bab ii
DESCRIPTION
konseptual UMKMTRANSCRIPT
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian
2.1.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang
berhubungan langsung dengan UMKM, antara lain:
1. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, UMKM memiliki
kritreria sebagai berikut:
1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau
badan usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria yakni :
-
11
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang
memenuhi kriteria:
a. Memiliki hasil kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).
2. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan UMKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki
-
12
jumlah tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan
usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja
20 orang sampai dengan 99 orang.
3. Menurut Kementrian Keuangan
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK
016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai
perorangan/badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang
mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya
Rp600.000.000 atau aset setinggi-tingginya Rp600.000.000 (di luar
tanah dan bangunan yang ditempati). Contohnya Firma, CV, PT, dan
Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha. Sedangkan contoh dalam
bentuk perorangan antara lain pengrajin industri rumah tangga,
peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa dan yang lainnya.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
UMKM dilihat dari berbagai aspek, baik dari segi kekayaan yang dimiliki pelaku,
jumlah tenaga kerja yang dimiliki atau dari segi penjualan/omset pelaku UMKM.
2.1.2 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Hansen & Mowen (2006) menjelaskan mengenai sistem informasi
akuntansi manajemen sebagai berikut :
The management information system provides information needed to satisfy specific management objectives. At the heart of a management
accounting information system are processes; they are described by
activities such as collecting, measuring, storing, analyzing, reporting, and
managing information.
-
13
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi
manajemen menyediakan informasi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan-
tujuan pengelolaan tertentu. Jantung dari sistem informasi akuntansi manajemen
adalah proses yang dijelaskan oleh aktivitas seperti pengumpulan, pengukuran,
penyimpanan informasi, menganalisis, peaporan, dan pengelolaan.
Selanjutnya Chia (1995) menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen
adalah :
Is an or ganizational control mechanism which facilitates control by reporting and creating visibility in the action and performance of its
members. The informational rule of the management accounting system
facilitates decision-making and control in the organization and should,
therefore, be tailored to the organizational contextual variabels and other
control subsystem.
Penjelasan di atas menjelaskan bahwa suatu mekanisme kontrol organisasi
yang memberikan fasilitas kontrol melalui pelaporan dan penciptaan yang tampak
dalam tindakan dan kinerja, yang mana merupakan alat yang efektif dalam
penyediaan informasi yang berguna dalam memprediksi akibat yang mungkin
terjadi dari berbagai alternatif yang dapat dilakukan. Serta peran informasi dari
sistem akuntansi manajemen memfasilitasi pengambilan keputusan dan kontrol
dalam organiasi dan harus disesuaikan dengan variabel kontekstual organisasi dan
subsistem kontrol lainnya.
Menurut Mulyadi (2001) mengemukakan pengertian sistem akuntansi
manajemen sebagai berikut :
Sistem akuntansi manajemen dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengelola masukan (input) berupa data operasi dan data keuangan untuk
menghasilkan keluaran (output) berupa informasi akuntansi yang
dibutuhkan oleh pemakai
-
14
Horngren (2011) menjelaskan sistem akuntansi manajemen adalah :
Management accounting produces information for managers within an organization. It is the process of identifying, measuring, accumulating,
analyzing, preparing, interpretting, and communicating information that
helps managers fulfill organizational objectives.
Pernyataan terebut menjelaskan informasi akuntansi manajemen bagi para
manajer digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan. Informasi akuntansi manajemen merupakan proses yang meliputi
identifikasi, pengumpulan, analisis, penyediaan, interpretasi dan komunikasi
informasi bagi para manajer dalam mencapai tujuan.
Gambar 2.1
Operational Model :
Management Accounting Information System
Sumber: Hansen and Mowen (2007)
Menurut Supriyono (1993) mendefinisikan sistem akuntansi manajemen
sebagai berikut :
Sistem akuntansi manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu perangkat manusia dan sumber-sumber modal dalam suatu organisasi yang
bertanggung-jawab untuk menghasilkan dan menyebarkan informasi yang
dipertimbangkan relevan di dalam pembuatan keputusan.
Inputs Procesess Outputs
Users
Economic Events
Collecting
Measuring
Storing
Analyzing
Reporting
Managing
Specia l Reports
Product Cost
Customer Cost
Budgets
Performance Reports
Personal Communication
-
15
Dengan memperhatikan definisi-definisi di atas, maka jelaslah bahwa
sistem akuntansi manajemen merupakan kumpulan dari manusia serta
pengumpulan dan pengukuran sumber-sumber yang relevan, tepat waktu, dapat
dipercaya yang berguna bagi para pemakai informasi dan berguna dalam
pengambilan keputusan manajemen
2.1.3 Fungsi Informasi Akuntansi Manajemen
Mulyadi (2001) menyatakan bahwa akuntansi manajemen sebagai suatu
tipe akuntansi merupakan sistem pengolahan informasi keuangan yang terutama
ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan bagi keperluan para
manajemen. Sebagai suatu tipe informasi, akuntansi manajemen merupakan
informasi kuantitatif, yang berupa informasi keuangan, yang dimanfaatkan oleh
manajemen dalam menjalankan fungsi pokok manajemen yaitu untuk
perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan.
Supriyono (1993) menyebutkan bahwa akuntansi manajemen dirancang
untuk menyediakan informasi guna pembuatan keputusan internal suatu organisasi
tertentu, memudahkan pihak internal dalam pembuatan keputusan, memotivasi
tindakan-tindakan dan prilaku mereka dalam suatu arah yang diinginkan, dan
meningkatkan efisiensi organisasi.
Hansen & Mowen (2007) mengungkapkan bahwa sistem akuntansi
manajemen memiliki tiga tujuan utama yaitu :
1. To provide information for costing out services, product, and other
objects of interest to management.
-
16
2. To provide information for planning, controlling, evaluation, and
continuous improvement.
3. To provide information for decision making.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen
memiliki tujuan yaitu untuk menyajikan informasi yang digunakan dalam
perhitungan biaya jasa, produk, dan objek lainnya yang diinginkan manajemen,
untuk menyajikan informasi yang digunakan untuk perencanaan, pengendalian,
evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan, serta untuk pengambilan keputusan.
Menurut Norgaard (1985) fungsi dari sisitem akuntansi manajemen
sebagai berikut :
1. It provides a way to communicate expectations to managers
throughout the organization.
2. It provides feedback which enables a manager to monitor the day-to-
day operations of the part of the company for which her or she is
responsible. If operations depart significantly from expectations, the
manager is alerted, can look for causes, and can take corrective
actions.
3. It enables managers removed from an operation to evaluate the
performance of a subcomponent of the organization, such as a
departement or division, and the performance of the manager of that
subcomponent
Maksud dari pernyataan di atas fungsi dari sistem akuntansi manajemen
yaitu menyediakan cara untuk mengkomunikasikan tujuan kepada seluruh
manajer dalam organisasi, memberikan umpan balik yang memungkinkan seorang
manajer untuk memonitor operasi sehari-hari dari bagian dalam perusahaan yang
menjadi tanggung jawabnya. Jika operasi berjalan secara signifikan dari harapan
-
17
maka manajer akan waspada, bisa mencari penyebab, dan melakukan tindakan
kolektif. Memungkinkan manajer dihapus dri operasi untuk mengevaluasi kinerja
subkomponen organisasi, seperti departemen atau divisi, dan kinerja manajer yang
subkomponen.
Atkinson, Kaplan, Young (2004) mengemukakan bahwa terdapat empat
fungsi informasi akuntansi manajemen dalam membantu para manajer
menjalankan pekerjaanya yaitu :
1. Operational Control
Provide feedback information about the efficiency and quality of task
performed.
2. Product and costumer costing
Measure the cost of resources used to produce a product or service
and market and deliver the product or service to customers.
3. Management control
Provide information about the performance of managers and operating
units.
4. Strategic control
Provide information about the enterprises financial and long-run
competitive performance, market conditions, customer preferences,
and technological innovations.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa fungsi informasi akuntansi
manajemen yaitu memberikan umpan balik mengenai efisiensi dan kualitas tugas-
tugas, mengukur biaya sumber daya yang digunakan untuk memproduksi suatu
barang atau jasa dan harga pasar serta biaya penyerahan barang atau jasa kepada
konsumen, memberikan informasi tentang kinerja para manajer dan unit-unit
perusahaan dan menyediakan informasi tentang keuangan perusahaan dan kinerja
-
18
kompetitif jangka panjang, kondisi pasar, preferensi konsumen dan perkembangan
teknologi.
2.1.4 Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Secara konvensional rancangan sistem akuntansi manajemen terbatas pada
informasi keuangan internal yang berorientasi historis tetapi, meningkatnya peran
sistem akuntansi manajemen untuk membantu manajer dalam pengarahan dan
pemecahan masalah telah mengakibatkan perubahan sistem akuntansi manajemen
untuk memasukkan data eksternal dan non keuangan kepada informasi yang
berorientasi masa datang (Informasi sistem akuntansi manajemen lingkup luas)
(Mulyadi, 2001).
Informasi yang berkualitas menurut Susanto (2004) yaitu memiliki empat
dimensi kualitas informasi diantaranya akurat, relevan, tepat waktu, dan lengkap.
Sementara informasi dikatakan berkualitas menurut (Jogiyanto, 1988) tergantung
dari tiga hal, yaitu infomasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timely
basis) dan relevan (relevance).
Hasil penelitian Chenhall dan Morris (1986) menemukan bahwa terdapat
empat karakteristik informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen,
yaitu broad scope, timeliness, agregation dan integration, yang bermanfaat
menurut presepsi manajerial.
Karakteristik informasi akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah karakteristik informasi berdasarkan penelitian Chenhall dan Morris.
Digunakannya karakteristik tersebut karena keempat karakteristik telah dibuktikan
secara empiris dan telah teruji pula dalam penelitian-penelitian lanjutan oleh Gul
-
19
1991, Gul dan Chia 1994, Mia dan Chenhall 1994, Chia 1995 dan Mardiyah dan
Gudono 2001.
Berikut uraian masing masing karakteristik sistem informasi akuntansi
manajemen:
1. Informasi Broad Scope (lingkup)
Chia (1995) mengemukakan pengertian informasi lingkup (broad scope)
sebagai berikut:
A management accounting system with an information characteristic of broad scope provides information that is both internal and external to the
organization. The scope of the information covers a diverse range of areas
such as economic (total market sales,organization's share of that market,
GNP) and non-economic (e.g.,technological advances, sociological
changes, demographic developments) aspects of the environment.
Estimates of the likelihood of future events occurring are also covered in
the broad scope as well. To the sub-unit managers operating in a
decentralized organization, the broad scope of the management
accounting system caters for their diversity of informational needs in their
decision-making.
Pengertian di atas menjelaskan bahwa karakteristik sistem akuntansi
manajemen mempunyai lingkup informasi yang luas bersifat internal maupun
eksternal di dalam organisasi. Ruang lingkup informasi meliputi beragam bidang
seperti ekonomi (penjualan total pasar, pangsa organisasi pasar itu, GNP) dan
non-ekonomi (misalnya,kemajuan teknologi, perubahan sosiologis, perkembangan
demografis) aspek lingkungan. Perkiraan kemungkinan peristiwa di masa depan
terjadi juga termasuk dalam lingkup yang luas juga. Untuk sub-unit manajer
beroperasi di sebuah organisasi desentralisasi, ruang lingkup yang luas dari sistem
akuntansi manajemen melayani keragaman mereka kebutuhan informasi dalam
pengambilan keputusan mereka.
-
20
Selanjutnya menurut Gorry dan Morton (1971); Larker (1981) mengatakan
bahwa :
The scope of an information system refers to the dimensions of focus,
quantification, and time horizon.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa karakteristik informasi broad scope
merupakan informasi dari suatu sistem akuntansi manajemen yang mewakili dimensi
fokus, kuantifikasi dan time horizon.
Gordon dan Narayanan (1984) menjelaskan informasi lingkup (broad
scope) yaitu:
Wider scope information is defined as information that is related to the
external environment, is non-financial and future oriented.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa informasi lingkup yang lebih luas
diartikan sebagai informasi yang berkaitan dengan lingkungan eksternal, adalah
non-keuangan dan berorientasi ke masa depan.
Sementara menurut Mia dan Chenhall (1994) perbedaan aktivitas manajer
akan mengakibatkan pula terjadinya perbedaan kebutuhan informasi yang broad
scope agar dapat membuat keputusan yang lebih efektif. Kesesuaian antara
karakteristik informasi yang broad scope dan aktivitas para manajer akan
mempertinggi kinerja manajerial.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas
bahwa karakteristik informasi lingkup (broad scope) yaitu lingkup informasi yang
bersifat internal dan eksternal agar dapat membantu para manajer dalam membuat
keputusan di dalam lingkup manajemen.
-
21
2. Informasi Timeliness
Menurut Chenhall dan Morris (1986) mejelaskan informasi tepat waktu
(timeliness) yaitu :
A managers ability to respond qualiky to events likely to be influenced by the timeliness of the management accounting system. Timeliness is
usually specified in terms of the provision of information on request and
the frequency of reporting systematically collected information. Timely
information enhances the facility of management accounting system to
report upon the most recent events and to provide rapid feedback on
decisions.
Definisi di atas menjelaskan bahwa kemampuan para manajer untuk
merespon secara cepat atas suatu peristiwa kemungkinan dipengaruhi oleh
timeliness sistem akuntansi manajemen. Informasi yang timeliness dapat
meningkatkan fasilitas sistem akuntansi manajemen untuk melaporkan peristiwa
paling akhir dan untuk memberikan umpan balik secara tepat terhadap keputusan
yang telah dibuat.
Selanjutnya Supriyono (1993) menjelaskan informasi tepat waktu
(timeliness) adalah:
Informasi akuntansi manajemen yang harus memenuhi karakteristik kualitatif tepat waktu, karena informasi tersebut akan dipakai oleh
manajemen sebagai dasar pembuatan keputusan dan untuk menghindari
keterlambatan atau tertundanya pembuatan keputusan tersebut.
Informasi tepat waktu ini dipengaruhi oleh dua komponen penyajian
informasi, yaitu (1) interval waktu pelaporan informasi (2) tepat atau lambatnya
laporan informasi tersebut dapat disajikan sesuai interval waktu yang sudah
ditentukan. Meskipun tepat waktu adalah karakteristik kualitatif dalam informasi
akuntansi manajemen, tetapi juga perlu mempertimbangkan biaya dan manfaat
-
22
(cost and benefit) informasi serta kemungkinan timbulnya konflik dengan criteria
kualitatif yang lain misalnya dengan kriteria presisi dan akurasi.
Selanjutnya menurut Jogiyanto (1988) informasi tepat waku (timeliness)
yaitu :
Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi
yang sudah usang tidak mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan
landasan di dalam pengambilan keputuan.
Selain itu Romney dan Steinbert (2003) juga menjelaskan informasi tepat
waktu (timeliness) yaitu:
Information is timely if it is provided in time for decision makers to make
decisions.
Pernyataan di atas maka dapat menjelaskan bahwa informasi itu tepat
waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambil
keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan.
Suwardjono (2010) memberikan penjelasannya mengenai informasi tepat
waktu yaitu:
Ketepatan waktu adalah tersedianya informasi bagi pembuat keputusan
pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan
untuk mempengaruhi keputusan.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas
bahwa informasi tepat waktu (timeliness) yaitu kemampuan para manajer untuk
merespon secara cepat dan tepat terhadap setiap informasi yang di butuhkan pada
saat pengambilan keputusan.
-
23
3. Informasi Aggregation (agregasi)
Menurut Chenhall dan Morris (1986) memberikan penjelasan informasi
agregasi (aggregation) yaitu:
Management accounting system provide information in various forms of
aggregation ranging from provision of basic raw, unprocessed data to a
variety of aggregations around periods of time or areas of interest such as
responsibility centers, or functional areas. An additional type of
aggregation refers to summation in formats consistent with formal
decision models such as discounted cash flow analysis for capital
budgeting, simulation and linear programming in budgetary applications,
cost-volume-profit analysis, and inventory control models. In the current
study, aggregated information is a composite of temporal and functional
summation (e.g., sales area, cost center, marketing and production
departments) and information produced specifically for formal decision
models
Definisi tersebut menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen
memberikan informasi dalam berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari
pemberian bahan dasar, data yang tidak diproses hingga berbagai agregasi
berdasarkan periode waktu atau area tertentu misalnya pusat
pertanggungjawaban atau fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu kepada
berbagai format yang konsisten dengan model keputusan formal seperti
analysis cash flow yang didiskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan
linear programming untuk penerapan anggaran, analisis biaya-volume-laba,
dan model pengendalian persediaan. Dalam perkembangan terakhir, agregasi
informasi merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal seperti
area penjualan, pusat biaya, departemen produksi dan pemasaran, dan
informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model keputusan formal.
Sementara menurut Chia (1995) mengatakan informasi agregasi
-
24
(aggregation) yaitu:
The management accounting system information characteristic of
aggregation concerns the application of either formal decision models or
analytical models on summated information onto functioned areas or over
different time periods.
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi aggregation
merupakan informasi yang memperhatikan penerapan bentuk kebijakan formal
(seperti discounted cash flow) atau model analitis informasi hasil akhir yang
didasarkan pada area fungsional (seperti pemasaran, produksi) atau didasarkan pada
satu waktu (seperti bulanan, kuartalan)
Menurut Supriyono (1993) menjelaskan informasi agregasi (agregation)
adalah:
Menunjukan proses pengurangan volume data yang diperlukan agar dapat mengurangi atau menghemat biaya dalam penyediaan informasi
akuntansi. Tetapi agregasi ini dapat menimbulkan kerugian karena
informasi yang penting mungkin tidak disajikan.
Selanjunya Bodnar (2010) mengatakan informasi agregasi (aggregation)
yaitu:
Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas, tetapi tetap
mencakup hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu
sendiri.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas
bahwa informasi agregasi (aggregation) yaitu informasi yang merupakan
penggabungan informasi fungsional dan temporal yang di butuhkan di dalam
pengambilan keputusan.
-
25
4. Informasi Integration (integrasi)
Menurut Chenhall dan Morris (1986) menjelaskan informasi integrasi
(integration) yaitu:
An important aspect of organizational control is coordination of the various segments within a sub uni. Managemen accounting system
characteristic which may assist coordination would include the
specification of targets which account for the effects of interacting
segments and information on the impact that decisions in one area have on
operations throughout the sub-unit.
Definisi tersebut menjelaskan informasi integrasi mencakup aspek tentang
ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi antar sub-unit
dalam organisasi. Informasi terintegrasi dari karakteristik sistem akuntansi
manajemen mencerminkan bahwa terdapat adanya koordinasi antar segmen sub-
unit yang satu dengan sub-unit yang lainnya. Kompleksitas dan saling keterkaitan
ataupun ketergantungan antar sub unit satu dengan sub unit lainnya akan
tercerminkan dalam informasi integrasi.
Semakin banyaknya segmen dalam sub-unit atau jumlah sub-unit dalam
organisasi, maka informasi yang bersifat terintegrasi akan semakin dibutuhkan.
Begitu pula pendelegasian kebijakan serta permasalahan pengendalian yang akan
muncul pada organisasi desentralisasi, mungkin akan berkurang dengan adanya
informasi terintegrasi (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi terintegrasi akan
berperan dalam mengkoordinasikan kebijakan dalam organisasi agar terjadinya
keselarasan dalam mencapai tujuan utama perusahaan.
Sementara menurut Gorry dan Morton (1971); Larker (1981) memberikan
pendapat nya yaitu:
-
26
Informasi yang bersifat Integrasi menunjukan bahwa ada koordinasi antar segmen-segmen perusahaan, informasi ini akan bermanfaat bagi manajer
ketika dihadapkan pada pembuatan keputusan yang berdampak pada
beberapa segmen perusahaan.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas
bahwa informasi integrasi (integration) yaitu informasi yang mencerminkan
adanya koordinasi antar segmen sub unit yang satu dengan lainnya. Informasi
integrasi mencakup aspek seperti ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari
proses interaksi antar sub unit dalam organisasi.
2.1.5 Kinerja
Arti performance atau kinerja menurut Pamungkas (2008) adalah sebagai
berikut :
Kinerja adalah hasil kerja para pimpinan atau organisasi dalam melakasanakan tugas yang dibebankan kepada mereka, yang akan diukur
dengan membandingkan dengan kriteria atau standar yang telah
ditetapkan.
Kemudian mengenai kinerja diartikan pula oleh Simamora (2004) yaitu :
Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang
akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan.
Menurut Mangkunegara (2005), istilah kinerja berasal dari kata Job
Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah sebagai
berikut :
Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
-
27
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja (performance)
adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
berdasarkan alat ukur yang digunakan baik kualitas maupun kuantitas dengan
membandingkan antara target dan hasil yang dicapai.
2.1.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Mangkunegara (2005) faktor yang mempengaruhi pencapaian
kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation)
berikut penjelasannya :
a. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pedidikan). Oleh
karena itu penempatan pegawai harus ditempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan keahliannya.
b. Faktor Motivasi
Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) seorang pimpinan dan
karyawan dalam menghadapi situasi kerja (situation) di lingkungan
organisasinya. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan kerja.
2.1.5.2 Penilaian kinerja
Mulyadi (2001) mengungkapkan penjelasan penilaian kinerja sebagai
berikut :
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
-
28
Sementara Mangkunegara (2005) mengemukakan tentang penilaian kinerja
sebagai berikut :
Penilaian kinerja merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan
pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses
penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek
orang ataupun sesuatu (barang).
Menurut Mathis dan Jackson (2002) mengemukakan penilaian kinerja
adalah :
Penilaian kinerja adalah proses mengevaluasi seberapa baik karyawan
mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set
standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut.
Jadi dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian
kinerja yaitu proses mengevaluasi secara periodik efektifitas operasional maupun
karyawan dalam suatu organisasi dibandingkan dengan kriteria dan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.5.3 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Efendi Hariandja (2005) :
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk secara umum memberikan
feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya
dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi.
Disamping tujuan di atas, menurut Mulyadi (2001), penilaian kinerja
mempunyai manfaat bagi manajemen untuk :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan dan seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.
-
29
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4. Mengadakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka, menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Dari pernyataan tujuan dan manfaat penilaian kinerja dapat disimpulkan
bahwa perusahaan ingin memperoleh informasi yang akurat tentang prestasi kerja
yang dihasilkan oleh karyawan sebagai dasar untuk memberi penghargaan dan
memberikan manfaat bagi manajemen sebagai bahan evaluasi atas kebijakan yang
diambil oleh perusahaan.
2.1.5.4 Kinerja Manajerial
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1996) mengungkapkan bahwa kinerja
manajerial yaitu ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer seberapa
baik dia menetapkan dan mencapai tujuan yang memadai. Kinerja manajerial yang
diperoleh merupakan salah satu faktor yang dipakai untuk menentukan efektivitas
organisasi.
Menurut Mahoney et. al (1963) dalam Pamungkas (2008) yang dimaksud
dengan kinerja manajerial adalah kemampuan manajer dalam melaksanakan
kegiatan manajerial, antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi,
supervisi, pengaturan staf (staffing), negosiasi dan representasi.
1. Perencanaan, yaitu tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi
mengenai gambaran kegiatan yang akan dilakukan pada aktu yang akan
datang guna mencapai tujuan yang diinginkan.
-
30
2. Investigasi, yaitu upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan dan
mempersiapkan informasi, dalam bentuk laporan-laporan, catatan-
catatan, dan analisa pekerjaan untuk dapat mengukur hasil
pelaksanaannya.
3. Koordinasi, menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran
informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna
dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.
4. Evaluasi, yaitu penilaian atas usulan atau kinerja yang diamati dan
dilaporkan.
5. Supervisi, yaitu kegiatan manajerial dalam mengarahkan, memimpin,
dan mengembangkan potensi bawahan, serta melatih dan menjelaskan
aturan-aturan kerja kepada bawahan mengenai pelaksanaan kemampuan
kerja suatu organisasi.
6. Staffing, yaitu adalah suatu kegiatan menejemen dalam memelihara dan
mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja.
7. Negosiasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal
pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
8. Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan
kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok
bisnis dan konsultasi dengan perusahaan-perusahaan lain.
2.1.6 Pendekatan Kontijensi dalam Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen
Otley (1980) menyatakan bahwa pendekatan kontijensi pada akuntansi
manajemen didasarkan pada keadaan bahwa tidak ada sistem informasi akuntansi
manajemen secara universal selalu tepat pada seluruh organisasi dalam setiap
-
31
keadaan. Karena sistem akuntansi manajemen tergantung juga pada faktor-faktor
situasional yang ada di luar maupun di dalam perusahaan.
Para peneliti telah menerapkan pendekatan kontijensi guna menganalisis
dan mendesain sistem kontrol, khususnya di bidang sistem akuntansi manajemen.
Beberapa peneliti dalam bidang akuntansi manajemen melakukan pengujian untuk
melihat hubungan variabel-variabel kontekstual seperti ketidakpastian lingkungan,
ketidakpastian tugas, struktur dan kultur organisasi, ketidakpastian strategi dengan
desain sistem akuntansi manajemen (Otley, 1980).
2.1 Review Penelitian Terdahulu
Adapun studi empiris yang mendukung penelitian yang akan dilakukan,
yaitu merujuk kepada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil
1 Robert B
Duncan
1972 Characteristic of
Organizational
Environments and
Perceived
Environmental
Uncertainty
Berdasarkan hasil
analisisnya diperoleh
kesimpulan bahwa
menurut persepsi para
manajer informasi
akuntansi manajemen yang
bermanfaat adalah yang
memiliki karakteristik
broadscope, timeliness,
agregation dan integration.
2 Gordon dan
Narayanan
1984 Management
Accounting System,
Perceived
Environmental
Uncertainty and
Organizational
Structure: An
Empirical
Investigation
Sistem akuntansi
manajemen dan struktur
organisasional merupakan
fungsi dari lingkungan
Hasil penelitian Gordon
dan Narayanan tersebut
mengusulkan:
a) karakteristik informasi
yang diperlukan
berhubungan dengan
faktor ketidakpastian
-
32
lingkungan;
b) dalam mendesain sistem
akuntansi manajemen,
struktur organisasi relatif
tidak penting jika
dibandingkan dengan
faktor ketidakpastian
lingkungan
3 Chenhall dan Morris 1986 The Impact of
Structure,
Environment, and
Interdependence on
The Perceived
Usefulness of
Management
Accounting Systems
Berdasarkan hasil
analisisnya diperoleh
kesimpulan bahwa
menurut persepsi para
manajer informasi
akuntansi manajemen yang
bermanfaat adalah yang
memiliki karakteristik
broadscope, timeliness,
agregation dan
integration.
4 Mia L and Chenhall 1994 The Usefulness Of
Management
Accounting System,
Functional
Differentiation And
Managerial
Effectiveness
Mendukung pandangan
bahwa efek
menguntungkan terhadap
kinerja manajerial
menggunakan lingkup
sistem informasi akuntansi
manajemen yang luas dan
dimoderasi oleh
diferensiasi kegiatan
dengan cara yang
mengisolasi ketidakpastian
dalam fungsi tertentu.
Selain itu, hasil penelitian
menunjukkan bahwa
penggunaan yang lebih
tinggi dari sistem
informasi akuntansi
manajemen lingkup yang
luas terkait dengan
peningkatan kinerja untuk
kegiatan pemasaran tetapi
tidak untuk produksi pada
tingkat konvensional
signifikansi statistic
5 Chia 1995 Decentralization,
Management
Accounting System
(MAS) Information
Characteristic And
Their Interaction
Effects On
Managerial
Performance : a
Singapore Study
Bahwa desentralisasi
secara signifikan memiliki
pengaruh kecanggihan atas
tingkat masing-masing
karakteristik informasi
sistem akuntansi
manajemen untuk
mempengaruhi kinerja
manajerial, sehingga
menyoroti manfaat yang
dapat diperoleh dari
gabungan
-
33
pertimbangan subsistem
kontrol yang tepat dalam
suatu organisasi untuk
meningkatkan kinerja
manajerial yang lebih
tinggi.
6 Widodo dan Windi 2011 Pengaruh
Desentralisasi dan
Karakteristik Sistem
Informasi Akuntansi
Manajemen terhadap
Kinerja Manajerial
Bahwa baik secara parsial
maupun secara simultan
desentralisasi dan
karakteristik informasi
sistem akuntansi
manajemen berpengaruh
terhadap kinerja
manajerial. Dari kedua
variabel bebas tersebut
desentralisasi memiliki
pengaruh yang paling
dominan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Pada era informasi dan globalisasi yang bertumbuh semakin cepat saat ini
menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan
tingkat persaingan ketat. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
fenomena seperti pasar yang semakin bebas dan perubahan permintaan konsumen.
Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya
secara efektif dan efisien agar dapat mempertahankan eksistensinya. Dalam
persaingan bisnis yang emakin tajam ini, manajemen perlu memiliki kemampuan
melihat peluang, mengidentifikasikan masalah, menyeleksi kelangsungan hidup
dan mengendalikan organisasi di dalam pencapaian tujuan organisasi (Sutapa,
2003). Menurut Widodo dan Windi (2011) pencapaian tujuan organisasi tersebut,
salah satunya akan membutuhkan informasi akuntansi manajemen yang dapat
digunakan sebagai alat untuk merencanakan anggaran serta sebagai umpan balik
untuk memperbaiki kinerja badan usaha, khususnya manajerial.
-
34
Akuntansi manajemen disusun terutama untuk menghasilkan informasi
yang berguna bagi pengambil keputusan oleh manajemen. Biasnya informasi yang
digunakan oleh manajemen berkisar pada biaya, sehingga juga bisa disebut
dengan akuntansi biaya. selain data biaya untuk harga pokok, akuntansi
manajemen juga membutuhkan data untuk pengawasan dan analisis biaya yang
dibuat dalam bentuk standar dan lain-lainnya.
Sistem Akuntansi Manajemen dapat membantu manajer dalam
pengendalian aktivitas sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan dalam
pencapaian tujuan. Chenhall dan Morris (1986) mengidentifikasi empat
karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan yaitu: broadscope (lingkup), timelines (tepat waktu),
aggregation (agregasi), dan Integration (integrasi).
Chia (1995) berpendapat bahwa salah satu karakteristik sistem akuntansi
manajemen adalah sebagi sumber informasi penting untuk membantu manajemen
mengendalikan aktivitasnya serta mengurangi masalah ketidakpastian lingkungan
dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Informasi yang berkarakteristik broad
scope seperti informasi nonfinansial yang beorientasi pada masa yang akan datang
yang mengacu kepada dimensi fokus dan kuantifikasi. Manajer membutuhkan
informasi broad scope sebagai salah satu implikasi dari meningkatnya otoritas dan
tanggung jawab mereka serta sebagai fungsi pengendali.
Informasi yang berkarakteristik timeliness mempunyai dua sub dimensi
yaitu frekuensi pelaporan dan kecepatan pelaporan. Informasi tepat waktu akan
-
35
mempengaruhi kemampuan manajer dalam merespon setiap kejadian atau
permasalahan.
Infromasi yang berkarakteristik aggregation mencerminkan tanggung
jawab manajer. Dengan informasi yang jelas mengenai area tanggung jawab
fungsional masing-masing manajer, maka akan mengurangi terjadinya konflik.
Jadi informasi ini bermanfaat sebagi input dalam mengevaluasi kinerja manajer.
Infrormasi yang berkarakteristik integration memberikan sarana
koordinasi antar segmen dalam sub unit atau antar sub unit dalam organisasi.
Kompleksitas dan ketergantungan sub unit satu dengan lainnya akan tercermin
dalam informasi integrasi.
Berdasarkan penelitian terdahulu diperoleh bukti empiris bahwa
karakteristik informasi akuntansi manajemen berhubungan dengan kinerja
manajerial, para manajer akan membutuhkan informasi yang teragregasi
(aggregation), terintegrasi (integration), cakupan luas (broad scope) dan tepat
waktu (timeliness) (Gul dan Chia, 1994, Gordon dan Narayana, 1984, Chenhall
dan Morris, 1986, Chia 1995).
Jadi dengan ketersediaan karakteristik informasi akuntansi manajemen di
perusahaan akan sangat membantu tuga yang dihadapi manajer, sehingga
memungkinkan penyediaan informasi dalam bentuk tertentu yang akan
memberikan manajer tambahan informsasi yang akan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan. Kemungkinan solusi terhadap suatu masalah juga akan
semakin banyak, yang memungkinkan manajer produksi atau pemasaran untuk
meningkatkan kualitas keputusan yang akan diambil. Dengan demikian
-
36
tersedianya karakterisitik informasi akuntansi, memungkinkan manajer untuk
mengambil keputusan secara tepat dan cepat yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kinerja manajerial.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka paradigma penelitian ini
digambarkan sebagai berikut
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis Penelitian
Sejalan dengan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan peneliti
adalah Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Berpengaruh Signifikan
Terhadap Kinerja Manajerial.
Karakteristik
Sistem Informasi
Akuntansi
manajemen (X)
Kinerja Manajerial
(Y)