bab ii
DESCRIPTION
BAB II PENGUKURAN CONNECTING ROD 1. DASAR TEORI 1.1. Pengertian Pengukuran Linear Perkembangan komponen industri dalam bidang permesinan pada era industrialisasi saat ini berkembang dengan cepat yang ditandai dengan munculnya komponen-komponen baru. Oleh karena itu dibutuhkan alat yang mampu untuk mengukur suatu komponen dengan sangat teliti, mudah untuk menggunakannya, dan menghasilkan hasil pengukuran yang akurat. Sebelum membahas lebih jauh tentang pengukuran baiklah terlebih dahulu dijelaskaTRANSCRIPT
BAB II
PENGUKURAN CONNECTING ROD
1. DASAR TEORI
1.1. Pengertian Pengukuran Linear
Perkembangan komponen industri dalam bidang permesinan pada
era industrialisasi saat ini berkembang dengan cepat yang ditandai
dengan munculnya komponen-komponen baru. Oleh karena itu
dibutuhkan alat yang mampu untuk mengukur suatu komponen dengan
sangat teliti, mudah untuk menggunakannya, dan menghasilkan hasil
pengukuran yang akurat.
Sebelum membahas lebih jauh tentang pengukuran baiklah terlebih
dahulu dijelaskan istilah-istilah yang sering digunakan dalam metrologi
(ilmu pengukuran).
- Kemampubacaan (readability) adalah menunjukan berapa teliti
skala suatu instrumen dapat dibaca.
- Cacah terkecil (least count) adalah beda terkecil antara dua
penunjukan yang dapat dideteksi (dibaca) pada skala instrumen.
- Ketelitian (accuracy) instrumen menunjukan deviasi atau
penyimpangan terhadap masukan yang diketahui.
- Ketepatan atau presisi suatu instrumen adalah menunjukan
kemampuan instrumen itu menghasilkan kembali bacaan tertentu dengan
ketelitian yang diketahui.
- Histerisis (histerysis) adalah Perbedaan yang timbul sewaktu
dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah yg
berlawanan
Hal yang berkaitan dengan permasalahan pengukuran aspek
geometri bagi suatu benda ukur yang meliputi :
- Satuan pengukuran dan besaran standar panjang; termasuk
pendefinisian dan pengkalibrasian standar panjang praktis.
- Jenis dan cara pengukuran; termasuk pembahsan mengenai
klasifikasi umum alat ukur.
- Kontruksi umum alat ukur; mengenai komponen – komponen
utama yang membentuk alat ukur atau ulasan mengenai prinsip kerja alat
ukur secara umum.
- Beberapa definisi istilah yang penting mengenai sifat – sifat alat
ukur.
- Penyimpangan yang dapat terjadi sewaktu proses pengukuran
berlangsung.
- Analisis dari pengukuran dengan metoda statistik; untuk
menganalisis data hasil pengukuran sehingga mempunyai arti yang jelas,
atau bagaimana data pengukuran diolah sehingga memperoleh informasi
sebagai kesimpulan yang dianggap paling baik.
(Taufiq Rochim hal.77 , Spesifikasi, Metrologi Industri dan Kontrol
Kualitas,2001)
Proses Pengukuran diklasifikasikan sebagai berikut :
▪ Pengukuran langsung, yaitu pengukuran dgn menggunakan alat
ukur yang hasilnya dapat dilihat langsung atau dibaca langsung
pada skala yang tercantum pada alat ukur. Skala tersebut sudah
terkalibrasi
▪ Pengukuran tak langsung, yaitu pengukuran yang dilakukan dgn
memakai alat ukur dari jenis pembanding, standar dan pembantu,
sehingga hasil pengukurannya tidak bisa langsung dibaca pada
skala yg terdapat pd alat ukur..
▪ Pengukuran dengan kaliber batas, yaitu pengukuran yang tidak
bertujuan untuk mengetahui atau menentukan ukuran suatu
dimensi dengan pasti, melainkan hanya untuk menunjukkan
apakah dimensi yang diukur tsb berada di dalam atau di luar zona
penerimaan (toleransi).
▪ Perbandingan dengan bentuk standar, yaitu jenis pengukuran
yang sifatnya hanya membandingkan bentuk benda yang dibuat
denga bentuk standar yang telah ada.
▪ Pengukuran geometri khusus, yaitu pengukuran yg dilakukan
hanya satu jenis geometris tertentu, misalnya kebulatan silinder,
pitch ulir, pitch roda gigi dan sebagainya..
Pengukuran Linear adalah proses pengukuran untuk mengetahui dimensi
dari suatu benda kerja yang belum diketahui ukurannya. Pengukuran
Linear terbagi menjadi 2 dalam cara pembacaan skala dari alat yang
digunakan, yaitu:
A. Pengukuran Linear Pembacaan Langsung
Alat ukur langsung adalah alat ukur yang mempunyai skala ukur
yang telah dikalibrasi dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada
skala tersebut.
Contoh alat ukur langsung :
Mistar Ukur
Mistar Ingsut
Mikrometer : - Mikrometer inside.
- Mikrometer outside.
Jadi, Pengukuran linear pembacaan langsung adalah proses
pengukuran dimana hasil pengukuran dapat dilihat langsung dari skala
alat ukur yang dipakai.
B. Pengukuran Linear Pembacaan Tidak Langsung
Pengukuran Linear pembacaan tidak langsung yaitu pengukuran
dengan instrumen pembanding, maksudnya dengan membandingkan
dimensi yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian membacanya
dengan bantuan alat ukur langsung. Pada pengukuran ini, kita melakukan
dua kali proses pengerjaan. Macam-macam alat ukur yang tergolong alat
ukur tidak langsung yaitu
Outside Caliper
Inside caliper
Spring Divider
CMM (Coordinate Measuring Machine)
(Taufiq Rochim hal. 57, Spesifikasi, Metrologi Industri dan Kontrol
Kualitas,2001)
1.2. Jenis-jenis Alat Ukur Linear
Alat ukur yang sering digunakan untuk melakukan pengukuran
linear yaitu:
a. Mistar Ukur / Penggaris
Gambar.2.1. Mistar Ukur / Penggaris
b. Vernier Caliper / Jangka Sorong / Mistar Ingsut
Gambar.2.2. Vernier Caliper / Jangka Sorong
c. Mikrometer Sekrup.
Gambar.2.3. Mikrometer Sekrup
d. Coordinate Measuring Machine (CMM)
Gambar.2.4. Mesin CMM
1.3. Cara Menggunakan Macam-Macam Alat Ukur Linear
a. Mistar Ukur / Penggaris
Kita langsung dapat mengetahui besarnya dimensi dari benda yang
ukur dengan menempelkan penggaris ke benda yang akan diukur.
Kecermatan dari mistar ukur/penggaris 1 mm.
b. Vernier Caliper / Jangka Sorong / Mistar Ingsut
Digunakan untuk mengukur dimensi bagian dalam dan luar suatu
benda. Vernier terdiri dari bilah utama dan bilah pembantu. Bilah
Utama dibagi dalam milimeter. Bilah pembantu dibagi 100. 100 garis
pada bilah pembantu sama dengan 49 milimeter pada bilah utama. Jadi
panjang satu garis pada bilah pembantu adalah = 100/49 mm. Bila
suatu garis bilah pembantu berhimpit dengan suatu tanda pada skala
utama, maka harga ukurnya adalah jumlah skala dihitung dari angka 0
x 0,02 mm.
Cara penggunaan Vernier Caliper yaitu:
a. Membuka pengunci ke kanan
b. Menggeser rahang gerak sesuai dengan ukuran benda
c. Mencekamkan rahang gerak pada benda ukur kemudian mengunci
Vernier Caliper dengan memutar pengunci ke kiri.
d. Membaca skala yang ditunjukkan oleh skala utama yang berhimpit
dengan angka nol, kemudian membaca skala noniusnya.
Gambar.2.5. Gambar dan bagian-bagian dari vernier caliper
(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma Persada
Jakarta)
Skala Utama
Skala Nonius
Gambar.2.6. Cara pembacaan
Skala Utama dan skala Nonius pada Vernier Caliper
(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma Persada
Jakarta)
c. Mikrometer Sekrup
a) Perhatikan bilangan bulat pada skala utama barrel.
b) Kemudian perhatikan apakah terbaca skala setengah milimetr pada
bagian atas skala utama (ada kalanya dibawah).
c) Selanjutnya bacalah skala perseratusan pada lingkaran
Nilai ukuran dari gambar dibaca sbb :
Gambar.2.7. Cara pembacaan skala pada Mikrometer sekrup
(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma Persada
Jakarta)
1.4. Jenis-Jenis Alat Ukur Sudut
Alat ukur yang sering digunakan untuk melakukan pengukuran sudut
yaitu:
a. Busur Bilah skala nonius (Bevel Protactor)
Busur Bilah (Bevel Protactor) merupakan alat yang
digunakan dalam pengukuran sudut yang memiliki tingkat
ketelitian yang tinggi.
Gambar 2.8. Busur Bilah skala nonius
Busur bilah merupakan alat untuk mengukur sudut yang
sering digunakan. Alat ini mempunyai kecermatan sebesar 1o. alat ini
terbuat dari baja. Terdapat bagian busur dan cantilever.
b. Batang Sinus (since bar)
Digunakan untuk mengukur sudut dengan teliti atau untuk
mengukur kedudukan benda kerja. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan azas trigonometri. Hasil ukur dicari dengan
menggunakan rumus : snø = (h1-h2)/L Tinggi h1 dan h2 diukur
dengan balok ukur.
Balok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi
empat, mempunyai dua sisi sejajar dengan ukuran yang tepat.
Dibuat dari baja perkakas, baja khrom, baja tahan karat, khrom
karbida atau karbida tungsten. Digunakan sebagai pembanding
pengukur teliti untuk mengukur perkakas, pengukur dan die dan
sebagai standar laboratorium induk untuk mengukur ukuran selama
produksi.
(Arifin, Syamsul. 1981. Alat – Alat Ukur dan Mesin –
Mesin Perkakas.Jakarta: Yudhistira.)
Gambar. 2.9. Batang Sinus
(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki)
c. Coordinat Measuring Machine (CMM)
Merupakan alat ukur geometrik modern dengan
memanfaatkan computer untuk mengontrol gerakan sensor relatif
terhadap benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran.
CMM merupakan Instalasi untuk mengukur macam-macam jenis
pengukuran dengan menggunakan arah X, Y dan Z. Secara garis
besar, konstruksi CMM dibagi menjadi 3 bagian:
– Unit mesin
– Instalasi pengolah data (PC/Softwear)
– Probe (touch probe, copy probe, un-direct probe, dsb)
Gambar. 2.10. Coordinate Measuring Machne (CMM)
(Sumber: Laboratorium Metrologi Industri)
1.5 Cara Menggunakan Macam-Macam Alat Ukur Sudut
a. Busur Bilah
Tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan busur
bilah adalah:
1. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja dari busur bilah
harus bersih. Adanya debu atau geram dapat menyebabkan
kesalahan pengukuran ataupun dapat merusakkan busur bilah.
Aturlah kedudukan dari bilah utama dengan memakai kunci
bilah.
2. Bidang dari busur bilah harus berimpit atau sejajar dengan
bidang dari sudut yang diukur (bidang normal). Apabila
kondisi ini tidak dipenuhi , maka harga sudut yang dibaca pada
busur bilah mungkin lebih kecil dari sudut benda ukur.
3. Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari bilah utama
harus betul-betul berimpit dengan permukaan benda ukur, tidak
boleh ada celah. Dikunci kemudian kita baca hasilnya.
(Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur Univ. Darma Persada
Jakarta,2005)
b. Batang Sinus (Sinus Bar)
Batang sinus berupa suatu batang baja dengan dua buah rol
yang dilekatkan pada kedua ujungnya pada sisi bawah. Batang dan
rol tersebut dikeraskan dan diasah halus pada permukaannya yang
penting. Kedua rol mempunyai kesamaan diameter dan
kesilindrisan dengan toleransi sekitar 0,003mm. (Wikipedia.com)
Batang sinus diletakkan pada meja rata, kemudian denda ukur
diletakkan dipermukaan atas dan menempel pada sisi penahan.
Ujung dari batang sinus yang tidak berpenahan diangkat dan diberi
suatu blok ukur dengan tinggi yang sudah diketahui tepat dibawah
ujung tersebut. Sebelum pengukuran dimulai maka tinggi dari blok
ukur harus benar-benar sudah diketahui, kemudian dengan
mengukur sudut menggunakan busur bilah. Setelah didapat harga
sinusnya maka dapat dicari panjang masing-masing.
komponen.
Gambar. 2.11. Proses pengukuran dengan batang sinus
Dengan menggunakan jam ukur, ini digunakan untuk
mengukur dari kesejajaran benda kerja terhadap meja kerja.
Apabila terdapat kesalahan maka tinggi dari blok harus
dipertimbangkan lagi karena tinggi yang sebenarnya sudah
berubah. Perubahannya dapat dicari :
y= d x L/I’ ;
dimana :
y = perubahan tinggi
d = harga yang ditunjukkan dari jam ukur
L = jarak antara center nol
I’ = jarak pergeseran jam ukur.
Dan tingginya harus ditambah dengan hasil perhitungan diatas (H±
Y).
Jika dalam pengukuran linier kita kenal standard panjang
yaitu blok ukur, maka dalam pengukuran sudut dibuat suatu alat
ukur standard sudut yang disebut blok sudut. Dimensi setiap blok
sudut kurang lebih mempunyai panjang dan lebar sebesar 76 x 16
mm. dibuat dari baja yang dikeraskan dan mempunyai kstabilan
dimensi yang baik.
Satu set blok sudut biasanya terdiridari 13 buah dengan berbgai
ukuran sudut. Beberapa blok sudut dapat disusun sehingga didapat
2 permukaan yang mempunyai sudut tertentu sesuai dengan yang
dikehendaki.
Dari ke-13 blok tersebut, hampir semua sudut yang dikehendaki
dapat dibuat, hal ini disebabkan karena kita dapat mencapainya
dengan pengurangan dan penjumlahan.
(Arifin, Syamsul. 1981. Alat – Alat Ukur dan Mesin –
Mesin Perkakas.Jakarta: Yudhistira.)
Gambar 2.12. Blok ukur
Pada setiap blok sudut selain dicantumkan harga nominal
sudutnya maka dituliskan pula 2 buah tanda (+) dan (–) pada kedua
sisinya atau tanda sudut (<) pada salah satu sisinya, guna
mempermudah penyusunan (penambahan atau pengurangan).
Benda ukur diletakkan diatas meja rata sisi atas, sudut antara
salah satu permukaan benda ukur terhadap meja rata atau bidang
dasar dapat ditentukan dengan cara menyusun blok sudut dan
kemudian diletakkan disamping benda ukur. Harga sudut benda
ukur terlebih dahulu diperkirakan dengan memakai busur bilah
(sampai kecermatam 5’). Tinggi permukaan benda ukur dengan
muka ukur yang teratas dari blok sudut diatur supaya berimpit
dengan cara menggeserkan susunan blok sudut atau dengan
bantuan blok ukur untuk mempertinggi salah satu permukaan yang
dibandingkan. Kemudian kesejajaran anatara permukaan benda
ukur dengan muka ukur dari blok sudut yang teratas diperiksa
dengan pisau lurus (straight edge). Apabila masih terlihat adanya
celah ,maka susunan blok sudut harus diubah dan pemeriksaan
kesejajaran diulangi lagi sampai tidak terjadi celah.
(Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur Univ. Darma Persada
Jakarta,2005)
c. Coordinate Measuring Machne (CMM)
Merupakan alat ukur geometrik modern dengan
memanfaatkan computer untuk mengontrol gerakan sensor relatif
terhadap benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran.
CMM merupakan Instalasi untuk mengukur macam-macam jenis
pengukuran dengan menggunakan arah X, Y dan Z. Secara garis
besar, konstruksi CMM dibagi menjadi 3 bagian:
Unit mesin
Instalasi pengolah data (PC/Softwear)
Probe (touch probe, copy probe, un-direct probe, dsb)
(http://en.wikipedia.org/wiki/CMM )
Cara mengukur sudut dengan Coordinate Measuring Machine
(CMM) adalah
1. Nyalakan Coordinate Measuring Machine (CMM)
2. Pilih F8 untuk menu pengukuran sudut
3. Kenakan sensor CMM ke 4 titik
4. Hasil akan keluar otomatis di layar CMM
1.6 Pengertian dan Fungsi Conecting Rod
A. Pengertian Conecting Rod
Connecting Rod adalah batang yang menghubungkan piston
dengan crankshaft dan membentuk mekanisme sederhana yang
mengubah gerakan linier ke gerakan berputar
B. Fungsi Conecting Rod
Batang piston berfungsi menghubungkan piston dengan poros
engkol, sehingga gerak bolak-balik piston dapat diubah menjadi gerak
putar oleh poros engkol.
2. TUJUAN PRAKTIKUM PENGUKURAN LINEAR
2.1. Tujuan Umum
a. Mengetahui cara atau teknik mengukur diameter dalam dan luar
b. Mengetahui jenis-jenis alat ukur.
2.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jenis-jenis alat ukur linier.
b. Mampu memilih atu menetapkan serta menggunakan beberapa alat ukur
pada suatu proses pengukuran.
c. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur linear.
3. PERALATAN DAN BENDA UKUR
3.1. Gambar Alat dan Benda Ukur
A. Benda Ukur
1. 1 buah connecting rod
Gambar 2.13. Connecting Rod 3D dan 2D
B. Alat Ukur
1. Vernier Caliper
Gambar 2.14. Vernier Caliper / Jangka Sorong
2. Coordinate Measuring Machine (CMM)
Gambar. 2.15. Coordinate Measuring Machne (CMM)
(Sumber: Laboratorium Metrologi Industri)
3.2 Prosedur Kalibrasi dan Perawatan Alat Ukur
A. Prosedur Kalibrasi
Vernier Caliper
Dengan menghimpitkan rahang gerak dan rahang tetap, kemudian
lihat skala utama dan nonius harus berimpit dititik nol.
CMM(Coordinate Measuring Machne)
Kalibrasi CMM dengan cara meletakkan refference ball yang
berdiameter 20,0001 mm yang telak diketahui ukurannya pada
CMM, kemudian sentuhkan sensor pada bagian atas, kanan, kiri,
depan, dan belakang dari refference ball hingga mendekati atau sama
dengan nilai diameter refference ball tersebut. Kemudian klik pada
“Go Back Icon”.
B. Perawatan Alat Ukur
1. Membersihkan alat ukur dan peralatan lainnya
2. Melapisi alat ukur, benda kerja dan peralatan lainnya yang
cenderung dapat berkarat dengan vaselin
3. Menyimpan peralatan praktikum pada tempatnya
4. Meminta asisten praktikum untuk memeriksa kelengkapan alat dan
membubuhkan tanda tangan pada kartu alat
5. Merapikan dan membersihkan ruangan/tempat praktikum sebelum
meninggalkan ruangan praktikum
3.3 Prosedur Pengukuran Connecting Rod
A. Persiapan Pengukuran
1. Mempersiapkan tempat pengukuran
2. Menuliskan data ruangan pada lembar kerja, tabel 1. Data tersebut
meliputi: temperature awal dan kelembaman ruangan.
3. Memeriksa keberadaan alat sesuai dengan daftar pada kartu alat.
Melengkapi kartu alat, bila alat ukuryang ada tidak sesuai dengan
yang terdaftar pada kartu alat segera menghubungi asisten praktikum
4. Bersihkan semua alat ukur dengan menggunakan kertas pembersih
yang dibasahi dengan bensin pencuci.
B. Pengukuran dengan Vernier Caliper ( jangka sorong )
1. Mempelajari cara penggunaan Vernier Caliper yang digunakan.
2. Menuliskan data Vernier Caliper yang digunakan pada lembar kerja,
tabel 2. Data meliputi merk, kecermatan, dan kapasitas ukur Vernier
Caliper
3. Mempelajari fungsi masin – masing bagian dari Vernier Caliper
(khususnya kemampuan masing – masing Vernier Caliper dalam
mengukur obyek ukur.
4. Mempelajari gambar benda kerja pada gambar 1. Melakukan proses
pengukuran berdasarkan bimbingan dari asisten.
5. Menulis hasil pengukuran pada lembar kerja.
4 PEMBAHASAN
4.2 Data Pengukuran Linear
Gambar 2.16. Benda kerja pengukuran connecting rod
Tabel 3. Data Pengukuran Connecting Rod
(mm)
OBYEK
UKUR
HASIL
PENGUKURANRata-Rata
A 123,56 ; 123,62 ;
123,64
123,61
B 102,35 ; 102, 30 ;
102,32
102,32
C 40,28 ; 40,32 ; 40,36 40,32
D 5,50 ; 5,74 ; 5,82 5,69
E 2,98 ; 3,04 ; 3,08 3,03
F 18,34 ; 18,42 ; 18,36 18,37
G 29,76 ; 29,82 ; 29,78 29,79
H 12,66 ; 12,83 ; 12,86 12,78
I 14,16 ; 14,34 ; 14,00 14,17
J 7,82 ; 7,94 ; 7,68 7,81
K 14,32 ; 14,08 ; 13,94 14,11
4.1 Analisis
1. a) Alat ukur yang mempunyai kecermatan adalah alat ukur yang mampu
mengukur benda ukur pada kecermatan tertentu sesuai dengan skala
terkecil pada suatu alat ukur.
b) Alat yang paling cermat yaitu Coordinate Measuring Machine (CMM)
karena memiliki nilai kecermatan yang tinggi dibandingkan alat ukur
linear yang lainnya.
c) Alat ukur yang paling tidak cermat yaitu Mistar ukur / penggaris
d) Alat ukur yang digunakan adalah Mistar ukur/penggaris, mistar
ingsut/vernier caliper, mikrometer sekrup, dan Coordinate Measuring
Machine (CMM).
2. Perbandingan hasil jumlah B+C+D+E+F dengan besarnya A terjadi selisih
panjang/dimensi pada tiap pengukuran menggunakan alat ukur linear yang
berbeda-beda.. Pengukuran pada A lebih mudah dan tidak serumit pada
B,C,D,E,dan F sehingga setiap obyek yang diukur memungkinkan
terjadinya kesalahan (error). Dan selisih tersebut merupakan error yang
terjadi dalam pengukuran.
3. Hasil pengukuran menggunakan mikrometer lebih cermat dibandingkan
mistar ingsut untuk posisi yang sama dikarenakan kecermatan mikrometer
lebih cermat yaitu 0,01mm, sedangkan kecermatan Mistar ingsut yaitu
0,02mm.
4. Karena diameter nominal poros dan lubang 30 mm, maka suaian ini
termasuk suaian pas. Toleransi suian tersebut adalah 1 mm. Dan juga
toleransi dari poros dan lubangn yang besarnya sama dapat menyebabkan
suaian pas. Karena jika besar diameter kelebihan sesuai nilai toleransinya,
maka hal ini dapat ditutupi oleh besar toleransi dari lubangnya. Perkiraan
untuk jenis suaian lubang dan poros yaitu menggunakan suaian pas/transisi
karena agar didapat ukuran yang tepat sehingga lubang dan poros tersebut
tidak terjadi slip. Toleransi Suaian yang digunakan : 30
5. Untuk pengukuran dengan menggunakan CMM terjadi penyimpangan
pengukuran antara dimensi A dengan dimensi B,C,D,E dan F. Hali ini
dikarenakan penyentuhan jarum sensor pada benda ukur tidak tepat.
Kemungkinan kesalahan terbesar terjadi saat pengukuran lingkaran. Selain
itu, penyimpangan hasil dapat disebabkan oleh fungsi formulasi yang
digunakan.
Keuntungan dan Kerugian Alat Ukur dalam Pengukuran Linear:
Keuntungan dan Kerugian Alat Ukur
Jenis Alat Ukur Kecermatan Keuntungan Kerugian
Mistar Ukur /
Penggaris
1 mm 1. Mudah digunakan
2. Harganya murah
1. Kecermatannya
rendah
2. Pengukuran
kurang teliti
Vernier
Caliper / Mistar
ingsut
0,02 mm 1. Mudah
Penggunaanya
2. Mampu mengukur
obyek dengan
1.Kurang cermat
bentuk rumit
Mikrometer
Sekrup / Jangka
Sorong
0,01 mm 1. Lebih teliti dari
Vernier Caliper
2. Mudah Digunakan
1. Tidak dapat
digunakan pada
benda yang
terlalu rumit
CMM 0,0005 mm 1. Paling teliti
2. Mudah
digunakan dan
dibaca
3. Mampu
melakukan
berbagai macam
pengukuran
1. Harga yang
mahal
2. Sulit dibawa
kemana-mana
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Perbandingan dari hasil-hasil pengukuran yang didapat adalah
masing-masing alat ukur mempunyai kekurangan dan kelebihannya
masing-masing, sehingga hasil ukurnya bervariasi walaupun perbedaan itu
tidak terlalu mencolok. Pada penggunaan alat otomatis (CMM) cenderung
lebih cermat dibanding dengan penggunaan peralatan manual (mistar
ingsut, mikrometer, dan mistar ukur/penggaris).
Keakuratan pada penggunaan mesin CMM lebih cermat dibanding
dengan penggunaan mistar ingsut.. Alat ukur dari yang kecermatannya
rendah ke kecermatannya tinggi yaitu vernier caliper, dan CMM.
Penggunaan mesin CMM dengan kalibrasi yang tepat ataupun mendekati
juga turut andil dalam menentukan keakuratan dalam pengukuran.
Pada penggunaan alat-alat ukur, kecermatan hasil ukuran
tergantung dari keadaan alat ukur yang digunakan . Tetapi jika
dibandingkan, penggunaan msin CMM dapat dikatakan sebagai alat yang
paling cermat karena dengan mesin yang sudah mutakhir akan diperoleh
hasil yang lebih tepat dengan catatan kalibrasi alat yang tepat dan benda
yang diukur tak mngalami pergeseran
Mistar ingsut dan CMM dapat digunakan untuk mengukur seluruh profil
yang ada pada benda kerja. Sedangkan Mikrometer memiliki keterbatasan
dalam mengukur profil D,F,dan H.
5.2 Saran
sebaiknya dalam melakukan percobaan kita lebih cermat dalam menggeser
jarum pada dial indikator serta pembacaan dari skala pada protaktor.
Jarum penunjuk pada dial indicator kami rasa itu sudah tidak valid lagi,
karena menurut pengalaman kami selama melakukaan pengukuran sudut,
ketika kita menyeting nol tiba-tiba saja jarum penunjuknya itu berubah
sendiri, padahal kita tidak melakukan sendiri.
6. DAFTAR PUSTAKA
Rochim, Taufiq. Spesifikasi, Metrologi, dan Kontrol Kualitas Geometrik
1, ITB, Bandung.
http://wikimediafoundation.org/
http://saintek.uin-suka.ac.id/file_kuliah/Metrologi%20Industri-1.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/CMM
Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur Univ. Darma Persada
Jakarta,2005