahun 2003 senilai
Rp 55.000.000,‐. Dalam 1,5 tahun pertama pengembalian modal
investasi dan hutang dapat dilakukan. Dari perhitungan finansial
didapatkan laporan keuangan yang positif, laba rugi 3 tahun
pertama yang baik dan IRR sebesar 48,29%. Menjadikan bisnis ini
sangat layak diperhitungkan bahkan dengan asumsi penjualan
yang minimum.
5
2.2. Perusahaan
Perusahaan Mega Jaya Makmur adalah perusahaan baru
yang sangat menjanjikan peluang yang masih terbuka untuk
pengembangan bisnis dan investasi.
2.2.1. Profil Perusahaan
Perusahaan Mega Jaya Makmur adalah perusahaan yang
bergerak di bidang makanan. Perusahaan memproduksi makanan
khas daerah Manado yakni Abon Roa dan Abon Cakalang serta
menjual dan memasarkannya. Perusahaan ini akan terus
memperluas pasar dengan mendistribusikan produk ke kota‐kota
lain dan juga akan terus meningkatkan mutu produk sehingga
pada akhirnya dapat eksport dan merambah pasar internasional.
Perusahaan merencanakan mengembangkan dan membuat
produk baru yang akan menambah line produksi dan keragaman
produknya. Home industry ini dimulai dengan tenaga kerja
minimal hanya dengan 3 orang karyawan dan operasi
perusahaan yang sederhana bekerja di dapur rumah pemilik
perusahaan.
2.2.2. Tujuan Perusahaan
Perusahaan mengembangkan bisnis baru dengan
mengangkat produk dengan ciri khas daerah Manado. Produk
Abon Roa dan Abon Cakalang ini bertujuan menjadi market leader
karena baru, inovatif, unik dan mengangkat ciri khas daerah
Manado. Produk ini bisa dijadikan salah satu oleh‐oleh yang bisa
dibawa sebagai makanan khas daerah Manado dan mudah
ditemukan dan dijual secara umum di Manado.
6
2.2.3. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari Perusahaan Mega Jaya Makmur adalah menjadi
perusahaan lokal yang unik sehingga mampu bisa bersaing
dalam skala internasional di pasar global.
Misi Perusahaan Mega Jaya Makmur adalah menghasilkan
produk kuliner yang inovatif, berkualitas dan bercitarasa tinggi,
yang mengutamakan perkembangan multi dimensi secara
berkesinambungan sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar.
2.2.4. Kepemilikan Perusahaan
Perusahaan Mega Jaya Makmur akan dimiliki secara
perseorangan. Adapun pemiliknya adalah Ibu Judith Wongkar,
putranya Ferdy Wongkar dan Mega Ria Kesuma.
Team sukses perusahaan ini adalah kerjasama Ibu Judith
dengan anaknya Ferdy dengan ide perencanaan bisnis. Ibu Judith
akan mengatur masalah produksi, Mega akan mengatur sumber
daya manusia, keuangan dan adminstrasinya. Sedangkan Ferdy
akan mengatur masalah pemasaran, distribusi dan mengurus
masalah yang berhubungan dengan pihak luar.
2.2.5. Investasi awal
Investasi awal sebesar Rp 96.000.000,‐ sebagian besar
adalah produk jadi sebelum peluncuran produk dilakukan ke
seluruh target pasar. Modal awal merupakan modal yang
disiapkan sebagian besar untuk biaya produksi awal, promosi,
kas operasi dan ditambah aset yang sudah ada sebelumnya.
Lihat lampiran 5 untuk perhitungan keuangan investasi awal.
7
2.2.6. Modal Perusahaan
Modal perusahaan sepenuhnya milik pribadi dengan
pemilik modal terbesar adalah ibu Judith Wongkar ibu kandung
pemilik perusahaan berupa uang kas untuk operasi awal dan
peluncuran produk sebesar Rp. 96.000.000,‐. Selain itu perusahaan
mendapat pinjaman hutang lunak berupa kendaraan operasional
yaitu mobil box Suzuki Carry tahun 2003 senilai Rp. 55.000.000,‐ .
Lihat lampiran 7 laporan keuangan.
2.2.7. Lokasi Perusahaan
Lokasi perusahaan Mega Jaya Makmur adalah beralamat
di Jl. Bethesda No. 23 Manado, Sulawesi Utara. Outlet perusahaan
dipersiapkan di bandar internasional Sam Ratulangi Manado
tepatnya di ruang tunggu keberangkatan/kedatangan pesawat.
2.2.8. Kunci Sukses
Produk Abon Roa dan Abon Cakalang merupakan
makanan khas dari daerah Manado, sehingga produk ini
mempunyai pangsa pasar tersendiri. Sebagai oleh‐oleh, Abon Roa
dan Abon Cakalang mempunyai cita rasa tersendiri yang sesuai
bagi konsumen yang menyukai rasa ikan yang eksotik dengan
bumbu spesial berkualitas dan bercitarasa tinggi.
Ada 5 faktor yang mendukung keberhasilan perusahaan
Mega Jaya Makmur, yaitu :
• Produk berkualitas : produk memiliki bumbu spesial dan
cita rasa yang istimewa dibandingkan produk sejenis,
pengemasan produk yang higienis dan lebih tahan lama.
8
• Pangsa pasar yang luas : Penduduk lokal, turis domestik
dan mancanegara yang menyukai rasa ikan dan rasa pedas
merupakan target pasar produk Abon Roa dan Abon
Cakalang yang eksotik ini.
• Rantai pasok bahan baku yang lancar : Bahan baku yang
diperlukan secara khusus untuk membuat Abon Roa dan
Abon Cakalang dapat dipasok setiap saat. Rantai pasok
bahan baku produk baru ini akan membantu nelayan‐
nelayan sampai tingkat pedagang ikan olahan tersebut.
• Jalur distribusi yang mudah : Outlet‐outlet di kota Manado
telah dikenal dan didekati oleh pemilik perusahaan.
• Faktor harga jual yang dibuat menguntungkan penjual
produk sehingga akan mendukung penjualan dan promosi
produk tersebut.
2.3. Produk
Abon Roa adalah produk inovatif yang dibuat dengan
eksperimen resep berulang‐ulang sejak 9 tahun lalu. Awalnya
produk ini dibuat ibu Judith untuk dikirim ke anaknya di Surabaya
yang lagi kuliah. Produk ini ide awalnya diciptakan untuk menjadi
teman makan nasi putih karena biasanya telah disediakan di rumah
kost daerah Surabaya. Berawal dari permintaan anaknya akan
kerinduan ”rica roa” dan ”cakalang garo rica” yang tidak bisa
ditemukan di Surabaya walaupun bubur Manado atau ”tinutuan”
ada dijual di kota‐kota besar seperti Surabaya dan Jakarta.
9
Perusahaan Mega Jaya Makmur memproduksi makanan
khas daerah Manado yaitu Abon Roa dan Abon Cakalang yang
memiliki cita rasa ikan yang eksotik dan pedas. Produk ini telah
dibuat dengan eksperimen resep bertahun‐tahun dan bisa menjadi
bahan untuk ”rica roa” yang merupakan campuran makanan khas
daerah yaitu ”tinutuan” atau bubur Manado.
2.3.1. Deskripsi Produk
Abon Roa : dibuat dari ikan roa yang telah diasapi, dipadu
dengan cabai merah yang berkualitas dan bawang goreng renyah
yang dikomposisikan dengan bumbu lainnya sehingga
menghasilkan Abon Roa berkualitas dan bercitarasa tinggi tanpa
bahan pengawet. Produk ini bisa menjadi bahan sambal atau
untuk ”rica roa” yang merupakan sambal makanan khas daerah
yaitu ”tinutuan” atau bubur Manado.
Abon Cakalang : dibuat tanpa bahan pengawet dan dibuat dari
ikan tuna/cakalang yang telah diasapi, dipadu dengan cabai
merah yang dikomposisikan dengan bumbu lainnya sehingga
menghasilkan rasa ikan yang renyah dengan rasa pedas yang
menggugah selera. Abon Cakalang adalah produk yang hampir
sama dengan ikan tuna olahan yang telah diasapkan yang
biasanya menjadi teman makan ”tinutuan” atau bubur Manado.
Dengan kedua produk ini makan bubur atau pun dengan nasi
putih pasti enak dan mengundang selera makan. Karena produk
ini sejenis dengan penyedap rasa alami karena mengandung
banyak sodium dari ikan.
10
2.3.2. Kemasan Produk
Produk akan dikemas secara higienis dengan
menggunakan toples (kotak berbahan plastik). Setiap toples
dengan berisi 250 gr, 500 gr dan 1 KG berat bersih produk abon
mempertimbangkan harga jual produk. Pertimbangan pemilihan
kemasan adalah kemasan yang mudah dibawa dan diletakkan di
meja makan. Selain itu kemasan harus praktis dibawa bepergian
dengan pesawat terbang.
2.3.3. Perbandingan Pesaing Produk
Adapun pesaing dari produk sejenis adalah ”Rica Kepala
Ikan Roa” dan ”Ikan Cakalang” dengan berbagai resep yang
diproduksi oleh masyarakat sekitar, namun sampai sekarang
belum ada Abon Roa dan Abon Cakalang yang diproduksi secara
banyak untuk didistribusikan dan dijual luas dipasaran. Namun
produk yang diproduksi oleh perusahaan Mega Jaya Makmur
mempunyai kelebihan pada cita rasanya dan kualitas dari bahan
bakunya serta telah dikemas siap saji dan dijual luas dipasaran.
Sedangkan untuk pesaing dari produk lain sejenis yaitu
produk Abon Ayam, Abon Sapi dan Abon Ikan yang saat ini
sudah beredar luas di masyarakat, dimana produk tersebut tidak
mempunyai rasa yang unik dan mempunyai rasa sesuai bahan
baku pembuatannya dengan kemasan dan merk berbeda.
Sedangkan produk Abon Roa dan Abon Cakalang
mempunyai rasa yang tidak sama dengan abon tersebut di atas
dimana rasa dari Abon Roa dan Cakalang adalah khas ikan
dengan bumbu rasa pedas yang menggugah selera dan kaya akan
11
rasa ikan yang eksotik karena dibuat dengan resep yang telah
teruji bertahun‐tahun dan terbukti disenangi oleh sebagian besar
orang yang sudah mencobanya. Hal ini berarti Abon Roa dan
Abon Cakalang telah menciptakan celah pasar sendiri sehingga
pasar dapat lebih memilih produk yang sesuai dengan seleranya.
2.3.4. Sumber Bahan Baku
Bahan baku produksi utama adalah ikan roa dan ikan
cakalang yang telah diawetkan dengan metode pengasapan.
Bahan baku tambahan adalah bawang merah, bawang putih dan
cabai merah serta berbagai bumbu dapur.
Pedagang bahan baku tersebut telah mempunyai jalur
distribusi tetap dan mempunyai cukup bahan dagangan
sepanjang tahun. Bahan baku ikan roa dan cakalang tidak terlalu
tergantung akan musim karena pada dasarnya ikan roa dan ikan
cakalang ini telah diawetkan dengan cara diasapkan oleh
nelayan‐nelayan. Namun permasalahannya adalah kesegaran
produknya. Walau begitu keadaan ini belum terlalu berpengaruh
ke rantai kualitas produk jika pembelian bahan baku dilakukan
dengan baik dan tepat waktu dan pengolahan bahan baku
sebelum diproduksi dilakukan dengan baik.
Adapun nelayan‐nelayan yang menjadi asal bahan baku
ikan Roa dan ikan Cakalang ini berasal dari daerah Likupang,
Kema, dan Maluku Utara, Halmahera serta daerah sekitarnya.
Sebagian besar memang desa ataupun kota kecil dengan hasil laut
sebagai mata pencaharian penduduk. Survei ke daerah nelayan
menunjukkan adanya nilai harga beli bahan baku yang lebih
12
murah namun tidak signifikan jika memperhitungkan biaya
transportasinya.
Selain itu setelah adanya perubahan baru di kota Manado
dan adanya penertiban pasar, pedagang ikan roa yang dulunya
terpencar‐pencar dengan warung dagangan yang sempit dan
terbatas telah berubah. Pedagang ikan roa telah berkumpul
menjadi satu tempat berupa toko‐toko dengan fasilitas yang lebih
memadai dan harga yang menjadi lebih standar.
2.4. Analisis Pasar
2.4.1. Survei Pasar
Survei pasar dilakukan untuk mencari tahu adakah
konsumen potensial untuk produk baru ini yang bahkan belum
diketahui oleh sebagian besar responden. Survei dilakukan
dengan memberikan sample produk sedikit dalam kemasan
kepada orang‐orang yang disurvei sekaligus wawancara dengan
pengisian kuesioner secara langsung maupun diisikan oleh
pelaku survei.
Analisa awal produk abon roa dan abon cakalang target
yang dipilih adalah orang yang bepergian. Alasannya antara lain:
Dari pengalaman konsumen awal produk adalah orang‐orang
yang bepergian dengan maksud membawa bekal abon roa
atau abon cakalang khas daerah Manado.
Produk abon roa dan abon cakalang ini bertujuan menjadi
produk oleh‐oleh makanan kecil khas daerah Manado.
13
Asumsi target konsumen adalah orang‐orang yang
bepergian sehingga dilakukan kuesioner untuk membuktikan
potensial konsumen produk ini dan perilaku konsumennya.
Letak tempat yang dilakukan kuesioner terutama di
bandar internasional Soekarno‐Hatta dan Hotel Citraland
mempertimbangkan sasaran produk adalah sebagai oleh‐oleh
makanan khas daerah untuk turis lokal maupun mancanegara
selain itu memperhitungkan efisiensi biaya survei karena penulis
berada di Jakarta saat melakukan survei. Adapun survei
dilakukan dengan 2 bahasa yaitu dengan kuesioner berbahasa
Indonesia (lampiran 9) dan berbahasa Inggris (lampiran 10).
2.4.2. Hasil Analisis Pasar
Hasil survei menunjukkan potensi pasar yang besar untuk
orang yang bepergian mempunyai kecenderungan membeli oleh‐
oleh seperti makanan kecil dan makanan khas daerah.
Lihat lampiran 8 hasil survei pasar.
Hasil survei menunjukan adanya potensi pasar yang besar
akan produk ini karena rasanya yang khas. Bahkan dari
wawancara dengan turis mancanegara didapatkan bahwa produk
ini adalah sejenis penyedap rasa alami yang mengandung sodium
seperti ikan teri dan sejenisnya. Lihat lampiran 8 hasil survei.
Hasil lainnya adalah perlu adanya produk tidak pedas
karena ada sebagian orang tidak bisa akan rasa pedas terutama
turis mancanegara yang bukan dari daerah tropis. Untuk yang
dari daerah tropis bahkan menyukai rasa lebih pedas sehingga
dibuatkan produk extra pedas. Lihat lampiran 8 hasil survei.
14
2.4.3. Segmentasi Pasar
Segmen demografi seperti umur, jenis kelamin, dan
pekerjaan tidak sesuai karena produk abon dikonsumsi oleh
konsumen baik tua maupun muda, laki‐laki maupun perempuan,
ataupun dari pekerjaan apapun bisa mengkonsumsi abon ini.
Segmen yang sesuai adalah segmen perilaku konsumen
seperti dalam hal ini segmen yang dipilih adalah segmen perilaku
orang yang bepergian dengan kecenderungan membeli produk
oleh‐oleh/hadiah sehingga survei dilakukan memang untuk
membuktikan adanya potensi pasar akan produk ini dalam
segmen perilaku konsumen tersebut.
2.4.4. Target Pasar
Target pasar adalah orang yang bepergian yang membeli
oleh‐oleh makanan kecil khas daerah. Ini karena target pasar
memang diasumsikan adalah orang dengan perilaku tersebut
karena pengalaman dari konsumen awal produk adalah orang
yang bepergian dari daerah Manado.
2.4.5. Positioning
Produk dikembangkan sebagai oleh‐oleh makanan kecil
khas daerah sesuai dengan asumsi awal target pasar dan hasil
survei seperti yang terlihat di lampiran 11 hasil survei pasar.
Produk dikembangkan mempunyai perbedaan dengan
produk abon pada umumnya seperti produk abon ikan biasa
dengan perbedaan seperti berbumbu, mempunyai cita rasa
khusus, dan dirancang sebagai produk oleh‐oleh makanan kecil
khas daerah Manado.
15
2.5. Perencanaan Marketing
2.5.1. Perencanaan Marketing
Analisis survei mendapatkan adanya segmen perilaku
konsumen yang menyukai rasa pedas maupun ada yang tidak
menyukai rasa pedas. Sehingga perencanaan produk membuat
adanya tanpa rasa pedas. Juga dibuatkan produk extra pedas
karena cukup banyak orang menyukai rasa pedas.
Lihat lampiran 11 hasil survei pasar.
Strategy marketing untuk produk baru yang unik ini
adalah pengenalan ke pasar sekaligus langsung menggebrak
pasar dengan menyediakan produk yang mudah didapatkan
dimana‐mana khususnya di daerah Manado pada awalnya. Selain
itu marketing produk didukung dengan siaran radio FM yang
populer di kota Manado yaitu Radio Memora. Pemilihan radio
sebagai media marketing diharapkan efektif sekaligus didukung
pembagian pamflet/flyer di outlet‐outlet penjualan dan di tempat‐
tempat wisata. Model promosi di radio bukan memakai iklan
produk tapi menjadi topik pembicaraan DJ radio tersebut untuk
beberapa waktu dengan maksud agar pengenalan produk baru
ini bisa populer di seluruh Manado.
Sesuai dengan hasil survei pasar, strategi awal adalah
membuka outlet di bandara internasional Sam Ratulangi Manado
untuk target pasar orang yang bepergian jauh. Selain itu outlet‐
outlet target adalah toko‐toko souvenir yang menjual
cinderamata, aksesoris dan oleh‐oleh makanan kecil di seluruh
kota Manado.
16
Pada awalnya adalah mempersiapkan dan membuat outlet
di bandara internasional Sam Ratulangi di tempat yang cukup
strategis di ruang tunggu keberangkatan/kedatangan berupa
stand sederhana dengan banner dan standing banner serta
menyediakan Sales Promotion Girl dengan sample produk yang
bisa dicoba ditempat.
Mendistribusikan semua produk ke seluruh toko‐toko
souvenir di kota Manado. Kemudian di seluruh supermarket
yang ada dan memungkinkan menjual produk abon roa dan abon
cakalang. Langkah berikut adalah ke restoran‐restoran yang
ramai terutama rumah makan ”tinutuan” yang cukup besar dan
terkenal di kota Manado.
Outlet‐outlet target adalah semua toko souvenir dan oleh‐
oleh di kota Manado antara lain telah disurvei dan telah
dilakukan pendekatan yaitu: Toko Warung Ventje I, Toko
Warung Ventje II, Toko Masa Indah, Periskapura Kafe (di
bandara Sam Ratulangi), Kartini Kafe, UD. Kawanua, Toko Aneka
Rasa, Toko Manado Souvenir, Toko Maesa Souvenir, Kartini
Bakery, Supermarket FreshMart, toko souvenir tanpa nama
(kenalan), rumah makan tanpa nama sekaligus menjual makanan
seperti nasi campur, nasi kuning dan menjual makanan kecil khas
daerah juga seperti pala, bagea, dan lain‐lain (kenalan).
Merancang dan membuat pamflet / flyer, banner dan
standing banner yang akan dibagikan ke seluruh outlet yang
menjualnya yang memungkinkan untuk dipasang banner dan
standing banner.
17
2.5.2. Distribusi Produk
Produk diluncurkan sekaligus ke seluruh outlet yang telah
ditentukan dan disurvei sebelumnya di kota Manado. Sistem
penjualannya adalah titip jual alias konsinyasi.
Semua outlet telah disurvei dan dilakukan pendekatan
sebelumnya bahkan beberapa outlet adalah kenalan baik ibu
Judith. Sebagian besar merupakan outlet yang menjual souvenir
dan makanan oleh‐oleh seperti pala manis, bagea, kain karawang
dan berbagai macam oleh‐oleh. Namun ada juga supermarket
dan rumah makan serta kafe yang agak berbeda dengan toko
souvenir namun mempunyai kemiripan pembeli yang rata‐rata
adalah orang yang bepergian sesuai target produk abon roa dan
abon cakalang.
Standing banner dan banner dibagikan untuk outlet‐outlet
target penjualan yang telah dilakukan pendekatan sebelumnya.
Ini dilakukan bersamaan dengan peluncuran produk atau saat
pendistribusian produk saat pertama kali. Tidak semua outlet
cocok dibagikan banner mengingat masalah tempat dan lokasi
outlet namun untuk standing banner bisa diletakkan sekaligus
meramaikan promosi toko ataupun outlet tersebut. Standing
banner harus dirancang praktis, mudah dilihat juga ringan
mengingat faktor penyimpanan standing banner tersebut seusai
jam buka toko/outlet.
Lihat lampiran 4 promosi dalam perhitungan finansial untuk
outlet‐outlet target penjualan awal.
18
2.5.3. Competition
Kompetisi yang ada untuk abon roa dan abon cakalang ini
adalah produk abon dengan bahan ikan maupun daging lain dan
sejenisnya maupun produk substitusi.
Untuk abon dengan bahan ikan perbandingan harganya
adalah 1 ons/100gr abon ikan kurang lebih Rp. 22.500,‐ (di pasar
Petak Sembilan Jakarta), untuk abon dengan bahan daging sapi
perbandingan harganya adalah 1 ons/100gr abon ikan Rp. 17.000,‐
(di Carrefour Permata Hijau Jakarta) dibandingkan dengan
produk abon biasa sebagai kompetitor, harga abon roa dan abon
cakalang lebih murah dan bisa bersaing dalam jenis produk yang
sama. Karena hal ini abon roa dan abon cakalang ini dijual juga
ke supermarket FreshMart pada awalnya sebagai produk
makanan abon ikan dengan display berdekatan dengan produk
sejenis. Hal ini untuk mencoba target dan positioning pasar yang
berbeda dengan outlet‐outlet lainnya yaitu sebagai produk abon
dengan cita rasa khusus.
Abon Roa dan Abon Cakalang ini memposisikan sebagai
produk oleh‐oleh sehingga ikut meramaikan persaingan di
berbagai jenis produk oleh‐oleh. Namun untuk produk sejenisnya
belum ada yang dijual luas dan banyak.
Untuk produk substitusi seperti produk oleh‐oleh pala
manis, pala pedas, bagea kenari dan produk‐produk souvenir
seperti kain karawang, setiap produk mempunyai jenis dan ciri
khas yang berbeda dengan jenis produk abon roa dan abon
19
cakalang ini namun mengambil pangsa pasar yang sama yaitu
orang‐orang yang bepergian.
Perbandingan dengan abon ikan sejenis terlihat seperti tiga
kutipan di bawah ini. Perbandingan harganya memang sangat
jauh dibandingkan dengan harga abon Cakalang namun banyak
perbedaan dasar seperti produk di bawah ini adalah seluruhnya
produk ikan tuna.
ABON IKAN LAPULU, BIKINNYA DI GANG SEMPIT, DI BELI
ORANG JAKARTA
Tanggal 27 Juli dilakukan praktek pembuatan abon ikan di rumah Ibu Hastika.
Dari 20 kilogram bahan baku ikan tuna dihasilkan rendemen abon kering
sebanyak 7 kilogram. Perhitungannya, dengan rata-rata harga ikan tuna Rp.
6000/kilogram ditambah dengan bumbu, dibutuhkan modal sebesar Rp.
200.000. abon yang dihasilkan sebanyak 7 kilogram dengan harga jual minimal
Rp. 40.000/kilogram diperoleh hasil Rp. 280.000.
Dikutip Rabu, 12 Juni 2007 dari http://www.ict4pr.org/ .
Pengolahan Abon Tuna di Sendangbiru Menguntungkan
Malang, Kompas - Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, akan berupaya membantu meningkatkan pendapatan keluarga nelayan di Pantai Sendangbiru, Kabupaten Malang. Caranya, dengan program pendampingan masyarakat dalam pengolahan ikan tuna menjadi jenis makanan abon.
Cara tersebut ternyata dapat menghasilkan keuntungan lebih dari 50 persen, jika dibandingkan penjualan ikan tuna mentah. "Beberapa waktu lalu saya menjumpai salah satu penjual abon ikan tuna di Sendangbiru. Ternyata enak juga, dan dijual dengan harga Rp 28.000 per kilogram," kata Kepala LPM Unibraw Syamsulbahri, Selasa (29/10), di Malang.
Dikutip dari Kompas, Rabu, 30 Oktober 2002
http://www2.kompas/kcm/ .
20
Perbandingan dengan abon ikan lain terlihat seperti
kutipan di bawah ini. Perbandingan harganya sebanding dengan
harga abon Roa dan abon Cakalang namun banyak perbedaan
dasar seperti produk di bawah ini adalah seluruhnya produk ikan
tuna.
Abon Ikan Haruan (gabus, Ophiocephalus striatus atau Channa striatus) Proses pembuatannya setahu saya gampang kok hehehe, kira kira seperti ini: Beli atau mancing ikan haruan dulu kemudian setelah ikan tersebut dikeringkan yang kemudian dihaluskan setelah itu campur dengan santan dan bumbu rempah yang kemudian dimasak hingga kandungan airnya habis kemudian
disangrai hingga berwarna keemasan Nah buat temen-temen yang mampir ke daerah Kalimantan jangan lupa beli abon yang satu jadikan oleh-oleh favorit tersendiri dan dijamin lidah anda akan
bergoyang Harganya pun tak kalah menariknya. Rp 12.000 per bungkus plastik yang beratnya 100 gram, murah bukan? Hingga akhirnya disajikan untuk menemani
hangatnya nasi pulen dan segarnya air es kelapa muda. Dikutip Rabu, 12 Juni 2007 dari http://fiandigital.wordpress.com/
2.5.4. Pricing
Sesuai dengan survei pasar dan studi perbandingan
dilakukan penetapan harga jual dengan mempertimbangkan
biaya produksi produk, harga kemasan, harga produk lain rata‐
rata di pasaran dan juga mempertimbangkan keuntungan
dealer/outlet penjual produk abon ini. Harga jual
mempertimbangkan mengambil profit rata‐rata sebesar 40% dari
harga pokok produksi.
Lihat lampiran 2 dan lampiran 3 untuk harga pokok produksi
dan harga produk
21
2.6. Perencanaan Produksi
2.6.1. Pembelian Bahan Baku
Bahan baku dibeli selang beberapa hari sesuai dengan
kapasitas produksi harian. Perencanaan awal adalah membuat
produk sebanyak 300 KG dalam waktu 1‐2 minggu dengan
kemasan berbeda‐beda sebagai stok awal perencanaan penjualan
sebulan. Lihat lampiran 1 perhitungan finansial.
Sesudah itu kapasitas awal produksi harian direncanakan
untuk 15‐20 KG. Sesuai dengan perencanaan proyeksi penjualan
di lampiran 1 perhitungan finansial.
2.6.2. Proses Produksi
Awalnya perencanaan dengan memproduksi produk
cukup untuk peluncuran produk dan stok ke seluruh outlet‐outlet
yang ada yang diperhitungkan yaitu produksi sebanyak kurang
lebih 300 KG produk jadi belum dikemas. Lihat lampiran 1
perhitungan finansial.
Produksi harian sebanyak 15‐20 KG dengan 5 – 6 kali
memasak. Jika produksi awal dengan sekali proses 3 – 4 KG
produk dengan waktu memasak sekitar 30 ‐ 45 menit. Total
waktu produksi sekitar 2,5 jam jika hanya memproduksi sekali
masak. Waktu produksi itu sebagian besar adalah menyiapkan
bahan olahan. Jika diproduksi massal dengan waktu pengolahan
sekaligus bisa menghemat waktu produksi. Total waktu untuk
memasak sekitar 15 KG produk jadi adalah 4 ‐ 5 jam dengan
tenaga kerja 3 orang ditambah waktu untuk pengemasan dan
lain‐lain sekitar 6 jam total waktu produksi harian.
22
2.7. Rencana Organisasi dan Manajemen
Perencanaan manajemen adalah menggunakan karyawan
seminimal mungkin karena proses produksi tidak perlu dilakukan
seharian penuh. Karyawan yang ada adalah karyawan pembantu
rumah tangga yang memang ada bekerja di kantin kakak pemilik.
Mencari karyawan sebagai Sales Promotion Girl di bandar
udara Sam Ratulangi dengan sistem gaji dan bonus penjualan.
Selain itu sistem gaji dibuat dengan memakai target penjualan SPG
dengan gaji pokok sebagai uang makan dan transportnya.
Mempertimbangkan waktu kerja SPG tersebut tidak begitu
memberatkan dengan gaji dan target penjualannya diutamakan
SPG yang cukup berpendidikan minimal sedang menjalani
pendidikan tingkat SLTA, sopan, menarik dan lebih khusus lagi
tinggal di sekitar bandar udara Sam Ratulangi karena waktu
kedatangan/keberangkatan pesawat di bandara udara tersebut
frekuensinya masih belum begitu padat.
Awalnya sales dan sopir ke outlet‐outlet adalah pemilik
sendiri sebelum mencari sopir lain bulanan jika distribusi telah
lancar. Ini dilakukan sekaligus merambah dan mempelajari pasar
produk tersebut. Berikutnya adalah mencari sopir yang sekaligus
bisa menjadi sales yang loyal dan rajin yang bisa menjual di kota
Manado karena pemiliknya akan mencoba menjual dan merambah
ke kota lain seperti ke kota Surabaya dan Jakarta dengan target ke
bandar udara Juanda Surabaya dan ke Jakarta di bandar udara
Soekarno‐Hatta pada awalnya.
23
2.8. Finansial Analisis
Asumsi tingkat suku bunga 15% mempertimbangkan suku
bunga kredit sekarang pada umumnya dan bunga perhitungan
kredit untuk mobil operasional.
Asumsi penjualan di Lampiran 1 Perhitungan Finansial adalah
penjualan minimal untuk seluruh outlet yang ada. Jumlah outlet
yang ada sebanyak 15 buah dengan asumsi penjualan perhari
sebanyak 15 buah produk dalam berbagai kemasan. Dengan
asumsi penjualan ini dilakukan perhitungan penjualan.
Asumsi harga jual produk ada di lampiran 2 dan lampiran 3
seperti dibahas di bab 2.5.4. Pricing halaman 20 paragraf akhir
mempertimbangkan harga produksi dan harga pesaing.
2.8.1. Investasi yang diperlukan
Investasi awal yang diperlukan sebagaian besar adalah
biaya produk awal untuk peluncuran produk. Selain itu adalah
biaya promosi dan investasi furniture dan peralatan outlet di
bandar udara Sam Ratulangi.
Investasi modal awal sebesar Rp. 96.000.000,‐ dengan
perincian aset awal yang sudah ada sebesar Rp. 2.500.000,‐ berupa
lemari es dan alat‐alat dapur. Total investasi uang kas awal dalam
perhitungan sebesar Rp. 43.270.000,‐ berupa investasi aset, biaya
operasi, biaya produksi awal, biaya promosi dan pembelian
peralatan serta furnitur yang diperlukan.
Lihat lampiran 4 dan 5 dalam perhitungan finansial untuk
investasi awal dan biaya promosi.
24
2.8.2. Biaya Produksi
Salah satu biaya produksi adalah minyak tanah yang
cukup murah. Untuk produksi lebih banyak lagi direncanakan
memakai kompor berbahan baku serbuk kayu dengan panas api
dan waktu memasak yang sesuai dengan proses produksi abon
roa dan abon cakalang. Dengan wajan goreng kapasitas 5 KG,
kompor serbuk kayu menyala 6 ‐ 8 jam dengan serbuk kayu gratis
dari tempat gergajian kayu, ini menghemat biaya produksi.
Namun hal ini belum dilakukan mempertimbangan produksi
baru sebanyak 15KG bisa dengan 4x memasak. Kelemahannya
kompor serbuk kayu adalah hitam arang ke wajan gorengnya.
Lihat lampiran 2 dan 3 dalam perhitungan finansial untuk biaya
produksi.
2.8.3. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi dalam proyeksi perencanaan penjualan
tahun pertama didapatkan Laba Bersih atau Sisa Hasil Usaha
sebesar Rp 30.296.604,‐, tahun kedua sebesar Rp 88.239.364,‐ ,
tahun ketiga sebesar Rp 124.195.744,‐
Lihat lampiran 7 perhitungan laba rugi.
2.8.4. Net Present Value
Perhitungan Net Present Value dalam 3 tahun periode
perhitungan dengan tingkat suku bunga 15% didapatkan sebesar
Rp 121.982.704,‐ .
Lihat lampiran 5 perhitungan NPV.
25
2.8.5. Payback Period
Payback Period atau waktu pengembalian modal
awal/investasi awal dalam perhitungan 509 hari atau dalam
kurang lebih 17 bulan.
Lihat lampiran 5 perhitungan Payback Period.
2.8.6. Internal Rate of Return
Internal Rate of Return bisnis ini dari hasil perhitungan
adalah 48.29% jika dibandingkan dengan bunga bank 15% adalah
3,2X kesimpulannya maka IRR bisnis ini sangat cukup memenuhi
syarat kelayakan bisnis.
Lihat lampiran 5 perhitungan IRR.