bab ii atah

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Biaya Kualitas 2.1.1.1 Pengertian Biaya Kualitas Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Menurut Hansen dan Mowen (2000: 7), Biaya mutu adalah biaya yang timbul karena mungkin atau telah dihasilkan produk yang jelek mutunya. Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (2000: 34), biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk dan biaya kualitas dapat dikatakan biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Menurut Blocher, dkk (2000: 220), Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas rendah, dan dengan opportunity cost 10

Upload: kodok-shinigami-zangetsusword

Post on 19-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biaya kualitas

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II atah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Biaya Kualitas

2.1.1.1 Pengertian Biaya Kualitas

Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena

kualitas yang buruk.

Menurut Hansen dan Mowen (2000: 7), Biaya mutu adalah biaya yang

timbul karena mungkin atau telah dihasilkan produk yang jelek mutunya.

Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (2000: 34), biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk dan biaya kualitas dapat dikatakan biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan.

Menurut Blocher, dkk (2000: 220), Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas rendah, dan dengan opportunity cost dari hilangnya waktu produksi penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.

jadi biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan tejadi

yang bekaitan dengan kegiatan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan, dan

pencegahan kerusakan, sebagai respon dari munculnya produk dengan kualitas

buruk yang mengakibatkan opportunity cost dan pemborosan.

10

Page 2: BAB II atah

11

2.1.1.2 Jenis-Jenis Biaya Kualitas

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009: 200), biaya tuntutan mutu

atau biaya kualitas dapat dikategorikan sebagai berikut :

- Biaya pencegahan, adalah biaya yang berhubungan dengan

perancangan, pengimplementasian, dan pemeliharaan sistem mutu.

- Biaya peningkatan mutu/ biaya penilaian, adalah biaya yang

dikeluarkan untuk menjamin agar bahan dan produk yang

dihasilkan memenuhi standar mutu yang diinginkan.

- Biaya kegagalan internal, adalah biaya yang berkaitan dengan

bahan dan produk yang tidak memenuhi standar mutu yang

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, sebelum produk yang

dihasilkan sampai ke tangan konsumen pemakai.

- Biaya kegagalan eksternal, adalah biaya yang muncul karena

rendahnya mutu produk yang dihasilkan mencakup produk yang

dikembalikan, biaya keluhan pelanggan, biaya pemulihan citra

perusahaan, dll.

Menurut Russel yang dikutip oleh Ariani (2004: 9), biaya kualitas

digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu :

1. Cost Of Conformance

Biaya yang termasuk dalam cost of conformance adalah biaya pencegahan

dan biaya penilaian, karena biaya-biaya tersebut terjadi dalam rangka memastikan

kualitas produk sesuai dengan keinginan pelanggan.

Page 3: BAB II atah

12

a. Biaya Pencegahan (prevention cost)

Biaya pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah

kerusakan produk yang dihasilkan (mencegah cacat kualitas) atau

semua biaya yang berkaitan dengan setiap kegiatan yang dirancang

untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang tepat dilaksanakan

dengan benar sejak pertama kali. Biaya pencegahan meliputi :

- Biaya pelatihan kualitas, yaitu pengeluaran untuk program-

program pelatihan internal dan eksternal.

- Biaya teknik dan perencanaan kualitas, yaitu biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan

patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan.

- Biaya pemeliharaan peralatan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk

memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki, dan

menginspeksi peralatan produksi, proses dan system.

- Biaya penjaminan supplier, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk

mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data, auditing dan

pelaporan kualitas.

b. Biaya penilaian (Detection/ Appraisal cost)

Biaya penilaian dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis

data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan

spesifikasinya dan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama

penilaian adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan

kerusakan sepanjang proses perusahaan, misalnya mencegah

Page 4: BAB II atah

13

pengiriman barang-barang yang tidak sesuai dengan persyaratan

kepada pelanggan. Biaya ini meliputi:

- Biaya pengujian dan inspeksi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk

menguji dan menginspeksi kesesuaian barang yang akan datang,

produk dalam proses dan produk selesai dengan kualifikasi yang

tercantum dalam pesanan.

- Peralatan pengujian, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh, mengoperasikan, atau mempertahankan kualitas,

software, mesin dan peralatan pengujian atau penilaian kualitas

produk dan proses.

- Audit kualitas, yaitu biaya yang meliputi pemeriksaan kualitas

produk, seperti gaji dan upah semua orang yang terlibat dalam

penilaian kualitas produk dan jasa dan pengeluaran lain yang

dikeluarkan selama penilaian kualitas.

- Evaluasi persediaan, yaitu biaya yang meliputi pengujian produk di

gudang, dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan

kualitas produk.

- Biaya informasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan

dan membuktikan laporan kualitas.

2. Cost Of Non Conformance

Biaya yang termasuk kedalam Cost Of Non Conformance adalah biaya

kegagalan internal dan eksternal karena biaya-biaya tersebut merupakan biaya

Page 5: BAB II atah

14

yang dikeluarkan karena menghasilkan produk yang cacat dan opportunity cost

karena ditolaknya produk dan jasa.

a. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)

Merupakan biaya yang terjadi Karena adanya ketidaksesuaian dengan

persyaratan atau biaya yang dikeluarkan karena rendahnya kualitas

yang ditemukan sejak penilaian awal dan sebelum barang atau jasa

dikirimkan kepada pelanggan. Pengukuran biaya kegagalan internal

dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum

meninggalkan pabrik, biaya kegagalan internal meliputi:

- Biaya tindakan koreksi, adalah biaya untuk waktu yang dihabiskan

untuk menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengoreksi

masalah.

- Sisa bahan, adalah kerugian yang timbul karena adanya sisa bahan

baku yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat kualitas

yang dikehendaki.

- Biaya pengerjaan kembali, adalah biaya yang timbul untuk

melakukan proses pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar

kualitas yang disyaratkan.

- Biaya proses, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain

ulang produk atau proses dan pemberhentian mesin yang tidak

direncanakan dan gagalnya produksi karena adanya penyelaan

proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.

Page 6: BAB II atah

15

- Biaya ekspedisi, adalah biaya yang dikeluarkan untuk

mempercepat operasi pengolahan karena adanya waktu yang

dihabiskan untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.

- Biaya inspeksi dan pengujian ulang, adalah biaya yang dikeluarkan

selama inspeksi ulang atau pengujian ulang atas produk-produk

yang telah diperbaiki.

- Factory Contract Engineering, adalah biaya yang berhubungan

dengan waktu yang digunakan oleh para ahli produk atau produksi

yang terlibat dalam masalah-masalah produksi yang menyangkut

kualitas.

b. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)

Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk

atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah

produk itu dikirimkan kepada pelanggan, seperti biaya dalam rangka

meralat cacat kualitas setelah produk sampai ke pelanggan dan laba gagal

yang diperoleh karena hilangnya peluang sebagai akibat adanya produk

atau jasa yang tidak dapat diterima oleh pelanggan. Biaya ini merupakan

biaya yang paling membahayakan karena dapat membuat reputasi buruk,

kehilangan pelanggan dan kehilangan pangsa pasar. Biaya kegagalan

eksternal meliputi :

- Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan,

biaya ini meliputi semua biaya yang ditimbulkan karena adanya

keluhan-keluhan tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan,

Page 7: BAB II atah

16

reparasi atau penggantian/penukaran produk. Biaya penanganan

keluhan ini dibedakan antara yang masih bergaransi dan masa

garansinya sudah lewat.

- Pelayanan (service) produk, adalah biaya yang dikeluarkan akibat

dari usaha untuk memperbaiki ketidaksempurnaan atau untuk

pengujian khusus atau untuk memperbaiki yang cacat yang bukan

disebabkan oleh adanya keluhan pelanggan.

- Biaya penarikan kembali dan pertanggung jawaban produk, biaya

untuk menangani pengembalian produk, perbaikan atau

penggantian, biaya hukum atau biaya penyelesaian hukum.

- Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan,

margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda,

penjualan yang hilang dan menurunnya pangsa pasar.

Hansen dan Mowen (2005: 8) mendefinisikan kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan kualitas juga menunjukan empat kategori biaya, yaitu:

1. Biaya pencegahan (prevention cost), yaitu biaya untuk mencegah kerusakan

atau cacat produk.

2. Biaya penilaian (appraisal cost), yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk

mengadakan pengujian terhadap produk yang dihasilkan.

3. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost), yaitu biaya yang harus

dikeluarkan karena perusahaan menghasilkan produk yang cacat, tapi cacat

produk tersebut sudah diketahui sebelum produk tersebut sampai pada

pelanggan.

Page 8: BAB II atah

17

4. Biaya kegagalan eksternal ( External Failure Cost), yaitu biaya yang

dikeluarkan perusahaan karena menghasilkan produk yang cacat, dan produk

ini telah diterima oleh konsumen.

2.1.2 Profitabilitas

2.1.2.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan dari suatu kesatuan usaha (entitas) untuk

memperoleh laba. Suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang

menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk

menarik modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan dan terutama pihak

manajemen perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan keuntungan ini,

karena disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan

perusahaan.

Menurut Danang Sunyoto (2013: 113), Pengertian dari profitabilitas

adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari usahanya.

Harmono mengemukakan bahwa (2009: 89), Profitabilitas

menggambarkan kinerja fundamental perusaahaan ditinjau dari tingkat efisiensi

dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba.

Sedangkan R. Agus Sartono (2001: 122) mendefinisikan profitabilitas

sebagai berikut :

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan didalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Dari pengertian tersebut, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa profitabilitas adalah

Page 9: BAB II atah

18

kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan, dimanapun kemampuan tersebut dapat diukur dengan membandingkan antara laba yang dihasilkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.

Menurut Pandji Anoraga (2004 : 300), Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, baik dihubungkan dengan penjualan, maupun dihubungkan dengan aktiva yang menghasilkan keuntungan tersebut, atau dihubungkan dengan modal sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas adalah tingkat kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba ditinjau dari kinerja efisiensi dan efektivitas

perusahaan dalam usahanya baik dihubungkan dengan penjualan, maupun

dihubungkan dengan aktiva yang menghasilkan keuntungan tersebut, atau

dihubungkan dengan modal sendiri.

2.1.2.2 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat

keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Jumlah keuntungan yang didapat

satu perusahaan dapat dilihat dari laporan laba rugi tahunan yang dikeluarkan oleh

perusahaan dan setiap perusahaan akan selalu memaksimalkan laba yang

diperolehnya.

Menurut Dermawan Sjahrial (2006:45), rasio profitabilitas merupakan

rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2008: 304) menyatakan

bahwa:

Page 10: BAB II atah

19

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan

laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,

kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas

adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan

melalui kegiatan penjualan, harta perusahaan dan modal saham. Rasio

profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu:

a. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin yaitu dengan menghitung antara laba kotor yang diperoleh

dari penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualannya dengan penjualan.

Gross Profit Margin = gross profit margin x 100%

Sales

b. Net Profit Margin

Net Profit Margin dapat dihitung dengan membandingkan laba setelah pajak

dengan penjualannya.

Net Profit Margin = EAT x100%

Sales

c. Return On Assets

Return On Assets dapat dihitung dengan membandingkan laba setelah bunga dan

pajak dengan jumlah aktiva.

Return On Assets = EBIT x 100%

Total Assets

Page 11: BAB II atah

20

d. Return On Equity

Return On Equity ini sering disebut dengan Rute of return on net worth yaitu

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri.

Dapat dihitung dengan membandingkan laba setelah pajak dengan modal sendiri.

Return On Equity = EAT x100

Modal sendiri

e. Return On Investment

Return On Investment (ROI) dapat dihitung dengan membandingkan laba setelah

pajak dengan jumlah aktiva.

Return On Investment = EAT x 100%

Total asset

f. Earning Per Share

Earning Per Share dapat dihitung dengan membandingkan laba setelah pajak

dengan jumlah lembar saham.

Earning Per Share = EAT

Jumlah lembar saham

2.2 Kerangka Pemikiran

Semakin ketatnya persaingan antar perusahaan yang bergerak di bidang

produksi yang sama, menyebabkan perusahaan termotivasi untuk selalu

Page 12: BAB II atah

21

memperkuat fundamental manajemen sehingga akan mampu bersaing dengan

perusahaan lain. Untuk itu perusahaan harus mampu meningkatkan kualitas

produk yang dihasilkan. Akan tetapi, setiap kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan baik dalam proses produksi ataupun penjualan memerlukan

pengorbanan sumber daya yang disebut sebagai biaya.

Kualitas produk dipandang sebagai elemen penting dalam eksistensi

perusahaan. Oleh dari itu, untuk meningkatkan dan mengendalikan kualitas

produk, perusahaan perlu menerapkan kegiatan yang berhubungan dengan

kualitas, dan biaya-biaya yang menjalankan kegiatan tersebut adalah biaya

kualitas. Seperti yang telah dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (2000: 34), Biaya

Kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang

buruk dan biaya kualitas dapat dikatakan biaya yang berhubungan dengan

penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan.

Kualitas produk yang baik akan berdampak pada penguasaan pasar dan

menimbulkan kebutuhan produksi yang banyak. Akan tetapi seperti yang telah

diuraikan di atas, untuk menghasilkan sejumlah barang yang dibutuhkan tersebut,

perusahaan harus mengeluarkan sejumlah biaya yang cukup besar untuk

mengalokasikan biaya kualitas. Untuk itu manajemen perusahaan harus mampu

mengambil kebijakan yang tepat agar biaya kualitas yang dikeluarkan tidak

mengakibatkan pemborosan dan dapat mengimbangi jumlah laba yang diperoleh.

Hansen dan Mowen (2005: 8) mendefinisikan kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan kualitas juga menunjukan empat kategori biaya, yaitu: Biaya

pencegahan (Prevention Cost), Biaya penilaian (Appraisal Cost), Biaya kegagalan

Page 13: BAB II atah

22

internal (Internal Failure Cost), dan Biaya kegagalan eksternal ( External Failure

Cost). Mengacu pada prinsip yang berlaku umum, yang menyatakan bahwa biaya

kualitas sebaiknya kurang dari 2,5 persen penjualan. Maka manajemen perusahaan

perlu mengendalikan biaya kualitas melalui keempat elemen tersebut dengan

perencanaan yang optimal.

Biaya kualitas akan mempengaruhi laba (Profitabilitas) yang diperoleh

perusahaan. Sebab biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan akan membentuk

pangsa pasar dan meningkatkan penjualan produk perusahaan, sehingga

menentukan besar kecilnya perolehan keuntungan atau laba perusahaan dari

penjualan yang dilakukan, sehingga biaya kualitas secara tidak langsung akan

mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

Seperti yang dikemukakan Pandji Anoraga (2004 : 300), Profitabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, baik

dihubungkan dengan penjualan, maupun dihubungkan dengan aktiva yang

menghasilkan keuntungan tersebut, atau dihubungkan dengan modal sendiri.

Melalui rasio gross Profit Margin maka akan diketahui profitabilitas perusahaan

dari perbandingan laba kotor perusahaan dan Penjualan (Sales).

Perencanaan dan analisis dari manajemen akan sangat berpengaruh agar

dapat menjalankan biaya kualitas secara optimal. Namun bila biaya kualitas

tersebut tidak optimal akan menyebabkan pemborosan biaya dan menjadi beban

perusahaan. Kualitas produk ini menjadi sangat vital dalam meningkatkan

penjualan, karena bila penjualan meningkat maka otomatis akan memicu

pendapatan kotor dan bersih perusahaan mengalami peningkatan.

Page 14: BAB II atah

23

2.3 Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah “Terdapat Pengaruh Biaya Kualitas Secara Parsial terhadap

Profitabilitas”.