bab ii

Upload: cuikshe

Post on 17-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

43

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. 2. 2.1. Lansia 2.1.1. Pengertian Lanjut Usia ( Lansia)Menurut undang undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Pengertian lansia beragam tergantung kerangka pandang individu. Undang undang menurut RI no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 138 ayat 1 dan 2 yang berbunyi upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok usia lanjut untuk dapat tetap hidup mandiri dan prduktif secara sosial dan ekonomis. Orang tua yang berusia 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya dan tidak muda lagi. Orang sehat aktif berusia 65 tahun mungkin menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut usia (Brunner dan Suddart, 2001).Menurut Reimer et al (1999); stanley and Beare (2007), mendefinisikan lansia berdasarkan karakterstik sosial masyarakat yang menganggap bhwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat lagi memenuhi tugas rumah tangga.Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Ineko, 2012).2.1.2. Batasan LansiaMenurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 - 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 - 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75 - 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Menurut Perry & Potter (2005) mengatakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Terdapat 4 bagian kedewasaan yaitu, lansia awal 65 75 tahun, lansia 75 85 tahun, lansia tua 85 100 tahun, lansia akhir lebih dari 100 tahun.2.1.3. Tugas Perkembangan Lanjut UsiaDikutip oleh Potter dan Perry 2005, seiring tahap kehidupan lansia memiliki tugas perkembangan khusus. Terdapat tujuh kategori utama perkembangan lansia meliputi :

1. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatanLansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini normal.2. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatanLansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu mungkin perlu untuk menyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja seperti mencari minat atau hobi baru.3. Menyesuaikan terhadap kematian pasangannyaKehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya. Dengan membantu lansia melalui proses berduka, dapat membantu mereka menyesuaikan diri terhadap kehilangan.4. Menerima diri sendiri sebagai individu lansiaBeberapa lansia menerima kesulitan untuk menerima diri sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil mereka nenek atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar.5. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidupPerubahan rencana kehidupan bagi lansia mungkin membutuhkan periode penyesuaian yang lama selama lansia memerlukan bantuan dan dukungan profesional perawatan kesehatan dan keluarga.6. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasaLansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-anaknya yang telah dewasa. Masalah keterbalikan peran, ketergantungan, konflik, perasaan bersalah, dan kehilangan memerlukan pengenalan dan resolusi.7. Menentukan cara untuk menempertahankan kualitas hidupLansia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk mempertahankan kualitas hidupnya.2.1.4. Perubahan yang Terjadi pada Lansia2.1.4.1. Perubahan Fisik1. Sela. Lebih sedikit jumlahnyab. Lebih besar ukurannyac. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular.2. Sistem IndraPerubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lema, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. Penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat digunakan.Sistem pendengaran, gangguan pada pendengaran oleh karena hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata kata, 50% terjadi pada usia di atas 60 tahun.Sistem integumen, pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan bekerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain angin dan matahari, terutama sinar ultra violet.3. Sistem Muskuloskeletala. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Perubahan pada kolagen tersebut merupakan penyebab turunnya fleksibelitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan dalam melakukan kegiatan sehari hari. Upaya fisioterapi untuk mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk menjaga mobilitasb. Kartilago, jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Oerubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibatnya sendi mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktivitas sehari hari.Tulang, berkurangnya kepadatan tulang setelah diobservasi adalah bagian dari penuaan fisilogis tabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula tranvesal terabsorbsi kembali. Dampak berkurangnya kepadatan tulang akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Latihan fisik dapat diberikan sebagai cara untuk mencegah adanya osteoporosis.c. Otot, perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Dampak perubahan morfologis pada otot adalah penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional otot. Untuk mencegah perubahan lebih lanjut, dapat diberikan latihan untuk mempertahankan mobilitas.d. Sendi, pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penurunan elastisitas. Ligament, dan jaringan periarkular mengalami penurunan daya lentur danelastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas dan gerak sendi. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi, gangguan jalan dan aktivitas keseharian lainnya. Upaya pencegahan kerusakan sendi antara lain dengan memberi teknik perlindungan sendi, antara lain dengan memberi teknik perlindungan sendi dalam beraktifitas.4. Sisten Kardiovaskular dan Sistem Respirasia. Sistem Kardiovaskular1) Elastisitas, dinding aorta menurun2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak)5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer; sistolis normal + 170 mmHg dan diastol normal + 90 mmHg.b. Sistem respirasi1) Otot otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku2) Menurunnya aktivitas dari silia3) Paru paru kehilangan elastisitas ; kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.5) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg6) CO2 pada arteri tidak berganti7) Kemampuan untuk batuk berkurang8) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot untuk pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.5. Sistem Pencernaan dan MetabolismePerbahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata. Kehilangan gigi; penyebab utama adalah periodental disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk. Indra pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi indra pengecap (80%) , hialngnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa, tentang rasa asin, asam dan pahit. Pada lambung, rasa lapar menurun (sensifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi absorbsi melemah. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. Kondisi ini secara normal, tidak ada konsekuensi yang nyata, tetapi menimbulkan efek yang merugikan ketika diobati. Pada usia lanjut, obat obatan dimetabolisme dalam jumlah yang sedikit. Pada lansia perlu diketahui kecenderungan terjadinya peningkatan efek samping, overdosis, dan reaksi yang merugikan dari obat. Oleh karena itu, meski tidak seperti biasanya, dosis obat yang diberikan kepada lansia lebih kecil dari dewasa. 6. Sistem perkemihanPada sistem perkemihan, banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorbsi oleh ginjal. Hal ini akan memberikan efek dalam pemebrian obat pada lansia. Mereka kehilangan kemampuan untuk mengeksresikan obat atau produk metabolisme obat. Pola berkemih tidak normal, seperti banyak berkemih di malam hari, sehingga mengharuskan mereka pergi ke toilet sepanjang malam. Hah ini menunjukkan bahwa inkontinensia urin meningkat (Ebersole dan Hess, 2001).7. Sistem persarafana. Berat otak menurun 10 20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya).b. Cepatnya menurunhubungan persarafanc. Lambat dalam respon dan waktu untk bereaksi, khususnya dengan stresd. Mengecilnya saraf panca indraBerkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif tehadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.e. Kurang sensirif terhadap sentuhan8. Sistem Endokrina. Produksi dari hampir semua hormon menurunb. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubahc. Pituitari, pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.d. Menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya BMR = Basal Metabolic Rate, dan menurunnya daya pertukaran zate. Menurunnya produksi aldosteronf. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya estrogen, progesteron dan testosteron.9. Sistem ReproduksiPerubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovari dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur- angsur. Dorong seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik), yaitu dengan kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia. Selaput lendir vagina akan menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, dan reaksi sifatnya menjadi alkali (Watson, 2003).

2.1.4.2. Perubahan Kognitif1. Memory (daya ingat, ingatan)Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi kognitif yang sering kali paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (long term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory) atau seketika 0 10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi baru seperti TV dan film. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham dalam keluarga. Oleh sebab itu dalam proses pelayanan terhadap lanjut usia, sangat perlu dibuatkan tanda tanda atau rambu rambu baik berupa tulisan, atau gambar untuk membantu daya ingat mereka2. IQ (Intellegent Quocient)a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor : terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan tekanan dari faktor waktu.3. Kemampuan Belajar (learning)Menurut Brocklehurst dan Allen (1987); Darmojo & Martono (2004), lansia usia yang sehat dan tidak mengalami demensia masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup (life long learning), bahwa manusia itu memiliki kemampuan untuk belajar sejak dilahirkan sampai akhir hayat.4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengaran lansia yang mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lanjut usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dlam berkomunikasi dilakukan dengan kontak mata (saling memandang) agar lebih mudah memahami maksud orang lain.5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)Pada lanjut usia masalah masalah yang dihadapi tentu semakin banyak. Abnyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi indra pada lanjut usia. Dalam menyikapi hal ini maka dalam pendekatan pelayanan kesehata jiwa lansia perlu diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien lanjut usia.6. Pengambilan Keputusan (Decission Making)Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah. Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dianalisa, dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai positif (menguntungkan), kemudian baru diambil suatu keputusan.

7. Kebijaksanaan (Wisdom)Menurut Kuntjoro (2002), pada lansia semakin bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan. Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat kematangan kepribadian seseorang dan pengalaman hidup yang dijalani. Atas dasar hal tersebut, dalam melayani lanjut usia harus dengan penuh bijaksana sehingga kebijaksanaan yang ada pada masing masing individu yang dilayani tetap terpelihara. 8. Kinerja (Perfomance)Pada lanjut usia memang akan terlihat penurunan kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan perfomance yang membutuhkan kecepatan dan waktu mengalami penurunan (Lumbantobing, 2006). Penurunan itu bersifat wajar sesuai dengan perubahan organ organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis. Dalam pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia, mereka perlu diberikan latihan latihan keterampilan untuk tetap mempertahankan kinerja.9. MotivasiPada lanjut usia, motivasi baik kognitif maupun afektif untuk memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi tersebut sering kali kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal hal diinginkan banyak berhenti di tengah jalan.2.1.4.3. Perubahan SpiritualSpiritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsik dan merupakan proses individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan dari kehilangan tersebut. Harapan memungkinkan individu dengan keimanan spiritual atau religius untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.2.1.4.4. Perubahan Psikososial1. Pensiun Nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya dan identitas dikaitkan dengan peran dalam pekerjaan. Hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan membuat seorang lansia pensiunan merasakan kekosonga, orang tersebut secara tiba tiba dapat merasakan begitu banyak waktu luang yang ada di rumah disertai dengan sedikitnya hal hal yang dapat dijalani. Meskipun bahwa pekerjaan yang pensiun karena alasan kesehatan, masalah masalah yang berputar disekitar pensiun berkaitan dengan pertimbangan atas jabatan dan keadaan keuangan (Gallo, 1998).2. Perubahan Aspek KepribadianPada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia mengalami perubahan kepribadian. Menurut Kuntjoro(2002), kepribadian lanjut usia dibedakan menjadi 5 tipe kepribadian yaitu tipe kepribadian konstruktif, mandiri, tengantung, bermusuhan devensive dan kritik diri.

3. Perubahan dalam Peran Sosial MasyarakatAkibat perubahan pada fisik lansia sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas selama mereka masih sanggup, agar merasa tidak terasingkan. Karena jika terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang tak berguna serta berperilaku seperti anak kecil (stanley dan beare, 2007).4. Perubahan MinatLansia mengalami perubahan dalam minat. a. Minat terhadap diri makin bertambahb. Minat terhadap penampilan semakin berkurangc. Minat terhadap uang semakin meningkat d. Kebutuhan terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri lansia untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.2.1.4.5. Penurunan Fungsi dan Potensi SeksualFaktor faktor yang mempengaruhi kemampuan seksual pada laki laki adalah seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes dan lainnya. Minum beberapa jenis obat seperti obat penenang, antihipertensi dapat dapat menurunkan kemampuan seksual pria.Faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan seksual pada wanita usia lanjut adalah mulai dari menstruasi tidak teratur, semakin sedikit, akhirnya berhenti. Buah dada berubah menipis, menjadi lembek, sampai menggantung. Uterus dan ovarium menciut, vagina hilang elastisitas. Seksual untuk terangsang akan berkurang, kemampuan bereaksi terhadap rangsangan langsung juga akan menurun.2.2. Posyandu Lansia2.2.1. Pengertian Posyandu LansiaSalah satu bentuk pelayanan kesehatan dari puskesmas yang baru lahir sehubungan dengan lansia yaitu posyandu lansia.posyandu lansia sebagai pelayanan kesehatan paripurna yang solid dan bertanggung jawab mempunyai upaya kesehatan paripurna dasar yaitu upaya yang menyeluruh pada lanjut usia meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.Posyandu lansia adalah suatu kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan. (efendi, 1998). Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Posyandu sebagai suatu wadah kegiatan yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan, terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota kelompok dan kader serta tersedianya pendanaan.Menurut komnas lansia (2010), posyandu lansia adalah adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pebentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain lain, dengan menitik beratkan pelayanan keehatan pada upaya promotif dan preventif. 2.2.2. Tujuan Pelayanan Posyandu Lansia1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif dari lansia.2. Meningkatkan mutu dan derajat kesehatan lansia.3. Meningkatkan kemampuan para lanjut usia untuk mengenali masalah kesehatan dirinya sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut terbatas kemampuan yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau petugas jika diperlukan.Tujuan dibentuknya posyandu lansia menurut Depkes RI (2003), yaitu:1. Tujuan umum :Meningkatkan kesejahteraan lanjut usia melalui kegiatan kelompok usia lanjut yang mandiri dalam masyarakat.2. Tujuan khususa. Tersedia buku pedoman pengelolaan lanjut usia di bidang kesehatan, sebagai acuan bagi petugas kesehatan, petugas lain dan pengelola kelompok dalam melaksanakan pembinaan.b. Meningkatkan kemudahan bagi usia lanjut dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.c. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatah usia lanjut khususnya aspek peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan.d. Berkembangnya kelompok lanjut usia yang aktif melaksanakan kegiatan dengan kualitas yang baik secara berkesinambungan.e. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan.2.2.3. Manfaat Posyandu Lansia1. Meningkatkan status kesehatan lansia.2. Meningkatkan kemanirian pada lansia.3. Memperlambat aging proses 4. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia.5. Meningkatkan harapan hidupAlasan pentingnya Posyandu Lansia karena kerentanannya terhadap gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada sistem reproduksi, seperti osteoporosis dan kanker leher rahim (pada lansia perempuan) dan gangguan kelenjar prostat dan gangguan seksual serta impotensi (pada lansia laki laki) dan berdampak pada kualitas hidup lansia.2.2.4. Sasaran 2.2.4.1. Sasaran Langsung1. Kelompok usia menjulang usia lanjut (45 54 tahun) atau dalam masa virilitas, di dalam keluarga maupun masyarakat luas dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan fisik, gizi agar dapat mempersiapkan diri menghadapai masa tua.2. Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium (55 64 tahun) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat pada umumnya, dengan paket pembinaan yang , meliputi KIE dan pelayanan agar dapat mempertahankan kondisi kesehatannya dan tetap produktif.3. Kelompok usia lanjut dalam masa senescens (65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (dari 70 tahun). Hidup sendiri, terpencil, menerita penyakit berat, caat dan lain lain, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan agar dapat selama mungkin mempertahankan kemandiriannya.2.2.4.2. Sasaran Tidak Langsung1. Keluarga dimana usia lanjut berada2. Organisasi sosial yang berkaitan dengan penbinaan usia lanjut3. Institusi pelayanan kesehatan dan non kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan pelayanan rujukan.4. Masyarakat luas.2.2.5. Kegiatan Kesehatan di Posyandu Lansia1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan sehari hari seperti makan, minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar atau air kecil dan sebagainya.2. Pemeriksaan status mental.3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan tinggi badan, pencatatan dalam grafik indeks masa tubuh (IMT).4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi meter dan stetoskop serta perhitungan denyut nadi selama 1 menit.5. Pemeriksaan hemoglobin.6. Pemeriksan gula darah air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit DM7. Pemeriksaan kandungan zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila ada rujukan.9. Penyuluhan dilakukan diluar atau di dalam posyandu atau kelompok lanjut usia.10. Kunjungan rumah oleh kader didampingi puskesmas bagi anggota lansia yang tidak hadir di posyandu.11. Pemberian makanan pambahan (PMT) dan penyuluhan contoh menu makanan.12. Kegiatan olahraga seperti senam lanjut usia dan jalan santai.2.2.6. Upaya Upaya yang Dilakukan dalam Posyandu Lansia2.2.6.1. Upaya meningkatkan promosi kesehatanUpaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya merupakan upaya mencegah primer (primary prevention). Menurut Depkes RI 2003 ada beberapa tindakan yang disampaikan dalam bentuk pesan BAHAGIA yaitu :1. Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi.2. Aturlah makanan hingga seimbang.3. Hindari faktor resiko penyakit degeneratif.4. Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat.5. Gerakkan badan teratur agar terus dilakukan.6. Iman dan taqwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan.7. Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodik.2.2.6.2. Peningkatan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Seperti kegiatan doa bersama. Kegiatan ini memberikan kesempatan mewujudkan keinginan lanjut usia yang selalu berusaha untuk memperkokoh iman dan taqwa.2.2.6.3. Peningkatan pelayanan kesehatan dan kebugaran lanjut usia 1. Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia.2. Penyuluhan gizi.3. Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga.4. Olahraga.5. Rekreasi. 2.2.6.4. Peningkatan keterampilanPeningkatan keterampilan usia lanjut meliputi :1. Demonstrasi keterampilan lansia membuat kerajinan.2. Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan.3. Latihan kesenian bagi lansia.2.2.6.5. Upaya Pencegahan / PreventifMasing masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan kepada :1. Upaya pencegahan primer, ditujukan kepada lanjut usia yang sehat, mempunyai resiko, akan tetapi belum menderita penyakit.2. Upaya pencegahan sekunder, ditujukan kepada penderita tanpa gelaja, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan.3. Upaya pencegahan tertier, ditujukan kepada penderita penyakit dan penderita cacat yang telah memperlihatkan gejala penyakit.2.2.7. Peran Pemerintah dalam Posyandu LansiaDituangkan dalam bentuk undang undnag dan peraturan untuk menyusun kebijakan dalam pembinaan lansia di Indonesia. Undang undang tersebut antara lain :1. UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (pasal 19)2. UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usiaMeningkatkan derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluagra dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal.2.3. Pengetahuan Lansia2.3.1. Pengertian PengetahuanPengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri (Notoatmodjo,2003).Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.2.3.2. Tingkat PengetahuanPengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003) :1. Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.2. Memahami (Comprehention)Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar3. Aplikasi (Application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.4. Analisis (Analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.5. Sintesis (Syntesis)Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan unutk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.6. Evaluasi (Evaluation)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakah kriteria kriteria yang telah ada.2.3.3. Cara Memperoleh PengetahuanCara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoatmodjo,2003) adalah sebagai berikut :1. Cara kuno a. Cara Coba Salah (trial and error)Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebutdapat terpecahkan.b. Cara Kekuasaan atau OtoritasSumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.c. Berdasarkan Pengalaman PribadiPengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu.2. Cara modernCara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561 1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.2.3.4. Pengukuran PengetahuanPengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas (Notoatdmodjo, 2003). Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif yaitu Baik : 76-100%, Cukup: 56% -75% , dan Kurang: