bab ii

40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persyaratan Lokasi Puskesmas 1. Geografis Definisi : Informasi mengenai kondisi geografis wilayah kerja puskesmas yang bersangkutan. A. Bangunan Puskesmas tingkat kelurahan sekurangnya memiliki luas 500 m 2 Puskesmas kecamatan/balai pengobatan dengan luas lahan sekurang-kurangnya 2.400 m 2 . B. Lingkungan bangunan mempunyai batas yang jelas dilengkapi dengan pagar C. Lingkungan puskesmas merupakan kawasan bebas asap rokok D. Lokasi Puskesmas memenuhi persyaratan sebagai berikut: Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya, seperti: 1. tidak di tepi lereng; 2. tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor; 3. tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi; 3

Upload: djodie-depati-singalaga

Post on 29-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TA DInkes

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persyaratan Lokasi Puskesmas

1. Geografis

Definisi :

Informasi mengenai kondisi geografis wilayah kerja puskesmas yang

bersangkutan.

A. Bangunan

Puskesmas tingkat kelurahan sekurangnya memiliki luas 500 m2

Puskesmas kecamatan/balai pengobatan dengan luas lahan

sekurang-kurangnya 2.400 m2.

B. Lingkungan bangunan mempunyai batas yang jelas dilengkapi dengan

pagar

C. Lingkungan puskesmas merupakan kawasan bebas asap rokok

D. Lokasi Puskesmas memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya, seperti:

1. tidak di tepi lereng;

2. tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor;

3. tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat

mengikis pondasi;

4. tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif;

5. tidak di daerah rawan tsunami;

6. tidak di daerah rawan banjir;

7. tidak dalam zona topan;

8. tidak di daerah rawan badai, dan lain-lain.

E. Bebas dari pencemaran, banjir dan tidak berdekatan dengan rel kereta

api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak dan limbah

pabrik.

F. Lahan

3

Page 2: BAB II

4

Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas

bangunan. Luas lahan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas

bangunan lantai dasar

2. Akses jalur transportasi

Informasi mengenai kemudahan jangkauan puskesmas bagi

masyarakat baik dengan transportasi umum (maksimal 30 menit), memiliki

jalur untuk pejalan kaki dan jalur- jalur untuk penyandang disabilitas.

3. Kontur tanah

Informasi mengenai keadaan struktur tanah baik kondisi jalan

terhadap tapak bangunan dan lain-lain. Kontur lahan dalam kondisi datar.

4. Fasilitas parkir

Informasi mengenai lahan kosong yang disediakan, terletak di dalam

lingkungan dan dibatasi oleh pagar puskesmas. Rasio perbandingan luas

lahan yang dibutuhkan sesuai dengan standar nasional untuk gedung tidak

bertingkat 1,5 kali luas bangunan, sedangkan untuk gedung bertingkat 2 kali

luas bangunan lantai dasar.

5. Fasilitas Keamanan

Informasi mengenai sistem keamanan yang dirancang guna untuk

mendukung pencegahan dan penanggulangan keamanan minimal

menggunakan pagar.

Seluruh bangunan harus memenuhi aspek keamanan pasien dan orang

yang berada di Puskesmas, dimana;

- Minimum tersedia dua buah pintu keluar

- Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di luar

bangunan

- Puskesmas mempunyai pemadam kebakaran, seperti pemadam api atau

selang yang mudah dilihat dan mudah dicapai pada lokasi strategis

- Aspek keamanan pasien, antara lain :

a) Pegangan sepanjang tangga

Page 3: BAB II

5

b) Toilet dilengkapi dengan pegangan

c) Pintu dapat dibuka dari luar

6. Ketersediaan utilitas publik

Informasi mengenai ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan seperti :

a. Tersedia air bersih

Untuk kebutuhan karyawan dan pengunjung Puskesmas sebanyak

15-20 liter/orang/hari

Memenuhi syarat kualitas fisik, kimia, bakteriologis sesuai dengan

ketentuan yang berlaku

b. Wastafel dengan air mengalir

Harus tersedia pada setiap ruangan periksa, ruang UGD, poli gigi,

ruang KIA, ruang pengobatan, ruang suntik, ruang laboratorium dan

ruang lainnya yang memerlukan air

Dilengkapi dengan dispenser sabun cair atau zat anti septik, khusus

untuk ruang tindakan dianjurkan dalam dispenser dengan pompa siku

Terpelihara dan selalu bersih

Tersedia lap pengering tangan atau alat pengering tangan

c. Kamar mandi dan WC

Kamar mandi dan WC harus terpisah antara laki-laki, wanita,

karyawan dan pengunjung

Tersedia cukup air bersih dan sabun

Selalu terpelihara dalam keadaan bersih dan tidak bau

Lubang penghawaan ventilasi harus berhubungan langsung dengan

udara luar

Ada himbauan, slogan dan peringatan untuk rnemelihara kebersihan

Page 4: BAB II

6

7. Pengelolaan kesehatan lingkungan

Informasi mengenai fasilitas khusus untuk pengelolaan kesehatan

lingkungan antara lain air bersih, pengelolaan limbah B3 seperti limbah

padat dan cair yang bersifat infeksius dan non infeksius serta pemantauan

limbah gas/udara dari emisi incinerator dan genset.

1. Penanganan Sampah

Sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non infeksius

Setiap ruangan harus disediakan tempat sampah terbuat dari bahan

yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mudah

dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong plastik dengan warna

dan lambang sebagai berikut :

a. Sampah infeksius menggunakan kantong plastik berwarna kuning.

Benda tajam dan jarum ditampung pada wadah khusus

seperti botol kaca. Sampah dimusnahkan didalam insinerator

atau dibawa ke Puskesmas terdekat yang memiliki insinerator

b. Sampah domestik/umurn menggunakan kantong plastik berwarna

hitam.Terpisah antara sampah basah dan kering, dapat diolah

sendiri, dikubur, dibakar atau diangkut/dibuang ke Tempat

Pembuangan sampah Akhir ( TPA)

Jumlah tempat sampah minimum 1 (satu) buah tiap kamar atau setiap

radius 10 meter dan radius 20 meter untuk ruang tunggu.Wadah

sampah tertutup dengan kantong plastik

Tempat pengumpulan dan penampungan sampah sementara segera

didesinfeksi setelah dikosongkan

2. Limbah

1) Jenis dan definisi limbah Puskesmas

a. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari

limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah

farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,

limbah container bertekanan dan limbah dengan kandungan

logam berat yang tinggi

Page 5: BAB II

7

b. Limbah non medis padat adalah limbah padat yang dihasilkan

dari kegiatan diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,

taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila

ada teknologinya.

c. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang

berasal dari kegiatan Puskesmas yang kemungkinan

mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan

radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

d. Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas yang berasal

dari kegiatan pembakaran di puskesmas seperti insinerator,

dafur, perlengkapan generator, anestesi dan pembuatan obat

sitotoksik.

2) Penanganan Limbah

a. Limbah medis padat

Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu

wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya.

Wadah harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk

dibuka

Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat

digunakan kembali. Untuk benda-benda tajam hendaknya

ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau

karton yang aman

Tempat perwadahan limbah medis padat infeksius dan

sitotoksik yang tidak langsung kontak dengan limbah harus

segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan

digunakan kembali sedangkan untuk kantong plastik yang

telah dipakai dankontak langsung dengan limbah tersebut

tidak boleh digunakan lagi

Limbah medis sangat infeksius, infeksius dan patologi

anatomi dapat dimasukkan dalam kantong plastik yang kuat

dan anti bocor atau kontainer warna kuning

Page 6: BAB II

8

Penanganan limbah infeksius yang berasal dari poli dan

ruang bersalin hams direndam dalam larutan kaporit 3%

selama satu malam, direbus mendidih selama 1 jam atau

dipanaskan dalam autoclave selama 15 menit dan kemudian

dibakar atau ditanam dalam tanah

Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan

limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan

Puskesmas. Bagi Puskesmas yang tidak mempunyai

incinerator, maka limbah medis padatnya hams dimusnahkan

melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain

yang mempunyai incinerator selambat-lambatnya dalam 24

jam apabila disirnpan pada suhu ruang

b. Limbah non medis padat

Dilakukan pemilahan limbah non medis padat antara limbah

basah dan limbah kering

Terdapat minimal 1 (satu) buah wadah yang terbuat

dari bahan yang kuat,cukup ringan,tahan karat, kedap air

dan mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan

misalnya fiberglass untuk setiap kamar

Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 X

24 jam supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit

Limbah ditampung dalam kantong plastik warna hitam.

c. Limbah cair

Puskesmas harus memiliki Instalasi Pengolahan Limbah cair

sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan

di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis.

Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan

saluran air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan grill.

Page 7: BAB II

9

Saluran pembuangan air limbah di Puskesmas dibuang ke

septic tank yang dilengkapi dengan sumur peresapan .Limbah

cair medis bekas cucian pasien harus dialirkan ke septic tank,

sebelum dibuang ke saluran umum. Tersedia septic tank yang

memenuhi syarat kesehatan.

Saluran limbah harus tertutup, kedap air, limbah harus

mengalir dengan lancer, terpisah dengan saluran air

hujan,bersih dari sampah dan dilengkapi penutup dengan bak

control setiap 5 meter.

Pembuatan saluran air limbah setelah SPAL dengan cara

diresapkan kedalam tanah.

Kualitas effluent yang layak dibuang kedalam lingkungan

harus memenuhi persyaratan baku mutu. Semua limbah cair

buangan Puskesmas harus masuk kedalam bak penampungan

pengelolaan limbah

d. Limbah gas

Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pernusnah limbah

medis padat mengacu dengan insinerator pada Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13.H/3/1995 tentang

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

Page 8: BAB II

10

2.2. Persyaratan Bangunan Puskesmas

1. Arsitektur Bangunan

A. Tata ruang bangunan

Definisi:

Tata ruang bangunan adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan

ruang bangunan, baik direncanakan maupun tidak, yang memiliki fungsi

sebagai fasilitas pelayanan kesehatan.

Standar Ukuran:

Bangunan harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang

diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

dan/Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang bersangkutan.

Tata ruang Puskesmas mengikuti Peraturan Tata Ruang Daerah yaitu:

a. Ditetapkan nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal untuk

Puskesmas adalah 60%.

b. Ditetapkan nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal untuk

Puskesmas adalah 1,8.

c. Ditetapkan nilai Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimal untuk

Puskesmas adalah 15%.

d. Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sempadan Pagar (GSP).

B. Desain

Definisi:

Desain adalah proses atau  perbuatan dengan mengatur segala sesuatu

sebelum bertindak atau merancang. Pada dasarnya desain merupakan  pola

rancangan yang menjadi dasar  pembuatan suatu benda. Desain merupakan

langkah awal sebelum memulai membuat suatu benda, seperti  baju,

furniture, dan bangunan. Pada saat  pembuatan desain biasanya mulai

memasukkan unsur berbagai  pertimbangan, perhitungan, cita rasa, dan

lain-lain.

Standar Ukuran:

a. Tata letak ruang pelayanan pada bangunan Puskesmas harus diatur

Page 9: BAB II

11

dengan memperhatikan zona Puskesmas sebagai bangunan fasilitas

pelayanan kesehatan.

b. Tata letak ruangan diatur dan dikelompokkan dengan memperhatikan

zona infeksius dan non infeksius.

c. Zona berdasarkan privasi kegiatan:

1) area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan

lingkungan luar Puskesmas, misalnya ruang pendaftaran.

2) area semi publik, yaitu area yang tidak berhubungan langsung

dengan lingkungan luar Puskesmas, umumnya merupakan area

yang menerima beban kerja dari area publik, misalnya

laboratorium, ruang rapat/diskusi.

3) area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung Puskesmas,

misalnya ruang sterilisasi, ruang rawat.

d. Zona berdasarkan pelayanan:

Tata letak ruang diatur dengan memperhatikan kemudahan pencapaian

antar ruang yang saling memiliki hubungan fungsi, misalnya:

1) Ruang rawat inap pasien letaknya mudah terjangkau dari ruang jaga

petugas.

2) Perawatan pasca persalinan antara ibu dengan bayi dilakukan

dengan sistem rawat gabung.

e. Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman dan aman untuk semua

bagian bangunan.

f. Harus disediakan fasilitas pendingin untuk penyimpanan obat-obatan

khusus dan vaksin dengan suplai listrik yang tidak boleh terputus.

g. Lebar koridor disarankan 2,40 m dengan tinggi langit-langit minimal

2,80 m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila terdapat perbedaan

ketinggian permukaan pijakan, maka dapat menggunakan ram dengan

kemiringannya tidak melebihi 7°.

Page 10: BAB II

12

Gambar 1. Puskesmas Non Rawat Inap

Gambar 2. Puskesmas Rawat Inap

Page 11: BAB II

13

C. Lambang

Definisi:

Lambang adalah sesuatu seperti tanda (lukisan, lencana) yang menyatakan

suatu hal atau mengandung maksud tertentu.

Standar Ukuran:

Lambang Puskesmas harus diletakkan di depan bangunan yang mudah

terlihat dari jarak jauh oleh masyarakat. Arti dari lambang Puskesmas

tersebut yaitu:

a. Bentuk segi enam (hexagonal), melambangkan:

1) keterpaduan dan kesinambungan yang terintegrasi dari 6 prinsip yang

melandasi penyelenggaraan Puskesmas.

2) makna pemerataan pelayanan kesehatan yang mudah di akses

masyarakat.

3) pergerakan dan pertanggung jawaban Puskesmas di wilayah kerjanya.

b. Irisan dua buah bentuk lingkaran melambangkan dua unsur upaya

kesehatan, yaitu:

1) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya

masalah kesehatan masyarakat.

2) Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya

masalah kesehatan perorangan.

c. Stilasi bentuk sebuah bangunan, melambangkan Puskesmas sebagai

tempat/wadah diberlakukannya semua prinsip dan upaya dalam proses

penyelenggaraan kesehatan.

d. Bidang segitiga mewakili tiga faktor yang mempengaruhi status derajat

kesehatan masyarakat yaitu genetik, lingkungan, dan perilaku.

e.Bentuk palang hijau didalam bentuk segi enam melambangkan

pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif preventif.

f. Warna hijau melambangkan tujuan pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan Puskesmas, dalam rangka mencapai derajat kesehatan

Page 12: BAB II

14

masyarakat yang setinggi-tingginya.

g. Warna putih melambangkan pengabdian luhur Puskesmas.

Gambar 3. Lambang puskesmas

D. Ruang

Definisi:

Ruang adalah daerah 3 dimensi dimana obyek dan peristiwa berada. Ruang

memiliki posisi serta arah yang relatif, terutama bila suatu bagian dari

daerah tersebut dirancang sedemikian rupa untuk tujuan tertentu.

Puskesmas Non Rawat Inap

Page 13: BAB II

15

Page 14: BAB II

16

E. Persyaratan Komponen Bangunan dan Material

Definisi:

Komponen bangunan dan material adalah bagian-bagian atau unsur yang

diperlukan dalam membangun sebuah puskesmas.

Standar ukuran:

a. Atap

1) Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angin puting beliung,

gempa, dan lain-lain), tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat

perindukan vektor.

2) Material atap tidak korosif, tidak mudah terbakar.

b. Langit-langit

1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan,

tanpa profil dan terlihat tanpa sambungan (seamless).

2) Ketinggian langit-langit dari lantai minimal 2,8 m.

c. Dinding

Page 15: BAB II

17

1) Material dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan

silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak ada sambungan agar

mudah dibersihkan. Material dapat disesuaikan dengan kondisi di

daerah setempat.

2) Dinding KM/WC harus kedap air, dilapisi keramik setinggi 150 cm.

3) Dinding laboratorium harus tahan bahan kimia, mudah dibersihkan,

tidak berpori.

d. Lantai

Material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna

terang, mudah dibersihkan, dan dengan sambungan seminimal

mungkin.

e. Pintu dan Jendela

1) Lebar bukaan pintu utama dan ruang gawat darurat minimal 120 cm

atau dapat dilalui brankar dan pintu-pintu yang bukan akses brankar

memiliki lebar bukaan minimal 90 cm. Pintu harus terbuka ke luar.

2) Pintu khusus untuk KM/WC di ruang perawatan dan pintu KM/WC

penyandang disabilitas, harus terbuka ke luar dan lebar daun pintu

minimal 90 cm.

3) Material pintu untuk KM/WC harus kedap air.

f. Kamar Mandi (KM)/WC

1) Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh

pengguna.

2) Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin dan air buangan tidak boleh

tergenang.

3) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.

4) Kunci-kunci dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika

terjadi kondisi darurat.

5) Pemilihan tipe kloset disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan

pengguna pada daerah setempat.

6) Sebaiknya disediakan minimal 1 KM/WC umum untuk penyandang

disabilitas, dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol penyandang

Page 16: BAB II

18

disabilitas pada bagian luarnya dan dilengkapi dengan pegangan rambat

(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan

pengguna kursi roda dan penyandang disabilitas lainnya. Pegangan

disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk

membantu pergerakan pengguna kursi roda.

g. Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dan Lansia

1) Umum.

Setiap bangunan Puskesmas harus menyediakan fasilitas dan

aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan, keamanan, dan

kenyamanan.

2) Persyaratan Teknis.

a) Fasilitas dan aksesibilitas meliputi KM/WC, tempat parkir, telepon

umum, jalur pemandu, rambu dan marka, tangga, pintu, ram.

b) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi,

luas, dan ketinggian bangunan Puskesmas.

2. Struktur Bangunan

Definisi:

Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja

untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas

tanah. Fungsi struktur untuk memberi kekuatan dan kekakuan yang

diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami keruntuhan.

Standar Ukuran:

Struktur bangunan Puskesmas harus direncanakan kuat/kokoh, dan stabil

dalam menahan beban/kombinasi beban, baik beban muatan tetap maupun

beban muatan sementara yang timbul, antara lain beban gempa dan beban

angin, dan memenuhi aspek pelayanan (service ability) selama umur

layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan.

2.3. Persyaratan Prasarana Puskesmas

1. Sistem Ventilasi

Page 17: BAB II

19

Definisi :

Ventilasi adalah proses untuk mensuplai udara segar ke dalam

bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan, bertujuan

menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan, menghilangkan uap air

yang berlebihan dan membantu mendapatkan kenyamanan termal.

Standar ukuran:

Ventilasi ruangan pada bangunan Puskesmas, dapat berupa ventilasi

alami dan/atau ventilasi mekanis. Jumlah bukaan ventilasi alami tidak

kurang dari 15% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi.

Sedangkan sistem ventilasi mekanis diberikan jika ventilasi alami yang

memenuhi syarat tidak memadai. Besarnya pertukaran udara yang

disarankan untuk berbagai fungsi ruangan di bangunan Puskesmas minimal

12x pertukaran udara per jam dan untuk KM/WC 10x pertukaran udara per

jam.

Penghawaan/ventilasi dalam ruang perlu memperhatikan 3 (tiga)

elemen dasar, yaitu: (1). Jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk

dalam ruang pada waktu tertentu; (2). Arah umum aliran udara dalam

gedung yang seharusnya dari area bersih ke area terkontaminasi serta

distribusi udara luar ke setiap bagian dari ruangan dengan cara yang efisien

dan kontaminan airborne yang ada dalam ruangan dialirkan ke luar dengan

cara yang efisien; (3). Setiap ruang diupayakan proses udara didalam

ruangan bergerak.

2. Sistem Pencahayaan

Definisi:

Pencahayaan pada bangunan puskesmas yang harus mempunyai

pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan. Pencahayaan harus

terdistribusikan rata dalam ruangan dan lampu-lampu yang digunakan

diusahakan dari jenis hemat energi.

Page 18: BAB II

20

Tabel 1. Tingkat pencahayaan rata-rata yang direkomendasikan.

3. Sistem Sanitasi

Definisi:

Sistem sanitasi puskesmas terdiri dari sistem air bersih, sistem

pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta

penyaluran air hujan.

1) Sistem air bersih

A. Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan

mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem pengalirannya.

B. Sumber air bersih dapat diperoleh langsung dari sumber air

Page 19: BAB II

21

berlangganan dan/atau sumber air lainnya dengan baku mutu yang

memenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah

A. Tersedia sistem pengolahan air limbah yang memenuhi persyaratan

kesehatan.

B. Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan dilengkapi

penutup dengan bak kontrol untuk menjaga kemiringan saluran

minimal 1%.

C. Di dalam sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah dari ruang

penyelenggaraan makanan disediakan perangkap lemak untuk

memisahkan dan/atau menyaring kotoran/lemak.

3) Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius.

A. Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius harus

direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas

pewadahan, Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan

pengolahannya.

B. Pertimbangan jenis pewadahan dan pengolahan limbah infeksius dan

non infeksius diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan

dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni,

masyarakat dan lingkungannya serta tidak mengundang datangnya

vektor/binatang penyebar penyakit.

C. Pertimbangan fasilitas Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang

terpisah diwujudkan dalam bentuk penyediaan Tempat Penampungan

Sementara (TPS) limbah infeksius dan non infeksius, yang

diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan

volume limbah.

D. Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perencanaan, pemasangan,

dan pengolahan fasilitas pembuangan limbah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Page 20: BAB II

22

4. Sistem Kelistrikan

Persyaratan sistem kelistrikan pada puskesmas yaitu:

1) Umum

A. Sistem kelistrikan dan penempatannya harus mudah dioperasikan, diamati,

dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu lingkungan, bagian

bangunan dan instalasi lain.

B. Perancangan dan pelaksanaannya harus memenuhi SNI 0225-2011, tentang

Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011) atau edisi yang terbaru.

2) Sumber Daya Listrik

Sumber daya listrik yang dibutuhkan, terdiri dari:

Sumber daya listrik normal dengan daya paling rendah 2200VA; dan

Sumber daya listrik darurat 75% dari sumber daya listrik normal.

Sumber daya listrik normal, diperoleh dari:

Sumber daya listrik berlangganan seperti PLN; diperoleh dari:

a) Generator listrik dengan bahan bakar cair atau gas elpiji.

b) Sumber listrik tenaga surya.

c) Sumber listrik tenaga angin.

d) Sumber listrik tenaga mikro hidro.

e) Sumber listrik tenaga air.

Sumber daya listrik darurat, diperoleh dari :

a) Generator listrik.

b) Uninterruptible Power Supply (UPS)

3) Sistem Distribusi

Sistem distribusi terdiri dari :

a. Panel-panel listrik.

b. Instalasi pengkabelan.

c. Instalasi kotak kontak dan sakelar.

Page 21: BAB II

23

4) Sistem Pembumian

Nilai pembumian (grounding) bangunan tidak boleh kurang impedansinya

dari 0.5 Ω. Nilai pembumian (grounding) alat kesehatan tidak boleh

kurang impedansinya dari 0.1 Ω.

5. Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi adalah alat komunikasi yang diperlukan untuk

hubungan/komunikasi di lingkup dan keluar Puskesmas, dalam upaya

mendukung pelayanan di Puskesmas. Alat komunikasi dapat berupa telepon

kabel, seluler, radio komunikasi, ataupun alat komunikasi lainnya.

6. Sistem Gas Medik

Gas medik yang digunakan di Puskesmas adalah Oksigen (O2).

Sistem gas medik harus direncanakan dan diletakkan dengan

mempertimbangkan tingkat keselamatan bagi penggunanya.

Adapun persyaratan teknis dalam sistem gas medik yaitu Pengolahan,

penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan gas medik harus sesuai

ketentuan berlaku. Tabung/silinder yang digunakan harus yang telah dibuat,

diuji, dan dipelihara sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak yang

berwenang. Tabung/silinder O2 harus di cat warna putih, diletakkan di

samping tempat tidur pasien, dan harus menggunakan alat pengaman seperti

troli tabung atau dirantai, terdapat pelindung katup, disediakan ruangan

khusus penyimpanan. Hanya tabung/silinder gas medik dan

perlengkapannya yang boleh disimpan dalam ruangan penyimpanan gas

medic dan tidak boleh menyimpan bahan mudah terbakar berdekatan

dengan ruang penyimpanan gas medik. Dilarang melakukan pengisian ulang

tabung/silinder O2 dari tabung/silinder gas medik besar ke tabung/silinder

gas medik kecil.

Page 22: BAB II

24

7. Sistem Proteksi Petir

Sistem proteksi petir adalah sistem yang dapat melindungi semua

bagian dari bangunan Puskesmas, termasuk manusia yang ada di dalamnya,

dan instalasi serta peralatan lainnya terhadap kemungkinan bahaya

sambaran petir.

8. Sistem Proteksi Kebakaran

Pada sistem proteksi keakaran bangunan Puskesmas harus

menyiapkan alat pemadam kebakaran untuk memproteksi kemungkinan

terjadinya kebakaran. Kapasitas dari alat pemadam kebakaran minimal 2 kg

dan dipasang 1 buah untuk setiap 15 m2. Pemasangan alat pemadam

kebakaran diletakkan pada dinding dengan ketinggian antara 15 cm – 120

cm dari permukaan lantai dan dilindungi sedemikian rupa untuk mencegah

kemungkinan kerusakan atau pencuri Apabila bangunan menggunakan

generator sebagai sumber daya listrik utama, maka pada ruangan generator

harus dipasangkan Alat Pemadam Kebakaran jenis CO2.

9. Sistem kebisingan

Intensitas kebisingan equivalent (Leq) diluar bangunan Puskesmas

tidak lebih dari 55 dBA (sebanding dengan perbincangan anatar 2 orang di

dalam rumah), dan di dalam bangunan Puskesmas tidak lebih dari 45 dBA

(sebanding dengan keadaan di perpustakaan atau kicauan burung).

Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifat sumber. Sumber

suara genset dikendalikan dengan meredam dan membuat sekat yang

memadai dan sumber suara dari lalu lintas dikurangi dengan cara

penanaman pohon ataupun cara lainnya.

10. Sistem Transportasi Vertikal Puskesmas

Page 23: BAB II

25

a) Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang

dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan

dengan lebar yang memadai.

Persyaratan tangga :

1. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam,

dengan tinggi masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm.

2. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600.

3. Lebar tangga minimal 120 cm untuk mempermudah evakuasi dalam

kondisi gawat darurat.

4. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan

pengguna tangga.

5. Harus dilengkapi dengan rel pegangan tangan (handrail).

6. Rel pegangan tangan harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 cm

- 80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu,

dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah

lantai, dinding atau tiang.

7. Rel pegangan tangan harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-

ujungnya (puncak dan bagian bawah) sepanjang 30 cm.

8. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga

tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya.

b) Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan

tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan

tangga.

Persyaratan ram:

Kemiringan suatu ram di dalam bangunan tidak boleh melebihi 70,

perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran

ram (curb ramps/landing).

Panjang mendatar dari satu ram (dengan kemiringan 70) tidak boleh

lebih dari 9 m.

Page 24: BAB II

26

Lebar minimum dari ram adalah 120 cm dengan tepi pengaman.

Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ram harus

bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk

memutar kursi roda dan stretcher, dengan ukuran minimum 180 cm.

11. Puskesmas Keliling (Pusling) Ambulans

a) Puskesmas keliling

Puskesmas keliling menurut Kemenkes pada data dasar puskemas

diklasifikasikan menjadi 2 puskesmas kelilng roda 4 dan puskesmas keliling

perairan (perahu).

Puskesmas keliling roda 4 adalah unit pelayanan kesehatan kepada

masyarakat di daerah terpencil berupa kendaraan bermotor roda empat dan

peralatan kesehatan, komunikasi serta seperangkat tenaga yang berasal dari

Puskesmas. Pusling ini berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan

kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum

terjangkau oleh pelayanan kesehatan karena letaknya jauh dan terpencil.

Kondisi Puskesmas Keliling Roda-4 adalah informasi mengenai

jumlah Puskesmas Keliling.

Roda-4 yang dimiliki Puskesmas, dengan rincian sebagai berikut:

Baik; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam kondisi baik

dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.

Rusak Ringan; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam

kondisi tidak baik namun masih bisa dimanfaatkan sesuai dengan

peruntukannya.

Rusak Berat; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam kondisi

rusak dan masih dapat difungsikan jika ada beberapa komponennya

diganti/diperbaiki.

Rusak Total; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam kondisi

tidak baik dan tidak dapat difungsikan atau tidak dapat dimanfaatkan.

Page 25: BAB II

27

Puskemas keliling perairan (perahu) adalah adalah unit pelayanan

kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil berupa perahu/perahu

bermotor dan peralatan kesehatan, komunikasi serta seperangkat tenaga

yang berasal dari Puskesmas. Pusling ini berfungsi menunjang dan

membantu melaksanakan kegiatan-kagiatan Puskesmas dalam wilayah

kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan karena letaknya

jauh dan terpencil.

Konisi Puskesmas Keliling Perairan (Perahu)

Kondisi Puskesmas Keliling Perairan (Perahu) adalah informasi

mengenai jumlah Puskesmas Keliling Perairan (perahu) yang dimiliki

Puskesmas, dengan rincian sebagai berikut:

Baik; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam kondisi baik

dan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.

Rusak Ringan; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam

kondisi baik namun tidak dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.

Rusak Berat; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam kondisi

tidak baik namun masih bisa dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.

Rusak Total; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam kondisi

tidak baik dan tidak dapat difungsikan atau tidak dapat dimanfaatkan.

b) Ambulans

Ambulans adalah kendaraan transportasi gawat darurat medis khusus orang

sakit atau cedera,dari satu tempat ke tempat lain guna perawatan medis.

Kondisi Ambulans

Kondisi Ambulans adalah informasi mengenai jumlah Ambulans yang

dimiliki Puskesmas, dengan rincian sebagai berikut:

Baik; apabila ambulans dalam kondisi baik dan dimanfaatkan sesuai

dengan

peruntukannya.

Page 26: BAB II

28

Rusak Ringan; apabila ambulans dalam kondisi baik namun tidak

dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.

Rusak Berat; apabila ambulans dalam kondisi tidak baik namun masih

bisa dimanfaatkansesuai dengan peruntukannya.

Rusak Total; apabila ambulans dalam kondisi tidak baik dan tidak dapat

difungsikan atau tidak dapat dimanfaatkan.

2.4. Persyaratan Peralatan Puskesmas

Peralatan kesehatan merupakan salah satu sumber daya kesehatan

yang sangat menentukan mutu dan kesinambungan penyelenggaraan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Ketersediaan peralatan kesehatan

sangat menentukan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang optimal,

efektif, dan efisien di Puskesmas. Peralatan kesehatan di puskesmas harus

memenuhi persyaratan : (Permenkes no 75 tahun 2014)

a. Standar mutu, keamanan, dan keselamatan

b. Memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, dan

c. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan

pengkalibrasi yang berwenang

Definisi Operasional

Peralatan Puskesmas meliputi peralatan medis dan non medis yang

dibutuhkan untuk penyelenggaraan upaya atau kegiatan pelayanan di dalam

dan luar gedung Puskesmas dan jejaringnya termasuk fasilitas pelayanan

kesehatan berbasis masyarakat atau UKBM. (Permenkes no 75 tahun 2014)

Peralatan yang memenuhi standar adalah peralatan yang baik

kondisinya dan jumlahnya sesuai dengan ketetapan Permenkes nomor 75

tahun 2014.

Menurut Permenkes no 75 tahun 2014, standar peralatan Puskesmas

berdasarkan kegiatan pelayanan dibagi menjadi:

Ruang pemeriksaan umum diperlukan 33 set pemeriksaan umum, 10

Page 27: BAB II

29

bahan abis pakai, 14 perlengkapan 3 meubelair, dan 14 perlengkapan.

Ruangan tindakan atau ruangan gawat darurat diperlukan 83 set

pemeriksaan gawat darurat, 46 bahan abis pakai, 26 perlengkapan, 3

meubelair, dan 6 pencatatan dan pelaporan. Bila ruangan tindakan dan

ruangan gawat darurat terpisah maka di masing-masing ruangan harus

tersedia set tindakan medis/gawat darurat, bahan habis pakai,

perlengkapan, meubelair, dan pencatatan dan pelaporan.

Ruangan Kesehatan Ibu, Anak (KIA), KB dan imunisasi diperlukan 33

set pemeriksaan kesehatan ibu, 11 set pemeriksaan kesehatan anak, 3 set

pelayanan KB, 2 set imunisasi, 16 bahan habis pakai, 24 perlengkapan, 3

meubelair, dan 7 pencatatan dan pelaporan.

Ruangan kesehatan gigi dan mulut diperlukan 73 set gigi dan mulut, 9

bahan habis pakai, 12 perlengkapan, 3 meubelair, dan 6 pencatatan dan

pelaporan.

Ruangan promosi kesehatan diperlukan 31 set promosi kesehatan, 2

bahan habis pakai, 4 perlengkapan, 4 meubelair, dan 3 pencatatan dan

pelaporan, pada ruangan ASI di perlukan 1 set ASI, 3 bahan habis pakai,

dan 3 perlengkapan.

Pada laboratorium diperlukan 31 set laboratorium, 7 bahan habis pakai,

13 perlengkapan, 3 meubelair, dan 3 pencatatan dan pelaporan.

Pada ruangan farmasi diperlukan 12 set farmasi, 3 bahan habis pakai, 6

perlengkapan, 3 meubelair, dan 9 pencatatan dan pelaporan.

Ruangan sterilisasi diperlukan 2 set sterilisasi, 3 bahan habis pakai, 6

perlengkapan, 3 meubelair, dan 1 pencatatan dan pelaporan.