bab ii

8

Click here to load reader

Upload: richisachi

Post on 27-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

materi

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN

A. Definisi Mielodisplasia merupakan kelainan klonal dari sumsum tulang dimana terbentuk sel darah yang bentuk dan fungsinya abnormal. Insidensinya seiring dengan bertambahnya usia. Pada sebagian besar pasien ditemukan anemia makrositik; leukopenia dan trombositopenia juga sering terjadi. Pada sebagian besar kasus tidak dapat ditemukan penyebab yang jelas. Pada beberapa kasus, mielodisplasia terjadi setelah terpapar terhadap obat sitotoksik atau radioterapi. Karakteristik dari MDS adalahhematopoiesis (pembentukan sel darah) yang tidak efektifdan adanyadisplasiasel puncak akibat proliferasi dan maturasi yang abnormal. Dua karakteristik inilah yang menyebabkan terjadinya anemia, leukopenia, dan/atau trombositopenia pada penderita MDS. B. EtiologiMeskipun penyebab pasti masih belum diketahui, beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan MDS seperti:1. Paparan lingkungan / terkontaminasi radiasi dan bahan kimia2. Orang-orang yang menjalani pengobatan kanker, seperti radiasi dan kemoterapi, dan penggunaan agen alkylating radiomimetic dapat mengembangkan MDS sekunder sebagai efek toksisitas dari obat yang dikonsumsi.

C. Klasifikasi Mielodisplasia dikelompokkan menjadi lima tipe, yaitu:1. Anemia refrakter (refractory anaemia [RA]): anemia dengan jumlah blas dalam sumsum tulang < 5%.2. Anemia refrakter dengan cincin siderolbas (RARS)anemia sideroblastik.3. Anemia refrakter dengan jumlah blas yang berlebih RAEB): pada sumsum ditemukkan 5-20% blas.4. Anemia refrakter dengan jumlah blas dalam transformasi yang berlebih (RAEB-t); sumsum tulang mengandung 21-29% blas.5. Leukemia mielomonositik kronis (CMML); terdapat displasia leukosit dan jumlah monosit absolut melebihi 1,0 x 109/L.Tipe-tipe diatas merupakan definisi sebarang tanpa melihat ada tidaknya leukopenia atau trombositopenia, atau fakta bahwa pasien mungkin tidak anemia pada saat didignosis.

D. Manifestasi KlinisTanda dan gejala Sindroma Mielodisplasia memang tidak selalu sama pada setiap pasien, namun beberapa gejala yang pernah diamati pada pasien MDS adalah:1. Bernafas pendek, sulit menarik nafas panjang dan nyeri dada secara periodik2. Demam, Batuk3. Mudah terserang infeksi (karena leukopenia)4. Rentan terhadap perdarahan, petekie, purpura, ekimosis (karena trombositopenia)5. Lemah, lesu (karena anemia)Meningkatnya resiko kematian pada MDS terutama karena perdarahan dan infeksi. Selain itu, penderita MDS memiliki resiko yang lebih tinggi untuk berkembang menjadi leukemia akut.

E. PatofisiologiMDS disebabkan paparan lingkungan radiasi dan bahan kimia yang merupakan faktor resikonya. MDS sekunder terjadi pada toksisitas lama akibat pengobatan kanker biasanya dengan kombinasi radiasi dan radiomimetik alkylating agent seperti busulfan, nitrosourea atau procarbazine ( dengan masa laten 5-7 tahun) atau DNA topoisomerase inhibitor (2 tahun). Baik anemia aplastik yang didapat yang diikuti dengan pengobatan imunosupresif maupun anemia Fanconis dapat berubah menjadi MDS MDS diperkirakan berasal dari mutasi pada sel sumsum tulang yang multipoten tetapi defek spesifiknya belum diketahui. Diferensiasi dari sel prekursor darah tidak seimbang dan ada peningkatan aktivitas apoptosis sel di sumsum tulang. Ekspansi klonal dari sel abnormal mengakibatkan sel yang telah kehilangan kemampuan untuk berdiferensiasi. Jika keseluruhan persentasi dari blas sumsum berkembang melebii batas (20-30%) maka ia akan bertransformasi menjadi AML. Pasien MDS akan menderita sitopenia pada umumnya seperti anemia parah. Tetapi dalam beberapa tahun pasien akan menderita kelebihan zat besi. Komplikasi yang berbahaya bagi mereka adalah pendarahan karena kurangnya trombosit atau infeksi karena kurangnya leukosit. Beberapa penlitian menyebutkan bahwa hilangnya fungsi mitokondria mengakibatkan akumulasi dari mutasi DNA pada sel stem hematopoietik dan meningkatkan insiden MDS pada pasien yang lebih tua. Dan adanya akumulasi dari besi mitokondria yang berupa cincin sideroblas merupakan bukti dari disfungsi mitokondria pada MDS

F. WOC

Terkontaminasi radiasi dan bahan kimia

MK: HipertermiMK: Ketidakefektifan bersihan jalan napasBatukDemamMK: Gangguan citra tubuhMK: Intoleransi aktivitasRentan Pendarahan, ptekiae, purpura, ekimosisTrombositopeniaMutasi pada sumsum tulangRentan infeksiLemah, LesuLeukopeniaAnemiaMDSKelebihan zat besiAktivitas apoptisis Sitopenia

G. Pemeriksaan Diagnostikpemeriksaan laboratorium :1. Darah tepiPansitopenia sering ditemukan. Eritrosit biasanya makrositik atau dimorfik tetapi kadang-kadang hipokrom, mungkin ditemukan normoblas. Hitung retikulosit rendah. Jumlah granulosit seringkali menurun dan memeperlihatkan tidak adanya granulasi. Fungsi kemotaktik, fagositik dan adhesinya terganggu. Kelainan Pelger (inti tunggal atau berlobus dua) seringkali ditemukan. Pada CMML monosit >1,0109 /L dalam darah dan jumlah leukosit total mungkin >100109 /L. Trombosit dapat sangat besar atau kecil dan biasanya berkurang jumlahnya tetapi meningkat pada 10% kasus. Pada kasus yang memiliki prognosis buruk, ditemukan mieloblas dengan jumlah yang bervariasi dalam darah.

2. Sumsum tulangSelularitas biasanya meningkat. Sideroblas cincin dapat ditemukan pada kelima tipe French-American-British (FAB) tetapi secara definisi mencakup >15% normoblas pada anemia refrakter dengan sideroblas cincin. Ditemukan normoblas berinti banyak dan gambaran diseritropoiesis lain. Prekursor granulosit memperlihatkan adanya gangguan granulasi primer dan sekunder dan sering ditemukan sel-sel yang sulit diidentifikasi apakah sebagai mielosit agranular, monosit atau premonosit. Megakariosit abnormal dengan bentuk mikronuklear, binuklear kecil, atau polinuklear. Biopsi sumsum tulang memperlihatkan fibrosis pada 10% kasus.

H. Penatalaksanaan TerapiTidak terdapat terapi yang memuaskan untuk mielodisplasia dan terapinya hanya bersifat suportif :1. Transfusi darah dilakukan pada anemia dan infeksi perlu diatasi segera dengan antibiotik. Transfusi trombosit dapat membantu mengatasi perdarahan akibat trombositopenia, namun tidak direkomendasikan pada pasien trombositopenia tanpa komplikasi karena antibodi terhadap trombosit dapat terbentuk dan akan mengurangi efektifitas transfusi trombosit berikutnya. Trombosit yang ditransfusikan dapat bertahan selama 24-48 jam.2. Transplantasi sumsum tulang alogenik dapat menyembuhkan penyakit ini apabila dilakukan pada pasien usia muda dan oleh donor yang cocok. Pasien dengan peningkatan jumlah blas membaik dengan regimen kemoterapi tipe anti-AML, namun tingkat harapan hidupnya lebih buruk daripada AML de novo itu sendiri.3. Mielodisplasia dan pembedahan: risiko perdarahan dan infeksi menjadikan tindakan bedah apapun sangat berbahaya. Transfusi trombosit dianjurkan pra- dan per operatif pada pasien walaupun trombositopenianya ringan, karena fungsi trombositnya sendiri abnormal. Infeksi pasca operasi perlu dicari secara terus menerus dan diterapi bila ditemukan.

I. PrognosaAngka harapan hidup rata-rata adalah 3 tahun. Keadaan pasien dengan RA dan RARS lebih baik dibandingkan dengan pasien dengan subtipe lain. Prognosisnya memburuk apabila pasiennya memiliki sitopenia lebih dari satu, dengan jumlah blas dan kelainan kromosom yang meningkat. Sebagian besar pasien meninggal akibat infeksi atau perdarahan. Sepertiga dari pasien-pasien tersebut akan menderita AML, yang biasanya resisten terhadap kemoterapi. Akibatnya, sebagian besar pasien dengan mielodisplasia yang kemudian menjadi AML hanya diterapi suportif dan paliatif saja.

7