bab ii

10
BAB II PEMBAHASAN A. Jenis – jenis Korosi Korosi dapat dibedakan ke dalam banyak kategori. Menurut lokasi korosinya : 1.Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh) 2.Localized Corrosion (Korosi Lokal/Setempat) Pada korosi jenis korosi menyeluruh, seluruh permukaan logam yang terekspose dengan lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi ini mengakibatkan rusaknya konstruksi secara total. Pada jenis korosi lokal, yang terkorosi hanya bagian tertentu saja dari logam yang terekspose lingkungan. Korosi jenis ini tidak sampai “menghabiskan” seluruh konstruksi logam, tetapi efeknya tetap merugikan. Kerugian bisa mulai dari kebocoran sampai pecahnya peralatan. Berdasarkan lingkungannya, korosi dapat dibedakan ke dalam 2 (dua) kategori : 1. Korosi Lingkungan Gas (Dry Corrosion) 2. Korosi Lingkungan Cairan (Wet Corrosion) Korosi lingkungan gas dapat terjadi pada lingkungan atmosfir maupun lingkungan gas yang lain. Korosi lingkungan cairan dapat terjadi pada lingkungan air maupun cairan yang lain. 3

Upload: rizal-nur-ikhwani

Post on 08-Apr-2016

32 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis – jenis Korosi

Korosi dapat dibedakan ke dalam banyak kategori. Menurut lokasi

korosinya :

1. Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh)

2. Localized Corrosion (Korosi Lokal/Setempat)

Pada korosi jenis korosi menyeluruh, seluruh permukaan logam yang

terekspose dengan lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi ini

mengakibatkan rusaknya konstruksi secara total. Pada jenis korosi lokal, yang

terkorosi hanya bagian tertentu saja dari logam yang terekspose lingkungan.

Korosi jenis ini tidak sampai “menghabiskan” seluruh konstruksi logam,

tetapi efeknya tetap merugikan. Kerugian bisa mulai dari kebocoran sampai

pecahnya peralatan.

Berdasarkan lingkungannya, korosi dapat dibedakan ke dalam 2 (dua)

kategori :

1. Korosi Lingkungan Gas (Dry Corrosion)

2. Korosi Lingkungan Cairan (Wet Corrosion)

Korosi lingkungan gas dapat terjadi pada lingkungan atmosfir maupun

lingkungan gas yang lain. Korosi lingkungan cairan dapat terjadi pada

lingkungan air maupun cairan yang lain.

Korosi dapat dibedakan berdasarkan suhu korosif yang melingkungi

konstruksi logam. Berdasarkan suhu korosif ini, korosi dibedakan menjadi 2

(dua) kategori,  yaitu :

1. Korosi Suhu Tinggi (High Temperature Corrosion)

2. Korosi Biasa/ Suhu Kamar

High Temperature Corrosion terjadi pada burner, boiler, reformer,

reaktor, dsb. Korosi jenis ini banyak terjadi dalam suasana lingkungan gas.

Di antara macam-macam penamaan / jenis-jenis korosi, dalam makalah ini

akan membahas 5 jenis korosi yaitu:

3

a. Korosi Intergranular

b. Korosi Erosi

c. Korosi Serangan Selektif

d. Korosi Retak Tegangan

e. Korosi Perapuhan Hidrogen

B. Penjelasan Korosi Intergranular, Korosi Erosi, Korosi Serangan Selektif,

Korosi Retak Tegangan, dan Korosi Perapuhan Hidrogen

1. Korosi Intergranular

Gambar 2.1. Korosi Batas Butir pada Pipa

Korosi Intergranular kadang-kadang juga disebut "intercrystalline

korosi" atau "korosi interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak

dapat terjadi sepanjang batas butir dan jenis korosi ini sering disebut

"intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya "intergranular

stress corrosion cracking".

Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari

beda potensial dalam komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa

ditemui dalam paduan casting. Pengendapan pada batas butir, terutama

kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang

diakui dan diterima dalam korosi intergranular.

Korosi intergranular terjadi pada daerah tertentu dengan

penyebab grain boundary. Hal ini disebabkan oleh adanya kekosongan

unsur/elemen pada kristal ataupun impurities dari proses casting. Korosi

ini terjadi pada casting and welding.

4

Gambar 2.2. Mekanisme Korosi Batas Butir

Cara pengendalian korosi batas butir adalah:

a) Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%.

b) Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.

c) Pendinginan cepat dari temperatur tinggi.

d) Pelarutan karbida melalui pemanasan.

e) Hindari pengelasan.

2. Korosi Erosi

Gambar 2.3. Sebuah Blade Akibat Korosi Erosi

Erosi Korosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan

erosi dan korosi di hadapan cairan korosif yang bergerak atau komponen

logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang menyebabkan

percepatan terdegradasinya suatu logam.

5

Akibat gesekan antara fluida dengan logam sehingga logam

tergerus dengan percepatan atau penambahan keburukan sifat material

karena gerakan relatif antara fluida korosif dan permukaan metal. Korosi

erosi dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

a) Korosi Kavitasi: Akibat adanya benturan gelembung fluida dengan

permukaan logam sehingga berakibat luka terhadap permukaan

logam tersebut

b) Fretting Corrosion: Akibat gesekan antara logam dengan logam dan

berakibat suhu logam naik dan tergerus sesama logam.

Tipe Media Korosif antara lain gas, larutan encer, sistem organik,

metal cair dan semua tipe peralatan yang diekspos fluida (piping system,

katup, pompa dan propeller). Dan cara pencegahannya secara global

antara lain menggunakan material dengan ketahanan korosi yang baik,

perancangan (design) yang baik, coating dan cathodic protection.

Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan

fluida dikombinasikan dengan aksi cairan korosif menyebabkan

percepatan hilangnya dari logam. Tahap awal melibatkan penghapusan

mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi logam telanjang

oleh cairan korosif yang mengalir. Proses siklus ini sampai pelubangan

komponen terjadi.

Gambar 2.4. Mekanisme Korosi Erosi

Cara pengendalian korosi erosi adalah:

a) Menghindari partikel abrasive pada fluida.

b) Mengurangi kecepatan aliran fluida.

3. Korosi Serangan Selektif

6

Gambar 2.5. Korosi Serangan Selektif pada Pipa

Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih

komponen dari paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan,

pelarutan selektif atau serangan selektif. Contoh dealloying umum adalah

dekarburisasi, decobaltification, denickelification, dezincification, dan

korosi graphitic.

Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan

memiliki potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit

yang sama. Paduan modern mengandung sejumlah unsur paduan berbeda

yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda. Beda potensial antara

elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk serangan preferensial

yang lebih "aktif" pada elemen dalam paduan tersebut.

Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut

dari paduan tembaga-seng, meninggalkan lapisan permukaan tembaga

yang keropos dan rapuh.

Gambar 2.6. Mekanisme Selective Leaching Corrosion

7

Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah

menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun

4. Korosi Retak Tegangan

Gambar 2.7. Korosi Retak Tegangan pada Sebuah Logam

Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan

aksi secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan

dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan bagian yang

terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga termasuk

intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan

paduan tanpa tegangan yang diberkan atau tegangan sisa. Retak korosi

tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan penggetasan hidrogen.

Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor

komponen, yaitu (1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan

elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya tegangan. Sebagai contoh,

tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan

terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.

Gambar 2.8. Mekanisme Korosi Retak Tegangan

8

Cara pengendalian korosi tegangan adalah:

a) Turunkan besarnya tegangan

b) Turunkan tegangan sisa termal

c) Kurangi beban luar atau perbesar area potongan

d) Penggunaan inhibitor.

5. Korosi Perapuhan Hidrogen

Hydrogen attack mengakibatkan logam menjadi rapuh akibat penetrasi hidrogen ke kedalaman logam. Peristiwa perapuhan ini biasa disebut dengan “Hydrogen Embrittlement”. Logam juga bisa retak oleh invasi hidrogen.

Belum diketahui bagaimana hidrogen bisa merusak logam secara kimiawi ataupun secara elektrokimia, tetapi efek pengrusakannya terhadap logam sebagai bahan konstruksi sudah jelas. Boleh jadi hidrogen hanya mendifusio secara fisika saja ke dalam logam akibat kecilnya ukuran atom hidrogen.

Gambar 2.9. Korosi Perapuhan Hidrogen

9