bab ii

27
  10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang  berhubungan lang sung dengan UMKM, antara lain: 1. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, UMKM memiliki kritreria sebagai berikut: 1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau  badan usaha milik perorangan y ang memenuhi kriteria yakni : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima  puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.  b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah). 2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang  bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni :

Upload: ryanarinurfitrahtruno

Post on 04-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konseptual UMKM

TRANSCRIPT

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian

    2.1.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

    Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang

    berhubungan langsung dengan UMKM, antara lain:

    1. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, UMKM memiliki

    kritreria sebagai berikut:

    1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau

    badan usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni :

    a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima

    puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

    usaha.

    b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

    Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

    2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri

    yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

    bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

    yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung

    maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar

    yang memenuhi kriteria yakni :

  • 11

    a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh

    juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000

    (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

    tempat usaha; atau

    b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000

    (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

    Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

    3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri

    sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

    yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

    yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

    maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang

    memenuhi kriteria:

    a. Memiliki hasil kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000

    (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

    Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk

    tanah dan bangunan tempat usaha; atau

    b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000

    (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling

    banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

    2. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

    Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan UMKM berdasarkan

    kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki

  • 12

    jumlah tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan

    usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja

    20 orang sampai dengan 99 orang.

    3. Menurut Kementrian Keuangan

    Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK

    016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai

    perorangan/badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang

    mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya

    Rp600.000.000 atau aset setinggi-tingginya Rp600.000.000 (di luar

    tanah dan bangunan yang ditempati). Contohnya Firma, CV, PT, dan

    Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha. Sedangkan contoh dalam

    bentuk perorangan antara lain pengrajin industri rumah tangga,

    peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa dan yang lainnya.

    Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

    UMKM dilihat dari berbagai aspek, baik dari segi kekayaan yang dimiliki pelaku,

    jumlah tenaga kerja yang dimiliki atau dari segi penjualan/omset pelaku UMKM.

    2.1.2 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

    Hansen & Mowen (2006) menjelaskan mengenai sistem informasi

    akuntansi manajemen sebagai berikut :

    The management information system provides information needed to satisfy specific management objectives. At the heart of a management

    accounting information system are processes; they are described by

    activities such as collecting, measuring, storing, analyzing, reporting, and

    managing information.

  • 13

    Pernyataan tersebut menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi

    manajemen menyediakan informasi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan-

    tujuan pengelolaan tertentu. Jantung dari sistem informasi akuntansi manajemen

    adalah proses yang dijelaskan oleh aktivitas seperti pengumpulan, pengukuran,

    penyimpanan informasi, menganalisis, peaporan, dan pengelolaan.

    Selanjutnya Chia (1995) menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen

    adalah :

    Is an or ganizational control mechanism which facilitates control by reporting and creating visibility in the action and performance of its

    members. The informational rule of the management accounting system

    facilitates decision-making and control in the organization and should,

    therefore, be tailored to the organizational contextual variabels and other

    control subsystem.

    Penjelasan di atas menjelaskan bahwa suatu mekanisme kontrol organisasi

    yang memberikan fasilitas kontrol melalui pelaporan dan penciptaan yang tampak

    dalam tindakan dan kinerja, yang mana merupakan alat yang efektif dalam

    penyediaan informasi yang berguna dalam memprediksi akibat yang mungkin

    terjadi dari berbagai alternatif yang dapat dilakukan. Serta peran informasi dari

    sistem akuntansi manajemen memfasilitasi pengambilan keputusan dan kontrol

    dalam organiasi dan harus disesuaikan dengan variabel kontekstual organisasi dan

    subsistem kontrol lainnya.

    Menurut Mulyadi (2001) mengemukakan pengertian sistem akuntansi

    manajemen sebagai berikut :

    Sistem akuntansi manajemen dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengelola masukan (input) berupa data operasi dan data keuangan untuk

    menghasilkan keluaran (output) berupa informasi akuntansi yang

    dibutuhkan oleh pemakai

  • 14

    Horngren (2011) menjelaskan sistem akuntansi manajemen adalah :

    Management accounting produces information for managers within an organization. It is the process of identifying, measuring, accumulating,

    analyzing, preparing, interpretting, and communicating information that

    helps managers fulfill organizational objectives.

    Pernyataan terebut menjelaskan informasi akuntansi manajemen bagi para

    manajer digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan

    perusahaan. Informasi akuntansi manajemen merupakan proses yang meliputi

    identifikasi, pengumpulan, analisis, penyediaan, interpretasi dan komunikasi

    informasi bagi para manajer dalam mencapai tujuan.

    Gambar 2.1

    Operational Model :

    Management Accounting Information System

    Sumber: Hansen and Mowen (2007)

    Menurut Supriyono (1993) mendefinisikan sistem akuntansi manajemen

    sebagai berikut :

    Sistem akuntansi manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu perangkat manusia dan sumber-sumber modal dalam suatu organisasi yang

    bertanggung-jawab untuk menghasilkan dan menyebarkan informasi yang

    dipertimbangkan relevan di dalam pembuatan keputusan.

    Inputs Procesess Outputs

    Users

    Economic Events

    Collecting

    Measuring

    Storing

    Analyzing

    Reporting

    Managing

    Specia l Reports

    Product Cost

    Customer Cost

    Budgets

    Performance Reports

    Personal Communication

  • 15

    Dengan memperhatikan definisi-definisi di atas, maka jelaslah bahwa

    sistem akuntansi manajemen merupakan kumpulan dari manusia serta

    pengumpulan dan pengukuran sumber-sumber yang relevan, tepat waktu, dapat

    dipercaya yang berguna bagi para pemakai informasi dan berguna dalam

    pengambilan keputusan manajemen

    2.1.3 Fungsi Informasi Akuntansi Manajemen

    Mulyadi (2001) menyatakan bahwa akuntansi manajemen sebagai suatu

    tipe akuntansi merupakan sistem pengolahan informasi keuangan yang terutama

    ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan bagi keperluan para

    manajemen. Sebagai suatu tipe informasi, akuntansi manajemen merupakan

    informasi kuantitatif, yang berupa informasi keuangan, yang dimanfaatkan oleh

    manajemen dalam menjalankan fungsi pokok manajemen yaitu untuk

    perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan.

    Supriyono (1993) menyebutkan bahwa akuntansi manajemen dirancang

    untuk menyediakan informasi guna pembuatan keputusan internal suatu organisasi

    tertentu, memudahkan pihak internal dalam pembuatan keputusan, memotivasi

    tindakan-tindakan dan prilaku mereka dalam suatu arah yang diinginkan, dan

    meningkatkan efisiensi organisasi.

    Hansen & Mowen (2007) mengungkapkan bahwa sistem akuntansi

    manajemen memiliki tiga tujuan utama yaitu :

    1. To provide information for costing out services, product, and other

    objects of interest to management.

  • 16

    2. To provide information for planning, controlling, evaluation, and

    continuous improvement.

    3. To provide information for decision making.

    Pernyataan di atas menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen

    memiliki tujuan yaitu untuk menyajikan informasi yang digunakan dalam

    perhitungan biaya jasa, produk, dan objek lainnya yang diinginkan manajemen,

    untuk menyajikan informasi yang digunakan untuk perencanaan, pengendalian,

    evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan, serta untuk pengambilan keputusan.

    Menurut Norgaard (1985) fungsi dari sisitem akuntansi manajemen

    sebagai berikut :

    1. It provides a way to communicate expectations to managers

    throughout the organization.

    2. It provides feedback which enables a manager to monitor the day-to-

    day operations of the part of the company for which her or she is

    responsible. If operations depart significantly from expectations, the

    manager is alerted, can look for causes, and can take corrective

    actions.

    3. It enables managers removed from an operation to evaluate the

    performance of a subcomponent of the organization, such as a

    departement or division, and the performance of the manager of that

    subcomponent

    Maksud dari pernyataan di atas fungsi dari sistem akuntansi manajemen

    yaitu menyediakan cara untuk mengkomunikasikan tujuan kepada seluruh

    manajer dalam organisasi, memberikan umpan balik yang memungkinkan seorang

    manajer untuk memonitor operasi sehari-hari dari bagian dalam perusahaan yang

    menjadi tanggung jawabnya. Jika operasi berjalan secara signifikan dari harapan

  • 17

    maka manajer akan waspada, bisa mencari penyebab, dan melakukan tindakan

    kolektif. Memungkinkan manajer dihapus dri operasi untuk mengevaluasi kinerja

    subkomponen organisasi, seperti departemen atau divisi, dan kinerja manajer yang

    subkomponen.

    Atkinson, Kaplan, Young (2004) mengemukakan bahwa terdapat empat

    fungsi informasi akuntansi manajemen dalam membantu para manajer

    menjalankan pekerjaanya yaitu :

    1. Operational Control

    Provide feedback information about the efficiency and quality of task

    performed.

    2. Product and costumer costing

    Measure the cost of resources used to produce a product or service

    and market and deliver the product or service to customers.

    3. Management control

    Provide information about the performance of managers and operating

    units.

    4. Strategic control

    Provide information about the enterprises financial and long-run

    competitive performance, market conditions, customer preferences,

    and technological innovations.

    Pernyataan di atas menjelaskan bahwa fungsi informasi akuntansi

    manajemen yaitu memberikan umpan balik mengenai efisiensi dan kualitas tugas-

    tugas, mengukur biaya sumber daya yang digunakan untuk memproduksi suatu

    barang atau jasa dan harga pasar serta biaya penyerahan barang atau jasa kepada

    konsumen, memberikan informasi tentang kinerja para manajer dan unit-unit

    perusahaan dan menyediakan informasi tentang keuangan perusahaan dan kinerja

  • 18

    kompetitif jangka panjang, kondisi pasar, preferensi konsumen dan perkembangan

    teknologi.

    2.1.4 Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

    Secara konvensional rancangan sistem akuntansi manajemen terbatas pada

    informasi keuangan internal yang berorientasi historis tetapi, meningkatnya peran

    sistem akuntansi manajemen untuk membantu manajer dalam pengarahan dan

    pemecahan masalah telah mengakibatkan perubahan sistem akuntansi manajemen

    untuk memasukkan data eksternal dan non keuangan kepada informasi yang

    berorientasi masa datang (Informasi sistem akuntansi manajemen lingkup luas)

    (Mulyadi, 2001).

    Informasi yang berkualitas menurut Susanto (2004) yaitu memiliki empat

    dimensi kualitas informasi diantaranya akurat, relevan, tepat waktu, dan lengkap.

    Sementara informasi dikatakan berkualitas menurut (Jogiyanto, 1988) tergantung

    dari tiga hal, yaitu infomasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timely

    basis) dan relevan (relevance).

    Hasil penelitian Chenhall dan Morris (1986) menemukan bahwa terdapat

    empat karakteristik informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen,

    yaitu broad scope, timeliness, agregation dan integration, yang bermanfaat

    menurut presepsi manajerial.

    Karakteristik informasi akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah karakteristik informasi berdasarkan penelitian Chenhall dan Morris.

    Digunakannya karakteristik tersebut karena keempat karakteristik telah dibuktikan

    secara empiris dan telah teruji pula dalam penelitian-penelitian lanjutan oleh Gul

  • 19

    1991, Gul dan Chia 1994, Mia dan Chenhall 1994, Chia 1995 dan Mardiyah dan

    Gudono 2001.

    Berikut uraian masing masing karakteristik sistem informasi akuntansi

    manajemen:

    1. Informasi Broad Scope (lingkup)

    Chia (1995) mengemukakan pengertian informasi lingkup (broad scope)

    sebagai berikut:

    A management accounting system with an information characteristic of broad scope provides information that is both internal and external to the

    organization. The scope of the information covers a diverse range of areas

    such as economic (total market sales,organization's share of that market,

    GNP) and non-economic (e.g.,technological advances, sociological

    changes, demographic developments) aspects of the environment.

    Estimates of the likelihood of future events occurring are also covered in

    the broad scope as well. To the sub-unit managers operating in a

    decentralized organization, the broad scope of the management

    accounting system caters for their diversity of informational needs in their

    decision-making.

    Pengertian di atas menjelaskan bahwa karakteristik sistem akuntansi

    manajemen mempunyai lingkup informasi yang luas bersifat internal maupun

    eksternal di dalam organisasi. Ruang lingkup informasi meliputi beragam bidang

    seperti ekonomi (penjualan total pasar, pangsa organisasi pasar itu, GNP) dan

    non-ekonomi (misalnya,kemajuan teknologi, perubahan sosiologis, perkembangan

    demografis) aspek lingkungan. Perkiraan kemungkinan peristiwa di masa depan

    terjadi juga termasuk dalam lingkup yang luas juga. Untuk sub-unit manajer

    beroperasi di sebuah organisasi desentralisasi, ruang lingkup yang luas dari sistem

    akuntansi manajemen melayani keragaman mereka kebutuhan informasi dalam

    pengambilan keputusan mereka.

  • 20

    Selanjutnya menurut Gorry dan Morton (1971); Larker (1981) mengatakan

    bahwa :

    The scope of an information system refers to the dimensions of focus,

    quantification, and time horizon.

    Pernyataan tersebut menyatakan bahwa karakteristik informasi broad scope

    merupakan informasi dari suatu sistem akuntansi manajemen yang mewakili dimensi

    fokus, kuantifikasi dan time horizon.

    Gordon dan Narayanan (1984) menjelaskan informasi lingkup (broad

    scope) yaitu:

    Wider scope information is defined as information that is related to the

    external environment, is non-financial and future oriented.

    Definisi tersebut menjelaskan bahwa informasi lingkup yang lebih luas

    diartikan sebagai informasi yang berkaitan dengan lingkungan eksternal, adalah

    non-keuangan dan berorientasi ke masa depan.

    Sementara menurut Mia dan Chenhall (1994) perbedaan aktivitas manajer

    akan mengakibatkan pula terjadinya perbedaan kebutuhan informasi yang broad

    scope agar dapat membuat keputusan yang lebih efektif. Kesesuaian antara

    karakteristik informasi yang broad scope dan aktivitas para manajer akan

    mempertinggi kinerja manajerial.

    Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas

    bahwa karakteristik informasi lingkup (broad scope) yaitu lingkup informasi yang

    bersifat internal dan eksternal agar dapat membantu para manajer dalam membuat

    keputusan di dalam lingkup manajemen.

  • 21

    2. Informasi Timeliness

    Menurut Chenhall dan Morris (1986) mejelaskan informasi tepat waktu

    (timeliness) yaitu :

    A managers ability to respond qualiky to events likely to be influenced by the timeliness of the management accounting system. Timeliness is

    usually specified in terms of the provision of information on request and

    the frequency of reporting systematically collected information. Timely

    information enhances the facility of management accounting system to

    report upon the most recent events and to provide rapid feedback on

    decisions.

    Definisi di atas menjelaskan bahwa kemampuan para manajer untuk

    merespon secara cepat atas suatu peristiwa kemungkinan dipengaruhi oleh

    timeliness sistem akuntansi manajemen. Informasi yang timeliness dapat

    meningkatkan fasilitas sistem akuntansi manajemen untuk melaporkan peristiwa

    paling akhir dan untuk memberikan umpan balik secara tepat terhadap keputusan

    yang telah dibuat.

    Selanjutnya Supriyono (1993) menjelaskan informasi tepat waktu

    (timeliness) adalah:

    Informasi akuntansi manajemen yang harus memenuhi karakteristik kualitatif tepat waktu, karena informasi tersebut akan dipakai oleh

    manajemen sebagai dasar pembuatan keputusan dan untuk menghindari

    keterlambatan atau tertundanya pembuatan keputusan tersebut.

    Informasi tepat waktu ini dipengaruhi oleh dua komponen penyajian

    informasi, yaitu (1) interval waktu pelaporan informasi (2) tepat atau lambatnya

    laporan informasi tersebut dapat disajikan sesuai interval waktu yang sudah

    ditentukan. Meskipun tepat waktu adalah karakteristik kualitatif dalam informasi

    akuntansi manajemen, tetapi juga perlu mempertimbangkan biaya dan manfaat

  • 22

    (cost and benefit) informasi serta kemungkinan timbulnya konflik dengan criteria

    kualitatif yang lain misalnya dengan kriteria presisi dan akurasi.

    Selanjutnya menurut Jogiyanto (1988) informasi tepat waku (timeliness)

    yaitu :

    Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi

    yang sudah usang tidak mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan

    landasan di dalam pengambilan keputuan.

    Selain itu Romney dan Steinbert (2003) juga menjelaskan informasi tepat

    waktu (timeliness) yaitu:

    Information is timely if it is provided in time for decision makers to make

    decisions.

    Pernyataan di atas maka dapat menjelaskan bahwa informasi itu tepat

    waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambil

    keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan.

    Suwardjono (2010) memberikan penjelasannya mengenai informasi tepat

    waktu yaitu:

    Ketepatan waktu adalah tersedianya informasi bagi pembuat keputusan

    pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan

    untuk mempengaruhi keputusan.

    Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas

    bahwa informasi tepat waktu (timeliness) yaitu kemampuan para manajer untuk

    merespon secara cepat dan tepat terhadap setiap informasi yang di butuhkan pada

    saat pengambilan keputusan.

  • 23

    3. Informasi Aggregation (agregasi)

    Menurut Chenhall dan Morris (1986) memberikan penjelasan informasi

    agregasi (aggregation) yaitu:

    Management accounting system provide information in various forms of

    aggregation ranging from provision of basic raw, unprocessed data to a

    variety of aggregations around periods of time or areas of interest such as

    responsibility centers, or functional areas. An additional type of

    aggregation refers to summation in formats consistent with formal

    decision models such as discounted cash flow analysis for capital

    budgeting, simulation and linear programming in budgetary applications,

    cost-volume-profit analysis, and inventory control models. In the current

    study, aggregated information is a composite of temporal and functional

    summation (e.g., sales area, cost center, marketing and production

    departments) and information produced specifically for formal decision

    models

    Definisi tersebut menjelaskan bahwa sistem akuntansi manajemen

    memberikan informasi dalam berbagai bentuk agregasi yang berkisar dari

    pemberian bahan dasar, data yang tidak diproses hingga berbagai agregasi

    berdasarkan periode waktu atau area tertentu misalnya pusat

    pertanggungjawaban atau fungsional. Tipe agregasi yang lain mengacu kepada

    berbagai format yang konsisten dengan model keputusan formal seperti

    analysis cash flow yang didiskontokan untuk anggaran modal, simulasi dan

    linear programming untuk penerapan anggaran, analisis biaya-volume-laba,

    dan model pengendalian persediaan. Dalam perkembangan terakhir, agregasi

    informasi merupakan penggabungan informasi fungsional dan temporal seperti

    area penjualan, pusat biaya, departemen produksi dan pemasaran, dan

    informasi yang dihasilkan secara khusus untuk model keputusan formal.

    Sementara menurut Chia (1995) mengatakan informasi agregasi

  • 24

    (aggregation) yaitu:

    The management accounting system information characteristic of

    aggregation concerns the application of either formal decision models or

    analytical models on summated information onto functioned areas or over

    different time periods.

    Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi aggregation

    merupakan informasi yang memperhatikan penerapan bentuk kebijakan formal

    (seperti discounted cash flow) atau model analitis informasi hasil akhir yang

    didasarkan pada area fungsional (seperti pemasaran, produksi) atau didasarkan pada

    satu waktu (seperti bulanan, kuartalan)

    Menurut Supriyono (1993) menjelaskan informasi agregasi (agregation)

    adalah:

    Menunjukan proses pengurangan volume data yang diperlukan agar dapat mengurangi atau menghemat biaya dalam penyediaan informasi

    akuntansi. Tetapi agregasi ini dapat menimbulkan kerugian karena

    informasi yang penting mungkin tidak disajikan.

    Selanjunya Bodnar (2010) mengatakan informasi agregasi (aggregation)

    yaitu:

    Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas, tetapi tetap

    mencakup hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu

    sendiri.

    Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas

    bahwa informasi agregasi (aggregation) yaitu informasi yang merupakan

    penggabungan informasi fungsional dan temporal yang di butuhkan di dalam

    pengambilan keputusan.

  • 25

    4. Informasi Integration (integrasi)

    Menurut Chenhall dan Morris (1986) menjelaskan informasi integrasi

    (integration) yaitu:

    An important aspect of organizational control is coordination of the various segments within a sub uni. Managemen accounting system

    characteristic which may assist coordination would include the

    specification of targets which account for the effects of interacting

    segments and information on the impact that decisions in one area have on

    operations throughout the sub-unit.

    Definisi tersebut menjelaskan informasi integrasi mencakup aspek tentang

    ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi antar sub-unit

    dalam organisasi. Informasi terintegrasi dari karakteristik sistem akuntansi

    manajemen mencerminkan bahwa terdapat adanya koordinasi antar segmen sub-

    unit yang satu dengan sub-unit yang lainnya. Kompleksitas dan saling keterkaitan

    ataupun ketergantungan antar sub unit satu dengan sub unit lainnya akan

    tercerminkan dalam informasi integrasi.

    Semakin banyaknya segmen dalam sub-unit atau jumlah sub-unit dalam

    organisasi, maka informasi yang bersifat terintegrasi akan semakin dibutuhkan.

    Begitu pula pendelegasian kebijakan serta permasalahan pengendalian yang akan

    muncul pada organisasi desentralisasi, mungkin akan berkurang dengan adanya

    informasi terintegrasi (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi terintegrasi akan

    berperan dalam mengkoordinasikan kebijakan dalam organisasi agar terjadinya

    keselarasan dalam mencapai tujuan utama perusahaan.

    Sementara menurut Gorry dan Morton (1971); Larker (1981) memberikan

    pendapat nya yaitu:

  • 26

    Informasi yang bersifat Integrasi menunjukan bahwa ada koordinasi antar segmen-segmen perusahaan, informasi ini akan bermanfaat bagi manajer

    ketika dihadapkan pada pembuatan keputusan yang berdampak pada

    beberapa segmen perusahaan.

    Jadi dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas

    bahwa informasi integrasi (integration) yaitu informasi yang mencerminkan

    adanya koordinasi antar segmen sub unit yang satu dengan lainnya. Informasi

    integrasi mencakup aspek seperti ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari

    proses interaksi antar sub unit dalam organisasi.

    2.1.5 Kinerja

    Arti performance atau kinerja menurut Pamungkas (2008) adalah sebagai

    berikut :

    Kinerja adalah hasil kerja para pimpinan atau organisasi dalam melakasanakan tugas yang dibebankan kepada mereka, yang akan diukur

    dengan membandingkan dengan kriteria atau standar yang telah

    ditetapkan.

    Kemudian mengenai kinerja diartikan pula oleh Simamora (2004) yaitu :

    Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang

    akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan.

    Menurut Mangkunegara (2005), istilah kinerja berasal dari kata Job

    Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya

    yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah sebagai

    berikut :

    Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

    yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya

    sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

  • 27

    Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja (performance)

    adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

    berdasarkan alat ukur yang digunakan baik kualitas maupun kuantitas dengan

    membandingkan antara target dan hasil yang dicapai.

    2.1.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

    Menurut Mangkunegara (2005) faktor yang mempengaruhi pencapaian

    kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation)

    berikut penjelasannya :

    a. Faktor Kemampuan (Ability)

    Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

    kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pedidikan). Oleh

    karena itu penempatan pegawai harus ditempatkan pada pekerjaan yang

    sesuai dengan keahliannya.

    b. Faktor Motivasi

    Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) seorang pimpinan dan

    karyawan dalam menghadapi situasi kerja (situation) di lingkungan

    organisasinya. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri

    pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan kerja.

    2.1.5.2 Penilaian kinerja

    Mulyadi (2001) mengungkapkan penjelasan penilaian kinerja sebagai

    berikut :

    Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional

    suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran,

    standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

  • 28

    Sementara Mangkunegara (2005) mengemukakan tentang penilaian kinerja

    sebagai berikut :

    Penilaian kinerja merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan

    pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses

    penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek

    orang ataupun sesuatu (barang).

    Menurut Mathis dan Jackson (2002) mengemukakan penilaian kinerja

    adalah :

    Penilaian kinerja adalah proses mengevaluasi seberapa baik karyawan

    mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set

    standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut.

    Jadi dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian

    kinerja yaitu proses mengevaluasi secara periodik efektifitas operasional maupun

    karyawan dalam suatu organisasi dibandingkan dengan kriteria dan standar yang

    telah ditetapkan sebelumnya.

    2.1.5.3 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

    Menurut Efendi Hariandja (2005) :

    Tujuan penilaian kinerja adalah untuk secara umum memberikan

    feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya

    dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi.

    Disamping tujuan di atas, menurut Mulyadi (2001), penilaian kinerja

    mempunyai manfaat bagi manajemen untuk :

    1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

    pemotivasian karyawan secara maksimum.

    2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan

    karyawan dan seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.

  • 29

    3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan

    karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi

    program pelatihan karyawan.

    4. Mengadakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana

    atasan mereka, menilai kinerja mereka.

    5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

    Dari pernyataan tujuan dan manfaat penilaian kinerja dapat disimpulkan

    bahwa perusahaan ingin memperoleh informasi yang akurat tentang prestasi kerja

    yang dihasilkan oleh karyawan sebagai dasar untuk memberi penghargaan dan

    memberikan manfaat bagi manajemen sebagai bahan evaluasi atas kebijakan yang

    diambil oleh perusahaan.

    2.1.5.4 Kinerja Manajerial

    Stoner, Freeman, dan Gilbert (1996) mengungkapkan bahwa kinerja

    manajerial yaitu ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer seberapa

    baik dia menetapkan dan mencapai tujuan yang memadai. Kinerja manajerial yang

    diperoleh merupakan salah satu faktor yang dipakai untuk menentukan efektivitas

    organisasi.

    Menurut Mahoney et. al (1963) dalam Pamungkas (2008) yang dimaksud

    dengan kinerja manajerial adalah kemampuan manajer dalam melaksanakan

    kegiatan manajerial, antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi,

    supervisi, pengaturan staf (staffing), negosiasi dan representasi.

    1. Perencanaan, yaitu tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi

    mengenai gambaran kegiatan yang akan dilakukan pada aktu yang akan

    datang guna mencapai tujuan yang diinginkan.

  • 30

    2. Investigasi, yaitu upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan dan

    mempersiapkan informasi, dalam bentuk laporan-laporan, catatan-

    catatan, dan analisa pekerjaan untuk dapat mengukur hasil

    pelaksanaannya.

    3. Koordinasi, menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran

    informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna

    dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.

    4. Evaluasi, yaitu penilaian atas usulan atau kinerja yang diamati dan

    dilaporkan.

    5. Supervisi, yaitu kegiatan manajerial dalam mengarahkan, memimpin,

    dan mengembangkan potensi bawahan, serta melatih dan menjelaskan

    aturan-aturan kerja kepada bawahan mengenai pelaksanaan kemampuan

    kerja suatu organisasi.

    6. Staffing, yaitu adalah suatu kegiatan menejemen dalam memelihara dan

    mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja.

    7. Negosiasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal

    pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.

    8. Representasi, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan

    kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok

    bisnis dan konsultasi dengan perusahaan-perusahaan lain.

    2.1.6 Pendekatan Kontijensi dalam Sistem Informasi Akuntansi

    Manajemen

    Otley (1980) menyatakan bahwa pendekatan kontijensi pada akuntansi

    manajemen didasarkan pada keadaan bahwa tidak ada sistem informasi akuntansi

    manajemen secara universal selalu tepat pada seluruh organisasi dalam setiap

  • 31

    keadaan. Karena sistem akuntansi manajemen tergantung juga pada faktor-faktor

    situasional yang ada di luar maupun di dalam perusahaan.

    Para peneliti telah menerapkan pendekatan kontijensi guna menganalisis

    dan mendesain sistem kontrol, khususnya di bidang sistem akuntansi manajemen.

    Beberapa peneliti dalam bidang akuntansi manajemen melakukan pengujian untuk

    melihat hubungan variabel-variabel kontekstual seperti ketidakpastian lingkungan,

    ketidakpastian tugas, struktur dan kultur organisasi, ketidakpastian strategi dengan

    desain sistem akuntansi manajemen (Otley, 1980).

    2.1 Review Penelitian Terdahulu

    Adapun studi empiris yang mendukung penelitian yang akan dilakukan,

    yaitu merujuk kepada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

    Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilihat dalam tabel

    berikut:

    Tabel 2.1

    Penelitian Sebelumnya No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil

    1 Robert B

    Duncan

    1972 Characteristic of

    Organizational

    Environments and

    Perceived

    Environmental

    Uncertainty

    Berdasarkan hasil

    analisisnya diperoleh

    kesimpulan bahwa

    menurut persepsi para

    manajer informasi

    akuntansi manajemen yang

    bermanfaat adalah yang

    memiliki karakteristik

    broadscope, timeliness,

    agregation dan integration.

    2 Gordon dan

    Narayanan

    1984 Management

    Accounting System,

    Perceived

    Environmental

    Uncertainty and

    Organizational

    Structure: An

    Empirical

    Investigation

    Sistem akuntansi

    manajemen dan struktur

    organisasional merupakan

    fungsi dari lingkungan

    Hasil penelitian Gordon

    dan Narayanan tersebut

    mengusulkan:

    a) karakteristik informasi

    yang diperlukan

    berhubungan dengan

    faktor ketidakpastian

  • 32

    lingkungan;

    b) dalam mendesain sistem

    akuntansi manajemen,

    struktur organisasi relatif

    tidak penting jika

    dibandingkan dengan

    faktor ketidakpastian

    lingkungan

    3 Chenhall dan Morris 1986 The Impact of

    Structure,

    Environment, and

    Interdependence on

    The Perceived

    Usefulness of

    Management

    Accounting Systems

    Berdasarkan hasil

    analisisnya diperoleh

    kesimpulan bahwa

    menurut persepsi para

    manajer informasi

    akuntansi manajemen yang

    bermanfaat adalah yang

    memiliki karakteristik

    broadscope, timeliness,

    agregation dan

    integration.

    4 Mia L and Chenhall 1994 The Usefulness Of

    Management

    Accounting System,

    Functional

    Differentiation And

    Managerial

    Effectiveness

    Mendukung pandangan

    bahwa efek

    menguntungkan terhadap

    kinerja manajerial

    menggunakan lingkup

    sistem informasi akuntansi

    manajemen yang luas dan

    dimoderasi oleh

    diferensiasi kegiatan

    dengan cara yang

    mengisolasi ketidakpastian

    dalam fungsi tertentu.

    Selain itu, hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    penggunaan yang lebih

    tinggi dari sistem

    informasi akuntansi

    manajemen lingkup yang

    luas terkait dengan

    peningkatan kinerja untuk

    kegiatan pemasaran tetapi

    tidak untuk produksi pada

    tingkat konvensional

    signifikansi statistic

    5 Chia 1995 Decentralization,

    Management

    Accounting System

    (MAS) Information

    Characteristic And

    Their Interaction

    Effects On

    Managerial

    Performance : a

    Singapore Study

    Bahwa desentralisasi

    secara signifikan memiliki

    pengaruh kecanggihan atas

    tingkat masing-masing

    karakteristik informasi

    sistem akuntansi

    manajemen untuk

    mempengaruhi kinerja

    manajerial, sehingga

    menyoroti manfaat yang

    dapat diperoleh dari

    gabungan

  • 33

    pertimbangan subsistem

    kontrol yang tepat dalam

    suatu organisasi untuk

    meningkatkan kinerja

    manajerial yang lebih

    tinggi.

    6 Widodo dan Windi 2011 Pengaruh

    Desentralisasi dan

    Karakteristik Sistem

    Informasi Akuntansi

    Manajemen terhadap

    Kinerja Manajerial

    Bahwa baik secara parsial

    maupun secara simultan

    desentralisasi dan

    karakteristik informasi

    sistem akuntansi

    manajemen berpengaruh

    terhadap kinerja

    manajerial. Dari kedua

    variabel bebas tersebut

    desentralisasi memiliki

    pengaruh yang paling

    dominan.

    2.2 Kerangka Pemikiran

    Pada era informasi dan globalisasi yang bertumbuh semakin cepat saat ini

    menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan

    tingkat persaingan ketat. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa

    fenomena seperti pasar yang semakin bebas dan perubahan permintaan konsumen.

    Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya

    secara efektif dan efisien agar dapat mempertahankan eksistensinya. Dalam

    persaingan bisnis yang emakin tajam ini, manajemen perlu memiliki kemampuan

    melihat peluang, mengidentifikasikan masalah, menyeleksi kelangsungan hidup

    dan mengendalikan organisasi di dalam pencapaian tujuan organisasi (Sutapa,

    2003). Menurut Widodo dan Windi (2011) pencapaian tujuan organisasi tersebut,

    salah satunya akan membutuhkan informasi akuntansi manajemen yang dapat

    digunakan sebagai alat untuk merencanakan anggaran serta sebagai umpan balik

    untuk memperbaiki kinerja badan usaha, khususnya manajerial.

  • 34

    Akuntansi manajemen disusun terutama untuk menghasilkan informasi

    yang berguna bagi pengambil keputusan oleh manajemen. Biasnya informasi yang

    digunakan oleh manajemen berkisar pada biaya, sehingga juga bisa disebut

    dengan akuntansi biaya. selain data biaya untuk harga pokok, akuntansi

    manajemen juga membutuhkan data untuk pengawasan dan analisis biaya yang

    dibuat dalam bentuk standar dan lain-lainnya.

    Sistem Akuntansi Manajemen dapat membantu manajer dalam

    pengendalian aktivitas sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan dalam

    pencapaian tujuan. Chenhall dan Morris (1986) mengidentifikasi empat

    karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen yang bermanfaat untuk

    pengambilan keputusan yaitu: broadscope (lingkup), timelines (tepat waktu),

    aggregation (agregasi), dan Integration (integrasi).

    Chia (1995) berpendapat bahwa salah satu karakteristik sistem akuntansi

    manajemen adalah sebagi sumber informasi penting untuk membantu manajemen

    mengendalikan aktivitasnya serta mengurangi masalah ketidakpastian lingkungan

    dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Informasi yang berkarakteristik broad

    scope seperti informasi nonfinansial yang beorientasi pada masa yang akan datang

    yang mengacu kepada dimensi fokus dan kuantifikasi. Manajer membutuhkan

    informasi broad scope sebagai salah satu implikasi dari meningkatnya otoritas dan

    tanggung jawab mereka serta sebagai fungsi pengendali.

    Informasi yang berkarakteristik timeliness mempunyai dua sub dimensi

    yaitu frekuensi pelaporan dan kecepatan pelaporan. Informasi tepat waktu akan

  • 35

    mempengaruhi kemampuan manajer dalam merespon setiap kejadian atau

    permasalahan.

    Infromasi yang berkarakteristik aggregation mencerminkan tanggung

    jawab manajer. Dengan informasi yang jelas mengenai area tanggung jawab

    fungsional masing-masing manajer, maka akan mengurangi terjadinya konflik.

    Jadi informasi ini bermanfaat sebagi input dalam mengevaluasi kinerja manajer.

    Infrormasi yang berkarakteristik integration memberikan sarana

    koordinasi antar segmen dalam sub unit atau antar sub unit dalam organisasi.

    Kompleksitas dan ketergantungan sub unit satu dengan lainnya akan tercermin

    dalam informasi integrasi.

    Berdasarkan penelitian terdahulu diperoleh bukti empiris bahwa

    karakteristik informasi akuntansi manajemen berhubungan dengan kinerja

    manajerial, para manajer akan membutuhkan informasi yang teragregasi

    (aggregation), terintegrasi (integration), cakupan luas (broad scope) dan tepat

    waktu (timeliness) (Gul dan Chia, 1994, Gordon dan Narayana, 1984, Chenhall

    dan Morris, 1986, Chia 1995).

    Jadi dengan ketersediaan karakteristik informasi akuntansi manajemen di

    perusahaan akan sangat membantu tuga yang dihadapi manajer, sehingga

    memungkinkan penyediaan informasi dalam bentuk tertentu yang akan

    memberikan manajer tambahan informsasi yang akan bermanfaat dalam

    pengambilan keputusan. Kemungkinan solusi terhadap suatu masalah juga akan

    semakin banyak, yang memungkinkan manajer produksi atau pemasaran untuk

    meningkatkan kualitas keputusan yang akan diambil. Dengan demikian

  • 36

    tersedianya karakterisitik informasi akuntansi, memungkinkan manajer untuk

    mengambil keputusan secara tepat dan cepat yang pada akhirnya dapat

    meningkatkan kinerja manajerial.

    Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka paradigma penelitian ini

    digambarkan sebagai berikut

    Gambar 2.2

    Kerangka Pemikiran

    2.3 Hipotesis Penelitian

    Sejalan dengan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan peneliti

    adalah Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Berpengaruh Signifikan

    Terhadap Kinerja Manajerial.

    Karakteristik

    Sistem Informasi

    Akuntansi

    manajemen (X)

    Kinerja Manajerial

    (Y)