bab ii

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria Malaria merupakan infeksi protozoa genus plasmodium yang dapat menjadi serius dan selalu menjadi salah satu masalah besar kesehatan dunia. Setiap tahun hampir 10 persen dari seluruh populasi dunia menderita malaria. Dari jumlah itu sebanyak 500 juta penderita dengan gejala klinis dan diantaranya menimbulkan 1-3 juta kematian yang tersebar di lebih dari 90 negara Penyakit ini ditandai dengan adanya dingin/menggigil, demam, berkeringat (”trias malaria”), sakit kepala dan dapat menimbulkan komplikasi serebral, anemia berat, gastroenteritis, hipoglikemia, edema paru, ruptur limpa, gagal ginjal dan kematian. Malaria juga ancaman bagi traveler yang mengunjungi daerah endemik malaria. 1 1. Siklus Hidup Parasit Malaria 6 Universitas Lambung Mangkurat

Upload: rully-syahrizal

Post on 13-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nknknkn

TRANSCRIPT

13

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.MalariaMalaria merupakan infeksi protozoa genus plasmodium yang dapat menjadi serius dan selalu menjadi salah satu masalah besar kesehatan dunia. Setiap tahun hampir 10 persen dari seluruh populasi dunia menderita malaria. Dari jumlah itu sebanyak 500 juta penderita dengan gejala klinis dan diantaranya menimbulkan 1-3 juta kematian yang tersebar di lebih dari 90 negara Penyakit ini ditandai dengan adanya dingin/menggigil, demam, berkeringat (trias malaria), sakit kepala dan dapat menimbulkan komplikasi serebral, anemia berat, gastroenteritis, hipoglikemia, edema paru, ruptur limpa, gagal ginjal dan kematian. Malaria juga ancaman bagi traveler yang mengunjungi daerah endemik malaria.1

1.Siklus Hidup Parasit Malaria Dalam siklus hidupnya plasmodium mempunyai dua hospes yaitu manusia dan nyamuk. Siklus aseksual yang berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk disebut sporogoni .2

a.Siklus aseksual Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina masuk dalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulainya stadium eksoeritrositik daur hidupnya. Di dalam sel hati, parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit. Sel hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian mengalami fagositosis. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum memasuki eritrosit maka disebut stadium pre-eritrositik atau ekso-eritrositik. Siklus eritrositikdimulai saat merozoit menerobos masuk sel-sel darah merah. Parasit tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar, bentuk tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit. Tropozoit berubah menjadi skizon muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang dan membelah diri menjadi beberapa merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan bebas berada dalam plasma darah. Merozoit dapat masuk sel darah merah lainnya lagi untuk mengulangi siklus skizogoni. Selain dapat memasuki eritrosit kembali dan membentuk skizon, merozoit dapat juga membentuk gametosit yaitu bentuk seksual parasit plasmodium.2

b.Siklus seksual Siklus seksual terjadi dalam tubuh nyamuk. Gametosit yang ada di darah tidak dicerna oleh sel-sel tubuh lain. Pada gamet jantan, kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Di pinggir ini beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan membran basal dinding lambung nyamuk. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut ookista. Di dalam ookista dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit menembus kelenjar ludah nyamuk dan bila nyamuk menggigit/ menusuk manusia memungkinkan sporozoit masuk ke dalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik.2

2. Prinsip transmisi malaria Malaria menyebar dari seorang ke orang lain melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Nyamuk ini mengalami infeksi dengan bentuk seksual parasit yaitu gametosit, ketika menghisap darah manusia yang terinfeksi malaria. Gametosit berkembang dalam tubuh nyamuk selama 6 12 hari, setelah itu nyamuk ini akan dapat menginfeksi manusia sehat bila ia menghisap darahnya. Obat antimalaria dapat menurunkan transmisi karena efeknya kepada infektivitas parasit. Efek ini dapat secara langsung pada gametosit, sebagai bentuk infektiv yang ditemukan pada manusia (gametocytocidal effect) atau ketika obat memasuki tubuh nyamuk sewaktu menghisap darah penderita, akan mempunyai efek terhadap perkembangan parasit di dalam tubuh nyamuk.2

3.Obat antimalaria Sampai tahun 2003, obat antimalaria yang tersedia di Indonesia terbatas pada klorokuin, pirimetamin- sulfadoksin, kina dan primaquin. Antibiotika yang bersifat antimalaria adalah tetrasiklin, doksisiklin, klindamisin, kloramfenikol, sulfametoksazol-trimetropim dan kuinolon. Obat-obat ini pada umumnya bersifat skizontosida darah untuk Plasmodium falciparum, kerjanya sangat lambat dan kurang efektif. Oleh sebab itu, obat ini digunakan bersama obat antimalaria lain yang kerjanya cepat dan menghasilkan efek potensiasi yaitu misalnya dengan kina.64.Resistensi Terhadap Obat Malaria Di Indonesia resistensi Plasmodium falciparum terhadap klorokuin ditemukan pertama kali di daerah Kalimantan Timur pada tahun 1974, kemudian resistensi ini terus meluas dan pada tahun 1996 kasus-kasus malaria yang resisten klorokuin sudah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia. 4Untuk mengatasi kasus resistensi parasit malaria terhadap obat klorokuin pemerintah telah menyediakan obat alternatif yang sudah tersedia di Indonesia seperti pirimetamin-sulfadoksin dan kina, namun terhadap kedua obat tersebut Plasmodium falciparum juga telah menunjukkan resistensi. Daerah yang mengalami resistensi terhadap obat antimalaria semakin luas dan pada tahun 2000 tercatat 77 kabupaten meliputi 158 kecamatan. Berdasarkan laporan dari Subdit Malaria Depkes RI, masalah resistensi terhadap obat antimalaria telah dilaporkan hampir diseluruh propinsi dengan derajat resistensi yang berbeda.5

B.Kemangi (Ocimum sanctum L.)1. KlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : SpermatophytaSubdivisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeOrdo : TubifloraeFamili : LamiaceaeGenus : OcimumGambar 2.1. Tanaman kemangiSpesies : Ocimum sanctum L.72. Deskripsi dan morfologiTanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis ini merupakan herba tegak atau semak, tajuk membulat, bercabang banyak, sangat harum dengan tinggi 0,3-1,5 m. Batang pokoknya tidak jelas, berwarna hijau sering keunguan, dan berambut atau tidak. Daun tunggal, berhadapan, dan tersusun dari bawah ke atas. Panjang tangkai daun 0,25-3 cm dengan setiap helaian daun yang berbentuk bulat telur sampai elips, memanjang, dan ujung meruncing atau tumpul. Pangkal daun pasak sampai membulat, di kedua permukaan berambut halus. Tepi daun bergerigi lemah, bergelombang, atau rata. Bunga kemangi tersusun pada tangkai bunga berbentuk menegak. Bunganya jenis hemafrodit, berwarna putih dan berbau sedikit wangi. Bunga majemuk berkarang dan di ketiak daun ujung terdapat daun pelindung berbentuk elips atau ulat telur dengan panjang 0,5-1 cm. Kelopak bunga berbentuk bibir, sisi luar berambut kelenjar, berwarna ungu atau hijau, dan ikut menyusun buah, Mahkota bunga berwarna putih dengan benang sari tersisip di dasar mahkota dan kepala putik bercabang dua namun tidak sama . Buah berbentuk kotak, berwarna coklat tua, tegak, dan tertekan dengan ujung membentuk kait melingkar.8

3.Kandungan kimiaBeberapa bahan kimia yang terkandung pada seluruh bagian tanaman kemangi diantaranya 1,8 sineol, anthol, apigenin, stigmaasterol, triptofan, tannin, sterol, dan boron. Tanaman ini juga mengandung asam askorbat, asam kafeat, iskulin, histidin, magnesium, dan betasitosterol. Semua senyawa berkhasiat ini diperlukan tubuh untuk menjaga kesehatan. Daun kemangi mengandung minyak atsiri dengan eugenol sebagai komponen utama. Di samping itu juga mengandung flavon apigenin, luteolin, flavon O-glikosida apigenin 7-O glukoronida, luteolin 7-O glukoronida, flavon C-glukosida orientin, molludistin dan asam ursolat.7

4. Kegunaan di masyarakatDaun dapat digunakan untuk mengobati demam, batuk, selesma, encok, urat syaraf, air susu kurang lancar, sariawan, panu, radang telinga, muntah-muntah dan mual, peluruh kentut, peluruh haid, pembersih darah setelah bersalin, borok, dan untuk memperbaiki fungsi lambung . Biji digunakan untuk mengatasi sembelit, kecing nanah, penyakit mata, borok, penenang, pencahar, peluruh air kencing, peluruh keringat, kejang perut. Akar digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Semua bagian tanaman digunakan sebagai pewangi, obat perangsang, disentri, dan demam.8

6. Efek antiplasmodiumKandungan heksana, kloroform, etil asetat, aseton dan metanol dari ekstrak O. sanctum memiliki aktivitas moderat terhadap strain P. falciparum sensitif kloroquin. O. bacilicum dan O. suave menunjukkan aktivitas anti-malaria in-vitro terhadap strain P. falciparum resistan kloroquin. Metanol, air dan diklorometana ekstrak O. americanum dan O. gratissimum menunjukkan aktivitas antiplasmodial terhadap strain P. falciparum resisten klorokuin. 10Mekanisme kerja mungkin disebabkan oleh penghambatan P. falciparum merozoit invasi ke dalam eritrosit dan gangguan P. falciparum oleh karbohidrat; penghambatan biosintesis asam lemak P. falciparum, penghambatan biokristalisasi hemozoin oleh alkaloid , penghambatan sintesis protein oleh triterpenoid , penghambatan pembentukan haematin , penurunan potensial membran mitokondria, fragmentasi DNA dan pengasaman sitoplasma oleh steroid. Hal ini disimpulkan dari penelitian ini bahwa, ekstrak etanol dari spesies Ocimum menampilkan aktivitas antiplasmodial in vitro dan sebagai sumber potensial agen antiplasmodial.10

C.Plasmodium bergheiPlasmodium berghei merupakan salah satu dari empat spesies plasmodium yang menginfeksi rodent yang berasal dari Afrika Barat. Spesies lain yang dapat menginfeksi rodent adalah : P. vinckei, P. chabandi dan P. voelii. Plasmodium berghei mempunyai siklus hidup maupun morfologi seperti parasit malaria pada manusia. Oleh karena itu Plasmodium berghei ini oleh para peneliti digunakan sebagai model penelitian untuk mencari dan mengembangkan obat antimalaria. Pada mencit, P. berghei lebih cepat berkembang dari pada rodent jenis lainnya.11

1.Morfologi Plasmodium bergheiDalam darah rodensia bentuk Plasmodium berghei yang bisa diketemukan ada 4 (empat) yaitu : bentuk cincin, tropozoit, skizon dan gametosit. Bentuk cincin tampak sebagai cincin dengan sitoplasma biru dengan nucleus kromatin merah seperti titik , terlihat dengan pengecatan Giemsa dari hapusan darah tepi. Bentuk tropozoit berbentuk amuboid atau seperti pipa Bentuk skizon : ukuran kira-kira 27 m pada hari keempat setelah infeksi dan pada eritrosit tampak sebagai titik-titik kasar berwarna merah gelap yang tampak jelas. Bentuk gametosit. Ada dua bentuk gametosit yaitu makrogametosit dan mikrogametosit. Makrogametosit berbentuk pisang, bernoda biru mengandung kumpulan nucleus dan granul, sedangkan bentuk mikrogametosit seperti ginjal atau kacang, bernoda biru muda atau kemerahan mengandung nucleus yang mengkilat dengan granul yang lebih kecil dan tersebar. 11

2. Plasmodium berghei sebagai model intuk riset malaria.Sejak tahun 1978, studi tentang parasit malaria sangat meningkat terutama studi pada parasit Plasmodium falcifarum. Peningkatan studi ini disusul dengan penelitian terhadap penyakit malaria pada manusia. Plasmodium berghei merupakan salah satu dari banyak spesies parasit malaria yang menginfeksi mamalia dan manusia dan merupakan salah satu dari empat spesies yang menginfeksi rodent murine Afrika yang telah dideskripsikan. Parasit pada hewan rodensia ini telah dibuktikan analog dengan malaria pada manusia dan primata lainnya terutama aspek struktur, fisiologi dan siklus hidup. Plasmodium berghei merupakan model yang sangat baik untuk penelitian perkembangan biologi dari parasit malaria.12

6

Universitas Lambung MangkuratUniversitas Lambung Mangkurat