bab ii

100
4 BAB II PENGKAJIAN Dalam bab ini akan disajikan tentang proses pengkajian yang berdasarkan 5M (Man, Material, Method, Money, Marketing) meliputi pengumpulan data, analisis SWOT, dan identifikasi masalah. 2.1 Visi, Misi, dan Motto 2.1.1 Visi RSU Haji Surabaya Rumah sakit pilihan masyarakat, prima dan islami dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian. 2.1.2 Misi RSU Haji Surabaya 1. Menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas melalui SDM yang professional, mukhlis dan komitmen tinggi sesuai perkembangan IPTEKDOK. 2. Meningkatkan kualitas hidup sesuai harapan pelanggan. 3. Mewujudkan sarana prasarana yang memadai. 4. Mewujudkan wahana pembelajaran dan penelitian dalam upaya untuk profesionalisme yang handal. 5. Menanamkan budaya kerja sebagai bagian dari ibadah dan profesionalisme. 6. Mengembangkan program unggulan. 7. Mengembangkan jejaring dengan institusi lain 2.1.3 Motto RSU Haji Surabaya

Upload: fienna-alissya-putri

Post on 01-Feb-2016

254 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 2

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

4

BAB II

PENGKAJIAN

Dalam bab ini akan disajikan tentang proses pengkajian yang berdasarkan

5M (Man, Material, Method, Money, Marketing) meliputi pengumpulan data,

analisis SWOT, dan identifikasi masalah.

2.1 Visi, Misi, dan Motto

2.1.1 Visi RSU Haji Surabaya

Rumah sakit pilihan masyarakat, prima dan islami dalam pelayanan,

pendidikan dan penelitian.

2.1.2 Misi RSU Haji Surabaya

1. Menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas

melalui SDM yang professional, mukhlis dan komitmen tinggi sesuai

perkembangan IPTEKDOK.

2. Meningkatkan kualitas hidup sesuai harapan pelanggan.

3. Mewujudkan sarana prasarana yang memadai.

4. Mewujudkan wahana pembelajaran dan penelitian dalam upaya untuk

profesionalisme yang handal.

5. Menanamkan budaya kerja sebagai bagian dari ibadah dan

profesionalisme.

6. Mengembangkan program unggulan.

7. Mengembangkan jejaring dengan institusi lain

2.1.3 Motto RSU Haji Surabaya

Motto RSU Haji adalah “Menebar salam dan senyum dalam pelayanan”.

2.1.4 Visi Keperawatan RSU Haji Surabaya

Menjadi pioner keperawatan professional yang islami.

2.1.5 Misi Keperawatan RSU Haji Surabaya

1. Meningkatkan kompetensi tenaga keperawatan melalui peningkatan

pendidikan dan penelitian.

2. Menyiapkan sarana dan prasarana pelayanan sesuai standar.

3. Menata sistem pelayanan keperawatan profesionalisme.

4. Menata program bimbingan mahasiswa keperawatan.

4

Page 2: BAB II

5

5. Meningkatkan pembinaan etik profesi tenaga keperawatan.

6. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan

keperawatan.

2.1.6 Tujuan Unit Keperawatan RSU Haji Surabaya

Memberikan pelayanan keperawatan profesional yang islami sesuai

standar asuhan keperawatan

2.1.7 Falsafah Keperawatan RSU Haji Surabaya

Bantuan keperawatan yang diberikan kepada pasien, keluarga, masyarakat

secara profesional tanpa memandang suku, agama dan pangkat sosial

masyarakat yang dilandasi dengan niat ibadah kepada Allah SWT.

2.1.8 Nilai Keperawatan

1. Tanamkan kejujuran, keramahan dan profesionalisme dalam memberikan

pelayanan keperawatan.

2. Ciptakan rasa saling menghormati antara perawat dan profesi kesehatan

lain dalam bekerja

2.1.9 10 Pedoman Keperawatan RSU Haji Surabaya

1. Berkata/ berbuat benar dan bijaksana.

2. Saling menghargai dan bekerjasama.

3. Komunikatif dan santun.

4. Sabar dan kasih sayang.

5. Kompeten dan bertanggung jawab.

6. Memecahkan masalah pasien melalui proses keperawatan.

7. Bekerja sesuai standar praktek keperawatan.

8. Kepedulian.

9. Mengutamakan kepuasan pelanggan.

10. Cepat, tanggap, dan pro aktif.

11. Mewujudkan pelayanan kesehatan prima sesuai dengan pelayanan

kesehatan yang bermutu

Page 3: BAB II

6

2.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan tanggal 10 Maret 2014 – 11 Maret 2014,

meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan

pemasaran (marketing). Data yang didapat dianalisis menggunakan analisis

SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu

sebagai prioritas masalah.

2.2.1 Tenaga dan Pasien (M1 - Man)

1. Struktur Organisasi

Ruangan Shofa 4 dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh 6

ketua tim (PP), dan 10 perawat pelaksana. Adapun struktur organisasinya

adalah :

Gambar 2.1 Bagan struktur organisasi MAKP Instalasi Rawat Inap Shofa 4 RSU Haji Surabaya

KATIM I ( PP 1 )

KARU

KATIM 2 ( PP 2 )

PASIEN 7 - 8 ORANG

PERAWAT PELAKSANA/PA

PAGI

PERAWAT PELAKSANA/PA

SORE

PERAWAT PELAKSANA/PA

MALAM

PASIEN 7 - 8 ORANG

PERAWAT PELAKSANA/PA

PAGI

PERAWAT PELAKSANA/PA

SORE

PERAWAT PELAKSANA/PA

MALAM

Page 4: BAB II

7

Stuktur organisasi di ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya

menggunakan MAKP model tim primer. Ketua tim dibagi menjadi 6 orang

yang masing-masing mempunyai anggota perawat pelaksana 1 sampai 2

orang. Perawat asosiate/perawat pelaksana bertanggung jawab kepada

ketua tim, sedangkan ketua tim bertanggung jawab kepada kepala ruangan.

1) Tugas pokok dan fungsi

(1) Kepala Ruangan

Pengertian adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi

tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur dan

mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di rawat inap.

Kepala ruangan mempunyai tugas dan fungsi sebagi berikut:

a. Menyusun rencana kerja pelayanan diruang inap

b. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan sesuai

kebutuhan

c. Menyusun rencana kebutuhan peralatan dan obat sesuai

kebutuhan

d. Menyusun daftar dinas

e. Mengikuti timbang terima pasien

f. Melakukan orentasi pada perawat baru

g. Melaksanakan program bimbingan mahasiswa

h. Mengatur alat agar dalam keadaan siap pakai

i. Mengatur dan mengendalikan pemberian asuhan

keperawatan

j. Meningkatkan kolaborasi dengan tim lain

k. Melakukan program bimbingan para staf yang mengalami

kesulitan

l. Mendelegasikan tugas pada katim pada saat karu tidak ada

m. Mengatur penugasan PRS

n. Mengadakan pertemuan berkala setiap bulan dengan staf

o. Mengecek kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan

p. Mengendalikan mutu pelayanan keperawatan

q. Mengadakan diskusi dengan staf apabila ada masalah

Page 5: BAB II

8

r. Membuat penilaian kinerja karyawan

s. Merencanakan dan mengevaluasi mutu asuhan keperawatan

t. Membuat laporan tahunan

(2) Tugas Perawat Primer

Pengertian : seorang perawat yang diberi wewenang dan tanggung

jawab dalam mengelola satu tim pelayanan keperawatan pada

setiap shift jaga. Uraian tugas :

a. Bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan

shift jaga.

b. Bersama kepala ruangan melakukan timbang terima

pasien.

c. Membagi tugas tingkat ketergantungan pasien.

d. Menyusun rencana asuhan keperawatan

e. Mengikuti visite dokter

f. Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan

bersama anggota tim

g. Mengorientasi pasien baru

h. Menjelaskan renpra yang telah ditetapkan pada

perawat pelaksana

i. Memonitor pendokumentasian askep yang

dilakukan perawat pelaksana

j. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada perawat

pelaksana

k. Melakukan tindakan keperawatan yang tidak dapat

dilakukan oleh perawat pelaksana

l. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan

laborat

m. Melakukan evaluasi perkembangan pasien pada

setiap shift jaga

n. Memberi HE pada pasien dibawah tanggung

jawabnya

o. Membuat rencana pasien pulang

Page 6: BAB II

9

p. Menyelenggarakan diskusi apabila ada masalah

pasien setiap shift jaga

q. Membuat laporan kerja

r. Meaksanakan tugas limpah yang diberikan kepala

ruangan

(3) Perawat Asosiete

Pengertian : seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang

untuk melaksanakan asuhan keperawatan diruang keperawatan.

Uraian tugas :

a. Mengikuti timbang terima

pasien dengan katim dan karu

b. Membaca renpra yang telah

ditetapkan

c. Menerima pasien baru dan

memberikan informasi tentang pasien dan keluarga

d. Melakukan evaluasi terhadap

tindakan yang akan dilakukan

e. Melakukan tindakan

keperawatan sesuai perencanaan

f. Mengikuti visite dokter

g. Mengecek kerapian dan

kelengkapan status pasien

h. Mengkomunikasikan kepada

katim apabila ada masalah

i. Menyiapkan pasien untuk

pemeriksaan laboraturium, pengobatan dan tindakan

j. Berperan serta dalam

tindakan keperawatan

k. Melakukan inventaris fasilitas

yang dilakukan dalam pelayanan

l. Membantu tim apabila

diperlukan

Page 7: BAB II

10

m. Memberikan resep dan

menerima obat dari keluarga pasien

n. Melaksanakan tugas yang

didelegasikan oleh katim atau karu

(4) PRS

Pengertian seorang tenaga non keperawatan yang diberikan

wewenang untuk melaksanakan administrasi di ruangan dan

membantu keperawatan di ruang perawatan.

Tugas PRS sebagai berikut :

a. Melakukan timbang terima dengan PRS dengan jaga

sebelumnya

b. Melakukan kebersihan dan melakukan pekerjaan yang tidak

menjadi tugas cleaning service

c. Membantu memberikan makanan pada pasien

d. Mengantar dan mengambil cucian

e. Mengantar bahan dan mengambil hasil pemeriksaaan

laboratorium

f. Mengantar pasien dan mengambil hasil pemeriksaan

radiologi

g. Mengantar blangko bon dan mengambil permintaan

obat/alkes

h. Mengantar berbagai laporan keinstalasi rawat inang lainnya

i. Melakukan infentaris alat rumah tangga

j. Melaksanakan tugas administrasi di ruangan

k. Mengantarkan pasien keruangan lain untuk tindakan atau

pindah ruangan

l. Mengambil pasien dari OK dan ICU

m. Mengantarkan pasien saat pulang

n. Mengantar dan mengambil alat yang perlu diperbaiki

o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan perawat/ Karu

2. Tenaga Keperawatan

Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya

Page 8: BAB II

11

No Nama Pendidikan Kategori L/P Pelatihan1 Anik Rahmawati S1 Kep Ners PNS P PPGD, Pasien

safety, Service excellence, Managemen bangsal, CI, Diklat penanganan peny. Tropis, Managemen resiko, Training KBK, PPI

2 Dwi Rianti S1 Kep Ners PNS P PPGD3 Erlin M Akper

PNS PPPGD,

Perawatan Ca Mamae

4 Ratnawati Akper PNS P PPGD5 Vika Damayanti Akper PNS P PPGD6 Fitriyah Putri A S1 Kep Ners PNS

PPPGD,

BCLS, ATLS7 Ida S. Akper PNS

PPPGD, Code

Blue8 Gwinense Ean Akper T.

BLUDP PPGD

9 Wahyu I E. Akper T. BLUD

L PPGD

10 Ratna Wijayanti Akper T. BLUD

P PPGD

11 Andi Yulianto Akper T. BLUD

LBCLS,

ACLS, PPGD12 Dewi Kurniawati S1 Kep T.

BLUDP PPGD

13 Rika Ratna Akper T. BLUD

P BCLS, BCLS

14 Rina andriani Akper

T. BLUD

P

PPGD, Sistem pelaporan hasil surveilan & epi info dasar

15 Faisal Lutfi Akper T. BLUD

L PPGD, BCLS

16 Maftukha Akper T. BLUD

PPPGD, PPI

RS17 Heni Wahyuni Akper T. P PPGD

Page 9: BAB II

12

BLUD18 Suminta SMA PNS P BLS19 Merrie M SMA PNS P -20 Patmiatun SMA PNS P BLS

Tenaga keperawatan yang ada sudah cukup memenuhi kualifikasi

RSU Haji Surabaya. Kemampuan dalam bidang keperawatan maupun

kolaborasi dengan tenaga medis lain, pada umunya perawat di Ruang Shofa

4 mempunyai kemampuan yang bagus. Karena kolaborasi yang terbangun

dengan petugas medis lain sangat baik. Dari segi kedisiplinan, perawat

sudah bagus, perawat sudah datang sesuai dengan shift dinas, perawat ruang

Shofa 4 sudah tepat waktu dan sudah disiplin dalam pendokumentasian

tindakan keperawatan namun dalam melaksanakan tindakan keperawatan

masih ada beberapa hal yang perlu di perbaiki misalnya dalam penerapan

penggunaan universal precaution. Kesimpulan yang di dapat, perlu ada

perbaikan ketenagaan baik dari segi kualitas dan kuantitas untuk lebih

meningkatkan pelayanan keperawatan di RSU Haji Surabaya.

3. Tenaga Non Keperawatan

Tabel 2.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya

No Kualifikasi Jumlah Jenis

1

2

Cleaning Service

Pekarya

3 orang

3 orang

-

-

Di ruangan Shofa 4 RSU Haji Surabaya tenaga non medis terdiri dari

pekarya kesehatan dan cleaning service tidak terdapat tenaga tata usaha dan

pekarya rumah tangga. Tenaga tata usaha tidak ada karena semua pengurusan

administrasi dirangkap oleh PRS / perawat.

Persentase Kasus Terbanyak Di Ruang Shofa 4 Tahun 2014

Tabel 2.3 Persentase Kasus Terbanyak di Ruang Shofa 4 RSU Haji

Surabaya

No Klasifikasi Penyakit Jumlah SAK Ket

Page 10: BAB II

13

Ada Tidak

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Diabetes Mellitus

Febris/ fever

Dengue Fever

Diarioea,gastroentritis

Cerebral Infark

Hipertensi

Stroke

Dispepsia

Typoid Abdominal

DHF

65

51

47

46

41

38

37

33

30

26

4. Tingkat Ketergantungan Pasien dan

Kebutuhan Tenaga Perawat

Tingkat ketergantungan pasien di ruang Shofa 4 dinilai dengan

menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem : total,

parsial dan minimal care. Menurut Douglas, Lovevidge dan Cunnings

klasifikasi ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 katagori yaitu perawatan

minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediet

dengan waktu 3-4 jam/24 jam dan perawatan total dengan waltu 5-6 jam/24

jam.

Kebutuhan tenaga perawat di ruang Shofa 4 dari hasil pengkajian

adalah sebagai berikut:

1) Tingkat Ketergantungan

Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat

(1) Menurut (Depkes RI, 2005)

a. Rata-rata jam perawatan pasien/ hari

Rumus: Rata-rata pasien/hari x Rata-rata jam perawatan pasien/ hari.

Rata-rata pasien/ hari = 15 hari.

Rata-rata jam perawatan pasien/hari = 3.5 jam untuk pasien penyakit

Page 11: BAB II

14

dalam (ketetapan Depkes RI).

Maka: 15 x 3,5 = 52,5

Jumlah tenaga = Jumlah jam perawatan = 52,5 = 7,5

Jam kerja efektif/ shift 7

b. Berdasarkan hari libur

1. Loss day/ hari libur/

cuti/ hari besar

Jumlah hr minggu dalam 1 thn + cuti + hari besar x Jumlah perawat yang tersedia

Jumlah hari kerja efektif

= (52 + 1 2 + 1 4 ) x 8 = 2,18 = 2,2 orang

286

b) Tugas Keperawatan (PRS)

Faktor koreksi

Jml tenaga keperawatan + Loss day x 25%

(8 + 3,5) x 25% = 2,87

Jumlah Total perawat yang di butuhkan:

Jumlah Tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi

9,7 + 2,87 = 12,6

(dibulatkan menjadi 13 perawat)

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 × 13 = 1118 = 3,764 dibulatkan = 4

297 297

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :

13 orang + 1 orang structural (kepala ruang) + 3 orang lepas

dinas = 17 orang

Jadi dari penghitungan ketenagaan menurut Depkes maka

jumlah yang ada di ruangan (17 perawat) sesuai dengan

kebutuhan yang ada dirungan.

Ruang Kelolaan :

Page 12: BAB II

15

Ruang kelolaan mahasiswa adalah ruang B dan F yang terdiri

dari masing-masing ruang terdapat 3 bed atau maksimal 3 pasien

dalam satu ruang.

Sehingga kebutuhan tenaga perawat pada ruang B dan F adalah:

a. Rata-rata jam perawatan pasien/ hari

Rumus: Rata-rata pasien/hari x Rata-rata jam perawatan pasien/ hari.

Rata-rata pasien/ hari = 15 hari.

Rata-rata jam perawatan pasien/hari = 3.5 jam untuk pasien

penyakit dalam (ketetapan Depkes RI).

Maka: 6 x 3,5 = 21

Jumlah tenaga = Jumlah jam perawatan = 21 = 3Jam kerja efektif/ shift 7

b. Berdasarkan hari libur

1) Loss day/ hari libur/ cuti/ hari besar

Jumlah hr minggu dalam 1 thn + cuti + hari besar x Jumlah perawat yang tersedia

Jumlah hari kerja efektif

= (52 + 1 2 + 1 4 ) x 3 = 0,82 = dibulatkan menjadi 1 orang

286

c) Tugas Keperawatan (PRS)

Faktor koreksi

Jml tenaga keperawatan + Loss day x 25%

(3 + 3,5) x 25% = 1,63

Jumlah Total perawat yang di butuhkan:

Jumlah Tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi

4 + 1,63 = 5,63

(dibulatkan menjadi 6 perawat)

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 × 6 = 516 = 1,73 dibulatkan = 2

297 297

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :

6 orang + 1 orang structural (kepala ruang) + 2 orang lepas

dinas = 9 orang

Page 13: BAB II

16

(2) Menurut GILLIES

Rumus menurut GILLIES

A x B x C = F = H

(C – D) x D G

Ket :

A : rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari

B : rata-rata jumlah pasien/hari

C : jumlah hari/tahun

D : jumlah hari libur masing-masing perawat

E : jumlah jam kerja masing-masing perawat

F : jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun

G : jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun

H : jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

(1)Perawatan Langsung

Minimal Care : ½ x 4 jam = 2 jam

Partial Care : ¾ x 4 jam = 3 jam

Total Care : 1 – 1 ½ x 4 jam = 4 – 6 jam

(2)Perawatan Tidak Langsung

∑ jam keperawatan yang dibutuhkan/ tahun = ∑ jam kerja perawat/ tahun

1. Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan klien/ hari

Minimal Care : 1 orang x 2 jam = 2 jam

Partial Care : 11 orang x 3 jam = 33 jam

Total Care : 3 orang x 6 jam = 18 jam

Total : 53 jam/ hari

2. 15 orang x 1 jam = 15 jam

Penkes = 15 jam x 0,25 = 3,75 jam

Total keseluruhan = 53 + 15 + 3,75 + = 71,75

3. Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan/ hari

71,75 jam x 15 = 1.076,25 jam

Jumlah perawat di unit tersebut

Page 14: BAB II

17

4. Jumlah tenaga diruangan

3,5 x 15 x 365 = 19162,5 = 12,1 = 12 orang

(365 – 138) x 7 1589

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 × 12 = 1032 = 3,5 dibulatkan = 4

297 297

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :

12 orang + 1 orang structural (kepala ruang) + 3 orang lepas

dinas = 17 orang

Jadi dari penghitungan ketenagaan per 10 dan 11 Mater 2014

menurut Gilles maka jumlah yang ada di ruangan (17 perawat)

sesuai dengan kebutuhan yang ada dirungan.

(3) Menurut DOUGLAS

Tabel 2.4 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat

Klasifikasi

pasien

Kebutuhan Tenaga Perawat

Pagi Sore Malam

Total Care 3 x 0,36 = 1,08 3 x 0,30 = 0,90 3 x 0.20 = 0.60

Partial Care 11 x

0,27

= 2,97 11 x

0,15

= 1,65 11 x 0,10 = 1,1

Minimal

Care

1x 0,17 = 0,17 1 x 0,14 = 0,14 1 x 0,07 = 0,07

Jumlah 4,22 2,69 1,77

Kesimpulan jumlah tenaga perawat pada tanggal 10 & 11 Maret 2014 :

Dinas Pagi : 4 orang

Page 15: BAB II

18

Dinas Sore : 3 orang

Dinas Malam: : 2 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 × 9 = 774 = 2,6 dibulatkan = 3

297 297

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :

9 orang + 1 orang structural (kepala ruang) + 3 orang lepas dinas

= 13 orang

Jadi dari penghitungan ketenagaan Ruang Shofa 4 per 10 dan 11 Mater

2014 menurut teori Douglas maka jumlah yang ada di ruangan (13 perawat)

melebihi kebutuhan pasien.

5. Kepuasan perawat terhadap sistem yang ada

Pelaksanaan evaluasi yang kami lakukan dengan mempersiapkan

kuesioner yang berisi 20 soal pertanyaan berbentuk pilihan dengan rentang

sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas dan sangat puas. Sangat puas

bernilai 5, puas bernilai 4, cukup puas bernilai 3, tidak puas bernilai 2 dan

sangat tidak puas bernilai 1. Dari hasil tabulasi didapatkan, dari 10 orang

perawat ruang Shofa 4 RSU HAJI Surabaya, enam orang menyatakan puas

dan empat orang lainnya menyatakan cukup puas terhadap sistem yang ada,

sedangkan 0 orang yang lain menyatakan tidak puas. Kesimpulan yang didapat

yaitu sebagian besar menyatakan cukup puas dengan system yang ada.

6. Kepuasan pasien terhadap kinerja perawat

Pelaksanaan evaluasi yang kami lakukan dengan mempersiapkan

kuesioner yang berisi 20 soal pertanyaan berbentuk pilihan dengan rentang

sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas, puas, dan sangat puas. Sangat puas

bernilai 5, puas bernilai 4, cukup puas bernilai 3, tidak puas bernilai 2, sangat

tidak puas bernilai 1. Dari 10 pasien, 40% menyatakan puas terhadap

pelayanan perawat, 20% menyatakan cukup puas, 30% menyatakan sangat

puas, dan 10% menyatakan tidak puas. Ketidakpuasan yang dirasakan oleh

pasien karena perawat jarang memperkenalkan diri kepada pasien. Sebagian

besar besar menyatakan cukup puas dengan pelayanan perawat di RSU Haji

Surabaya. Untuk menambah kepuasan pasien dalam pelayanan perawatan

Page 16: BAB II

19

maka perawat perlu menjelaskan peraturan, jam berkunjung, dan tata tertib

yang ada di ruangan, fasilitas yang tersedia di RS dan situasi dan kondisi

ruangan, serta memperkenalkan diri siapa yang bertanggung jawab terhadap

pelayanan.

2.2.2 Sarana dan Prasarana (M2 - Material)

Penerapan proses manajerial keperawatan dan kegiatan mahasiswa

program S1 Ilmu Keperawatan STIKES Pemkab Jombang mengambil tempat

di ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya. Pengkajian data awal di lakukan pada

tanggal 10 – 11 Maret 2014. Adapun data yang di dapat adalah sebagai

berikut :

Ruangan shofa 4 terletak di gedung shofa lantai 4, dibagi dalam 2 ruang

perawatan, satu ruang perawatan khusus isolasi dan satu ruangan perawatan

penyakit dalam yang mana dibawah tanggung jawab satu kepala ruangan.

Dulu ruangan shofa 4, terbagi atas 5 ruangan yaitu 3 ruangan kelas 1 dan 2

ruang kelas 2 yang diperuntuhkan khusus pasien jemaah haji saat embarkasi

dan debarkasi. Ruang isolasi dibagi menjadi 2 ruang yang masing-masing

berisi 3 pasien dengan kasus dan jenis kelamin yang sama disetiap ruang.

Namun pada bulan september 2013 keluarlah SOP tentang penataan tempat

tidur. Ruang isolasi (Ruang Nur Thiamah) terdiri dari 2 ruangan dan masuk

strata kelas 2, yang masing-masing diisi 2 tempat tidur. Sedangkan ruang

Shofa 4 terdiri dari 5 ruang semuanya untuk kelas 1. Satu ruangan terdiri dari

3 tempat tidur, dengan fasilitas TV, kamar mandi dalam, AC, korden . Jadi

jumlah keseluruhan ruang Shofa 4, mampu menampung, 15 pasien dan ruang

isolasi menampung 4 pasien jadi jumlah total pasiennya 19 orang yang

dilayani oleh 17 tenaga perawat dan dibantu 3 orang PRS

1. Lokasi dan Denah Ruangan

Adapun lokasi ruang Shofa 4 RSU Haji diuraikan sebagai berikut :

1) Sebelah timur berbatasan dengan ruang Komite Keperawatan dan

gudang ruang paviliun

2) Sebelah barat berbatasan dengan ruang isolasi

3) Sebelah utara selasar utara shofa 4

4) Sebelah selatan selasar selatan shofa 4

Page 17: BAB II

20

Denah

Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada

ruang Shofa 4 RSU Haji dengan uraian denah sebagai berikut.

U KM

Ruang

admin

Spool hook KM

Dapur D

KM

Ruang

KARU

KM

Nurs station

KM C

E KM

KM Nurs Station

Mahasiswa

B

F KM

Musholah Gudang

KM Ruang tindakan KM

Gudang F isolasi A isolasoi

Nurs Station

Gambar 2.2 Denah Ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya

2. Sarana dan Peralatan diruang Shofa 4

Tabel 2.5 peralatan diruang Shofa 4 dan Isolasi RSU Haji Surabaya

A. Peralatan

NO Nama Barang Jumlah Kodisi Keterangan

1 Tempat tidur dewasa 15⁄ 4 Bed Baik Roda rusak 6,

pagar 3 biji

2 Meja pasien 15⁄ 4

buah

Baik

3 Kipas angin -⁄ 2 buah baik

4 Kursi pasien 15⁄ 2 buah Cukup

baik

5 Troly emergency 1⁄ 1 buah Baik

Page 18: BAB II

21

6 Jam dinding 6⁄ - buah Baik

7 Timbangan -⁄ 1 buah Baik

8 Kamar mandi dan

WC

7⁄ 2 buah Cukup

baik

9 Dapur pasien 1⁄ 1 buah baik

10 TV 6⁄ - buah Baik…

11 Kursi lipat 13⁄ - buah Cukup

baik

12 Lemari kayu 5⁄ - buah Cukup

baik

13 Wastafel 5⁄ 2 buah Cukup

baik

14 Meja kayu 5⁄ 1 buah Cukup

baik

15 AC 6⁄ 2 buah Baik

16 Lemari Es 2⁄ 1 buah Baik

17 Computer 1⁄ - buah baik

3. Alat kesehatan diruang shofa 4

Table 2.6 sarana diruangan shofa 4 dan isolasi RSU Haji Surabaya

N

o

Nama Barang JUMLAH ALAT

Standart Yang

ada

Kondisi Kekurangan

1 Ambu Bag dewasa blue -⁄1 Baik 1⁄-

2 Bag and Mask dewasa

rusch

-⁄- Baik 1⁄1

3 Bengkok 4⁄2 Baik 2⁄2

4 Dresing card 2⁄2 Baik tetapi

tidak sesuai

ukuran

tempat

sampah

-

Page 19: BAB II

22

5 Dryer sterilyser -⁄- Baik -

6 Gunting Aj kecil 3⁄1 Baik -

7 Gunting verbal 3⁄1 Baik -

8 Korentang 2⁄1 Baik -

9 Pinset anatomi smic 6⁄1 Baik -

10 Pinset chirrurghi smic 6⁄1 Baik -

11 Regulator O2 tabung 10⁄1 Baik -

12 Standar infuse 15⁄4 Baik -

13 Tensi meter duduk 4⁄1 Baik -

14 Stetoskop 3⁄1 Baik 1⁄-

15 Standart Waskom 10⁄5 Baik -

16 Tempat korentang tanpa

tutup

2⁄1 Baik -

17 Thermometer biasa safety 2⁄1 Baik 10⁄2

18 Desinfeksi Kom 1⁄1 Baik 3⁄1

19 Mayo tube dewasa rusch 1⁄1 Baik 2⁄1

20 Nasal kanul 5⁄3 Baik -

21 Flowmeter humidifier

lengkap

10⁄1 Baik -

22 Bak injeksi 2⁄1 Baik 2⁄1

23 Bak instrument 6⁄1 Baik -

24 Cucing 6⁄1 Baik -

25 Kom 2⁄2 Baik -

26 Tromol besar 3⁄2 Baik -

27 Tromol kecil 1⁄- Baik -

28 Komputer, printer 1⁄- Baik 1⁄-

29 02 tabung 13⁄2 Baik

30 ECG 1⁄- Elektroda

kurang

mengigit

-

31 Kursi roda 2⁄1 Baik -

Page 20: BAB II

23

32 Nebulizer 1⁄1 Baik⁄rusak -

33 Suction 1⁄- Baik -

34 Lampu tindakan -⁄- - -⁄1

35 Oximetri 1⁄- Batrai

cepat

habis⁄sering

rusak

-⁄1

4. Alat tenun yang ada di Shofa 4

Tabel 2.7 Alat tenun diruangan Shofa 4 dan isolasi RSU Haji Surabaya

No NAMA ALAT JUMLAH ALAT TENUN

Standart Yang ada Kondisi Kekurangan

1 Sprei 45⁄12 63⁄10 Baik -

2 Penjurus 45⁄12 50⁄- Baik -

3 Selimut putih

atau lorek

45⁄12 50⁄10 Baik -

4 Selimut wool 45⁄12 14⁄- Baik -

5 Sarung bantal 45⁄12 60⁄10 Baik -

6 Sarung guling 45⁄12 10⁄- Baik -

7 Sarung penderita 45⁄12 20⁄- Baik 25⁄12

8 Sarung 02 besar 15⁄10 10⁄- Baik 5⁄10

9 Sarung o2 kecil 6⁄2 6⁄2 Baik -⁄2

10 Skort kerja 20⁄20 20⁄20 Baik -

11 Celana penderita 45⁄12 10⁄- Baik 35⁄12

12 Taplak meja

pasien

45⁄12 40⁄10 Baik 5⁄2

13 Telapak meja

besar

12⁄- -⁄- - 12⁄-

14 Bantal 15⁄4 25⁄6 Baik -

15 Baju penderita - - - -

16 Duk buntu kecil -⁄- - 6⁄4

Page 21: BAB II

24

17 Duk buntu besar -⁄- - 6⁄4

18 Duk lubang 10⁄- Baik -⁄4

19 Waslap -⁄- - 15⁄10

20 Perlak meja

kecil

45⁄12 -⁄10 Baik 45⁄2

5. Administrasi Penunjang

1) Lembar observasi dan injeksi

2) Lembar timbang terima antar shif, antar ruang

3) SOP

4) SAK

5) Format PPI

6) Format patient safety

7) Buku pinjam meminjam alat antar ruangan

8) Buku administrasi Px umum/askes

9) Buku jadwal dinas

10) Buku inventaris

11) Format SBAR

Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar sarana di Ruang

Shofa 4 sudah memenuhi jumlah standar yang ditetapkan oleh RSU Haji

Surabaya. Alat-alat yang sudah terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh

ruangan secara optimal sesuai kebutuhan klien. Untuk peralatan yang tidak ada

standar jumlahnya selama ini untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan

kriteria kecukupan penggunaan dalam kegiatan sehari-hari. Pengadaan alat-alat

kesehatan di Ruangan Shofa 4 dikoordinasi oleh Karu. Penyediaan fasilitas

pasien terhadap proses kerja perawat cukup membantu. Inventaris alat di Ruang

Shofa 4 berjalan dengan baik.

6. Fasilitas untuk petugas kesehatan, meliputi :

1) Ruang kepala ruangan terpisah dengan ruang nurse station

2) Kamar mandi dan WC di masing-masing kamar

3) Ruang konsultasi dokter jadi satu dengan ruang Karu

4) Ruang ganti jadi satu dengan mushola

Page 22: BAB II

25

5) Nurse station bagian tengah ruangan

6) Gudang disebelah barat dekat dapur pasien

7) Ruangan administrasi berbatasan dengan dapur karyawan

8) Ruang diskusi mahasiswa di pojok barat ruangan

7. Fasilitas untuk pasien, meliputi:

1) Ruang rawat inap yang terdiri dari ruang kelas I dan isolasi (klas 2)

2) Kamar mandi, WC, Wastafel, AC, TV dan korden untuk kelas I dan

kelas untuk II Kamar mandi, WC, wastafel dan kipas angin

Berdasarkan data dari pengkajian diatas, sebagian besar peralatan di

Ruang Shofa 4 Sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh RSU Haji

Surabaya. Alat-alat yang sudah terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh

ruangan secara optimal sesuai kebutuhan klien. Untuk peralatan yang tidak ada

standar jumlahnya selama ini untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan

kriteria kecukupan penggunaan dalam kegiatan sehari-hari. Pengadaan alat-alat

kesehatan di Ruangan Shofa 4 dikoordinasi oleh Karu. Penyediaan fasilitas

pasien terhadap proses kerja perawat cukup membantu. Inventarisasi alat di

Ruang Shofa 4 brjalan dengan baik.

2.2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 - Metode)

1. Penerapan

Pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional (MAKP)

MAKP adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai-

nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur

pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang

pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

1) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode

keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut

perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer

terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat

dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4

– 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat

dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan

Page 23: BAB II

26

komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan

dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika

perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan

didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung

jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai

dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik

kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan

dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan

kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan

untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama

pasien dirawat.

2) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan

keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin

sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif

(Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap

anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan

memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa

tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan

keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan

model tim harus berdasarkan konsep berikut:

(1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu

menggunakan tehnik kepemimpinan.

(2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana

keperawatan terjamin.

(3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

(4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan

berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

Page 24: BAB II

27

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group

yang terdiri dari tenaga profesional, tehnical dan pembantu dalam satu

grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan

dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):

(1) Kelebihan :

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.

c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik

mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

(2) Kelemahan :

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk

konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit

untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Dari hasil wawancara tentang model asuhan kepera-watan yang

digunakan saat ini didapatkan bahwa model asuhan keperawatan

yang digunakan adalah model Tim-Primer. Hal ini dikarenakan

pada ruang Shofa 4 kekurangan jumlah tenaga keperawatan

berdasarkan jumlah pendidikan, yaitu dengan rincian S1

Keperawatan 4 orang, D-III Keperawatan 13 orang dan

pendidikan SMA sebanyak 3 orang.

Menurut teori metode Tim-Primer tidak ada tetapi menurut teori

yang ada adalah metode Tim dan metode Primer. Namun pada

ruang Shofa 4 menggunakan metode Tim primer.

2. Timbang Terima

Operan sering disebut dengan timbang terima atau over hand.

Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu

(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.

1) Tujuan Timbang Terima

(1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien

(2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh

dinas berikutnya.

(3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Page 25: BAB II

28

2) Langkah-langkah Timbang Terima

(1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.

(2) Petugas Shift yang akan mengoperkan mempersiapkan hal-hal yang

akan disampaikan.

(3) Perawat primer atau ketua tim menyampaikan kepada penanggung

jawab shift yang selanjutnya.

(4) Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas & tidak

terburu-buru.

(5) Perawat primer atau ketua tim & anggota kedua shift observasi

langsung kondisi klien.

3) Prosedur Timbang Terima

(1) Persiapan

a. Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

(2) Pelaksanaan

a. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.

b. Dari Nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan

operan dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan

tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang

sudah & yang belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya

yang perlu dilimpahkan.

c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang

lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian

diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya.

d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan :

a) Identitas pasien & diagnosa medis

b) Masalah keperawatan yang muncul

c) Tindakan keperawatan yang sudah dan yang belum

d) Intervensi kolaboratif dan dependensi

e) Rencana umum & persiapan lain.

e. Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi,

tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang

Page 26: BAB II

29

dioperkan.

f. Penyampaian pada operan secara singkat & jelas.

g. Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali

pada kondisi khusus.

h. Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada buku

laporan ruangan oleh Perawat primer.

4) Dokumentasi dalam Operan

(1) Identitas klien

(2) Diagnosa medis klien

(3) Dokter yang menangani

(4) Kondisi saat klien ini

(5) Masalah Keperawatan

(6) Intervensi yang sudah dilakukan

(7) Intervensi yang belum dilakukan

(8) Tindakan kolaborasi

(9) Rencana umum dan persiapan lain

(10) Tanda tangan dan nama terang

Pada ruang Shofa 4 timbang terima sudah dilakukan pada setiap

pergantian shift jaga dengan tepat waktu, adapun yang dilaporkan dalam

timbang terima yaitu Identitas klien, Diagnosa medis klien, Kondisi saat

klien ini, Masalah Keperawatan, Intervensi yang sudah dilakukan, Intervensi

yang belum dilakukan, Tindakan kolaborasi, Rencana umum dan persiapan

lain.

Timbang terima sudah didokumentasikan, timbang terima dilakukan

dengan cara mendiskusikan di Nurse station lalu dilanjutkan dengan

mengunjungi klien satu persatu sambil mengobservasi keaadan umum dan

perkembangan klien.

Timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada

pergantian shift malam ke pagi (07.00) dan pagi ke sore (14.00) dan malam

(21.00). Timbang terima selalu diikuti oleh semua perawat yang telah dan

akan dinas. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala ruangan atau ketua

tim.

Page 27: BAB II

30

Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus yang akan

ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat yang menerima

laporan dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan timbang terima, kepala

ruangan mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus

mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya. Kemudian timbang terima akan

ditutup oleh kepala ruangan. Jadi timbang terima di Ruang Shofa 4 sudah

dilakukan dengan baik karena secara teori komponen-komponen dalam

timbang terima sudah terpenuhi.

5. Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi

masalah keperawatan klien yang dilaksanakan di samping pasien membahas

dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan

oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruangan, perawat asociate yang

melibatkan seluruh anggota tim. Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik

meliputi klien dilibatkan secara langsung, klien merupakan fokus kegiatan,

PA/PP dan konsuler melakukan diskusi, konsuler mengfasilitasi kreatifitas dan

konsuler membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

Karakteristik ronde keperawatan adalah :

1) Pasien dilibatkan secara langsung

2) Pasien merupakan fokus kegiatan

3) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama

4) Konselor memfasilitasi kreatifitas

5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah

Kriteria pasien yang dibuat ronde keperawatan

1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah

dilakukan tindakan keperawatan

2) Pasien dengan kasus baru atau langka

3) Metodenya yaitu dengan diskusi

4) Bukan pasien kritis

Page 28: BAB II

31

Di ruang Shofa 4 ronde keperawatan sudah dijalankan, sudah ada

dokumentasi namun belum terjadwal secara rutin, hal ini dikarenakan adanya

kesulitan dalam menyesuaikan jadwal antara perawat dengan tin kesehatan

yang lain (dokter, ahli gizi, fisioterapi, dll). Jadi pada ruang Shofa 4 ronde

keperawatan belum terlaksana dengan baik.

6. Supervisi Keperawatan

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan

peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat

melaksanakan tugas dan kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif

(Sudjana, 2004).

Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang

dilakukan secara kesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan

keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan

yang bermutu setiap saat (depkes, 2000)

Menurut Ali zaedin dasar-dasar kepemimpinan dalam keperawatan

membagi tingkatan atas kelas menejer dalam melakukan supervisi yaitu :

1) Manajer puncak (top manajer)

Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari kegiatan

serta proses manajemen umum berkaitan dengan tujuan. misalnya :

Kakanwil Depkes Provinsi, Kadinkes Daerah, Direktur RS, dll.

2) Manager menengah (Middle Manager)

Manager menengah ini memimpin sebagai manager tingkat pertama,

tugasnya menjabarkan kebijaksanaan top manajer kedalam program-

program misalnya: Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang, Kasubdin

Provinsi, Kasubbag Dati II.

3) Manager tingkat Pertama (First Line, First Level Manager, Supervisor

Manager)

Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para pelaksana

atau pekerja. Melaksanakan supervisi sebagai mandor atau supervisor.

Misalnya: Kepala seksi, Kepala Urusan

Dari observasi yang dilakukan di ruang Shofa 4 praktek manajemen

keperawatan, didapatkan data bahwa supervisi keperawatan pada ruang Shofa 4

Page 29: BAB II

32

sudah dilakukan tetapi belum terjadwal dan terdokumentasi dengan baik, selain

itu petunjuk pelaksaan supervisi belum ada.

Dari data di atas dapat didapatkan bahwa pada ruang Shofa 4 suvervisi

kurang berjalan dengan baik dikarenakan supervisi dilakukan tidak terjadwal dan

format supervisi hanya dipegang oleh manajer puncak yaitu Kepala RS, namun

pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan alur supervisi yaitu dari Top manager

kemudian ke Kepala tim dan selanjutnya ke perawat pelaksana.

7. Discharge Planning

Discharge planning merupakan suatu bentuk kegiatan MAKP agar klien

dan keluarga yang masuk di ruang Shofa, yang sedang dalam perawatan dan

yang akan pulang mengerti tentang perawatan selama pasien dirawat di ruang

Shofa 4 dan yang akan keluar RS sehingga klien dan keluarga dapat mengikuti

semua proses perawatannya dengan baik. Beberapa hal yang terkandung

didalamnya antara lain pemberian materi atau pengetahuan yang umum

mengenai penyakit.

Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning sudah

dilakssanakan, akan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan hanya

dilaksanakan saat pasien akan pulang dan isinya hanya penjelasan tentang

penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi penyakitnya jika kambuh.

Dalam melakukan discharge planning perawat ridak pernah memberikan brosur

maupun leaflet pada pasien, sehingga pasien kadang lupa tentang penjelasan

yang sudah diberikan oleh para perawat.

Menurut pernyataan dari kepala ruangan Shofa 4 bahwa Discharge

Planning dilaksanakan oleh kepala ruangan bahkan kepala ruangan telah

merencanakan Discharge Planning saat penerimaan pasien baru serta selalu

mengingatkan Discharge Planning pada setiap ronde keperawatan. Pelaksanaaan

Discharge Planning belum optimal diantaranya format Discharge Planning

yang tersedia tidak digunakan sehingga belum diaplikasikan secara maksimal

dan Discharge Planning dibuat serta dilakukan oleh kepala ruang saja.

8. Pengelolaan Sentralisasi Obat

Page 30: BAB II

33

Sentralisasi obat adalah pengelolaasn obat dimana seluruh obat yang akan

diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.

Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan

menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan terpenuhi.

Teknik pengelolaan obat antara lain

1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara

opersional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk

2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat

3) Adanya penerimaan obat : obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada

perawat dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada

perawat dengan menerima lembar terima obat

4) Pembagian obat : obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam

buku daftar pemberian obat

5) Penambahan obat : bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis,

dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan

dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan

dalam kartu sediaan obat

6) Obat khusus : pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu

khusus obat yang dilaksanakan oleh perawat primer

Data yang diperoleh tentang pengadaaan sentralisasi obat adalah Di ruang

Shofa 4 sudah ada sentralisasi obat, tetapi hanya obat oral saja sedangkan obat

injeksi dan cairan tidak di sentralisasi. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya

tempat khusus (lemari khusus) penyimpanan obat. Ruangan sudah melakukan

dokumentasi untuk obat yang lain.

Jadi untuk ruangan shofa 4 RSU Haji Surabaya untuk mengoptimalkan

kegiatan sentralisasi obat maka salah satunya harus tersedia tempat khusus

penyimpanan obat.

9. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen

Asuhan Keperawatan Profesional. Perawat profesional diharapkan dapat

menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala

Page 31: BAB II

34

tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin

meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.

Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses

keperawatan dan standart Asuhan Keperawatan. Efektifitas dan sfisiensi sangat

bermanfaat dalam mengumpulakan informasi yang relevan serta akan

meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan.

Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan

profesional yang akan tercapai dengan baik apabila sistem pendokumentasian

dapat dilakukan dengan benar. Kegiatan pendokumentasian meliputi

keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses

keperawatan susuai dengan standat asuhan keperawatan.

Macam – macam dokumentasi keperawatan yaitu:

1) POR

2) PIE

3) PIER

4) SOP

5) SOAP

Adapun bagan uraian lembar dokumentasi yang ada di ruang Shofa 4

antara lain:

Tabel 2.8 Lembar Dokumentasi

No URAIAN BAGAN

1 Lembar penerimaan pasien baru 2 Pernyataan rawat inap 3 Rekam medis pasien rawat jalan 4 Rekam medis IRD 5 Tanda vital 6 Hasil pemeriksaan laboratorium 7 Hasil pemeriksaan penunjang ; radiologi,

ECG/patologi-anatomi/sitologi, dll.8 Grafik 9 Lembar transfusi dan infus 10 Lembar pemberian obat 11 Instruksi dokter 12 Lembar konsul / catatan harian dokter13 Lembar catatan perawat

Page 32: BAB II

35

14 Lembar Askep 15 Lembar Resume 16 Ringkasan dokumen Askep 17 Pemantauan INOK/ infeksi nosokomial

Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam

pengkajian dan pengisiannya. Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara

manual (belum ada komputerisasi). Catatan keperawatan berisikan jawaban

terhadap nasihat dokter dan tindakan mandiri perawat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendokumentasian pada ruang Shofa 4 RSU

Haji telah dilakukan dengan baik, namun ada beberapa hal yang menjadi kendala

pada pendokumentasian yaitu: Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara

manual (belum ada komputerisasi) tetapi sudah sistematis. Dan semua tindakan

sudah terdokumentasi dengan baik.

2.3 Pembiayaan (M4 - Money)

2.3.1 Sumber dana

Pembiayaan dana renovasi, sumber dana operasional ruangan, alat

kesehatan, fasilitas kesehatan bagi pasien, fasilitas bahan habis pakai bagi

pasien, dan fasilitas kesehatan bagi petugas kesehatan berasal dari rumah

sakit yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Sedangkan

dana kesejahteraan pegawai berasal dari Rumah Sakit. Intensif yang diberikan

dari Rumah Sakit yaitu jasa pelayanan yang diberikan sama untuk semua

ruangan sedangkan jasa medik diberikan berdasarkan pendidikan, masa kerja,

dan risiko pekerjaan. Sedangkan pembiayaan pasien sebagian besar dari BPJS

non PBI, dan umum. Di ruang Shofa IV.

Tabel 2.9 : Biaya perawatan di ruang rawat irna Shofa 4 RSU Haji Surabaya

Tarif tindakan

No. Tindakan Biaya Jumlah1. Memasang infus dewasa 20.000 Disesuaikan2. Memasukkan obat IV, IM,

sub 32.000 Disesuaikan

3. Mengambil darah vena 20.000 Disesuaikan4. Pemakaian oksigen per 2

jam5.000 Disesuaikan

Page 33: BAB II

36

Tarif Akomodasi, administrasi, dan visite dokter.

No. Keterangan Biaya Jumlah 1. Administrasi ruangan 10.000 Disesuaikan2. Sewa kamar 119.000 Disesuaikan3. Visite dokter 60.000 Disesuaikan

2.4 Pemasaran (M5 - Marketing)

2.4.1 Jumlah pasien

Tabel 2.10 : Jumlah pasien di Ruang Shofa IV A RSU Haji Surabaya

pada Tanggal 1 – 28 Februari 2014

Tanggal Jumlah Kapasitas TT BOR harian1 15 15 100%2 14 15 93,3%3 15 15 100%4 14 15 93,3%5 15 15 100%6 15 15 100%7 14 15 93,3%8 14 15 93,3%9 13 15 86,7%10 14 15 93,3%11 14 15 93,3%12 14 15 93,3%13 14 15 93,3%14 15 15 100%15 15 15 100%16 15 15 100%17 13 15 86,7%18 15 15 100%19 14 15 93,3%20 15 15 100%21 15 15 100%22 15 15 100%23 15 15 100%24 15 15 100%25 14 15 93,3%26 15 15 100%27 13 15 86,7%28 14 15 93,3%

Jumlah 403 420 95,9%

2.4.2 Indikator Mutu Klinik (Patient Safety)

Page 34: BAB II

37

Tabel 2.11 Pendataan kejadian infeksi dan kejadian pasien jatuh pada

bulan Februari tahun 2014

BulanKejadian infeksi

Pasien jatuhPlep Deku

Februari 0 0 0

2.4.3 10 Penyakit Terbanyak

Tabel 2.12 Berbagai pasien dengan 10 penyakit rawat inap terbanyak yang

dirawat di ruang Shofa IV

No. Diagnosa Medis Jumlah pasien

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Diabetes Mellitus

Febris/ fever

Dengue Fever

Diarioea, gastroentritis

Cerebral Infark

Hipertensi

Stroke

Dispepsia

Typoid Abdominal

DHF

65

51

47

46

41

38

37

33

30

26

2.4.4 Indikator Mutu

1. Tingkat Kepuasan

Pasien

Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja

perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 20 soal

berbentuk pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan mencakup pemberian

penjelasan orientasi ruangan, pemberian penjelasan setiap prosedur

tindakan, dan sikap perawat selama memberikan asuhan keperawatan.

Jawaban pada pertanyaan pilihan terdiri atas tiga jawaban yaitu “ya”,

“kadang-kadang”, dan “tidak”. Adapun indikator kepuasan klien terhadap

pelayanan keperawatan dinilai berdasarkan kuesiner yang berjumlah 20

Page 35: BAB II

38

pertanyaan, masing-masing pertanyaan diberi nilai berdasarkan jawaban

kemudian ditotal tiap-tiap responden dan dijumlah keseluruhan. Kriterian

penilaian: jika menjawab “ya” bernilai 2, “kadang-kadang” bernilai 1, dan

“tidak” bernilai 0. Penilaian kepuasan dilakukan berdasarkan rentang

persentase yang diadopsi dari kriteria Notoatmodjo, dimana <56%

menunjukkan kuarang puas, 56-75% menunjukkan cukup puas, dan 75-

100% menunjukkan puas. Pengkajian dilakukan kepada 13 responden.

Keterangan kategori:< 56% : kurang puas56-75% : cukup puas75-100% : puas

Gambar 2.3 Diagram Kepuasan Pasien terhadap Kinerja Perawat Tanggal 11 Maret 2014 di Ruang Shofa RSU Haji Surabaya

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa 61,5% responden

menjawab puas, 23,1% responden menjawab cukup puas, 15,4%

responden menjawab tidak puas karena kurangnya penjelasan tentang

penyakitnya dari perawat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan

pasien diruang Shofa terhadap kinerja perawat adalah “cukup puas”.

2. Keamanan Pasien

Indikator penilaian peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat jumlah

penanggulangan KTD, angka kejadian flebitis, angka kejadian kesalahan

pemberian obat, dan kejadian jatuh. Dari pengukuran indikator mutu

Page 36: BAB II

39

pelayanan keperawatan klinik yang dilakukan dengan rekap data satu

bulan sebelumnya (bulan Februari 2014) di ruang Shofa, didapatkan hasil:

1) Jumlah pengulangan KTD yang sama tidak terjadi;

2) Kejadian dekubitus selama Februari 2014 tidak teridentifikasi

adanya kejadian dekubitus di ruang Shofa RSU Haji;

3) Kejadian flebitis, pada bulan Februari 2014 tidak teridentifikasi

adanya kejadian flebitis di ruang Shofa RSU Haji;

4) Kejadian kesalahan pemberian obat tidak terjadi selama bulan

Februari 2014, pemberian obat dilakukan secara benar sesuai dengan

indikasi yang diberikan oleh dokter;

5) Kejadian jatuh tidak terjadi, didapatkan bahwa 100% pasien tidak

mengalami jatuh selama bulan Februari 2014. Meskipun sebagian

pasien mempunyai risiko untuk jatuh, akan tetapi dari hasil tabulasi

menunjukkan tidak ada pasien yang mengalami jatuh.

3. Los Alos

Average length of stay yaitu rata-rata lama rawatan seorang pasien.

Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat

memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis

tertentu yang dijadikan trecer (yang perlu pengamatan lebih lanjut), secara

umum LOS yang baik adalah 6 – 9 hari.

Rumus = Jumlah hari perawatan pasien

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Tabel 2.13 Jumlah Loss dan Alos pasien di Ruang Shofa 4 RSU Haji

Surabaya pada Tanggal 1 – 28 Februari 2014

No. Tanggal JML PASIEN KRS ALOS (hr)1 1 pebruari 2014 1 32 2 pebruari 2014 1 53 3 pebruari 2014 2 124 4 pebruari 2014 4 75 5 pebruari 2014 1 156 6 pebruari 2014 6 87 7 pebruari 2014 5 88 8 pebruari 2014 6 89 9 pebruari 2014 3 6

Page 37: BAB II

40

10 10 pebruari 2014 - -11 11 pebruari 2014 6 1112 12 pebruari 2014 5 413 13 pebruari 2014 4 614 14 pebruari 2014 3 615 15 pebruari 2014 2 416 16 pebruari 2014 3 317 17 pebruari 2014 - -18 18 pebruari 2014 3 419 19 pebruari 2014 6 620 20 pebruari 2014 4 321 21 pebruari 2014 - -22 22 pebruari 2014 2 723 23 pebruari 2014 2 524 24 pebruari 2014 5 625 25 pebruari 2014 3 426 26 pebruari 2014 1 627 27 pebruari 2014 2 328 28 pebruari 2014 8 5

Jumlah 88 155

Lama rawat inap pasien di ruang Shofa bulan Februari 2014 rata-rata

adalah 6 - 7 hari, pulang dengan kondisi membaik 87,5%, kondisi belum

sembuh (APS) 7,9%, meninggal 4,5%. Data selama Februari 2014 untuk

perhitungan ALOS adalah 155 hari (jumlah hari perawatan total) dengan

jumlah total pasien 88 pasien.

Rata-rata lama perawatan pada pasien di ruang Shofa 4 mulai dari masuk

rumah sakit sampai keluar sembuh adalah :

Jumlah pasien yang keluar adalah 88 orang dan jumlah hari perawatan

pasien keluar selama di ruang Shofa 4 adalah 155 hari. Sehingga ALOS yang

didapatkan 1,8 atau setara dengan 1-2 hari untuk satu pasien.

Indikator ALOS dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila

diterapkan pada diagnosis tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan

lebih lanjut) dan dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi (Depkes RI,

2005). Menurut surat keputusan menteri keuangan RI, 1989 efisiensi adalah

kemampuan untuk memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan

Page 38: BAB II

41

(input) yang serendah-rendahnya. Menurut Hansen (1997) terdapat dua

karakteristik yang berhubungan dengan pengukuran waktu yaitu reliability (on-

time delivery) merupakan pelayanan tepat waktu dan responsibility yang

merupakan karakteristik dari waktu yang kritis atau lamanya waktu yang

dibutuhkan untuk melayani pasien. Hal ini mengakibatkan lama rawat di rumah

sakit lebih panjang dan biaya lebih besar, oleh sebab itu dibutuhkan sistem

pelayanan kesehatan yang memberikan akses universal bagi semua anggota

masyarakat, memberikan perawatan komprehensif, yang mudah, dapat diakses

dan tepat (Perry dan Potter, 2005)

Secara keseluruhan rerata ALOS di ruang Shofa 4 RSU Haji Surabaya

sudah sesuai dengan standar Depkes RI.

Page 39: BAB II

42

2.5 Alur

Alur PJ Referensi

Petugas triase Protap tatalaksana triase

Petugas rekam medis

Protap pendaftaran pasien IGD

Dokter jaga Protap penanganan pernafasan dan jalan nafas, protap penanganan sirkulasi

Dokter spesialis Protap konsultasi

Protap medis yang sesuai, protap pelayanan penunjang yang sesuai

Dokter jaga Protap penanganan pasien meningal di IGD

Dokter jaga Protap rujukan

Dokter jaga Protap KRS

Dokter jaga Protap MRS

Kasir IGD Protap pembayaran pasien IGD

Pasien IGD

Triase

Pendaftaran pasien

Kode biru Kode merah

Kode kuning

Kode hijau

Petugas IGD melakukan manajemen ABC untuk menangani kegawatdaruratan pasien di ruang resusitasi

Pelayanan bedah CITO

Petugas IGD melakukan tindakan Medis

Dokter jaga berkonsultasi dengan dokter spesialis

Pelayanan Radiologi Cito

Pelayanan Lap PK Cito

Pasien dinyatakan dirujuk

Pasien dinyatakan di rujuk

Pasien dinyatakan KRS

Pasien dinyatakan MRS

Pasien membayar pelayanan IGD di kasir IGD

Pasien membayar

Page 40: BAB II

43

2.6 Analisa Penyelenggaraan Perawatan

No ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING

1 M1 (KETENAGAAN)

Internal Factore (IFAS)

STRENGTH (Kekuatan)

Adanya tugas, peran dan

wewenang yang jelas

Adanya kedisiplinan pegawai

Adanya 2 orang CI di ruangan

yang membimbing mahasiswa

Adanya perawat yang pernah

mengikuti pelatihan dan seminar

PPGD 80%, BCLS 20%, BLS

10%, Pasien Safety 5%, Service

Excellence 5%, Management

Bangsal 5%.

100% perawat menyatakan

bahwa struktur organisasi yang

ada sesuai dengan kemampuan

perawat

Ada mahasiswa S1 Keperawatan

yang praktek di ruangan

Metode MAKP Tim-Primer

Jenis ketenagaan:

S1 Keperawatan: 4 orang

D3 Keperawatan: 13 orang

Total

WEAKNESS

Pelaksanaan MAKP masih belum

maksimal dikarenakan

menggunakan Tim-Primer

0,1

0,3

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

1

0,5

4

4

3

3

2

1

1

3

2

0,4

1,2

0,3

0,3

0,2

0,1

0,1

0,3

3,1

1

S-W

3,1-1,5

=1,6

Page 41: BAB II

44

Sentralisasi Obat belum berjalan

dengan baik karena komunikasi

antar PP dan PA belum berjalan

dengan baik

Total

Eksternal Factor (EFAS)

OPPORTUNITY

Adanya pelatihan tentang

Manajemen Keperawatan

Rumah sakit memberikan

kebijakan untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi bagi perawat

ruangan

Kepala ruangan dan staf

menerima dengan baik dan

memfasilitasi mahasiswa

praktek Manajemen

Keperawatan di ruangan

Adanya kerjasama yang baik

antara perawat klinik dan

mahasiswa

Semua ruangan di RSU Haji

sudah mendapat sertifikat ISO

2009

RSU Haji sudah mendapat

akreditasi A dengan Rumah

Sakit dengan tipe B pendidikan.

Total

0,5

1

0,4

0,1

0,2

0,1

0,1

0,1

1

1

4

3

3

3

2

2

0,5

1,5

1,8

0,3

0,6

0,3

0,2

0,2

3,4

O-T

3,4-2,1

= 1,3

Page 42: BAB II

45

TREATHENED

Sebagian besar pasien di Ruang

Shofa 4 memiliki tingkat

ketergantungan parsial dan total

Ada tuntutan dari pasien untuk

pelayanan yang lebih

profesional

Makin tingginya kesadaran

masyarakat tentang pentingnya

kesehatan

Adanya pertanggung jawaban

legalitas bagi pasien

Kebijakan pemerintah tentang

BPJS PBI

Total

0,3

0,3

0,1

0,2

0,1

1

2

2

2

3

1

0,6

0,6

0,2

0,6

0,1

2,1

No ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING

2 M2 (SARANA PRASARANA)

Internal Factore (IFAS)

STRENGTH

1. Mempunyai sarana dan

prasarana yang mencukupi

untuk pasien dan tenaga

kesehatan

2. Semua sarana dan prasarana

sudah digunakan secara optimal

3. Terdapat administrasi,

penunujang buku ekspedisi,

format timbang trima dan buku

tindakan khusus.

4. Semua administrasi penunjang

telah digunakan secara optimal

0,3

0,2

0,1

0,15

4

2

2

2

1,2

0,4

0,2

0,3

Page 43: BAB II

46

5. Tersedianya nurse station

6. Pengelolaan sampah ruangan

sudah terpisah antara sampah

medis dan non medis

Total

WEAKNESS

1. Belum ada ruangan diskusi

khusus untuk dokter dan

perawat

2. APD belum lengkap

3. Sop tidak diletakkan di dekat

alat.

4. Tidak adanya ruang ganti untuk

perawat

Total

Eksternal Factor (EFAS)

OPPORTUNITY

1. Adanya kerjasama untuk

pengadaan alat kesehatan

2. Tersedianya dana untuk

perbaikan dan penggantian alat

yang tak layak

Total

TREATHENED

1. Adanya tuntutan yang tinggi

dari pasien untuk memberikan

sarana dan prasarana yang

memadai

Total

0,15

0,1

1

0,3

0,2

0,3

0,2

1

0,5

0,5

1

1

1

1

2

3

2

2

2

3

4

3

0,15

0,2

2,45

0,9

0,4

0,6

0,4

2,3

1,5

2

3,5

3

3

S-W

2,45-2,3

= 0,15

O-T

3,5-3

= 0,5

Page 44: BAB II

47

No ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING

3 M3 (METODE)

1. MAKP

Internal Factore (IFAS)

STRENGTH

1. RS memiliki visi, misi dan

motto sebagai acuan dalam

melakukan kegiatan pelayanan

2. MAKP Tim-Primer telah

diterapkan di ruang Shofa 4

3. Terlaksananya komunikasi yang

adekuat antar perawat dan tim

kesehatan yang lain

4. Mempunyai protap untuk setiap

jenis tindakan

Total

WEAKNESS

1. MAKP Tim-Primer sudah

berjalan dengan baik tetapi

belum maksimal.

Total

Eksternal Factor (EFAS)

OPPORTUNITY

1. adanya kebijakan RS terhadap

profesionalisasi perawat

2. adanya mahasiswa S-1

keperawatan melaksanakan

peraktek manajemen di ruang

Shofa 4

0,3

0,3

0,2

0,2

1

1

1

0,4

0,4

3

3

3

3

1

2

2

0,9

0,9

0,6

0,6

3

1

1

0,8

0,8

S-W

3-1

= 2

Page 45: BAB II

48

3. Adanya kerjasama antara

institusi pendidikan dengan

RSU haji

Total

TREATHENED

1. Persaingan antara rumah sakit

swasta yang semakin ketat

2. Adanya tuntutan masyarakat

yang semakin tinggi terhadap

peningkatan pelayanan

keperawatan yang lebih

profesional.

3. Makin tinggi kesadaran

masyarakat akan hukum.

Total

2. Dokumentasi Keperawatan

Internal faktor (ifas)

STRENGTH

1. Pendokumentasian asuhan

keperawatan model por

(problem oriented record)

2. Tersedianya sarananya sarana

dan prasarana untuk

pendokumentasian (format

timbang terima dan

sentralisasi obat, SAK sudah

mengunakan komputerisasi)

3. Sistem pendokumentasian

laporan harian untuk evaluasi

mengunakan sistem SOAP

0,2

1

0,4

0,2

0,4

1

0,3

0,2

0,2

2

4

2

3

4

3

2

0,4

2

1,6

0,4

1,2

3,2

1,2

0,6

0,4

O-T

2-3,2

= -1,2

Page 46: BAB II

49

4. Adanya kemauan perawat

untuk melaksanakan

pendokumentasian

Total

WEAKNESS

1. Jumlah pasien dan beban

kerja yang tinggi sehingga

pendokumentasian belum

optimal

2. SAK belum dilaksanakan

secara optimal karena isinya

yang kurang sesuai dengan

intervensi yang dibutuhkan

3. Pengawasan terhadap

sistematika

pendokumentasian kurang

dilaksanakan secara optimal

4. Dokumentasi asuhan

keperawatan tidak dilengkapi

segera saat pasien masuk

rumah sakit dan dirawat.

Total

Exsternal faktor (EFAS)

OPPORTUNITY

1. Adanya prongram pelatihan

yang dapat membantu

perawat dalam melakukan

pendokumentasian yang

benar

2. Peluang perawat untuk

0,3

1

0,3

0,3

0,1

0,3

1

0,5

0,5

3

2

4

1

2

3

3

0,9

3,1

0,6

1,2

0,1

0,6

2,5

1,5

1,5

S-W

3,1-2,5

= 0,6

Page 47: BAB II

50

meningkatkan pendidikan

(pengembangan SDM)

Total

THREATHENED

1. Adanya tingkat kesadaran

yang tinggi dari pasien dan

keluarga tentang tanggung

jawab dan tanggung gugat

Total

3. Ronde Keperawatan

Internal faktor (ifas)

STRENGTH

1. Ronde keperawatan sudah

dilakukan diruang Shofa 4.

2. Sebagian perawat sudah

mengerti definisi ronde

3. Bidang keperawatan dan

ruangan mendukung adanya

ronde

4. Adanya tenaga perawat

lulusan S1 ruang Shofa 4

5. Adanya kemauan perawat

untuk berubah

Total

WEAKNESS

1. Sudah dilaksanakan ronde

keperawatan tetapi belum

didokumentasikan

1

1

1

0,1

0,2

0,3

0,2

0,2

1

0,2

4

2

2

3

3

3

3

3

4

4

0,3

0,4

0,9

0,6

0,6

2,8

0,6

O-T

3-4

= -1

S-W

2,8-2,4

=o,4

Page 48: BAB II

51

2. Peran katim belum tampak

untuk pelaksanaan ronde

3. Belum diadakan informed

consent

4. Ronde keperawatan belum

terjadwal sebagai kegiatan

rutin di ruangan

5. Belum adanya perawat yang

mengikuti pelatihan tentang

ronde keperawatan selain

KARU dan CI

6. PP menentukan kasus yang

dirondekan

Total

Exsternal faktor (EFAS)

OPPORTUNITY

1. Adanya mahasiswa S1.

Keperawatan yang peraktik

manajemen keperawatan

2. Terbuka kesempatan

melanjutkan pendidikan atau

magang

Total

THREATHENED

1. Tuntutan pasien sebagai

konsumen untuk

mendapatkan pelayanan yang

profesional dan bermutu

sesuai dengan peningkatan

biaya perawatan

0,2

0,1

0,2

0,1

0,2

1

0,4

0,6

1

0,5

2

4

2

2

2

3

2

3

0,4

0,4

0,4

0,2

0,4

2,4

1,2

1,2

2,4

1,5 O-T

2,4-3

= -0,6

Page 49: BAB II

52

2. Persaingan antar RS akan

kualitas pelayanan perawatan

Total

4. Sentralisasi Obat

Internal faktor (ifas)

STRENGTH

1. Tersedianya sarana dan

perasarana untuk pengelolaan

sentralisasi obat (tempat obat,

format sentralisasi)

2. Kepala ruangan mendukung

kegiatan sentralisasi obat

3. Adanya kemauan perawat

untuk melakukan sentralisasi

obat

4. Sentralisasi obat di ruangan

Shofa 4 hanya dilakukan

pada obat oral saja

Total

WEAKNESS

1. Kepala ruangan mendukung

sentralisasi obat

2. depo farmasi belum ada di

setiap ruangan masih

tersentral di Depo farmasi

3. belum ada supervisi terhadap

kegiatan sentralisasi obat

4. latar belakang pendidikan

perawat bervariasi

5. sarana kurang mendukung

0,5

1

0,3

0,2

0,2

0,3

1

0,1

0,2

0,1

0,2

3

2

3

3

3

3

3

3

3

1,5

3

0,6

0,6

0,6

0,9

2,7

0,3

0,6

0,3

0,6

S-W

2,7-3,4

=- 0,7

Page 50: BAB II

53

sentralisasi obat (loker,

cheklis)

6. MAKP Tim primer belum

terlaksana dengan baik

Total

Exsternal faktor (EFAS)

OPPORTUNITY

1. Adanya prongram pelatihan

yang dapat membantu perawat

dalam melakukan

pendokumentasian yang benar.

2. Peluang perawat untuk

meningkatkan pendidikan

(pengembangan SDM)

Total

THREATHENED

1. Adanya tingkat kesadaran yang tinggi dari pasien dan keluarga tentang tanggung jawab dan tanggung gugat

Total

5.Supervisi

Internal faktor (ifas)

STRENGTH

1. RSU Haji Surabaya

merupakan RS pendidikan

yang terakreditasi B

2. Supervisi keperawatan

0,2

0,2

1

0,5

0,5

1

1

1

0,2

4

4

2

2

3

3

0,8

0,8

3,4

1,0

1,0

2,0

3

1,0

0,6

O-T

2,0-3

= -1

Page 51: BAB II

54

sudah dilakukan di Ruang

Shofa 4

3. Adanya kemauan perawat

ruang Shofa 4 untuk berubah

4. Kepala bidang keperawatan

dan kepala ruangan

mendukung kegiatan

supervisi demi peningkatan

mutu pelayanan

keperawatan

Total

WEAKNESS

1. Belum ada uraian tentang

hadwal supervise dengan

pasti

2. Kurangnya program

pelatihan dan sosialisasi

tentang supervisi

3. Belum adanya dokumentasi

supervisi yang jelas

Total

Eksternal faktor (EFAS)

OPPORTUNITY

1. Adanya mahasiswa S1.

Keperawatan yang peraktik

manajemen keperawatan

2. Terbuka kesempatan

melanjutkan pendidikan atau

magang

Total

0,3

0,2

0,3

1

0,4

0,3

0,3

1

0,5

0,5

1

3

3

3

2

3

2

3

3

0,9

0,6

0,9

3

0,8

0,9

0,6

2,3

1,5

1,5

3

S-W

3-2,3

= 0,7

Page 52: BAB II

55

THREATENED

1. Tuntutan pasien sebagai

konsumen untuk

mendapatkan pelayanan yang

profesional dan bermutu

sesuai dengan peningkatan

biaya perawatan

2. Persaingan antar RS akan

kualitas pelayanan perawatan

Total

6. TIMBANG TERIMA

Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH

1. Timbang terima sudah

dilakukan pada setiap

pergantian shift

2. Tahap-tahap proses timbang

terima sudah dijalankan

secara lengkap yaitu pre dan

validasi ke pasien

3. Kepala ruangan memimpin

kegiatan timbang terima

setiap pagi

4. Format timbang terima sudah

sesuai dengan standart

5. SDM di ruang Shofa 4 sudah

cukup memadai

6. Tersedianya Ners Satasion

Total

0,5

0,5

1

0,3

0,2

0,1

0,2

0,1

0,1

1

3

2

3

3

3

3

3

3

1,5

1

2,5

0,9

0,6

0,3

0,6

0,3

0,3

3

O-T

3-2,5

= 0,5

Page 53: BAB II

56

WEAKNESS

1. Ners station belum

memenuhi standart

2. Teknik timbang terima

masih belum optimal

3. Adanya perawat yang masih

ngomong sendiri waktu

timbang terima

4. Masih banyak timbang

terima tentang maslah medis

Total

Eksternal faktor (EFAS)

OPORTUNITY

1. Adnya mahasiswa S1 praktek

Managemen Keperawatan

2. Adnya kerjasama yang baik

antara mahasiswa S1 yang

praktik dengan perawat

ruangan

3. Sarana dan prasarana

penunjang cukup tersedia

Total

THREATENED

1. Adanya tuntutan yang tinggi

dari pasien untuk

memberikan sarana dan

prasarana yang memadai

2. Meningkatnya kesadaran

masyarakat tentang tanggung

jawab dan tanggung gunggat

0,3

0,3

0,2

0,2

1

0,3

0,3

0,4

1

0,2

0,5

2

1

1

2

3

3

4

2

3

0,6

0,3

0,2

0,4

1,5

0,9

0,9

1,6

3,4

0,4

1,5

S-W

3-1,5

=1,5

Page 54: BAB II

57

perawat sebagai pemberi

Asuhan Keperawatan

3. Pesraingan antar ruangan

yang semakin kuat dalam

pemberian pelayanan

Total

7. DISCHARGE PLANNING

Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH

1. Di ruang Shofa 4 sudah

dilaksanakan Discharge

Planning

2. Tersedianya format

Discharge Planning di ruang

Shofa 4

3. Tersedianya resum

keperawatan untuk pasien

pulang

4. Adanya kemauan perawat

untuk memberikan

pendidikan keasehatan

kepada pasien/keluarga

5. Memberikan PENKES

kepada pasien/keluarga

selama dirawat atau pulang

secara lisan

Total

WEAKNESS

1. Tidak tersedianya leafleat

saat pasien pulang

2. Discharge Planning hanya

0,3

1

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

1

0,3

0,4

2

3

3

3

3

2

4

3

0,6

2,5

0,6

0,6

0,6

0,6

0,4

2,8

1,2

1,2

O-T

3,4-2,5

= 0,9

Page 55: BAB II

58

dilakukan saat pulang saja

3. Pendokumentasian Discharge

Planning di ruangan sudah

ada belum dilaksanakan

secara optimal.

Total

Eksternal faktor (EFAS)

OPORTUNITY

1. Adanya Mahasiswa S1 yang

praktek Managemen

Keperawatan

2. Adanya kerjasma yang baik

antara Mahasiswa dengan

Perawat ruang Shofa 4

3. Pasien dan keluarga sebagian

besar berpendidikan tinggi

sehingga memudahkan

penerimaan PENKES yang

disampaikan Perawat

4. Kemauan pasien/keluarga

terhadap anjuran Perawat

Total

THREATENED

1. Adanya tuntutan masyarakat

untuk mendapatkan

pelayanan Keperawatan yang

Profesional

2. Makin tinggi kesadaran

masyarakat akan pentingnya

kesehatan

0,3

1

0,3

0,3

0,2

0,2

1

0,3

0,2

3

3

3

2

3

3

2

0,9

3,3

0,9

0,9

0,4

0,6

2,8

0,9

0,4

S-W

2,8-3,3

= - 0,5

O-T

2,8-2,3

= 0,5

Page 56: BAB II

59

3. Persaingan antar Rumah Sakit

swasta yang semakin ketat

4. Makin tingginya keingin

tahuan klien/ keluarga/

masyarakat tentang penyakit

Total

8. PENERIMAAN PASIEN

BARU

Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH

1. Sudah sesuai dengan alur

penerimaan pasien baru

2. Prises pengkajian sudah

dilaksanakan oleh perawat

ruangan

3. Tersedia format PPB

Total

WEAKNESS

1. Tidak pernah menjelaskan

fasilitas yang ada di RS

2. Perawat jarang

memeperkenalkan diri ke

pasien

Total

Eksternal faktor (EFAS)

OPORTUNITY

1. Adanya Mahasiswa S1 yang

praktek Managemen

Keperawatan

0,2

0,3

1

0,3

0,3

0,4

1

0,5

0,5

1

0,2

2

2

3

3

3

2

2

3

0,4

0,6

2,3

0,9

0.9

1,2

3

1

1

2

0,6

S-W

3-2

= 1

Page 57: BAB II

60

2. Adanya kerjasma yang baik

antara Mahasiswa dengan

Perawat ruang Shofa 4

3. Adanya kemauan Perawat

untuk berubah

Total

THREATENED

1. Adanya tuntutan masyarakat

untuk mendapatkan

pelayanan Keperawatan

yang Profesional

2. Makin tinggi kesadaran

masyarakat akan pentingnya

kesehatan

3. Persaingan antar Rumah

Sakit swasta yang semakin

ketat

4. Makin tingginya keingin

tahuan klien/ keluarga/

masyarakat tentang penyakit

Total

0,5

0,3

1

0,2

0,3

0,3

0,2

1

3

3

3

3

2

2

1,5

0,9

3

0,6

0,9

0,6

0,4

2,5

O-T

3-2,5

= 0,5

Page 58: BAB II

III / IV

Agresif

61

2.7 Diagram Layang Analisa SWOT

Keterangan

1. PPB : Penerimaan pasien baru

2. MAKP :Model asuhan

keperawatan profesional

3. SV : Supervisi

4. SO :Sentralisasi Obat

5. DK : Dokumentasi Keprawata

6. RK :Ronde keperawatan

7. TT :Timbang Terima

8. DP :Discharge Planing

9. M1 :Ketenagakerjaan

10. M2 :Sarana Prasarana

I / II

Turn Arrond

IV / I

Defersifikasi

III / IV

Defensif

W

O

S

T

-0,5

-1

-2

-1,5

-2 -1,5 -1 -0,5 21,510.5

0,5

1

1,5

2

Dk 0,6, -5

Rk 0,4,-0,6

M2 0,15,0,5

M1 1,6, 1,3 Makp 2,1,2

Dp -0,5,0,5

Tt 1,5, 0,9

So -0,7, 1

Ppb 1,0,5

Sv 0,7,0,5

Page 59: BAB II

62

2.8 Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan

SWOT maka kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Supervisi keperawatan sudah dilakukan dan sudah terjadwal dalam 1

tahun.

2. Sentralisasai obat sudah dilakukan di SHOFA 4 RSU HAJI Surabaya tapi

masih dilakukan pada obat oral saja, sedangkan obat injeksi dan cairan

belum tersentralisasi.

3. Ronde keperawatan sudah pernah dilakukan di Shofa 4 RSU HAJI

Surabaya dan sudah terdokumentasi.

4. Sisitem pendokumentasian yang sehari - hari diterapkan di SHOFA 4

adalah sistem pendokumentasian model POR yang menggunakan SOAP

dalam catatan perkembangan.

5. Penerapan model MAKP sudah dilakukan tetapi belum optimal.

6. Mempunyai sarana dan prasarana yang mencukupi untuk pasien dan

tenaga kesehatan.

7. Disharge planning sudah dilakukan, tapi hanya dijalankan saat klien akan

pulang. Sudah terdapat format perencanaan pasien pulang yang berisi sama

dengan format disharge planning yang sesuai tetapi belum ada leaflet.

8. Penerimaan pasien baru sudah dilakukan sesuai dengan alur, proses

pengkajian juga sudah dilaksanakan oleh perawat.

9. Ketenagaan kerja menurut tingkat pendidikan mengalami kekurangan

dikarenakan jumlah tenaga yang berpendidikan Sarjana Keperawatan

hanya sebanyak 4 orang.

10. Timbang terima selama ini sudah dilakukan pada setiap pergantian sihft

jaga.

Page 60: BAB II

63

2.9 Prioritas Masalah

No Masalah

Skor analisis

SWOT PRIORITAS

IFAS EFAS

1 Sentralisasi obat -0.7 1 1

2 Discharge planning -0,5 0,4 2

3 Ronde keperawatan 0,4 -0,6 3

4 Dokumentasi 0,6 -0,5 4

5 M2 (Sarana Prasarana) 1,15 0,5 5

6 Supervisi 0,7 0,5 6

7 Penerimaan pasien baru 1 0,5 7

8 M1 (Ketenagaan, Pasien) 1,3 1,1 8

9 Timbang terima 1,5 0,9 9

10 MAKP 2 1,2 10

Keterangan

11. PPB : Penerimaan pasien baru

12. MAKP :Model asuhan

keperawatan profesional

13. SV : Supervisi

14. SO :Sentralisasi Obat

15. DK : Dokumentasi Keprawata

16. RK :Ronde keperawatan

17. TT :Timbang Terima

18. DP :Discharge Planing

19. M1 :Ketenagakerjaan

20. M2 :Sarana Prasarana

Page 61: BAB II

64

POA (PLANING OF ACTION)

No Problem Tujuan KegiatanIndikator

Keberhasilan

Penanggung

Jawab

Waktu

1. Methode

MAKP

Mampu meningkatkan penerapan MAKP primary Nursing pemula.

1. Mendiskusikan setiap hambatan yang dalam penerapan model primary nursing.

2. Sosialisasi hasil desiminasi.3. Merencanakan kebutuhan

tenaga perawat.4. Melakukan pembagian peran

perawat.5. Menentukan diskripsi tugas

dan tanggung jawab perawat.6. Melakukan pembagian

jadwal serta pembagian tenaga perawat.

7. Membantu penerapan model MAKP yang sudah ada.

8. Supervisi penerapan MAKP9. Evaluasi

MAKP primary Nursing diterapkan secara baik.

Mega Idhatul K, S.Kep

Minggu II - III

2. Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat dilaksanakan secara optimal.

1. Menyusun proposal Sentralisasi obat.

2. Menentukan penanggung jawab Sentralisasi obat.

Seluruh obat klien sudah tersentralisasi dengan baik.

Defit Rahmawati, S.Kep

Minggu II - III

Page 62: BAB II

65

3. Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat, dokter dan bagian farmasi.

4. Mendokumentasi-kan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi obat.

5. Membuat format pencatatan sentralisasi obat.

3. Penerimaan pasien baru

Menerima dan menyambut kedatangan pasien baru dengan hangat dan terapeutik

Mensosialisasikan tentang alur penerimaan pasien baru

Menyusun dan membuat format penerimaan pasien barunserta petunjuk teknis pengisiannya.

Melaksanakan penerimaan pasien baru secara alur.

Mendokumentasikan hasil dengan benar.

semua perawat dapat menerapkan komunikasi yang baik dan diberi sentuhan terapeutik.

Penerimaan pasien baru sesuai standar

Linda Inggawati, S.Kep

Minggu II - III

4. Timbang Terima

Timbang terima dilakukan secara optimal dan terdokumen-tasi.

1. Menyusun proposal timbang terima.

2. Menentukan penanggung jawab timbang terima.

3. Menyusun format timbang terima klien serta petunjuk teknis pengisiannya.

1. Timbang terima dilakukan di nurse station dan di klien.

2. Isi timbang terima tentang masalah keperawatan yang sudah dan belum teratasi.

3. Timbang terima terdokumen-tasi dengan baik.

Hadi Teguh Prasetyo, S.Kep

Minggu II - III

Page 63: BAB II

66

4. Melaksanakan timbang terima

5. Discharge planning

Discharge planning dilaksanakan secara optimal dan terdokumen-tasi dengan baik.

1. Mengajukan proposal pelaksanaan discharge planning.

2. Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning.

3. Mensosialisa-sikan dan melaksanakan discharge planning.

Setiap klien mulai masuk sampai pulang sudah mendapatkan discharge planning.

Wahyu Choirunisa, S.Kep

Minggu II - III

Page 64: BAB II

5