bab ii
DESCRIPTION
Petrologi Batuan EkstrusifTRANSCRIPT
3
BAB II
BATUAN BEKU EKSTRUSI
A. Definisi Batuan Beku Ekstrusi
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut.
Batuan ekstrusif terdiri atas semua material yang dikeluarkan ke
permukaan bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan laut. Material ini
mendingin dengan cepat,ada yang berbentuk padat, debu atau suatu larutan yang
kental dan panas, cairan ini biasa disebut dengan lava (Graha, 1987).
Lava merupakan magma yang telah keluar dari kerak bumi. Ada 2 tipe
magma yaitu magma asam dan magma basa. Magma basa mengandung silika
yang rendah dan viskositas relatif rendah. Magma basa yang telah keluar ke
permukaan bumi sebagai lava basaltis. Sedangkan magma asam yang telah keluar
ke permukaan bumi sebagai lava asam yang memilki kandungan silika tinggi dan
juga memiliki viskositas relatif tinggi (Graha, 1987).
Sedangkan campuran antara batuan dengan butiran halus yang sering
berasosiasi dengan batuan vulkanik disebut batuan piroklastik. Percampuran dari
fragmen batuan yang besar dengan lava dan debu vulkanik, sehingga membentuk
agglomerate. Dan dari butiran halus seperti debu dan fragmen batuan maka akan
membentuk tuff (Graha, 1987).
4
B. Tipe-tipe Lava yang membentuk Batuan Beku Ekstrusi
Lava adalah magma yang keluar dari permukaan bumi. Tingkat viskositas
lava akan mempengaruhi morfologi dari aliran lava yang dibentuknya. Ada 2 tipe
lava yang umum membentuk batuan beku ekstrusif. Diantaranya yaitu :
1. Lava Basaltik
Merupakan lava yang bersifat basa dengan ciri kandungan silika yang
rendah dan viskositasnya juga relatif rendah. Lava basaltik ini muncul di
permukaan bumi melalui celah yang berhubungan langsung dengan bagian dalam
bumi dan setelah mencapai permukaan, lava ini akan mengalir, menyebar ke
segala arah karena sifatnya yang sangat cair.contoh: pada Mauna Loa, gunung api
di Iceland yang bertipe basaltic magma. Lava basaltik yang keluar di permukaan
bumi setidaknya dibagi ada 2 jenis yaitu Lava Aa dan Lava Pahoehoe
- Lava Aa adalah jenis lava yang saat mengalir sebagian permukaannya
membeku/membatu sementara di dalamnya masih cair dan mengalir
sehingga di beberapa tempat muncul lava pijar diantara kulit lava tersebut.
- Lava Pahoehoe adalah jenis lava yang bentuk permukaannya
menyerupai gundukan tali (pahoehoe = tali tambang; bahasa hawaii)
disebabkan sifat lavanya yang kurang encer tetapi juga tidak kental.
Gambar 1. (A) Lava Aa dan (B) Lava Pahoehoe
A B
5
2. Lava Asam
Lava yang sangat kental dan titik leburnya tinggi. Lava asam memiliki
viskositas dan tingkat kepadatan tinggi. Lava ini mmengalir sangat lambat dan
membentuk gunung berapi berlereng curam. Lava asam sering membeku di dalam
kawah dan menangkap gas di dalamnya. Saat tekanan membesar, gunung berapi
meletus dan melontarkan batuan piroklastik. Gunung api yang memiliki
kandungan magma yang asam biasanya akan menimbulkan letusan yang
eksplosif.
C. Genesa Batuan Beku Ekstrusi
Pada dasarnya dari proses terbentuknya batuan ekstrusi dibagi menjadi 2,
yaitu melalui proses eksplosif dan efusif. Ada syarat-syarat yang harus terpenuhi
agar magma dapat naik ke permukaan sehingga dapat membentuk batuan beku
ekstrusi, baik itu langsung dari sumbernya jauh di dalam kerak maupun mantle
atas dimana magma itu berasal atau dari dapur magma yang lebih dangkal.
Pertama harus ada suatu bukaan di permukaan bumi sampai ke sumber magma
tersebut. Kedua, magma harus mampu untuk bergerak menembus bukaan tersebut.
Apabila salah satu tidak terpenuhi nantinya magma hanya akan tertahan di bawah
permukaan bumi. Dan apabila magma tersebut berhasil sampai ke permukaan
maka proses itu disebut erupsi yang dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Erupsi Efusif
Erupsi efusif dalah erupsi yang dicirikan oleh pengeluaran lava ke
permukaan bumi yang sesekali disertai letusan eksplosif kecil (MacDonald,
1972). Erupsi efusif akan terjadi saat kandungan gas dalam magma sangat kecil
sehingga volume gelembung gas yang terbentuk tidak akan mampu untuk
membuat fragmentasi magma (Parfitt & Wilson, 2008). Berdasar permodelan
komputer, dibutuhkan kandungan gas < 0,02 % berat untuk erupsi efusif. (Parfitt
& Wilson, 2008).
6
Gambar 2. Contoh erupsi efusif
Erupsi efusif juga bisa disebabkan karena magma kehilangan kandungan
gas yang cukup banyak saat perjalanannya ke atas (Parfitt & Wilson, 2008).
Kehilangan gas ini bisa terjadi pada saat stagnansi pada dapur magma ataupun
lepasnya gas melalui batuan dinding yang permeabel saat magma keatas (Parfitt
& Wilson, 2008). Selain itu, erupsi efusif bisa terjadi saat magma sudah beberapa
kali erupsi sehingga kebanyakan kandungan gasnya sudah hilang (Parfitt &
Wilson, 2008).
Ketika suatu magma mempunyai kandungan SiO2 rendah (viskositas
rendah), maka gas akan mengembang dengan mudah. Ketika magma mencapai
permukaan bumi, gelembung gas akan mengembang dengan cepat menyesuaikan
tekanan atmosfer dan selanjutnya pecah, menyebabkan terjadinya erupsi non
eksplosif yang berbentuk aliran lava.
2. Erupsi Eksplosif
Erupsi Eksplosif adalah erupsi yang dicirikan ketika suatu magma mempunyai
kandungan SiO2 tinggi (viskositas tinggi), maka gelembung gas akan sulit
mengembang karena adanya tekanan yang berkerja didalam gelembung gas.
Ketika magma mencapai permukaan bumi, maka gelembung gas tadi akan
menjadi bertekanan tinggi dan selanjutnya akan meledak dengan eksplosif untuk
menyesuaikan tekanan atmosfer.
7
Dalam perjalanan magma keatas, pembentukan gelembung gas tersebut
menyebabkan terjadinya fragmentasi pada liquid disekitarnya yang akan
dierupsikan sebagai material piroklastik saat erupsi eksplosif berlangsung (Parfitt
& Wilson, 2008). Jenis erupsi ini akan menghasilkan material padat yang sering di
sebut batuan beku Fragmental. Batuan beku fragmental juga dikenal dengan
batuan Piroklastik (Pyro = api, Clastics = butiran / pecahan) yang merupakan
bagian dari batuan vulkanik
Berdasarkan permodelan yang dilakukan pada erupsi eksplosif silisik,
terlihat bahwa kecepatan material yang dierupsikan gunung api sangat bergantung
pada jumlah gas yang terlarut. Sebagai contoh, erupsi yang menghasilkan endapan
berupa blok di dekat rekahan memerlukan kecepatan lontar sebesar 400-600m/s,
yang membutuhkan kandungan H2O terlarut sekitar 3-6 %. Ketika erupsi terus
berlanjut, proporsi dari material aliran debu vulkanik meningkat, jumlah H2O
pada inklusi lelehan meningkat serta jumlah dari gas terlarut akan semakin
berkurang. Maka sangat penting untuk mengetahui jumlah gas terlarut pre-erupsi
untuk mengetahui model erupsi suatu gunung api.
Gambar 3. Contoh erupsi eksplosif
Penurunan kandungan volatil magma bisa merupakan petunjuk terjadinya transisi
erupsi eksplosif menjadi erupsi efusif demikian juga sebaliknya (Wallace &
Anderson, 2000).
8
D. Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik merupakan batuan yang susunannya disusun oleh
material hasil dari letusan gunung berapi akibat adanya gaya endogen. Yang
kemudian mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapan nya, lalu
setelah proses pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang
kemudian menjadi batuan piroklastik.
Batuan piroklastik yang merupakan hasil endapan bahan volkanik dari
letusan eksplosif maka Johnson dan Levis (1885), lihat Mac Donald (1972)
membuat klasifikasi sebagai berikut :
- Essential : Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material langsung
dari magma yang diletuskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan
serta buih magma. Massa yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok
piroklastik, massa cairan akan segera membeku selama diletuskan dan
cenderung membentuk bom piroklastik dan buih magma akan menjadi
batuan yang porous dan sangat ringan, dikcnal dcngan batuapung.
- Accessor : Yang termasuk dalam kelompok ini adalah biia materialnya
berasal dari endapan letusan sebelumnya dari gunungapi yang sama atau
tubuh volkanik yang lebih tua.
- Accidental : Yang dimaksud dengan material asidental adalah material
hamburan dari batuan dasar yang lebih tua di bawah gunung api tersebut,
terutama adalah batuan dinding di sekitar leher volkanik. Batuannya dapat
berupa batuan beku,endapan maupun batuan ubahan.
9
E. Tekstur Batuan Beku Ekstrusi
Tekstur dalam batuan beku ekstrusif merupakan suatu kenampakan yang
lebih memperlihatkan hubungan antara massa mineral dan massa gelas ataupun
hubungan masa mineral dengan masa mineral lain yang ukurannya lebih
halus. Hal ini dikarenakan proses pendinginan yang cepat, mineral-mineral yang
terdapat dalam batuan ekstrusif ini tidak sempat mengalami proses pengkristalan/
pengintian yang sempurna, sehingga mineral yang terbentuk berukuran sangat
kecil atau bahkan tidak sempat mengkristal dan hanya membentuk gelas-gelas
vulkanik.
Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa
kristal dan massa gelas dalam batuan. Dalam batuan beku ekstrusif hanya
dimungkinkan 2 macam derajat kristalisasi, yaitu :
- Hipokristalin : apabila batuan tersusun atas massa kristal dan
masa gelas, ataupun tersusun atas massa kristal dan masa kristal lain yang
ukurannya lebih kecil/halus
- Holohylalin : apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa
gelas
Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku,
dalam batuan ekstrusif sangat halus sehingga tidak dapat dikenal
meskipun menggunakan lup, yang disebut dengan afanitik dikatakan
afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus, sehingga tidak
dapat dibedakan dengan mata telanjang.
Kemas
Kemas meliputi bentuk butir, dam susuna hubungan kristal dalam
suatu batuan.
10
- Bentuk kristal
Dalam batuan beku ekstrusif bentuk kristal yang dijumpai biasanya
:
o Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna
o Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang tidak sempurna.
- Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam
suatu batuan. Dalam batuan ekstrusi dikenal :
Granularitas atau equigranular apabila mineral mempunyai ukuran
butir yang relatif seragam, terdiri dari:
o Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya
berukuran relatif seragam dan subhedral. Bentuk butiran
penyusun subhedral atau kurang sempurna merupakan penciri
bahwa pada saat mineral terbentuk, ada rongga atau ruangan
yang tersedia sudah tidak memadai untuk dapat membentuk
kristal secara sempurna
o Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya
berukuran relatif seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau
tidak beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa pada saat
mineral-mineral penyusun ini terbentuk hanya dapat mengisi
rongga yang tersedia saja. Sehingga ditafsirkan bahwa mineral-
mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir dari rangkaian
proses pembentukan batuan beku
Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak
sama, antara lain terdiri dari :
o Porfiritik, adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar
(fenokris) tertanam dalam massa dasar kristal yang lebih halus
o Vitroverik, apabila fenokris tertanam dalam masa dasar berupa
gelas.
11
o Glassy: Batuan yang tersusun seluruhnya oleh gelas vulkanik
(holohyalin) dikarenakan tidak sempatnya mineral mengkristal
yang disebabkan penurunan suhu yang terlalu cepat.
F. Struktur Batuan Beku Ekstrusi
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
Masif, apabila tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuhnya ataupun lubang-lubang gas
Pillow lava, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi
tertentu yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dar
bentuk ini umumnya adalah 30 – 60 cm dan jaraknya berdekatan, khas
pada Collumnar Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang
tegak lurus arah aliran.
12
Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai
dengan lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas selama mendingin.
Dibagi menjadi 3 yaitu :
- Skoria, adalah struktur batuan yang lubang-lubangnya tidak
berhubungan
- Pumice, adalah stuktur batuan yang lubang-lubangnya saling
berhubungan
- Aliran, struktur batuan yang nampak ada aliran dari kristal-kristal
maupun lubang gas
13
Amigdaloidal, stuktur dimana lubang-lubang tempat keluar gas terisi
oleh mineral sekunder seperti zeolit, karbonat, dan bermacam silika
Xenolith, stuktur yang mempelihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Stuktur ini terbentuk
sebagai akibat dari peleburan tidak sempurna dari suatu batuan samping
di dalam magma yang menerobos.
Autobreccia, stuktur pada lava yan memperlihatkan fragmen-fragmen
dari lava itu sendiri
Jointing, bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan.
Kenapakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.
14
G. Struktur dan Tekstur Batuan Piroklastik
Seperti halnya batuan vulkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai
struktur vesikuler, skoria dan amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan ke
udara dan kemudian terendapkan dalam kondisi masih panas,
berkecenderungan mengalami pengelasan antara klastika satu dengan lainnya.
Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau welded.
1. Ukuran Butir Pada Piroklastika
Ukuran butir (mm) Nama klastika pijarnya Keterangan
64
Bom Membulat
Blok Meruncing
2 Lapilus
0,04
Debu
Kasar
Halus
Ukuran butiran pada piroklastika tersebut merupakan salah satu kriteria
untuk menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi
endapan piroklastika tersebut. Ada tiga cara kejadian endapan piroklastika.
Pengendapan yang dikarenakan gaya beratnya dikenal dengan piroklastik
jatuhan. Jenis piroklastik ini umum terjadi di setiap gunungapi. Struktur dan
teksturnya menyerupai batuan endapan. Dua kelompok piroklastik yang lain
adalah piroklastik aliran dan piroklastik hembusan.
2. Derajat Pembundaran (Roundness)
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran
pada batuan Sedimen Klastik sedang dampai Kasar. Kebundaran dibagi
menjadi:
- Membundar Sempurna (Well Rounded), Hampir semua permukaan
cembung ( Ekuidimensional.)
15
- Membundar (Rounded), Pada umumnya memiliki permukaan bundar,
ujung-ujung dan tepi butiran cekung.
- Agak Membundar (Subrounded), Permukaan umumnya datar dengan
ujung-ujung yang membundar.
- Agak Menyudut (Sub Angular), Permukaan datar dengan ujung-ujung
yang tajam
- Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir
runcing dan tajam
3. Derajat Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun
batuan endapan / sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan
sebagai berikut :
- Terpilah baik (well sorted). Kenampakan ini diperlihatkan oleh
ukuran besar butir yang seragam pada semua komponen batuan
sediment.
- Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan pada batuan
sediment yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari
lempung hingga kerikil atau bahkan bongkah.
- Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti
menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang
agak seragam.
16
H. Dasar Klasifikasi dan Penamaan Batuan Beku Ekstrusi
Dalam penamaan batuan beku ekstrusi baik itu batuan beku vulkanik
ataupun batuan piroklastik kita dapat menggunakan beberapa dasar klasifikasi dari
beberapa ahli yang meneliti tentang batuan tersebut, contohnya :
Gambar 4. Klasifikasi batuan piroklastik (Fisher, 1986)
17
I. Contoh Deskripsi Batuan Beku Ekstrusi
1. Basalt
Batuan basalt adalah contoh batuan beku luar yang memiliki ciri ciri
berupa tekstur yang halus, berwarna gelap, kepadatan tinggi, sehingga bobotnya
berat. Batuan ini mengandung plagioklas, augit, dan olivin sebagai mineral
penyusunnya. Perbandingan dari mineral penyusunnya itu adalah 50% plagioklas :
30% piroksen : 10% olivin. Dalam penggunaan sehari-hari batuan basalt
umumnya dipakai sebagai bahan pondasi dan pengeras jalan.
2. Andesit
18
Contoh batuan beku luar yang mudah kita temukan adalah batuan andesit.
Batuan ini merupakan batuan ekstrusif dengan tekstur butiran halus dengan
kandungan plagioklas, piroksen, hornblende, dan biotit sebagai mineral
penyusunnya. Ciri ciri batuan Andesit dapat kita identifikasi dari warnanya yang
abu-abu hingga kelabu. Batuan Andesit di Indonesia umumnya dapat ditemukan
sebagai material bangunan candi-candi kuno. Selain itu, jenis batuan beku ini juga
biasanya digunakan sebagai bahan pengeras jalan, konstruksi, dan batu tempel.
3. Obsidian
Batuan obsidian adalah batuan vulkanik yang terbentuk dengan cepat
sehingga tidak mengalami pengkristalan. Ciri batuan ini adalah warnanya yang
hitam dengan tekstur halus hingga menyerupai kaca. Pada masa silam, contoh
batuan beku luar ini lazim digunakan sebagai pedang dan titik proyektil.
4. Pumice/Batu Apung
19
Batuan apung adalah batuan beku berwarna terang yang terbentuk melalui
pemadatan sangat cepat dari lelehan magma. Ciri batuan apung dapat
diidentifikasi dari teksturnya yang berongga, amat tipis, tembus cahaya, dan
warnanya terang. Batuan yang juga dikenal dengan nama gelas volkanik silikat ini
umumnya digunakan sebagai material pembuatan beton ringan dan bahan
penggosok (pelitur, pengelupas kosmetik, dan penghapus pensil).
5. Rhyolite
Riolit adalah contoh batuan beku luar yang bertekstur halus, berwarna
terang, dan biasanya mengandung kuarsa dan feldspar sebagai mineral
penyusunnya. Secara fisik, jenis batuan ini memiliki kemiripan dengan batuan
granit.