bab ii

32
BAB II PENGUKURAN CONNECTING ROD 1. DASAR TEORI 1.1. Pengertian Pengukuran Linear Perkembangan komponen industri dalam bidang permesinan pada era industrialisasi saat ini berkembang dengan cepat yang ditandai dengan munculnya komponen-komponen baru. Oleh karena itu dibutuhkan alat yang mampu untuk mengukur suatu komponen dengan sangat teliti, mudah untuk menggunakannya, dan menghasilkan hasil pengukuran yang akurat. Sebelum membahas lebih jauh tentang pengukuran baiklah terlebih dahulu dijelaskan istilah- istilah yang sering digunakan dalam metrologi (ilmu pengukuran). - Kemampubacaan (readability) adalah menunjukan berapa teliti skala suatu instrumen dapat dibaca. - Cacah terkecil (least count) adalah beda terkecil antara dua penunjukan yang dapat dideteksi (dibaca) pada skala instrumen. - Ketelitian (accuracy) instrumen menunjukan deviasi atau penyimpangan terhadap masukan yang diketahui.

Upload: yunis-pratama-aji-putra

Post on 19-Jun-2015

2.872 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB II PENGUKURAN CONNECTING ROD 1. DASAR TEORI 1.1. Pengertian Pengukuran Linear Perkembangan komponen industri dalam bidang permesinan pada era industrialisasi saat ini berkembang dengan cepat yang ditandai dengan munculnya komponen-komponen baru. Oleh karena itu dibutuhkan alat yang mampu untuk mengukur suatu komponen dengan sangat teliti, mudah untuk menggunakannya, dan menghasilkan hasil pengukuran yang akurat. Sebelum membahas lebih jauh tentang pengukuran baiklah terlebih dahulu dijelaska

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

PENGUKURAN CONNECTING ROD

1. DASAR TEORI

1.1. Pengertian Pengukuran Linear

Perkembangan komponen industri dalam bidang permesinan pada

era industrialisasi saat ini berkembang dengan cepat yang ditandai

dengan munculnya komponen-komponen baru. Oleh karena itu

dibutuhkan alat yang mampu untuk mengukur suatu komponen dengan

sangat teliti, mudah untuk menggunakannya, dan menghasilkan hasil

pengukuran yang akurat.

Sebelum membahas lebih jauh tentang pengukuran baiklah terlebih

dahulu dijelaskan istilah-istilah yang sering digunakan dalam metrologi

(ilmu pengukuran).

- Kemampubacaan (readability) adalah menunjukan berapa teliti

skala suatu instrumen dapat dibaca.

- Cacah terkecil (least count) adalah beda terkecil antara dua

penunjukan yang dapat dideteksi (dibaca) pada skala instrumen.

- Ketelitian (accuracy) instrumen menunjukan deviasi atau

penyimpangan terhadap masukan yang diketahui.

- Ketepatan atau presisi suatu instrumen adalah menunjukan

kemampuan instrumen itu menghasilkan kembali bacaan tertentu dengan

ketelitian yang diketahui.

- Histerisis (histerysis) adalah Perbedaan yang timbul sewaktu

dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah yg

berlawanan

Hal yang berkaitan dengan permasalahan pengukuran aspek

geometri bagi suatu benda ukur yang meliputi :

- Satuan pengukuran dan besaran standar panjang; termasuk

pendefinisian dan pengkalibrasian standar panjang praktis.

Page 2: BAB II

- Jenis dan cara pengukuran; termasuk pembahsan mengenai

klasifikasi umum alat ukur.

- Kontruksi umum alat ukur; mengenai komponen – komponen

utama yang membentuk alat ukur atau ulasan mengenai prinsip kerja alat

ukur secara umum.

- Beberapa definisi istilah yang penting mengenai sifat – sifat alat

ukur.

- Penyimpangan yang dapat terjadi sewaktu proses pengukuran

berlangsung.

- Analisis dari pengukuran dengan metoda statistik; untuk

menganalisis data hasil pengukuran sehingga mempunyai arti yang jelas,

atau bagaimana data pengukuran diolah sehingga memperoleh informasi

sebagai kesimpulan yang dianggap paling baik.

(Taufiq Rochim hal.77 , Spesifikasi, Metrologi Industri dan Kontrol

Kualitas,2001)

Proses Pengukuran diklasifikasikan sebagai berikut :

▪ Pengukuran langsung, yaitu pengukuran dgn menggunakan alat

ukur yang hasilnya dapat dilihat langsung atau dibaca langsung

pada skala yang tercantum pada alat ukur. Skala tersebut sudah

terkalibrasi

▪ Pengukuran tak langsung, yaitu pengukuran yang dilakukan dgn

memakai alat ukur dari jenis pembanding, standar dan pembantu,

sehingga hasil pengukurannya tidak bisa langsung dibaca pada

skala yg terdapat pd alat ukur..

▪ Pengukuran dengan kaliber batas, yaitu pengukuran yang tidak

bertujuan untuk mengetahui atau menentukan ukuran suatu

dimensi dengan pasti, melainkan hanya untuk menunjukkan

apakah dimensi yang diukur tsb berada di dalam atau di luar zona

penerimaan (toleransi).

Page 3: BAB II

▪ Perbandingan dengan bentuk standar, yaitu jenis pengukuran

yang sifatnya hanya membandingkan bentuk benda yang dibuat

denga bentuk standar yang telah ada.

▪ Pengukuran geometri khusus, yaitu pengukuran yg dilakukan

hanya satu jenis geometris tertentu, misalnya kebulatan silinder,

pitch ulir, pitch roda gigi dan sebagainya..

Pengukuran Linear adalah proses pengukuran untuk mengetahui dimensi

dari suatu benda kerja yang belum diketahui ukurannya. Pengukuran

Linear terbagi menjadi 2 dalam cara pembacaan skala dari alat yang

digunakan, yaitu:

A. Pengukuran Linear Pembacaan Langsung

Alat ukur langsung adalah alat ukur yang mempunyai skala ukur

yang telah dikalibrasi dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada

skala tersebut.

Contoh alat ukur langsung :

Mistar Ukur

Mistar Ingsut

Mikrometer : - Mikrometer inside.

- Mikrometer outside.

Jadi, Pengukuran linear pembacaan langsung adalah proses

pengukuran dimana hasil pengukuran dapat dilihat langsung dari skala

alat ukur yang dipakai.

B. Pengukuran Linear Pembacaan Tidak Langsung

Pengukuran Linear pembacaan tidak langsung yaitu pengukuran

dengan instrumen pembanding, maksudnya dengan membandingkan

dimensi yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian membacanya

Page 4: BAB II

dengan bantuan alat ukur langsung. Pada pengukuran ini, kita melakukan

dua kali proses pengerjaan. Macam-macam alat ukur yang tergolong alat

ukur tidak langsung yaitu

Outside Caliper

Inside caliper

Spring Divider

CMM (Coordinate Measuring Machine)

(Taufiq Rochim hal. 57, Spesifikasi, Metrologi Industri dan Kontrol

Kualitas,2001)

1.2. Jenis-jenis Alat Ukur Linear

Alat ukur yang sering digunakan untuk melakukan pengukuran

linear yaitu:

a. Mistar Ukur / Penggaris

Gambar.2.1. Mistar Ukur / Penggaris

b. Vernier Caliper / Jangka Sorong / Mistar Ingsut

Gambar.2.2. Vernier Caliper / Jangka Sorong

Page 5: BAB II

c. Mikrometer Sekrup.

Gambar.2.3. Mikrometer Sekrup

d. Coordinate Measuring Machine (CMM)

Gambar.2.4. Mesin CMM

1.3. Cara Menggunakan Macam-Macam Alat Ukur Linear

a. Mistar Ukur / Penggaris

Kita langsung dapat mengetahui besarnya dimensi dari benda yang

ukur dengan menempelkan penggaris ke benda yang akan diukur.

Kecermatan dari mistar ukur/penggaris 1 mm.

Page 6: BAB II

b. Vernier Caliper / Jangka Sorong / Mistar Ingsut

Digunakan untuk mengukur dimensi bagian dalam dan luar suatu

benda. Vernier terdiri dari bilah utama dan bilah pembantu. Bilah

Utama dibagi dalam milimeter. Bilah pembantu dibagi 100. 100 garis

pada bilah pembantu sama dengan 49 milimeter pada bilah utama. Jadi

panjang satu garis pada bilah pembantu adalah = 100/49 mm. Bila

suatu garis bilah pembantu berhimpit dengan suatu tanda pada skala

utama, maka harga ukurnya adalah jumlah skala dihitung dari angka 0

x 0,02 mm.

Cara penggunaan Vernier Caliper yaitu:

a. Membuka pengunci ke kanan

b. Menggeser rahang gerak sesuai dengan ukuran benda

c. Mencekamkan rahang gerak pada benda ukur kemudian mengunci

Vernier Caliper dengan memutar pengunci ke kiri.

d. Membaca skala yang ditunjukkan oleh skala utama yang berhimpit

dengan angka nol, kemudian membaca skala noniusnya.

Gambar.2.5. Gambar dan bagian-bagian dari vernier caliper

(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma Persada

Jakarta)

Page 7: BAB II

Skala Utama

Skala Nonius

Gambar.2.6. Cara pembacaan

Skala Utama dan skala Nonius pada Vernier Caliper

(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma Persada

Jakarta)

c. Mikrometer Sekrup

a) Perhatikan bilangan bulat pada skala utama barrel.

b) Kemudian perhatikan apakah terbaca skala setengah milimetr pada

bagian atas skala utama (ada kalanya dibawah).

c) Selanjutnya bacalah skala perseratusan pada lingkaran

Nilai ukuran dari gambar dibaca sbb :

Gambar.2.7. Cara pembacaan skala pada Mikrometer sekrup

(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma Persada

Jakarta)

Page 8: BAB II

1.4. Jenis-Jenis Alat Ukur Sudut

Alat ukur yang sering digunakan untuk melakukan pengukuran sudut

yaitu:

a. Busur Bilah skala nonius (Bevel Protactor)

Busur Bilah (Bevel Protactor) merupakan alat yang

digunakan dalam pengukuran sudut yang memiliki tingkat

ketelitian yang tinggi.

Gambar 2.8. Busur Bilah skala nonius

Busur bilah merupakan alat untuk mengukur sudut yang

sering digunakan. Alat ini mempunyai kecermatan sebesar 1o. alat ini

terbuat dari baja. Terdapat bagian busur dan cantilever.

b. Batang Sinus (since bar)

Digunakan untuk mengukur sudut dengan teliti atau untuk

mengukur kedudukan benda kerja. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan azas trigonometri. Hasil ukur dicari dengan

menggunakan rumus : snø = (h1-h2)/L Tinggi h1 dan h2 diukur

dengan balok ukur.

Balok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi

empat, mempunyai dua sisi sejajar dengan ukuran yang tepat.

Page 9: BAB II

Dibuat dari baja perkakas, baja khrom, baja tahan karat, khrom

karbida atau karbida tungsten. Digunakan sebagai pembanding

pengukur teliti untuk mengukur perkakas, pengukur dan die dan

sebagai standar laboratorium induk untuk mengukur ukuran selama

produksi.

(Arifin, Syamsul. 1981. Alat – Alat Ukur dan Mesin –

Mesin Perkakas.Jakarta: Yudhistira.)

Gambar. 2.9. Batang Sinus

(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki)

c. Coordinat Measuring Machine (CMM)

Merupakan alat ukur geometrik modern dengan

memanfaatkan computer untuk mengontrol gerakan sensor relatif

terhadap benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran.

CMM merupakan Instalasi untuk mengukur macam-macam jenis

pengukuran dengan menggunakan arah X, Y dan Z. Secara garis

besar, konstruksi CMM dibagi menjadi 3 bagian:

– Unit mesin

– Instalasi pengolah data (PC/Softwear)

– Probe (touch probe, copy probe, un-direct probe, dsb)

Page 10: BAB II

Gambar. 2.10. Coordinate Measuring Machne (CMM)

(Sumber: Laboratorium Metrologi Industri)

1.5 Cara Menggunakan Macam-Macam Alat Ukur Sudut

a. Busur Bilah

Tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan busur

bilah adalah:

1. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja dari busur bilah

harus bersih. Adanya debu atau geram dapat menyebabkan

kesalahan pengukuran ataupun dapat merusakkan busur bilah.

Aturlah kedudukan dari bilah utama dengan memakai kunci

bilah.

2. Bidang dari busur bilah harus berimpit atau sejajar dengan

bidang dari sudut yang diukur (bidang normal). Apabila

kondisi ini tidak dipenuhi , maka harga sudut yang dibaca pada

busur bilah mungkin lebih kecil dari sudut benda ukur.

3. Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari bilah utama

harus betul-betul berimpit dengan permukaan benda ukur, tidak

boleh ada celah. Dikunci kemudian kita baca hasilnya.

(Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur Univ. Darma Persada

Jakarta,2005)

Page 11: BAB II

b. Batang Sinus (Sinus Bar)

Batang sinus berupa suatu batang baja dengan dua buah rol

yang dilekatkan pada kedua ujungnya pada sisi bawah. Batang dan

rol tersebut dikeraskan dan diasah halus pada permukaannya yang

penting. Kedua rol mempunyai kesamaan diameter dan

kesilindrisan dengan toleransi sekitar 0,003mm. (Wikipedia.com)

Batang sinus diletakkan pada meja rata, kemudian denda ukur

diletakkan dipermukaan atas dan menempel pada sisi penahan.

Ujung dari batang sinus yang tidak berpenahan diangkat dan diberi

suatu blok ukur dengan tinggi yang sudah diketahui tepat dibawah

ujung tersebut. Sebelum pengukuran dimulai maka tinggi dari blok

ukur harus benar-benar sudah diketahui, kemudian dengan

mengukur sudut menggunakan busur bilah. Setelah didapat harga

sinusnya maka dapat dicari panjang masing-masing.

komponen.

Gambar. 2.11. Proses pengukuran dengan batang sinus

Dengan menggunakan jam ukur, ini digunakan untuk

mengukur dari kesejajaran benda kerja terhadap meja kerja.

Apabila terdapat kesalahan maka tinggi dari blok harus

dipertimbangkan lagi karena tinggi yang sebenarnya sudah

berubah. Perubahannya dapat dicari :

y= d x L/I’ ;

Page 12: BAB II

dimana :

y = perubahan tinggi

d = harga yang ditunjukkan dari jam ukur

L = jarak antara center nol

I’ = jarak pergeseran jam ukur.

Dan tingginya harus ditambah dengan hasil perhitungan diatas (H±

Y).

Jika dalam pengukuran linier kita kenal standard panjang

yaitu blok ukur, maka dalam pengukuran sudut dibuat suatu alat

ukur standard sudut yang disebut blok sudut. Dimensi setiap blok

sudut kurang lebih mempunyai panjang dan lebar sebesar 76 x 16

mm. dibuat dari baja yang dikeraskan dan mempunyai kstabilan

dimensi yang baik.

Satu set blok sudut biasanya terdiridari 13 buah dengan berbgai

ukuran sudut. Beberapa blok sudut dapat disusun sehingga didapat

2 permukaan yang mempunyai sudut tertentu sesuai dengan yang

dikehendaki.

Dari ke-13 blok tersebut, hampir semua sudut yang dikehendaki

dapat dibuat, hal ini disebabkan karena kita dapat mencapainya

dengan pengurangan dan penjumlahan.

(Arifin, Syamsul. 1981. Alat – Alat Ukur dan Mesin –

Mesin Perkakas.Jakarta: Yudhistira.)

Gambar 2.12. Blok ukur

Page 13: BAB II

Pada setiap blok sudut selain dicantumkan harga nominal

sudutnya maka dituliskan pula 2 buah tanda (+) dan (–) pada kedua

sisinya atau tanda sudut (<) pada salah satu sisinya, guna

mempermudah penyusunan (penambahan atau pengurangan).

Benda ukur diletakkan diatas meja rata sisi atas, sudut antara

salah satu permukaan benda ukur terhadap meja rata atau bidang

dasar dapat ditentukan dengan cara menyusun blok sudut dan

kemudian diletakkan disamping benda ukur. Harga sudut benda

ukur terlebih dahulu diperkirakan dengan memakai busur bilah

(sampai kecermatam 5’). Tinggi permukaan benda ukur dengan

muka ukur yang teratas dari blok sudut diatur supaya berimpit

dengan cara menggeserkan susunan blok sudut atau dengan

bantuan blok ukur untuk mempertinggi salah satu permukaan yang

dibandingkan. Kemudian kesejajaran anatara permukaan benda

ukur dengan muka ukur dari blok sudut yang teratas diperiksa

dengan pisau lurus (straight edge). Apabila masih terlihat adanya

celah ,maka susunan blok sudut harus diubah dan pemeriksaan

kesejajaran diulangi lagi sampai tidak terjadi celah.

(Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur Univ. Darma Persada

Jakarta,2005)

c. Coordinate Measuring Machne (CMM)

Merupakan alat ukur geometrik modern dengan

memanfaatkan computer untuk mengontrol gerakan sensor relatif

terhadap benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran.

CMM merupakan Instalasi untuk mengukur macam-macam jenis

pengukuran dengan menggunakan arah X, Y dan Z. Secara garis

besar, konstruksi CMM dibagi menjadi 3 bagian:

Unit mesin

Instalasi pengolah data (PC/Softwear)

Probe (touch probe, copy probe, un-direct probe, dsb)

Page 14: BAB II

(http://en.wikipedia.org/wiki/CMM )

Cara mengukur sudut dengan Coordinate Measuring Machine

(CMM) adalah

1. Nyalakan Coordinate Measuring Machine (CMM)

2. Pilih F8 untuk menu pengukuran sudut

3. Kenakan sensor CMM ke 4 titik

4. Hasil akan keluar otomatis di layar CMM

1.6 Pengertian dan Fungsi Conecting Rod

A. Pengertian Conecting Rod

Connecting Rod adalah batang yang menghubungkan piston

dengan crankshaft dan membentuk mekanisme sederhana yang

mengubah gerakan linier ke gerakan berputar

B. Fungsi Conecting Rod

Batang piston berfungsi menghubungkan piston dengan poros

engkol, sehingga gerak bolak-balik piston dapat diubah menjadi gerak

putar oleh poros engkol.

2. TUJUAN PRAKTIKUM PENGUKURAN LINEAR

2.1. Tujuan Umum

a. Mengetahui cara atau teknik mengukur diameter dalam dan luar

b. Mengetahui jenis-jenis alat ukur.

2.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui jenis-jenis alat ukur linier.

b. Mampu memilih atu menetapkan serta menggunakan beberapa alat ukur

pada suatu proses pengukuran.

c. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur linear.

Page 15: BAB II

3. PERALATAN DAN BENDA UKUR

3.1. Gambar Alat dan Benda Ukur

A. Benda Ukur

1. 1 buah connecting rod

Gambar 2.13. Connecting Rod 3D dan 2D

Page 16: BAB II

B. Alat Ukur

1. Vernier Caliper

Gambar 2.14. Vernier Caliper / Jangka Sorong

2. Coordinate Measuring Machine (CMM)

Gambar. 2.15. Coordinate Measuring Machne (CMM)

(Sumber: Laboratorium Metrologi Industri)

3.2 Prosedur Kalibrasi dan Perawatan Alat Ukur

A. Prosedur Kalibrasi

Vernier Caliper

Dengan menghimpitkan rahang gerak dan rahang tetap, kemudian

lihat skala utama dan nonius harus berimpit dititik nol.

CMM(Coordinate Measuring Machne)

Kalibrasi CMM dengan cara meletakkan refference ball yang

berdiameter 20,0001 mm yang telak diketahui ukurannya pada

CMM, kemudian sentuhkan sensor pada bagian atas, kanan, kiri,

depan, dan belakang dari refference ball hingga mendekati atau sama

dengan nilai diameter refference ball tersebut. Kemudian klik pada

“Go Back Icon”.

Page 17: BAB II

B. Perawatan Alat Ukur

1. Membersihkan alat ukur dan peralatan lainnya

2. Melapisi alat ukur, benda kerja dan peralatan lainnya yang

cenderung dapat berkarat dengan vaselin

3. Menyimpan peralatan praktikum pada tempatnya

4. Meminta asisten praktikum untuk memeriksa kelengkapan alat dan

membubuhkan tanda tangan pada kartu alat

5. Merapikan dan membersihkan ruangan/tempat praktikum sebelum

meninggalkan ruangan praktikum

3.3 Prosedur Pengukuran Connecting Rod

A. Persiapan Pengukuran

1. Mempersiapkan tempat pengukuran

2. Menuliskan data ruangan pada lembar kerja, tabel 1. Data tersebut

meliputi: temperature awal dan kelembaman ruangan.

3. Memeriksa keberadaan alat sesuai dengan daftar pada kartu alat.

Melengkapi kartu alat, bila alat ukuryang ada tidak sesuai dengan

yang terdaftar pada kartu alat segera menghubungi asisten praktikum

4. Bersihkan semua alat ukur dengan menggunakan kertas pembersih

yang dibasahi dengan bensin pencuci.

B. Pengukuran dengan Vernier Caliper ( jangka sorong )

1. Mempelajari cara penggunaan Vernier Caliper yang digunakan.

2. Menuliskan data Vernier Caliper yang digunakan pada lembar kerja,

tabel 2. Data meliputi merk, kecermatan, dan kapasitas ukur Vernier

Caliper

3. Mempelajari fungsi masin – masing bagian dari Vernier Caliper

(khususnya kemampuan masing – masing Vernier Caliper dalam

mengukur obyek ukur.

Page 18: BAB II

4. Mempelajari gambar benda kerja pada gambar 1. Melakukan proses

pengukuran berdasarkan bimbingan dari asisten.

5. Menulis hasil pengukuran pada lembar kerja.

4 PEMBAHASAN

4.2 Data Pengukuran Linear

Gambar 2.16. Benda kerja pengukuran connecting rod

Tabel 3. Data Pengukuran Connecting Rod

(mm)

OBYEK

UKUR

HASIL

PENGUKURANRata-Rata

A 123,56 ; 123,62 ;

123,64

123,61

B 102,35 ; 102, 30 ;

102,32

102,32

C 40,28 ; 40,32 ; 40,36 40,32

D 5,50 ; 5,74 ; 5,82 5,69

E 2,98 ; 3,04 ; 3,08 3,03

F 18,34 ; 18,42 ; 18,36 18,37

G 29,76 ; 29,82 ; 29,78 29,79

Page 19: BAB II

H 12,66 ; 12,83 ; 12,86 12,78

I 14,16 ; 14,34 ; 14,00 14,17

J 7,82 ; 7,94 ; 7,68 7,81

K 14,32 ; 14,08 ; 13,94 14,11

4.1 Analisis

1. a) Alat ukur yang mempunyai kecermatan adalah alat ukur yang mampu

mengukur benda ukur pada kecermatan tertentu sesuai dengan skala

terkecil pada suatu alat ukur.

b) Alat yang paling cermat yaitu Coordinate Measuring Machine (CMM)

karena memiliki nilai kecermatan yang tinggi dibandingkan alat ukur

linear yang lainnya.

c) Alat ukur yang paling tidak cermat yaitu Mistar ukur / penggaris

d) Alat ukur yang digunakan adalah Mistar ukur/penggaris, mistar

ingsut/vernier caliper, mikrometer sekrup, dan Coordinate Measuring

Machine (CMM).

2. Perbandingan hasil jumlah B+C+D+E+F dengan besarnya A terjadi selisih

panjang/dimensi pada tiap pengukuran menggunakan alat ukur linear yang

berbeda-beda.. Pengukuran pada A lebih mudah dan tidak serumit pada

B,C,D,E,dan F sehingga setiap obyek yang diukur memungkinkan

terjadinya kesalahan (error). Dan selisih tersebut merupakan error yang

terjadi dalam pengukuran.

3. Hasil pengukuran menggunakan mikrometer lebih cermat dibandingkan

mistar ingsut untuk posisi yang sama dikarenakan kecermatan mikrometer

lebih cermat yaitu 0,01mm, sedangkan kecermatan Mistar ingsut yaitu

0,02mm.

4. Karena diameter nominal poros dan lubang 30 mm, maka suaian ini

termasuk suaian pas. Toleransi suian tersebut adalah 1 mm. Dan juga

toleransi dari poros dan lubangn yang besarnya sama dapat menyebabkan

suaian pas. Karena jika besar diameter kelebihan sesuai nilai toleransinya,

Page 20: BAB II

maka hal ini dapat ditutupi oleh besar toleransi dari lubangnya. Perkiraan

untuk jenis suaian lubang dan poros yaitu menggunakan suaian pas/transisi

karena agar didapat ukuran yang tepat sehingga lubang dan poros tersebut

tidak terjadi slip. Toleransi Suaian yang digunakan : 30

5. Untuk pengukuran dengan menggunakan CMM terjadi penyimpangan

pengukuran antara dimensi A dengan dimensi B,C,D,E dan F. Hali ini

dikarenakan penyentuhan jarum sensor pada benda ukur tidak tepat.

Kemungkinan kesalahan terbesar terjadi saat pengukuran lingkaran. Selain

itu, penyimpangan hasil dapat disebabkan oleh fungsi formulasi yang

digunakan.

Keuntungan dan Kerugian Alat Ukur dalam Pengukuran Linear:

Keuntungan dan Kerugian Alat Ukur

Jenis Alat Ukur Kecermatan Keuntungan Kerugian

Mistar Ukur /

Penggaris

1 mm 1. Mudah digunakan

2. Harganya murah

1. Kecermatannya

rendah

2. Pengukuran

kurang teliti

Vernier

Caliper / Mistar

ingsut

0,02 mm 1. Mudah

Penggunaanya

2. Mampu mengukur

obyek dengan

1.Kurang cermat

Page 21: BAB II

bentuk rumit

Mikrometer

Sekrup / Jangka

Sorong

0,01 mm 1. Lebih teliti dari

Vernier Caliper

2. Mudah Digunakan

1. Tidak dapat

digunakan pada

benda yang

terlalu rumit

CMM 0,0005 mm 1. Paling teliti

2. Mudah

digunakan dan

dibaca

3. Mampu

melakukan

berbagai macam

pengukuran

1. Harga yang

mahal

2. Sulit dibawa

kemana-mana

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Perbandingan dari hasil-hasil pengukuran yang didapat adalah

masing-masing alat ukur mempunyai kekurangan dan kelebihannya

masing-masing, sehingga hasil ukurnya bervariasi walaupun perbedaan itu

tidak terlalu mencolok. Pada penggunaan alat otomatis (CMM) cenderung

lebih cermat dibanding dengan penggunaan peralatan manual (mistar

ingsut, mikrometer, dan mistar ukur/penggaris).

Keakuratan pada penggunaan mesin CMM lebih cermat dibanding

dengan penggunaan mistar ingsut.. Alat ukur dari yang kecermatannya

rendah ke kecermatannya tinggi yaitu vernier caliper, dan CMM.

Page 22: BAB II

Penggunaan mesin CMM dengan kalibrasi yang tepat ataupun mendekati

juga turut andil dalam menentukan keakuratan dalam pengukuran.

Pada penggunaan alat-alat ukur, kecermatan hasil ukuran

tergantung dari keadaan alat ukur yang digunakan . Tetapi jika

dibandingkan, penggunaan msin CMM dapat dikatakan sebagai alat yang

paling cermat karena dengan mesin yang sudah mutakhir akan diperoleh

hasil yang lebih tepat dengan catatan kalibrasi alat yang tepat dan benda

yang diukur tak mngalami pergeseran

Mistar ingsut dan CMM dapat digunakan untuk mengukur seluruh profil

yang ada pada benda kerja. Sedangkan Mikrometer memiliki keterbatasan

dalam mengukur profil D,F,dan H.

5.2 Saran

sebaiknya dalam melakukan percobaan kita lebih cermat dalam menggeser

jarum pada dial indikator serta pembacaan dari skala pada protaktor.

Jarum penunjuk pada dial indicator kami rasa itu sudah tidak valid lagi,

karena menurut pengalaman kami selama melakukaan pengukuran sudut,

ketika kita menyeting nol tiba-tiba saja jarum penunjuknya itu berubah

sendiri, padahal kita tidak melakukan sendiri.

6. DAFTAR PUSTAKA

Rochim, Taufiq. Spesifikasi, Metrologi, dan Kontrol Kualitas Geometrik

1, ITB, Bandung.

http://wikimediafoundation.org/

http://saintek.uin-suka.ac.id/file_kuliah/Metrologi%20Industri-1.pdf

http://en.wikipedia.org/wiki/CMM

Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur Univ. Darma Persada

Jakarta,2005

Page 23: BAB II