peraturan kepala badan pemelihara keamanan...
TRANSCRIPT
PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 01 TAHUN 2012
TENTANG PELETON PENGURAI MASSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa peletonpengurai massa merupakan salah satu
pelaksana tugas fungsi Samapta Bhayangkara dalam rangka
melakukan kegiatan mengurai massa terhadap segala bentuk
rusuh massa yang bersifat anarki;
b. bahwa dalam pelaksanaannyakegiatan peleton pengurai
massa menggunakan sarana pendukung operasional berupa
kendaraan pengurai massadan kelengkapannya sehingga
personel yang mengawaki dapat bertindak secara
cepatdengan hasil yang maksimal;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Kepala
Badan Pemelihara Keamanan Kepolisian Negara Republik
Indonesiatentang PeletonPengurai Massa;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4168);
2. PeraturanKepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam
Tindakan Kepolisian;
3. Peraturan …..
2
3. PeraturanKepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa;
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIATENTANGPELETONPENGURAI MASSA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah
alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
2. Samapta Bhayangkara yang selanjutnya disingkat Sabhara adalah salah satu
fungsi yang merupakan bagian dari fungsi-fungsi yang ada di Polri.
3. Kepala Kesatuan Kewilayahan yang selanjutnya disingkat Kasatwil adalah
pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah Kecamatan, Kabupaten/Kota
dan Provinsi.
4. Tindakan Kepolisian adalah upaya paksa dan/atau tindakan lain yang
dilakukan secara bertanggung jawab menurut hukum yang berlaku untuk
mencegah, menghambat, atau menghentikan anarki atau pelaku kejahatan
lainnya yang mengancam keselamatan, atau membahayakan jiwa raga, harta
benda atau kehormatan kesusilaan, guna mewujudkan tertib dan tegaknya
hukum serta terbinanya ketenteraman masyarakat.
5. Keamanan. . .
3 5. Keamanan dan ketertiban masyarakat yang selanjutnya disingkat Kamtibmas
adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat
terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya
tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman yang mengandung
kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala
bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat
meresahkan masyarakat.
6. Peleton Pengurai Massa yang selanjutnya disingkat Tonraimas adalah
Peleton Sabhara yang bertugas mengurai/membubarkan/menceraiberaikan
dan melokalisirmassa yang melakukan tindakan anarki sehingga
mengganggu Kamtibmas berfungsi sebagai kekuatan penindak tahap awal
dan berperan sebagai stabilisator anarki.
7. Anarki adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja atau terang-terangan
oleh seseorang atau sekelompok orang yang bertentangan dengan norma
hukum yang mengakibatkan kekacauan, membahayakan keamanan umum,
mengancam keselamatan jiwa dan/atau barang, kerusakan fasilitas umum
atau hak milik orang lain.
8. Kendaraan Pengurai Massa yang selanjutnya disingkat Ranraimas adalah
kendaraan roda dua (sepeda motor) yang digunakan sebagai sarana
pendukung operasional untuk melaksanakan tugas
mengurai/membubarkan/menceraiberaikan dan melokalisir kekuatan massa
yang mengganggu Kamtibmas.
9. Mengurai massa adalah tindakan kepolisian untuk memecah dan
melemahkan konsentrasi sertakekuatan massamenjadi kelompok-kelompok
yang lebih kecil.
10. Kewajiban umum adalah kewajiban yang diberikan kepada anggota Polri
sesuai kewenangannya untuk bertindak atau tidak bertindak menurut
penilaian sendiri untuk menjaga, memelihara ketertiban dan menjamin
keselamatan umum.
11. Diskresi kepolisian adalah tindakan anggota kepolisian berwenang mengambil
keputusan dalam situasi tertentu yang membutuhkan pertimbangan sendiri
demi kepentingan umum.
12. Kendali. . .
4 12. Kendali taktis adalah pengendalian oleh Kepala Kesatuan Kewilayahan yang
berwenang mengatur segala tindakan Tonraimas di lokasi.
13. Kendali teknis adalah pengendalian oleh pejabat Pembina fungsi atau
pimpinan Tonraimas yang bertanggung jawab atas teknis pelaksanaan tugas
di lokasi.
14. Acara Arahan Pimpinan yang selanjutnya disingkat AAP adalah kegiatan yang
dilakukan oleh kendalitaktis dan teknis berupa pemberian arahan kepada
seluruh anggota Polri sebelum diterjunkan ke lapangan untuk melaksanakan
tugas.
Pasal 2
Peraturan ini bertujuan untuk memberikan pedoman kepada personel Polri dalam
melaksanakan tugas penanganan kerusuhan massa dan/atau anarki guna
mengantisipasi dan mengurangi dan/atau menghilangkan dampak yang dapat
mengganggu stabilitas Kamtibmas.
Pasal 3
Prinsip-prinsip peraturan ini meliputi:
a. Legalitas; semua tindakan Kepolisian harus sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku;
b. Nessesitas; penggunaan kekuatan dapat dilakukan bila memang diperlukan
dan tidak dapat dihindarkan berdasarkan situasi yang dihadapi;
c. Proporsionalitas; penggunaan kekuatan harus dilaksanakan secara seimbang
antara ancaman yang dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon anggota
Polri, sehingga tidak menimbulkan kerugian/korban/penderitaan yang
berlebihan;
d. Preventif; tindakan kepolisian mengutamakan pencegahan;
e. Reasonable; tindakan kepolisian diambil dengan mempertimbangkan secara
logis situasi dan kondisi dari ancaman atau perlawanan pelaku kejahatan
terhadap petugas atau bahayanya terhadap masyarakat.
BAB II. . .
5 BAB II
PELAKSANAAN
Bagian Pertama Bentuk, sifat, pelaku dan akibat anarki
Pasal 4
(1) Bentuk Ancaman Gangguan (AG) yang dapat menjadi perbuatan anarki
berupa:
a. membawa senjata (api, tajam);
b. membawa bahan berbahaya (padat, cair dan gas);
c. membawa senjata/bahan berbahaya lainnya (ketapel, kejut); dan/atau
d. melakukan tindakan provokatif (menghasut).
(2) Bentuk Gangguan Nyata (GN) yang dapat menjadi perbuatan anarki berupa:
a. perkelahian massal;
b. pembakaran;
c. perusakan;
d. pengancaman;
e. penganiayaan;
f. pemerkosaan;
g. penghilangan nyawa orang;
h. penyanderaan; i. penculikan;
j. pengeroyokan;
k. sabotase;
l. penjarahan;
m. perampasan;
n. pencurian; dan/atau
o. melawan/menghina petugas dengan menggunakan atau tanpa
menggunakan alat dan/atau senjata.
Pasal . . .
6 Pasal 5
Sifat anarki antara lain:
a. agresif;
b. spontan;
c. sporadis;
d. sadis;
e. menimbulkan ketakutan;
f. brutal;
g. berdampak luas; dan
h. pada umumnya dilakukan secara massal.
Pasal 6
Pelaku anarki berupa:
a. perorangan, dengan mengabaikan peraturan yang ada, dan berdampak luas
terhadap stabilitas Kamtibmas; dan/atau
b. kelompok atau kolektif, baik yang dikendalikan/digerakkan oleh seseorang
maupun tidak dikendalikan oleh seseorang namun dilakukan secara bersama-
sama, dan berdampak luas terhadap stabilitas Kamtibmas.
Pasal 7
Akibat dari anarki dapat menyebabkan terjadinya:
a. kerugian jiwa dan harta benda yang berpengaruh terhadap stabilitas
Kamtibmas atau meresahkan masyarakat luas atau keselamatan masyarakat;
b. gangguan terhadap stabilitas Kamtibmas yang menyebabkan fungsi
pemerintahan maupun aktivitas keseharian masyarakat tidak dapat
berlangsung dengan lancar; dan
c. gangguan terhadap operasionalisasi dan fungsi suatu institusi tertentu, baik
swasta maupun pemerintah.
Bagian. . .
7 Bagian Kedua
Pelaksana, konfigurasi, persyaratan Tonraimas dan bentuk-bentuk sasaran
Pasal 8
(1) Pelaksana kegiatan Tonraimasbeserta konfigurasinya adalah personel
Sabhara yang ada di satuan Dalmas Polda dan Polres.
(2) Tonraimas merupakan peleton khusus yang dapat bertugas secara mandiri
dengan atas perintah atau menjadi bagian dari satuan Dalmas.
Pasal 9
(1) Konfigurasi Tonraimas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
a. konfigurasi Personel; dan
b. konfigurasi peralatan.
(2) Konfigurasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pasal 10
Persyaratan Personel Tonraimas meliputi:
a. memiliki kualifikasi kemampuan sesuai persyaratan personel Dalmas;
b. mahir mengemudikan kendaraan bermotor roda dua;
c. memiliki Surat Izin Mengemudi Golongan C;
d. mampu menggunakan peralatan perorangan;
e. mampu mengoperasionalkan peralatan Flash Ball; dan
f. mampu menembak dengan sasaran statis maupun sasaran berjalan.
Pasal 11
Bentuk-bentuk sasaranyang menjadi objek penugasan Tonraimasmeliputi:
a. kelompok massa yang melakukan tindakan mengarah anarki dan dapat
mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. bendadan/atau peralatan yang digunakan oleh massa untuk melakukan
anarki; dan
c. lokasi dan/atau tempat terjadinya anarki.
Bagian. . .
8 Bagian Ketiga Cara Bertindak
Paragraf Satu
Pasal 12
Tindakan yang dilakukan oleh Ton Raimas berdasarkan:
a. pertimbangan manfaat dan resiko dari tindakannya;
b. kepentingan organisasi Polri;
c. kepentingan umum.
Paragraf Kedua Tahap Persiapan
Pasal 13
(1) setelah menerima pemberitahuan adanya rusuh massa, maka kendali taktis
maupun teknis segera melakukan kegiatan persiapan dan memberikanAAP.
(2) kegiatan persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. menyiapkan surat perintah;
b. menyiapkan kekuatan personel yang mengawaki Ranraimas;
c. melakukan pengecekan jumlah personel, kendaraan, perlengkapan
dan peralatan perorangan;
d. menyiapkan/menentukan rute menuju objek/TKP;
e. menentukan sistem komunikasi Tonraimas secara berjenjang; dan
f. menentukan formasi peleton pada saat akan berangkat menuju ke
sasaran yaitu membentuk formasi berbanjar dua atau membentuk
formasi situasional dengan satu unit menjadi ujung tombak (cucuk).
(3) AAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. memberikan gambaran situasi tentang kondisi akhir yang terjadi di
objek/TKP kerusuhan;
b. menentukan pola tindak/urutan tindakan yang akan dilakukan dalam
mengurai massa;
c. menentukan formasi yang akan dilakukan dalam menghadapi dan
melakukan tindakan mengurai/memecah belah konsentrasi massa;
d. mematuhi. . .
9 d. mematuhi larangan dan kewajiban yang dilakukan oleh anggota
Raimas; dan
e. setelah AAP Tonraimas menuju sasaran.
Pasal 14
Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf d adalah:
a. bersikap arogan dan mudah terpancing emosi oleh perilaku massa;
b. melakukan tindakan kekerasan;
c. membawa peralatan selain peralatan dan kelengkapan Raimas;
d. melakukan pengejaran secara perorangan tanpa ada perintah dari
pimpinannya;
e. mengeluarkan kata-kata kotor, pelecehan seksual/perbuatan asusila dan
mencaci maki massa;
f. melakukan perbuatan lainnya yang melanggar peraturan perundang-
undangan; dan
g. menggunakanRanraimas untuk kepentingan pribadi dan tidak sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya.
Pasal 15
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf d adalah :
a. senantiasa menggunakan perlengkapan perorangan yang ditentukan;
b. bergerak dalam ikatan peleton;
c. melakukan pemeliharaan dan perawatan kendaraan Raimas yang digunakan;
d. menjunjung tinggi hak asasi manusia;
e. melaksanakan penguraian/pencerai beraian massa sesuai dengan ketentuan;
f. setiap pergerakan dan tindakan Tonraimasharus atas dasar perintah
pimpinan lapangan (Dantonraimas);
g. melindungi jiwa raga dan harta benda;
h. tetap menjaga dan mengembalikan situasi menjadi kondusif;
i. patuh dan taat kepada perintah pimpinan lapangan yang bertanggung jawab
sesuai tingkatannya; dan
j. menaati peraturan lalulintas dan perundang-undangan lainnya.
Paragraf. . .
10 Paragraf Ketiga
Tahap Pelaksanaan
Pasal 16
Tindakan yang dilakukan Tonraimas di lokasi/sasaranadalah sebagai berikut:
a. memakai masker gas sebelum masuk ke dalam lokasianarki;
b. membentuk formasi bersaf menghadap kearah massa yang sedang
melakukan aksi anarki;
c. membagi Tonraimasmenjadi dua kelompok dan masing-masing membentuk
formasi bersaf menghadap kearah massa;
d. memberikan himbauan kepada massa untuk menghentikan tindakannya dan
membubarkan diri, sebagaimana tercantumdalam lampiran yang tidak
terpisahkan dari peraturan ini;
e. melakukan tembakan gas air mata, apabila massa tidak mengindahkan
himbauan;
f. mendorong massa kearah yang menurut penilaian petugas merupakan
daerah aman sambil menunggu datangnya pasukan bantuan;
g. melakukan penangkapan terhadap pelaku apabila memungkinkan;
h. meninggalkan sasaran untuk melakukan konsolidasi apabila situasi telah
terkendali; dan
i. melaporkan semua rangkaian kegiatan kepada Kasatwil.
Paragraf Keempat Tahap Pengakhiran
Pasal 17
Tahap pengakhiran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. kendali taktis dan teknis melakukan konsolidasi dengan kegiatan pengecekan
terhadap kekuatan personel dan kondisi akhir peralatan yang digunakan;
b. setelah selesai melaksanakan tugas maka Tonraimas segera kembali keinduk
satuan dengan tertib.
Bagian. . .
11 Bagian Kelima
Koordinasi dan pengendalian
Pasal 18
(1) Dalam pelaksanaan kegiatan penguraian massa, Dantonraimas dapat
melakukan koordinasi dengan Satuan FungsiKepolisian lainnya guna
mendukung pelaksanaan tugasnya; dan
(2) Kasatwil dapat melakukan koordinasi dengan Satuan kewilayahan terdekat
dan instansi terkait lainnya untuk mencapai hasil yang maksimal.
Pasal 19
(1) Pejabat yangberwenang dalam pengendalian adalah:
a. Tingkat Provinsi berada pada Kapolda;
b. Tingkat Kabupaten/Kota berada pada Kapolres; dan
c. Tingkat Kecamatan berada pada Kapolsek.
(2) Dirsabhara Polda/Kasatsabhara Polres bertanggung jawab secara teknis
penggunaan Tonraimas yang berada di wilayahnya; dan
(3) Dantonraimasbertanggung jawab secara teknispada saat dan setelah
kekuatan digunakan.
Bagian Keenam Ketentuan Lain
Pasal 20
(1) Susunan kekuatan personel yang mengawaki kendaraan pengurai massa
terdiri dari tingkat peleton;
(2) Susunan kekuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran yang tak terpisahkan dari Peraturan ini.
BAB III. . .
12 BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Peraturan Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
padatanggal 12 Januari 2012
KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN POLRI,
Ttd Drs. IMAM SUDJARWO, M.Si.
KOMISARISJENDERAL POLISI
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 21 Februari 2012
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
Drs. TIMUR PRADOPO JENDERAL POLISI
REGISTRASI SETUM POLRI NOMOR 4 TAHUN 2012
12 Januari 2012
13
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PELETON PENGURAI MASSA
14
DAFTAR ISI A. KONFIGURASI PERSONEL DAN PERALATANPELETON PENGURAI
MASSA.
B. HIMBAUAN PELETON PENGURAI MASSA SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DALAM PASAL 15 HURUF d.
15
A. KONFIGURASI PERSONELDAN PERALATAN
PELETON PENGURAI MASSA
1. konfigurasi personel Tonraimas berjumlah tigapuluh orang terdiri dari:
a. Danton berpangkat Inspektur;
b. pengemudi kendaraan Raimas: lima belas orang;
c. operator/penembak: empat belas orang.
2. konfigurasi peralatanTonraimasterdiri dari:
a. peralatan satuan:
1. Ranmor roda dualima belasunit;
2. helm tiga puluh buah;
3. rompi pelindung badan tiga puluh set;
4. sarung tangan kulit tiga puluh pasang;
5. pengeras suara (Megaphone) satu unit;
6. flash ballempat belas pucuk danmunisinya;
7. pesawat Handy Talky (HT) satu unit; dan
8. masker gas tiga puluh buah;
b. perlengkapan perorangan:
1. pakaian PDL 1A;
2. tongkat “T”; dan
3. borgol.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Januari 2012
KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN POLRI,
Ttd
Drs. IMAM SUDJARWO, M.Si. KOMISARIS JENDERAL POLISI
2
16
B. HIMBAUAN PELETON PENGURAI MASSA
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 15 HURUF d
PERHATIAN-PERHATIAN
ATAS NAMA UNDANG-UNDANG KAMI SELAKU ANGGOTA KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENGHIMBAU KEPADA SAUDARA-SAUDARA
SEKALIAN:
1. HENTIKAN KEGIATAN SAUDARA-SAUDARA;
2. SAYA ULANGI HENTIKAN KEGIATAN SAUDARA-SAUDARA;
3. APABILA SAUDARA-SAUDARA TIDAK MAU MENGHENTIKAN KEGIATAN
YANG SAUDARA-SAUDARA LAKUKAN MAKA KAMI AKAN MELAKUKAN
TINDAKAN TEGAS;
4. KAMI AKAN MELAKUKAN TINDAKAN TEGAS SETELAH HITUNGAN
MUNDUR MULAI DARI: LIMA, EMPAT, TIGA, DUA, SATU.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Januari 2012
KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN POLRI,
Ttd
Drs. IMAM SUDJARWO, M.Si. KOMISARIS JENDERAL POLISI
3