bab ii
DESCRIPTION
bab 2TRANSCRIPT
4
BAB II
PENGKAJIAN
Dalam bab ini akan disajikan tentang proses pengkajian yang berdasarkan
5M (Man, Material, Method, Money, Marketing) meliputi pengumpulan data,
analisis SWOT, dan identifikasi masalah.
2.1 Visi, Misi, dan Motto
2.1.1 Visi RSU Haji Surabaya
Rumah sakit pilihan masyarakat, prima dan islami dalam pelayanan,
pendidikan dan penelitian.
2.1.2 Misi RSU Haji Surabaya
1. Menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas
melalui SDM yang professional, mukhlis dan komitmen tinggi sesuai
perkembangan IPTEKDOK.
2. Meningkatkan kualitas hidup sesuai harapan pelanggan.
3. Mewujudkan sarana prasarana yang memadai.
4. Mewujudkan wahana pembelajaran dan penelitian dalam upaya untuk
profesionalisme yang handal.
5. Menanamkan budaya kerja sebagai bagian dari ibadah dan
profesionalisme.
6. Mengembangkan program unggulan.
7. Mengembangkan jejaring dengan institusi lain
2.1.3 Motto RSU Haji Surabaya
Motto RSU Haji adalah “Menebar salam dan senyum dalam pelayanan”.
2.1.4 Visi Keperawatan RSU Haji Surabaya
Menjadi pioner keperawatan professional yang islami.
2.1.5 Misi Keperawatan RSU Haji Surabaya
1. Meningkatkan kompetensi tenaga keperawatan melalui peningkatan
pendidikan dan penelitian.
2. Menyiapkan sarana dan prasarana pelayanan sesuai standar.
3. Menata sistem pelayanan keperawatan profesionalisme.
4. Menata program bimbingan mahasiswa keperawatan.
4
5
5. Meningkatkan pembinaan etik profesi tenaga keperawatan.
6. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan
keperawatan.
2.1.6 Tujuan Unit Keperawatan RSU Haji Surabaya
Memberikan pelayanan keperawatan profesional yang islami sesuai
standar asuhan keperawatan
2.1.7 Falsafah Keperawatan RSU Haji Surabaya
Bantuan keperawatan yang diberikan kepada pasien, keluarga, masyarakat
secara profesional tanpa memandang suku, agama dan pangkat sosial
masyarakat yang dilandasi dengan niat ibadah kepada Allah SWT.
2.1.8 Nilai Keperawatan
1. Tanamkan kejujuran, keramahan dan profesionalisme dalam memberikan
pelayanan keperawatan.
2. Ciptakan rasa saling menghormati antara perawat dan profesi kesehatan
lain dalam bekerja
2.1.9 10 Pedoman Keperawatan RSU Haji Surabaya
1. Berkata/ berbuat benar dan bijaksana.
2. Saling menghargai dan bekerjasama.
3. Komunikatif dan santun.
4. Sabar dan kasih sayang.
5. Kompeten dan bertanggung jawab.
6. Memecahkan masalah pasien melalui proses keperawatan.
7. Bekerja sesuai standar praktek keperawatan.
8. Kepedulian.
9. Mengutamakan kepuasan pelanggan.
10. Cepat, tanggap, dan pro aktif.
11. Mewujudkan pelayanan kesehatan prima sesuai dengan pelayanan
kesehatan yang bermutu
6
2.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tanggal 10 Maret 2014 – 11 Maret 2014,
meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan
pemasaran (marketing). Data yang didapat dianalisis menggunakan analisis
SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu
sebagai prioritas masalah.
2.2.1 Tenaga dan Pasien (M1 - Man)
1. Struktur Organisasi
Ruangan Shofa 4 dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh 6
ketua tim (PP), dan 10 perawat pelaksana. Adapun struktur organisasinya
adalah :
Gambar 2.1 Bagan struktur organisasi MAKP Instalasi Rawat Inap Shofa 4 RSU Haji Surabaya
KATIM I ( PP 1 )
KARU
KATIM 2 ( PP 2 )
PASIEN 7 - 8 ORANG
PERAWAT PELAKSANA/PA
PAGI
PERAWAT PELAKSANA/PA
SORE
PERAWAT PELAKSANA/PA
MALAM
PASIEN 7 - 8 ORANG
PERAWAT PELAKSANA/PA
PAGI
PERAWAT PELAKSANA/PA
SORE
PERAWAT PELAKSANA/PA
MALAM
7
Stuktur organisasi di ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya
menggunakan MAKP model tim primer. Ketua tim dibagi menjadi 6 orang
yang masing-masing mempunyai anggota perawat pelaksana 1 sampai 2
orang. Perawat asosiate/perawat pelaksana bertanggung jawab kepada
ketua tim, sedangkan ketua tim bertanggung jawab kepada kepala ruangan.
1) Tugas pokok dan fungsi
(1) Kepala Ruangan
Pengertian adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur dan
mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di rawat inap.
Kepala ruangan mempunyai tugas dan fungsi sebagi berikut:
a. Menyusun rencana kerja pelayanan diruang inap
b. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan sesuai
kebutuhan
c. Menyusun rencana kebutuhan peralatan dan obat sesuai
kebutuhan
d. Menyusun daftar dinas
e. Mengikuti timbang terima pasien
f. Melakukan orentasi pada perawat baru
g. Melaksanakan program bimbingan mahasiswa
h. Mengatur alat agar dalam keadaan siap pakai
i. Mengatur dan mengendalikan pemberian asuhan
keperawatan
j. Meningkatkan kolaborasi dengan tim lain
k. Melakukan program bimbingan para staf yang mengalami
kesulitan
l. Mendelegasikan tugas pada katim pada saat karu tidak ada
m. Mengatur penugasan PRS
n. Mengadakan pertemuan berkala setiap bulan dengan staf
o. Mengecek kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan
p. Mengendalikan mutu pelayanan keperawatan
q. Mengadakan diskusi dengan staf apabila ada masalah
8
r. Membuat penilaian kinerja karyawan
s. Merencanakan dan mengevaluasi mutu asuhan keperawatan
t. Membuat laporan tahunan
(2) Tugas Perawat Primer
Pengertian : seorang perawat yang diberi wewenang dan tanggung
jawab dalam mengelola satu tim pelayanan keperawatan pada
setiap shift jaga. Uraian tugas :
a. Bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan
shift jaga.
b. Bersama kepala ruangan melakukan timbang terima
pasien.
c. Membagi tugas tingkat ketergantungan pasien.
d. Menyusun rencana asuhan keperawatan
e. Mengikuti visite dokter
f. Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan
bersama anggota tim
g. Mengorientasi pasien baru
h. Menjelaskan renpra yang telah ditetapkan pada
perawat pelaksana
i. Memonitor pendokumentasian askep yang
dilakukan perawat pelaksana
j. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada perawat
pelaksana
k. Melakukan tindakan keperawatan yang tidak dapat
dilakukan oleh perawat pelaksana
l. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan
laborat
m. Melakukan evaluasi perkembangan pasien pada
setiap shift jaga
n. Memberi HE pada pasien dibawah tanggung
jawabnya
o. Membuat rencana pasien pulang
9
p. Menyelenggarakan diskusi apabila ada masalah
pasien setiap shift jaga
q. Membuat laporan kerja
r. Meaksanakan tugas limpah yang diberikan kepala
ruangan
(3) Perawat Asosiete
Pengertian : seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang
untuk melaksanakan asuhan keperawatan diruang keperawatan.
Uraian tugas :
a. Mengikuti timbang terima
pasien dengan katim dan karu
b. Membaca renpra yang telah
ditetapkan
c. Menerima pasien baru dan
memberikan informasi tentang pasien dan keluarga
d. Melakukan evaluasi terhadap
tindakan yang akan dilakukan
e. Melakukan tindakan
keperawatan sesuai perencanaan
f. Mengikuti visite dokter
g. Mengecek kerapian dan
kelengkapan status pasien
h. Mengkomunikasikan kepada
katim apabila ada masalah
i. Menyiapkan pasien untuk
pemeriksaan laboraturium, pengobatan dan tindakan
j. Berperan serta dalam
tindakan keperawatan
k. Melakukan inventaris fasilitas
yang dilakukan dalam pelayanan
l. Membantu tim apabila
diperlukan
10
m. Memberikan resep dan
menerima obat dari keluarga pasien
n. Melaksanakan tugas yang
didelegasikan oleh katim atau karu
(4) PRS
Pengertian seorang tenaga non keperawatan yang diberikan
wewenang untuk melaksanakan administrasi di ruangan dan
membantu keperawatan di ruang perawatan.
Tugas PRS sebagai berikut :
a. Melakukan timbang terima dengan PRS dengan jaga
sebelumnya
b. Melakukan kebersihan dan melakukan pekerjaan yang tidak
menjadi tugas cleaning service
c. Membantu memberikan makanan pada pasien
d. Mengantar dan mengambil cucian
e. Mengantar bahan dan mengambil hasil pemeriksaaan
laboratorium
f. Mengantar pasien dan mengambil hasil pemeriksaan
radiologi
g. Mengantar blangko bon dan mengambil permintaan
obat/alkes
h. Mengantar berbagai laporan keinstalasi rawat inang lainnya
i. Melakukan infentaris alat rumah tangga
j. Melaksanakan tugas administrasi di ruangan
k. Mengantarkan pasien keruangan lain untuk tindakan atau
pindah ruangan
l. Mengambil pasien dari OK dan ICU
m. Mengantarkan pasien saat pulang
n. Mengantar dan mengambil alat yang perlu diperbaiki
o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan perawat/ Karu
2. Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya
11
No Nama Pendidikan Kategori L/P Pelatihan1 Anik Rahmawati S1 Kep Ners PNS P PPGD, Pasien
safety, Service excellence, Managemen bangsal, CI, Diklat penanganan peny. Tropis, Managemen resiko, Training KBK, PPI
2 Dwi Rianti S1 Kep Ners PNS P PPGD3 Erlin M Akper
PNS PPPGD,
Perawatan Ca Mamae
4 Ratnawati Akper PNS P PPGD5 Vika Damayanti Akper PNS P PPGD6 Fitriyah Putri A S1 Kep Ners PNS
PPPGD,
BCLS, ATLS7 Ida S. Akper PNS
PPPGD, Code
Blue8 Gwinense Ean Akper T.
BLUDP PPGD
9 Wahyu I E. Akper T. BLUD
L PPGD
10 Ratna Wijayanti Akper T. BLUD
P PPGD
11 Andi Yulianto Akper T. BLUD
LBCLS,
ACLS, PPGD12 Dewi Kurniawati S1 Kep T.
BLUDP PPGD
13 Rika Ratna Akper T. BLUD
P BCLS, BCLS
14 Rina andriani Akper
T. BLUD
P
PPGD, Sistem pelaporan hasil surveilan & epi info dasar
15 Faisal Lutfi Akper T. BLUD
L PPGD, BCLS
16 Maftukha Akper T. BLUD
PPPGD, PPI
RS17 Heni Wahyuni Akper T. P PPGD
12
BLUD18 Suminta SMA PNS P BLS19 Merrie M SMA PNS P -20 Patmiatun SMA PNS P BLS
Tenaga keperawatan yang ada sudah cukup memenuhi kualifikasi
RSU Haji Surabaya. Kemampuan dalam bidang keperawatan maupun
kolaborasi dengan tenaga medis lain, pada umunya perawat di Ruang Shofa
4 mempunyai kemampuan yang bagus. Karena kolaborasi yang terbangun
dengan petugas medis lain sangat baik. Dari segi kedisiplinan, perawat
sudah bagus, perawat sudah datang sesuai dengan shift dinas, perawat ruang
Shofa 4 sudah tepat waktu dan sudah disiplin dalam pendokumentasian
tindakan keperawatan namun dalam melaksanakan tindakan keperawatan
masih ada beberapa hal yang perlu di perbaiki misalnya dalam penerapan
penggunaan universal precaution. Kesimpulan yang di dapat, perlu ada
perbaikan ketenagaan baik dari segi kualitas dan kuantitas untuk lebih
meningkatkan pelayanan keperawatan di RSU Haji Surabaya.
3. Tenaga Non Keperawatan
Tabel 2.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1
2
Cleaning Service
Pekarya
3 orang
3 orang
-
-
Di ruangan Shofa 4 RSU Haji Surabaya tenaga non medis terdiri dari
pekarya kesehatan dan cleaning service tidak terdapat tenaga tata usaha dan
pekarya rumah tangga. Tenaga tata usaha tidak ada karena semua pengurusan
administrasi dirangkap oleh PRS / perawat.
Persentase Kasus Terbanyak Di Ruang Shofa 4 Tahun 2014
Tabel 2.3 Persentase Kasus Terbanyak di Ruang Shofa 4 RSU Haji
Surabaya
No Klasifikasi Penyakit Jumlah SAK Ket
13
Ada Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Diabetes Mellitus
Febris/ fever
Dengue Fever
Diarioea,gastroentritis
Cerebral Infark
Hipertensi
Stroke
Dispepsia
Typoid Abdominal
DHF
65
51
47
46
41
38
37
33
30
26
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
4. Tingkat Ketergantungan Pasien dan
Kebutuhan Tenaga Perawat
Tingkat ketergantungan pasien di ruang Shofa 4 dinilai dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem : total,
parsial dan minimal care. Menurut Douglas, Lovevidge dan Cunnings
klasifikasi ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 katagori yaitu perawatan
minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediet
dengan waktu 3-4 jam/24 jam dan perawatan total dengan waltu 5-6 jam/24
jam.
Kebutuhan tenaga perawat di ruang Shofa 4 dari hasil pengkajian
adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Ketergantungan
Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
(1) Menurut (Depkes RI, 2005)
a. Rata-rata jam perawatan pasien/ hari
Rumus: Rata-rata pasien/hari x Rata-rata jam perawatan pasien/ hari.
Rata-rata pasien/ hari = 15 hari.
Rata-rata jam perawatan pasien/hari = 3.5 jam untuk pasien penyakit
14
dalam (ketetapan Depkes RI).
Maka: 15 x 3,5 = 52,5
Jumlah tenaga = Jumlah jam perawatan = 52,5 = 7,5
Jam kerja efektif/ shift 7
b. Berdasarkan hari libur
1. Loss day/ hari libur/
cuti/ hari besar
Jumlah hr minggu dalam 1 thn + cuti + hari besar x Jumlah perawat yang tersedia
Jumlah hari kerja efektif
= (52 + 1 2 + 1 4 ) x 8 = 2,18 = 2,2 orang
286
b) Tugas Keperawatan (PRS)
Faktor koreksi
Jml tenaga keperawatan + Loss day x 25%
(8 + 3,5) x 25% = 2,87
Jumlah Total perawat yang di butuhkan:
Jumlah Tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
9,7 + 2,87 = 12,6
(dibulatkan menjadi 13 perawat)
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 × 13 = 1118 = 3,764 dibulatkan = 4
297 297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :
13 orang + 1 orang structural (kepala ruang) + 3 orang lepas
dinas = 17 orang
Jadi dari penghitungan ketenagaan menurut Depkes maka
jumlah yang ada di ruangan (17 perawat) sesuai dengan
kebutuhan yang ada dirungan.
Ruang Kelolaan :
15
Ruang kelolaan mahasiswa adalah ruang B dan F yang terdiri
dari masing-masing ruang terdapat 3 bed atau maksimal 3 pasien
dalam satu ruang.
Sehingga kebutuhan tenaga perawat pada ruang B dan F adalah:
a. Rata-rata jam perawatan pasien/ hari
Rumus: Rata-rata pasien/hari x Rata-rata jam perawatan pasien/ hari.
Rata-rata pasien/ hari = 15 hari.
Rata-rata jam perawatan pasien/hari = 3.5 jam untuk pasien
penyakit dalam (ketetapan Depkes RI).
Maka: 6 x 3,5 = 21
Jumlah tenaga = Jumlah jam perawatan = 21 = 3Jam kerja efektif/ shift 7
b. Berdasarkan hari libur
1) Loss day/ hari libur/ cuti/ hari besar
Jumlah hr minggu dalam 1 thn + cuti + hari besar x Jumlah perawat yang tersedia
Jumlah hari kerja efektif
= (52 + 1 2 + 1 4 ) x 3 = 0,82 = dibulatkan menjadi 1 orang
286
c) Tugas Keperawatan (PRS)
Faktor koreksi
Jml tenaga keperawatan + Loss day x 25%
(3 + 3,5) x 25% = 1,63
Jumlah Total perawat yang di butuhkan:
Jumlah Tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
4 + 1,63 = 5,63
(dibulatkan menjadi 6 perawat)
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 × 6 = 516 = 1,73 dibulatkan = 2
297 297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :
6 orang + 1 orang structural (kepala ruang) + 2 orang lepas
dinas = 9 orang
16
(2) Menurut GILLIES
Rumus menurut GILLIES
A x B x C = F = H
(C – D) x D G
Ket :
A : rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : rata-rata jumlah pasien/hari
C : jumlah hari/tahun
D : jumlah hari libur masing-masing perawat
E : jumlah jam kerja masing-masing perawat
F : jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G : jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H : jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
(1)Perawatan Langsung
Minimal Care : ½ x 4 jam = 2 jam
Partial Care : ¾ x 4 jam = 3 jam
Total Care : 1 – 1 ½ x 4 jam = 4 – 6 jam
(2)Perawatan Tidak Langsung
∑ jam keperawatan yang dibutuhkan/ tahun = ∑ jam kerja perawat/ tahun
1. Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan klien/ hari
Minimal Care : 1 orang x 2 jam = 2 jam
Partial Care : 11 orang x 3 jam = 33 jam
Total Care : 3 orang x 6 jam = 18 jam
Total : 53 jam/ hari
2. 15 orang x 1 jam = 15 jam
Penkes = 15 jam x 0,25 = 3,75 jam
Total keseluruhan = 53 + 15 + 3,75 + = 71,75
3. Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan/ hari
71,75 jam x 15 = 1.076,25 jam
Jumlah perawat di unit tersebut
17
4. Jumlah tenaga diruangan
3,5 x 15 x 365 = 19162,5 = 12,1 = 12 orang
(365 – 138) x 7 1589
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 × 12 = 1032 = 3,5 dibulatkan = 4
297 297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :
12 orang + 1 orang structural (kepala ruang) + 3 orang lepas
dinas = 17 orang
Jadi dari penghitungan ketenagaan per 10 dan 11 Mater 2014
menurut Gilles maka jumlah yang ada di ruangan (17 perawat)
sesuai dengan kebutuhan yang ada dirungan.
(3) Menurut DOUGLAS
Tabel 2.4 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat
Klasifikasi
pasien
Kebutuhan Tenaga Perawat
Pagi Sore Malam
Total Care 3 x 0,36 = 1,08 3 x 0,30 = 0,90 3 x 0.20 = 0.60
Partial Care 11 x
0,27
= 2,97 11 x
0,15
= 1,65 11 x 0,10 = 1,1
Minimal
Care
1x 0,17 = 0,17 1 x 0,14 = 0,14 1 x 0,07 = 0,07
Jumlah 4,22 2,69 1,77
Kesimpulan jumlah tenaga perawat pada tanggal 10 & 11 Maret 2014 :
Dinas Pagi : 4 orang
18
Dinas Sore : 3 orang
Dinas Malam: : 2 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 × 9 = 774 = 2,6 dibulatkan = 3
297 297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :
9 orang + 1 orang structural (kepala ruang) + 3 orang lepas dinas
= 13 orang
Jadi dari penghitungan ketenagaan Ruang Shofa 4 per 10 dan 11 Mater
2014 menurut teori Douglas maka jumlah yang ada di ruangan (13 perawat)
melebihi kebutuhan pasien.
5. Kepuasan perawat terhadap sistem yang ada
Pelaksanaan evaluasi yang kami lakukan dengan mempersiapkan
kuesioner yang berisi 20 soal pertanyaan berbentuk pilihan dengan rentang
sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas dan sangat puas. Sangat puas
bernilai 5, puas bernilai 4, cukup puas bernilai 3, tidak puas bernilai 2 dan
sangat tidak puas bernilai 1. Dari hasil tabulasi didapatkan, dari 10 orang
perawat ruang Shofa 4 RSU HAJI Surabaya, enam orang menyatakan puas
dan empat orang lainnya menyatakan cukup puas terhadap sistem yang ada,
sedangkan 0 orang yang lain menyatakan tidak puas. Kesimpulan yang didapat
yaitu sebagian besar menyatakan cukup puas dengan system yang ada.
6. Kepuasan pasien terhadap kinerja perawat
Pelaksanaan evaluasi yang kami lakukan dengan mempersiapkan
kuesioner yang berisi 20 soal pertanyaan berbentuk pilihan dengan rentang
sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas, dan sangat puas. Sangat puas
bernilai 5, puas bernilai 4, cukup puas bernilai 3, tidak puas bernilai 2, sangat
tidak puas bernilai 1. Dari 10 pasien, 40% menyatakan puas terhadap
pelayanan perawat, 20% menyatakan cukup puas, 30% menyatakan sangat
puas, dan 10% menyatakan tidak puas. Ketidakpuasan yang dirasakan oleh
pasien karena perawat jarang memperkenalkan diri kepada pasien. Sebagian
besar besar menyatakan cukup puas dengan pelayanan perawat di RSU Haji
Surabaya. Untuk menambah kepuasan pasien dalam pelayanan perawatan
19
maka perawat perlu menjelaskan peraturan, jam berkunjung, dan tata tertib
yang ada di ruangan, fasilitas yang tersedia di RS dan situasi dan kondisi
ruangan, serta memperkenalkan diri siapa yang bertanggung jawab terhadap
pelayanan.
2.2.2 Sarana dan Prasarana (M2 - Material)
Penerapan proses manajerial keperawatan dan kegiatan mahasiswa
program S1 Ilmu Keperawatan STIKES Pemkab Jombang mengambil tempat
di ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya. Pengkajian data awal di lakukan pada
tanggal 10 – 11 Maret 2014. Adapun data yang di dapat adalah sebagai
berikut :
Ruangan shofa 4 terletak di gedung shofa lantai 4, dibagi dalam 2 ruang
perawatan, satu ruang perawatan khusus isolasi dan satu ruangan perawatan
penyakit dalam yang mana dibawah tanggung jawab satu kepala ruangan.
Dulu ruangan shofa 4, terbagi atas 5 ruangan yaitu 3 ruangan kelas 1 dan 2
ruang kelas 2 yang diperuntuhkan khusus pasien jemaah haji saat embarkasi
dan debarkasi. Ruang isolasi dibagi menjadi 2 ruang yang masing-masing
berisi 3 pasien dengan kasus dan jenis kelamin yang sama disetiap ruang.
Namun pada bulan september 2013 keluarlah SOP tentang penataan tempat
tidur. Ruang isolasi (Ruang Nur Thiamah) terdiri dari 2 ruangan dan masuk
strata kelas 2, yang masing-masing diisi 2 tempat tidur. Sedangkan ruang
Shofa 4 terdiri dari 5 ruang semuanya untuk kelas 1. Satu ruangan terdiri dari
3 tempat tidur, dengan fasilitas TV, kamar mandi dalam, AC, korden . Jadi
jumlah keseluruhan ruang Shofa 4, mampu menampung, 15 pasien dan ruang
isolasi menampung 4 pasien jadi jumlah total pasiennya 19 orang yang
dilayani oleh 17 tenaga perawat dan dibantu 3 orang PRS
1. Lokasi dan Denah Ruangan
Adapun lokasi ruang Shofa 4 RSU Haji diuraikan sebagai berikut :
1) Sebelah timur berbatasan dengan ruang Komite Keperawatan dan
gudang ruang paviliun
2) Sebelah barat berbatasan dengan ruang isolasi
3) Sebelah utara selasar utara shofa 4
4) Sebelah selatan selasar selatan shofa 4
20
Denah
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada
ruang Shofa 4 RSU Haji dengan uraian denah sebagai berikut.
U KM
Ruang
admin
Spool hook KM
Dapur D
KM
Ruang
KARU
KM
Nurs station
KM C
E KM
KM Nurs Station
Mahasiswa
B
F KM
Musholah Gudang
KM Ruang tindakan KM
Gudang F isolasi A isolasoi
Nurs Station
Gambar 2.2 Denah Ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya
2. Sarana dan Peralatan diruang Shofa 4
Tabel 2.5 peralatan diruang Shofa 4 dan Isolasi RSU Haji Surabaya
A. Peralatan
NO Nama Barang Jumlah Kodisi Keterangan
1 Tempat tidur dewasa 15⁄ 4 Bed Baik Roda rusak 6,
pagar 3 biji
2 Meja pasien 15⁄ 4
buah
Baik
3 Kipas angin -⁄ 2 buah baik
4 Kursi pasien 15⁄ 2 buah Cukup
baik
5 Troly emergency 1⁄ 1 buah Baik
21
6 Jam dinding 6⁄ - buah Baik
7 Timbangan -⁄ 1 buah Baik
8 Kamar mandi dan
WC
7⁄ 2 buah Cukup
baik
9 Dapur pasien 1⁄ 1 buah baik
10 TV 6⁄ - buah Baik…
11 Kursi lipat 13⁄ - buah Cukup
baik
12 Lemari kayu 5⁄ - buah Cukup
baik
13 Wastafel 5⁄ 2 buah Cukup
baik
14 Meja kayu 5⁄ 1 buah Cukup
baik
15 AC 6⁄ 2 buah Baik
16 Lemari Es 2⁄ 1 buah Baik
17 Computer 1⁄ - buah baik
3. Alat kesehatan diruang shofa 4
Table 2.6 sarana diruangan shofa 4 dan isolasi RSU Haji Surabaya
N
o
Nama Barang JUMLAH ALAT
Standart Yang
ada
Kondisi Kekurangan
1 Ambu Bag dewasa blue -⁄1 Baik 1⁄-
2 Bag and Mask dewasa
rusch
-⁄- Baik 1⁄1
3 Bengkok 4⁄2 Baik 2⁄2
4 Dresing card 2⁄2 Baik tetapi
tidak sesuai
ukuran
tempat
sampah
-
22
5 Dryer sterilyser -⁄- Baik -
6 Gunting Aj kecil 3⁄1 Baik -
7 Gunting verbal 3⁄1 Baik -
8 Korentang 2⁄1 Baik -
9 Pinset anatomi smic 6⁄1 Baik -
10 Pinset chirrurghi smic 6⁄1 Baik -
11 Regulator O2 tabung 10⁄1 Baik -
12 Standar infuse 15⁄4 Baik -
13 Tensi meter duduk 4⁄1 Baik -
14 Stetoskop 3⁄1 Baik 1⁄-
15 Standart Waskom 10⁄5 Baik -
16 Tempat korentang tanpa
tutup
2⁄1 Baik -
17 Thermometer biasa safety 2⁄1 Baik 10⁄2
18 Desinfeksi Kom 1⁄1 Baik 3⁄1
19 Mayo tube dewasa rusch 1⁄1 Baik 2⁄1
20 Nasal kanul 5⁄3 Baik -
21 Flowmeter humidifier
lengkap
10⁄1 Baik -
22 Bak injeksi 2⁄1 Baik 2⁄1
23 Bak instrument 6⁄1 Baik -
24 Cucing 6⁄1 Baik -
25 Kom 2⁄2 Baik -
26 Tromol besar 3⁄2 Baik -
27 Tromol kecil 1⁄- Baik -
28 Komputer, printer 1⁄- Baik 1⁄-
29 02 tabung 13⁄2 Baik
30 ECG 1⁄- Elektroda
kurang
mengigit
-
31 Kursi roda 2⁄1 Baik -
23
32 Nebulizer 1⁄1 Baik⁄rusak -
33 Suction 1⁄- Baik -
34 Lampu tindakan -⁄- - -⁄1
35 Oximetri 1⁄- Batrai
cepat
habis⁄sering
rusak
-⁄1
4. Alat tenun yang ada di Shofa 4
Tabel 2.7 Alat tenun diruangan Shofa 4 dan isolasi RSU Haji Surabaya
No NAMA ALAT JUMLAH ALAT TENUN
Standart Yang ada Kondisi Kekurangan
1 Sprei 45⁄12 63⁄10 Baik -
2 Penjurus 45⁄12 50⁄- Baik -
3 Selimut putih
atau lorek
45⁄12 50⁄10 Baik -
4 Selimut wool 45⁄12 14⁄- Baik -
5 Sarung bantal 45⁄12 60⁄10 Baik -
6 Sarung guling 45⁄12 10⁄- Baik -
7 Sarung penderita 45⁄12 20⁄- Baik 25⁄12
8 Sarung 02 besar 15⁄10 10⁄- Baik 5⁄10
9 Sarung o2 kecil 6⁄2 6⁄2 Baik -⁄2
10 Skort kerja 20⁄20 20⁄20 Baik -
11 Celana penderita 45⁄12 10⁄- Baik 35⁄12
12 Taplak meja
pasien
45⁄12 40⁄10 Baik 5⁄2
13 Telapak meja
besar
12⁄- -⁄- - 12⁄-
14 Bantal 15⁄4 25⁄6 Baik -
15 Baju penderita - - - -
16 Duk buntu kecil -⁄- - 6⁄4
24
17 Duk buntu besar -⁄- - 6⁄4
18 Duk lubang 10⁄- Baik -⁄4
19 Waslap -⁄- - 15⁄10
20 Perlak meja
kecil
45⁄12 -⁄10 Baik 45⁄2
5. Administrasi Penunjang
1) Lembar observasi dan injeksi
2) Lembar timbang terima antar shif, antar ruang
3) SOP
4) SAK
5) Format PPI
6) Format patient safety
7) Buku pinjam meminjam alat antar ruangan
8) Buku administrasi Px umum/askes
9) Buku jadwal dinas
10) Buku inventaris
11) Format SBAR
Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar sarana di Ruang
Shofa 4 sudah memenuhi jumlah standar yang ditetapkan oleh RSU Haji
Surabaya. Alat-alat yang sudah terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh
ruangan secara optimal sesuai kebutuhan klien. Untuk peralatan yang tidak ada
standar jumlahnya selama ini untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan
kriteria kecukupan penggunaan dalam kegiatan sehari-hari. Pengadaan alat-alat
kesehatan di Ruangan Shofa 4 dikoordinasi oleh Karu. Penyediaan fasilitas
pasien terhadap proses kerja perawat cukup membantu. Inventaris alat di Ruang
Shofa 4 berjalan dengan baik.
6. Fasilitas untuk petugas kesehatan, meliputi :
1) Ruang kepala ruangan terpisah dengan ruang nurse station
2) Kamar mandi dan WC di masing-masing kamar
3) Ruang konsultasi dokter jadi satu dengan ruang Karu
4) Ruang ganti jadi satu dengan mushola
25
5) Nurse station bagian tengah ruangan
6) Gudang disebelah barat dekat dapur pasien
7) Ruangan administrasi berbatasan dengan dapur karyawan
8) Ruang diskusi mahasiswa di pojok barat ruangan
7. Fasilitas untuk pasien, meliputi:
1) Ruang rawat inap yang terdiri dari ruang kelas I dan isolasi (klas 2)
2) Kamar mandi, WC, Wastafel, AC, TV dan korden untuk kelas I dan
kelas untuk II Kamar mandi, WC, wastafel dan kipas angin
Berdasarkan data dari pengkajian diatas, sebagian besar peralatan di
Ruang Shofa 4 Sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh RSU Haji
Surabaya. Alat-alat yang sudah terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh
ruangan secara optimal sesuai kebutuhan klien. Untuk peralatan yang tidak ada
standar jumlahnya selama ini untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan
kriteria kecukupan penggunaan dalam kegiatan sehari-hari. Pengadaan alat-alat
kesehatan di Ruangan Shofa 4 dikoordinasi oleh Karu. Penyediaan fasilitas
pasien terhadap proses kerja perawat cukup membantu. Inventarisasi alat di
Ruang Shofa 4 brjalan dengan baik.
2.2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 - Metode)
1. Penerapan
Pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional (MAKP)
MAKP adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai-
nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
1) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode
keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut
perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer
terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4
– 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan
26
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan
dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika
perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama
pasien dirawat.
2) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan
model tim harus berdasarkan konsep berikut:
(1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan tehnik kepemimpinan.
(2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
(3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
(4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
27
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group
yang terdiri dari tenaga profesional, tehnical dan pembantu dalam satu
grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan
dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):
(1) Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
(2) Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit
untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Dari hasil wawancara tentang model asuhan kepera-watan yang
digunakan saat ini didapatkan bahwa model asuhan keperawatan
yang digunakan adalah model Tim-Primer. Hal ini dikarenakan
pada ruang Shofa 4 kekurangan jumlah tenaga keperawatan
berdasarkan jumlah pendidikan, yaitu dengan rincian S1
Keperawatan 4 orang, D-III Keperawatan 13 orang dan
pendidikan SMA sebanyak 3 orang.
Menurut teori metode Tim-Primer tidak ada tetapi menurut teori
yang ada adalah metode Tim dan metode Primer. Namun pada
ruang Shofa 4 menggunakan metode Tim primer.
2. Timbang Terima
Operan sering disebut dengan timbang terima atau over hand.
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
1) Tujuan Timbang Terima
(1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
(2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh
dinas berikutnya.
(3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
28
2) Langkah-langkah Timbang Terima
(1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
(2) Petugas Shift yang akan mengoperkan mempersiapkan hal-hal yang
akan disampaikan.
(3) Perawat primer atau ketua tim menyampaikan kepada penanggung
jawab shift yang selanjutnya.
(4) Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas & tidak
terburu-buru.
(5) Perawat primer atau ketua tim & anggota kedua shift observasi
langsung kondisi klien.
3) Prosedur Timbang Terima
(1) Persiapan
a. Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
(2) Pelaksanaan
a. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.
b. Dari Nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
operan dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan
tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang
sudah & yang belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan :
a) Identitas pasien & diagnosa medis
b) Masalah keperawatan yang muncul
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan yang belum
d) Intervensi kolaboratif dan dependensi
e) Rencana umum & persiapan lain.
e. Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang
29
dioperkan.
f. Penyampaian pada operan secara singkat & jelas.
g. Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali
pada kondisi khusus.
h. Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh Perawat primer.
4) Dokumentasi dalam Operan
(1) Identitas klien
(2) Diagnosa medis klien
(3) Dokter yang menangani
(4) Kondisi saat klien ini
(5) Masalah Keperawatan
(6) Intervensi yang sudah dilakukan
(7) Intervensi yang belum dilakukan
(8) Tindakan kolaborasi
(9) Rencana umum dan persiapan lain
(10) Tanda tangan dan nama terang
Pada ruang Shofa 4 timbang terima sudah dilakukan pada setiap
pergantian shift jaga dengan tepat waktu, adapun yang dilaporkan dalam
timbang terima yaitu Identitas klien, Diagnosa medis klien, Kondisi saat
klien ini, Masalah Keperawatan, Intervensi yang sudah dilakukan, Intervensi
yang belum dilakukan, Tindakan kolaborasi, Rencana umum dan persiapan
lain.
Timbang terima sudah didokumentasikan, timbang terima dilakukan
dengan cara mendiskusikan di Nurse station lalu dilanjutkan dengan
mengunjungi klien satu persatu sambil mengobservasi keaadan umum dan
perkembangan klien.
Timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada
pergantian shift malam ke pagi (07.00) dan pagi ke sore (14.00) dan malam
(21.00). Timbang terima selalu diikuti oleh semua perawat yang telah dan
akan dinas. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala ruangan atau ketua
tim.
30
Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus yang akan
ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat yang menerima
laporan dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan timbang terima, kepala
ruangan mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus
mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya. Kemudian timbang terima akan
ditutup oleh kepala ruangan. Jadi timbang terima di Ruang Shofa 4 sudah
dilakukan dengan baik karena secara teori komponen-komponen dalam
timbang terima sudah terpenuhi.
5. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan di samping pasien membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan
oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruangan, perawat asociate yang
melibatkan seluruh anggota tim. Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik
meliputi klien dilibatkan secara langsung, klien merupakan fokus kegiatan,
PA/PP dan konsuler melakukan diskusi, konsuler mengfasilitasi kreatifitas dan
konsuler membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
Karakteristik ronde keperawatan adalah :
1) Pasien dilibatkan secara langsung
2) Pasien merupakan fokus kegiatan
3) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
Kriteria pasien yang dibuat ronde keperawatan
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru atau langka
3) Metodenya yaitu dengan diskusi
4) Bukan pasien kritis
31
Di ruang Shofa 4 ronde keperawatan sudah dijalankan, sudah ada
dokumentasi namun belum terjadwal secara rutin, hal ini dikarenakan adanya
kesulitan dalam menyesuaikan jadwal antara perawat dengan tin kesehatan
yang lain (dokter, ahli gizi, fisioterapi, dll). Jadi pada ruang Shofa 4 ronde
keperawatan belum terlaksana dengan baik.
6. Supervisi Keperawatan
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas dan kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif
(Sudjana, 2004).
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan secara kesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan
yang bermutu setiap saat (depkes, 2000)
Menurut Ali zaedin dasar-dasar kepemimpinan dalam keperawatan
membagi tingkatan atas kelas menejer dalam melakukan supervisi yaitu :
1) Manajer puncak (top manajer)
Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari kegiatan
serta proses manajemen umum berkaitan dengan tujuan. misalnya :
Kakanwil Depkes Provinsi, Kadinkes Daerah, Direktur RS, dll.
2) Manager menengah (Middle Manager)
Manager menengah ini memimpin sebagai manager tingkat pertama,
tugasnya menjabarkan kebijaksanaan top manajer kedalam program-
program misalnya: Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang, Kasubdin
Provinsi, Kasubbag Dati II.
3) Manager tingkat Pertama (First Line, First Level Manager, Supervisor
Manager)
Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para pelaksana
atau pekerja. Melaksanakan supervisi sebagai mandor atau supervisor.
Misalnya: Kepala seksi, Kepala Urusan
Dari observasi yang dilakukan di ruang Shofa 4 praktek manajemen
keperawatan, didapatkan data bahwa supervisi keperawatan pada ruang Shofa 4
32
sudah dilakukan tetapi belum terjadwal dan terdokumentasi dengan baik, selain
itu petunjuk pelaksaan supervisi belum ada.
Dari data di atas dapat didapatkan bahwa pada ruang Shofa 4 suvervisi
kurang berjalan dengan baik dikarenakan supervisi dilakukan tidak terjadwal dan
format supervisi hanya dipegang oleh manajer puncak yaitu Kepala RS, namun
pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan alur supervisi yaitu dari Top manager
kemudian ke Kepala tim dan selanjutnya ke perawat pelaksana.
7. Discharge Planning
Discharge planning merupakan suatu bentuk kegiatan MAKP agar klien
dan keluarga yang masuk di ruang Shofa, yang sedang dalam perawatan dan
yang akan pulang mengerti tentang perawatan selama pasien dirawat di ruang
Shofa 4 dan yang akan keluar RS sehingga klien dan keluarga dapat mengikuti
semua proses perawatannya dengan baik. Beberapa hal yang terkandung
didalamnya antara lain pemberian materi atau pengetahuan yang umum
mengenai penyakit.
Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning sudah
dilakssanakan, akan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan hanya
dilaksanakan saat pasien akan pulang dan isinya hanya penjelasan tentang
penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi penyakitnya jika kambuh.
Dalam melakukan discharge planning perawat ridak pernah memberikan brosur
maupun leaflet pada pasien, sehingga pasien kadang lupa tentang penjelasan
yang sudah diberikan oleh para perawat.
Menurut pernyataan dari kepala ruangan Shofa 4 bahwa Discharge
Planning dilaksanakan oleh kepala ruangan bahkan kepala ruangan telah
merencanakan Discharge Planning saat penerimaan pasien baru serta selalu
mengingatkan Discharge Planning pada setiap ronde keperawatan. Pelaksanaaan
Discharge Planning belum optimal diantaranya format Discharge Planning
yang tersedia tidak digunakan sehingga belum diaplikasikan secara maksimal
dan Discharge Planning dibuat serta dilakukan oleh kepala ruang saja.
8. Pengelolaan Sentralisasi Obat
33
Sentralisasi obat adalah pengelolaasn obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan terpenuhi.
Teknik pengelolaan obat antara lain
1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
opersional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
3) Adanya penerimaan obat : obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada
perawat dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat dengan menerima lembar terima obat
4) Pembagian obat : obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam
buku daftar pemberian obat
5) Penambahan obat : bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis,
dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat
6) Obat khusus : pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat yang dilaksanakan oleh perawat primer
Data yang diperoleh tentang pengadaaan sentralisasi obat adalah Di ruang
Shofa 4 sudah ada sentralisasi obat, tetapi hanya obat oral saja sedangkan obat
injeksi dan cairan tidak di sentralisasi. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya
tempat khusus (lemari khusus) penyimpanan obat. Ruangan sudah melakukan
dokumentasi untuk obat yang lain.
Jadi untuk ruangan shofa 4 RSU Haji Surabaya untuk mengoptimalkan
kegiatan sentralisasi obat maka salah satunya harus tersedia tempat khusus
penyimpanan obat.
9. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen
Asuhan Keperawatan Profesional. Perawat profesional diharapkan dapat
menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala
34
tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin
meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.
Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses
keperawatan dan standart Asuhan Keperawatan. Efektifitas dan sfisiensi sangat
bermanfaat dalam mengumpulakan informasi yang relevan serta akan
meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan.
Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan
profesional yang akan tercapai dengan baik apabila sistem pendokumentasian
dapat dilakukan dengan benar. Kegiatan pendokumentasian meliputi
keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses
keperawatan susuai dengan standat asuhan keperawatan.
Macam – macam dokumentasi keperawatan yaitu:
1) POR
2) PIE
3) PIER
4) SOP
5) SOAP
Adapun bagan uraian lembar dokumentasi yang ada di ruang Shofa 4
antara lain:
Tabel 2.8 Lembar Dokumentasi
No URAIAN BAGAN
1 Lembar penerimaan pasien baru 2 Pernyataan rawat inap 3 Rekam medis pasien rawat jalan 4 Rekam medis IRD 5 Tanda vital 6 Hasil pemeriksaan laboratorium 7 Hasil pemeriksaan penunjang ; radiologi,
ECG/patologi-anatomi/sitologi, dll.8 Grafik 9 Lembar transfusi dan infus 10 Lembar pemberian obat 11 Instruksi dokter 12 Lembar konsul / catatan harian dokter13 Lembar catatan perawat
35
14 Lembar Askep 15 Lembar Resume 16 Ringkasan dokumen Askep 17 Pemantauan INOK/ infeksi nosokomial
Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam
pengkajian dan pengisiannya. Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara
manual (belum ada komputerisasi). Catatan keperawatan berisikan jawaban
terhadap nasihat dokter dan tindakan mandiri perawat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendokumentasian pada ruang Shofa 4 RSU
Haji telah dilakukan dengan baik, namun ada beberapa hal yang menjadi kendala
pada pendokumentasian yaitu: Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara
manual (belum ada komputerisasi) tetapi sudah sistematis. Dan semua tindakan
sudah terdokumentasi dengan baik.
2.3 Pembiayaan (M4 - Money)
2.3.1 Sumber dana
Pembiayaan dana renovasi, sumber dana operasional ruangan, alat
kesehatan, fasilitas kesehatan bagi pasien, fasilitas bahan habis pakai bagi
pasien, dan fasilitas kesehatan bagi petugas kesehatan berasal dari rumah
sakit yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Sedangkan
dana kesejahteraan pegawai berasal dari Rumah Sakit. Intensif yang diberikan
dari Rumah Sakit yaitu jasa pelayanan yang diberikan sama untuk semua
ruangan sedangkan jasa medik diberikan berdasarkan pendidikan, masa kerja,
dan risiko pekerjaan. Sedangkan pembiayaan pasien sebagian besar dari BPJS
non PBI, dan umum. Di ruang Shofa IV.
Tabel 2.9 : Biaya perawatan di ruang rawat irna Shofa 4 RSU Haji Surabaya
Tarif tindakan
No. Tindakan Biaya Jumlah1. Memasang infus dewasa 20.000 Disesuaikan2. Memasukkan obat IV, IM,
sub 32.000 Disesuaikan
3. Mengambil darah vena 20.000 Disesuaikan4. Pemakaian oksigen per 2
jam5.000 Disesuaikan
36
Tarif Akomodasi, administrasi, dan visite dokter.
No. Keterangan Biaya Jumlah 1. Administrasi ruangan 10.000 Disesuaikan2. Sewa kamar 119.000 Disesuaikan3. Visite dokter 60.000 Disesuaikan
2.4 Pemasaran (M5 - Marketing)
2.4.1 Jumlah pasien
Tabel 2.10 : Jumlah pasien di Ruang Shofa IV A RSU Haji Surabaya
pada Tanggal 1 – 28 Februari 2014
Tanggal Jumlah Kapasitas TT BOR harian1 15 15 100%2 14 15 93,3%3 15 15 100%4 14 15 93,3%5 15 15 100%6 15 15 100%7 14 15 93,3%8 14 15 93,3%9 13 15 86,7%10 14 15 93,3%11 14 15 93,3%12 14 15 93,3%13 14 15 93,3%14 15 15 100%15 15 15 100%16 15 15 100%17 13 15 86,7%18 15 15 100%19 14 15 93,3%20 15 15 100%21 15 15 100%22 15 15 100%23 15 15 100%24 15 15 100%25 14 15 93,3%26 15 15 100%27 13 15 86,7%28 14 15 93,3%
Jumlah 403 420 95,9%
2.4.2 Indikator Mutu Klinik (Patient Safety)
37
Tabel 2.11 Pendataan kejadian infeksi dan kejadian pasien jatuh pada
bulan Februari tahun 2014
BulanKejadian infeksi
Pasien jatuhPlep Deku
Februari 0 0 0
2.4.3 10 Penyakit Terbanyak
Tabel 2.12 Berbagai pasien dengan 10 penyakit rawat inap terbanyak yang
dirawat di ruang Shofa IV
No. Diagnosa Medis Jumlah pasien
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Diabetes Mellitus
Febris/ fever
Dengue Fever
Diarioea, gastroentritis
Cerebral Infark
Hipertensi
Stroke
Dispepsia
Typoid Abdominal
DHF
65
51
47
46
41
38
37
33
30
26
2.4.4 Indikator Mutu
1. Tingkat Kepuasan
Pasien
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja
perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 20 soal
berbentuk pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan mencakup pemberian
penjelasan orientasi ruangan, pemberian penjelasan setiap prosedur
tindakan, dan sikap perawat selama memberikan asuhan keperawatan.
Jawaban pada pertanyaan pilihan terdiri atas tiga jawaban yaitu “ya”,
“kadang-kadang”, dan “tidak”. Adapun indikator kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan dinilai berdasarkan kuesiner yang berjumlah 20
38
pertanyaan, masing-masing pertanyaan diberi nilai berdasarkan jawaban
kemudian ditotal tiap-tiap responden dan dijumlah keseluruhan. Kriterian
penilaian: jika menjawab “ya” bernilai 2, “kadang-kadang” bernilai 1, dan
“tidak” bernilai 0. Penilaian kepuasan dilakukan berdasarkan rentang
persentase yang diadopsi dari kriteria Notoatmodjo, dimana <56%
menunjukkan kuarang puas, 56-75% menunjukkan cukup puas, dan 75-
100% menunjukkan puas. Pengkajian dilakukan kepada 13 responden.
Keterangan kategori:< 56% : kurang puas56-75% : cukup puas75-100% : puas
Gambar 2.3 Diagram Kepuasan Pasien terhadap Kinerja Perawat Tanggal 11 Maret 2014 di Ruang Shofa RSU Haji Surabaya
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa 61,5% responden
menjawab puas, 23,1% responden menjawab cukup puas, 15,4%
responden menjawab tidak puas karena kurangnya penjelasan tentang
penyakitnya dari perawat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan
pasien diruang Shofa terhadap kinerja perawat adalah “cukup puas”.
2. Keamanan Pasien
Indikator penilaian peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat jumlah
penanggulangan KTD, angka kejadian flebitis, angka kejadian kesalahan
pemberian obat, dan kejadian jatuh. Dari pengukuran indikator mutu
39
pelayanan keperawatan klinik yang dilakukan dengan rekap data satu
bulan sebelumnya (bulan Februari 2014) di ruang Shofa, didapatkan hasil:
1) Jumlah pengulangan KTD yang sama tidak terjadi;
2) Kejadian dekubitus selama Februari 2014 tidak teridentifikasi
adanya kejadian dekubitus di ruang Shofa RSU Haji;
3) Kejadian flebitis, pada bulan Februari 2014 tidak teridentifikasi
adanya kejadian flebitis di ruang Shofa RSU Haji;
4) Kejadian kesalahan pemberian obat tidak terjadi selama bulan
Februari 2014, pemberian obat dilakukan secara benar sesuai dengan
indikasi yang diberikan oleh dokter;
5) Kejadian jatuh tidak terjadi, didapatkan bahwa 100% pasien tidak
mengalami jatuh selama bulan Februari 2014. Meskipun sebagian
pasien mempunyai risiko untuk jatuh, akan tetapi dari hasil tabulasi
menunjukkan tidak ada pasien yang mengalami jatuh.
3. Los Alos
Average length of stay yaitu rata-rata lama rawatan seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu yang dijadikan trecer (yang perlu pengamatan lebih lanjut), secara
umum LOS yang baik adalah 6 – 9 hari.
Rumus = Jumlah hari perawatan pasien
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Tabel 2.13 Jumlah Loss dan Alos pasien di Ruang Shofa 4 RSU Haji
Surabaya pada Tanggal 1 – 28 Februari 2014
No. Tanggal JML PASIEN KRS ALOS (hr)1 1 pebruari 2014 1 32 2 pebruari 2014 1 53 3 pebruari 2014 2 124 4 pebruari 2014 4 75 5 pebruari 2014 1 156 6 pebruari 2014 6 87 7 pebruari 2014 5 88 8 pebruari 2014 6 89 9 pebruari 2014 3 6
40
10 10 pebruari 2014 - -11 11 pebruari 2014 6 1112 12 pebruari 2014 5 413 13 pebruari 2014 4 614 14 pebruari 2014 3 615 15 pebruari 2014 2 416 16 pebruari 2014 3 317 17 pebruari 2014 - -18 18 pebruari 2014 3 419 19 pebruari 2014 6 620 20 pebruari 2014 4 321 21 pebruari 2014 - -22 22 pebruari 2014 2 723 23 pebruari 2014 2 524 24 pebruari 2014 5 625 25 pebruari 2014 3 426 26 pebruari 2014 1 627 27 pebruari 2014 2 328 28 pebruari 2014 8 5
Jumlah 88 155
Lama rawat inap pasien di ruang Shofa bulan Februari 2014 rata-rata
adalah 6 - 7 hari, pulang dengan kondisi membaik 87,5%, kondisi belum
sembuh (APS) 7,9%, meninggal 4,5%. Data selama Februari 2014 untuk
perhitungan ALOS adalah 155 hari (jumlah hari perawatan total) dengan
jumlah total pasien 88 pasien.
Rata-rata lama perawatan pada pasien di ruang Shofa 4 mulai dari masuk
rumah sakit sampai keluar sembuh adalah :
Jumlah pasien yang keluar adalah 88 orang dan jumlah hari perawatan
pasien keluar selama di ruang Shofa 4 adalah 155 hari. Sehingga ALOS yang
didapatkan 1,8 atau setara dengan 1-2 hari untuk satu pasien.
Indikator ALOS dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan
lebih lanjut) dan dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi (Depkes RI,
2005). Menurut surat keputusan menteri keuangan RI, 1989 efisiensi adalah
kemampuan untuk memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan
41
(input) yang serendah-rendahnya. Menurut Hansen (1997) terdapat dua
karakteristik yang berhubungan dengan pengukuran waktu yaitu reliability (on-
time delivery) merupakan pelayanan tepat waktu dan responsibility yang
merupakan karakteristik dari waktu yang kritis atau lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk melayani pasien. Hal ini mengakibatkan lama rawat di rumah
sakit lebih panjang dan biaya lebih besar, oleh sebab itu dibutuhkan sistem
pelayanan kesehatan yang memberikan akses universal bagi semua anggota
masyarakat, memberikan perawatan komprehensif, yang mudah, dapat diakses
dan tepat (Perry dan Potter, 2005)
Secara keseluruhan rerata ALOS di ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya
sudah sesuai dengan standar Depkes RI.
42
2.5 Alur
Alur PJ Referensi
Petugas triase Protap tatalaksana triase
Petugas rekam medis
Protap pendaftaran pasien IGD
Dokter jaga Protap penanganan pernafasan dan jalan nafas, protap penanganan sirkulasi
Dokter spesialis Protap konsultasi
Protap medis yang sesuai, protap pelayanan penunjang yang sesuai
Dokter jaga Protap penanganan pasien meningal di IGD
Dokter jaga Protap rujukan
Dokter jaga Protap KRS
Dokter jaga Protap MRS
Kasir IGD Protap pembayaran pasien IGD
Pasien IGD
Triase
Pendaftaran pasien
Kode biru Kode merah
Kode kuning
Kode hijau
Petugas IGD melakukan manajemen ABC untuk menangani kegawatdaruratan pasien di ruang resusitasi
Pelayanan bedah CITO
Petugas IGD melakukan tindakan Medis
Dokter jaga berkonsultasi dengan dokter spesialis
Pelayanan Radiologi Cito
Pelayanan Lap PK Cito
Pasien dinyatakan dirujuk
Pasien dinyatakan di rujuk
Pasien dinyatakan KRS
Pasien dinyatakan MRS
Pasien membayar pelayanan IGD di kasir IGD
Pasien membayar
43
2.6 Analisa Penyelenggaraan Perawatan
No ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING
1 M1 (KETENAGAAN)
Internal Factore (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
Adanya tugas, peran dan
wewenang yang jelas
Adanya kedisiplinan pegawai
Adanya 2 orang CI di ruangan
yang membimbing mahasiswa
Adanya perawat yang pernah
mengikuti pelatihan dan seminar
PPGD 80%, BCLS 20%, BLS
10%, Pasien Safety 5%, Service
Excellence 5%, Management
Bangsal 5%.
100% perawat menyatakan
bahwa struktur organisasi yang
ada sesuai dengan kemampuan
perawat
Ada mahasiswa S1 Keperawatan
yang praktek di ruangan
Metode MAKP Tim-Primer
Jenis ketenagaan:
S1 Keperawatan: 4 orang
D3 Keperawatan: 13 orang
Total
WEAKNESS
Pelaksanaan MAKP masih belum
maksimal dikarenakan
menggunakan Tim-Primer
0,1
0,3
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
1
0,5
4
4
3
3
2
1
1
3
2
0,4
1,2
0,3
0,3
0,2
0,1
0,1
0,3
3,1
1
S-W
3,1-1,5
=1,6
44
Sentralisasi Obat belum berjalan
dengan baik karena komunikasi
antar PP dan PA belum berjalan
dengan baik
Total
Eksternal Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
Adanya pelatihan tentang
Manajemen Keperawatan
Rumah sakit memberikan
kebijakan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi bagi perawat
ruangan
Kepala ruangan dan staf
menerima dengan baik dan
memfasilitasi mahasiswa
praktek Manajemen
Keperawatan di ruangan
Adanya kerjasama yang baik
antara perawat klinik dan
mahasiswa
Semua ruangan di RSU Haji
sudah mendapat sertifikat ISO
2009
RSU Haji sudah mendapat
akreditasi A dengan Rumah
Sakit dengan tipe B pendidikan.
Total
0,5
1
0,4
0,1
0,2
0,1
0,1
0,1
1
1
4
3
3
3
2
2
0,5
1,5
1,8
0,3
0,6
0,3
0,2
0,2
3,4
O-T
3,4-2,1
= 1,3
45
TREATHENED
Sebagian besar pasien di Ruang
Shofa 4 memiliki tingkat
ketergantungan parsial dan total
Ada tuntutan dari pasien untuk
pelayanan yang lebih
profesional
Makin tingginya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya
kesehatan
Adanya pertanggung jawaban
legalitas bagi pasien
Kebijakan pemerintah tentang
BPJS PBI
Total
0,3
0,3
0,1
0,2
0,1
1
2
2
2
3
1
0,6
0,6
0,2
0,6
0,1
2,1
No ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING
2 M2 (SARANA PRASARANA)
Internal Factore (IFAS)
STRENGTH
1. Mempunyai sarana dan
prasarana yang mencukupi
untuk pasien dan tenaga
kesehatan
2. Semua sarana dan prasarana
sudah digunakan secara optimal
3. Terdapat administrasi,
penunujang buku ekspedisi,
format timbang trima dan buku
tindakan khusus.
4. Semua administrasi penunjang
telah digunakan secara optimal
0,3
0,2
0,1
0,15
4
2
2
2
1,2
0,4
0,2
0,3
46
5. Tersedianya nurse station
6. Pengelolaan sampah ruangan
sudah terpisah antara sampah
medis dan non medis
Total
WEAKNESS
1. Belum ada ruangan diskusi
khusus untuk dokter dan
perawat
2. APD belum lengkap
3. Sop tidak diletakkan di dekat
alat.
4. Tidak adanya ruang ganti untuk
perawat
Total
Eksternal Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya kerjasama untuk
pengadaan alat kesehatan
2. Tersedianya dana untuk
perbaikan dan penggantian alat
yang tak layak
Total
TREATHENED
1. Adanya tuntutan yang tinggi
dari pasien untuk memberikan
sarana dan prasarana yang
memadai
Total
0,15
0,1
1
0,3
0,2
0,3
0,2
1
0,5
0,5
1
1
1
1
2
3
2
2
2
3
4
3
0,15
0,2
2,45
0,9
0,4
0,6
0,4
2,3
1,5
2
3,5
3
3
S-W
2,45-2,3
= 0,15
O-T
3,5-3
= 0,5
47
No ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING
3 M3 (METODE)
1. MAKP
Internal Factore (IFAS)
STRENGTH
1. RS memiliki visi, misi dan
motto sebagai acuan dalam
melakukan kegiatan pelayanan
2. MAKP Tim-Primer telah
diterapkan di ruang Shofa 4
3. Terlaksananya komunikasi yang
adekuat antar perawat dan tim
kesehatan yang lain
4. Mempunyai protap untuk setiap
jenis tindakan
Total
WEAKNESS
1. MAKP Tim-Primer sudah
berjalan dengan baik tetapi
belum maksimal.
Total
Eksternal Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. adanya kebijakan RS terhadap
profesionalisasi perawat
2. adanya mahasiswa S-1
keperawatan melaksanakan
peraktek manajemen di ruang
Shofa 4
0,3
0,3
0,2
0,2
1
1
1
0,4
0,4
3
3
3
3
1
2
2
0,9
0,9
0,6
0,6
3
1
1
0,8
0,8
S-W
3-1
= 2
48
3. Adanya kerjasama antara
institusi pendidikan dengan
RSU haji
Total
TREATHENED
1. Persaingan antara rumah sakit
swasta yang semakin ketat
2. Adanya tuntutan masyarakat
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih
profesional.
3. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan hukum.
Total
2. Dokumentasi Keperawatan
Internal faktor (ifas)
STRENGTH
1. Pendokumentasian asuhan
keperawatan model por
(problem oriented record)
2. Tersedianya sarananya sarana
dan prasarana untuk
pendokumentasian (format
timbang terima dan
sentralisasi obat, SAK sudah
mengunakan komputerisasi)
3. Sistem pendokumentasian
laporan harian untuk evaluasi
mengunakan sistem SOAP
0,2
1
0,4
0,2
0,4
1
0,3
0,2
0,2
2
4
2
3
4
3
2
0,4
2
1,6
0,4
1,2
3,2
1,2
0,6
0,4
O-T
2-3,2
= -1,2
49
4. Adanya kemauan perawat
untuk melaksanakan
pendokumentasian
Total
WEAKNESS
1. Jumlah pasien dan beban
kerja yang tinggi sehingga
pendokumentasian belum
optimal
2. SAK belum dilaksanakan
secara optimal karena isinya
yang kurang sesuai dengan
intervensi yang dibutuhkan
3. Pengawasan terhadap
sistematika
pendokumentasian kurang
dilaksanakan secara optimal
4. Dokumentasi asuhan
keperawatan tidak dilengkapi
segera saat pasien masuk
rumah sakit dan dirawat.
Total
Exsternal faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya prongram pelatihan
yang dapat membantu
perawat dalam melakukan
pendokumentasian yang
benar
2. Peluang perawat untuk
0,3
1
0,3
0,3
0,1
0,3
1
0,5
0,5
3
2
4
1
2
3
3
0,9
3,1
0,6
1,2
0,1
0,6
2,5
1,5
1,5
S-W
3,1-2,5
= 0,6
50
meningkatkan pendidikan
(pengembangan SDM)
Total
THREATHENED
1. Adanya tingkat kesadaran
yang tinggi dari pasien dan
keluarga tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat
Total
3. Ronde Keperawatan
Internal faktor (ifas)
STRENGTH
1. Ronde keperawatan sudah
dilakukan diruang Shofa 4.
2. Sebagian perawat sudah
mengerti definisi ronde
3. Bidang keperawatan dan
ruangan mendukung adanya
ronde
4. Adanya tenaga perawat
lulusan S1 ruang Shofa 4
5. Adanya kemauan perawat
untuk berubah
Total
WEAKNESS
1. Sudah dilaksanakan ronde
keperawatan tetapi belum
didokumentasikan
1
1
1
0,1
0,2
0,3
0,2
0,2
1
0,2
4
2
2
3
3
3
3
3
4
4
0,3
0,4
0,9
0,6
0,6
2,8
0,6
O-T
3-4
= -1
S-W
2,8-2,4
=o,4
51
2. Peran katim belum tampak
untuk pelaksanaan ronde
3. Belum diadakan informed
consent
4. Ronde keperawatan belum
terjadwal sebagai kegiatan
rutin di ruangan
5. Belum adanya perawat yang
mengikuti pelatihan tentang
ronde keperawatan selain
KARU dan CI
6. PP menentukan kasus yang
dirondekan
Total
Exsternal faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa S1.
Keperawatan yang peraktik
manajemen keperawatan
2. Terbuka kesempatan
melanjutkan pendidikan atau
magang
Total
THREATHENED
1. Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan yang
profesional dan bermutu
sesuai dengan peningkatan
biaya perawatan
0,2
0,1
0,2
0,1
0,2
1
0,4
0,6
1
0,5
2
4
2
2
2
3
2
3
0,4
0,4
0,4
0,2
0,4
2,4
1,2
1,2
2,4
1,5 O-T
2,4-3
= -0,6
52
2. Persaingan antar RS akan
kualitas pelayanan perawatan
Total
4. Sentralisasi Obat
Internal faktor (ifas)
STRENGTH
1. Tersedianya sarana dan
perasarana untuk pengelolaan
sentralisasi obat (tempat obat,
format sentralisasi)
2. Kepala ruangan mendukung
kegiatan sentralisasi obat
3. Adanya kemauan perawat
untuk melakukan sentralisasi
obat
4. Sentralisasi obat di ruangan
Shofa 4 hanya dilakukan
pada obat oral saja
Total
WEAKNESS
1. Kepala ruangan mendukung
sentralisasi obat
2. depo farmasi belum ada di
setiap ruangan masih
tersentral di Depo farmasi
3. belum ada supervisi terhadap
kegiatan sentralisasi obat
4. latar belakang pendidikan
perawat bervariasi
5. sarana kurang mendukung
0,5
1
0,3
0,2
0,2
0,3
1
0,1
0,2
0,1
0,2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
1,5
3
0,6
0,6
0,6
0,9
2,7
0,3
0,6
0,3
0,6
S-W
2,7-3,4
=- 0,7
53
sentralisasi obat (loker,
cheklis)
6. MAKP Tim primer belum
terlaksana dengan baik
Total
Exsternal faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya prongram pelatihan
yang dapat membantu perawat
dalam melakukan
pendokumentasian yang benar.
2. Peluang perawat untuk
meningkatkan pendidikan
(pengembangan SDM)
Total
THREATHENED
1. Adanya tingkat kesadaran yang tinggi dari pasien dan keluarga tentang tanggung jawab dan tanggung gugat
Total
5.Supervisi
Internal faktor (ifas)
STRENGTH
1. RSU Haji Surabaya
merupakan RS pendidikan
yang terakreditasi B
2. Supervisi keperawatan
0,2
0,2
1
0,5
0,5
1
1
1
0,2
4
4
2
2
3
3
0,8
0,8
3,4
1,0
1,0
2,0
3
1,0
0,6
O-T
2,0-3
= -1
54
sudah dilakukan di Ruang
Shofa 4
3. Adanya kemauan perawat
ruang Shofa 4 untuk berubah
4. Kepala bidang keperawatan
dan kepala ruangan
mendukung kegiatan
supervisi demi peningkatan
mutu pelayanan
keperawatan
Total
WEAKNESS
1. Belum ada uraian tentang
hadwal supervise dengan
pasti
2. Kurangnya program
pelatihan dan sosialisasi
tentang supervisi
3. Belum adanya dokumentasi
supervisi yang jelas
Total
Eksternal faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa S1.
Keperawatan yang peraktik
manajemen keperawatan
2. Terbuka kesempatan
melanjutkan pendidikan atau
magang
Total
0,3
0,2
0,3
1
0,4
0,3
0,3
1
0,5
0,5
1
3
3
3
2
3
2
3
3
0,9
0,6
0,9
3
0,8
0,9
0,6
2,3
1,5
1,5
3
S-W
3-2,3
= 0,7
55
THREATENED
1. Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan yang
profesional dan bermutu
sesuai dengan peningkatan
biaya perawatan
2. Persaingan antar RS akan
kualitas pelayanan perawatan
Total
6. TIMBANG TERIMA
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Timbang terima sudah
dilakukan pada setiap
pergantian shift
2. Tahap-tahap proses timbang
terima sudah dijalankan
secara lengkap yaitu pre dan
validasi ke pasien
3. Kepala ruangan memimpin
kegiatan timbang terima
setiap pagi
4. Format timbang terima sudah
sesuai dengan standart
5. SDM di ruang Shofa 4 sudah
cukup memadai
6. Tersedianya Ners Satasion
Total
0,5
0,5
1
0,3
0,2
0,1
0,2
0,1
0,1
1
3
2
3
3
3
3
3
3
1,5
1
2,5
0,9
0,6
0,3
0,6
0,3
0,3
3
O-T
3-2,5
= 0,5
56
WEAKNESS
1. Ners station belum
memenuhi standart
2. Teknik timbang terima
masih belum optimal
3. Adanya perawat yang masih
ngomong sendiri waktu
timbang terima
4. Masih banyak timbang
terima tentang maslah medis
Total
Eksternal faktor (EFAS)
OPORTUNITY
1. Adnya mahasiswa S1 praktek
Managemen Keperawatan
2. Adnya kerjasama yang baik
antara mahasiswa S1 yang
praktik dengan perawat
ruangan
3. Sarana dan prasarana
penunjang cukup tersedia
Total
THREATENED
1. Adanya tuntutan yang tinggi
dari pasien untuk
memberikan sarana dan
prasarana yang memadai
2. Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gunggat
0,3
0,3
0,2
0,2
1
0,3
0,3
0,4
1
0,2
0,5
2
1
1
2
3
3
4
2
3
0,6
0,3
0,2
0,4
1,5
0,9
0,9
1,6
3,4
0,4
1,5
S-W
3-1,5
=1,5
57
perawat sebagai pemberi
Asuhan Keperawatan
3. Pesraingan antar ruangan
yang semakin kuat dalam
pemberian pelayanan
Total
7. DISCHARGE PLANNING
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Di ruang Shofa 4 sudah
dilaksanakan Discharge
Planning
2. Tersedianya format
Discharge Planning di ruang
Shofa 4
3. Tersedianya resum
keperawatan untuk pasien
pulang
4. Adanya kemauan perawat
untuk memberikan
pendidikan keasehatan
kepada pasien/keluarga
5. Memberikan PENKES
kepada pasien/keluarga
selama dirawat atau pulang
secara lisan
Total
WEAKNESS
1. Tidak tersedianya leafleat
saat pasien pulang
2. Discharge Planning hanya
0,3
1
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
1
0,3
0,4
2
3
3
3
3
2
4
3
0,6
2,5
0,6
0,6
0,6
0,6
0,4
2,8
1,2
1,2
O-T
3,4-2,5
= 0,9
58
dilakukan saat pulang saja
3. Pendokumentasian Discharge
Planning di ruangan sudah
ada belum dilaksanakan
secara optimal.
Total
Eksternal faktor (EFAS)
OPORTUNITY
1. Adanya Mahasiswa S1 yang
praktek Managemen
Keperawatan
2. Adanya kerjasma yang baik
antara Mahasiswa dengan
Perawat ruang Shofa 4
3. Pasien dan keluarga sebagian
besar berpendidikan tinggi
sehingga memudahkan
penerimaan PENKES yang
disampaikan Perawat
4. Kemauan pasien/keluarga
terhadap anjuran Perawat
Total
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan
pelayanan Keperawatan yang
Profesional
2. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
0,3
1
0,3
0,3
0,2
0,2
1
0,3
0,2
3
3
3
2
3
3
2
0,9
3,3
0,9
0,9
0,4
0,6
2,8
0,9
0,4
S-W
2,8-3,3
= - 0,5
O-T
2,8-2,3
= 0,5
59
3. Persaingan antar Rumah Sakit
swasta yang semakin ketat
4. Makin tingginya keingin
tahuan klien/ keluarga/
masyarakat tentang penyakit
Total
8. PENERIMAAN PASIEN
BARU
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Sudah sesuai dengan alur
penerimaan pasien baru
2. Prises pengkajian sudah
dilaksanakan oleh perawat
ruangan
3. Tersedia format PPB
Total
WEAKNESS
1. Tidak pernah menjelaskan
fasilitas yang ada di RS
2. Perawat jarang
memeperkenalkan diri ke
pasien
Total
Eksternal faktor (EFAS)
OPORTUNITY
1. Adanya Mahasiswa S1 yang
praktek Managemen
Keperawatan
0,2
0,3
1
0,3
0,3
0,4
1
0,5
0,5
1
0,2
2
2
3
3
3
2
2
3
0,4
0,6
2,3
0,9
0.9
1,2
3
1
1
2
0,6
S-W
3-2
= 1
60
2. Adanya kerjasma yang baik
antara Mahasiswa dengan
Perawat ruang Shofa 4
3. Adanya kemauan Perawat
untuk berubah
Total
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan
pelayanan Keperawatan
yang Profesional
2. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
3. Persaingan antar Rumah
Sakit swasta yang semakin
ketat
4. Makin tingginya keingin
tahuan klien/ keluarga/
masyarakat tentang penyakit
Total
0,5
0,3
1
0,2
0,3
0,3
0,2
1
3
3
3
3
2
2
1,5
0,9
3
0,6
0,9
0,6
0,4
2,5
O-T
3-2,5
= 0,5
III / IV
Agresif
61
2.7 Diagram Layang Analisa SWOT
Keterangan
1. PPB : Penerimaan pasien baru
2. MAKP :Model asuhan
keperawatan profesional
3. SV : Supervisi
4. SO :Sentralisasi Obat
5. DK : Dokumentasi Keprawata
6. RK :Ronde keperawatan
7. TT :Timbang Terima
8. DP :Discharge Planing
9. M1 :Ketenagakerjaan
10. M2 :Sarana Prasarana
I / II
Turn Arrond
IV / I
Defersifikasi
III / IV
Defensif
W
O
S
T
-0,5
-1
-2
-1,5
-2 -1,5 -1 -0,5 21,510.5
0,5
1
1,5
2
Dk 0,6, -5
Rk 0,4,-0,6
M2 0,15,0,5
M1 1,6, 1,3 Makp 2,1,2
Dp -0,5,0,5
Tt 1,5, 0,9
So -0,7, 1
Ppb 1,0,5
Sv 0,7,0,5
62
2.8 Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan
SWOT maka kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Supervisi keperawatan sudah dilakukan dan sudah terjadwal dalam 1
tahun.
2. Sentralisasai obat sudah dilakukan di SHOFA 4 RSU HAJI Surabaya tapi
masih dilakukan pada obat oral saja, sedangkan obat injeksi dan cairan
belum tersentralisasi.
3. Ronde keperawatan sudah pernah dilakukan di Shofa 4 RSU HAJI
Surabaya dan sudah terdokumentasi.
4. Sisitem pendokumentasian yang sehari - hari diterapkan di SHOFA 4
adalah sistem pendokumentasian model POR yang menggunakan SOAP
dalam catatan perkembangan.
5. Penerapan model MAKP sudah dilakukan tetapi belum optimal.
6. Mempunyai sarana dan prasarana yang mencukupi untuk pasien dan
tenaga kesehatan.
7. Disharge planning sudah dilakukan, tapi hanya dijalankan saat klien akan
pulang. Sudah terdapat format perencanaan pasien pulang yang berisi sama
dengan format disharge planning yang sesuai tetapi belum ada leaflet.
8. Penerimaan pasien baru sudah dilakukan sesuai dengan alur, proses
pengkajian juga sudah dilaksanakan oleh perawat.
9. Ketenagaan kerja menurut tingkat pendidikan mengalami kekurangan
dikarenakan jumlah tenaga yang berpendidikan Sarjana Keperawatan
hanya sebanyak 4 orang.
10. Timbang terima selama ini sudah dilakukan pada setiap pergantian sihft
jaga.
63
2.9 Prioritas Masalah
No Masalah
Skor analisis
SWOT PRIORITAS
IFAS EFAS
1 Sentralisasi obat -0.7 1 1
2 Discharge planning -0,5 0,4 2
3 Ronde keperawatan 0,4 -0,6 3
4 Dokumentasi 0,6 -0,5 4
5 M2 (Sarana Prasarana) 1,15 0,5 5
6 Supervisi 0,7 0,5 6
7 Penerimaan pasien baru 1 0,5 7
8 M1 (Ketenagaan, Pasien) 1,3 1,1 8
9 Timbang terima 1,5 0,9 9
10 MAKP 2 1,2 10
Keterangan
11. PPB : Penerimaan pasien baru
12. MAKP :Model asuhan
keperawatan profesional
13. SV : Supervisi
14. SO :Sentralisasi Obat
15. DK : Dokumentasi Keprawata
16. RK :Ronde keperawatan
17. TT :Timbang Terima
18. DP :Discharge Planing
19. M1 :Ketenagakerjaan
20. M2 :Sarana Prasarana
64
POA (PLANING OF ACTION)
No Problem Tujuan KegiatanIndikator
Keberhasilan
Penanggung
Jawab
Waktu
1. Methode
MAKP
Mampu meningkatkan penerapan MAKP primary Nursing pemula.
1. Mendiskusikan setiap hambatan yang dalam penerapan model primary nursing.
2. Sosialisasi hasil desiminasi.3. Merencanakan kebutuhan
tenaga perawat.4. Melakukan pembagian peran
perawat.5. Menentukan diskripsi tugas
dan tanggung jawab perawat.6. Melakukan pembagian
jadwal serta pembagian tenaga perawat.
7. Membantu penerapan model MAKP yang sudah ada.
8. Supervisi penerapan MAKP9. Evaluasi
MAKP primary Nursing diterapkan secara baik.
Mega Idhatul K, S.Kep
Minggu II - III
2. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat dilaksanakan secara optimal.
1. Menyusun proposal Sentralisasi obat.
2. Menentukan penanggung jawab Sentralisasi obat.
Seluruh obat klien sudah tersentralisasi dengan baik.
Defit Rahmawati, S.Kep
Minggu II - III
65
3. Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat, dokter dan bagian farmasi.
4. Mendokumentasi-kan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi obat.
5. Membuat format pencatatan sentralisasi obat.
3. Penerimaan pasien baru
Menerima dan menyambut kedatangan pasien baru dengan hangat dan terapeutik
Mensosialisasikan tentang alur penerimaan pasien baru
Menyusun dan membuat format penerimaan pasien barunserta petunjuk teknis pengisiannya.
Melaksanakan penerimaan pasien baru secara alur.
Mendokumentasikan hasil dengan benar.
semua perawat dapat menerapkan komunikasi yang baik dan diberi sentuhan terapeutik.
Penerimaan pasien baru sesuai standar
Linda Inggawati, S.Kep
Minggu II - III
4. Timbang Terima
Timbang terima dilakukan secara optimal dan terdokumen-tasi.
1. Menyusun proposal timbang terima.
2. Menentukan penanggung jawab timbang terima.
3. Menyusun format timbang terima klien serta petunjuk teknis pengisiannya.
1. Timbang terima dilakukan di nurse station dan di klien.
2. Isi timbang terima tentang masalah keperawatan yang sudah dan belum teratasi.
3. Timbang terima terdokumen-tasi dengan baik.
Hadi Teguh Prasetyo, S.Kep
Minggu II - III
66
4. Melaksanakan timbang terima
5. Discharge planning
Discharge planning dilaksanakan secara optimal dan terdokumen-tasi dengan baik.
1. Mengajukan proposal pelaksanaan discharge planning.
2. Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning.
3. Mensosialisa-sikan dan melaksanakan discharge planning.
Setiap klien mulai masuk sampai pulang sudah mendapatkan discharge planning.
Wahyu Choirunisa, S.Kep
Minggu II - III
5