bab ii a.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. sistema...

20
14 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Hakikat Kemampuan Fisik Kemampuan fisik sudah dianugrahkan Tuhan kepada setiap insan semenjak lahir. Kemampuan fisik dasar yang ada adalah kemampuan kelenturan, kemampuan kecepatan gerak, kemampuan kekuatan, dan kemampuan daya tahan (Dikdik 2011:1). Maka pengertian dari kemampuan fisik adalah salah satu faktor yang sangat penting apabila ingin mendapatkan prestasi yang maksimal dalam setiap cabang olahraga. Kemudian ( Sajoto. 1990: 16) menjelaskan “ Kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen - komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya maupun pemeliharaannya”. Atlet dapat berprestasi optimal apabila ditunjang dengan latihan yang sistematis dan terprogram dengan baik menjelaskan sasaran utama latihan fisik adalah untuk meningkatkan kualitas kebugaran energi fitness dan kebugaran otot (muscular fitness). http://alfalaasifah.blog.friendster.com/2009/12/rangk-pembinaan-kondisi-fisik- olahraga-i/,28 Februari 2011 Dikdik Zafar Sidik (2011 : 1) mengemukakan bahwa : Kemampuan fisik atlet pada dasarnya secara fisiolgis merupakan kemampuan dinamis anaerobik dan aerobik, setiap berlangsungnya pelatihan fisik maka hakekatnya sedang terjadi keberlangsungan aktivitas fisiologis yang terdiri dari : otot, tulang, rangka, jantung, paru-paru, sistem pembuluh darah, pencernaan dan pembuangan. Oleh karena itu, para ahli menyarankan agar setiap pelatih mempunyai kompetisi pemahaman fisiologi ketika mempersiapkan untuk menjalankan pelatihan fisik pada setiap atlet. 14

Upload: dinhdang

Post on 02-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Hakikat Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik sudah dianugrahkan Tuhan kepada setiap insan

semenjak lahir. Kemampuan fisik dasar yang ada adalah kemampuan kelenturan,

kemampuan kecepatan gerak, kemampuan kekuatan, dan kemampuan daya tahan

(Dikdik 2011:1). Maka pengertian dari kemampuan fisik adalah salah satu faktor

yang sangat penting apabila ingin mendapatkan prestasi yang maksimal dalam

setiap cabang olahraga.

Kemudian ( Sajoto. 1990: 16) menjelaskan “ Kondisi fisik adalah satu

kesatuan yang utuh dari komponen - komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik

peningkatannya maupun pemeliharaannya”. Atlet dapat berprestasi optimal

apabila ditunjang dengan latihan yang sistematis dan terprogram dengan baik

menjelaskan sasaran utama latihan fisik adalah untuk meningkatkan kualitas

kebugaran energi fitness dan kebugaran otot (muscular fitness).

http://alfalaasifah.blog.friendster.com/2009/12/rangk-pembinaan-kondisi-fisik-

olahraga-i/,28 Februari 2011

Dikdik Zafar Sidik (2011 : 1) mengemukakan bahwa :

Kemampuan fisik atlet pada dasarnya secara fisiolgis merupakan kemampuan dinamis anaerobik dan aerobik, setiap berlangsungnya pelatihan fisik maka hakekatnya sedang terjadi keberlangsungan aktivitas fisiologis yang terdiri dari : otot, tulang, rangka, jantung, paru-paru, sistem pembuluh darah, pencernaan dan pembuangan. Oleh karena itu, para ahli menyarankan agar setiap pelatih mempunyai kompetisi pemahaman fisiologi ketika mempersiapkan untuk menjalankan pelatihan fisik pada setiap atlet.

14

Page 2: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

15

Setiawan (1991:110) mengatakan, bahwa “Dalam hal lain kondisi fisik

juga berperan untuk meningkatkan kebugaran jasmani agar seseorang mencapai

hasil kerja yang lebih produktif”. Sajoto (1988:16) menjelaskan, “Kondisi fisik

adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan

prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat

ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi.”

Dalam pembagian dan pengembangannya Zimmermann,dkk:1981 (dikdik

2011: 3) mengemukakan bahwa kemampuan fisik adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan Kelenturan : a. Kelenturan Statis (Static Flexibility) b. Kelenturan Dinamis (Dynamic Flexibility)

2. Kemampuan Kecepatan Gerak Maksimal a. Speed b. Agility c. Quickness

3. Kemampuan Kekuatan a. Kekuatan Maksimal (Maximum Strength) b. Kekuatan Yang Cepat (Speed Strength/Power) c. Daya Tahan Kekuatan (Strength Endurance)

4. Kemampuan Daya Tahan a. Daya Tahan Ananerobik (Anaerobic Endurance) b. Daya Tahan aerobik (Aerobic Endurance)

Pertimbangan kondisi fisik itu harus dikembangkan didasarkan pada

karakteristik cabang olahraga yang digelutinya, sebab pada suatu cabang olahraga

tertentu mungkin memerlukan komponen kondisi fisik secara keseluruhan,

sedangkan pada cabang lain mungkin hanya sebagian saja. Jadi masalah peran

komponen kondisi fisik ini bersifat relatif, karena bergantung pada karakteristik

cabang olahraganya. Hal ini dijelaskan Harsono (1988:153) sebagai berikut:

“Sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam

Page 3: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

16

situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang

peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet.”

Kemampuan fisik juga harus dipertimbangkan sebagai bagian penting

untuk menampilkan teknik yang sempurna seperti dalam olahraga permainan dan

olahraga pertandingan baik perorangan maupun untuk regu. Berdasarkan

keterangan di atas dapat dikemukakan bahwa kondisi fisik yang baik akan

berpengaruh erat dengan penampilan teknik dan taktik seorang atlet.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa latihan kondisi fisik merupakan

bagian yang paling mendasar dalam usaha meningkatkan prestasi seorang atlet.

Sehubungan dengan judul penelitian ini yaitu : “Dampak Penerapan Pelatihan

Harness terhadap Peningkatan Kemampuan Dinamis Anaerobik”, maka

penjelasan selanjutnya akan terbatas pada komponen kondisi fisik yang

berhubungan dengan judul penelitian ini yaitu : kemampuan dinamis anaerobik.

B. Hakekat Kemampuan Dinamis Anerobik

Latihan anaerobik dijelaskan oleh Giriwijoyo (2004:182) yaitu “

Kemampuan anaerobik merupakan suatu kemampuan melakukan aktivitas tanpa

didukung oksigen yang banyak dan mampu untuk pulih kembali dalam waktu

yang singkat “.Metode latihan ini akan mengkoordinasikan atlet untuk dapat

mengatasi beban tugas fisik yang relatif berat, sehingga diharapkan secara

bertahap berat beban tersebut dapat dilakukan secara singkat.

Page 4: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

17

Kerja sistem anaerobik dijelaskan oleh Bompa (Iman Imanudin, 1993: 13)

sebagai berikut :

Pada waktu CP yang tersimpan dalam jumlah yang terbatas dalam sel otot, energi dapat dipakai oleh sistem ini antara 8-10 detik. Sistem ini adalah sumber energi utama untuk aktivitasyang sangat singkat atau cepat dan eksplosif. Sistem asam laktat memecah glikogen yang tersimpan dalam sel otot dan dalam hati , yang lebih dari CP, yang melepaskan energi untuk membentuk kembali ATP yang berasal dari ADP+P. Pemecahan glikogen tanpa O2 akan menghasilkan asam laktat. Pada waktu intensitas kerja/ latihan yang tinggi dilanjutkan untuk periode waktu yang lama, maka sejumlah besar asam laktat terkumpul dalam otot sehingga menyebabkan kelelahan, yang akhirnya mengakibatkan terhentinya aktivitas fisik.

Aktifitas memerlukan bentuk energi dalam bentuk ATP dan respirasi

anaerobik sebagai berikut:

Gambar 2.1 (http://www.tpb.ipb.ac.id/files/materi/biologi/Kuliah%203%20Respirasi%20Selular.pd,

Senin,21Februari 2011)

Page 5: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

18

Olahraga Anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidakdapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Ketika terjadi pertukaran energi dalam jaringan tubuh tanpa menggunakan oksigen,ini adalah proses anaerobik. Ini berarti bahwa latihan anaerobik menyebabkan proses anaerobik dalam tubuh dan ini akan menjelaskan mengapa latihan ini dilakukan untuk jangka waktu yang singkat. Latihan anaerobik sangat intensif dan ketat, orang dapat merasa benar-benar terkuras keluar baik secara fisik dan mental setelah sesi latihan. (http://www.scumdoctor.com/Indonesian/fitness-tips/anaerobic-exercises/Anaerobic-Exercise-And-Oxidative-Stress.html,Senin21Februari 2011)

Kemuadian mengenai latihan daya tahan anaeobik dejelaskan oleh Dikdik

(2011:6) sebagai berikut :

Untuk latihan daya tahan anaerobik (Daya Tahan Kecepatan) dapat memanfaatkan bentuk gerakan-gerakan sprint dan juga bentuk gerakan kelincahan disesuaikan dengan ketentuan untuk masing-masing tujuan (apakah latihan daya tahan anaerobik laktasid atau latihan daya taha anerobik alaktasid).

Ketika melakukan latihan anaerobik, mendorong tubuh untuk batas dan selama waktu ini, paru-paru tidak mampu memasok oksigen otot-otot yang dibutuhkan. Jadi tingkat tubuh melakukan tanpa oksigen dan hanya bisa melakukannya untuk waktu yang singkat. Selama waktu ini tubuh akan menghasilkan asam laktat, yang merupakan alasan mengapa mendapatkan kram dan otot-ototmerasa lelah. Apabila terjadi seperti itu harus segera istirahat dengan tujuan menyingkirkan asam laktat dan membangun otot-otot yang menggunakan oksigen untuk mengisi energi yang digunakan. Latihan anaerobik akan mempercepat metabolisme bahkan setelah berhenti olahraga, namum manfaat utama dari latihan anaerobik adalah kemampuannya untuk membangun otot yang lebih kuat. Ketika melakukan latihan anaerobik energi yang tersimpan dalam otot akan digunakan sebagai sumber energi cadangan yang digunakan untuk latihan berikutnya. (http://www.scumdoctor.com/Indonesian/fitness-tips/anaerobic- exercises/Anaerobic-Exercise-And-Oxidative-Stress.html,Senin 21Feburuari 2011)

Selanjutnya mengenai latihan anaerobik dijelaskan oleh Giriwijoyo

(2004:182), sebagai berikut :

Page 6: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

19

Kapasitas anaerobik yang tinggi selain menunjuan kemampuan untuk menampilkan olahraga dengan intensitas yang tinggi, juga menunjukan tinggi efisiensi seluler, yaitu sel dapat menghasilkan daya (energi) dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat dan dengan menggunakan O2 yang sedikit. Dengan demikian maka pelatihan untuk meningkatkan kapasitas anaerobik hakekatnya adalah membuat sel menjadi lebih efisien dalam menggunakan O2.

Untuk itu melatih daya tahan anaerobik dijelaskan oleh Dikdik Zafar Sidik

(2010:52) antara lain sebagai berikut :

- Alaktasit ( Anaerobik Alactacid Training ) - Laktasit ( Anaerobik Lactacid Training ) - Toleransi terhadap Laktat ( Anaerobik Lactacid Tolerance Training)

Latihan Daya Tahan Anaerobik Alaktasit dapat diuraikan sebagai berikut : Lamanya Latihan

Klasifikasi Penyediaan Energi Oleh

Catatan

1- 4 detik 4- 20 detik 20-45 detik

Anaerobik Alaktasit Anaerobik Alaktasit Anaerobik Alaktasit + Anaerobik Laktasit

ATP ATP + PC ATP + PC Glukogen Otot

Pembentukan asam laktat dalam jumlah banyak

Taylor 1975 (Harsono, 1988: 160) mengatakan bahwa latihan untuk

mempertinggi kemampuan anaerobik (stamina) “ .... is best developed by the

long interval type of training”. Artinya, untuk memperoleh stamina yang

tinggi, latihan yang baik adalah dengan interval training dengan jarak yang

jauh. Seperti yang dikatakan di atas, dalam kerja anaerobik ( tanpa oksigen ),

tingkat aktivitas otot-ototnya adalah begitu tinggi sehingga suplai darah yang

diterima oleh otot-otot tidaklah cukup.

Persediaan dari hasil pengolahan energi anaerob untuk menghasilkan ATP

sangatlah terbatas sehingga dibutuhkan dukungan pengolahan energi aerob seperti

yang telihat pada gambar berikut.

Page 7: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

Sumber: http://www.flammerouge.je/content/3_factsheets/constant/anaerobic.htm

Pengolahan energi aerob, juga diwujudkan oleh otot sebagai sistem kerja

primer, akan tetapi lamanya berlangsung tergantung pada kemampuan fungsional

sistem kerja sekunder dalam memasok

cardiopulmona-respiratori yang baik

pengolahan aerob tidak mungkin terlaksana dan aktivitas kerja otot, tulang dan

persendian akan terhenti. Semakin tinggi kemampuan fungsi dari

jantung dan pembuluh darah serta pernafasan maka semakin mampu bertahan

untuk menampilkan kerja pada otot

Sistem Kerja (Ergo system) fungsi tubuh terdiri dari tiga bagian

dikemukan oleh Santosa (2007:101) yaitu

1. Perangkat pelaksana gerak :a. Sistema skeletb. Sistema muscularc. Sistema nurvorum

2. Perangkat pendukung geraka. Sistema hemob. Sistema respirasic. Sistema kardiovaskular

3. Perangkat pemulih/pemeliharaa. Sistema digestivusb. Sistema

Gambar 2.2

http://www.flammerouge.je/content/3_factsheets/constant/anaerobic.htm

Pengolahan energi aerob, juga diwujudkan oleh otot sebagai sistem kerja

primer, akan tetapi lamanya berlangsung tergantung pada kemampuan fungsional

sistem kerja sekunder dalam memasok oksigen sehingga tanpa peran serta

respiratori yang baik artinya tanpa peran serta sistem kerja ini

pengolahan aerob tidak mungkin terlaksana dan aktivitas kerja otot, tulang dan

persendian akan terhenti. Semakin tinggi kemampuan fungsi dari

jantung dan pembuluh darah serta pernafasan maka semakin mampu bertahan

untuk menampilkan kerja pada otot-otot, tulang dan persendiannya.

Sistem Kerja (Ergo system) fungsi tubuh terdiri dari tiga bagian

Santosa (2007:101) yaitu :

Perangkat pelaksana gerak : Sistema skelet Sistema muscular Sistema nurvorum

Perangkat pendukung gerak Sistema hemo-hidri-limfatik Sistema respirasi Sistema kardiovaskular

Perangkat pemulih/pemelihara Sistema digestivus Sistema termoregulasi

20

http://www.flammerouge.je/content/3_factsheets/constant/anaerobic.htm

Pengolahan energi aerob, juga diwujudkan oleh otot sebagai sistem kerja

primer, akan tetapi lamanya berlangsung tergantung pada kemampuan fungsional

oksigen sehingga tanpa peran serta

artinya tanpa peran serta sistem kerja ini

pengolahan aerob tidak mungkin terlaksana dan aktivitas kerja otot, tulang dan

persendian akan terhenti. Semakin tinggi kemampuan fungsi dari sistem kerja

jantung dan pembuluh darah serta pernafasan maka semakin mampu bertahan

otot, tulang dan persendiannya.

Sistem Kerja (Ergo system) fungsi tubuh terdiri dari tiga bagian seperti yang

Page 8: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

21

c. Sistema ekskresi d. Sistema reproduksi

Adanya sistem energi anaerobik memungkinkan manusia melakukan aktifitas

fisik dengan intensitas tinggi, jauh lebih tinggi dari energi maksimalyang dapat

dihasilkan secara aerobik.

C. Hakikat Metode Latihan

Pengertian latihan menurut Dikdik (2010:4) adalah suatu proses aktivitas

tubuh yang dilakukan secra sistematis, bertahap, terus-menerus,dan beban

aktivitasnya meningkat teratur. Kemudian Harsono (1988:101) menjelaskan

bahwa, "Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja,

yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah

beban latihan atau pekerjaanya". Latihan adalah suatu proses yang sistematis

secara berulang-ulang, secara tetap dengan selalu memberikan peningkatan beban.

(http://rosy46nelli.wordpress.com/2009/12/21/prinsip-dasar-latihan-daya-tahan-

umum,Senin 07 Maret 2011)

Kemudian Giriwijoyo (1992:78) mengemukakan :

Latihan adalah upaya sadar yang dilakukan secara berkelanjutan dan

sistematis untuk meningkatkan kemampuan fungsional raga yang sesuai dengan

tuntutan penampilan cabang olahraga itu, untuk dapat menampilkan mutu tinggi

cabang olahraga itu pada aspek kemampuan dasar maupun pada aspek

kemampuan keterampilannya.

Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa latihan merupakan suatu

proses yang sistematis dari suatu kegiatan, yang dilakukan secara berulang-ulang,

dengan kian hari kian menambah jumlah beban/tugas untuk mencapai tujuan

Page 9: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

22

tertentu.

Lebih lanjut dijelaskan tentang tujuan latihan dan pembentukan kondisi

fisik oleh Galih Rosydian Syah (2009), dalam alamat

(http://rosy46nelli.wordpress.com/2009/12/21/prinsip-dasar-latihan-daya-tahan-

umum/Senin07 Maret 2011) :

a. Tujuan Pokok dari Latihan

Tujuan pokok dari latihan adalah prestasi maksimal di samping kesehatan serta kesegaran jasmani bagi atlet. Sesuai dengan tujuannya maka urutan penekanan latihan sebagai berikut :

1. Pembentukan kondisi fisik (Physical build up).Unsur-unsur yang harus di bentuk dan dikembangkan meliputi.

1. Kekuatan (strength) 2. Kecepatan (speed) 3. Daya tahan (endurance) 4. Kelincahan (agility) 5. Kelentukan (flexibility) 6. Kecepatan (accuracy) 7. Keseimbangan dan koordinasi 8. Pembentukan Teknik (Technical Build Up) 9. Pembentukan Taktik (Tactical Builp Up) 10. Pembentukan Mental (Mental Build Up) 11. Pembentukan Kematangan Juara

Berdasarkan pada definisi metode dan latihan, maka yang dimaksud

dengan metode latihan adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk

mencapai tujuan melalui proses yang sistematis dan berulang-ulang, dengan kian

hari kian menambah jumlah beban atau tugasnya. karena aktivitas yang dilakukan

merupakan aktivitas olahraga, maka metode latihan yang digunakan merupakan

metode yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam suatu cabang

olahraga. Berkaitan dengan hal ini Ozolin yang dikutip oleh Harsono (1988:110)

Page 10: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

23

menjelaskan,

Agar aktivitas-aktivitas motorik yang khusus mempunyai pengaruh yang baik terhadap latihan, maka latihan harus didasarkan pada dua hal, yaitu a) melakukan latihan-latihan yang khas bagi cabang olahraga spesialisasi tersebut, misalnya pemain voli melakukan latihan-latihan yang khas untuk meningkatkan keterampilan bermain voli, b) melakukan latihan-latihan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan biomotorik yang dibutuhkan oleh cabang olahraga tersebut, misalnya latihan-latihan fisik yang khas untuk cabang olahraga tersebut.

Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan suatu metode

latihan berkaitan langsung dengan aspek-aspek latihan yang akan dikembangkan,

seperti aspek fisik, teknik, taktik dan mental.

D. Metode Latihan Kemampuan Dinamis Anaerobik

Daya tahan adalah keadaan kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja

dalam waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang erlebihan setelah

menyelesaikan pekerjaan tersebut, Harsono (1988: 155).

Menurut Bompa (Iman Imanudin 1983:159) sebagai berikut :

Untuk melatih meningkatkan kemampuan anaerobik dasarnya dari latihan daya tahan, tingkat yang lebih tinggi dari daya tahan adalah komponen fisik yang disebut stamina ( atau kemampuan anaerobik )yan g tinggi akan dapat bekerja lebih lama sebelum mencapai oxygen-debt-nya, selain itu dia juga bisa pulih kembali (recover) ke keadaan semula lebih cepat. Bompa (Iman Imanudin 1983:159).

Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan fungsional otot harus sesuai dengan mekanisme fisiologi pengembangan kemampuan fungsionalnya. Oleh karena itu harus memahami apa yang menjadi rangsangnya dan bagaimana mekanisme terjadinya perangsangan. Rangsang untuk meningkatkan kemampuan anaerobik ialah kondisi anaerobik yang terjadi oleh karena adanya ischaemia (kekurangan darah) di dalam otot. Ischaemia terjadi oleh karena pembuluh-pembuluh darah di dalam otot terjepit ketika terjadi kontraksi isometric.

(http://pkr-ikor.com/?file=artikel&mode=lengkap&id=106,Selasa15 Maret 2011)

Page 11: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

24

Selanjutnya Entang Hermanu dalam Jurnal Kepelatihan Olahraga, (2010 : 28 )

menjelaskan sebagai berikut :

Untuk meningkatkan kemampuan dinamis anaerobik alaktasid menggunakan sistem energi ATP-PC, berperan dalam gerakan-gerakan yang bersifat explosive (contoh melalui 20 m sprint). Masih terdapat kontroversi mengenai apakah tipe otot dapat berubah, kecendrungan lebih banyak berpihak kepada tipe-tipe ototyag bersifat keturunan, sehingga kecil kemungkinan terjadinya perubahan tipe otot. Namun pelatihan masih memungkinkan terjadinya peningkatanjumlah dan kecepatan resintesa ATP oleh sistem ATP-PC, dengan bertambahnya enzim-enzim myosin ATPase yang menyebabkan terjadinya peningkatan fungsi dinamis anaerobik alaktasid yang disebabkan oleh pelatihan kekuatan dinamis melalui latihan harness.

Dengan demikian kapasitas anaerobik merupakan batas kemampuan maksimal

primer artinya faktor inilah yang menentukan terhentinya aktivitas fisik oleh

karena merupakan kelelahan.

Olahraga anaerobik biasanya berkaitan dengan tahap awal dari olahraga, atau semacam rentetan pendek dari pengerahan tenaga intens, dimana glikogen atau gula dikonsumsi tanpa oksigen. Olahraga ini ditandai dengan peningkatan kecepatan atau dengan usaha yang lebih besar. Olahraga anaerobik membakar lebih banyak kalori, membutuhkan oksigen yang lebih besar dimana oksigen tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk sel-sel dalam membakar lemak. Oleh karenanya gerakan anaerobik menyebabkan peningkatan laju metabolisme tubuh. ( http://sehat-bugar-selalu.blogspot.com/2010/12/aerobik-olaharaga-aerobik-dan-anaerobik.html,Senin,14Maret 2011)

Demikian mengapa terjadi keadaan yang relatif anaerobik bila

frekuensi pengulangan kontraksi otot adalah maximal atau melebihi maximal. Jawaban otot untuk memperkecil keadaan relatif anaerobik ini ialah kapilarisasi dalam otot dan penambahan mitochondria dalam sel-sel otot. Demikianlah maka kontraksi isotonik singkat yang berulang cepat akan memperbesar aliran darah (keadaan aerobik) dalam otot yang bersangkutan, yang merupakan keadaan yang sebaliknya dari kontraksi isometrik, walaupun pada frekuensi maximal atau melebihi maximal terjadi keadaan yang relatif anaerobik. Oleh karena itu pada latihan untuk meningkatkan daya tahan dinamis otot, kontraksi isotonik berulang itu haruslah pada frekuensi seoptimal mungkin agar olahdaya anaerobik yang

Page 12: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

25

terjadi dapat sebanyak mungkin diimbangi oleh keadaan aerobik yang diciptakannya.

(http://pkr-ikor.com/?file=artikel&mode=lengkap&id=106,Selasa15 Maret 2011)

E. Hakikat Pelatihan Harness

Latihan Harness (Sled Harness). Isitilah ini digunakan oleh para atlet

ketika latihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kecepatan, kekuatan

(strength) dan daya tahan (endurance) seperti yang dikemukakan oleh Todd

Wilson (2006), David J. Polit (2003), yang dikutif dari artikel Dikdik (2011:5).

Latihan ini merupakan latihan yang bersifat kekuatan, karena ketika melakukan

gerakan memanfaatkan beban yang harus ditarik setelah diikatkan dengan tali

pinggang. Jadi latihan harness adalah bentuk latihan kekuatan yang bersifat

dinamis.

Dalam proses latihan seperti lari, dapat ditentukan ke dalam beberapa

kategori pencapaian pengembangan seperti, mengembangkan kemampuan

kecepatan gerak ke depan (speed), mengembangkan daya tahan kecepatan (speed

endurance), mengembangkan daya tahan laktasid, mengembangkan kapasitas

aerobik, dan mengembangkan kemampuan daya tahan aerobik, (Jurnal

Kepelatihan Olahraga, 2010:22).

Pelatihan Harness adalah pelatihan yang secara referensi secara spesifik

masih sangat sedikit. Prinsip pelatihan Harness menerapkan prinsip latihan

kekuatan yang dinamis. Pengertian pola Latihan Harness adalah pola latihan yang

dilakukan dengan menggunakan alat bantu sebagai tahanan ketika gerakan lari

Page 13: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

26

atau bentuk latihan akselerasi, power, dan juga daya tahan. Pola ini merupakan

pola latihan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan untuk bergerak

cepat dalam bentuk speed, agility maupun quickness, kemampuan kekuatan

dinamis yang eksplosif, serta juga kemampuan dalam merubah arah, seperti yang

dikemukan oleh Burry Gowen bahwa “…develop maximum strength and power

for running with resistance and change of direction”. Selain itu juga kemampuan

daya tahan jika dilakukan dengan eksekusi lambat dan dipertahankan dalam durasi

yang panjang sesuai dengan prinsip pelatihan daya tahan.

Gambar 2.3 Pelatihan Harness

http://www.workoutz.com/exercise/running_with_power_speed_harness

Frank W. Dick menjelaskan tentang manfaat dari hasil latihan harness

adalah untuk sprint drive, seperti contoh heavy harness sprints exercise from

crouch over 30m - 40m x 3 – 4 repetition, dan juga Sprint Stride melalui latihan

dengan” light harness from rolling start—fast over 30m x 3 – 4repetition”.

Keuntungan lainnya adalah : meningkatkan daya tahan kekuatan yang manfaatnya

“… used to develop the athlete's capacity to maintain the quality of their muscles'

contractile force”.

Oleh karena itu, latihan tahanan dengan harness adalah ideal untuk

mengembangkan kemampuan maksimal akan stamina atlet, daya tahan kekuatan

Page 14: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

27

dan power ketika berlangsungnya gerakan dalam bentuk/postur yang ideal ketika

berlari. Bentuk latihan harnes dapat dilakukan dalam jarak pendek maupun jarak

yang lebih panjang, hal ini tergantung pada pencapaian tujuan latihan.

Selanjutnya dijelaskan oleh Entang Hermanu,(2010: 23 ) dalam buku

jurnal kepelatihan olahraga yaitu:

Latihan harness adalah bentuk latihan yang diketahui cukup bagus untuk lari sprint, sampai saat ini, latiahan harness afektif dalam meningkatkan kemampuan daya tahan kecepatan (speed endurance). Hal ini di asumsikan bahwa semua bentuk latihan kekuatan maksimal, power, dan daya tahan kekuatan dapat dikembangkan melalui pelatihan harness. Artinya bahwa latihan kekuatan dapat dikembangkan melalui latihan dengan beban (weight training) dan juga dengan beban alami (natural loads) yang berdasarkan pada konsep gerak lari cepat seperti pelatihan harness.

Pelatihan Harness ini relatif jarang dilakukan dalam pelatihan fisik di

Indonesia. Ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti beberapa pelatih yang belum

memahami manfaat dari pelatihan harness, peralatan yang dirasakan sulit untuk

ditemukan karena kurangnya kreativitas/seni dalam melatih, keraguan akan

pelaksanaan kegiatan pelatihan ini, dan bagaimana variasi dari latihan harness

tersebut. Alat untuk pelatihan harness dapat dimodifikasi dengan menggunakan

ban mobil bekas dengan berat yang disesuaikan dengan kebutuhan atlet. adapun

alat pelatihan harness terbuat dari :

1. Ban mobil

2. Tali atau tambang

3. Sabuk

4. Kait atau pengikat

5. Ring untuk ban

Page 15: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

28

6. Ring untuk sabuk

Ban mobil sabuk

tali/tambang

Kait & ring kait & ring

Gambar 2.4

Alat Untuk Pelatihan Harness

Cara membuat harness, diantaranya sebagai berikut :

• Pertama lubangi ban dengan menggunakan solder,

• Potong tali atau tambang sepanjang 5 meter atau sesuaikan dengan

kebutuhan,

• Hubungkan antara ban dengan tambang menggunakan kait atau pengikat,

• Terakhir hubungkan tambang dengan sabuk menggunakan ring dan kait.

Page 16: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

29

Gambar 2.5. Gerakan Harness

(http://www.workoutz.com/exercise/running_with_power_speed_harness)

F. Bentuk-bentuk Latihan Harness

Latihan harness merupakan bentuk latihan yang memanfaatkan alat

pembebanan dalam melakukan gerak lari. Latihan ini dilakukan untuk membantu

mengembangkan kemampuan kecepatan, daya tahan kecepatan, kelincahan,

kekuatan, daya tahan kekuatan, power, daya tahan.

Selanjutnya Dikdik Zafar Sidik (2011: 5) menjelaskan bentuk-bentuk

latihan harness dapat disesuaikan dengan kebutuhan tujuan latihan, yaitu :

a. Koordinasi ABC’S (Acceleration-Balance-Coordination’Speed) seperti : angkling, short straight fast leg, heel butt kick, high knee,clawing,side step turn forward, side step turn backward,pops ups, dan lain-lain dengan berbagai arah kedepan, belakang, samping, kanan, samping kiri, atau diagonal.

b. Bentuk latihan lari sprint (ke depan atau belakang), jarak 10-30 meter, c. Bentuk latihan kelincahan, seperti : zigzag run, shuttle run, dodging,

side step cross over. Carrioca, dan lain-lain sesuai dengan ciri dari latihan kelincahan,

d. Bentuk-bentuk latihan kecepatan aksi-reaksi yang diawali dengan aba-aba dan dilanjutkan dengan gerakan akselerasi atau gerakan kelincahan. Latihan menggabungkan gerakan Q-A-S, Q-S-A, S-A-Q, S-Q-A, A-S-Q, ATAU A-Q-S.

Bentuk latihan harness dapat dilakukan dalam jarak pendek maupun jarak

yang lebih panjang. Hal ini tergantung pada pencapaian tujuan latihan dengan

bentuk latihan yang bermacam-macam, diantaranya seperti :

1. Bentuk latihan harness untuk koordinasi

• Angkling/Skiping

• Short Stright Fast Leg

• Heel Butt Kick

Page 17: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

30

• High Knee

• Low Pop Ups

• High Pop Ups

• 2 step forward+arm swing

• High Knee and turn inside

• High Knee and turn outside

2. Bentuk latihan harness untuk speed / akselerasi

• Sprint (depan,belakang)

• Start-sprint (akustik)

• Start-sprint (optik)

• Start-sprint (St.start)

• Start-sprint (Lying start)

• Start-sprint (Push ups start)

3. Bentuk latihan harness untuk speed endurance

• Interval sprint

4. Bentuk latihan harness untuk agility/kelincahan

• Zigzag sprint

• Carrioca (ka/ki)

• Side step (ka/ki)

• Step foward (ka/ki)

5. Bentuk latihan harness untuk power

• Speed bounding (lari kijang)

• Jump in place and sprint

Page 18: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

31

• Speed bounding and sprint

• Jumping harness

6. Bentuk latihan harness untuk daya tahan

• Running back to back

• Running 8,10,12 menit

Berikut ini adalah gambar dari gerakan-gerakan Pelatihan Harness :

Gambar 2.6

Bentuk Latihan Kecepatan (Speed)

Page 19: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

32

Gambar 2.7

Bentuk Latihan Daya Tahan (Endurance)

Gambar 2.8

Bentuk Latihan Agility (Side Step)

G. Dampak Pelatihan Harness

Berdasarkan pengertian pola Latihan Harness adalah pola latihan yang

dilakukan dengan menggunakan alat bantu sebagai tahanan ketika gerakan lari

atau bentuk latihan akselerasi, power, dan juga daya tahan. latihan tahanan

dengan harness mempunyai dampak ideal untuk mengembangkan kemampuan

maksimal akan stamina atlet, daya tahan kekuatan dan power ketika

Page 20: BAB II A.a-research.upi.edu/operator/upload/s_por_0704308_chapter2(1).pdf · c. Sistema kardiovaskular 3. Perangkat pemulih/pemelihara a. Sistema digestivus b. Sistema Gambar 2.2

33

berlangsungnya gerakan dalam bentuk/postur yang ideal ketika berlari. Bentuk

latihan harness dapat dilakukan dalam jarak pendek maupun jarak yang lebih

panjang, hal ini tergantung pada pencapaian tujuan latihan.

Maka dari itu pelatihan harness sangat membantu untuk meningkatkan

latihan kekutan otot, terutama otot tungkai.