bab ii analisis data dan pembahasan - portal...

110
41 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam analisis data penulis akan membahas 4 hal, yaitu (1) pemanfaatan dan pemilihan aspek-aspek bunyi bahasa dalam novel Alun Samudra Rasa karya Ardini Pangastuti Bn, (2) diksi atau pemilihan kosakata dalam novel Alun Samudra Rasa karya Ardini Pangastuti Bn, (3) penggunaan gaya bahasa dalam novel Alun Samudra Rasa karya Ardini Pangastuti Bn, (4) aspek pencitraan dalam novel Alun Samudra Rasa karya Ardini Pangastuti Bn. Adapun uraiannya sebagai berikut: A. Pemanfaatan dan Pemilihan Aspek-aspek Bunyi dalam Novel Alun Samudra Rasa Karya Ardini Pangastuti Bn Kajian Stilistika Novel Alun Samudra Rasa karya Ardini Pangastuti Bn tidak luput menggunakan pemanfaatan aspek bunyi, seperti purwakanthi „pengulangan bunyi‟. Adapun purwakanthi yang sering muncul dalam NASR karya APBn, yaitu asonansi atau purwakanthi swara „pengulangan bunyi vokal‟, aliterasi atau purwakanthi sastra „pengulangan konsonan‟ dan purwakanthi basa/lumaksita „perulangan kata atau suku kata‟. Perulangan suku kata dalam NASR karya APBn terdiri atas lumaksita, epizeuksis, epistrofa, anafora dan anadiplosis. Pemanfaatan ketiga aspek bunyi yang digunakan pengarang bertujuan untuk menimbulkan kesan estetis atau keindahan dalam karya sastra, serta menimbulkan efek-efek tertentu dalam melukiskan peristiwa atau keadaan tertentu.

Upload: dinhkhanh

Post on 03-Mar-2019

263 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

41

BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam analisis data penulis akan membahas 4 hal, yaitu (1) pemanfaatan

dan pemilihan aspek-aspek bunyi bahasa dalam novel Alun Samudra Rasa karya

Ardini Pangastuti Bn, (2) diksi atau pemilihan kosakata dalam novel Alun

Samudra Rasa karya Ardini Pangastuti Bn, (3) penggunaan gaya bahasa dalam

novel Alun Samudra Rasa karya Ardini Pangastuti Bn, (4) aspek pencitraan dalam

novel Alun Samudra Rasa karya Ardini Pangastuti Bn. Adapun uraiannya sebagai

berikut:

A. Pemanfaatan dan Pemilihan Aspek-aspek Bunyi dalam Novel Alun

Samudra Rasa Karya Ardini Pangastuti Bn

Kajian Stilistika Novel Alun Samudra Rasa karya Ardini Pangastuti Bn

tidak luput menggunakan pemanfaatan aspek bunyi, seperti purwakanthi

„pengulangan bunyi‟. Adapun purwakanthi yang sering muncul dalam NASR

karya APBn, yaitu asonansi atau purwakanthi swara „pengulangan bunyi vokal‟,

aliterasi atau purwakanthi sastra „pengulangan konsonan‟ dan purwakanthi

basa/lumaksita „perulangan kata atau suku kata‟. Perulangan suku kata dalam

NASR karya APBn terdiri atas lumaksita, epizeuksis, epistrofa, anafora dan

anadiplosis.

Pemanfaatan ketiga aspek bunyi yang digunakan pengarang bertujuan

untuk menimbulkan kesan estetis atau keindahan dalam karya sastra, serta

menimbulkan efek-efek tertentu dalam melukiskan peristiwa atau keadaan

tertentu.

Page 2: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

42

1. Asonansi (Purwakanthi Swara)

Asonansi merupakan gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi

vokal yang sama (Gorys Keraf, 2004:130). Adapun macam asonansi yang terdapat

dalam NASR karya APBn, yaitu berupa perulangan vokal [a], [i], [u], [e] dengan

bunyi vokal [O], [a],[i], [I], [u], [U], [e] dengan bunyi vokal [ȇ].

Adapun data yang mengandung asonansi atau purwakanthi swara

„perulangan bunyi vokal‟ yang terdapat dalam NASR karya APBn sebagai

berikut:

a. Asonansi [a] dengan bunyi vokal [O]

(1) sing kanthi gamblang bisa

crita

ngenani apa kang sinerat ing

kana

sing kanthi trawaca tansah

aweh sasmita marang mobah mosiking

swasana

(ASR/P1/1)

„yang dengan jelas dapat

bercerita‟

„mengenai apa yang tertulis

disana‟

„yang sudah terbaca akan

memberi pelajaran‟

„terhadap hiruk pikuk

suasana‟

(ASR/P1/1)

(2) sawise sakabehe prastawa

sing ngremukake jiwaraga.

(ASR/P2/56)

„setelah semua peristiwa‟

„yang menghancurkan jiwa raga‟

(ASR/P2/56)

(3) apa ana usada

kanggo nambani sakabehe lara

kang tumanduk ing jiwa raga?

(ASR/12/120)

„apa ada obat‟

„untuk mengobati semua sakit‟

„yang menimpa jiwa raga?‟

(ASR/12/120)

(4) larik-larik ukara tanpa aksara

Bali ngebaki akasa

Nyesaki dhadha

(ASR/18/187)

„baris-baris kata tanpa aksara‟

„Kembali memenuhi langit‟

„menyesakkan dada‟

(ASR/18/187)

(5) geter-geter tresna

ing pucuke alun rasa

„getar-getar asmara‟ „di pucuk ombak rasa‟

Page 3: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

43

wis suwe ilang

kapracondhang dening

samirana(ASR/25/263)

„yang lama hilang‟

„dihempas oleh

angin‟(ASR/25/263)

(6) angin pancaroba ngobrak-abrik

swasana ngrusak impen sing durung

sawutuhe sampurna

endahe kluwung ing birune langit

sirna (ASR/P26/274)

„angin pancaroba mengobrak-abrik

suasana‟

„merusak impian yang belum

sepenuhnya sempurna‟

„indahnya sinar di birunya langit

hilang‟(ASR/P26/274)

(7) Cilakane Bregas isih tetep nglibatake rasa. Kamangka Intan cetha wis

kipa-kipa. Kejaba iku dheweke uga isih jinja yen kudu omah-omah maneh

karo priya liya. (ASR/P29/311)

„Celakanya Bregas masih tetap melibatkan rasa. Sedangkan Intan jelas

sudah tidak sudi. Selain itu dia juga masih trauma kalau harus berumah

tangga lagi dengan pria lain‟

(8) Ning kasunyatan sing ana, akeh priya sing rumangsa luwih kuwasa,

...(ASR/P29/313)

„tapi kenyataan yang ada, banyak pria yang merasa lebih berkuasa,...

(9) Ines isih tresna lan tetep tresna senajan ngerti Pram ora setya.

(ASR/P31/336)

„Ines masih cinta dan tetap akan cinta meskipun Pram tidak setia‟

Pada data (1) sampai dengan (6) merupakan geguritan pada novel perangan

1, 2, 12, 18, 25, dan 26. Ke enam datanya dengan pola persajakan a-a-a-a pada

akhir kata disetiap barisnya. Setiap barisnya terdapat asonansi [a] dengan bunyi

vokal [O] yang didominasi kenyaringan bahasanya terletak pada suku kata kedua

dan ketiga atau akhir kalimat. Data (1) bersajak a-a-a-a yaitu pada kata crita

„cerita‟, kana „sana‟, sasmita „pelajaran‟, dan swasana „suasana‟. Baris satu dan

dua terdapat bunyi vokal [O] yang mendukung keindahan sajak terletak pada suku

kata kedua pada kata bisa „bisa‟, crita „cerita, apa „apa‟, dan kana „sana‟. Baris

ketiga dan keempat bunyi vokal [O] pada kata trawaca „terbaca‟, dan swasana

„suasana‟. Keduanya terletak pada suku kata kedua dan ketiga, serta kata sasmita

Page 4: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

44

„pelajaran‟ pada suku kata ketiga. Data (2) terletak pada kata prastawa

„peristiwa‟, dan frasa jiwa raga „jiwa raga‟. Pada data (3) bersajak a-a-a-a yaitu

pada suku kata kedua dan ketiga kata usada „obat‟, yang sebelumnya di ikuti

bunyi vokal [O] pada kata apa ana „apa ada‟ pada suku pertama dan kedua, dan

pada kata lara „sakit‟ dan raga „raga‟ dibaris kedua dan ketiga. Data (4) yaitu

pada kata ukara tanpa aksara „kata tanpa aksara‟ pada baris pertama, kata akasa

„langit‟ pada baris kedua suku kata kedua dan ketiga, dan kata dhadha „dada‟

baris ketiga suku kata pertama dan kedua. Pada data (5) bunyi vokal [O] pada kata

tresna „cinta‟, rasa „rasa‟ dan samirana „angin‟. Serta data (6) terletak pada suku

kata kedua dan ketiga kata swasana „suasana,suku kata kedua kata sampurna

„sempurna‟ dan sirna „sirna‟. Pada data (7) bunyi vokal [O] pada kata rasa „rasa‟

di akhir kalimat, kamangka „padahal‟ pada awal kalimat kedua, pada reduplikasi

utuh kata kipa-kipa „tidak sudi‟. Kalimat ketiga Kejaba iku dheweke uga isih jinja

yen kudu omah-omah maneh karo priya liya. „selain itu dia juga masih trauma

kalau harus berumah tangga lagi dengan pria lain‟ bunyi vokal [O ] terdapat pada

kata pertama, keempat, keenam, ketigabelas dan keempatbelas. Data (8) bunyi

vokal [O ] terdapat pada kata ana „ada‟ suku kata pertama dan kedua, kata priya

„pria‟ pada suku kata kedua, kata rumangsa „merasa‟ suku kata kedua dan ketiga,

kata kuwasa „berkuasa‟ suku kata kedua dan ketiga.Data (9) terletak pada kata

ketiga dan keenam kata tresna „cinta‟ dan kata kesepuluh dan kesebelas pada kata

ora setya „tidak setia‟.

b. Asonansi [a]

Page 5: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

45

(10) Apa jangkah keconggah ngranggeh angkah. (ASR/P22/230)

„apakah langkah tercapai meraih arah‟

Data (10) asonansi suku tertutup [h] dengan variasi vokal [a], pada kata

jangkah „langkah‟ suku kata kedua, keconggah „tercapai‟ suku kata ketiga,

angkah „arah‟ suku kata kedua. Asonansi tersebut mendukung keindahan dalam

kalimat yang mempertandakan kegelisahan hati Intan.

(11) mitra rowang ing madyaning bebrayan, tembang endah tumrap

panguripan. (ASR/P2/12)

„sahabat ditengah masyarakat, lagu indah terhadap kehidupan‟

(12) yen biyen maca sawijining kebutuhan, uga keasyikan, saiki maca

mujudake sawenehe kemewahan. (ASR/P9/92)

„kalau dahulu membaca adalah salah satu kewajiban, juga keasyikan,

sekarang membaca mewujudkan sebagian kemewahan‟

Pada data (11) dan (12) di atas purwakanthi swara suku tertutup [n] dengan

variasi vokal [a] yang semuanya berada pada akhir kata yaitu data (11) pada kata

bebrayan „masyarakat‟, panguripan „ kehidupan‟, dan data (12) pada suku kata

keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

tertutup [n] dengan asonansi [a] dalam data di atas memberikan penekanan pada

hal-hal yang disebutkan dianggap penting.

(13) Samono abote panandhang kang kudu disandhang. (ASR/P28/305)

„Segitu beratkah beban yang harus di pikul‟

Data diatas merupakan kombinasi asonansi [a] yang diikuti dengan

konsonan [ng] pada kata panandhang „beban‟ terletak pada suku kata ketiga, kata

kang „yang‟, dan kata disandhang „dipikul‟ terletak pada suku kata ketiga dengan

posisi tertutup.

c. Asonansi [i]

Page 6: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

46

(14) Siti Sundari uga nimbangi kanthi mesem banjur bali...(ASR/P2/17)

„Siti Sundari juga mengimbangi dengan tersenyum lalu kembali‟

Pada data (14) asonansi [i] terdapat pada kata pertama dan kedua kata Siti

Sundari „Siti Sundari‟, kata nimbangi „mengimbangi‟ pada suku pertama dengan

posisi tertutup, dan suku kata ketiga dengan posisi terbuka, kata kanthi „dengan‟

kata kelima suku kata kedua, dan kata bali „kembali‟ pada suku kata kedua.

(15) tanpa guna rembulan nyingitake

tatu wengi

awit sorote ora bisa ngapusi

eseme rinasa ngiris

ing remmenge pedhut kang ngiteri

(ASR/P10/100)

„tiada gunanya bulan

menyembunyikan luka malam‟

„dari sinarnya tidak bisa berbohong‟

„senyumnya terasa mengiris‟

„digelapnya kabut yang mengelilingi‟

(ASR/P10/100)

(16) rembulan nyingitake tatune ati

jroning esem kang sinandhi

ora ana sing langgeng ing jagad

iki(ASR/P13/131)

„bulan menyembunyikan luka hati‟

„disenyum yang bersandi‟

„tidak ada yang bisa abadi di dunia

ini(ASR/P13/131)

(17) katon mbleret ing remenge pedhut

wengi

nanging rasah wedi

sesuk dina uga bakal gumanti

(ASR/P13/131)

„terlihat redup disamarnya kabut

malam‟

„tapi tak usah takut‟ „esuk hari juga akan berganti‟

(ASR/P13/131)

Pada data (15), (16), (17) asonansi [i] di variasikan kedalam geguritan

disetiap perangan. Sajak yang dihasilkan didominasi berbentuk a-a-a-a bertujuan

memberikan kesan estetis serta keserasian saat mengucapkan maupun

mendengarkanya. Data (15) asonansi [i] terdapat pada kata wengi „malam‟

terletak pada suku kata kedua dengan posisi terbuka, kata ngapusi „membohongi‟

terdapat pada suku kata ketiga dengan posisi terbuka, untuk baris ketiga terdapat

pada kata kedua kata rinasa „terasa‟ di suku kata pertama, kata ngiris „ mengiris‟

terdapat pada suku kata pertama, dan untuk baris keempat pada kata ngiteri

„mengelilingi‟ terdapat di akhir suku kata dengan posisi terbuka. Data (16) pada

Page 7: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

47

kata ati „hati‟ terdapat pada suku kata kedua dengan posisi terbuka, kata sinandhi

„bersandi‟ terletak pada suku kata ketiga dengan posisi terbuka, dan kata iki „ini‟

terletak pada suku kata pertama dan kedua dengan posisi terbuka. Data (17) pada

kata wengi „malam‟ terletak pada suku kata kedua dengan posisi terbuka, kata

wedi „takut‟ terletak pada suku kata kedua dengan posisi terbuka, dan kata

gumanti „berganti‟ terletak pada suku kata ketiga dengan posisi terbuka.

(18) Masakan iwak kali. Najan menune mung prasaja ditanggung rasane ora

ana sing nandhingi. Mula senajan ndhelik tetep digoleki. Ana siji maneh

sing unik, pramuladi ing warung iki ora ana sing nganggo rok apa maneh

clana dawa. (ASR/P17/183)

„Masakan ikan sungai. Meskipun menunya tidak mewah dijamin rasanya

tidak ada yang menandingi. Maka meskipun tersembunyi masih tetap

dicari. Ada satu lagi yang unik, pramusaji diwarung ini tidak ada yang

memakai rok apalagi celana.

Data di atas merupakan kumpulan kalimat yang ada dalam satu paragraf.

Satu kalimat terdapat asonansi [i]. Namun dominasi asonansi [i] lebih terdengar

indah ketika membaca keseluruhan kalimat yaitu pada kata kali „sungai‟ dikalimat

pertama, kata nandhingi „menandingi‟ dikalimat kedua, digoleki „dicari‟ di

kalimat ketiga. Ketiganya terdapat di akhir kalimat dengan posisi terbuka, dan

kata iki „ini‟ yang terdapat pada kalimat keempat kata kesembilan suku kata kedua

dengan posisi terbuka. Asonansi [i] disetiap barisnya dapat diajabarkan sebagai

berikut: kalimat pertama asonansi [i] terdapat pada frasa iwak kali „ikan sungai‟

yang terletak pada suku kata pertama dari kata iwak „ikan‟ dan suku kata kedua

kata kali „sungai‟, yang keduanya dengan posisi terbuka. Kalimat kedua terdapat

pada kata ditanggung „dijamin‟ terletak di suku kata pertama, kata nandhingi

„menandingi‟ terletak pada suku kata kedua dan ketiga. Kalimat ketiga terdapat

pada kata digoleki „dicari‟ terletak pada suku kata pertama dan keempat. Kalimat

keempat terdapat pada kata siji „satu‟ terdapat pada suku kata pertama dan kedua

Page 8: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

48

dengan posisi terbuka, kata unik „unik‟ terletak pada suku kata kedua dengan

posisi tertutup, kata pramuladi „pramusaji‟ terletak pada suku kata keempat

dengan posisi terbuka, kata iki „ini‟ terletak pada suku kata pertama dan kedua,

dengan posisi terbuka. Semua asonansi [i] yang terdapat pada setiap kalimat

mendukung kesinambungan keindahan kata yang ada pada akhir kalimat,

sehingga terkesan lebih ritmis.

(19) Kanggo sauntara dheweke lali karo reribet kang lagi diadhepi, lali

marang tujuane teka menyang papan iki.(ASR/P27/295)

„Untuk sementara dia lupa dengan permasalahan yang sedang

dihadapi, lupa akan tujuannya datang ke tempat ini‟

Data tersebut terdiri atas dua unsur langsung. Unsur langsung pertama

terletak pada kata kanggo sauntara dheweke lali „ untuk sementara dia lupa‟,

unsur langsung kedua terletak pada kata karo reribet kang lagi diadhepi „dengan

permasalahan yang sedang dihadapi‟. Pada data (19) asonansi [i] terdapat pada

kata lali „lupa‟ terletak pada suku kata kedua dengan posisi terbuka, kata reribet

„permasalahan‟ terletak pada suku kata kedua dengan posisi terbuka, kata lagi

„sedang‟ terletak pada suku kata kedua dengan posisi terbuka, dan kata diadhepi

„dihadapi‟ terletak pada suku kata pertama dan kedua dengan posisi terbuka.

Asonansi [i] dalam data di atas mewujudkan penekanan terhadap beratnya beban

pikir yang sejenak ingin dilupakan.

(20) critakna marang langit

ngenani jerit kang siningit

jroning klawune gurit (ASR/P11/110)

„ceritakan kepada langit‟

„mengenai jerit yang tersembunyi‟

„dalam biru abu lagu‟

Page 9: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

49

Data nomor (20) merupakan potongan geguritan dalam novel Alun Samudra

Rasa perangan sewelas. Asonansi [i] yang ada dalam data di atas merupakan

perpaduan antara bunyi vokal [I] di ikuti dengan konsonan [t] yaitu pada kata

langit „langit‟, terletak pada suku kata kedua dengan posisi tertutup, kata siningit

„tersembunyi‟ terletak pada suku kata ketiga dengan posisi tertutup, dan kata gurit

„lagu‟ terletak pada suku kata kedua dengan posisi tertutup. Kesepadanan bunyi

terjadi di akhir baris yang memberikan kesan kata terdengar lebih berpola.

d. Asonansi [u]

(21) Nalika sisa tatu biru, dumadakan ilang dipangan wektu..

(ASR/P23/241)

„ketika sisa luka biru, tiba-tiba hilang di makan waktu‟

(22) Sacleret kenangan klawu

Ing lintasan wektu

Ngosak-asik kalbu..(ASR/P24/252)

„secoret kenangan biru abu‟

„Di lintasan waktu‟

„mengobrak-abrik kalbu‟

Data (21) dan (22) terdapat asonansi [u] dengan posisi terbuka. Data (21)

terdapat pada frasa tatu biru „luka biru‟ yang terletak pada suku kedua kata tatu,

dan suku kata kedua dari kata biru „biru‟, serta kata wektu „waktu‟ suku kata

kedua dengan posisi terbuka. Data (22) terdapat pada akhir baris geguritan yaitu

pada kata klawu „biru abu‟ terletak pada suku kata kedua dengan posisi terbuka,

kata wektu ‟waktu‟ pada baris kedua suku kata kedua dengan posisi terbuka, kata

kalbu „kalbu‟ pada akhir baris ketiga suku kata kedua dengan poisisi terbuka,

sehingga menimbulkan kesan ritmis di ujung kalimatnya.

(23) Siluet lan kanyatan dadi sansaya jumbuh

„Siluet dan kenyataan menjadi semakin sesuai‟

Sauntara kapasten isih embuh..(ASR/P23/241)

„Sementara kepastian masih entahlah...‟

Page 10: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

50

Data (23) menunjukan adanya perpaduan asonansi [u] dengan bunyi vokal

[U] yang diikuti konsonan [h] dengan posisi tertutup yaitu pada kata jumbuh

„sesuai‟ pada suku kata kedua, kata embuh „entahlah‟ terletak pada suku kata

kedua. Keduanya nampak terpola di akhir kata dalam baris.

(24) Ing ngomah kaya wong bingung, ing kantor kaya wong

pengung.(ASR/P27/285)

„Dirumah seperti orang bingung, di kantor seperti orang bodoh‟

Data nomor (24) menunjukan wujud asonansi [u] dengan bonyi vokal [U]

yang diikuti dengan konsonan [ng] yaitu pada kata bingung „bingung‟ terletak

pada suku kata kedua, kata pengung „bodoh‟ yang terletak pada suku kata kedua.

Kesepadanan bunyi di akhir kalimat mmberikan penekan mengenai rasa bingung

yang dihadapi.

(25) Angin sumilir lembut, ngelus kulit lan kala-kala nakal dolanan

rambut.(ASR/P28/307)

„Angin semilir lembut, meraba kulit dan kadang-kadang nakal

bermain rambut‟

Data (25) merupakan kombinasi asonansi [u] dengan bunyi vokal [U] yang

diikuti dengan konsonan [t] yaitu pada kata lembut „lembut‟ terletak pada suku

kata kedua dengan posisi tertutup, dan kata rambut „rambut‟ terletak pada suku

kata kedua dengan posisi tertutup dapat menimbulkan efek indah pada akhir

pelafalannya.

e. Asonansi [e]

(26) Ben wae kenangan iku tetep mapan ana ing panggone, kaya apa

anane. (ASR/P27/287)

„Biar saja kenangan ini tetap bertempat di tempatnya, seperti apa

adanya‟

Page 11: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

51

Data (26) terdapat asonansi [e] pada kata wae „saja‟ terletak pada suku kata

kedua, kata panggone „tempatnya‟ terdapat pada suku kata ketiga dengan posisi

terbuka, dan kata anane „adanya‟ terletak pada suku kata ketiga dengan posisi

terbuka.

(27) Tatu saya njarem, jroning warna sing biru erem. (ASR/P12/120)

„Luka yang keram, pada warna yang biru gelap‟

(28) Tatu sing emu

Rinasa njarem

Nunjem ! (ASR/P15/153)

„Luka yang nampak‟ „Terasa keram‟

„Menancap ! (ASR/P15/153)

Data (27) dengan (28) menunjukan pemakaian asonansi [e] dengan bunyi

vokal [ȇ] yang diikuti dengan konsonan [m]. Data (27) pada kata njarem „keram‟

terdapat pada suku kata kedua dengan posisi tertutup, kata erem „gelap‟ terletak

pada suku kata pertama dengan posisi terbuka dan suku kata kedua posisi tertutup.

Data (28) merupakan potongan geguritan yang terdapat di perangan limalas pada

kata njarem „keram‟ dan kata nunjem „menancap‟. Keduanya terletak pada akhir

baris pada suku kedua dengan posisi tertutup. Dominasi bunyi yang terpola di

akhir kalimat memberikan kesan estetis saat mengucapkan maupun didengar.

(29) Sing ditakoni ora enggal wangsulan. Malah mingseg-mingseg. Tangise

keprungu saya seseg.(ASR/P21/226)

„Yang ditanyai tidak lekas menjawab. Malah tersedu-sedu. Tangisnya

terdengar semakin menyesak‟

(30) Rasane judheg, jibeg, kuwur lan embuh apa maneh istilahe, pokoke Intan

rumangsa bener-bener judheg. (ASR/P27/285)

„Rasanya pusing, penat, bingung dan entahlah apa lagi istilahnya,

pokoknya Intan merasa benar-benar susah‟

Data (29) dan (30) menunjukkan adanya data asonansi [e] dengan bunyi

vokal [ȇ] yang dipadukan dengan konsonan [g]. Data (29) pada kata mingseg-

mingseg „tersedu-sedu‟ terletak pada suku kata kedua yang diulang sebagai

Page 12: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

52

reduplikasi utuh, dan kata seseg „sesak‟ terletak pada suku kata kedua dengan

posisi tertutup. Data (30) pada kata judheg „pusing‟ terletak pada suku kata kedua

dengan posisi tertutup dan diulang di akhir kalimat sebagai penekanan yang

menunjukkan kebingungan yang luar biasa, kata jibeg „penat‟ terletak pada suku

kata kedua dengan posisi tertutup.

(31) Intan ngedhep-ngedhepake mripate sing krasa teles. Atine pepes. Angkles!

(ASR/P11/119)

„Intan mengkedip-kedipkan matanya yang terasa basah. Hatinya tak

berdaya. Lemah !

Data (31) merupakan wujud penggunaan asonansi [e] dengan bunyi vokal

[ȇ] diikuti konsonan [s] di setiap akhir kalimat, yaitu pada kata teles „basah‟ pada

akhir kalimat pertama, kata pepes „tak berdaya‟ pada akhir kalimat kedua, dan

kata angkles „lemah‟ pada akhir kalimat ketiga. Ketiga kalimat terletak pada suku

kata kedua dengan posisi terbuka, yang di setiap akhir kalimat menjelaskan

keadaan secara detail dengan alur cerita yang mengerucut.

(32) Langit timbreng

Sajembare panyawang mung ana

ireng lan peteng. (ASR/P30/319)

„Langit mendung‟

„seluas memandang hanya ada

hitam dan gelap‟(ASR/P30/319)

Data (32) asonansi [e] dengan bunyi vokal [ȇ] terdapat pada baris satu dan

dua, asonansi di setiap barisnya saling mendukung bunyi vokal [ȇ] yang diikuti

konsonan [ng] di suku kata kedua dan di akhir baris. Baris pertama pada kata

timbreng „mendung‟ terletak pada suku kata kedua dengan posisi tertutup serta

diikuti konsonan [ng]. Baris kedua pada kata sajembare „seluas‟ terletak pada

suku kata kedua dengan posisi tertutup, kata ireng „hitam‟ terletak pada suku kata

kedua dengan posisi tertutup, dan kata peteng „gelap‟ terletak pada suku kata

pertama dan suku kata kedua diikuti dengan konsonan [ng] dengan posisi tertutup.

Page 13: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

53

2. Aliterasi

a. Aliterasi [d]

(33) Rasa sing angel dipahami lan amung bisa dinikmati, dilaras, lan

dihayati.(ASR/P28/308)

„Rasa yang sulit dipahami dan hanya bisa dinikmati, dirasa, dan dihayati‟

Data (33) menunjukkan aliterasi atau purwakanthi sastra dengan konsonan

[d] yang diikuti dengan bunyi vokal [i] yaitu pada kata dipahami „ dipahami‟,

dinikmati „dinikmati‟, dilaras .‟dirasa‟, dan dihayati „dihayati‟. Keempat kata

terletak pada suku kata pertama dengan posisi terbuka. Kesepadanan di awal suku

kata tersebut menjadikan bunyi kata terlihat ritmis dan terpola, memberikan

penjabaran hati yang sedang dirasakannya.

b. Aliterasi [s]

(34) Sun sayang marang Sekar.(ASR/P1/1)

„Sun sayang pada Sekar‟

(35) “Kuwi masakan ndesa asli sing sugih serat....(ASR/P23/249)

„Itu masakan desa asli kaya serat..‟

Data (34) dan (35) merupakan data yang mengandung aliterasi [s]. Data (34)

aliterasi atau purwakanthi sastra [s] terdapat pada kata sun „sun‟, sayang

„sayang‟, dan Sekar „Sekar‟. Ketiga kata tersebut aliterasi [s] terletak pada awal

kata, dengan kata pertama diikuti vokal [u], kata kedua diikuti bunyi vokal [a] dan

kata ketiga diikuti bunyi vokal [ȇ]. Penggunaan aliterasi [s] pada awal kata

berfungsi untuk menciptakan keritmisan pola kata yang diucapkan. Data (35)

aliterasi [s] terdapat pada kata masakan „masakan‟, ndesa „desa‟, asli „asli‟, dan

puncak keritmisan bunyi konsonan [s] terdapat pada kata sing „yang‟, sugih

„kaya‟, serat „serat‟, keseluruhan terletak di awal kata.

Page 14: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

54

3. Purwakanthi Lumaksita

a. Anafora

(36) Serik!Serik marang sing lanang kang wis tumindak degsiya lan sawiyah-

wiyah. (ASR/P3/26)

„Benci! Benci terhadap laki-laki yang sudak bertindak kasar dan semena-

mena‟

Data (36) sampai (40) terdapat data yang berupa perulangan kata pertama

yang diulang kembali pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Seperti kata serik

„serik‟ pada data (36), kata langit „langit‟ dan kata sing kanthi „yang dengan‟ pada

data (37) diulang sebanyak dua kali di awal kalimat selanjutnya. Selanjutnya kata

tresna kang... „cinta yang...‟ pada data (38), kata tresna sing... „cinta yang...‟ data

nomor (39), dan kata Nglanggeran! „Nglanggeran!‟, data (40) diulang sebanyak

tiga kali pada awal kalimat atau baris berikutnya secara berurutan. Perulangan

kata pertama ini menunjukkan bahwa kata yang diulang dalam kalimat pertama

tersebut dianggap penting.

(37) langit kadidene...

Sing kanthi... Langit uga ora... Sing kanthi..(ASR/P1/1)

„Langit seperti halnya...‟

„yang dengan..‟ „Langit juga tidak...‟

„yang dengan...‟ (ASR/P1/1)

(38) Tresna kang karajut.. Tresna kang agung... Tresna sing kanggone Intan...

(ASR/P9/99)

„Cinta yang terajut...‟

„Cinta yang agung...‟

„Cinta yang buat Intan...

(ASR/P9/99)

(39) Tresna sing padha dene...

Tresna sing padha dene...

Tresna sing mahanani...

(ASR/P29/314)

„Cinta yang saling...‟

„Cinta yang saling...‟ „Cinta yang saling...‟

(ASR/P29/314)

(40) Nglanggeran!

Nglanggeran!

Nglanggeran!...(ASR/P27/293)

„Nglanggeran!‟

„Nglanggeran!‟

„Nglanggeran!‟ (ASR/P27/293)

Page 15: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

55

b. Epistrofa

(41) Kadhang-kadhang wong ora bisa uwal saka jiret masa lalu. Ning kita

kudu sadhar yen wong ora tumapak ing masa lalu. (ASR/P23/246)

„Kadang-kadang orang bisa saja lepas dari ikatan masa lalu. Tetapi kita

harus sadar kalau orang tidak berjalan di masa lalu‟

(42) Tegese ayu banget ora, elek banget uga ora. (ASR/P1/3)

„Artinya cantik sekali tidak, jelek sekali juga tidak‟

(43) wong tuwane wae ora tau mara tangan, lha kok saiki wong lanang

sing dipasrahi uripe tega-tegane mara tangan. (ASR/P3/24)

„Orang tuanya saja tidak pernah main tangan, lha kok sekarang laki-laki

yang diserahi hidup tega-teganya main tangan‟

Data (41) sampai (43) merupakan wujud perulangan kata atau frasa di akhir

baris atau akhir kalimat, yaitu terdapat pada data (41) kata masa lalu „masa lalu‟

yang diulang sebanyak dua kali pada akhir kalimat. Data (42) kata ora „tidak‟

yang diulang sebanyak dua kali, dan kata mara tangan „main tangan‟ data (43) di

ulang pula sebanyak dua kali. Pengulangan pada akhir kalimat difungsikan untuk

memberikan kejelasan kepada pembaca mengenai kalimat sebelumnya diingatkan

lagi pada ide pokok yang ada di akhir kalimat.

c. Epizeuksis

(44) ing Semarang sawise oleh kanca-kanca anyar, swasana kampus sing uga

beda karo Yogya lan srawung karo kanca-kanca anyar kanthi pakulinan-

pakulinan sing uga anyar,...(ASR/P3/28)

„di Semarang setelah mendapat teman-teman baru, suasana kampus yang

juga berbeda dengan Yogya dan berkenalan dengan teman-teman baru

dengan kebiasaan-kebiasaan yang juga baru,..‟

(45) marang mobah mosiking swasana...swasana...karo swasana atine...

(ASR/P1/1)

„terhadap hiruk-pikuk suasana...suasana...suasana...sama suasana

hatinya..‟

(46) Seneng amarga dheweke bisa ketemu Nami maneh, bisa nyawang

pasuryane, bisa krungu swarane, bisa... lan sedhih. (ASR/P18/196)

Page 16: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

56

„Senang karena dirinya bisa ketemu dengan Nami lagi, bisa melihat

wajahnya, bisa mendengar suaranya, bisa... dan sedih‟

(47) Liwat proses sing dawa pungkasane aku bisa mahami, urip kuwi apa lan

kanggo apa aku urip, kepriye urip kudu diuripi. (ASR/P28/301)

„Lewat proses yang panjang akhirnya aku bisa memahami, hidup itu apa,

dan untuk apa hidup, bagaimana hidup harus menghidupi‟

(48) Ning iki mung saderma sesambungan batin, sesambungan ati, dudu

sesambungan ragawi. (ASR/29/316)

„Tetapi sekarang hanya sebatas hubungan batin, hubungan hati bukan

hubungan ragawi‟.

(49) Dinikmati rasa anget kang mili ing dhadhane. Rasa anget kang

nentremake, rasa anget kang bisa nggawa pikirane nglayang ing awang-

awang, mabur ing antarane mega-mega lan njoged ing sorote kluwung...

(ASR/P28/307)

„Dinikmati rasa hangat yang mengalir di dadanya. Rasa hangat yang

menentramkan, rasa hangat yang bisa membawa pikiran melayang ke

langit, terbang di antara awan-awan dan menari di lengkungan cahaya‟

(50) Tresna sing padha dene ngajeni, padha dene mbutuhake, padha dene asih

sihnisihan. Tresna sing padha dene bisa andum lan nampa,...

(ASR/P29/314)

„Cinta yang saling menghormati, saling membutuhkan, saling mengasihi.

Cinta yang bisa saling memberi dan menerima,...

(51) Ning kasunyatan sing ana, akeh priya sing rumangsa luwih kuwasa, luwih

unggul, luwih kuwat...mula kadhang-kadhang sikape sawiyah-wiyah

marang wong wadon.(ASR/P29/3130

„Tetapi kenyataan yang ada, banyak pria yang merasa lebih berkuasa, lebih

unggul, lebih kuat, ...maka kadang-kadang sikapnya semena-mena

terhadap wanita‟

(52) Mung Pram sing bisa mangerti aku, mung dheweke sing bisa aweh

ketentreman marang jiwaku, mung dheweke sing bisa gawe atiku nangis

lan ngguyu, mung dheweke...ning dheweke ana sing

nduweni.(ASR/29/315)

„Cuma Pram yang bisa mengerti aku, cuma dia yang bisa memberikan

ketentraman pada jiwaku, cuma dia yang bisa buat hatiku menangis dan

tertawa, cuma dia...tetapi dia sudah ada yang punya‟

Data (44) sampai (52) menunjukan wujud perulangan kata yang

dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut atau biasa disebut dengan

epizeuksis. Seperti kata anyar „baru‟, swasana „suasana‟, urip „hidup‟,

Page 17: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

57

sesambungan „hubungan‟, rasa anget „rasa hangat‟, dan mung dheweke „cuma

dia‟ diulang sebanyak tiga kali, padha dene „saling halnya‟, luwih „lebih‟ pada

data nomor (51), dan kata bisa „bisa‟ diulang sebanyak empat kali pada data

nomor (46). Perulangan kata ditempatkan secara bervariasi, baik di awal kalimat,

tengah kalimat, maupun akhir kalimat. Perulangan tersebut dimaksudkan bahwa

kata yang diulang dianggap penting, penting untuk dipahami, diketahui maupun

penting untuk didengarkan bagi pembaca.

d. Anadiplosis

(53) “Rungokna swarane atimu. Swara atimu sing paling jero. Swara ati

kuwi mujudake cahaya surgawi kang dikirim Gusti kanggo nuntun

jangkahmu.... (ASR/P28/308)

„Dengarkan suara hatimu. Suara hati yang paling dalam. Suara hati itu

mewujudkan cahaya surgawi yang dikirim Allah untuk menuntun

langkahmu...‟

(54) Rasa lara sing banjur manjalma dadi rasa sengit. Sengit sing ndulit.

(ASR/P29/311)

„Rasa sakit yang kemudian menjelma menjadi rasa benci. Benci yang

dalam‟

(55) Isih nabet. Nabet jero. Jero banget! (ASR/P25/271)

„Masih membekas. Membekas dalam. Dalam sekali.‟

(56) Ana rasa lara. Lara kang endah. (ASR/P29/317)

„Ada rasa sakit. Sakit yang indah‟.

(57) Dheweke isih nesu. Nesu tenan.(ASR/P31/333)

„Dirinya masih marah. Marah sekali‟.

(58) Intan rumangsa isin. Isin banget. (ASR/P31/337)

„Intan merasa malu. Malu sekali‟.

Data (53) sampai (58) terdapat perulangan berupa pengulangan kata di akhir

kalimat yang kemudian diulang kembali di awal kalimat atau biasa disebut dengan

Page 18: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

58

anadiplosis. Seperti kata swara atimu „suara hatimu‟, sengit „benci‟, kata nabet

„membekas‟, kata jero „dalam‟, kata lara „sakit‟ dan kata nesu „marah‟ serta kata

isin „malu‟ semuanya terletak di akhir kalimat kemudian diulang kembali di awal

kalimat yang berurutan.

B. Diksi atau Pemilihan Kosakata dalam Novel Alun Samudra Rasa karya

Ardini Pangastuti Bn.

Diksi (diction) adalah pemilihan kata-kata, frasa, dan gaya dalam karya

sastra. Pemilihan kata dipilih untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan.

Pemilihan kata merupakan unsur stilistika yang berhubungan dengan variasi.

Diksi yang digunakan dalam novel Alun Samudra Rasa karya Ardini Pangastuti

Bn antara lain: pemanfaatan bentuk kata, reduplikasi, kosakata bahasa Indonesia,

kosakata bahasa asing, sinonimi, antonimi, abreviasi atau panyudaning swara

(wancah), panambahing swara (wuwuh), tembung saroja, tembung garba,

tembung entar, paribasan dan bebasan.

1. Pemanfaatan bentuk kata

a. Kata Berafiks (Afiksasi)

1) Prefiks/ ater-ater

a) Prefiks {pa-}

(59) Intan isih kober ngucapake atur panuwun. (ASR/P1/10)

„Intan masih sempat mengucapkan terima kasih‟

Data (59) kata panuwun „terima kasih‟ berasal dari kata nuwun „terima

kasih‟ dan mendapat prefiks {pa-} sehingga menjadi panuwun „terima kasih‟ dan

membentuk kata benda yang menyatakan sesuatu dikenai perbuatan pada kata

dasar, artinya mengucapkan terima kasih.

Page 19: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

59

b) Prefiks {ma-}

(60) Ora bisa mawujud jroning kanyatan saiki.”Intan nyawang Pram

kanthi perasaan sing campur adhuk. (ASR/P23/247)

„Tidak bisa terwujud dikenyataan sekarang.” Intan menatap Pram

dengan perasaan yang campur aduk‟.

Data (60) terdapat wujud prefiks {ma-} yaitu pada kata mawujud „terwujud‟

yang berasal dari kata dasar wujud „wujud‟ mendapat prefiks {ma-} membentuk

kata kerja pasif mawujud „terwujud‟.

c) Prefiks {ka-}

(61) saka kenangan mangsa kawuri.(ASR/P7/67)

„dari kenangan masa lalu‟

(62) katatah jronging lungite tresna. (ASR/P8/78)

„tertatah dalam besarnya cinta‟

(63) Prasasti lawas kang tinatah ing tapak sejarah

„Prasasti lama yang tertatah di tapak sejarah‟

Banjur kakubur lebet, adoh saka ranggehan angkah.(ASR/P17/176)

„Lalu terkubur dalam, jauh dari gapaian arah‟

(64) ..., minangka... pokoke Ines mujudake kanyatan sing ora bisa

kapisah karo uripe sing saiki. (ASR/P21/225)

„..., sebagai... pokoknya Ines mewujudkan kenyataan yang tidak bisa

terpisah dari hidupnya yang sekarang‟.

(65) Ora kawilang dina-dina kebak aruming kembang sing tau dilewati

bebarengan. (ASR/P26/283)

„Tidak terhitung hari-hari penuh harumnya bunga (kenangan masa

lalu) yang pernah dilewati bersama‟.

Data (61) sampai (65) penggunaan prefiks {ka-} bergabung dengan kata

benda, yaitu pada kata kawuri „lalu/buri‟ berasal dari kata dasar wuri „lalu/buri‟,

kata katatah „tertatah‟ berasal dari kata tatah „tatah‟ dan kata kakubur „terkubur‟

berasal dari kata dasar kubur, (64) kata kanyatan „kenyataan‟ berasal dari kata

nyata „nyata‟, dan data (65) kata kawilang„dihitung‟ berasal dari kata dasar wilang

Page 20: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

60

„hitung‟dan mendapat imbuhan prefiks {ka-} yang berfungsi membentuk kata

kerja pasif.

d) Prefiks {sa-}

(66) Sajroning rong taun iki wis kaping telu Bregas pindhah gaweyan.

(ASR/P1/7)

Selama dua tahun ini sudah tiga kali Bregas pindah pekerjaan‟

(67) Wong lanang kuwi ora mung saderma kaget, nanging atine uga panas

weruh Toyota Yaris sing isih kinyis-kinyis iku diparkir ing garasi.

(ASR/P2/19)

„Lelaki itu tidak sekedar kaget, tetapi hatinya juga panas melihat

Toyota Yaris yang masih mulus itu diparkir di garasi‟

(68) Kula namung kepengin wonten Yogya sawetawis kanggo ngleremaken

manah.(ASR/P6/64)

„Aku hanya ingin di Yogya sementara untuk menenangkan hati‟

(69) Sakawit Intan ora arep kandha marang wong tuwane... (ASR/P13/131)

„Awalnya Intan tidak mau bilang pada orang tuanya‟

(70) Sacleret kenangan klawu. (ASR/P24/252)

„seberkas kenangan abu-abu‟

Data (66) sampai (70) menunjukan penggunakan prefiks {sa-} yaitu pada

kata sajroning „selama‟, saderma „sekedar‟, sawetawis „sementara‟, sakawit

„awalnya‟, dan kata sacleret „seberkas‟. Prefiks {sa-} data (66-69) mempunyai

makna menyatakan waktu, menyatakan seluruh atau sebagian, dan data (70)

menyatakan sebuah satuan.

2) Infiks atau seselan

a) Infiks {-um-}

(71) langit kadidene buku kang sumeblak.(ASR/P1/1)

„Langit seperti halnya buku kosong‟

(72) adegan kaya mau meh dumadi ing saben esuk. (ASR/P1/3)

„adean seperti itu hampir terjadi di setiap pagi‟

(73) langite tetep mawon mboten ramah,” tumanggape Intan karo

mbenakkake posisi lungguhe. (ASR/P1/4)

Page 21: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

61

„langitnya tetap saja tidak ramah,” jawab Intan sambil membetulkan

posisi duduknya‟

(74) sawise ngampiri Indri mobil perusahaan kasebut lagi nerusake laku

tumuju kantor kawasan industri Kaligawe.(ASR/P1/4)

„Setelah menghampiri Indri mobil perusahaan tersebut lalu

meneruskan perjalanan menuju kantor kawasan industri Kaligawe‟

(75) Lagi wae mlebu wewengkon wisata Bandungan udan deres tumiba

tanpa angkan-angkan. (ASR/P3/29)

„baru saja Intan masuk daerah wisata Bandungan hujan deras jatuh

tanpa disangka-sangka‟

(76) Wengi terus rumambat. (ASR/P3/34)

„malam terus merambat‟

(77) Mung langsung tumandang ngusungi barang-barange karo direwangi

dening Mona.(ASR/P6/60)

„Cuma langsung bergegas mengangkat barang-barangnya sambil

dibantu oleh Mona‟

(78) Mona manthuk. Banjur jumangkah mlebu kamar sing disedhiyakake

kanggo dheweke.(ASR/P6/62)

„Mona mengangguk. Lalu melangkah masuk kamar yang sudah

disediakan untuk dirinya‟

(79) “menawi purik ngaten inggih mboten, Pak.” Intan

tumungkul.(ASR/P7/64)

„kalau pergi juga tidak, Pak,”Intan menunduk‟

(80) Mung saderma kanggo panglipur ing kalane atine lagi sedhih kaya

saiki, senajan dheweke sadhar, urip ora kena terus tumoleh menyang

mburi supaya lakune bisa jejeg. (ASR/P7/77)

„Cuma sekedar untuk penghibur dikala hati sedang sedih seperti

sekarang, meskipun dirinya sadar, hidup tidak boleh menoleh

kebelakang supaya langkahnya bisa lurus‟

(81) Sebab urip kudu tumapak maju menyang ngarep, ora mlangkah

mundur menyang mburi.(ASR/P7/77)

„Sebab hidup itu harus menapak maju kedepan, tidak melangkah

mundur kebelakang‟

(82) Intan mung njegreg. Ora bisa kumecap. Jantunge dhag-dhig-dhug

ora karuan.(ASR/P8/87)

„Intan Cuma diam. Tidak bisa berbicara. Jantungnya dag-dig-dug

tidak karuan‟

Page 22: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

62

(83) padhang peteng tansah gilir gumanti (ASR/P13/131)

„terang gelap nampak silih berganti‟

(84) Sawenehe idhe dumadakan wae kumlebat ing pikirane.

(ASR/P17/178)

„beberapa ide mendadak berkeliaran dipikirannya‟

(85) Kaganti mendhung anggendhanu, sing sawayah-wayah bisa

mbungkem guyu, liwat udan sing gumbrojok tanpa larapan.

(ASR/P26/274)

„Berganti mendung hitam, yang kapan saja bisa menutup tawa, lewat

hujan yang mengguyur tanpa petir‟

(86) sairing lumakune wektu lagi nyadhari yen Bregas pancen dudu

priya sing pas kanggone. (ASR/P13/131)

„seiring berjalannya waktu baru menyadari kalau Bregas memang

bukan priya yang pas buat dirinya‟

(87) Lan jroning pikiran sing wening, ati sing biasane tansah polah lan

mothah iku bisa luwih sumeleh, luwih ening. (ASR/P28/300)

„dan didalam pikiran yang jernih, hati yang biasanya bergejolak dan

tidak tenang itu bisa lebih sabar, lebih jernih‟

(88) Rembulan gumandhul ing langit sing biru resik. (ASR/P29/310)

„Bulan menggantung dilangit yang biru bersih‟

(89) ing meja ngarepe gumlethak amplop soklat...(ASR/P2/12)

„di meja depan tergeletak amplop coklat...‟

(90) Mungkin kenalane Astri utawa kanca orang tua wali murid. Wong

ketoke wis cukup rumaket. (ASR/P17/177)

„Mungkin kenalannya Astri atau teman orang tua wali murid.

Terlihat sudah cukup akrab.‟

(91) “Maaf yen pitakonku ngganggu perasaanmu,” Pram ndandani

sikape. Tangane kumlawe ngremet pundhake wanita sing lagi

tumungkul ana ngarepe itu. (ASR/P23/246)

“maaf kalau pertanyaanku mengganggu perasaanmu,” Pram

membenarkan sikapnya. Tangannya merangkul meremas

pundaknya‟

(92) Sawise adoh lumajar. (ASR/P24/252)

„Setelah jauh menjalar‟

(93) Jam siji awan, panas kang sumelet ing setengahe mangsa

rendheng,... (ASR/P17/181)

„jam satu siang, panas yang menyengat di tengah musim hujan,...‟

Page 23: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

63

(94) Samudra sing ora tau anteng, kadhang ombak kekitrang nut

tumiyupe samirana. (ASR/P27/285)

„samudra yang tidak pernah tenang, kadang ombak bergerak searah

tiupan angin‟

(95) “kanggo sliramu, mesthi wae aku tansah sumadya wektu. Ana apa

ta Nami?”pitakone rada gupuh. (ASR/P27/291)

„Untuk dirimu, pasti aku akan menyediakan waktu. Ada apa Nami?”

tanyanya sedikit tergesa-gesa‟

(96) kaya tumetes bun ing ketiga ngerak. (ASR/P2/12)

„seperti tetesan embun di musim panas kering‟

Data (71) sampai (96) wujud penggunaan infiks {-um-} oleh Ardini

Pangastuti Bn bergabung dengan kata kerja, yaitu kata sumeblak „terbuka lebar‟

berasal dari kata dasar seblak „membuka‟, dumadi „terjadi‟ berasal dari kata dasar

dadi „terjadi‟, tumanggape „jawab‟ berasal dari kata dasar tanggap

„menjawab/jawab‟, tumuju „menuju‟ berasal dari kata dasar tuju „menuju‟, tumiba

„jatuh‟ berasal dari kata dasar tiba „jatuh‟, rumambat „merambat‟berasal dari kata

rambat „merambat‟,tumandang „bergegas‟ berasal dari kata tandang

„melakukan‟,jumangkah „melangkah‟ berasal dari kata dasar jangkah „ langkah‟ ,

tumungkul „menunduk‟ berasal dari kata tungkul „menunduk, tumoleh „menoleh‟

berasal dari kata dasar toleh „menoleh‟, tumapak „menapak‟ berasal dari kata

dasar tapak „jejak/menapak‟, kumecap „berbicara‟ berasal dari kata dasar kecap

„bicara‟, gumanti „berganti‟ berasal dari kata ganti „ganti‟, kumlebat

„bergelayutan‟berasal dari kata klebat „sekelebat‟, gumbrojok „mengguyur‟

berasal dari kata dasar grojok „mengalir‟, lumakune „berjalannya‟ berasal dari kata

dasar laku „jalan‟, sumeleh „sabar‟ berasal dari kata seleh „meletakkan‟,

gumandhul „menggantung‟ berasal dari kata dasar gandhul „menggantung‟,

gumlethak „tergeletak‟ berasal dari kata dasar glethak „tergeletak‟, rumaket

Page 24: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

64

„akrab‟ berasal dari kata dasar raket „kenal/akrab‟, kumlawe „merangkul‟ berasal

dari kata dasar klawe „bergerak‟, lumajar „menjalar‟ berasal dari kata dasar jalar

„menjalar‟, sumelet „menyengat‟ berasal dari kata dasar selet „sengat‟, tumiyupe

„tiupan‟ berasal dari kata dasar tiyup „tiup‟, sumadya „menyediakan‟ berasal dari

kata dasar sadya „sedia‟, dan tumetes „menetes‟ berasal dari kata dasar tetes

„tetes/menetes‟. Penambahan infiks {-um-} jarang diucapkan pada kehidupan

sehari-hari, membuat kata terdengar lebih indah diucapkan dan didengar.

Penggunaan infiks {-um-} dalam NASR selain data di atas, terdapat juga

pada data di bawah ini.

(97) “kopi apa iki kok enak?” pitakone karo irunge plendas-plendus

nyerot aroma kopi sing kumebul saka cangkire. (ASR/P12/122)

“kopi apa ini kok enak?” bertanya sambil hidungnya kembang-

kempis menghirup aroma asap kopi yang berasap dari cangkirnya‟

(98) Srengenge sumunar endah kaya-kaya aweh prasaja marang bumi

sing isih katisen sawise sewengi digrujug udan. (ASR/P16/164)

„Matahari bersinar indah seprti memberi tau kepada bumi yang

masih kedinginan setelah semalam hujan‟

(99) Ora ana lukisan kaya sing ditakonake Pram sing cumanthel ana

kono. (ASR/P22/238)

„tidak ada lukisan seperti yang ditanyakan Pram yang tercantel di

sana.‟

Pada data (97) sampai (99) merupakan wujud penggunaan infiks {-um-}

bergabung dengan kata benda, yaitu pada kata kumebul „asap‟ berasal dari kata

dasar kebul „asap‟, sumunar „bersinar‟ berasal dari kata dasar sunar „sinar‟,

cumanthel „cantel‟ berasal dari kata canthel „cantel‟.

Selain itu prefiks {-um-} dalam novel Alun Samudra Rasa juga terdapat

pada data sebagai berikut.

(100) Mripate tumlawung adoh, ngetutake playune angen-angen sing

ibut...(ASR/P3/32)

Page 25: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

65

„matanya menggantung jauh, mengikuti larinya angan-angan yang

ribut‟

(101) Dumadakan wae Intan dadi kangen marang ibune. (ASR/P3/25)

„Mendadak saja Intan jadi kangen pada ibunya.‟

(102) Wangi mawar, arum melathi , saka mangsa kawuri. Isih sumegrak

angambar. (ASR/P9/90)

Harum mawar, bau melati, dari masa lalu. Masih tetap menyengat

mewangi‟

(103) “Becike kowe saiki bali Yogya wae,” ujare ibune sawise ana

putusan kang gumathok saka pengadilan agama. (ASR/P14/143)

„Baiknya kamu sekarang balik Yogya saja,” kata ibunya setelah ada

putusan yang pasti dari pengadilan agama‟.

(104) Nanging akeh sing rumangsa kelangan lan katon sumedhot nalika

dipamiti. (ASR/P14/151)

„Tetapi banyak yang merasa kehilangan dan terlihat sedih saat

dipamiti‟.

(105) Pram nyruput jeruke dhisik sadurunge wangsulan. Rasane awake

luwih kumepyar saiki. (ASR/P18/187)

„Pram meminum jeruknya terlebih dahulu sebelum menjawab. Rasa

badannya lebih segar sekarang‟

(106) Ora semata-mata harga dhiri, nanging bojoku bisa uga nyingkrik-

nyingkrik lan kumawasa. (ASR/P18/190).

„Tidak semata-mata harga diri, tetapi suamiku juga bisa semaunya

sendiri dan berkuasa‟

(107) Ines nyawang Intan kanthi mripat sing kumilat. (ASR/P30/327).

„Ines melihat Intan dengan mata yang bersinar‟

(108) “Bundha...?!” Keprungu swarane Sekar sing cumengkling lan

kenes saka njaba kamar. (ASR/P26/281)

„Bundha...?!” Terdengar suara Sekar yang nyaring dan kemayu dari

luar kamar‟.

(109) Angin sumilir lembut, ngelus kulit lan kala-kala nakal dolanan

rambut. (ASR/P28/307)

„Angin bersemilir lembut, meraba kulit dan kadang-kadang nakal

bermain rambut‟.

Ardini Pangastuti Bn menggabungkan infiks {-um-} pada data di atas

dengan kata sifat difungsikan agar kata tersebut lebih terkesan estetis, karena

Page 26: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

66

biasanya jarang digunakan dalam percakapan di masyarakat. Seperti pada kata

tumlawung „menggantung merunduk‟ berasal dari kata dasar tlawung

„menggantung merunduk, dumadakan „mendadak‟ berasal dari kata dasar dadak

„mendadak‟ dengan imbuhan infiks {-um-} dan konfiks {-an}, sumegrak

„menyengat/berbau tajam‟ berasal dari kata segrak ‟menyengat/berbau tajam‟.

Kata gumathok „sudah pasti/tetap‟ berasal dari kata dasar gathok „tetap‟ mendapat

imbuhan {-um-} menjadi gumathok „sudah pasti/tetap‟, kata sumedhot „mendadak

merasa sedih/hati terasa kencang‟ berasal dari kata dasar sedhot „meresa

sedut/sedih‟ mendapat imbuhan {-um-} menjadi sumedhot „merasa sedih‟, kata

kumepyar „terasa segar/enteng/butiran halus satu per satu‟ berasal dari kata dasar

kepyar „ringan‟. Kata kepyar memiliki beberapa arti sehingga harus disesusaikan

dengan konteksnya. Selanjutnya kata kumawasa „berkuasa‟ berasal dari kata

kuasa „kuasa‟, dan kata kumilat „mengkilat‟ berasal dari kata dasar kilat

„mengkilat‟ dalam konteks kalimat di atas mempunyai maksud matanya menatap

tajam. Data (108) terdapat kata cumengkling „terdengar nyaring‟ berasal dari kata

cengkling „seperti suara besi dipukul‟ mendapat imbuhan {-um-} membentuk kata

sifat cumengkling „suara terdengar seperti besi dipukul‟. Konteks kalimat di atas

maksudnya suaranya nyaring seperti suara besi yang dipukul. Kata (109) sumilir

„sejuk‟ yang berasal dari kata dasar silir „sejuk‟ mendapat imbuhan {-um-}

menjadi sumilir „sejuk‟.

b) Infiks {-in-}

(110) ngenani apa kang sinerat ing kana. (ASR/P1/1)

„mengenai apa yang tertulis disana‟

(111) Kuwi swarane Mona sinambi ngangkat tangane Sekar diajak dha-

dha. (ASR/P1/2)

„Itu suara Mona sambil mengangkat tangannya Sekar diajak dha-dha‟

Page 27: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

67

(112) aloke Pak Paimin saderma kanggo abang-abang lambe. Tinimbang

amem. (ASR/P1/4)

„kata Pak Paimin sekedar untuk obrolan daripada diam‟

(113) “Aku lagi mengagumi reriptane Sang Kreator Agung, Gusti Kang

Maha linuwih. (ASR/P28/297)

„Aku sedang mengagumi ciptaan Sang Kreator Agung, Tuhan Yang

Maha Lebih ‟

(114) Aku mung peduli marang wong-wong tinamtu. (ASR/P16/74)

„Aku hanya peduli kepada orang-orang tertentu‟

(115) tapak-tapak jangkah kan tinatah ing cemani bumi.(ASR/P4/34)

„jejak-jejak langkah yang tertatah di cemani bumi‟

(116) Kanggo wanita kinasih iiku dheweke wis bisa aweh kenangan sing

ora bakal dilalekake. (ASR/P20/216)

„Untuk wanita terkasih itu dia sudah bisa memberi kenangan yang

tidak bakal dilupakan‟.

(117) Dheweke ora kepengin wong ngonangi mendhung ing ginayut ing

mripate.(ASR/P31/337)

„Dirinya tidak ingin orang mengetahui permasalahan yang

bersemayam di matanya‟

(118) wong tuwane klebu wong kinormat...(ASR/P3/25)

„Orang tuanya termasuk orang terhormat...‟

(119) toh nominal sing ana kartu ATM iku jumlahe mung winates.

(ASR/P4/36)

„toh nominal yang ada di kartu ATM itu jumlahnya juga terbatas‟

(120) Nyes..atine Intan rasane kaya siniram banyu es oleh sun sayang

saka gantilaning atine kuwi. (ASR/P5/51)

„Nyes... hati Intan rasanya seperti disiram air es mendapat sun

sayang dari pujaan hatinya itu‟

(121) Keputusan nerusake kuliah maneh menyang Semarang, keputusan

rabi, kabeh tanpa linambaran nalar wening. (ASR/P9/98)

„Keputusan melanjutkan kuliah lagi ke Semarang, keputusan

menikah, semua tanpa berlandaskan penalaran yang jernih‟

(122) Eseme rinasa ngiris (ASR/P10/100)

„Senyumnya terasa menyayat‟

(123) “Ayo, jeng takaturi pinarak...” (ASR/P13/139)

„Ayo jeng silahkan masuk...‟

Page 28: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

68

(124) Bangunan pondhok makan iku isih ajeg kaya biyen. Ginawe saka

pring wulung lan payone saka alang-alang. (ASR/P17/182)

„Bangunan pondhok makan itu masih tetap sama seperti dulu.

Terbuat dari bambu wulung dan atapnya dari alang-alang‟

(125) Merga ing antarane awake dhewe saiki pinisah jurang jero sing ora

mungkin kita lumpati,” kandhane Intan ngati-ati. (ASR/P19/203)

„Karena di anatara kita sekarang terpisah jurang dalam yang tidak

mungkin bisa kita lompati,” kata Intan berhati-hati‟

(126) “Wonten ingkang saget kula biyantu, Mas?” ujare sopan karo

dikantheni sinugging esem ing lambene. (ASR/P22/233)

„Ada yang bisa saya bantu, Mas? “ katanya sopan sambil bersamaan

tergurat senyum di bibirnya‟

(127) Intan kaget kepati weruh sapa sing teka. Rasane kaya sinamber

gelap ing wayah awan sing tanpa mendhung. (ASR/P23/251)

„Intan terkejut bukan kepalang mengetahui siapa yang datang.

Rasanya seperti tersambar petir gelap di waktu siang tanpa

mendung‟

(128) Sawah, kebon lan wit-witan ijo ngrembuyung ngupengi bangunan

pomahan pendhudhuk, katon endah sinawang saka kadohan.

(ASR/P28/296)

„Sawah, kebun dan pepohonan hijau lebat mengitari bangunan rumah

penduduk, terlihat indah dipandang dari kejauhan‟

(129) Intan migatekake kabeh kaendahan kang ginelar iku kanthi maneka

rasa.(ASR/P28/296)

„Intan memperhatikan semua keindahan yang terhampar itu dengan

berbagai rasa‟

(130) Priya lan wanita,pancen cinipta beda. (ASR/P29/312)

„Pria dan wanita, memang diciptakan berbeda‟

(131) Kekuwatane kuwi murih dheweke bisa ngayomi wanita sing kahanan

awake pancen tinakdir luwih ringkih. (ASR/P29/312)

„Kekuatan itu supaya kita dapat mengayomi wanita yang keadaan

badannya memang ditakdirkan lebih lemah‟

(132) Bregas mung salah siji conto saka wong lanang sing ora patut

tinuladha.(ASR/P29/313)

„Bregas Cuma salah satu contoh pria yang tidak pantas diteladani‟

Data (110) sampai (132) bukti wujud infiks {-in-} juga sering digunakan

oleh Ardini Pangastuti untuk mempercantik kata sehingga terkesan lebih arkhais

Page 29: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

69

dan puitis, seperti pada kata sinerat „tertulis, sinambi „sambil‟, tinimbang

„daripada‟, linuwih „lebih‟, tinamtu „tertentu‟, tinatah „tertatah‟, kinasih „terkasih‟,

ginayut „bersemayam‟. Sedangkan data (118) sampai (132) infiks {-in-}

membentuk kata kerja pasif pada kata kinormat „terhormat‟, winates „terbatas‟,

siniram„tersiram‟, linambaran „beralaskan‟, rinasa „terasa‟, pinarak „diajak pergi

ke-/dipersilahkan masuk‟, ginawe „terbuat‟, pinisah „terpisah‟, sinungging

„tergambar‟, sinamber „tersambar‟, sinawang „terlihat‟, ginelar „terhampar‟,

cinipta „tercipta‟, tinakdir „ditakdirkan‟, tinuladha „diteladani‟.

3) Konfiks

a) Konfiks {pa-, -an}

(133) ...embuh rumangsa bayare kurang pakaryan kuwi banjur

ditinggalake,...(ASR/P1/7)

„...entah merasa gajinya kurang pekerjaan itu lalu ditinggalkan,...‟

(134) tembang endah tumrap panguripan. (ASR/P2/12)

„lagu indah terhadap kehidupan.‟

(135) Nanging Sekar Melur terus kepriye? Iku tansah dadi

pamikiran. (ASR/P3/33)

„Tetapi Sekar Melur bagaimana? Ini begitu jadi pikiran‟

(136) Nanging ing liya wektu pakulinan elek iku dibaleni maneh dening

bojone. (ASR/P5/54)

„Tetapi di lain waktu kebiasaan jelek itu diulang kembali oleh

suaminya.‟

(137) Mesthi wae dheweke isih apal karo kabeh kebiasaane priya iku,

kalebu sifat-sifate sing luwih seneng ngutamakake keselarasan

jroning pasrawungan. (ASR/P18/189)

„Pasti dirinya masih hafal dengan semua kebiasaan pria itu, termasuk

sifat-sifatnya yang lebih senang mengutamakan keselarasan dalam

bermasyarakat‟

(138) Kamangka olehe ngadisalira, ngadibusana lan thethek bengek

pasiksan awak liyane kuwi bot-bote rak saking tresnane marang

sing lanang. (ASR/P21/221)

„Padahal dirinya berdandan, berpenampilan dan segala hal

wewangian badan lainya itu bentuk cintanya kepada suami.‟

Page 30: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

70

(139) Gunung kuwi dianggep cocok kanggo papan

palereman,...(ASR/P28/302)

„Gunung itu dianggap cocok untuk tempat menenangkan diri‟

(140) Senajan mengko yen wis bali mlebu kamar maneh pasuryan sing

sumringah langsung malik suntrut. (ASR/P30/320)

„Meskipun nanti kalau sudah kembali masuk kamar lagi raut wajah

yang ceria langsung berbalik sedih.‟

(141) Ngecek pasedhiyan, transaksi-transaksi dol tinuku lan liya-liyane.

(ASR/P30/320)

„Mengecek persediaan, transaksi-transaksi jual beli dan lain-lainnya‟

(142) Ning nalika patemon iku kudu dumadi saora-orane dheweke wis

siap. (ASR/P30/322)

„Tetapi saat pertemuan itu harus terjadi setidak-tidaknya dirinya

sudah siap‟

Penggunaan konfiks {pa-,-an} terdapat pada data nomor (133) sampai (136).

Konfiks {pa-,-an} merupakan gabungan dua buah afiks yaitu prefiks {pa- } dan

sufiks {-an} bergabung dengan kata benda seperti pakaryan „pekerjaan‟ berasal

dari kata dasar karya „pekerjaan‟ mendapat konfiks {pa-,-an} menjadi pakaryan

„pekerjaan‟, panguripan „kehidupan‟ berasal dari kata dasar nguripi

„menghidupi‟ yang merupakan kata kerja, mendapat konfiks {pa-,-an} berubah

menjadi kata benda panguripan „kehidupan‟, kata pamikiran „pikiran‟ berasal

dari kata dasar mikir „mikir‟ ditambah dengan konfiks {pa-,-an} membentuk kata

benda pamikiran „pikiran‟, kata pakulinan „kebiasaan‟ berasal dari kata dasar

kulina „terbiasa‟ mendapat imbuhan konfiks {pa-,-an} berubah menjadi pakulinan

„kebiasaan‟. Data (137) sampai (142) kata pasrawungan „bermasyarakat‟ berasal

dari kata dasar srawung „kenal‟ mendapat imbuhan {pa-, -an} membentuk kata

pasrawungan „bermasyarakat/mengenal orang banyak‟. Kata palereman „tempat

menenangkan diri‟ berasal dari kata lerem „tenang‟ mendapat imbuhan konfiks

{pa-,-an} menjadi palereman „tempat menenangkan diri‟. Kata pasiksan

Page 31: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

71

„wewangian‟ terbentuk dari kata dasar siksa „wangi-wangian‟ bergabung dengan

konfiks {pa-, -an} membentuk kata pasiksan „wewangian‟, kata pasuryan „raut

wajah‟ berasal dari kata dasar surya „wajah‟ bergabung dengan konfiks {pa-,-an}

menjadi pasuryan „perwajahan/raut muka‟, kata pasedhiyan „persediaan‟ berasal

dari kata dasar sedhiya „sedia‟ bergabung dengan konfiks {pa-,-an} menjadi

pasedhiyan „persediaan‟, dan kata patemon „pertemuan‟ berasal dari kata dasar

temu „ketemu‟ mendapat konfiks {pa-,-an} patemuan „pertemuan‟ dan mengalami

variasi menjadi patemon „pertemuan‟.

b) Konfiks {ka-, -an}

(143) Kuwi mujudake kawicaksanan Bos, dudu wewenangku!(ASR/P2/22)

„Itu mewujudkan kebijaksanaan Bos, bukan wewenangku!‟

(144) Kang saya ndadi kaprabawan panase hawa (ASR/P3/24)

„Yang semakin menjadi penguasa panasnya hawa‟

(145) “Aku ora kepengin ngregeti katresnan kita kanthi bab-bab sing ora

semesthine. (ASR/P3/30)

„Aku tidak ingin mengotori cinta kita dengan hal-hal yang tidak

semestinya‟

(146) Malah ora apik tumrap kasarasan raga.(ASR/P6/63)

„Malah tidak baik untuk kesehatan raga‟

(147) Angin ketiga wiwit ngithik-ithik katentreman jiwa.(ASR/P7/67)

„Angin kemarau mulai menggelitik ketentraman jiwa‟

(148) Nanging inggih ningali kawontenan.(ASR/P8/87)

„Tetapi ya melihat keadaan‟

(149) Ambegane Intan sing kebak kalegan iku ora uwal saka kawigatene

Pram.(ASR/P19/206)

„Nafas Intan yang penuh kelegaan itu tidak lepas dari perhatian

Pram‟

(150) “...,nanging kaendahan tetep mili jroning kaweningan ati.” Pram

merem. (ASR/P27/299)

„...,tetapi keindahan tetap mengalir dalam kebersihan hati‟

Page 32: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

72

(151) Dadi kaya sing takkandhakake mau, kaendahan tetep mili jroning

kaweningan ati.(ASR/P28/301)

„Jadi seperti yang aku bilang tadi, keindahan tetap mengalir dalam

kejernihan hati‟

(152) .., kanggo mangerteni tugas uripe sing kudu nengenake kautaman,

kanggo nggayuh sampurnane urip.(ASR/P28/302)

„...,untuk mengerti tugas hidup yang harus keutamakan kebaikan,

untuk meraih kesempurnaan hidup.‟

(153) Kasedhihan, kabagyan, seneng, bungah lan sapanunggalane, kabeh

mapane ana rasa.(ASR/P28/303)

„Kesedihan, kebahagiaan, senang, gembira dan lain-lainnya, semua

berada pada rasa‟

(154) ..., padha dene ngajeni kanthi ukara liya priya lan wanita nduweni

kalungguhan kang sababag. (ASR/P29/313)

„...,saling menghormati dengan kalimat lain pria dan wanita

mempunyai posisi yang sama‟.

(155) Ning kasunyatan sing ana, akeh priya sing rumangsa luwih

kuwasa,...(ASR/P29/313)

„Tapi kenyataan yang ada, banyak priya yang merasa lebih

berkuasa,...‟

Data (143) sampai (155) merupakan wujud konfiks {ka-, -an} dalam novel

Alun Samudra Rasa. Konfiks {ka-,-an} terjadi pada kata kawicaksanan

„kebijaksanaan‟ berasal dari kata dasar wicaksana „bijaksana‟ ditambah konfiks

{ka-,-an} menjadi kawicaksanan „kebujaksanaan, kata kaprabawan „prabawa‟

berasal dari kata dasar prabawa „penguasa‟ ditambah konfiks {ka-, -an} menjadi

kaprabawan „penguasa‟, kata katresnan „cinta‟ berasal dari kata dasar tresna

„cinta‟ ditambah konfiks {ka-,-an} menjadi katresnan ‟cinta‟, kata kasarasan

„kesehatan‟ berasal dari kata dasar saras „sehat‟ ditambah konfiks {ka-,-an}

menjadi kasarasan „kesehatan‟, kata katentreman „ketentraman‟ berasal dari kata

dasar tentrem „tentram‟ ditambah konfiks {ka-,-an} menjadi katentreman

„ketentraman‟, kata kawontenan „keadaan‟ berasal dari kata dasar wonten „ada‟

ditambah konfiks {ka-,-an} menjadi kawontenan „keadaan‟, kata kalegan

Page 33: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

73

„kelegaan‟ berasal dari kata dasar lega „lega‟ ditambah konfiks {ka-, -an} menjadi

kalegan „kelegaan‟, kata kaweningan „kebersihan‟ berasal dari kata dasar wening

„bersih/jernih/bening‟ ditambah konfiks {ka-,-an} menjadi kaweningan

„kebersihan‟, kata kaendahan „keindahan‟ berasal dari kata endah „indah‟

ditambah konfiks {ka-,-an} menjadi kaendahan „keindahan‟, kata kautaman

„keutamaan‟ berasal dari kata dasar utama „pertama‟ ditambah konfiks {ka-, -an}

menjadi kautaman „keutamaan‟, kata kasedhihan „kesedihan‟ berasal dari kata

dasar sedhih „sedih‟ ditambah konfiks {ka-,-an} menjadi kasedihan „kesedihan‟,

kata kabagyan „kebahagiaan‟ berasal dari kata dasar bagya „bahagia‟ ditambah

konfiks {ka-,-an} menjadi kabagyan „kebahagiaan‟, kata kalungguhan „posisi,

pangkat‟ berasal dari kata dasar lungguh „posisi/pangkat‟ ditambah konfiks {ka-,

an} menjadi kalungguhan „posisi/pangkat‟, dan kata kasunyatan „kenyataan‟

berasal dari kata dasar sunyata „nyata‟ mendapat imbuhan konfik {ka-,-an}

menjadi kasunyatan „kenyataan‟, yang semuanya berfungsi sebagai pembentuk

kata benda atau tembung aran.

c) Konfiks {sa-, -an}

(156) ya sing sabar. Perkawinanmu karo Bregas paribasane rak lagi

saumuran jagung. (ASR/P6/66)

„Yang sabar. Perkawinanmu dengan Bregas ibarat baru seumur

jagung‟

Data (156) merupakan wujud bentuk konfiks {sa-,-an} yaitu pada kata

saumuran „seumuran‟ berasal dari kata dasar umur „umur‟ ditambah konfiks {sa-,

-an} menjadi saumuran „seumuran‟, membentuk kata benda yang pada konteks

kalimat di atas artinya diibaratkan atau sepantaran dengan umur jagung,

maksudnya baru sebentar.

Page 34: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

74

b. Proses Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa atau proses

morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian

(parsial), maupun dengan perubahan bunyi.

1) Pengulangan seluruh

a) Pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan dengan variasi fonem

(dwilingga salin swara).

Berikut data yang menggunakan pengulangan seluruh bentuh dengan variasi

fonem dalam NASR karya APBn.

(157) Dimong rasane seprana-seprene isih ora krasa,..(ASR/P3/27)

„Di jaga perasaannya dari dulu hingga sekarang masih tidak sadar,...‟

(158) Runtang-runtung kawit isih padha dene ing SMA nganthi kuliah

bareng, (ASR/P3/27)

„Tidak pernah pisah dari masih sama di SMA sampai kuliah sama-

sama‟

(159) Sekar ora wangsulan. Nanging langsung mulungake tangane lan

ngethapel njaluk gendhong. Banjur ngesun pipine bundane sengak-

sengok kiwa tengen. (ASR/P5/51)

„Sekar tidak menjawab. Tetapi langsung mengulurkan tangan dan

mendekap meminta dendong. Lalu mencium pipi bundanya cipika-

cipiki kiri kanan.‟

(160) Angin ketiga wiwit ngithik-ithik katentreman jiwa. Ngosak-asik

swasana. (ASR/P7/67)

„Angin kemarau mulai menggelitik ketentraman jiwa. Memporak-

porandakan suasana.‟

(161) Olehe kasar, olehe gelem mara tangan lan liya-liyane nanging

rasane kok isih gojag-gajeg. Mula njur trima meneng. (ASR/P7/67)

„perlakuannya yang kasar, perlakuannya yang mau maen tangan dan

lain sebagainya tetapi rasanya masih saja maju-mundur. Makanya

lalu pilih diam.‟

(162) Pak Surtana ora kepengin anake sing mung ontang-anting ngalami

urip sengsara. (ASR/P7/72)

„Pak Surtana tidak ingin anaknya yang semata wayang mengalami

hidup sengsara.‟

Page 35: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

75

(163) “kopi apa iki kok enak?” pitakone karo irunge plendas-plendus

nyerot aroma kopi sing kumebul saka cangkire. (ASR/P12/122)

„Kopi apa ini kok enak? tanya dia sambil hidungnya kembang

kempis menghirup aroma kopi yang berasap dari cangkirnya.‟

(164) “Cobanen yen wani! Bregas malah nantang karo pringas-pringis

nggilani. (ASR/P13/135)

„Coba saja kalau berani! Bregas menantang sambil senyam-senyum

menjijikan.‟

(165) Intan lungguh. Nyawang sing duwe omah kakung putri genti-genten.

(ASR/P13/139)

„Intan duduk. Melihat yang punya rumah laki-perempuan

bergantian.‟

(166) Yen ora sibuk Pram mesthi kerep jedhal-jedhul, utawa saora-orane

aweh prasapa najan mung liwat tilpun.(ASR/27/290)

„Kalau tidak sibuk Pram pasti sering muncul, atau setidak-tidaknya

memberi kabar meskipun hanya lewat telepon.‟

(167) Mula rumah makan kuwi kerep dadi rumah makan alternatip

mungguhe wong loro mau, ngiras-ngirus karo nitipake kendharaan

ing sacedhake kono. (ASR/P27/292)

„Maka rumah makan itu kerap jadi rumah alternatif mereka berdua,

makan sambil menitipkan kendaraan didekat sana.‟

Data (157) sampai (167) merupukan wujud pengulangan secara utuh dengan

variasi fonem (dwi lingga salin swara) yang digunakan Ardini Pangastuti Bn

dalam novel Alun Samudra Rasa. Pengulangan ini berfungsi sebagai penanda

suatu hal yang dilakukan bisa lebih dari satu kali atau berulang-ulang, selalu

bersamaan, bergantian, rentang waktu yang lama ataupun penunjuk tunggal, yaitu

seperti kata seprana-seprene „dari dulu hingga sekarang‟, runtang-runtung „tidak

pernah pisah/selalu bersama‟, sengak-sengok „cipika-cipiki/mencium secara

bergantian‟, ngosak-asik „memporak-porandakan/dibuat berantakan‟ berasal dari

dwilingga salin swara osak-asik „membuat berantakan‟ dengan penambahan nasal

{Ng-} di awal kata, gojag-gajek „maju-mundur‟, ontang-anting „semata wayang‟

artinya tidak ada yang lainnya, plendas-plendus „kembang-kempis‟ maksudnya

Page 36: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

76

adalah mengendus-endus aroma kopi yang akan diminumnya (melakukan lebih

dari satu kali), pringas-pringis „senyam-senyum‟, genti-genten „bergantian‟,

jedhal-jedhul „sering muncul‟, ngiras-ngirus „makan bersamaan sambil

melakukan yang lain‟ . Perulangan yang divariasikan dengan bunyi fonem yang

berbeda menimbulkan penekanan pada bunyi fonem yang sama dan makna kata

yang merupakan wujud tindakan yang dilakukan lebih dari satu.

2) Pengulangan suku pertama dari bentuk dasar (dwipurwa)

(168) langit uga ora tau nyingitake wewadi marang bumi. (ASR/P1/1)

„langit juga tidak menutupi kejelekan kepada bumi.‟

(169) ..., sadurunge dheweke njupuk cuti lan tetirah menyang omahe wong

tuwane ing Yogya,...(ASR/P11/111)

„..., sebelum dirinya mengambil cuti dan pindah ke rumah orang

tuanya di Yogya,...‟

(170) Kenangan-kenangan mangsa kawuri tansah leledhang ngiwi-iwi.

(ASR/P10/102)

„Kenangan-kenangan masa lalu bersenang-senang melambai-lambai‟

(171) Tulung aku aja mbok geguyu, aja mbok cecenges. (ASR/P11/119)

„Tolong aku jangan ditertawakan, jangan kamu ledek‟.

Data (168) sampai (171) terdapat pengulangan suku kata pertama atau

dwipurwa yaitu pada wewadi „kejelekan‟ yang berasal dari kata wadi „kejelekan‟

yang mengalami perulangan suku kata awal menjadi wewadi „kejahatan‟, kata

tetirah „pindah/minggir‟ berasal dari kata dasar tirah „pindah/pinggir‟ mengalami

perulangan sebagian di awal suku kata menjadi tetirah „pindah‟. Selanjutnya kata

leledhang „bersenang-senang/bermain‟ yang berasal dari kata dasar ledhang

„bermain‟ mengalami perulangan di awal suku kata menjadi leledhang

„bersenang-senang‟. Kemudian kata geguyu „menertawai‟ berasal dari kata dasar

guyu „tawa/ketawa‟ mengalami perulangan pada awal suku kata menjadi kata

kerja pasif geguyu dalam konteks kalimat di atas bermakna „ditertawakan‟, dan

Page 37: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

77

kata kerja cecenges termasuk dwipurwa yang mengalami perulangan di awal suku

kata, dari kata cenges „ledek‟ menjadi cecenges „ledek‟. Perulangan pada awal

suku kata berfungsi mempertegas makna dari kata hasil pola perulangan bunyi.

3) Pengulangan berkombinasi dengan penambahan afiks

Novel Alun Samudra Rasa selain menggunakan reduplikasi utuh dengan

variasai fonem dan dwipurwa, juga banyak menggunakan perulangan

berkombinasi dengan penambahan afiks seperti data dibawah ini.

a) Perulangan berkombinasi dengan penambahan afiks (sufiks –an)

(172) kerep menehi tip utawa oleh-oleh yen mentas lelungan.(ASR/P)

„sering memberi tip atau oleh-oleh sehabis berpergian.‟

(173) Wis ngono isih diunek-unekake kanthi tetembungan kasar sing ora

tau dirungu...(ASR/P3/24)

„Sudah begitu masih dimarah-marahi dengan perkataan kasar yang

tidak pernah didengar...‟

(174) “Sing jenenge wong jejodhowan kuwi pancen gampang-gampang

angel...” (ASR/P7/67)

„Yang namanya orang berumah tangga itu memang gampang-

gampang susah...‟

(175) ...ujug-ujug lunga menyang Yogya, tanpa kandha-kandha, tanpa

rerasanan sadurunge. (ASR/P8/80)

„...tiba-tiba pergi ke Yogya, tanpa bilang-bilang, tanpa pembicaraan

sebelumnya.

(176) Kenangan mangsa kawuri iku terus jejogetan ing tlapukan mripat.

(ASR/P7/76)

„Kenangan masa lalu itu terus menari-nari dipelupuk mata‟

Perulangan atau reduplikasi juga terjadi pada data (172) sampai (176).

Reduplikasi atau perulangan awal suku kata berkombinasi dengan sufiks {-an} di

akhir kata, yaitu pada kata lelungan „berpergian‟ berasal dari kata dasar lunga

„pergi‟ mengalami perulangan di awal suku kata menjadi lelunga „bepergian‟ dan

mendapat sufiks {-an} menjadi lelungan „bepergian‟, kata tetembungan

Page 38: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

78

„perkataan‟ berasal dari kata dasar tembung „kata‟ mengalami perulangan

keseluruhan di awal suku kata menjadi tetembung „perkataan‟ mendapat sufiks {-

an} di akhir kata menjadi tetembungan „perkataan‟, kata jejodhowan „berumah

tangga‟ berasal dari kata jodho „jodoh‟ mengalami perulangan sebagian diawal

suku kata menjadi jejodho dan mendapat tambahan sufiks {-an} menjadi

jejodhowan „berumah tangga‟. Data (197) kata rerasanan „pembicaraan‟ berasal

dari kata rasan „berbicara‟ mengalami perulangan sebagian di awal suku kata

menjadi rerasan „melakukan pembicaraan‟ mendapat sufiks {-an} menjadi

rerasanan „saling melakukan pembicaraan‟, kata (198) jejogetan „menari-nari‟

berasal dari kata dasar joget „menari‟ mengalami perulangan di awal suku kata

menjadi jejoget „menari‟ ditambah denagn sufiks {-an} menjadi jejogetan

„menari-nari‟. Sufiks {-an} yang ditambahkan pada kata yang mengalami

perulangan di awal suku kata berfungsi menambah kelitereran pada novel ASR.

2. Kosakata Bahasa Indonesia.

Kosakata bahasa Indonesia dalam novel Alun Samudra Rasa karya Ardini

Pangastuti Bn digunakan karena suatu kata atau istilah kata akan terdengar ganjil

jika menggunakan bahasa Jawa. Berikut adalah beberapa data yang menggunakan

bahasa Indonesia:

(177) ...Pak Paimin , sopir perusahaan sing biasa antar jemput dheweke.

(ASR/P1/2)

„... Pak Paimin, sopir perusahaan yang biasa antar jemput dirinya‟

(178) Pakaryan minangka sales alat-alat pertanian,..(ASR/P1/5)

„Pekerjaan menjadi sales alat-alat pertanian‟

(179) ..., ngono wae kadhang uga isih dadi jubir perusahaan...(ASR/P1/6)

„..., seperti itu kadang juga masih jadi jubir perusahaan‟

Page 39: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

79

Data (177) sampai (179) terdapat penggunaan kosakata bahasa Indonesia,

yaitu antar jemput, sales alat-alat pertanian, dan jubir. Kosakata bahasa

Indonesia antar jemput, sales alat-alat pertanian, dan jubir tergolong pada

kosakata yang berhubungan dengan jenis pekerjaaan. Pak Paimin sebagai sopir

perusahaan yang kerjaannya antar jemput karyawan. Bregas, suami Intan yang

bekerja sebagai sales alat-alat pertanian, dan Intan yang terkadang menjabat

sebagai jubir di perusahaannya. Penggunaan kosakata berbahasa Indonesia

dalam novel ASR berfungsi untuk menggambarkan latar belakang pekerjaan

tokoh-tokoh yang terdapat dalam NASR. Penggunaan kosakata berbahasa

Indonesia sebagai wujud memperkenalkan latar belakang sosial tokohnya,

digambarkan pada awal-awal perangan.

(180) Intan dianggep bisa dadi jembatan penghubung antarane

perusahaan karo karyawan. (ASR/P2/15)

„Intan dianggap bisa menjadi jembatan penghubung atara perusahaan

dan karyawan‟

(181) Dadi sambil menyelam minum kopi. (ASR/P8/83)

„Jadi sambil menyelam minum kopi‟

(182) Antarane tresna marang anak utawa demi anak sing kuwi ateges

dheweke kudu ngorbanake dhiri lan tresna marang priya idhaman

sing ora ana kabul kawusanane alias cinta yang tak berujung.

(ASR/P26/284)

„Antara cinta kepada anak atau demi anak yang artinya dia harus

mengorbankan diri dan cinta kepada lelaki idaman yang tidak ada

kabul kawusanane alias cinta yang tak berujung.‟

(183) Ning wong sing kalem kaya iku kadhang-kadhang malah nyolong

pethek. Kowe ngerti peribahasa air tenang menghanyutkan ta?

Rame swara-swara ing njero dhadhane. (ASR/P19/207)

„Tetapi orang yang pendiam seperti itu kadang-kadang malah

berkebalikan dengan yang diperkirakan. Kamu tau peribahasa air

tenang menghanyutkan kan? Ramai suara-suara di dalam dadanya‟

(184) Kesempatan kanggo kuwi temene ana, ning Pram ora duwe

kuwanen. Wedi yen dianggep manfaatke kesempatan dalam

kesempitan. (ASR/P20/214)

Page 40: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

80

„Kesempatan untuk itu sebenarnya ada, Tetapi Pram tidak punya

keberanian. Takut kalau dianggap memanfaatkan kesempatan dalam

kesempitan‟

(185) Sebab atas nama cinta, ora arang wong sing tega lan tegel marang

wong kang jare ditresnani, cilike mung nyiksa, gedhene tekan

merjaya. (ASR/P22/237)

„Sebab atas nama cinta, tidak jarang orang yang tega dan tidak

berbelas kasih, sedikitnya hanya menyiksa, parahnya sampai

dibunuh.‟

Data nomor (180) sampai (185) terdapat penggunaan kosakata oleh Ardini

Pangastuti Bn dalama NASR. Ardini Pangastuti Bn, mencoba memasukan

peribahasa, istilah, perumpamaan dan pengibaratan berbahasa Indonesia kedalam

novel yang dikarangnya, seperti jembatan penghubung, sambil menyelam minum

kopi, alias cinta yang tak berujung, air tenang menghanyutkan, kesempatan dalam

kesempitan, atas nama cinta. Kosakata bahasa Indonesia yang berwujud

peribahasa, istilah, perumpamaan maupun pengibaratan tersebut berfungsi agar

pembaca tidak hanya sekedar membaca novel tanpa adanya pengalaman lain yang

didapat, tetapi juga mendapatkan pelajaran ataupun motivasi baik itu tersurat

maupun tersirat yang terdapat dalam peribahasa, istilah, perumpamaan maupun

pengibaratan yang ada didalamnya.

Selain itu kosakata bahasa Indonesia juga terdapat pada data sebagai

berikut.

(186) Dina sesuke Intan langsung ngadhep Mister Tanaka, kandha terus

terang yen arep mengundurkan diri saka perusahaan.

(ASR/P14/146)

„Hari berikutnya Intan langsung menghadap Mister Tanaka,

berbicara terus terang kalau ingin mengundurkan diri dari

perusahaan‟

(187) Ning kober nembung yen omah Semarang arep dipanggoni dhisik,

sinambi nunggu papan penempatan saka perusahaan.

(ASR/P26/281)

Page 41: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

81

„Tetapi sempat meminta kalau rumah di Semarang akan ditempati

dahulu, sembari menunggu tempat penempatan dari perusahaan.‟

Data (186) dan (187) merupakan wujud kosakata berbahasa Indonesia yang

berhubungan dengan kegiatan dunia pekerjaan, seperti kata mengundurkan diri

dan penempatan. Data (186) menceritakan Intan Purnami yang ingin keluar dari

perusahaaan dan ingin memulai hidup barunya dan tinggal di Yogyakarta.

Sedangkan data (187) menceritakan Bregas, mantan suami Intan meminta ijin

agar diperbolehkan menempati rumahnya terlebih dahulu, sampai menunggu

penempatan atau dipindahkan pekerjaan.

(188) Intan dhewe uga bisa menempatkan diri. (ASR/P14/148)

„Intan sendiri juga bisa menempatkan diri‟

(189) Intan cukup tau diri, sapa dheweke lan sapa Pram. (ASR/P20/211)

„Intan cukup tau diri, siapa dirinya dan siapa Pram.‟

(190) Biasane ya ngono. Ines tansah meledak-ledak, nanging mengko saya

suwe-saya suwe njur nglendhoh.Lilih dewe. (ASR/P31/335)

„Biasanya ya seperti itu. Ines begitu meledak-ledak, tetapi nanti

semakin lama semakin berkurang. Luluh sendiri.‟

Data (188) sampai (190) wujud lain kosakata bahasa Indonesia yang

digunakan APBn dalam NASR. Kali ini APBn memasukkan kosakata bahasa

Indonesia yang berhubungan dengan sikap manusia, seperti kata menempatkan

diri dalam konteks kalimat di atas artinya Intan mampu memposisikan siapa

dirinya, dan siapa Mr. Tanaka. Kata tau diri mempunyai maksud bahwa Intan

cukup bisa memahami siapa dirinya dan siapa Pram, sehingga dia harus bisa

bersikap dengan baik, karena keadaannya yang terjadi antara dirinya dan Pram

sudah berbeda. Selanjutnya kata meledak-ledak yang mewujudkan ekspresi sikap

marah seseorang yang berlebihan.

Page 42: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

82

(191) Pembukaan cukup regeng senajan mung diestreni pejabat setempat.

Kiriman bunga ucapan selamat teka saka ngendi-

endi,...(ASR/P20/210)

„Pembukaan cukup ramai meskipun hanya didatangi pejabat

setempat. Kiriman bunga ucapan selamat datang dari berbagai

kalangan,...‟

(192) Dina iki ana seminar Peluang di Pariwisata dan Ekonomi Kreatip

sing digelar ing sawijining hotel bintang papat. (ASR/P16/166)

„Hari ini ada seminar Peluang di Pariwisata dan Ekonomi Kreatip

yang digelar disalah satu jotel bintang empat‟

Data (191) dan (192) merupakan wujud kosakata bahasa Indonesia yaitu

pada kata bunga ucapan selamat dan Peluang di Pariwisata dan Ekonomi

Kreatip. Kosakata bahasa Indonesia tersebut digunakan karena jika ditranslate

kedalam bahasa Jawa akan terdengar aneh.

(193) Semangat untuk melayani dengan setulus hati ora mung saderma

slogan, ning bener-bener diayati tenan.(ASR/P22/235)

„Semangat untuk melayani dengan setulus hati tidak hanya sekedar

slogan, tetapi sungguh-sungguh dihayati benar.‟

Seperti pada data (193) di atas merupakan kosakata bahasa Indonesia yang

berhubungan dengan slogan yang biasanya digunakan oleh seseorang yang

bekerja dalam bidang jasa, seperti Intan Purnami yang menjual jasa penjualan

lukisan. Di harapkan kata tersebut tidak hanya sebatasa slogan, tetapi pelayanan

yang benar-benar harus dihayati.

(194) Biasane Intan mesthi dikontak dhisik yen arep ana kunjungan kaya

iku. (ASR/P22/236)

„Biasanya Intan pasti dikontak dahulu kalau akan ada kunjungan

seperti itu.‟

(195) Pokoke sauger isih bisa dijangkau bakal diupayakake nekani dhewe.

(ASR/P25/271)

„Pokoknya seumpama masih bisa dijangkau bakal diupayakan‟

(196) Kamangka rasa kuwi benda abstrak sing ukurane uga relatip.

(ASR/P28/304)

„Padahal rasa itu benda abstrak yang ukurannya juga relatif‟

Page 43: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

83

Data (194) sampai (196) merupakan kosakata yang juga digunakan oleh

APBn dalam novel ASR yaitu terdapat pada kata kunjungan, dijangkau, benda

abstrak, dan relatip. Penggunaan kosakata bahasa Indonesia pada data di atas

selain sebagai variasi bahasa agar tidak monoton memakai bahasa Jawa, kesulitan

untuk memadankan kata kedalam bahasa Jawa mungkin juga dialami, sehingga

agar tidak mengubah makna maka digunakanlah kosakata bahasa Indonesia

tersebut.

3. Kosakata Bahasa Asing.

Sebuah novel berbahasa Jawa, selain kadang memasukan beberapa

kosakata berbahasa Indonesia, tidak jarang pula memasukan kosakata berbahasa

asing. Pada NASR karya APBn terdapat beberapa kata yang menggunakan

kosakata berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Kosakata bahasa Inggris

digunakan untuk memberikan paduan yang indah ketika membaca, selain itu juga

kosakata bahasa inggris akan terasa ganjil jika harus diterjemahkan ke dalam

bahasa Jawa. Adapun data yang memuat kosakata berbahasa Inggris, adalah

sebagai berikut:

(197) Intan noleh. Dha-dha marang Sekar sing banjur dibales kanthi kiss

by dening bocah cilik iku. (ASR/P1/2)

„Intan menoleh. Da-da kepada Sekar yang langsung dibalas dengan

kiss by oleh bocah kecil itu‟

(198) Sadurunge buka lawang mobil, isih keprungu swarane Mona, baby

sitter sing momong Sekar. (ASR/P1/2)

„Sebelum membuka pintu mobil, masih terdengar suara Mona, baby

sitter yang mengasuh Sekar.‟

(199) Saiki ing playgroup apa dene TK, kata pengantare wis nganggo

basa Indonesia.(ASR/P6/59)

„Sekarang di Play group seperti halnya TK, kata pengantarnya sudah

memakai bahasa Indonesia.‟

Page 44: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

84

(200) Intan tumuju parkiran sepedha motor ing bassemen(ASR/P10/101)

„Intan menuju parkiran sepeda motor di bassemen.‟

(201) Kejaba ora mood, Intan uga isih trauma karo sing lanang.

(ASR/P13/135)

„Selain tidak mood, Intan juga masih trauma dengan suaminya‟

(202) Kita bisa nyiptakake image kanggo narik minat para turis kuwi.

(ASR/P19/201)

„ Kita bisa menciptakan image untuk menarik minat para turis itu‟

(203) Sawise kabeh persiapan mateng, pungkasane art shop iku klakon

dibuka. (ASR/P20/209)

„Setelah semua persiapan matang, akhirnya art shop itu terlakasana

dibuka.‟

(204) Piyayine pancen ayu, kanthi status single parent. (ASR/P20/218)

„Orangnya memang cantik, dengan status single parent.‟

(205) Kowe dadi katon anggun kanthi sepatu modhel stiletto kaya

iku..”(ASR/P21/222)

„Kamu jadi terlihat anggun dengan sepatu model stiletto seperti itu.‟

Penggunaan kosakata bahasa asing dalam hal ini adalah bahasa Inggris yang

digunakan APBn nampak pada data nomor (197) sampai (205) yaitu kata kiss by,

baby sitter, play group, bassemen, mood, image, art shop, single parents, dan

stiletto merupakan kosakata bahasa Inggris yang sudah sering digunakan dalam

percakapan maupun dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Kosakata

bahasa asing tersebut dianggap sudah familiar digunakan dalam kehidupan

masyarakat, seperti kata kiss by, kata tersebut digunakan saat seseorang mau

berpisah ataupun pamit berpergian, memiliki padanan dalam bahasa Indonesia

yaitu cium jauh. Kata baby sitter, kata tersebut biasa digunakan sebagai sebutan

untuk seseorang yang bekerja sebagai pengasuh anak. Kata play group biasa

digunakan seseorang dalam bidang pendidikan anak, play group adalah sebuatan

untuk instasi yang bergerak dalam bidang pendidikan anak, berbentuk sekolah

untuk anak-anak sebagai tempat bermain sebelum menginjak usia wajib belajar

Page 45: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

85

ataupun sebelum masuk TK, hal tersebut sesuai dengan umur Sekar yang

menginjak umur 3 tahun. Kata bassemen merupakan sebutan untuk tempat parkir

yang berada di lantai paling bawah, biasanya terdapat pada mall, atau pusat

perbelanjaan berbentuk gedung bertingkat dan besar. Istilah mood biasa

berhubungan dengan naik turunnya emosi seseorang, dikatakan mood jika

seseorang tersebut mau dan sedang baik kondisi pikiran serta perasaannya. Kata

image dan art shop, merupakan istilah yang biasa dikaitkan dengan karya seni

khususnya seni gambar, lukis, maupun patung yang memiliki panjang dan lebar,

maupun panjang lebar dan tinggi. Istilah single parent digunakan karena dianggap

lebih sopan, lebih terkesan ilmiah dibanding dengan istilah janda maupun duda.

Selanjutnya adalah stiletto, istilah tersebut digunakan untuk sebutan model sepatu

wanita yang memiliki hak tinggi dan terkesan modis. Penggunaan kosakata

maupun istilah berbahasa Inggris oleh APBn dalam NASR yaitu agar bahasa

nampak lebih ilmiah, dapat menyatu dengan bahasa yang digunakan oleh

keseharian pembaca dan mungkin istilah tersebut akan terasa ganjil, terlalu

bertele-tele jika harus diterjemahkan kedalam bahasa Jawa.

4. Sinonim

Sinonim adalah kata, frasa atau klausa yang memiliki kemiripan makna

dengan kata bentuk lain. Sinonim (padan kata) dilihat dari unsur-unsur bahasa

atau kategorinya dapat dibedakan anatara sinonimi kata dengan kata, kata dengan

frasa atau sebaliknya, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa (Sumarlam,

2013:157).

(206) sebab senajan negara agraris, olah tani utawa tetanen...

(ASR/P1/5)

„sebab meskipun negara agraris, bertani atau tetanen...‟

Page 46: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

86

(207) Kuwi wae jenenge uga dudu sepedha motor nanging sepedha

kumbang utawa udhug. (ASR/P1/8)

„Itu saja namanya bukan sepeda motor tetapi sepeda kumbang atau

udug‟

(208) ...,sesambungane intan karo bose pancen ora kaya sesambung

anantarane majikan lan karyawan, nanging luwih mujudake mitra.

Sahabat! (ASR/P2/15)

„..., hubungan Intan dengan bosnya memang tidak seperti hubungan

antara majikan dan karyawan, tetapi lebih mewujudkan teman.

Sahabat!‟

(209) ...,mligine karyawan cilik sing kerep oleh embel-embel kanthi

sebutan buruh. (ASR/P2/15)

„..., khususnya karyawan kecil yang kerap dapat embel-embel

dengan sebutan buruh‟

(210) Wangi mawar, arum melathi , saka mangsa kawuri.(ASR/P9/90)

„Harum mawar, bau melati, dari masa lalu.‟

(211) “Ibu tetep nunggoni ing Semarang kene nganti urusanmu

rampung...(ASR/P14/145)

„Ibu tetap menunggu di Semarang sini sampai urusanmu selesai...‟

Tresnane biyung marang anak sing ora bisa diukur jerone lan ora

bisa diganteni nganggo apa wae. (ASR/P25/272)

„Kasih sayang ibu kepada anak tidak bisa diukur dalamnya dan tidak

bisa diganti dengan apapun‟.

(212) Kanthi ngusung konsep tradhisional modern, nyawijekake utawa

ngawinake antarane sing tradhisional karo modern, kaya sing

dirancang sakawit. (ASR/P20/209)

„Dengan mengusung konsep tradisional modern, menggabungkan

atau memadukam antara yang tradisional dengan modern, seperti

yang dirancang dari awal.‟

(213) Sebab atas nama cinta, ora arang wong sing tega lan tegel marang

wong kang jare ditresnani, cilike mung nyiksa, gedhene tekan

merjaya. (ASR/P22/237)

„Sebab atas nama cinta, tidak jarang orang tega dan tidak punya

belas kasih terhadap orang yang dianggap dicintai, sedikitnya hanya

menyiksa, parahnya sampai dibunuh‟

Page 47: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

87

(214) Kuwi rumah makan anyar sing ngusung konsep masakan kampung

alias masakan ndesa kang saiki lagi digandrungi.(ASR/P23/249)

„Itu rumah makan sayur baru yang mengusung konsep masakan

kampung alias masakan desa yang sekarang sedang diminati‟

(215) Temene Intan wis wegah urusan karo Bregas. Ora mung saderma

jeleh, bosen, lan sapanunggalane, nanging luwih saka kuwi.

(ASR/P25/271)

„Sebenarnya Intan sudah tidak mau berurusan dengan Bregas. Tidak

hanya sekedar jeleh, bosan dan lain sebagainya, tetapi lebih dari itu.‟

(216) Samudra sing ora tau anteng, kadhang ombak kekitrang nut

tumiyupe samirana. (ASR/P27/285)

„samudra yang tidak pernah tenang, kadang ombak bergerak searah

tiupan angin‟

Angin sumilir lembut, ngelus kulit lan kala-kala nakal dolanan

rambut. (ASR/P28/307)

„Angin bersemilir lembut, meraba kulit dan kadang-kadang bermain

rambut‟

(217) Samudra sing ora tau anteng, kadhang ombak kekitrang nut

tumiyupe samirana.

„samudra yang tidak pernah tenang, kadang ombak bergerak searah

tiupan angin‟

Kadhang alun gumulung tanpa kendhat. (ASR/P27/285)

„Kadang ombak bergulung tanpa berhenti‟

(218) Awit urip iku sejatine perjuangan. Sebab hukume jagad iku obah,

gerak. (ASR/P28/298)

„Mulai hidup itu sejatinya perjuangan. Sebab hukumnya alam itu

obah, gerak.‟

(219) ..., yen lagi buneg Pram biasane munggah gunung, golek

katentreman- dene piyayi mau tujuane arep manekung ing pucuking

ardi. (ASR/P28/302)

„..., kalau sedang susah Pram biasanya naik gunung, mencari

ketentraman-sedangkan orang tadi tujuannya mau bertapa di pucuk

gunung‟

(220) Ati sing ora tau goroh. (ASR/P29/306)

„Hati yang tidak pernah bohong‟

..., banjur katut iline getih mlebu jroning nala. (ASR/P29/308)

„..., lalu ikut mengalirnya darah masuk ke dalam hati‟.

Page 48: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

88

(221) Rembulan gumandhul ing langit sing biru resik. (ASR/P/29/310)

„Rembulan menggantung dilangit yang biru bersih‟

Dinikmati rasa anget kang mili ing dhadhane. Rasa anget kang

nentremake, rasa anget kang bisa nggawa pikirane nglayang ing

awang-awang, mabur ing antarane mega-mega lan njoged ing

sorote kluwung...(ASR/P28/307)

Dinikmati rasa hangat yang mengalir di dadanya. Rasa hangat yang

menentramkan, rasa hangat yang bisa membawa pikiran melayang di

langit, terbang di antara awan-awan dan menari di pancaran sinar.‟

(222) Nalika angin pancaroba ngendhih sumilire samirana.

(ASR/P30/319)

„Ketika angin pancaroba mengalahkan semilirnya angin‟.

Data (206) sampai (222) merupakan bentuk data yang mengandung sinonim

yang digunakan APBn dalam ASR. Sinonim yang terjadi adalah sinonimi frasa

dengan kata, dan sinonim kata dengan kata, yaitu frasa olah tani bersinonim

dengan kata tetanen keduanya bermakna bertani, frasa sepedha kumbang

bersinonimi dengan kata udhug keduanya bermakna sepeda motor, kata mitra

bersinonimi dengan kata dalam bahasa indonesia sahabat keduanya memiliki

makna teman, frasa karyawan cilik „buruh‟ bersinonim dengan kata buruh

„buruh‟, kata wangi „harum/bau‟ bersinonim dengan kata arum „harum/bau‟, kata

ibu „ibu‟ bersinonim dengan kata biyung „ibu‟, kata nyawijekake „memadukan‟

bersinonim dengan kata ngawinake „memadukan‟, kata tega „tega‟ bersinonim

dengan kata tegel „tega‟, kata kampung „kampung‟ bersinonim dengan kata ndesa

„kampung‟, kata jeleh „bosan‟ bersinonim dengan kata bosen „bosan‟, kata

samirana „angin‟ bersinonim dengan kata angin „angin‟, kata ombak „ombak‟

bersinonim dengan kata aluni „ombak‟, kata obah „bergerak‟ bersinonim dengan

kata gerak „gerak‟, kata gunung „gunung‟ bersinonim dengan kata ardi „gunung‟,

Page 49: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

89

kata ati „hati‟ bersinonim dengan nala „hati‟, dan kata langit „langit‟ bersinonim

dengan kata awang-awang „langit‟, serta kata angin „angin‟ bersinonim dengan

kata samirana „angin‟. Sinonim tersebut digunakan agar kata yang digunakan

lebih bervariasi, tidak menimbulkan kemonotonan bahasa dan dapat menjadi tolak

ukur pembendaharaan kata sang pengarang.

Sinonimi yang memiliki jumlah persamaan kata lebih dari satu bentuk kata

terdapat pada data di bawah ini.

(223) ..Intan lagi wani ngutahake banyu mripat. (ASR/P3/24)

„...Intan baru berani mengeluarkan air mata.‟

Luhe enggal diusapi banjur menyat marani kaca pangilon.

(ASR/P3/26)

„Air mata buru-buru diusap lalu bergegas menghampiri kaca

berhias...

Kepeksa sinerat nganggo tetesan waspa. (ASR/P14/142)

„Terpaksa tersampaikan dengan tetesan air mata‟

(224) Ines kedanan alias jatuh cinta setengah mati marang Pram...

(ASR/P21/223)

„Ines tergila-gila alias jatuh cinta setengah mati kepada Pram...‟

Intan isih nyimpen tresna kanggo Pram,...(ASR/P20/211)

„Intan masih menyimpan cinta untuk Pram,...‟

(225) dhasare sing lanang kuwi wis suwe olehe cubriya marang sing

wadon. (ASR/P2/21)

„Dasar laki-laki itu sudah lama curiga dengan wanitanya‟

Saru, mosok jejere wanita kok ngrembug prekara libido.

(ASR/P3/33)

„Gak baik, masak dekat wanita kok membahasa masalah libido‟.

“...Aku akan berbaik hati mengambilkan uang untukmu,” kandhane

Ika salah siji saka cewek sing ngancani iku. (ASR/P4/35)

„...Aku akan berbaik hati mengambilkan uang untukmu,” kata Ika

salah satu dari wanita yang menemani itu.

Bregas minangkani panjaluke Ika kanthi menehi tip tambahan

marang kenya iku. (ASR/P4/36)

Page 50: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

90

„Bregas menuruti permintaan Ika dengan memberi tip tambahan

kepada wanita itu.

Intan lungguh. Nyawang sing duwe omah kakung putri genti-genten.

(ASR/P13/139)

„Intan duduk. Melihat yang punya rumah laki perempuan bergantian.

Jarene yen anak wedok kuwi bapak luwih berhak tinimbang ibu.

(ASR/P27/289)

„Katanya kalau anak perempuan itu bapak lebih berhak daripada

ibu‟.

(226) “Wong lanang sing gelem maratangan utawa mularasa sing wadon

dudu priya sing jantan, ora sembada karo olehe dadi lanang sing

kudune ngayomi wanita kang ringkih nanging dheweke malah kosok

baline”... (ASR//P6/53)

„Lelaki yang mau main tangan atau menyakiti perempuan bukan pria

yang jantan, tidak sebanding denganya menjadi laki-laki yang

harusnya mengayomi wanita yang lemah tetapi dia malah

sebaliknya‟.

“...Nanging ora kena menghakimi,” ujare Bu Surtana marang sing

kakung. (ASR/P6/65)

„...tetapi tidak boleh menghakimi,” kata Bu Surtana kepada

suaminya‟.

Tresna kang karajut antarane jalu lan wanita. (ASR/P9/98)

„Cinta yang terajut antara laki-laki dan perempuan‟.

Akeh cowok sing kedanan lan ngarep-arep tresnane. (ASR/P21/223)

„Banyak laki-laki yang tergila-gila dan mengharap cintanya‟.

Data (223) sampai (226) merupakan bentuk sinonim kata dan frasa, yang

memiliki bentuk kata lebih dari dua tetapi masih mempunyai persamaan makna

yang sama, seperti frasa banyu mripat „air mata‟ yang bersinonim dengan kata luh

„air mata‟, dan kata waspa „air mata‟, ketiganya memiliki makna sama yaitu

airmata. Kata kedanan „jatuh cinta‟, bersinonim dengan frasa jatuh cinta „jatuh

cinta‟ dan bersinonim pula dengan kata tresna „jatuh cinta‟. Kata yang

mempunyai persamaan kata lebih dari dua serta mempunyai makna hampir sama,

terdapat pada persamaan makna kata „wanita‟ dengan bentuk kata lain menjadi

Page 51: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

91

wadon, wanita, cewek, kenya, putri, dan kata wedok. Sedangkan kata priya,

lanang, kakung, jalu, dan kata cowok, kelima kata tersebut mempunyai makna

kata yang berdekatan dengan kata lelaki. Makna kata „wanita‟ dan „lelaki‟

dimasukan dalam kategori sinonim kata bukan dasanama, karena dalam novel

bentuk kata yang ditemukan tidak mencapai sepuluh kata. Sedangkan dimaksud

dasanama adalah wong siji darbe jeneng sepuluh „satu orang mempunyai nama

sebanyak sepuluh‟. Sinonim kata dalam novel ASR dimaksudkan untuk

menambah variasi agar tidak menimbulkan kejenuhan, meningkatkan kosakata

bahasa Jawa pembaca dan sebagai tolak ukur penguasaan bahasa oleh pengarang.

5. Antonim

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang

lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan satuan

lingual yang lain (Sumarlam, 2013:63). Antonimi disebut juga oposisi makna.

Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu

(a) oposisi mutlak, (b) oposisi kutub, (c) oposisi hubungan, (d) oposisi hirarkial,

dan (e) oposisi majemuk.

a. Oposisi Mutlak

(227) Gelem ora, wegah uga ora. (ASR/P3/28)

„Mau tidak, menolak juga tidak‟

(228) Nanging Intan sadhar, kuwi hake Tedy kanggo nolak utawa nampa.

(ASR/P23/258)

„Tetapi Intan sadar, itu haknya Tedy untuk menolak atau menerima.‟

(229) Turis manca pancen ora tau urusan karo dina, tanggal, neton lan

liya-liyane. Beda karo turis domestik, akeh sing padha nyingkiri

dina jum‟at. (ASR/P22/236)

„Turis mancanegara memang tidak pernah berurusan dengan hari,

tanggal, tahun, dan lain sebagainya. Berbeda dengan turis domestik,

banyak yang menghindari hari jum‟at.‟

Page 52: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

92

(230) Dadi sakabehe kenangan iku senajan urip ana atiku nanging aku

ora kepengin mujudake jroning kanyatan. (ASR/P27/287).

„Jadi semua kenangan itu meskipun hidup dalam hatiku, tetapi aku

tidak ingin mewujdkannya di kenyataan.‟

Data (227) sampai (230) terdapat penggunaan antonim oposisi mutlak yaitu

pertentangan makna secara mutlak pada kata gelem „mau‟ >< wegah „tidak‟, nolak

„menolak‟ >< nampa „menerima‟, manca „luar negeri‟ >< domestik „dalam

negeri‟, kenangan „kenangan‟ >< kanyatan „kenyataan‟.

Penggunaan antonim oleh Ardini Pangastuti Bn dalam novel Alun Samudra

Rasa juga terdapat pada data sebagai berikut.

b. Oposisi Kutub

(231) Nanging sing keri iki mandhege alus. Ora kasar kaya mau.

(ASR/P1/9)

„Tetapi yang terakhir ini menatapnya halus. Tidak kasar seperti tadi.‟

(232) Padhang peteng tansah gilir gumanti...(ASR/P13/131)

„Terang gelap silih berganti...‟

(233) Kaya nalika tali perkawinan iku isih pengkuh, durung rapuh kaya

saiki. (ASR/P13/P135)

„Seperti saat tali perkawinan itu masih kokoh, belum rapuh seperti

sekarang‟.

(234) Sebab wektu ora lumaku mundur, nanging terus maju menyang

ngarep. (ASR/P14/150)

„Sebab waktu tidak berjalan mundur, tetapi terus maju ke depan‟

(235) “...Mumpung isih anget. Yen wis adhem kurang enak,”...

(ASR/P18/188)

„...Mumpung masih hangat. Nanti kalau sudah dingin kurang

enak,”...‟

(236) Sebab atas nama cinta, ora arang wong sing tega lan tegel marang

wong kang jare ditresnani, cilike mung nyiksa, gedhene tekan

merjaya.(ASR/P22/237)

„Sebab atas nama cinta, tidak jarang orang yang tega dan tidak

peduli terhadap orang yang katanya dicintai, sedikitnya hanya

menyiksa, parahnya sampai dibunuh‟

Page 53: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

93

(237) Nganti toko tutup,...(ASR/P24/261)

„Sampai toko tutup...‟

Intan nglegakake mbukak cendhela mobil dhisik,... (ASR/P1/2)

„Intan menyempatkan membuka jendela mobil dahulu,...‟

(238) “Ah, Sekar jelek kalau begitu. Enggak jadi cantik. Ora sida ayu!”

(ASR/P25/265)

“Ah, Sekar jelek kalau begitu. Enggak jadi cantik. Tidak jadi

cantik!.‟

(239) Perasaan kuwi krasa saya nyiksa. Ing sesisih dheweke tresna

marang anake, ing sisih liya dheweke sengit karo bapake.

(ASR/P25/272)

„Perasaan itu terasa semakin menyiksa. Di sisih lain dirinya cinta

terhadap anaknya, disisih lain dirinya benci dengan bapaknya.‟

(240) “Kok sepi, Bu. Sekar karo Mona menyang ngendi?” (ASR/P5/279)

„Kok sepi, Bu. Sekar sama Mona pergi kemana?

Gunung sing biyen dianggep sakral lan wingit iku saiki wis dadi

papan wisata sing rame kang dikemonah dening Karang

Taruna,...(ASR/P27/294)

„Gunung yang dahulu dianggap sakral dan menyeramkan itu

sekarang sudah menjadi tempat wisata yang ramai dikelola oleh

Karang Taruna,...‟

(241) Bahagia, sedhih, sing manggone kabeh aneng rasa, kuwi pancen

sandhangane wong urip. (ASR/P28/300)

„Bahagia, sedih, yang semuanya bertempat dirasa, itu memang

bawaan orang hidup.‟

(242) Ing babagan phisik, awake priya pancen luwih kuwat lan otot-otote

uga luwih keker. Kekuwatane kuwi murih dheweke bisa ngayomi

wanita sing kahanan awake pancen tinakdir luwih ringkih.

(ASR/P29/312)

„Di bab fisik, badan pria memang lebih kuat dan otot-ototnya juga

lebih kekar. Kekuatanya itu supaya dirinya bisa mengayomi wanita

yang keadaan badannya memang ditakdirkan lebih lemah‟.

(243) Ora ana sing luwih asor lan ora ana sing luwih unggul.

(ASR/P29/313)

„Tidak ada yang lebih rendah dan tidak ada yang lebih tinggi.‟

(244) Rasa sumelang, wedi kelangan, cemburu lan liya-liyane njalari

pikiran buthek lan ora bisa mikir wening maneh. (ASR/P29/314)

„Rasa khawatir, takut kehilangan, cemburu dan lain-lainya

menyebabkan pikiran kotor dan tidak bisa berpikir jernih lagi‟.

Page 54: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

94

(245) Tresna sing padha dene bisa andum lan nampa. (ASR/P29/314)

„Cinta yang sama halnya bisa memberi dan menerima‟.

(246) Senajan mengko yen wis bali mlebu kamar maneh pasuryan sing

sumringah langsung malik suntrut. (ASR/P30/320)

„Meskipun nanti kalau sudah balik masuk kamar lagi raut wajah

yang gembira langsung balik cemberut.‟

Antonimi yang terdapat pada data nomor (231) sampai (246) merupakan

jenis antonim oposisi kutub, yaitu oposisi makna yang tidak bersifat mutlak, tetapi

bersifat gradasi, contohnya terdapat pada kata alus „halus‟ >< kasar „kasar‟,

padhang „terang‟ >< peteng „gelap‟, pengkuh „kokoh‟ >< rapuh „rapuh‟, mundur

„mundur‟ >< maju „maju‟, anget „hangat‟ >< adhem „dingin‟, cilike „kecilnya‟ ><

gedhene „besarnya‟, tutup „tutup‟ >< mbukak „membuka‟ berasal dari kata dasar

buka „buka‟, jelek „jelek‟ >< cantik „cantik‟, tresna ‟cinta‟ >< sengit „benci‟, sepi

„sepi‟ >< rame „ramai‟, bahagia „bahagia‟ >< sedhih „sedih‟, bungah „bahagia‟

>< susah „susah‟, kuwat „kuat‟ >< ringkih „lemah‟, asor „rendah‟ >< unggul

„tinggi‟, buthek „kotor‟ >< wening „bening/jernih‟, andum „memberi‟ >< nampa

„menerima‟, dan kata sumringah „gembira‟ >< suntrut „cemberut‟.

Antonimi dalam bentuk lain juga terdapat pada data sebagai berikut.

c. Oposisi Hubungan

(247) Dheweke banjur nudingi nganggo mripate marang bocah loro

lanang wadon...(ASR/P1/8)

„Dirinya kemudian menunjuk dengan matanya kepada dua bocah

laki perempuan...‟

(248) ..,sesambungane intan karo bose pancen ora kaya sesambung

anantarane majikan lan karyawan, nanging luwih mujudake mitra.

Sahabat! (ASR/P2/15)

..., hubungan Intan dengan bosnya memang tidak seperti hubungan

antara majikan dan karyawan, tetapi lebih mewujudkan teman.

Sahabat!

Page 55: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

95

(249) Priya lan wanita, pancen cinipta beda. (ASR/P29/312)

Pria dan wanita, memang diciptakan berbeda.‟

(250) Ibu lan bapak, panyawijian saka pribadi loro, priya lan wanita.

(ASR/P29/313)

„Ibu dan bapak, gabungan dari dua pribadi, pria dan wanita.‟

(251) Ngecek pasedhiyan, transaksi-transaksi dol tinuku lan liya-liyane.

(ASR/P30/320)

„Mengecek persediaan, transaksi-transaksi jual-beli dan lain

sebagainya.‟

Data (247) sampai (251) merupakan wujud penggunaan antonim oposisi

hubungan yaitu oposisi makna yang bersifat saling melengkapi, seperti pada kata

lanang „laki‟ >< wadon „perempuan‟, majikan „majikan‟ >< karyawan

„karyawan‟, pria „pria‟ >< wanita „wanita‟, ibu „ibu‟ >< bapak „bapak‟, dol

„menjual‟ >< tinuku „membeli‟. Oposisi di atas saling melengkapi, seperti data

(247) lanang „laki‟ adanya pria mengandaikan adanya wadon „wanita‟, begitu

dengan data berikutnya yang dimungkinkan kehadirannya dapat saling

melengkapi.

d. Oposisi Majemuk

Adapula bentuk antonimi lain yaitu oposisi majemuk yang terdapat pada data

di bawah ini.

(252) Tanah pekarangan ing kiwa-tengen omah uga isih

jembar...(ASR/P6/62)

„Tanah pekarangan di kiri-kanan rumah juga masih luas...‟

(253) Malah kepara bisa diarani ngrujak sentul, siji ngalor siji ngidul.

(ASR/P11/111)

„Malah bisa dikatakan bercabang, satu ke utara satunya ke selatan.‟

Tanah pekarangan di kiri-kanan rumah juga masih luas...‟

(254) Kamangka jan-jane prawan sing luwih ganas tinimbang randha uga

akeh. (ASR/P16/170)

„Padahal sebenarnya perawan yang lebih ganas daripada janda juga

banyak‟.

Page 56: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

96

(255) Lha yen dibandhing karo jembare gelaran langit lan bumi, durung

kalebu planet-planet...aku ora bisa mbayangake” tumanggape

Pram. (ASR/P27/297)

„Kalau dibandingkan dengan luasnya hamparan langit dan bumi,

belum termasuk planet-planet... aku tidak bisa membayangkan,”

jawab Pram.‟

(256) Kabeh wong ngalami bungah, susah, bahagia lan sedhih.

(ASR/P28/300)

„Semua yang dialami, senang, susah, bahagia dan sedih.‟

(257) Ngimpi apa mau bengi kok awan-awan diwirang-wirangake dening

wong wedok ora duwe isin kaya kuwi. (ASR/P30/327)

„Mimpi apa tadi malam kok siang-siang dijelek-jelekan oleh wanita

yang tidak punya malu seperti itu‟.

Kelingan marang prastawa mau awan. (ASR/P31/335)

„Teringat pada peristiwa tadi siang‟.

Data di atas termasuk wujud antonimi oposisi majemuk karena tidak

memungkinkan bersanding dengan kata agak, lebih, dan sangat. Kata-kata yang

beroposisi majemuk antara lain: kiwa „kiri‟ >< tengen „kanan‟, ngalor „ke utara‟

>< ngidul „ke selatan‟, prawan „perawan‟ >< randha „janda‟, langit „langit‟ ><

bumi „bumi‟, bungah „senang‟ >< susah „susah‟ >< bahagia „bahagia‟ >< sedhih

„sedih‟, seseorang dikatakan sedhih „sedih‟ tidak mesti mengalami susah „susah‟

bisa jadi sebelumnya mengalami bungah „senang‟ atau perasaan yang lain, dan

dan kata bengi malam‟ >< awan „siang‟. Kata bengi „malam‟ bukan berarti dari

posisi awan „siang‟ saja, tetapi harus melewati pagi, siang, dan sore dahulu

sebelum menjelang malam.

6. Abreviasi atau Panyudaning Swara (Wancah)

a. Aferesis yaitu pengurangan suara (suku kata) pada awal kata. Walaupun

begitu makna kata tidak berubah. (Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka,

2008:22)

Page 57: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

97

(258) Bengine nalika Sekar wis turu, Pak lan Bu Surtana ngundang anake

wadon, Intan Purnami sing ayu. (ASR/P6/62)

„Malamnya saat Sekar sudah tidur, Pak lan Bu Surtana memanggil

anak perempuannya, Intan Purnami yang paling cantik‟

(259) Adegan kaya mau meh dumadi ing saben esuk. (ASR/P1/3)

„Adegan seperti itu hampir terjadi di tiap pagi.‟

(260) Pak Paimin mung mlengeh.(ASR/P1/4)

„Pak Paimin Cuma tersenyum.‟

(261) “Oh Mau Mr.Tanaka pesen yen Mbak Intan wis teka didhawuhi

langsung nemoni ing ruwangane,” (ASR/P1/10)

„Oh tadi Mr. Tanaka berpesan kalau Mbak Intan sudah datang

disuruh langsung menemui di ruangannya,‟

(262) Iya, kowe cen loyal banget yen marang si Mister. (ASR/P2/21)

„Iya, kamu memang loyal sekali dengan si Mister.‟

(263) “Suk yen Mister wis teka aku arep njaluk cuti ana ka seminggu,..

(ASR/P2/26)

„Besok kalau Mister sudah datang aku akan minta cunti setidaknya

seminggu,...‟

(264) Nggo mundhut apa, Dhik?”ujare Mona kanggo ngalihake

kawigatene Sekar. (ASR/P5/48)

Untuk beli apa, Dhik?” tanya Mona sambil mengalihkan perhatian

Sekar.

(265) Basa Indonesia njur dibaleni nganggo basa Jawa. (ASR/P6/59)

„Bahasa Indonesia lalu diulang dengan bahasa Jawa.‟

(266) “Nggih, nderek, Bu.” (ASR/P6/61)

„Iya, ikut, Bu‟.

(267) Ibu ki biyen kejaba mulang Bahasa Indonesia rak ya ngrangkep

guru BK ta, wuk. (ASR/7/69)

Ibu ini dulu selain mengajar Bahasa Indonesia juga merangkap guru

BK kn, wuk.

(268) Ra sah didhedhes-dhedhes dhisik,...(ASR/P6/70)

„Tidak usah didesak-desak dahulu,...‟

(269) Saora-orane wong tuwa rak ya perlu ngerteni bot ribete anak,”

celathune ibune. (ASR/P10/106)

„Setidak-tidaknya orang tua perlu mengerti berat permasalahan anak‟

Page 58: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

98

(270) “njenengan ki pikirane tansah ngeres. (ASR/P12/123)

„kamu itu pikirannya kotor.‟

(271) Nem tau, wis akeh banget owah-owahane. (ASR/P17/182)

„Enam tahun, sudah banyak perubahannya‟

(272) “Sik tak tilikane....” (ASR/P22/238)

„Sebentar aku lihat dulu....”

(273) Sasi ngarep wong kuwi arep mara maneh karo ngganepi

kekurangane. (ASR/P22/238)

„Bulan depan orang itu akan datang lagi sambil menggenapi

kekurangannya‟

(274) “Ya ayo. Aku uga durung maem.”(ASR/P23/248)

„Ya ayo. Aku juga belum makan.‟

(275) “Wis kana, gek ndang nyang mburi dhisik kana, mengko magribe

selak entek”. (ASR/P25/266)

„Sudah sana, buruan lekas ke belakang dahulu sana, nanti

maghribnya keburu habis‟

(276) ...cilik banget lan ora ana tegese dibandhing karo jembare alam

najan mung sawates panyawang. (ASR/P28/297)

„...kecil sekali dan tidak ada apa-apanya dibanding dengan luasnya

alam meskipum hanya sebatas penglihatan‟

Pada data (258) sampai (276) terdapat aferesis, yaitu pengurangan suku kata

pada awal kata seperti kata pak (bapak) „bapak/ayah‟, Bu (ibu) „ibu‟, meh (ameh)

„akan‟, mung (namung/amung) ‟hanya‟, wis (uwis) „sudah‟, cen (pancen)

„memang‟, suk (sesuk) „besok‟, ka (saka) ‟dari‟, nggo (kanggo) „untuk‟, njur

(banjur) „lalu‟, nggih (inggih) „iya‟, ki (iki) „ini‟, nem (enem) „enam‟, sik (kosik)

„sebentar‟, wong (uwong) „orang‟, ra (ora) „tidak‟, bot (abot) „berat‟, ki (iki) „ini‟,

ya (iya) ‟iya‟, ndang (endang) „lekas‟, nyang (menyang) „pergi ke-‟, dan

penggunaan kata najan (sanajan) „meskipun‟. Penggunaan aferesis difungsikan

untuk mempercepat bunyi keluar dari mulut, mengurangi spase dalam pembuatan

karangan, dan sering digunakan karena tidak merubah makna kata.

Page 59: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

99

b. Sinkop adalah pengurangan suara (fonem/suku kata) yang terdapat di

tengah kata tanpa mengubah makna kata.

(277) Nanging saplok prastawa wengi kuwi, syaraf-syarafe sajake ora bisa

dijak kompromi. (ASR/P11/113)

„Tetapi semenjak peristiwa malam itu, syaraf-syarafnya tidak bisa

diajak kompromi‟

Data diatas termasuk kategori sinkop, terbukti adanya kata dijak „diajak‟

berasal dari kata diajak kemudian mengalami pengurangan suku kata {-a-}

menjadi dijak „diajak‟.

(278) Semangat untuk melayani dengan setulus hatiora mung saderma

slogan, ning bener-bener diayati tenan. (ASR/P22/235)

„Semangat untuk melayani dengan setulus hati tidak hanya sekedar

slogan, tetapi sungguh-sungguh dihayati benar.‟

Data (278) adalah wujud penggunakaan sinkop, terdapat pada kata tenan

„benar‟. Kata tenan „benar‟ merupakan hasil pengurangan suku kata {me-}

ditengah kata temenan „benar‟, sehingga menjadi tenan „benar‟. Pengurangan

suku kata tersebut selain tidak merubah makna kata juga lebih umum digunakan

oleh masyarakat.

(279) Saiki sithik-sithik Sekar wis bisa omongan nganggo basa Jawa.

(ASR/P15/155)

„Sekarang sedikit-sedikit Sekar sudah bisa berbicara memakai

bahasa Jawa‟

Data di atas termasuk dalam jenis sinkop, terbukti adanya pengurangan suku

kata bagian tengah dari kata sethithik-sethithik „sedikit-sedikit‟ membentuk kata

sithik-sithik „sedikit-sedikit‟. Pengurangan salah satu suku kata tersebut dianggap

lebih relevan, lebih singkat tanpa harus mengubah makna kata.

(280) “Ning nyatane dheweke dimong wong tuwamu”. (ASR/P24/254)

„Tapi kenyatannya dirinya diasuh orang tuamu‟.

Page 60: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

100

Data diatas terdapat pengurangan suku kata bagian tengah, yaitu pada kata

dimong „diasuh‟. Kata tersebut berasal dari kata dimomong „diasuh‟ yang

kemudian mengalami pengurangan suku kata {-mo-} menjadi dimong „diasuh‟.

Pengurang tersebut terjadi tanpa mengubah maksud dan makna kata.

c. Apokop adalah pengurangan suara (fonem/suku kata) yang terdapat di akhir

kata tanpa mengubah makna kata.

(281) “Oh Mau Mr.Tanaka pesen yen Mbak Intan wis teka didhawuhi

langsung nemoni ing ruwangane,” (ASR/P1/10)

„Oh tadi Mr. Tanaka berpesan kalau Mbak Intan sudah datang disuruh

langsung menemui di ruangannya,‟

Data di atas terdapat pengurangan suku kata bagian akhir, yaitu pada kata

mbak „mbak/kakak‟. Kata mbak „mbak/kakak‟ berasal dari kata mbakyu

„mbak/kakak‟ mengalami pengurangan suku kata {-yu} di akhir kata menjadi

mbak „mbak/kakak‟.

7. Panambahing Swara (Wuwuh)

a. Protesis yaitu penambahan suara di awal kata tanpa merubah makna kata.

(282) “...Nanging ora kena menghakimi,” ujare Bu Surtana marang sing

kakung. (ASR/P6/65)

„...tetapi tidak boleh menghakimi,” kata Bu Surtana kepada

suaminya‟.

Data di atas terbukti adanya penggunaan protesis yaitu pada kata ujare

„kata‟ yang berasal dari kata jare „kata‟ mendapat tambahan fonem [u] di awal

kata menjadi ujare „kata‟. Penambahan di awal kata tersebut tidak merubah

makna kata.

b. Epentesis yaitu penambahan suara di tengah kata. Penembahan yang

berwujud imbuhan suara (fonem/suku kata) tanpa merubah makna kata.

Page 61: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

101

(283) Umpama ana sing digetuni dening Intan jroning uripe ing donya iki,

yaiku patemone karo Bregas,...‟ (ASR/P24/262)

„Seumpama ada yang disesali oleh Intan selama hidupnya didunia

ini, yaitu pertemuannya dengan Bregas,..‟

Data di atas merupakan bukti penggunaan epentesis, yaitu pada kata

umpama „seumpama/seandainya‟ yang berasal dari kata upama

„seumpama/seandainya‟ mendapat imbuhan suara berupa fonem [m] menjadi

umpama „seumpama/seandainya‟. Penambahan suara di tengah kata tersebut tidak

merubah makna kata.

(284) “Inggih, sampun. Awit Sekar mbekta bonekah lajeng didangu Eyang

Uti, kok pikantuk bonekah apik.” (ASR/P25/264)

“Iya, sudah. Sejak Sekar membawa boneka lalu dipanggil Eyang Uti,

kok dapat boneka bagus.”

Data di atas merupakan wujud epentesis, yaitu pada kata mbekta „membawa‟

yang berasal dari kata beta „membawa‟ dengan penambahan nasal [m] menjadi

mbeta „membawa‟, kemudian ditambahkan dengan imbuhan suara fonem [k] pada

tengah kata menjadi mbekta „membawa‟, tanpa mengurangi makna kata.

8. Tembung Saroja

Tembung saroja adalah dua kata yang digabung menjadi satu tetapi

memiliki arti yang sama, seperti pada data berikut ini.

(285) marang mobah mosiking swasana. (ASR/P1/1)

„terhadap hiruk-pikuk suasana‟

(286) mitra rowang ing madyaning bebrayan. (ASR/P2/12)

„Sahabat ditengah masyarakat‟

(287) ...ora mungkin si Bos lila legawa...(ASR/P2/21)

„...tidak mungkin si Bos tulus ikhlas...‟

(288) Minangka wong tuwa Pak Surtana kepengin bisa nyawang anake

urip mulya, ayem tentrem ora kurang sawiji apa. (ASR/P7/73)

„Sebagai orang tua Pak Surtana berkeinginan bisa melihat hidup

anaknya mulia, tentram damai tidak kurang satu apapun.

Page 62: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

102

(289) Mula bener kandhane wong tuwa-tuwa, tukar padu kuwi rabuke bale

wisma. (ASR/P8/80)

„Benar kata orang tua, pertengkaran itu pupuk dalam rumah tangga‟

(290) Tukar padu mungguhe wong omah-omah kuwi lumrah,...

(ASR/P10/105)

„Pertengkaran untuk seseorang yang berumah tangga itu wajar,...‟

Data nomor (285) sampai (290) merupakan wujud tembung saroja yang

digunakan APBn dalam ASR. Tembung saroja tersebut terdapat pada kata mobah

mosiking, kata mobah memiliki arti bergerak, kata mosiking juga memiliki arti

kata yang sama yaitu bergerak. Keduanya saling menguatkan dan membentuk

makna yang sama. Data (286) terdapat pada kata mitra rowang, kata mitra

diartikan sebagai teman atau sahabat, dan kata rowang juga memiliki makna

teman atau sahabat, keduanya bergabung menjadi satu dan memiliki makna yang

saling menguatkan. Data (287) terdapat pada kata lila legawa, kata lila memiliki

makna tulus atau ikhlas, kata legawa juga diartikan tulus atau ikhlas, keduanya

bergabung menjadi satu, karena keduanya memiliki makna yang sama sehingga

saling menguatkan satu sama lain. Data (288) terdapat pada kata ayem „tenang‟

dan tentrem „tentram‟, keduanya bergabung menjadi ayem tentrem, memiliki

makna saling berdekatan yaitu tenang, damai. Bergabung berurutan

mengisyaratkan saling menguatkan satu sama lain. Data (289) terdapat kata bale

„rumah‟ dan wisma „rumah‟, bila digabung menjadi bale wisma jika diartikan

dalam bahasa Jawa menjadi omah-omah. Keduanya saling menguatkan memiliki

makna kata „berumah tangga‟. Data (290) terdapat pada kata tukar padu, kata

tukar memiliki makna bertengkar, kata padu juga dimaknai bertengkar, keduanya

bergabung menjadi satu membentuk kata yang dimaknai menjadi pertengkaran,

keduanya memiliki makna yang sama sehingga saling menguatkan satu sama lain.

Page 63: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

103

9. Tembung Garba

(291) Nyawang alam kanthi sakabehe kaendahane kuwi rasane aku kaya

manggon aneng swargaloka,”...(ASR/P28/297)

„Melihat alam dengan segala keindahan itu rasanya aku seperti

berada di surga,”...‟

Data di atas termasuk dalam tembung garba terletak pada kata aneng

„berada di‟. Kata aneng „berada di‟ merupakan gabungan dari dua kata yaitu kata

ana „ada‟ dan ing „di‟ bergabung menjadi ana ing „ada di‟ kemudian mengalami

persandian dengan pengurangan satu suku kata menjadi aneng „ada di‟.

Persandian tersebut difungsikan mengurangi jumlah suku kata, dan memperingkas

dua kata atau lebih menjadi satu.

(292) Umpama ana sing digetuni dening Intan jroning uripe ing donya iki,

yaiku patemone karo Bregas,...‟ (ASR/P24/262)

„Seumpama ada yang disesali oleh Intan selama hidupnya didunia

ini, yaitu pertemuannya dengan Bregas,..‟

Data (292) ditemukan persandian yaitu pada kata yaiku „yaitu‟. Kata yaiku

„yaitu‟ merupakan hasil dari penggarbaan tembung atau persandian dua kata iya

„iya‟ dan iku „itu‟, keduanya bergabung menjadi satu membentuk kata yaiku

„yaitu‟ dengan pengurangan satu suku kata dibagian depan kata iya „iya‟

dimaksudkan mengurangi jumlah suku katanya.

(293) “Yen kowe isih kepengin slamet, dohana bojoku....” (ASR/P30/324)

„Kalau kamu isih ingin selamat, jauhi suamiku...‟

Data di atas terdapat persandian yang terletak pada kata dohana „jauhi‟,

merupakan gabungan dua kata adoh „jauh‟ dan kata ana „ada‟ keduanya

bergabung menjadi satu, mengalami pengurangan suku kata dan membentuk kata

dohana „menjauhi‟.

Page 64: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

104

10. Tembung Entar

(294) ..., sesambungane karo sing lanang pancen durung pulih kaya wingi

uni. Malah kepara bisa diarani ngrujak sentul, siji Ngalor, siji

Ngidul! (ASR/P11/111)

„..., hubunganya dengan sang suami memang belum pulih seperti

sedia kala. Malah bisa dibilang berseberangan, satu ke utara, satu ke

selatan‟.

Data (294) terdapat penggunaan tembung entar pada kata ngrujak sentul.

Kata ngrujak sentul berasal dari dua kata yaitu ngrujak „membuat rujak‟ dan

sentul „nama pohon‟, makna kata tersebut saling melengkapi serta tidak boleh

dimaknai sewajarnya „membuat rujak dari pohon‟, tetapi terselip maksud lain

sebagai kata yang bermakna „berseberangan‟ yang satu ke utara yang satu ke

selatan.

(295) ..,banjur diangkat dadi tangan tengene bos sing kepeksa kerep

ambyur ing lapangan. (ASR/P1/6)

„..., lalu diangkat menjadi tangan kanan bos yang terpakasa sering

terjun kelapangan.‟

Data (295) tuturan tangan tengene „tangan kanan‟. Tangan terdiri dari dua

bagian, tangan kanan dan tangan kiri, tangan kanan umumnya berkaitan dengan

segala hal yang baik, seperti makan memakai tangan kanan, berjabat tangan

menggunakan tangan, dan lain-lainnya. Sedangkan tangan kiri identik dengan

tangan yang kurang bagus, jarang digunakan, maksud dari tangan tengene „tangan

kanannya‟ bukan berarti orang tersebut tangannya diminta untuk menjadi tangan

kanan orang lain. Akan tetapi tuturan tersebut ditujukan bagi orang yang dapat

dipercaya.

(296) “...Paling ya ora tepat waktu. Ing kene kulinane rak jam

karet,”...(ASR/P16/165)

„...Paling ya tidak tepat waktu. Di sini kebiasaan jamnya molor‟

Page 65: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

105

Data di atas terdapat penggunaan tembung entar pada kata jam karet. Kata

jam karet tidak boleh dimaknai sewajarnya sebagai jam yang terbuat dari karet.

Akan tetapi maksud dari jam karet di sini „waktunya molor‟ tidak tepat waktu.

Waktu diibaratkan seperti karet yang dapat merenggang, sama halnya waktu yang

tidak bisa tepat sehingga dapat mundur lebih lama.

(297) ...,biasane Intan ngajak Sekar lan Mona mlaku-mlaku utawa

ngumbah mata ing mal. (ASR/P22/236)

„..., biasanya Intan mengacak Sekar lan Mona jalan-jalan atau cuci

mata di mal‟.

Data di atas terdapat penggunaan tembung entar yaitu pada kata ngumbah

mata „cuci mata‟. Kata ngumbah „mencuci‟ yang identik dengan ngumbah klambi

„mencuci baju‟ diterapkan dengan kata mata „mata‟ menjadi ngumbah mata

bukan berarti mencuci mata dengan air dan sabun seperti ketika mencuci baju,

tetapi dimaknai „cuci mata/ jalan-jalan/melihat-lihat‟

11. Paribasan

(298) Ning wong sing kalem kaya iku kadhang-kadhang malah nyolong

pethek. (ASR/P19/207)

„Tetapi orang yang pendiam seperti itu kadang-kadang malah

berkebalikan dengan yang diperkirakan‟.

Data di atas terdapat ungkapan nyolong pethek yang tergolong dalam

tembung entar dan bermakna orang yang terlihat pendiam karena wajahnya yang

baik tidak banyak omong, tapi ternyata malah sebaliknya, seperti Pram dalam

tokoh NASR, sosoknya yang pendiam ternyata sering keluar dengan banyak

wanita, meskipun hanya sekedar mitra kerja.

(299) “Jane ora ngono kuwi. Bahasa ibu kuwi tetep perlu supaya bocah

ora kabedhol saka oyote. (ASR/P6/59)

„ Harusnya tidak seperti itu. Bahasa ibu itu tetap perlu agar anak

tidak lupa akan asal-usulnya‟

Page 66: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

106

Data (299) terdapat ungkapan kabedhol saka oyote „lepas dari akarnya‟.

Peribahasa tersebut mempunyai maksud bahwa bahasa ibu sebagai bahasa asli

yang dipunya tidak boleh lepas dan diabaikan, agar anak tidak lupa dengan bahasa

sendiri, sejatinya dengan bahasa seseorang dapat diketahui asal-usulnya.

(300) Ning wong sing kalem kaya iku kadhang-kadhang malah nyolong

pethek. Kowe ngerti peribahasa air tenang menghanyutkan ta?

Rame swara-swara ing njero dhadhane. (ASR/P19/207)

„Tetapi orang pendiam seperti itu kadang-kadang malah

berkebalikan dengan yang kita pikirkan. Kamu tau peribahasanya air

tenang menghanyutkan kan? Ramai suara-suara di dalam hatinya.‟

Data (300) terdapat ungkapan air tenang menghanyutkan. Ungkapan

tersebut menggambarkan sosok orang pendiam, meskipun nampak pendiam bisa

jadi banyak hal-hal yang tidak terduga dari dirinya tersebut. Sehingga kita tidak

boleh menilai seseorang hanya luarnya saja, bukan berarti orang pendiam tersebut

juga baik sikapnya, ataupun sebaliknya. Semuanya bergantung pada pembawaan

diri masing-masing.

(301) Senajan nasip mahanani aluring crita dadi beda, dheweke lan Pram

kudu nempuh dalan dhewe-dhewe, ning tresna sing wis kebacut

ngoyot iku tetep ora bisa dipunthes ngono wae. Paribasane tetep

urip ngrembaka senajan diseleh ing pot sing beda. (ASR/P26/283)

„Meskipun nasib mempertandakan alurnya cerita menjadi berbeda,

dirinya dan Pram harus menempuh jalan sendiri-sendiri, tetapi cinta

yang sudah terlanjur mengakar itu tetap tidak bisa diputus begitu

saja. Peribahasanya akan tetap hidup berkembang meskipun

ditempatkan di pot yang berbeda.‟

Kutipan (301) terdapat peribahasa tetep urip ngrembaka senajan diseleh ing

pot sing beda, peribahasa tersebut nampaknya cocok digambarkan dengan

seseorang yang pernah menjalin kasih seperti halnya Intan dan Pram, meskipun

keduanya sudah sama-sama memiliki suami dan istri, karena jalinan asmara yang

lama tidak menjadikan kasih di antara keduanya hilang begitu saja. Malah sampai

Page 67: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

107

detik itu masih tetap hidup meskipun sudah dalam waktu, keadaan, dan bahkan

dengan status yang berbeda.

(302) Umpama dheweke ora cepet-cepet oncat, mungkin dheweke saiki

mung kari aran, wis pralaya! (ASR/P22/237)

„Seumpama dirinya tidak cepat-cepat menyingkir, mungkin dirinya

sekarang hanya tinggal nama, sudah meninggal!

Data di atas merupakan wujud paribasan dibuktikan dengan adanya kata

yang tergolong tembung entarkari aran „tinggal nama‟, kata tersebut sering

digunakan untuk menyebut kata meninggal. Sejatinya orang mati hanya

meninggalkan aran „nama‟, maka disebut kari aran „meninggal‟. Hal tersebut

diperjelas dengan tuturan selanjutnya wis pralaya „sudah meninggal‟.

(303) Nalika tatu biru, dumadakan ilang dipangan wektu. (ASR/P23/241)

„Saat luka, mendadak hilang dimakan waktu‟.

Data (303) terdapat kutipan tatu biru „luka biru‟, paribasan tersebut

mempunyai arti bahwa luka identik dengan warna biru/lebam maka disebut

dengan tatu biru‟ luka biru‟. Dalam konteks kalimat tersebut tatu biru yang

dimaksud adalah luka bekas tamparan, siksaan, tuduhan dari tokoh Intan Purnami

oleh mantan suaminya, Bregas.

(304) Mung penake Mas Ilham oleh jabatan ing papan teles.

(ASR/P16/172)

„Hanya enaknya Mas Ilham mendapat jabatan ditempat yang enak‟.

Kutipan data (304) merupakan pengibaratan keadaan Mas Ilham mengenai

pekerjaan yang didapat sekarang, terbukti adanya kalimat papan teles „papan

basah‟, makna papan teles tidak boleh dimaknai sebagai papan yang terasa basah,

ataupun tempat penuh air dan membuat basah, akan tetapi papan teles diibaratkan

tempatnya enak, tidak panas, dan bergaji besar‟

(305) Aja rangu-rangu. Aja wedi. Gusti ora sare. (ASR/28/306)

„Jangan ragu-ragu. Jangan takut. ALLAH tidak tidur.‟

Page 68: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

108

Data (305) terdapat kutipan Gusti ora sare, yang artinya bahwa Allah akan

selalu ada, tidak pernah tidur, melihat segala apa yang kita lakukan. Sehingga

semua apa yang kita lakukan, pada akhirnya akan kembali kepada kita,. Sebagai

manusia kita hanya bisa pasrah, berusaha dan berdoa yakin Allah melihatnya dan

memberi jalan bagi hambanya.

(306) ..., aloke Pak Paimin saderma kanggo abang-abang lambe.

(ASR/P1/4)

„..., kata Pak Paimin sekedar bertanya.‟

Data (306) terdapat gaya bahasa yang terletak pada kata abang-abang

lambe. Kata abang-abang lambe yang dimaksud di sini adalah sekedar pertanyaan

tidak sesuai dengan hatinya, bertujuan untuk mencairkan suasana keakrabpan agar

tidak hening.

12. Bebasan

(307) Intan lali yen Bregas kuwi wong sing rai gedhek. (ASR/P25/269)

„Intan lupa kalau Bregas itu orang yang tidak punya malu.‟

Data (307) merupakan wujud bebasan, yaitu terdapat pada kata rai gedhek

„muka gedhek‟, kata rai „muka/wajah‟ diabstrakan dengan benda mati seperti

gedhek yaitu anyaman yang terbuat dari bambu, terdapat sela-sela lubang

dianyamannya. Ungkapan rai gedhek dalam hal ini mengandung pengertian

seseorang yang tidak punya rasa malu.

(308) Rada mangkel jan-jane. Wis diwenehi ati isih ngrogoh rempela.

(ASR/P24/258)

„Sedikit dongkol sebenarnya. Sudah dikasih hati masih minta

rempela‟

Data di atas terdapat penggunaan bebasan diwenehi ati isih ngrogoh

rempela „dikasih hati masih minta rempela‟, mempunyai arti seseorang yang

Page 69: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

109

sudah dikasihani, sudah diberi hati, tidak berterima kasih dan malah meminta

lebih.

(309) Perkawinan ora tansah endah kaya sing ana ing angen-angen.

Ibarate wong lelayaran, nalika isih ing pinggir angine durung

patiya banter...(ASR/P15/156)

„Pernikahan tidak indah seperti yang dibayangkan. Ibarat orang

berlayar, saat masih dipinggir anginnya belum begitu kencang...‟

Kutipan data (309) terdapat ungkapan Jawa ibarate wong lelayaran, nalika

isih ing pinggir angine durung patiya banter. Ungkapan tersebut menggambarkan

sebuah rumah tangga, artinya suatu rumah tangga itu diibaratkan seperti dua orang

yang sedang berlayar, rumah tangga diibaratkan kapal, saat mulai berlayar angin

yang mengenai kapal tidaklah begitu kencang, semakin kapal melaju ketengah

hembusan angin yang mengenai kapal akan semakin kencang. Begitu pula dengan

sebuah rumah tangga atau pernikahan, awalnya rumah tangga mungkin akan

nampak harmonis, namun lambat laun kerikil-kerikil permasalahan muncul

seiring bertambah usia sebuah pernikahan. Ada saja cobaan, namun bagaimana

dua orang yang menjalaninya saling mendukung, saling mengerti agar kapal tetap

berlayar tetap utuh meskipun terhempas angin. Begitu pula rumah tangga yang

sedang dihadapi oleh Bregas dan Intan, semuanya bergantung pada bagaimana

keduanya dalam menjaga baita „kapal‟ (rumah tangga).

Page 70: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

110

Tabel 1. Persentase Penggunaan Diksi atau Pilihan Kosakata dalam

Novel Alun Samudra Rasa Karya Ardini Pangastuti Bn

No

Diksi atau Pemilihan

kosakata

(X)

Jumlah Diksi atau

Pemilihan

Kosakata

Persentase

1. Bentuk kata

a. Kata Berafiks (Afiksasi)

1) Prefiks 12 5,3

2) Infiks 39 17,1

3) Konfiks 24 10,5

b. Proses Reduplikasi

1) Pengulangan seluruh

(Dwilingga salin swara) 11 4,8

2) Pengulangan suku pertama

dari bentuk dasar (dwipurwa) 4 1,8

3) Pengulangan berkombinasi

dengan penambahan afiks

(sufiks –an)

5 2,2

2. Kosakata Bahasa Indonesia 20 8,8

3. Kosakata Bahasa Asing 9 3,9

4. Sinonim 21 9,2

5. Antonim 31 13,6

6. Abreviasi 23 10,1

7. Panambahing swara 4 1,8

8. Tembung Saroja 6 2,6

9. Tembung Garba 3 1,3

10. Tembung Entar 4 1,8

11. Paribasan 9 3,9

12. Bebasan 3 1,3

Jumlah 228 100

Keterangan:

X = Banyaknya diksi atau pemilihan kosakata yang muncul

ΣX = Total keseluruhan diksi atau pemilihan kosakata yang muncul

Page 71: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

111

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa diksi atau pemilihan kosakata

yang sering digunakan oleh pengarang adalah didominasi diksi berwujud infiks

ditemukan pada 39 data (17,1%). Pemanfaatan bentuk kata tersebut bertujuan

untuk menambah kesan arkhais dari sebuah kata, sehingga terdengar lebih indah.

C. Penggunaan Gaya Bahasa dalam Novel Alun Samudra Rasa Karya

Ardini Pangastuti Bn

Setiap pengarang mempunyai cara sendiri dalam menuangkan ide, gagasan

atau pikiran. Ide, gagasan atau pikiran pengarang biasanya dituangkan ke dalam

gaya bahasa yang khas. Setiap pengarang mempunyai gaya bahasa yang berbeda-

beda. Adapun gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam NASR karya APBn,

diantaranya:

1. Simile

Simile adalah bahasa kiasan yang mempergunakan kata pembanding yang

eksplisit untuk menyamakan suatu hal dengan hal lain. Simile dalam

membandingkan banyak menggunakan kata kadya, lir, kaya, prasasat, bebasan,

dan sebagainya.

(310) Langit kadidene buku kang sumeblak. (ASR/P1/1)

„Langit seperti halnya buku kosong‟

(311) ...eseme manis kaya gula tebu. (ASR/P1/10)

„...senyumnya manis seperti gula tebu‟

(312) Tangis sing kawit mau diampet iku pungkasane ambrol kaya

bendungan jebol (ASR/P3/24)

„Tangis yang sedari tadi ditahan akhirnya membludak seperti

bendungan yang jebol‟

(313) Bandungan, udan deres kaya disokake saka langit. (ASR/P3/29)

„Bandungan, hujan deras seperti ditumpahkan dari langit‟

Page 72: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

112

(314) Nyes..atine Intan rasane kaya siniram banyu es oleh sun sayang

saka gantilaning atine kuwi. (ASR/P5/51)

„Nyes... hati Intan rasanya seperti disiram air es mendapat cium

sayang dari pujaan hatinya itu.‟

(315) Kowe tansah golek menange dhewe lan nggugu karepe dhewe.

Kaya-kaya ngedir-ngedirake dupeh kowe bisa golek dhuwit dhewe.

(ASR/P8/79)

„Kamu mau menang sendiri dan semaunya sendiri. Seperti

menyombongkan diri kamu bisa mencari uang sendiri‟

(316) Srengenge sumunar endah kaya-kaya aweh prasaja marang bumi

sing isih katisen sawise sewengi digrujug udan. (ASR/P16/164)

„Matahari bersinar indah seperti memberi pertanda pada bumi yang

masih kedinginan setelah semalaman diguyur hujan.‟

(317) Bener-bener pasangan sing idheal! Kaya dene mimi lan

mintuna,...(ASR/P16/165)

„Benar-benar pasangan yang ideal! Seperti halnya mimi lan

mintuna‟

(318) Intan kaget kepati weruh sapa sing teka. Rasane kaya sinamber

gelap ing wayah awan sing tanpa mendhung. (ASR/P23/251)

„Intan terkejut bukan kepalang melihat siapa yang datang. Rasanya

seperti tersambar gelap di siang hari tanpa mendung.‟

(319) Mbokmanawa selawase ora bakal ilang. Kuwi kaya dene tatu abadi

kang kauikir ing kono mawa peso super landhep. (ASR/P25/271)

„Kalausaja sampai nanti tidak akan hilang. Itu seperti luka abadi

yang terukir di sana dengan pisau super tajam.‟

(320) Ati kaya dene samudra kang jembar tanpa wangenan.

(ASR/P27/285)

„Hati seperti halnya samudra yang luas tanpa batas.‟

(321) Angin kadidene polahe pikiran, sing ora anteng. (ASR/P28/296)

„Angin seperti halnya gerak pikiran, tidak bisa tenang.‟

(322) Apa dheweke bisa „bertahan‟ kaya watu karang ing satengahe

samudra,...(ASR/P29/317)

„Apa dirinya bisa bertahan seperti batu karang di tengah samudra.‟

Data (310) sampai (322) merupakan wujud simile ditunjukkan dengan

adanya penggunaan perbandingan dua hal secara eksplisit menggunakan kata kaya

„seperti‟ dan kadidene „sepertihalnya‟, seperti pada data (310) terdapat kata langit

Page 73: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

113

kadidene buku kang sumeblak „langit seperti halnya buku yang terbuka lebar‟. Hal

ini langit digambarkan seperti buku yang terbuka lebar yang secara gamblang bisa

menceritakan segala hal tulisan/cerita yang tertulis di sana. Data (311) terdapat

kata kaya pada kalimat eseme manis kaya gula tebu dikatakan sebagai gaya

bahasa simile, karena senyum diibaratkan seperti gula tebu, hal itu menandakan

senyum gadis tersebut manis sekali. Gaya bahasa simile (312) sampai (314)

disajikan dengan perbandingan yang sedikit berlebihan, seperti pada data nomor

(312) pungkasane ambrol kaya bendungan jebol, dalam hal ini tangis Intan yang

pecah disamakan dengan bendungan jebol „bendungan yang jebol‟, bukan berarti

tangis Intan seperti kucuran air dari bendungan jebol yang meluap deras, tetapi

maksudnya di sini tangis Intan menggebu-gebu dan air matanya bercucuran

karena sudah sejak tadi Intan menahan air matanya. Hal tersebut nampak pula

pada data (313) udane deres kaya disokake saka langit , hal ini maksudnya hujan

lebat sekali ditandai dengan turunnya air hujan rasanya seperti air ditumpahkan

semua dari langit. Data (314) rasane kaya siniram banyu es, pengarang

menggunakan kata kaya „seperti‟ untuk membandingan rasanya dicium oleh Sekar

seperti disiram air es yang dingin, begitu menyegarkan.

Penggunaan kata kaya „seperti‟ juga terdapat pada data nomor (315) sampai

(322). Data (315) merupakan wujud simile luapan seseorang yang sedang merasa

kesal, terbukti dengan adanya kata Kaya-kaya ngedir-ngedirake dupeh, saking

merasa tidak terima karena dianggap kerjaannya tidak seperti sang istri, Bregas

menganggap istrinya seperti ngedir-ngedirake dupeh „membesar-besarkan

omongan‟. Data (316) srengenge sumunar endah kaya-kaya aweh prasaja

marang bumi, hal bermaksud membandingkan cerahnya matahari yang bersinar

Page 74: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

114

seperti akan menghadirkan pertanda baik, seperti halnya sehabis hujan, mendung

berganti denan panas yang dianggap sebagai kabar baik. Data (317) pasangan

yang ideal dalam budaya jawa dibandingkan Kaya dene mimi lan mintuna „

seperti sepasang kepiting‟ yang selalu bersama. Sedangkan rasa kaget disamakan

rasanya seperti (318) kaya sinamber gelap ing wayah awan sing tanpa mendhung

„rasanya seperti tersambar gelap di siang hari tanpa mendung‟. Menyamakan

suatu hal secara langsung, dalam hal ini menggambarkan luka yang dialami Intan

disamakan (319) kaya dene tatu abadi kang kauikir ing kono mawa peso super

landhep „seperti luka abadi yang terukir disana dengan pisau super tajam‟, artinya

selalu membekas karena sayatan yang menggores terlalu dalam, sehingga

menimbulkan rasa sakit yang tidak bisa dilupakan. Masih berbicara dengan

perasaan, hati adalah pusat perasaan manusia, data (320) Ati kaya dene samudra

kang jembar tanpa wangenan. Data di atas menyamakan hati seperti samudra,

luas tanpa batasan. Jika hati luas seperti samudra selayaknya hati dapat menerima

segala hal yang terjadi dalam diri seseorang. Namun jika hati seseorang sempit,

manusia mudah sakit hati, sehingga menimbulkan beban pikiran. Beban pikiran

disamakan seperti gerak angin, yang tidak pernah tenang (321) angin kadidene

polahe pikiran, sing ora anteng „angin seperti halnya gerak pikiran, tidak bisa

diam‟. Di situlah kekuatan manusia di uji, akankah dirinya dapat bertahan (322)

kaya watu karang ing satengahe samudra „seperti batu karang ditengah samudra‟.

Jika dapat menyamakan diri dengan karang di tengah samudra, sedahsyat apapun

cobaan yang menimpa kita, sekeras apapun ombaknya, kita tetap bersikeras

seperti kerasnya karang, agar dapat melalui semuanya dengan baik.

Page 75: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

115

2. Interupsi

(323) Intan Purnami, ibu putra siji, wanita karier sing ayu lan enerjik.

(ASR/P1/1)

„Intan Purnami, ibu putra satu, wanita karier yang cantik dan enerjik‟

Pada data (323) termasuk kedalam gaya bahasa interupsi, yaitu menegaskan

sosok Intan Purnami, ibu berputra satu, wanita karier yang cantik dan enerjik.

Intan Purnami sebagai subyek kalimat, yang di belakangnya disisipkan kalimat

penjelas guna menekankan bagian kalimat sebelumnya.

(324) ...Sekar melur, anake wadon sing sasi ngarep umure ganep telung

taun. (ASR/P1/2)

„...Sekar Melur, anak perempuannya yang bulan depan genap tiga

tahun.‟

Data (324) termasuk ke dalam gaya bahasa interupsi, yaitu menegaskan

sosok Sekar, anak Intan Purnami. Sekar Melur sebagai subyek kalimat, diikuti

dengan kata anake wadon „anak perempuannya‟, kemudian disisipkan kata sing

sasi ngarep umure ganep telung taun „yang bulan depan genap berumur tiga

tahun‟ sebagai kata yang menegaskan kalimat sebelumnya.

3. Antonomasia

Menurut Gorys Keraf, 2004:142, antonomasia merupakan sebuah bentuk

khusus dari sinekdoce yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk

menggantikan nama diri, tau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama

diri.

(325) lho si Mister ora ing pabrik ta? (ASR/P1/11)

„Lho si Mister tidak di pabrik kah?‟

(326) Dheweke mbatin, si bajingan Bregas kuwi mesthi weruh Pram

nalika pas mbukakake lawang mobil mau. (ASR/P24/256)

„Dirinya membatin, si bajingan Bregas itu pasti melihat ketika Pram

membukakan pintu mobil tadi‟.

Page 76: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

116

(327) “Aku lagi mengagumi reriptane Sang Kreator Agung, Gusti Kang

Maha linuwih. (ASR/P28/297)

„Aku sedang mengagumi ciptaan Sang Kreator Agung, Allah Yang

Maha Segalanya.‟

Data (325) sampai (327) terdapat gaya bahasa antonomasia, yaitu tampak

pada kata (325) si Mister „si Mister‟ merupakan sebutan atau kata ganti untuk

lelaki yang dianggap terhormat yang berasal dari luar negeri, kata (326) si

bajingan „si bajingan‟ disebut demikian, karena laki-laki tersebut dianggap

memiliki sikap yang tidak baik, bahkan berlaku kurang ajar terhadap wanita,

seperti kelakuan para bajingan, dan kata (327) Sang Kreator Agung yang

digunakan untuk menyebut Allah Sang Pencipta alam semesta.

4. Sinekdoce

Sinekdoce adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian

dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau

mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte).

Ardini Pangastuti mengaplikasikan gaya bahasa sinekdoce dalam data berikut.

(328) Wong jepang kuwi fanatik karo klambi bathik,...(ASR/P2/17)

„Orang Jepang itu fanatik dengan baju batik,..‟

(329) Ana Bule Swedia sing golek lukisan iwak koi. (ASR/P22/237)

„Ada Bule Swedia yang mencari lukisan ikan koi‟.

Data (328) dan (329) terdapat gaya bahasa sinekdoce oleh APBn, yaitu

pada kata wong Jepang „orang Jepang‟ dan kata Bule Swedia „Bule Swedia‟. Kata

wong Jepang „orang Jepang‟ merupakan bagian keseluruhan untuk sebagiam

manusia, artinya orang tersebut memiliki ciri fisik dan berasal dari Jepang, namun

bukan berarti semua orang Jepang menyukai batik, akan tetapi tuturan yang

dimaksud adalah untuk orang Jepang yang bernama Mr. Tanaka yang tidak lain

adalah bos dari Intan Purnami. Kata Bule Swedia „Bule Swedia‟ merupakan

Page 77: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

117

bagian dari keseluruhan manusia, yang menandakan bahwa Bule yang berasal dari

Swedia adalah salah satu dari kesuluruhan warga negara, namun bukan berarti

semua Bule Swedia mencari lukisan ikan koi. Bule Swedia yang dimaksud

bernama Miss Clara. Pengarang bisa saja menyebut wong Jepang itu dengan

nama Mr. Tanaka, dan memanggil Bule Swedia tersebut dengan Miss Clara,

namun untuk menimbulkan nilai estetik dan pengagambaran tokoh baik

keseluruhan maupun sebagian, maka gaya bahasa sinekdoce digunakan oleh

pengarang.

5. Tautologi

Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan acuan kata lebih dari satu,

yang mana acuan kata tersebut merupakan perulangan dari kata sebelumnya.

Seperti pada data berikut.

(330) Kamangka nalika budhal saka kos-kosan langite ora patia

mendhung banget. Isih ana sulake padhang. (ASR/P3/29)

„Padahal saat berangkat dari kos-kosan langitnya tidak begitu

mendung. Masih ada sinar terang‟

(331) Wong sing duwe mobil saya akeh, nanging dalan ora tambah.

Tegese tetep ciyut kaya biyen, ora bisa diambakake maneh.

(ASR/P8/86)

„Orang yang punya mobil semakin banyak, tetapi jalan tidak

nambah. Artinya tetap sempit seperti dulu, tidak bisa dilebarkan lagi‟

Data (330) dan (331) merupakan wujud gaya bahasa tautologi yang

digunakan APBn dalam ASR, yaitu terletak pada data (330) kata ...langite ora

patia mendhung banget. Isih ana sulake padhang langite ora patia mendhung

banget. Isih ana sulake padhang „langitnya tidak begitu mendung. Masih ada

sinar terang‟. Tuturan isih ana sulake padhang „masih ada sinar terang‟

merupakan wujud perulangan dari kata langite ora patia mendhung banget

„langitnya tidak terlalu mendung sekali‟. Data (331) dalan ora tambah. Tegese

Page 78: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

118

tetep ciyut kaya biyen „jalan tidak nambah. Artinya tetap sempit seperti dulu‟.

Tuturan tetep ciyut kaya biyen „tetap sempit seperti dulu‟ merupakan wujud

perulangan dari tuturan ora nambah „tidak bertambah‟.

6. Metafora

Metafora adalah keserupaan atau kemiripan anatara dua hal atau dua

referen, yaitu kemiripan objektif atau konkret dan kemiripan emotif atau

perseptual (Edi Subroto, dkk., 1999:123 dalam Sumarlam, 2013:128). Metafora

digunakan oleh pengarang difungsikan untuk menghindari kemonotonan suatu

bahasa. Adapun data yang termasuk gaya bahasa metafora adalah sebagai berikut.

(332) Sawah lan tegal akeh sing padha disulap dadi alas beton.

(ASR/P1/5)

„Sawah dan kebun banyak yang disulap menjadi kawasan

perumahan‟

Data (332) terdapat gaya bahasa yang terletak pada kata alas beton. Kata

beton „bangunan‟ berdimensi abstrak disamakan seperti pohon yang tumbuh

dihutan. Ungkapan alas beton dalam tuturan di atas mengandung pengertian

banyak bangunan dan gedung-gedung tinggi yang bermunculan. Gedung atau

bangunan tersebut disamakan pohon dihutan. Akan tetapi alas „hutan‟ yang

biasanya sebagai sawah, kebun dan tumbuhnya pohon berubah menjadi kawasan

perumahan.

(333) Aja mikir sing ngeres. Aku dudu priya hidung belang kaya iku.

(ASR/P19/208)

„Jangan berpikiran kotor. Aku bukan pria hidung belang seperti itu.‟

Data (333) terdapat tuturan hidung belang dalam hal ini hidung manusia

disamakan dengan kulit harimau yang seakan-akan mempunyai belang. Belang

identik dengan sesuatu kejelekan yang ditutupi yang lambat laut pasti akan

Page 79: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

119

tercium baunya. Maksud dari hidung belang yakni pria yang sudah mempunyai

istri, namun mencari kesenangan dengan perempuan lain.

(334) Ning Astri percaya marang omongane Intan, yen tekane saiki

kekarone isih padha dene njaga, ora nganti nerak pager ayu.

(ASR/P22/234)

„Tapi Astri percaya pada omongan Intan, kalau kedatangannya

sekarang keduanya masih saling menjaga, tidak sampai melebihi

batas.‟

Data (334) terdapat tuturan metafora pada kata pager ayu „batas‟, dalam hal

ini bukan berarti pagar tersebut adalah wanita-wanita cantik yang membentuk

pagar. Akan tetapi dalam tuturan di atas mengandung pengertian tidak berbuat

jahat dan jangan sampai melampaui batas hingga melakukan hal-hal yang tidak-

tidak, keluar dari norma aturan yang ada.

(335) Nuruti perasaan, mbokmanawa dheweke wis klakon ciblon ing

segara madu. (ASR/P27/284)

„Menuruti perasaan, barangkali dirinya bisa saja berbuat lebih‟

Data (335) tuturan segara madu „lautan kenikmatan‟ merupakan contoh

gaya bahasa metafora yang menggambarkan lautan kenikmatan yang dirasakan

seperti manisnya madu dalam hal ini maksudnya bermesraan dengan suami orang,

meskipun terasa nikmat namun menyimpan dosa jika dilakukan karena melanggar

norma..

(336) Yen pancen kaya ngono kahanane, kanggo apa mbaleni sega

wadhang sing wis bosok. (ASR/P27/289)

„Kalau memang seperti itu keadaannya, untuk apa rujuk kembali

dengan mantan suami‟

Data (336) tuturan sega wadhang „nasi basi‟. Perumpamaan sega wadhang

„rujuk dengan mantan suami‟ adalah gaya bahasa metafora mengabstrakan mantan

suami seperti sega wadhang „nasi bekas‟ yang identik dengan nasi basi, terasa

Page 80: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

120

dingin, lembek dan akan menimbulkan penyakit apabila dimakan lagi. Begitu pula

jika Intan rujuk dengan mantan suaminya yang dulu sering menyakitinya,

kedepannya tidak akan baik bagi Intan.

7. Eufemisme

Menurut Gorys Keraf, 2004:132, eufemisme adalah semacam acuan berupa

ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-

ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan

menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak

menyenangkan.

(337) Ayune Intan klebu standar kanggo ukuran wong Indonesia, mligine

wong Jawa. Tegese ayu banget ora, elek banget uga ora.

(ASR/P1/3)

„Cantiknya Intan termasuk standar untuk ukuran orang Indonesia,

khususnya orang Jawa. Maksudnya cantik sekali tidak, jelek sekali

juga tidak.‟

(338) Priye yen bojomu kuwi ujug-ujug ora ana? Aku ora ndongakake, iki

mung kanggo njagani bab-bab sing ora kita pengini. (ASR/P22/231)

„Bagaimana kalau suamimu itu tiba-tiba tidak ada? Aku tidak

mendoakan, ini cuma untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak kita

inginkan.‟

Data (337) dan (338) terdapat gaya bahasa eufemisme, yaitu terdapat pada

kalimat (337) Ayune Intan klebu standar kanggo ukuran wong Indonesia, mligine

wong Jawa. Tegese ayu banget ora, elek banget uga ora „cantiknya Intan

termasuk standar untuk ukuran orang Indonesia, khususnya orang Jawa.

Maksudnya cantik sekali tidak, jelek sekali juga tidak.‟. Kata standar „standar‟

yang merupakan kosakata bahasa Indonesia dirasa lebih sopan, tidak

menyinggung dan lebih estetis dibanding dengan mengucap ora patiya ayu „tidak

begitu cantik‟, hal tersebut mirip dengan kata standar namun lebih terkesan terasa

lebih menjelekan. Data (338) terdapat gaya bahasa eufemisme, yaitu terdapat pada

Page 81: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

121

kalimat priye yen bojomu kuwi ujug-ujug ora ana? „bagaimana kalau suamimu itu

tiba-tiba tidak ada?‟. Kata ora ana „tidak ada‟ mensugestikan jika kelak suaminya

meninggal bagaimana?, tetapi tidak diungkapkan secara langsung. Hal tersebut

dilakukan supaya tidak menyinggung mitra tutur yang menjadi lawan bicaranya.

8. Personifikasi

Menurut Gorys Keraf, 2004:140, personifikasi adalah semacam gaya bahasa

kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak

bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Berikut adalah data yang

termasuk kedalam gaya bahsa personifikasi.

(339) Langit tetep mawon mboten ramah. (ASR/P1/4)

„Langit tetap tidak ramah.‟

Data (339) kata langit „langit‟ dipersonifikasikan seperti manusia yang

mempunyai sikap kurang baik yang kadang bertindak tidak ramah. Kata mboten

ramah „tidak ramah‟ dalam data ini yang dimaksud adalah langitnya sedang

mendung.

(340) Mripate tumlawung adoh, ngetutake playune angen-angen sing

ibut...(ASR/P3/32)

„Matanya menggelantung jauh, mengikuti larinya angan-angan yang

ribut...‟

Data (340) angan-angan „angan-angan‟ dilukiskan seperti manusia yang

dapat berlarian. Pengarang mencoba mengimajinasikan angan-angan dalam benak

seseorang itu banyak, berwujud berbagai hal yang berputar-putar di kepala seperti

manusia yang berlarian kesegala arah sesuai keinginan kita.

(341) Geter-geter rasa, kroncalan ing dhadha.(ASR/P6/56)

„Getar-getar rasa, bergejolak di dada.‟

Page 82: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

122

Data (341) terdapat gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada kata

kroncalan „bergejolak/bergerak-gerak‟. Getar-getar rasa disamakan dengan salah

satu aktivitas bayi yang dalam bahasa Jawa disebut dengan kroncalan

„bergejolak/bergerak-gerak‟. Begitulah getaran rasa yang ada dalam dadanya,

bergejolak/bergerak-gerak‟ memunculkan berbagai rasa.

(342) Kenangan mangsa kawuri iku terus jejogetan ing tlapukan mripat.

(ASR/P7/76)

„Kenangan masa lalu itu selalu nampak di pelupuk mata.‟

Data (342) terdapat gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada kata

kenangan mangsa kawuri iku terus jejogetan „kenangan masa lalu itu selalu

teringat‟. Kata kenangan mangsa kawuri „kenangan masa lalu‟ mengalami

penginsanan seperti manusia yaitu jejogetan ‟berjogetan/menari-nari‟. Maksud

dari jejogetan „menari-nari‟ menggambarkan masa lalu tersebut masih terus

membayangi, selalu ada dalam pikiran.

(343) Jogede angin, tembang kewan iber-iberan. (ASR/P16/164)

„Tarian angin, tembang hewan berterbangan.‟

Data (343) menunjukkan sifat-sifat penginsanan pada kata angin „angin‟

yang memiliki sifat kemanusiaan yaitu joged „menari‟. Seharusnya yang dapat

menari adalah manusia. Namun pengarang menggambarkan angin pun juga bisa

menari, berhembus dari mana saja

(344) Langit, kowe tau dadi seksi bisu tresna biru

Sadurunge angin ngontalake impen merpati. (ASR/P17/176)

„Langit, pernah jadi saksi bisu cinta indah.

„Sebelum angin menelan impian sepasang kekasih‟

(345) Sorote kuwawa ngelus impen merpati.(ASR/P21/219)

„Sorot kuat meraba impian merpati.‟

Page 83: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

123

(346) Angin sumilir lembut, ngelus kulit lan kala-kala nakal dolanan

rambut. (ASR/P28/307)

„Angin bersemilir lembut, meraba kulit dan kadang-kadang nakal

bermain rambut‟.

(347) Lumembake angin

Ngumbulake impen..(ASR/P22/230)

„Geraknya angin.‟

„Menerbangkan impian.‟

Data (344) sampai (347) menunjukkan sifat-sifat penginsanan pada kata

angin „angin‟ yang memiliki sifat kemanusiaan seperti (344) ngontal „menelan‟,

(345) ngelus „mengelus‟, (346) ngelus „meraba‟ dan dolanan „bermain‟, (347)

ngumbulake „menerbangkan‟. Seharusnya yang dapat menelan, mengelus,

menerbangkan adalah manusia. Namun pengarang menggambarkan angin juga

dapat menelan, mengelus dan menerbangkan.

(348) Surub wiwit anguk-anguk ing petenge wengi nalika kekarone

ninggalake papan parkiran. (ASR/P28/309)

„Petang mulai mengintip di gelapnya malam saat keduanya

meninggalkan tempat parkiran.‟

Data (348) menunjukkan penggunaan gaya bahasa metafora yang terdapat

dalam kata surub wiwit anguk-anguk „petang mulai mengintip‟. Kata surub

„petang‟ mengalami penginsanan seperti manusia yaitu anguk-anguk „mengintip‟.

Seharusnya yang dapat mengintip adalah manusia, namun pengarang

menggambarkan petang juga bisa mengintip. Kondisi seperti ini menggambarkan

situasi menjelang malam, yaitu matahari yang mulai terbenam berganti malam

yang gelap.

9. Litotes

Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai bertujuan untuk merendahkan diri.

Terdapat pertentangan antara kenyataan dan perkataannya.

Page 84: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

124

(349) Mobil banjur ngudhuni gumuk cilik sing dadi lokasi perumahan elit

iku. (ASR/P1/4)

„Mobil lalu menuruni gubuk kecil yang menjadi lokasi perumahan

elit itu.‟

Data (349) terdapat gaya bahasa litotes yang terletak pada kata gumuk cilik

„gubuk kecil‟. Gubuk kecil diibaratkan sebagai rumah, kesan yang ada rumah

tersebut berbentuk kecil. Namun di dalamnya mengalami pertentangan, karena

pada kenyataannya, rumah yang dianggap kecil tersebut berada dikawasan

perumahan elit. Hal tersebut dilakukan agar tidak terkesan berlebihan.

10. Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang

berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal (Gorys Keraf, 2004:135).

(350) Tekan ngomah kabeh wis padha turu kepati. (ASR/P1/7)

„Sampai rumah semua sudah tidur pulas.‟

Data (350) tuturan turu kepati bukan berarti orang tersebut tidur

hingga dirinya meninggal. Akan tetapi tuturan turu kepati „tidurnya

pulas/nyenyak‟ diabstrakan seperti mayat yang diam tidak bangun-bangun.

Tuturan tersebut mempunyai pengertian bahwa tidurnya pulas.

(351) Aku kuwatir yen sirahku mengko langsung mbledhos krungu

pangalembanane. (ASR/P1/10)

„Aku khawatir kalau kepalaku nanti akan meledak mendengar

pujiannya.‟

Pada data (351) sirahku mengko langsung mbledhos „kepalaku nanti akan

meledak‟ menunjukkan pernyataan yang berlebihan, karena tersanjungnya

seseorang karena dipuji tidak akan pernah bisa membuat kepala orang tersebut

meledak. Dalam hal ini menggambarkan takut menjadi besar kepala karena terlalu

disanjung.

Page 85: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

125

(352) Intan mung mesem tipis. Atine rasane kaya diiris. (ASR/P9/99)

„Intan hanya tersenyum tipis. Hatinya seperti tersayat.‟

Data (352) atine rasane kaya diiris „hatinya terasa seperti disayat‟

menunjukkan pernyataan sakit yang dirasa berlebihan, yang rasanya seperti

disayat. Faktanya kita tidak pernah tau bagaimana rasanya hati kalau disayat,

karena hati merupakan organ dalam yang terlindungi oleh rangka sehingga tidak

bisa begitu saja disayat.

(353) Intan kaget kepati weruh sapa sing teka. (ASR/P23/251)

„Intan kaget bukan kepalang melihat siapa yang datang.‟

Data (353) kaget kepati „kaget bukan kepalang‟, menunjukkan

pengungkapan yang berlebihan. Rasa kaget yang dialami seperti membuat orang

mati jika mendengarnya. Faktanya manusia tidak pernah tau kapan dirinya akan

meninggal. Kondisi tersebut digambarkan dengan situasi kaget bukan kepalang.

(354) Tatu ing njero ati iku kaya-kaya urip, lan sawayah-wayah bisa

manjalma dadi kanker ganas kang nggrogoti jiwa raga.

(ASR/P25/271)

„Luka dalam hati itu seperti hidup, dan sewaktu-waktu bisa

menjelma menjadi kanker ganas yang menggerogoti jiwa raga.‟

Data (354) tatu ing njero ati iku kaya-kaya urip, lan sawayah-wayah bisa

manjalma dadi kanker ganas „luka dalam hati itu seperti hidup, dan sewaktu-

waktu bisa menjelma menjadi kanker ganas‟ menunjukkan pernyataan yang

berlebihan, luka lama di dalam hati dianggap bisa menjelma menjadi kanker

ganas, karena penyakit kanker ganas tidaklah disebabkan karena luka hati,

melainkan karena pola hidup yang tidak sehat.

(355) Ora merga anggone nyawang super mesra, ning sorote mripat ing

foto kuwi katon sumunar luwih endah tinimbang sewu lintang.

(ASR/P30/324)

„Bukan karena dirinya melihat super mesra, tapi sorot matanya

difoto itu seperti bersinar lebih indah daripada seribu bintang.‟

Page 86: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

126

Data (355) ning sorote mripat ing foto kuwi katon sumunar luwih endah

tinimbang sewu lintang „tapi sorot matanya difoto itu seperti bersinar lebih indah

daripada seribu bintang‟, pernyataan tersebut dianggap berlebihan, karena pada

kenyataanya gambar dalam foto tidak dapat memunculkan sinar, apalagi sinar

yang dideskripsikan terlihat lebih indah daripada seribu bintang.

11. Koreksio

Koreksio atau epanortosis merupakan gaya bahasa yang pada wujud

awalnya menegaskan sesuatu, tetapi kemudian menyangkal atau memperbaikinya.

(356) Intan langsung bali menyang ruwang kerjane dhewe saperlu tata-

tata, eh jane ora tata-tata. Mung jupuk tas karo mbenakake lipstik

lan ngandeli pupure sethithik. (ASR/P2/15)

„Intan langsung balik ke ruang kerjanya sendiri sambil bersiap-siap,

eh sebenarnya tidak bersiap-siap. Hanya mengambil tas dan

membetulkan lipstik dan menebalkan bedaknya sedikit.‟

Data (356) mewujudkan majas koreksio dengan melakukan pengkoreksian

pada pernyataan sebelumnya, ditandai dengan kalimat Intan langsung bali

menyang ruwang kerjane dhewe saperlu tata-tata „Intan langsung balik ke ruang

kerjanya sendiri sambil bersiap-siap‟ kemudian dikoreksi dalam kalimat

selanjutnya menjadi eh jane ora tata-tata. Mung jupuk tas karo mbenakake lipstik

lan ngandeli pupure sethithik „eh sebenarnya tidak bersiap-siap. Hanya

mengambil tas dan membetulkan lipstik dan menebalkan bedaknya sedikit‟

12. Sarkasme

Sarkasme adalah acuan yang lebih besar dari ironi dan sinisme.Gaya bahasa

ini selalu menyakitkan dan kurang enak didengar (Gorys Keraf, 2006:14).

Sarkasme dianggap sebagai gaya bahasa sindiran yang paling kasar karena

menggunakan kata-kata tertentu yang tidak sopan. Adapun data yang termasuk ke

dalam sarkasme adalah sebagai berikut.

Page 87: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

127

(357) “Dasar lonthe! Plak...!” Tangane Bregas mampir ing pipine

Intan.(ASR/P2/23)

“Dasar lonthe! Plak...!” Tangan Bregas mendarat di pipinya Intan.‟

(358) “yen dudu bonekah njur apa? WTS? Sebab mung WTS utawa

lonthe sing gelem ngrebut bojone liyan.” (ASR/P30/326)

„kalau bukan boneka terus apa? WTS? Sebab hanya WTS atau

lonthe yang mau merebut suami orang.‟

(359) “Dhasar wong wedok gatel!” (ASR/P11/116)

„Dasar wanita gatel!‟

(360) “aku ngerti, kowe selak gatel kepengin bisa sesandhingan karo

dhemenanmu...(ASR/P12/125)

„Aku paham, kamu sudah keburu gatal berkeinginan bisa

bersandingan dengan selingkuhanmu...‟

(361) Kowe wanita lemer! Saiki kowe arep endha? (ASR/P13/136)

„Kamu wanita selingkuh! Sekarang kamu mau mengelak?‟

(362) “Geneya kok ndadak mulih barang, kok ora ngeloni lonthemu wae,”

kandhane Ines karo menjet remote ing tangane. Tivi mati pet!

(ASR/P20/217)

„Kenapa kok harus pulang segala, kok tidak menemani

selingkuhanmu saja,” kata Ines sambil memencet remote

ditangannya. Tv langsung mati!‟

(363) Umpama ana sing digetuni dening Intan jroning uripe ing donya iki,

yaiku patemone karo Bregas, Priya nggantheng sing pranyata

awatak sato lan duwe ati iblis. (ASR/P24/262)

„Seumpama ada yang disesali oleh Intan selama hidupnya di dunia

ini, yaitu pertemuannya dengan Bregas, pria ganteng yang nyatanya

berwatak binatang dan mempunyai hati iblis.‟

(364) Ah, Bregas Jatmika, priya iku kaya dene iblis apengawak

manungsa. Geneya biyen dheweke bisa ketarik karo manungsa iblis

kaya iku? (ASR/P25/271)

„Ah, Bregas Jatmika, lelaki itu seperti halnya iblis berbadan

manusia. Kenapa dulu dirinya bisa tertarik dengan manusia iblis

seperti itu?‟.

(365) Ah, kuwi tresnane wong kenthir alias ora waras.(ASR/P29/314)

„Ah, itu cinta orang gila alias tidak waras.‟

(366) “Kurang ajar! Dheweke wis kumawani ngilani dhadhaku!”

(ASR/P5/47)

„Kurang ajar! Dirinya sudah berani menghina dadaku!‟

Page 88: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

128

(367) “Aku ra peduli. Dhasar wong lanang bajingan.” (ASR/P31/334)

„Aku tidak peduli. Dasar laki-laki bajingan.‟

Data (357) sampai (367) terdapat gaya bahasa sarkasme, yaitu berupa

sebutan kasar yang ditunjukan kepada seseorang, yang sebagian besar sebutan

tersebut bahasa kasar khas daerah Jawa yang berkaitan dengan perselingkuhan,

seperti (357) lonthe , (358) bonekah, WTS, (359) gatel, (360) dhemenanmu, (361)

lemer, (362) lonthemu, (363) awatak sato dan ati iblis, (364) iblis apengawak

manungsa „iblis berbadan manusia‟ dan manusia iblis „manusia iblis‟, (365)

wongkenthir alias orawaras, (366) kurang ajar, (367) bajingan. Kata lonthe,

gatel, bajingan merupakan bahasa kasar khas daerah Jawa yang inti artinya adalah

kurang ajar. Namun di sisi lain kata (362) lonthemu „selingkuhanmu‟ dapat

diartikan pula sebagai selingkuhan, orang yang suka bermain wanita disebut (357)

lonthe, orang yang diselingkuhi disebut (360) dhemenanmu „selingkuhanmu‟,

sedangkan wanita yang suka bermain selingkuh disebut dengan (361) lemer.

Perbuatan selingkuh termasuk kedalamperbuatan yang (366) kurang ajar „kurang

ajar‟.

Data (363) awatak sato „berwatak binatang‟ dan ati iblis „berhati iblis‟

adalah umpatan yang biasanya ditujukan kepada orang yang kita benci karena

sudah pernah menyakiti dan sering berbuat kasar. Data (364) iblis apengawak

manungsa „iblis berbadan manusia‟ dan manusia iblis „manusia iblis‟ adalah salah

satu sindiran kasar dari wujud kemarahan seseorang terhadap orang lain yang

dianggap bertindak kasar, dan dianggap telah membuat trauma mendalam, tokoh

yang dimaksud adalah Bregas Jatmika, mantan suami Intan Purnami. Sedangkan

(365) wong kenthir „orang gila‟ dan ora waras „tidak waras‟ sebagai umpatan

yang ditunjukan seseorang sebagai ungkapan kemarahan.

Page 89: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

129

13. Erotesis

Erotesis atau pertanyaan retoris adalah gaya bahasa mempergunakan

kalimat tanya sebagai pertanyan retoris yang memiliki maksud untuk mencapai

efek mendalam, namun tidak mengharapkan suatu jawaban.

(368) “Tresna?” swara ing teleng atine. Intan mlenggak. Apa bener aku

tresna karo dheweke? Apa bener perkawinanku karo dheweke

adhedhasar tresna? Pitakone marang awake dhewe. (ASR/P3/31)

“Cinta? suara di dalam hatinya. Intan lenggak-lenggok. Apa benar

aku cinta dengan dia? Apa benar perkawinanku dengan dia

berdasarkan cinta? Tanyanya pada dirinya sendiri.‟

(369) Apa aloke sing lanang mengko?(ASR/P3/33)

„Apa kata suaminya nanti?‟

(370) Nanging Sekar Melur terus kepriye? Iku tansah dadi pamikiran.

(ASR/P3/33)

„Tetapi Sekar Melur terus bagaimana? Itu begitu menjadi pikiran.‟

Data (368) sampai (370) mewujudkan gaya bahasa retoris yang digunakan

untuk menanyakan apakah yang akan terjadi kemudian. Pertanyaan tersebut tidak

memerlukan jawaban dari orang lain, karena jawabannya sudah bisa dijawab

penanya sendiri setelah mengalami segala kejadian yang sebelumnya.

(371) Apa sesuk isih ana angete srengenge

Sing bakal aweh prasapa? (ASR/P4/34)

„Apa besok masih ada matahari‟

Yang bakal memberi sumpah untuk tidak melakukan?‟

(372) Apa sing kudu digelani? Ing terase nasip, rakitan crita pancen ora

tau sampurna. (ASR/P5/45)

„Apa yang harus disesalkan? Di hadapan nasib, rakitan cerita

memang tidak pernah sempurna.‟

(373) Prasasti lawas kang tinatah ing tapak sejarah

Banjur kakubur lebet, adoh saka ranggehan angkah.

Apa iya kudu didhudhah ? (ASR/17/176)

„Prasasti lama yang tertatah di tapak sejarah‟

„Lalu terkubur dala, jauh dari jangkauan maksud‟

„Apa iya harus dibuka?‟

Page 90: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

130

Data (371) sampai (373) adalah penggambaran gaya bahasa retoris yang

digunakan untuk menanyakan kepastian dari apa yang akan terjadi, tentang apa

yang disesalkan, dan tentang kebingungan mengenai lembaran lama yang sudah

ditutupnya rapat-rapat. Pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab, karena yang

sudah pasti bisa menjawab adalah penanya itu sendiri.

14. Metonimia

Metonimia berasal dari bahasa Yunani meta „menunjukkan perubahan‟ dan

anoma „nama‟, dapat disimpulkan metonimia adalah suatu gaya bahasa yang

mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu ha lain, karena mempunyai

pertalian yang sangat dekat. Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil

penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki, akibat untuk sebab, sebab untuk

akibat, isi untuk menyatakan kulitnya, dan sebagainya (Gorys Keraf, 2010:142).

Adapun penggunaan gaya bahasa metonimia terdapat pada data dibawah ini.

(374) Dina iku uga Toyota Yaris werna abang metalik kuwi sida digawa

bali menyang omahe. (ASR/P2/19)

„Hari itu juga Toyota Yaris warna merah metalik itu jadi dibawa

pulang kerumahnya.‟

(375) Ing parkiran mung ana kendharaan siji, Toyota Land Cruiser putih

metalik, duweke. (ASR/P18/197)

„Di parkiran cuma ada satu kendaraan, Toyota Land Cruiser putih

metalik, miliknya‟

Data (374) dan (375) merupakan wujud penggunaan gaya bahasa

metonimia. Hal tersebut terbukti, terdapat kata Toyota Yarisdan Toyota Land

Cruiser yang mendengarnya kita akan terpacu kepada sebuah mobil. Maksudnya

mobil tersebut bermerk Toyota. Penggunaan gaya bahasa metonimia ini

difungsikan untuk mengurangi kemonotonan bahasa, karena meskipun

menggantinya dengan sebutan lain, pembaca masih tetap paham akan maksudnya.

Page 91: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

131

15. Polisindenton

Polisindenton adalah gaya bahasa menyebutkan beberapa benda, hal, atau

keadaan secara berurutan dengan mempergunakan kata sambung.

(376) Sawise ngentekake cemilan lan ngombe putih, Intan banjur bali

mlebu kamarae, salin penganggo sarta dandan saperlune njur

jumangkah marani bapake ing teras. (ASR/P8/86)

„Setelah menghabiskan cemilan dan minum putih, Intan kemudian

kembali masuk kamarnya, ganti baju dan berhias seperlunya lalu

berjalan menghampiri bapaknya di teras.‟

Data (376) merupakan perwujudan gaya bahasa polisindenton, yaitu gaya

bahasa yang menyebutkan keadaan secara berturut-turut dengan mempergunakan

kata sambung yang menceritakan keadaan sawise ngentekake cemilan lan ngombe

putih „setelah menghabiskan cemilan dan minum putih‟ kemudian dilanjutkan

Intan banjur bali mlebu kamarae, salin penganggo sarta dandan saperlune „Intan

kemudian kembali masuk kamarnya, ganti baju dan berhias seperlunya‟ yang

dibuktikan dengan penggunaan kata sambung banjur „kemudian‟ dan kata sarta

„dan‟, dan menuju keadaan berikutnya yaitu njur jumangkah marani bapake ing

teras „lalu berjalan menghampiri bapaknya di teras‟ dibuktikan kata sambung njur

„lalu‟ untuk menyatakan keadaan berikutnya.

16. Alegori

Alegori atau allgoria: allos,lain, agoreurein: ungkapan, pernyataan adalah

gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan cara lain, melalui

kiasan atau penggambaran.

(377) Nanging beras wis kebacut dadi liwet, ora bisa bali wutuh dadi

beras maneh. (ASR/P9/95)

„Tetapi beras sudah terlanjur dimasak, tidak bisa utuh menjadi beras

lagi.‟

Page 92: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

132

Data (377) menunjukkan penggambaran penggunaan gaya bahasa alegori,

yaitu terdapat kata beras wis kebacut dadi liwet, ora bisa bali wutuh dadi beras

maneh „beras sudah terlanjur dimasak, tidak bisa utuh menjadi beras lagi‟

ungkapan tersebut untuk menggantikan keadaan yang sudah terjadi tidak mungkin

untuk dirubah lagi, seperti halnya pernikahan Bregas dengan Intan yang sudah

terjadi, tidak mungkin dirubah karena sudah ada Sekar anaknya semata wayang.

(378) Aku salah merga menilai wong mung saka gebyare. Ibarate milih

barang aku kepencut marang bungkuse, marang kemasane, ora

naliti luwih adoh apa isine uga apik kaya tampilan njabane.

(ASR/P10/102)

„Aku salah karena menilai orang hanya dari luarnya. Ibaratnya

memilih barang aku tertarik dengan bungkusnya, pada kemasannya,

tidak meneliti lebih dalam apa isinya juga bagus seperti tampilan

luarnya.‟

Data (378) merupakan wujud gaya bahasa alegori, yaitu terdapat pada kata

aku salah merga menilai wong mung saka gebyare „aku salah karena menilai

orang hanya dari luarnya‟, dengan pengibaratan ibarate milih barang aku

kepencut marang bungkuse, marang kemasane, ora naliti luwih adoh apa isine

uga apik kaya tampilan njabane „ibaratnya memilih barang aku tertarik dengan

bungkusnya, pada kemasannya, tidak meneliti lebih dalam apa isinya juga bagus

seperti tampilan luarnya‟. Pengibaratan tersebut digunakan untuk mengganti

pengalaman Intan yang hanya melihat Bregas dari penampilan luarnya saja, Intan

terkecoh dengan penampilan Bregas yang ganteng dan perawakan tubuh

proposional.

17. Asindenton

Menurut Gorys Keraf, 2004:131 asindenton adalah gaya bahasa yang berupa

acuan, yang bersifat padat dan mampat dimana beberapa kata, frasa, atau klausa

Page 93: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

133

yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk ini

biasanya dipisahkan dengan koma.

(379) “Yen ing rumah makan liyane piye? Pring Sewu, Lombok Abang,

Lombok cimpling, Seruni, apa ngendi kek,..(ASR/P17/180)

„Kalau dirumah makan yang lain bagaimana? Pring Sewu, Lombok

Abang, Lombok cimpling, Seruni, apa dimana gitu,..‟

(380) Bisa ngaras mripate, pipine, lathine, njur...ah, ora!Yen sing keri

dhewe kuwi Pram isih bisa ngendhaleni. (ASR/P20/214)

„Bisa mencium matanya, pipinya, bibirnya, terus...ah, tidak! Kalau

yang terakhir sendiri itu Pram masih bisa mengendalikan.‟

Data (379) dan (380) merupakan penggambaran gaya bahasa asindenton,

seperti (379) Pring Sewu, Lombok Abang, Lombok cimpling, Seruni, apa ngendi

kek,..‟Pring Sewu, Lombok Abang, Lombok cimpling, Seruni, apa dimana gitu,..‟,

ketika menyebutkan berbagai pilihan tidak dengan kata hubung. Begitu pula data

(380) bisa ngaras mripate, pipine, lathine, njur...ah, ora! „bisa mencium matanya,

pipinya, bibirnya, terus...ah, tidak!‟ juga tanpa menggunakan kata penghubung,

karena dianggap semua pilihan tersebut sederajat.

Tabel 2. Persentase Penggunaan Gaya bahasa dalam Novel Alun

Samudra Rasa Karya Ardini Pangastuti Bn

No Penggunaan Gaya Bahasa Jumlah Penggunaan

Gaya Bahasa (X)

Persentase

1. Simile 13 18,3

2. Interupsi 2 2,8

3. Antonomasia 3 4,2

4. Sinekdoce 2 2,8

5. Tautologi 2 2,8

6. Metafora 5 7,1

7. Eufemisme 2 2,8

8. Personifikasi 10 14,1

9. Litotes 1 1,4

Page 94: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

134

10. Hiperbola 6 8,5

11. Koreksio 1 1,4

12. Sarkasme 11 15,5

13. Erotesis 6 8,5

14. Metonimia 2 2,8

15. Polisindenton 1 1,4

16. Alegori 2 2,8

17. Asindenton 2 2,8

Jumlah 71 100

Keterangan:

X = Banyak penggunaan gaya bahasa

ΣX = Total keseluruhan penggunaan gaya bahasa

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa penggunaan gaya bahasa yang

sering digunakan oleh pengarang adalah gaya bahasa simile ditemukan pada 13

data (18,3%). Penggunaan gaya bahasa simile tersebut bertujuan untuk

mengibaratkan serta membandingkan suatu hal dengan hal lain agar makna

ataupun hal yang dirasakan oleh pelaku dapat tersampaikan dengan jelas.

Sehingga pembaca seolah-olah terhanyut dalam suasana yang tercipta didalam

alur novel.

D. Aspek Pencitraan dalam Novel Alun Samudra Rasa Karya Ardini

Pangastuti Bn

Sebagai reproduksi mental, pencitraan merupakan suatu ingatan masa lalu

yang bersifat inderawi dan berdasarkan persepsi dan tidak selalu bersifat visual.

Pencitaan menurut Wellek dan Warren (dalam Sutejo 2010:20) dibagi menjadi 5

macam yaitu citra penglihatan (visual imagery), citra pendengaran (audio

imagery), citra penciuman, citra perabaan (tactil imagery) dan citra gerak

(movement imagery). Aspek pencitraan yang hadir dalam sebuah novel

Page 95: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

135

dimaksudkan untuk mensugestikan pembaca larut dalam pengalaman visual yang

ada dalam cerita. Berikut ini pencitraan yang ada dalam novel Alun Samudra

Rasa.

1. Citra Penglihatan (Visual Imagery)

Citra penglihatan adalah citraan yang memberikan rangasangan kepada

indera penglihatan, hingga sering hal-hal yang tak terlihat jadi seolah-olah terlihat.

Citra penglihatan dalam NASR dikategorikan menjadi beberapa bagian, di

antaranya terdapat hasil penglihatan yang mendeskripsikan keadaan dalam cerita,

mendeskripsikan tetang Intan, Bregas, Sekar Melur, Pram, dan tamu pembeli

lukisan ikan koi. Berikut adalah data-data yang termasuk kedalam citra

penglihatan (visual imagery).

(381) swasana langit sing mendhung....(ASR/P1/1)

‘suasana langit yang mendung‟

(382) Kamangka nalika budhal saka kos-kosan langite ora patia

mendhung banget. Isih ana sulake padhang. (ASR/P3/29)

„Padahal saat berangkat pergi dari kos-kosan langitnya tidak begitu

mendung sekali. Masih ada awan cerah‟

(383) “...,”kandhane Pram karo masrahake pigura sing dibuntel kertas

coklat. (ASR/P7/75)

„...” kata Pram sambil menyerahkan pigura yang dibungkus kertas

coklat‟.

(384) Kaendahanmu rembulan, katon mbleret ing remenge pedhut wengi.

(ASR/P13/131)

„Keindahan bulan, terlihat meredup di gelapnya kabut malam‟

(385) Ing taman, kembang-kembang mekrok mamerake kaendahane.

(ASR/P16/164)

„Di taman, bung-bunga mekar memamerkan keindahannya‟

(386) Sawah, kebon lan wit-witan ijo ngrembuyung ngupengi bangunan

pomahan pendhudhuk, katon endah sinawang saka kadohan.

(ASR/P28/296)

Page 96: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

136

„Sawah, kebun dan pepohonan hijau lebat mengelilingi bangunan

rumah penduduk, terlihat indah dilihat dari kejauhan‟

(387) Langit timbreng

Sajembare panyawang mung ana ireng lan peteng.. (ASR/P30/319)

„langit mendung‟

„Seluas mata memandang hanya ada hitam dan gelap‟

(388) Rembulan gumandhul kepleng ing langit, ing antaranemayuta-yuta

lintang.(ASR/P31/339)

„Bulan menggantung nyata di langit, dia antara berjuta-juta bintang.‟

Data (381) sampai (388) merupakan citraan penglihatan hasil rangsangan

yang didapat melalui indera penglihatan yang mendeskripsikan suasana dan

keadaan yang ada dalam cerita ASR. (381) swasana langit sing

mendhung„suasana langit yang mendung‟ yaitu menceritakaan latar yang ada

dalam cerita ASR langit sedang mendung. (382) langite ora patia mendhung

banget „langitnya tidak begitu mendung sekali‟, pencitraan langit dalam data ini

menandakan kala Intan dan Bregas bepergian langat kala itu cerah, tidak begitu

mendung. Data (383) ...masrahake pigura sing dibuntel kertas coklat

„...menyerahkan pigura yang dibungkus kertas coklat‟, kata kertas coklat „kertas

coklat‟ merupakan tangkapan hasil dari penglihatan mata saat mendeskripsikan

wujud barang dan warna pemberian dari Pram. Data (384) kaendahanmu

rembulan, katon mbleret ing remenge pedhut wengi „keindahan bulan, terlihat

meredup di gelapnya kabut malam‟, menceritakan bulan di dalam cerita tertutup

oleh kabut malam. Data (385) dan (388) mendeskripsikan bunga yang mekar di

taman ditandai dengan kalimat (385) Ing taman, kembang-kembang mekrok

mamerake kaendahane „di taman, bunga-bunga mekar memamerkan

keindahannya‟, dan kata (386) wit-witan ijo „pepohonan hijau‟, terdapat kata

mekrok „mekar‟ dan ijo „hijau‟ yang merupakan rangsangan dari hasil indera

Page 97: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

137

penglihatan. Data (387) mendeskripsikan hasil yang ditangkap oleh organ visual

mata ketika melihat keadaan mendung semua terlihat hitam dan gelap. Hal

tersebut terbukti adanya kata sajembare panyawang mung ana ireng lan peteng

„seluas mata memandang hanya ada hitam dan gelap‟. Data (388) citraan

penglihatan terletak pada kalimat rembulan gumandhul kepleng ing langit, ing

antarane mayuta-yuta lintang „bulan menggantung nyata di langit, dia antara

berjuta-juta bintang‟, merupakan hasil pendeskripsian mengenai bulan kala itu

yang berjajar dengan beribu-ribu bintang dilangit.

(389) Wanita karier sing ayu lan enerjik. (ASR/P1/1)

„Wanita karier yang cantik dan enerjik‟

(390) Raine katon bingar. (ASR/P1/1)

„Wajahnya nampak bahagia‟

(391) Sumringah kaya padatan. (ASR/P1/1)

„Bahagia seperti biasanya‟

(392) Mripate katon urip lan lambene kaya-kaya nyungging esem.

(ASR/P1/3)

„Matanya nampak hidup dan bibirnya seakan-akan tersenyum‟

(393) Mripate katon mbendhul lan abang amarga kesuwen ngempet

tangis. (ASR/P3/26)

„Matanya nampak besar dan merah karena terlalu lama menahan

tangis‟

(394) Pipine sing mau kena tangane sing lanang uga isih nyisahake werna

abang lan malah katon rada bengeb. (ASR/P3/26)

„Pipinya yang tadi terkena tangan suaminya dan masih menyisakan

warna merah dan terlihat bengkak‟

(395) ...golek banyu anget kanggo ngompres pipine sing isih

tembem.(ASR/P3/27)

„...Mencari air hangat untuk mengompres pipinya yang masih

tembem‟

(396) Mripate rasane isih mbriyut, nanging dipeksakake tangi.

(ASR/P4/43)

„Matanya terasa masih ngantuk, tetapi dipaksa bangun‟

Page 98: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

138

(397) Sing katon cetha, mripate ora sumunar endah kaya biasane,...

(ASR/P7/70)

„Yang nampak jelas, matanya tidak bersinar indah seperti

biasanya,...‟

(398) Intan mung mesem tipis. Atine rasane kaya diiris. (ASR/P9/99)

„Intan hanya tersenyum tipis. Hatinya seperti diiris.‟

(399) Intan mleruk. (ASR/P10/101)

„Intan cemberut‟

(400) “Ana apa mbakyu, wajahmu kelihatan sendu,” aloke Ndari karo

nyedhaki mejane. (ASR/P12/129)

„Ada apa mbak, wajahmu kelihatan sendu,” tanya Ndari sambil

mendekati mejanya.‟

(401) Digatekake, awake Intan tetep langsing lan singset kaya isih prawan

lan raine tetep wae sumringah senajan mripate katon mendung.

(ASR/P16/171)

„di perhatikan, badannya Intan tetap langsing dan singset seperti

masih prawan dan mukanya tetap ceria meskipun matanya nampak

mendung‟

(402) “Masukan soal apa?” Pram nyawang Intan. Wanita iku isih tetep

ayu lan katon luwih mateng. (ASR/P17/184)

„Masukan soal apa?” Pram menatap Intan. Wanita itu masih tetap

cantik dan terlihat matang‟

(403) “Eh Nami awakmu kurang sehat, Nami,” aloke manehsawise

migatekake pasuryane Intan sing pancen katon rada pucet.

(ASR/P26/274)

„Eh Nami dirimu kurang sehat, Nami,” kata dia sehabis

memperhatikan wajah Intan yang memang terlihat pucat.‟

(404) Pasuryane ora mung saderma pucet, nanging uga katon yen ora

sehat. Lan mripate, senajan Intan ora crita nanging Pram ngerti yen

wanita kang banget diasihi iku lagi digubel masalah. Mripate iku

katon goreh. (ASR/P26/275)

„Wajahnya tidak hanya sekedar pucat, tetapi juga terlihat tidak sehat.

Dan matanya, meskipun Intan tidak bercerita tetapi Pram tau kalau

wanita yang sangat dikasihi itu lagi terbelit masalah. Matanya itu

nampak luka‟

(405) Luwih-luwih nalika nyawang pasuryane sing alum lan mripat sing

biasane mencorong endah saiki uga katon rada mbleret.

(ASR/P27/292)

„Lebih-lebih saat melihat wajahnya yang lemas dan mata yang

biasanya indah sekarang juga nampak sedikit redup‟

Page 99: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

139

Data (389) sampai (405) merupakan citraan penglihatan yang

mendeskripsikan keadaan Intan selama di dalam cerita. Data (389) ayu lan enerjik

„cantik dan enerjik‟, mulanya Intan dideskripsikan sebagai gadis cantik yang

enerjik, dengan muka terlihat (390) bingar „bahagia‟, (391) sumringah „ceria‟,

dengan kelebihan mempunyai mata (392) urip lan lambene kaya-kaya nyungging

esem „hidup dan bibirnya seakan-akan tersenyum‟. Data (393) mripate katon

mbendhul lan abang amarga kesuwen ngempet tangis „matanya nampak besar dan

merah karena terlalu lama menahan tangis‟, mendeskripsikan mata Intan yang

besar dan nampak merah karena terlalu lama menangis memingat tamparan dari

suaminya. Terlihat dari kata mbendhul „besar‟ dan abang „merah‟. Data (394)

mendeskripsikan pipi Intan yang berwarna merah dan nampak lebam setelah

ditampar suaminya. Terlihat data (394) terdapat kata abang „merah‟ dan bengeb

„bengkak‟. Data (395) mendeskripsikan pipi Intan yang masih nampak tembem,

terbukti adanya kata tembem pada kalimat golek banyu anget kanggo ngompres

pipine sing isih tembem „mencari air hangat untuk mengompres pipinya yang

masih tembem‟. Data (396) mripate rasane isih mbriyut, nanging dipeksakake

tangi „matanya terasa masih ngantuk, tetapi dipaksa bangun‟, mendeskripsikan

hasil rangsangan yang didapat indera penglihatan mengenai kondisi mata Intan

yang masih belum dapat terbuka lebar saat bangun tidur.

Data (397) sampai (400) merupakan citraan penglihatan mengenai sosok

Intan setelah ditampar oleh Bregas. Data (397) mripate ora sumunar „matanya

tidak bersinar‟, merupakan hasil pendeskripsian oleh Ibu Intan yang melihat

adanya perubahan dari diri Intan saat datang kekediaman orang tuanya, yaitu

matanya tidak bersinar seperti biasa. Data (398) Intan mung mesem tipis „Intan

Page 100: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

140

hanya tersenyum tipis‟ adalah citraan penglihatan Pram saat bertemu di toko

buku. Data (399) Intan mleruk „Intan cemberut‟ merupakan ekspresi Intan saat

sedang berbicara dengan Pram. Data (400) “Ana apa mbakyu, wajahmu kelihatan

sendu,” aloke Ndari „ada apa mbak, wajahmu kelihatan sendu,” tanya Ndari‟,

pertanyaan yang diucapkan ndari menceritakan kekagetan raut muka Intan yang

beda dari biasanya, terbukti dengan adanya kata kelihatan sendu „terlihat sendu‟.

Data (401) digatekake, awake Intan tetep langsing lan singset kaya isih

prawan lan raine tetep wae sumringah senajan mripate katon mendung

„diperhatikan, badannya Intan tetap langsing dan singset seperti masih prawan dan

mukanya tetap ceria meskipun matanya nampak mendung‟, termasuk dalam

citraan penglihatan yang mendeskripsikan hasil penglihatan mengenai sosok Intan

yang masih tetap langsing dan singset seperti masih perawan, wajah Intan yang

tetap ceria meskipun matanya terlihat memikul beban yang berat di pikirannya.

Data (402) sampai (405) citraan penglihatan mengenai Intan yang terletak pada

(402) tetep ayu lan katon luwih mateng „tetap cantik dan terlihat matang‟

mendeskripsikan wajah Intan yang nampak cantik dan terlihat matang

dikondisinya saat itu. Data selanjutnya mendeskripsikan wajah Intan yang nampak

pucat dan tidak sehat, hal tersebut terdapat kata pucet „pucat‟ pada data (403)

pasuryane Intan sing pancen katon rada pucet dan (404) Pasuryane ora mung

saderma pucet, nanging uga katon yen ora sehat „wajahnya tidak hanya sekedar

pucat, tetapi juga terlihat tidak sehat‟. Data (405) Luwih-luwih nalika nyawang

pasuryane sing alum lan mripat sing biasane mencorong endah saiki uga katon

rada mbleret „lebih-lebih saat melihat wajahnya yang lemas dan mata yang

biasanya indah sekarang juga nampak sedikit redup‟, terdapat citraan penglihatan

Page 101: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

141

saat melihat wajah Intan yang wajahnya nampak lemas, matanya tidak bersinar

indah, terlihat agak redup, seperti (404) mripate sing endah iku katon goreh

„matanya yang indah menyimpan masalah.

(406) Mripate katon kumilat nyawang Bregas...(ASR/P2/20)

„Matanya tajam melihat Bregas...‟

Citraan penglihat data (406) menggambarkan mata Intan yang nampak

mengkilat dalam artian menatap dengan tajam saat melihat Bregas.

(407) Rupane Bregas sing nggantheng cocok karo jenenge, kanthi dedeg

lan bobot awak sing imbang,...(ASR/P3/8)

„Wajahnya Bregas yang tampan cocok dengan namanya, dengan

tinggi dan berat yang seimbang,...‟

(408) Raine Bregas sanalika langsung abang. Tangane nggegem. Kertas

diremet karo untune digeget rapet .(ASR/P8/78)

„Wajahnya Bregas saat itu juga merah. Tangannya menggenggam.

Kertas diremas sambil giginya digigit rapat‟

(409) Mripate Bregas murup abang. (ASR/P13/134)

„Matanya Bregas merah menyala‟

Citraan penglihatan data (407) sampai (409) menggambarkan sosok Bregas.

Data (407) mendeskripsikan sosok Bregas yang tampan, dengan badan dan berat

badan yang proposional. Data (408) mendeskripsikan wajah Bregas berwarna

merah ketika marah. Sedangkan data (409) mendeskripsikan mata Bregas

berwarna merah saat sedang marah dengan Intan.

(410) Ditamat-tamatke raine sing kaya rembulan ndadari, pipine

thipluk-thipluk lan awake katon kiyeng mratandhani yen sehat.

(ASR/P7/74)

„Diliat-liat wajahnya yang seperti rembulan ndadari, pipinya tembem

dan badannya gemuk mempertandakan kalau sehat‟

Citraan penglihatan data (410) mendeskripsikan kondisi Sekar yang nampak

seperti rembulan ndadari, pipinya tembem dan badannya terlihat gemuk yang

mempertandakan Sekar sehat.

Page 102: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

142

(411) Kecut! Bocah cilik iku nuduhake ekspresi sing lucu. Lambene

nyungir-nyungir karo mripate merem-merem. (ASR/P15/153)

„Kecut! Anak kecil itu menampakan ekspresi lucu. Bibirnya manyun

sambil menutup mata‟

Data (411) mendeskripsikan ekspresi Sekar saat mencoba memakan buah

mangga yang terasa kecut, bibirnya manyun sambil matanya merem-merem.

(412) Saumpama sawayah-wayah kowe butuh bantuan kowe bisa kontak

aku,” ujare Mr. Tanaka nalika dipamiti. Mripate uga katon

mbrabak. Kembeng-kembeng. (ASR/P14/151)

„Seumpama sewaktu-waktu butuh bantuan kamu bisa mengkontak

aku,” kata Mr. Tanaka saat dipamati. MatanYa juga terlihat berkaca-

kaca‟

Citraan penglihatan data (412) mendeskripsikan Mr. Tanaka yang nampak

terharu ketika Intan pamit untuk mengundurkan diri dari perusahaannya.

(413) Saka lawang mlebu katon priya nganggo klambi garis-garis warna

biru lembut nenteng tas ireng lan nggawa stop map. (ASR/P16/173)

„Dari pintu nampak pria memakai baju garis-garis berwarna biru

lembut membawa tas hitam dan membawa stop map‟

Data (413) citraan penglihatan yang mendeskripsikan penampilan Pram

saat menghadiri seminar, yaitu dengan baju bergaris-garis warna biru lembut,

menenteng tas hitam dan membawa stop map.

(414) Tamu kuwi sawenehe wanita kang ayu merak ati. Nganggo sepatu

hak dhuwur, tas kulit import merek kondhang, rok sutra motif

kembang kanthi ndhuwuran polos warna abang maron saka bahan

kang alus. (ASR/P30/321)

„Tamu itu ternyata wanita cantik yang menyenangkan hati. Memakai

sepatu hak tinggi, tas kulit import bermerk terkenal, rok sutra motif

bunga dengan atasn polos berwarna merah marun dari bahan yang

halus ‟

Data (414) citraan penglihatan yang mendeskripsikan sosok Ines ketika

datang ke artshop Intan, yaitu dengan sepatu hak tinggi, tas kulit import, memakai

rok sutra bermotif bunga dengan atasan polos warna merah marun dengan bahan

yang halus.

Page 103: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

143

(415) Mleset adoh karo bayangane Intan, tamu kuwi pranyata wanita ayu

umur-umurne watara seket taunan. Nanging isih katon enerjik,

kebak semangat. (ASR/P22/239)

„Meleset jauh dari bayangannya Intan, tamu itu adalah wanita cantik

berumur kira-kira lima puluh tahunan. Tetapi masih kelihatan

enerjik, penuh semangat.‟

Citraan penglihatan data (415) mendeskripsikan Miss. Clara yang nampak

masih cantik, enerjik, penuh semangat meskipun sudah berumur limapuluh

tahunan.

2. Citra Pendengaran (Audio Imagery)

Citra pendengaran adalah wujud dari pengalaman pendengaran atau audio.

Citra pendengaran dapat memberi rangsangan kepada indera pendengar sehingga

mengusik imajinasi pembaca untuk memahami teks sastra secara utuh (Sutejo,

2010:21-22). Berikut data yang memuat mengenai citra pendengaran.

(416) Kuwi wae jenenge uga dudu sepedha montor, nanging sepedha

kumbang utawa udhug. Mbok menawa merga swarane sing

dhug...dhug...dhug...(ASR/P1/8)

„Itu sja namanya bukan sepeda motor, tetapi sepeda kumbang atau

udhug. Barang kali kalau karena suaranya yang

dhug...dhug...dhug...‟

Data (416) memberi gambaran mengenai penamaan sepeda kumbang atau

udhug, karena hasil mendengar bunyinya dari sepeda motor yang menimbulkan

suara dhug...dhug...dhug.. sehingga jaman dahulu sepeda motor disebut dengan

sebutan udhug.

(417) “Selamat ulang tahun?!” Pram narik tangane menyang papan sing

rada peteng ing pojok teras, banjur cup..cup!(ASR/P7/75)

„Selamat ulang tahun?!” Pram menarik tangannya menuju tempat

yang sedikit gelap dipojok teras, lalu cup..cup!‟

Data (417) adegan mencium dalam cerita bisa digambarkan dengan

onomatope cup...cup... karena ketika mencium dapat menimbulkan bunyi

Page 104: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

144

cup..cup.., sehingga bunyi cup..cup dapat dijadikan sebagai penunjuk dari

mencium.

(418) Intan mung njegreg. Ora bisa kumecap. Jantunge dhag-dhig-dhug

ora karuan. (ASR/P8/87)

„Intan hanya terdiam. Tidak bisa berbicara. Jantungnya dhag-dhig-

dhug‟

(419) Intan nyendhekake sirahe ing dhadhane Pram, ngrungokake keteg

jantunge priya iku. Dhig-dhug, dhig-dhug...dinikmati swara kuwi.

(ASR/P28/308)

„Intan menyenderkan kepalanya di dada Pram, mendengarkan detak

jantung pria itu. Dhig-dhug, dhig-dhug...dinikmati suara itu‟

Data (418) dan (419) jantung diposisikan sebagai sumber bunyi karena

ketika sedang berdetak indera pendengar akan merekam suara jantung yang

berbunyi dhag-dhig-dhug.

(420) Banjur pyar...!!! Gelas tiba ing jobin.(ASR/P13/137)

„Lalu pyar...!!! Gelas jatuh ke lantai.‟

Data (420) terdapat onomatope kata pyar...!!! merupakan hasil bunyi

tangkapan bunyi oleh telinga sebagai sumber bunyi yang berasal dari gelas ketika

jatuh dan menimbulkan bunyi pyar...!!!.

(421) Mesin distater banjur....wer...bablas.(ASR/P17/181)

„Mesin distater lalu...wer...pergi‟

Data (421) mesin distater „mesin stater‟ dianggap sebagai sarana

menimbulkan bunyi wer „wer‟ yang ditangkap oleh telinga sebagai penunjuk

bahwa mesin menyala dan bergegas dijalankan.

(422) “Thok..thok!”

Tekan kono lamunane Intan ambyar. Gage dheweke menyat saka

lungguhe ing ngarep cendhela, mlaku marani lawang.

(ASR/P16/156)

“Thok..thok!”

„Sampai situ lamunan Intan pecah. Bergegas dirinya pergi dari

tempat duduk di depan cendela, berjalan menghampiri pintu‟

Page 105: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

145

Data (422) di atas terdapat citra pendengaran, yaitu pada kata thok..thok!.

Suara thok..thok! merupakan bunyi hasil tangkapan telinga yang menandakan

suara yang ditimbulkan saat mengetuk sebuah pintu. Citraan tersebut dimasukkan

agar pembaca ikut merasakan situasi saat tokoh di dalamnya melamun dan

terkejut saat mendengar suara ketukan pintu.

3. Citra Penciuman

Citra penciuman adalah gambaran yang didapat dari hasil pengalaman

indera penciuman. Berikut data yang memuat citra penciuman.

(423) “Oh njenengan mabuk?” aloke maneh karo mlengos nalika

“aroma” alkohol kuwi ngabar saka ababe sing lanang.

(ASR/P4/40)

„Oh kamu mabuk?” tanyanya lagi sambil mlengos saat aroma

alkohol itu tercium dari bau mulut suaminya.‟

(424) Bubar kandha kaya mangkono Bregas langsung nyruput kopine.

Bregas ngrasakake nikmat. Aroma kopi sing sedhep kuwi uga

mahanani pikirane krasa luwih seger. (ASR/P12/122)

„Setelah bilang seperti itu Bregas langsung meminum kopinya.

Bregas merasakan nikmat. Aroma kopi yang sedap itu juga

menjadikan pikirannya terasa lebih segar.‟

Data (423) dan (424) menunjukkan pengarang yang memanfaatkan citraan

penciuman dengan menggunakan kata aroma „aroma‟. Data (423) memanfaatkan

kata aroma „aroma‟ pada kata aroma alkohol „aroma alkohol‟ untuk menandakan

aktivitas dari indra penciuman yaitu hidung yang mencium aroma alkohol. Data

(424) aroma kopi sing sedhep „aroma kopi yang sedap‟, terdapat penggunaan kata

aroma „aroma‟ menandakan aktivitas indera penciuman hidung menghirup aroma

kopi yang sedap.

Page 106: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

146

4. Citra Perabaan (Tactil Imagery)

Citra perabaan adalah penggambaran hasil pengalaman yang didapat

melalui indera peraba. Menurut (Sutejo, 2010:21-22) citraan perabaan seringkali

menggambarkan bagaimana sesuatu secara “erotik” dan “sensual” dapat

memancing imajinasi pembaca. Berikut data yang memuat citra perabaan.

(425) Luwih-luwih nalika tangane nggrayangi pipine sing tilas kena

tangane sing lanang,...(ASR/P3/24)

„Lebih-lebih saat tangannya merabai pipinya bekas terkena tangan

suaminya‟

Data (425) menunjukkan citra perabaan yang memanfaatkan tangan untuk

meraba pipi. Hal tersebut terbukti terdapat kata tangane nggrayangi pipine „

tangannya merabai pipinya.

(426) Nanging elusan tangane Pram sing lembut nang sirahe mahanani

perasaane dadi ayem. (ASR/P3/30)

„Tetapi rabaan tangan Pram yang lembut di kepalanya menjadikan

perasaannua jadi tenang.‟

(427) ..”ujare Bu Sartana sareh karo ngelus rambute anake wadon.

Kebak asih.(ASR/P6/66)

„...”kata Bu Sartana sabar sambil mengelus rambut anak

perempuannya. Penuh kasih.‟

Data (426) dan (427) menunjukan citra perabaan tangan untuk mengelus-

elus tangan dan rambut. Hal tersebut dikuatkan dengan pada data (426) elusan

tangane Pram „elusan tangannya Pram‟, menandakan Pram sedang mengelus

tangan Intan. Data (427) dikuatkan pada kata ngelus rambute „mengelus

rambutnya‟. Hal ini menunjukkan kasih sayang seorang ibu yang ditandai dengan

Bu Sartana mengelus rambut anaknya.

(428) Bregas ngelus-elus pipine sing kena kaplokane sing wadon.

(ASR/P11/115)

„Bregas mengelus-elus pipinya yang terkena tamparan istrinya.‟

Page 107: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

147

Citra perabaan pada data (428) digambarkan melalui elusan terhadap pipi,

yang dikuatkan adanya kata ngelus pipine „mengelus pipinya‟, sebagai tanda rasa

sakit bekas tamparan istrinya.

(429) Ora mung saderma ngelus geger, nanging diremet pundhake lan

diarasi rambute. (ASR/P21/227)

„Tidak hanya sekedar mengelus punggung, tetapi meremas pundak

dan dibelai rambutnya.‟

Data (429) pengarang menggunakan indera peraba tangan mengelus

punggung, meremas pundak dan membelai rambut, dikuatkan dengan kalimat

ngelus geger, nanging diremet pundhake lan diarasi rambute „mengelus

punggung, tetapi meremas pundak dan dibelai rambutnya‟. Perabaan yang

dilakukan sebagai wujud kasing sayang seorang pria terhadap wanita.

5. Citra Gerak (Movement Imagery)

Citra gerak merupakan penggambaran sesuatu yang sesungguhnya tidak

bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak, ataupun gambaran gerak pada

umumnya (Sutejo, 2010:21-22). Berikut data yang memuat citra gerak.

(430) Dasar lonthe!Plak...! Tangane Bregas mampir ing pipine Intan.

(ASR/P2/23)

„Dasar lonthe!Plak...! Tangannya Bregas mampir dipipinya Intan.‟

Data (430) menggambarkan citra gerak yang terbukti terdapat kata

onomatope plak...! „plak...!‟ sebagai wujud gerakan menampar dan dikuatkan

dengan keterangan selanjutnya yaitu tangane Bregas mampir ing pipine Intan

„tangannya Bregas mampir dipipinya Intan‟.

(431) Intan nyoba nggandheng lengene sing lanang, nanging tangane

langsung dikipatake dening Bregas.. (ASR/P2/20)

„Intan coba menggandeng lengan suaminya, tetapi tangannya

langsung dikibaskan.‟

Page 108: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

148

Data (431) menggambarkan citra gerak tangan, dibuktikan adanya kata

nggandeng „menggandeng‟ dan dikipatake „dikibaskan‟ yang merupakan wujud

kata kerja aktif, ditandai dengan gerakan tangan yang menggenggam dan

mengibaskan tangan sebagai wujud penolakan.

(432) Intan menyat saka lungguhe, njupuk cangkir ing rak kanggo gawe

sereal minangka gantine sega. (ASR/P4/44)

„Intan bergegas dari duduknya, mengambil cangkir di rak untuk

embuat sereal sebagai pengganti nasi.‟

Citra gerak pada data (432) dibuktikan dengan kalimat Intan menyat saka

lungguhe, njupuk cangkir ing rak „Intan bergegas dari duduknya, mengambil

cangkir di rak‟, terdapat kata menyat saka lungguhe „bergegas dari duduknya‟

sebagai wujud awal gerak pada umumnya. Kemudian dilanjutkan dengan aktivitas

gerak berikutnya yaitu njupuk cangkir ing rak „mengambil cangkir di rak.

(433) Sekar ora wangsulan. Nanging langsung mulungake tangane lan

ngethapel njaluk gendhong. Banjur ngesun pipine bundane sengak-

sengok kiwa tengen. (ASR/P5/51)

„Sekar tidak menjawab. Tetapi langsung menyodorkan tanggannya

dan memeluk minta gendong. Lalu mencium pipi bundanya cipika-

cipiki kiri kanan.

Data (433) mewujudkan citra gerak memeluk meminta gendong, ditandai

dengan kata mulungake tangan lan ngetaphel njaluk gendhong „menyodorkan

tanggannya dan memeluk meminta gendong‟. Gerakan dihasilkan saat Sekar

menyodorkan tangan, dan memeluk erat ibunya.

(434) Wanita ing sisihe iku disawang banjur digapyuk. Tangane ngrayuk

awake Intan. (ASR/P20/213)

„Wanita di sampingnya itu dipandang lalu dipegang. Tangannya

merangkul tubuh Intan‟

Data (434) mewujudkan citra gerak yang ditandai dengan kata digapyuk

„disentuh‟ sebagai kata kerja pasif dan ngrayuk „merangkul‟ sebagai kata kerja

Page 109: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

149

aktif yang digunakan untuk membuktikan adanya gerakan memegang dan

merangkul.

(435) Ines gregetan. Rumangsa diremehake. Ana majalah kandel ing meja

cedhake, diranggeh lan disawatake sing lanang. (ASR/P31/334)

„Ines geregetan. Merasa diremehkan. Ada majalah tebal di meja

dekatnya, diambil dan dilemparkan ke suaminya.‟

Citra gerak data (435) merupakan wujud gerakan tangan, dibuktikan dengan

kata diranggeh „diambil‟ dan disawetake „dilempar‟. Keduanya merupakan

bentuk kata kerja pasif yang menghasilkan proses gerak tangan.

(436) Nanging Clara gedheg lan pasuryane katon yen cuwa.

(ASR/P22/240)

„Tetapi Clara menggeleng kepala dan wajahnya terlihat kalau

kecewa‟.

Citra gerak data di atas merupakan wujud citra gerak kepala, dibuktikan

dengan kata gedheg „menggeleng kepala‟, menggelengkan kepala sebagai wujud

simbol penolakan seseorang.

Tabel 3. Persentase Aspek Pencitraan dalam Novel Alun Samudra Rasa

Karya Ardini Pangastuti Bn

No Aspek Pencitraan

Jumlah Aspek

Pencitraan (X)

Persentase

1. Citra Penglihatan 35 62,5

2. Citra Pendengaran 7 12,5

3. Citra Penciuman 2 3,5

4. Citra Perabaan 5 9

5. Citra Gerak 7 12,5

Jumlah 56 100

Keterangan:

X = Banyaknya aspek pencitraan

ΣX = Total keseluruhan aspek pencitraan

Page 110: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112012_bab2.pdf · keempat kata berbahasa indonesia kebutuhan, keasyikan, dan kemewahan. Suku

150

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa aspek pencitraan yang sering

digunakan oleh pengarang adalah citra penglihatan ditemukan sebanyak 35 data

(62,5%). Pemanfaatan citra penglihatan tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan

baik suasana maupun keadaan tokoh yang ada dalam cerita. Menjadikan tampak

nyata, membawa pembaca larut kedalam alur cerita seolah-olah ikut melihat

kejadian tersebut secara nyata.