bab ii

Download BAB II

If you can't read please download the document

Upload: sakinah-ecee

Post on 11-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ikk

TRANSCRIPT

18

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI1. DefinisiMenurut Joint National Community on prevention, detection, evaluation and treatment of High Blood Preassure 7 dan WHO, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau sedang memakai obat anti hipertensi.2. EtiologiMenurut Yogiantoro et. al (2006), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisitemia. Hipertensi sekunder, adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui. Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Krisis hipertensi dapat terjadi peda hipertensi primer atau hipertensi sekunder. Faktor predisposisi tejadinya krisis hipertensi oleh karena:Hipertensi yang tidak terkontrol. Hipertensi yang tidak terobati. Penderita hipertensi yang minum obat: MAO inhibitor, dekongestan, kokain. Kenaikan TD tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis essensial(tersering). Hipertensi renovaskular. Glomeluronefritis akut.

3. EpidemiologiHipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi. Hasil Riskesdas juga menunjukkan, hasil dari pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun keatas menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% dan yang sudah mengetahui memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan hanya 24 persen (Kemenkes RI, 2007).Dari populasi Hipertensi (HT), ditaksir 70% menderita HT ringan, 20% HT sedang dan 10% HT berat. Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis hipertensi dimana tekanan darah (TD) diastolik sangat meningkat sampai 120 130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medik dan memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Angka kejadian krisis HT menurut laporan dari hasil penelitian dekade lalu di negara maju berkisar 2 7% dari populasi HT, terutama pada usia 40 60 tahun dengan pengobatan yang tidak teratur selama 2 10 tahun. Angka ini menjadi lebih rendah lagi dalam 10 tahun belakangan ini karena kemajuan dalam pengobatan HT, seperti di Amerika hanya lebih kurang 1% dari 60 juta penduduk yang menderita hipertensi. Di Indonesia belum ada laporan tentang angka kejadian ini.4. Faktor ResikoMenurut JNC 7, hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol serta yang dapat dikontrol, diantaranya:Faktor yang tidak dapat dikontrol Genetik

Individu dengan orangtua yang menderita hipertensi, memiliki resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi. Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga. Umur

Individu yang berusia >60 tahun memiliki insidensi peningkatan tekanan sistolik darah >140 mmHg atau tekanan darah diastolik >90 mmHg sebesar 50-60%. Jenis kelamin

Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal dibandingkan wanita. Pada usia 55-64 tahun resiko menderita hipertensi sebanding antara laki-laki dan wanita. Penyakit ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara, yaitu: Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah menjadi normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan menurunkan pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan mengembalikkan tekanan darah menjadi normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dan menghasilkan enzim yaitu renin, yang memicu pembentukkan hormon angiotensin, yang selanjutnya memicu pengeluaran aldosteron.

Faktor yang dapat dikontrol Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi saraf simpatik. Obesitas

Mengalami kelebihan berat badan memberi beban pada jantung dan meningkatkan resiko tekanan darah tinggi. Itulah sebabnya diet untuk menurunkan tekanan darah seringkali juga dirancang untuk mengontrol kalori. Biasanya diet untuk mengurangi makanan berlemak dan menambahkan gula, dan meningkatkan asupan buah-buahan sayuran, protein tanpa lemak, dan serat.

Intake sodium dan natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal adalah 136-145 mEq/L. Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh dan kontraksi otot. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 90-99% dari yang dikonsumsi dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yang dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na dalam darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali.Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung meningkat, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer. Aktifitas fisik rendah

5. Klasifikasi dan Manifestasi KlinisKlasifikasi hipertensi menurut The Joint National Community On Preventation, Detection Evaluation and Treatment of High Blood Preassure 7 dari Amerika Serikat tahun 2003: Klasifikasi Tekanan Darah (JNC 7)KategoriSistolik (mmHg)Diastolik (mmHg)

Normal 120 mmHg dan dengan tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. TD harus diturunkan dalam 24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral.

Manifestasi klinis dari hipertensi, biasanya tekanan darah yang tinggi kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada mata, ginjal, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditimbulkan adalah sakit kepala, epistaksis, mudah marah, telinga mendengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan sakit kepala.Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya dari tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD160/110 mmHg.6. Patofisiologi dan PatogenesisTekanan darah dikontrol oleh sistem saraf simpatik (kontrol jangka pendek) dan ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan-perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal,. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah vasokontriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer meningkat. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat, terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer.Pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap (Price and Wilson, 2006).7. DiagnosisMenurut European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology (ESC) 2007, prosedur diagnosa hipertensi terdiri atas:Pemeriksaan tekanan darah Identifikasi faktor resiko, dan Pemeriksaan adanya kerusakan organ dan penyakit lain yang terjadi bersamaan atau menyertai keadaan klinis yang ada.

Diagnosa krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat mendiagnosa suatu krisis hipertensi, yaitu:Anamnesis

Sewaktu penderita masuk lakukan anamnesis singkat. Hal yang penting ditanyakan:Riwayat hipertensi: lama dan beratnya. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya. Usia: sering pada usia 40 60 tahun. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, penurunan kesadaran, ansietas ). Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang ). Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru, nyeri dada ). Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis. Riwayat kehamilan : tanda eklampsi.

Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah (baring dan berdiri) mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif). Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan penunjang Darah rutin, glukosa darah, ureum, kreatinin, elektrolit. Kolesterol total serum, LDL dan HDL. Urinalisa dan kultur urin. EKG. Rontgen thorax : apakah ada oedema paru

Penatalaksanaan Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah : Penurunan mortalitas dan morbiditasyang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target (misal: kejadian kardiovaskular atauserebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal).

Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan resiko. Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII.Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg

Penatalaksaan hipertensi dapat dilakukan dengan:1. Terapi nonfarmakologiMenerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebasan pasien dari menggunakan obat.Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.

Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti rasionalitas intervensi diet:Hipertensi 2 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan berat badan ideal. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight). Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam, kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan