bab ii pembahasanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/t1... · 2018-10-30 · eksaminasi...

45
BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Arti dan Penjelasan Inkonsistensi Inkonsistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti, tidak taat asas; suka berubah-ubah (tentang sikap atau pendirian seseorang, pemakaian atau pengejaan kata, dan sebagainya); selain itu Inkonsistensi juga memiliki arti yaitu mempunyai bagian-bagian yang tidak bersesuaian; bertentangan; kontradiktif. Sehingga jelas bahwa sikap dan juga pemakaian kata dalam berargumen yang tidak sesuai merupakan bentuk Inkonsistensi. Sama hal nya dengan bagian-bagian yang berkaitan namun tidak bersesuaian atau bertentangan dapat di sebut sebagai Inkonsistensi. 2. Rasionalitas Pertimbangan Hakim Dalam sebuah putusan dalam hal ini putusan yang berkaitan dengan putusan mahkamah konstitusi, dimana di dalam nya terdapat pertimbangan hakim yang digunakan sebagai dasar dalam membuat putusan. Dalam pertimbangan hakim berisi mengenai argumen yang di buat oleh hakim sendiri dalam menanggapi para pihak serta menjadikan nya sebagai alasan dasar dalam membuat putusan. Argumentasi yang dibuat hakim merupakan sebuah argumentasi hukum. Argumentasi pada dasarnya adalah penampilan proses kegiatan berpikir. Argumentasi dan 11

Upload: dangtram

Post on 23-May-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Arti dan Penjelasan Inkonsistensi

Inkonsistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti,

tidak taat asas; suka berubah-ubah (tentang sikap atau pendirian

seseorang, pemakaian atau pengejaan kata, dan sebagainya); selain itu

Inkonsistensi juga memiliki arti yaitu mempunyai bagian-bagian yang

tidak bersesuaian; bertentangan; kontradiktif. Sehingga jelas bahwa

sikap dan juga pemakaian kata dalam berargumen yang tidak sesuai

merupakan bentuk Inkonsistensi. Sama hal nya dengan bagian-bagian

yang berkaitan namun tidak bersesuaian atau bertentangan dapat di sebut

sebagai Inkonsistensi.

2. Rasionalitas Pertimbangan Hakim

Dalam sebuah putusan dalam hal ini putusan yang berkaitan

dengan putusan mahkamah konstitusi, dimana di dalam nya terdapat

pertimbangan hakim yang digunakan sebagai dasar dalam membuat

putusan. Dalam pertimbangan hakim berisi mengenai argumen yang di

buat oleh hakim sendiri dalam menanggapi para pihak serta menjadikan

nya sebagai alasan dasar dalam membuat putusan. Argumentasi yang

dibuat hakim merupakan sebuah argumentasi hukum. Argumentasi pada

dasarnya adalah penampilan proses kegiatan berpikir. Argumentasi dan

11

Page 2: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

penalaran adalah dua istilah yang sering dipertautkan; penalaran adalah

kegiatan berfikir.1 Berfikir secara yuridis adalah berfikir secara normatif.

Teori argumentasi mengkaji bagaimana menganalisis dan merumuskan

suatu argumentasi secara tepat, teori argumentasi mengembangkan

kriteria yang dijadikan dasar untuk suatu argumentasi yang jelas dan

rasional. 2 Argumentasi hukum itu sendiri dihasilkan oleh proses

penalaran (redeneer process). Penalaran selalu bersangkut paut dengan

logika dan bahasa.3

Penalaran hukum bagi hakim merupakan kegiatan berfikir untuk

menghasilkan pendapat hukum yang berangkat dari kasus konkret yang

dihadapi dengan mengacu pada sistem hukum positif. Berbeda hal nya

dengan penalaran hukum yang mengkaji produk, dimana objek pada

dictum putusan sebagai imperensi (penyimpulan) dari hasil kegiatan

berfikir hukum dikaitkan dengan pertimbangan hukumnya. Dalam teori

hukum telah diletakan kriteria rasional putusan hakim yaitu pada de

heuristik dan de legitimatik.4

de heuristik adalah metode pemecahan masalah lewat penalaran

sebagai proses intelektual untuk mencapai penyelesaian masalah.

Dimana dalam tahap ini hakim berusaha mencari tahu dan menemukan

jalan pemecahan secara tepat dan benar. Dan pada tahap de legitimatik

yang adalah kegiatan menyangkut persoalan keadilan, menggunakan

1 Jan Hendrik Rapar, Pengantar Logika, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1996), hlm.16.2 Philipus M. Hadjon, Argumentasi Hukum, (Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada

University Press,2009) Cet keempat, hlm.13.3 Syarif Mappiasse, Logika Hukum Pertimbangan Putusan Hakim, (Jakarta: Penerbit

Prenadamedia Group, 2015) Edisi Pertama, hlm, 48.4 Otje Salman, Teori Hukum, (Bandung: Penerbit Rafika Aditama, 2004), hlm. 37.

12

Page 3: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

metode dengan logika deduktif untuk mencapai pola berfikir yang benar

dan mencapai kebenaran.5

Berdasarkan ketentuan Pasal 50 Undang-Undang nomor 48 tahun 2009

tentang kekuasaan kehakiman bahwa dalam pertimbangan hukum

putusan itu memuat:

(1) Alasan-alasan, yang berkaitan dengan penentuan fakta-fakta

kejadian dikualifisir menjadi fakta hukum.

(2) Dasar putusan yang berkaitan dengan hukum yang diterapkan dan

argumen-argumen pendukung.

(3) Pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan dasar-dasar hukum yang diterapkan, atau sumber hukum

tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.

(4) Alasan hukum tak tertulis, dapat berupa argumen sosiologis dan

filosofis atau moral justice.

(5) Alasan dan dasar hukum tersebut harus tepat dan benar (Pasal 53

ayat (2) Undang-Undang no. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman).6

3. Teori merumuskan pendapat hukum

Untuk memenuhi asas objektivitas, maka pada putusan hakim

harus disertai alasan-alasan atau fakta-fakta hukum dan dasar-dasar yang

legalistik termasuk sumber hukum tak tertulis yang di jadikan dasar

untuk mengadili. Undang-undang nomor 48 tahun 2009 Pasal 50 ayat

(1) menjelaskan, bahwa “putusan pengadilan selain harus memuat alasan

5 Syarif Mappiasse, Op. Cit., hlm 506 Ibid, hlm, 45.

13

Page 4: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-

undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang di

jadikan dasar untuk mengadili.” Dalam hal ini terdapat perbedaan

mengenai “ratio decidendi” dengan “obiter dicta”, meskipun pada

keduanya mengandung makna pertimbangan hukum mengenai diktum

putusan. Ratio decidendi adalah pendapat hukum tertulis atau proporsi

yang diciptakan oleh hakim dalam rangka penemuan hukum berkenaan

kasus konkret yang dihadapinya.7 Adapun Ober dicta adalah pendapat

hukum oleh hakim dalam rangka penemuan hukum yang tidak

berkenaan dengan kasus konkret.8

Dalam Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang nomor 48 tahun 2009

menentukan bahwa dalam sidang permusyawaratan setiap hakim wajib

menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara

yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

putusan. Dalam hal ini, bagaimanakah metode merumuskan pendapat

hukum tertulis yang berkenaan dengan kasus konkret yang terbukti

menjadi fakta hukum.

Dengan menghubungkan Pasal 50 junto Pasal 53 ayat (2) dan Pasal

14 Undang-Undang nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman, serta kebiasaan dalam praktik pengadilan, dapatlah di

simpulkan adanya enam langkah dalam merumuskan pendapat hukum

yang di sampaikan pada saat sidang permusyawaratan hakim dalam

menjatuhkan putusan. Keenam langkah tersebut sebagai berikut:

7 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum. (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), Cet V, 2000., hlm.114.

8 Ibid.

14

Page 5: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

a. Mengidentifikasi fakta-fakta untuk menghasilkan suatu struktur

kasus yang sungguh-sungguh di yakini oleh hakim sebagai suatu

kasus yang riil terjadi (terbukti sebagai fakta berdasar hukum

pembuktian yang sah).

b. Menghubungkan struktur kasus tersebut dengan sumber-sumber

hukum yang relevan, sehingga ia dapat menetapkan perbuatan

hukum kedalam peristilahan yuridis

c. Menyeleksi sumber hukum dan aturan hukum yang relevan untuk

kemudian mencari tahu kebijakan yang terkandung didalam aturan

hukum itu, sehingga dihasilkan suatu struktur aturan yang koheren.

d. Menghubungkan struktur aturan dengan struktur kasus (fakta

hukum) secara silogisme deduktif.

e. Mencari alternatif-alternatif penyelesaian yang tepat dan benar.

f. Menetapkan pilihan atas salah satu alternatif untuk kemudian

ditetapkan sebagai pendapat hukum yang sesuai dengan dictum

putusan.9

4. Asas-Asas Putusan

Tugas hakim dalam mengadili suatu perkara yaitu sangat berkait

dengan persoalan normatif dan filsafat hukum sebab tugas mengadili

yang dilakukan oleh hakim berkaitan dengan keadilan, kepastian hukum,

dan kemanfaatan.

Alasan dan dasar hukum yang diterapkan dalam pertimbangan

hukum tersebut; hakim bertanggung jawab atas putusan yang dibuatnya

(Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang

9 Syarif Mappiasse, Op. Cit., hlm 71.

15

Page 6: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Kekuasaan Kehakiman). Artinya bahwa putusannya dipertanggung

jawabkan sesuai pertimbangan hukum yang dibuatnya.10

Putusan merupakan akhir suatu proses pemeriksaan perkara yang

dilakukan majelis hakim, dengan terlebih dahulu dilakukan musyawarah

berdasarkan ketentuan Pasal 14 Undang-Undang nomor 48 tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman. Putusan merupakan suatu pernyatan

hakim sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang di beri wewenang,

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, guna menyelesaikan

suatu sengketa antara para pihak. Asas-asas yang harus ada dalam

putusan sebagai berikut:

a. Harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan secara jelas

dan perinci, memuat pasal-pasal dan/atau sumber hukum tak tertulis

yang dijadikan dasar mengadili (Pasal 50 dan Pasal 53 UU No. 48

tahun 2009). Suatu putusan yang tidak cukup mempertimbangkan

alasan-alasan dalam posita gugatan menurut hukum pembuktian atau

tidak memberikan penilaian terhadap alat bukti secara perinci,

demikian pula tidak memberi pertimbangam mengenai dasar

hukumnya, baik berdasar pada pasal-pasal peraturan perundang-

undangan maupun sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar

mengadili, dapat dikategorikan onvol doende gemotiveerd (tidak

cukup pertimbangan), sehingga menjadi alasan untuk membatalkan

putusan yang bersangkutan. Gugatan yang telah dipertimbangkan

menurut hukum pembuktian ternyata tidak terbukti, dinyatakan tidak

beralasan hukum dan demikian gugatan tersebut harus ditolak.

10 Ibid., hlm, 46.

16

Page 7: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Demikian pula suatu gugatan yang dinyatakan tidak berdasar hukum

dimana posita gugatan tidak sejalan dengan petitum gugatan, maka

gugatan tersebut dinyatakan tidak berdasar hukum sehingga

dinyatakan tidak dapat diterima (niet ont vankelijk verklaard).

b. Asas wajib mengadili seluruh bagian gugatan. Asas ini digariskan

dalam Pasal 178 ayat (2) HIR/Pasal 189 ayat (2) R.Bg. dan Pasal 50

Undang-Undang nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman

c. Tidak boleh mengabulkan melebihi tuntutan. Asas ini digariskan

Pasal 178 ayat (3) HIR Pasal 189 ayat (3) R.Bg. larangan ini disebut

ultra petita patrium. Mengadili lebih dari yang dituntut

dikategorikan melampaui batas wewenang atau ultra vires. Ultra

petita patrium atau ultra vines dikategorikan sebagai tindakan yang

tidak sesuai hukum. Tindakan ultra petita yang didasarkan dengan

itikad baik sekalipun, tetap dikategorikan ilegal karena bertentangan

dengan prinsip the rule of law.

d. Prinsip sidang terbuka untuk umum, hal ini didasarkan pada pasal 13

Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 menyatakan :

(1) Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk

umum, kecuali undang-undang menentukan lain.

(2) Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum

apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

(3) Tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan (2) mengakibatkan putusan batal demi hukum.11

11 Ibid., hlm, 41.

17

Page 8: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

5. Eksaminasi Publik

Istilah eksaminasi berasal dari bahasa Inggris examination yang

berarti ujian atau pemeriksaan. Dalam Black’s Law Dictionary

eksaminasi diartikan sebagai an investigation; search; inspection;

interrogation. Apabila dihubungkan dengan konteks eksaminasi terhadap

produk peradilan [dakwaan, putusan] maka eksaminasi berarti

melakukan pengujian atau pemeriksaan terhadap surat dakwaan (jaksa)

atau putusan pengadilan (hakim). Esensi dari eksaminasi adalah

pengujian atau penilaian dari sebuah putusan (hakim) dan atau dakwaan

(jaksa) apakah pertimbangan-pertimbangan hukumnya telah sesuai

dengan prinsip-prinsip hukum dan apakah prosedur hukum acaranya

telah diterapkan dengan benar, serta apakah putusan tersebut telah

menyentuh rasa keadilan masyarakat. Disamping untuk mendorong para

hakim/jaksa agar membuat putusan/dakwaan dengan pertimbangan yang

baik dan profesional.12

Eksaminasi ini diharapkan mampu memberikan suatu shock

teraphy bagi para jaksa dan hakim (aparat hukum) serta menunjukkan

bahwa diluar aparat hukumpun (baca: masyarakat) mampu memberikan

analisa yang berbobot dan patut diperhatikan oleh aparat hukum. Lebih

jauh lagi eksaminasi ini dapat digunakan sebagai referensi bagi

Instiotusi hukum yang bersangkutan dalam melakukan penilaian

terhadap aparatnya.13 Penambahan kata “publik” setelah kata eksaminasi

lebih dimaksudkan untuk membedakan dengan eksaminasi yang

12 Emerson Yuntho, Aris Purnomo, Wasingatu Zakiyah, Panduan Eksaminasi Publik (Edisi Revisi 2011), Indonesia Corruption Watch, 2011, hal 19.

13 Ibid, hlm, 26.

18

Page 9: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

dilakukan oleh Kejaksaan dan Pengadilan. Tambahan istilah publik pada

kata eksaminasi lebih bernuansa memberikan aksentuasi distingsi antara

latar belakang pemikiran eksaminasi internal dan eksternal sebagaimana

diuraikan sebelumnya. Di samping itu, hal ini juga bisa dimaknai

sebagai pernyataan afirmatif kepada masyarakat, bahwa eksaminasi

merupakan aktivitas, yang sejak dari inisiasi, proses, sampai

finalisasinya, diasumsikan dihajatkan untuk kepentingan masyarakat

(baca: rasa keadilan hukum masyarakat) – jadi bukan semata untuk

kepentingan kelompok-kelompok tertentu dari pihak pihak yang

bersengketa di pengadilan ¾ dan oleh sebab itu akuntabilitas kinerjanya

perlu dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dinilai dan diukur oleh

masyarakat (Hasrul Halili:2005).14

Sebenarnya eksaminasi dilakukan untuk melihat sejauh mana

pertimbangan hukum dimaksud sudah sesuai ataukah bertentangan

dengan prinsip-prinsip hukum dan keadilan, dengan hukum acara pidana

dan juga dengan legal justice, moral justice dan social justice.15

Karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa pertimbangan hukum

dalam sebuah putusan menjadi dasar acuan dalam menentukan putusan

sehingga dapat tercipta sebuha putusan yang ideal, dimana idealnya

dalam mengambil putusan terhadap suatu perkara mempertimbangan 4

(empat) elemen, yaitu aspek filosofis, asas-asas hukum, aturan hukum

positif, dan masyarakat hukum.16

14 Ibid, hlm,27.15 Ibid, hlm 29.16 Teten Masduki, Eksaminasi Publik ”Partisipasi Masyarakat Mengawasi Peradilan”,

Indonesia Corruption Watch,2003, hlm 91.

19

Page 10: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Eksaminasi ini dilakukan dengan cara: pertama, melakukan legal

annotation (catatan hukum) terhadap perkara yang telah diputus oleh

MA. Kedua, mengkontestasi putusan itu kepada publik. Cara ini

dilakukan untuk menilai putusan hakim majelis. Hasil dari penilaian tim

eksaminasi ini dapat pula digunakan untuk melakukan punishment

kepada para hakim (agung) yang notabene adalah aparat negara. Sebagai

aparat negara tentu saja pertanggungjawaban mereka tidak saja

administratif tetapi harus sampai kepada pertanggungjawaban hukum.17

Kemudian faktor utama yang mendasari eksaminasi publik ini adalah

untuk mendorong dan memberdayakan partisipasi publik agar dapat

terlibat lebih jauh di dalam mempersoalkan proses sesuatu perkara dan

putusan atas perkara itu yang dinilai kontroversial dan melukai rasa

keadilan masyarakat. Dengan membiasakan publik terutama kalangan

akademis dan profesi hukum melakukan penilaian dan pengujian

terhadap proses peradilan dan putusan lembaga pengadilan atau

keputusan-keputusan lembaga penegakan hukum lainnya yang dirasakan

dan dinilai bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum dan rasa keadilan

masyarakat. Maka hal yang selanjutnya ingin dicapai setelah masyarakat

mampu melakukan eksaminasi ini, adalah tersosialisasikan lembaga

eksaminasi secara luas.

Tujuan eksaminasi publik secara umum adalah melakukan

pengawasan terhadap produk-produk hukum yang dihasilkan maupun

proses beracara oleh aparat hukum termasuk didalamnya adalah praktisi

17 Emerson Yuntho, Aris Purnomo, Wasingatu Zakiyah, Op.Cit, hlm 29.

20

Page 11: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

hukum. Secara detail tujuan tersebut dapat dipilah dalam beberapa hal

dibawah ini:

a) Melakukan analisis terhadap pertimbangan hukum atas produk

hukum atau putusan majelis hakim, atau dakwaan, jalannya proses

beracara di pengadilan dan perilaku jaksa dan hakim selama proses

persidangan. Harapannya dapat diketahui sejauh mana

pertimbangan hukum atau proses hukum dimaksud sesuai ataukah

bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum, dengan prosedur

hukum acara dan juga dengan legal justice, moral justice dan social

justice maupun kode etik perilaku penegak hukum;

b) Mendorong dan memberdayakan partisipasi publik untuk terlibat

lebih jauh di dalam mempersoalkan proses sesuatu perkara dan

putusan atas perkara itu. Terutama terhadap perkara yang dinilai

kontroversial dan melukai rasa keadilan rakyat;

c) Mendorong dan mensosialisasikan lembaga eksaminasi dengan

membiasakan publik mengajukan penilaian dan pengujian terhadap

sesuatu proses peradilan dan putusan lembaga pengadilan serta

keputusan-keputusan lembaga penegakan hukum lainnya yang

dirasakan dan dinilai bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum

dan rasa keadilan masyarakat;

d) Mendorong terciptanya independensi lembaga penegakan hukum,

termasuk akuntabilitas dan transparansi kepada publik;

e) Mendorong para hakim untuk meningkatkan integritas moral,

kredibilitas dan profesionalitasnya di dalam memeriksa dan

21

Page 12: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

memutus suatu perkara agar tidak menjadi putusan yang

kontroversial, sehingga melukai rasa keadilan masyarakat.18

Dalam melakukan eksaminasi suatu perkara, kita tidak bisa

sembarangan menentukannya. Karena bagaimanapun juga, eksaminasi

membutuhkan keahlian dan konsentrasi serta waktu yang cukup. Oleh

karena itu pilihan perkara yang dieksaminasi juga harus tepat. Suatu

perkara untuk dapat dilakukan eksaminasi minimal harus memenuhi 3

(tiga) kriteria:

1) Kontroversial Kontroversial karena terdapat kejanggalan atau

cacat hukum dalam tahapan proses peradilan. Selain itu hukum

formil dan hukum materiil tidak diterapkan secara baik dan benar

atau bertentangan dengan asasasas penerapan hukum serta

dianggap bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat.

2) Memiliki pengaruh atau dampak sosial (social impact) bagi

masyarakat Disamping perkara tersebut mendapat perhatian yang

luas dari masyarakat, perkara tersebut memiliki dampak yang

langsung ataupun tidak langsung bagi masyarakat (baik nasional

dan atau internasional).

3) Ada indikasi mafia peradilan (judicial corruption) Perkara yang

dieksaminasi terdapat indikasi korupsi (judicial corruption),

kolusi, penyalahgunaan wewenang, atau bentuk pelanggaran

hukum pidana lainnya hingga menyebabkan hukum tidak

diterapkan secara baik dan benar.

18 Ibid,hlm,31.

22

Page 13: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Eksaminasi atau pengujian terhadap undang-undang bertujuan untuk

menguji apakah suatu undang-undang materinya sudah sesuai dengan

undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan pokok di bidang hukum

yang sejenis atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi, misalnya

konstitusi.19 Pengujian ini dikenal dengan pengujian secara materiil (uji

materiil) atau secara umum dikenal dengan judicial review. Wewenang ini

untuk selanjutnya diberikan kepada Mahkamah Konstitusi. Sedangkan

eksaminasi terhadap produk putusan hukum lainnya dimaksudkan untuk

menguji apakah putusan hukum tersebut telah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan asas-

asas penerapan hukum yang baik dan benar.

Pada dasarnya bagaimana menilai suatu produk hukum atau putusan

pengadilan kembali disesuaikan pada gaya atau kebiasaan dari para

anggota mejelis eksaminasi dalam membuat suatu analisa atau catatan

hukum (legal anotasi). Namun menarik untuk menjadi acuan adalah

pendapat dari DR. Mudzakkir, SH., yang menyebutkan bahwa cakupan

materi eksaminasi meliputi: Kesesuaian putusan pengadilan dengan norma

hukum (positif). Oleh sebab itu hukum positif ditempatkan sebagai standar

dalam 37 proses membuat putusan pengadilan; Analisis terhadap proses

pembuktian (pengujian kebenaran fakta menjadi fakta hukum

dihubungkan dengan undang-undang yang akan diterapkan); Penerapan

ilmu pengetahuan atau asas-asas (hukum) dalam penegakan hukum

(hubungan antara fakta hukum yang terbukti di persidangan dengan

hukum atau peraturan perundangundangan,penggunaan teknologi

19 Teten Masduki, Op.cit,hlm, 37.

23

Page 14: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

hukum/interpretasi, hubungannya dengan yurisprudensi, dan doktrin

hukum) dan konklusi atau diktum putusan pengadilan. Ketiga komponen

tersebut selalu ada dalam setiap putusan pengadilan dan bagian diktum

merupakan kesimpulan (sillogismus) sebagai konsekuensi logik dari

premis-premis yang mendahuluinya.20

6. Akibat Hukum Putusan

Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala

perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek

hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian

tertentu oleh hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap

sebagai akibat hukum.21 Berdasarkan uraian tersebut, untuk dapat

mengetahui ada atau tidaknya suatu akibat hukum yang timbul, maka

terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Adanya perbuatan yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap

obyek hukum atau terdapat akibat tertentu dari suatu perbuatan,

yang mana akibat itu telah diatur oleh hukum;

Adanya perbuatan yang seketika dilakukan bersinggungan dengan

pengembanan hak dan kewajiban yang telah diatur dalam hukum

(undang-undang).

Selain hal tersebut akibat hukum sebuah putusan juga harus

memberikan kepastian hukum dan harus memuat keadilan, kepastian

hukum, dan kemanfaatan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

20 Ibid,hlm 38.21 Syarifin Pipin, Pengantar Ilmu Hukum, (CV. Pustaka Setia, Bandung, 2009), hlm 71.

24

Page 15: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Keadilan berasal dari kata adil yang memiliki arti sama berat, tidak

berat sebelah ; tidak memihak; berpihak kepada yang benar; berpegang

pada kebenaran; sepatutnya dan tidak sewenang-wenang. Dan keadilan

artinya adalah sifat (perbuatan, perlakuan, dan sebagainya) adil.

Sedangkan Kepastian Hukum artinya adalah Perangkat Hukum suatu

negara yang mampu menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara.

Dan Kemanfaatan dari kata manfaat artinya guna; faedah dan

kemanfaatan artinya hal bermanfaat, berguna. Hal tersebut harus di

perhatiakan dalam sebuah putusan karena sebuah putusan akan

mengikat para pihaknya serta masyarakat. Terutama dalam hal ini

adalah putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat final and mengikat

(binding) yang akibat hukumnya adalah akan tercipta sebuah norma

baru dalam masyarakat yaitu dalam wujud sebuah putusan.

B. Hasil Penlitian

1. Duduk Persoalan :

a. Pasal 37 ayat (1) huruf f dan Pasal 57 ayat (2) mengenai

Imbalan bagi Pengawas serta Gaji dan Tunjangan bagi

Pengurus.

25

Page 16: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Dalam Pasal 37 ayat (1) huruf f dan Pasal 57 ayat (2) yang

bunyi lengkapnya sebagai berikut.:

Pasal 37 ayat (1) huruf f

“Dalam Rapat anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal

36 ayat (2) Pengurus wajib mengajukan laporan

pertanggung jawaban tahunan yang berisi:

f. Besar imbalan bagi pengawas serta gaji dan tunjangan

bagi pengurus.”

Pasal 57 ayat (2)

“Gaji dan tunjangan setiap pengurus ditetapkan oleh Rapat

Anggota atas usul Pengawas.”

Atas pasal tersebut pemohon mengatakan bahwa “Pasal 37 ayat

(1) huruf f dan Pasal 57 ayat (2) UU Perkoperasian

Bertentangan Dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang

Menjamin Hak Konstitusional.” Dengan dalil atau alasan

sebagai berikut:

Para Pemohon merasa hak konstitusionalnya dilanggar

untuk Melakukan Usaha Bersama Berdasar Atas Asas

Kekeluargaan

Ketentuan tersebut bertentangan dengan prinsip usaha

bersama berdasar atas asas kekeluargaan yang bentuk

perusahaannya adalah koperasi.

26

Page 17: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Bung Hatta menyatakan bahwa “Perusahaan menghendaki

hukum ekonominya sendiri, yaitu bekerja menurut disiplin

dan tempo yang tepat.

disiplin dan tempo yang tepat itu perusahaan koperasi yang

mengemukakan satu dasar lagi, yaitu dasar kekeluargaan

antara pimpinan dan yang dipimpin. Itulah pula sebabnya,

maka pada umumnya pengurus koperasi tidak digaji. Hanya

penjabat dan pekerja penuh sehari-hari yang memperoleh

gaji”22.

Hal tersebut kemudian dikuatkan oleh kesaksian dari Saksi

pemohon yaitu Isminarti yang menyatakan:

Selama bekerja di koperasi saksi merasakan kekeluargaan,

kebersamaan, kemanusiaan, demokrasi, keadilan serta

terdapat cita-cita untuk mencapai kesejahteraan dan

keadilan bagi seluruh anggotanya;.

Hal ini ditanggapi oleh termohon dalam hal ini pihak

pemerintah.

Setiap orang yang menjalankan pekerjaan merupakan

bentuk prestasi yang dijalankan sesuai standar dan

kebutuhan badan usaha maka absah secara yuridis

konstitusional apabila warga negara yang bekerja tersebut

berhak mendapatkan penghasilan.

Apabila tidak memberikan penghasilan melanggar hak

konstitusional, dan hak asasi manusia serta hak pekerja

22 Putusan Mahkamah Konstitusi No.28/PUU-XI/2013, hlm 41.

27

Page 18: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

yang sudah ditentukan dalam hukum nasional dan

instrumen hukum internasional.

Prestasi kerja yang diberikan oleh Pengurus dan Pengawas

dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki serta

tanggung jawab berat mengelola koperasi, maka absah

secara yuridis konstitusional apabila Pengurus

mendapatkan gaji dan tunjangan, dan Pengawas

mendapatkan imbalan.

Berdasarkan dalil pemohon, saksi pemohon serta tanggapan

termohon mengenai Imbalan bagi Pengawas serta Gaji dan

Tunjangan bagi Pengurus, hakim memutus, menolak pasal

tersebut dan menghapus Undang-Undang No. 17 tahun 2012

dengan alasan :

Pasal 37 ayat (1) UU 17/2012 pada pokoknya memuat

norma bahwa dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT)

sebagai perangkat organisasi koperasi yang memegang

kekuasaan tertinggi, maka RAT tersebut memiliki

kewenangan, antara lain, untuk meminta keterangan dan

mengesahkan pertanggungjawaban pengawas dan pengurus

dalam pelaksanaan tugas masing-masing.

Khusus untuk pengurus, dalam laporan

pertanggungjawaban pengurus menyampaikan pelaksanaan

tugasnya (laporan keuangan, yang antara lain, mengenai

28

Page 19: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

besar imbalan bagi pengawas serta gaji dan tunjangan lain

bagi pengurus).

sepanjang mengenai hal tersebut dalil Pemohon tidak

beralasan menurut hukum;

Pengawas berdasarkan Pasal 1 angka 6 juncto Pasal 50 ayat

(1) UU 17/2012 adalah perangkat organisasi koperasi yang

pada pokoknya bertugas mengawasi pengurus koperasi

Pengurus berdasarkan Pasal 1 angka 7 adalah perangkat

organisasi koperasi yang bertanggung jawab penuh atas

kepengurusan koperasi untuk kepentingan dan tujuan

koperasi, serta mewakili koperasi baik di dalam maupun di

luar pengadilan.

Menurut Mahkamah, gaji dan tunjangan bagi pengurus,

termasuk imbalan bagi pengawas sebagaimana diuraikan di

atas, bukanlah persoalan konstitusionalitas. Sebab, koperasi

sebagai salah satu pelaku ekonomi bukanlah suatu entitas

yang statis, melainkan dinamis. Dinamika koperasi yang

sehat akan membawa kepada kemajuan sebagaimana entitas

pelaku ekonomi yang lain.

Menurut Mahkamah pemberian imbalan dan besaran

imbalan kepada pengawas serta pemberian gaji dan

tunjangan kepada pengurus merupakan hak dan

kewenangan RAT sebagai mekanisme kedaulatan para

anggota koperasi;

29

Page 20: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Oleh karena itu, menurut Mahkamah, dalil para pemohon

tidak beralasan menurut hukum.

b. Pasal 55 ayat (1) mengenai Pengangkatan Pengurus dari Non

Anggota.

Dalam Pasal 55 ayat (1) yang bunyi lengkapnya sebagai

berikut:

“Pengurus dipilih dari orang perseorangan, baik Anggota

maupun non Anggota”

Atas pasal tersebut pemohon mengatakan bahwa “Pasal 55

ayat (1) Undang-Undang Perkoperasian Bertentangan Dengan

Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang Menjamin Hak

Konstitusional Para Pemohon Untuk Melakukan Usaha

Bersama Berdasar atas Asas Kekeluargaan” Dengan dalil atau

alasan sebagai berikut:

Dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 adalah menghendaki

hubungan antara anggota koperasi satu sama lain harus

mencerminkan sebagai orang-orang yang bersaudara, satu

keluarga. Dengan dipilihnya non anggota sebagai pengurus

koperasi maka dasar kolektivitas dalam koperasi menjadi

hilang.

Adanya ketentuan Pasal 55 ayat (1) UU Perkoperasian yang

memungkinkan pengurus dipilih dari non-anggota

menunjukkan bahwa pembentuk Undang-Undang tidak

30

Page 21: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

memahami jiwa koperasi yang mengedepankan asas

kekeluargaan, saling tolong menolong, gotong royong,

senasib sepenanggungan, bersama-sama menolong dirinya

dan berdiri di kaki sendiri. Hal ini menunjukkan itikad

yang kurang baik dari pembentuk Undang-Undang guna

“memuluskan” masuknya calon pengurus dari non-anggota

serta berakibat pada tertutupnya kesempatan Anggota yang

sejak awal merintis koperasi untuk menjadi pengurus

koperasi.

Hal tersebut kemudian dikuatkan oleh kesaksian dari Saksi

pemohon yaitu Dwi sucipto yang menyatakan:

Saksi merasa dirugikan karena tidak dapat dipilih dan

memilih secara bebas dan adil serta saksi merasa dirugikan

jika calon pengurus dapat dipilih dari anggota maupun non-

anggota.

Ditanggapi kembali oleh termohon dalam hal ini pihak

pemerintah sebagai berikut:

Perihal norma Pasal 55 ayat (1) UU Perkoperasian ini sudah

merupakan perilaku sosial atau praktik kebiasaan dalam

kelembagaan koperasi sehingga koperasi dapat merekrut

dan mengangkat non anggota menjadi pengurus, asalkan

sesuai kebutuhan koperasi dan tentu saja wajib disetujui

dalam rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi Koperasi.

Hal ini untuk menciptakan solusi normatif atau jalan keluar

31

Page 22: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

bagi merancang tumbuhnya koperasi yang sehat, kuat,

mandiri dan tangguh sebagaimana landasan filosofis UU

Perkoperasian.

Berdasarkan dalil pemohon, saksi pemohon serta tanggapan

termohon mengenai hal Pengangkatan Pengurus dari Non

anggota, hakim dalam Pertimbangan nya melahirkan putusan

hakim berupa menolak pasal tersebut dan menghapus Undang-

Undang No. 17 tahun 2012 dengan alasan:

Secara khusus ketentuan tersebut menghalangi atau bahkan

menegasikan hak anggota koperasi untuk menyatakan

pendapat, memilih, dan dipilih yang pada intinya

kesemuanya itu merupakan bentuk demokrasi ekonomi.

Jika alasannya adalah untuk membangun koperasi yang

lebih profesional, justru yang harus dibangun adalah

anggota koperasi supaya menjadi tenaga professional,

sehingga tidak perlu merekrut non-anggota untuk menjadi

pengurus.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka permohonan para

Pemohon mengenai pengujian konstitusional frasa non-

anggota dalam Pasal 55 ayat (1) UU 17 tahun 2012

beralasan menurut hukum.

c. Pasal 67 ayat (1) mengenai Setoran pokok yang tidak dapat

ditarik kembali.

32

Page 23: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Pengaturan tentang setoran pokok yang tidak dapat ditarik

kembali diatur dalam Pasal 67 ayat (1) yang bunyi lengkapnya

sebagai berikut:

Pasal 67 ayat (1)

“Setoran pokok dibayarkan oleh anggota pada saat yang

bersangkutan mengajukan permohonan sebagai anggota dan

tidak dapat dikembalikan”

Atas pasal tersebut pemohon menyatakan bahwa pasal tersebut

bertentangan dengan Pasal 28H ayat (4) UUD 1945 yang

menjamin hak konstitusional para pemohon untuk mempunyai

hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih

secara sewenang-wenang oleh siapapun. Dengan dalil atau

alasan sebagai berikut :

Bung Hatta mengatakan kalau seseorang anggota berhenti

menjadi sekutu, uang iuran mesti dikembalikan.

Setoran pokok dalam koperasi pada dasarnya menrupakan

“pembayaran tertentu” yang merupakan bentuk wujud

keputusan penggabungan diri anggota masyarakat menjadi

anggota koperasi. Dengan demikian apabila anggota yang

bersangkutan memutuskan untuk keluar dari penggabungan

diri sebagai anggota koperasi maka sudah seharusnya

setoran pokok dikembalikan.

Apabila hal ini diberlakukan maka makna bertahan menjadi

anggota koperasi adalah suatu keterpaksaan daripada

33

Page 24: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

kehilangan harta benda yang dititipkan sebagai setoran

modal. Artinya makna keanggotaan koperasi sukarela tanpa

paksaan menjadi hilang.

Hal tersebut kemudian dikuatkan oleh kesaksian dari Saksi

pemohon yaitu Isminarti yang menyatakan:

Saksi merasa dirugikan karena Anggota harus

mengeluarkan dana untuk menyetorkan setoran pokok

sebagai di awal kepada 2 atau 3 koperasi yang telah

dipecah sebagai persyaratan menjadi anggota Koperasi dan

tidak dapat di ambil atau ditarik kembali.

Ditanggapi kembali oleh termohon dalam hal ini pihak

pemerintah sebagai berikut:

Secara yuridis status hukum kepemilikan uang Setoran

Pokok itu sudah berubah menjadi kepemilikan Koperasi

yakni menjadi modal awal Koperasi, sehingga merupakan

kekayaan Koperasi selaku badan hukum yang tidak dapat

ditarik kembali.

Setoran Pokok adalah syarat menjadi anggota Koperasi. dan

karena itu anggota Koperasi tersebut memperoleh

pelayanan (services) dari Koperasi, mendapatkan Surplus

Hasil Usaha, dan manfaat lainnya.

Berdasarkan dalil pemohon, saksi pemohon serta tanggapan

termohon mengenai Setoran pokok yang tidak dapat ditarik

kembali, hakim dalam Pertimbangan nya melahirkan putusan

34

Page 25: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

hakim berupa menolak pasal tersebut dan menghapus Undang-

Undang No. 17 tahun 2012 dengan alasan:

Mahkamah mempertimbangkan tentang penggunaan istilah

setoran pokok yang menekankan pada pengertiannya

sebagai penyerahan sejumlah uang sebagai modal, sehingga

konsekuensinya tidak dapat ditarik kembali bila yang

bersangkutan keluar atau berhenti sebagai anggota koperasi.

Berbeda pengertian dengan simpanan pokok yang mana

suatu saat anggota koperasi keluar maka simpanan tersebut

harus dikembalikan dan hal tersebut adalah wajar.

Apabila Pasal 67 ayat (1) tetap berlaku maka makna tetap

atau bertahan menjadi anggota koperasi adalah suatu

keterpaksaan.

d. Pasal 68-69 mengenai Sertifikat Modal Koperasi yang

mempengaruhi Hak suara dalam RAT

Dalam Pasal 68-69 yang bunyi lengkapnya sebagai berikut:

Pasal 68

“(1) Setiap Anggota Koperasi harus membeli Sertifikat Modal

Koperasi yang jumlah minimumnya ditetapkan dalam

Anggaran Dasar.

(2) Koperasi harus menerbitkan Sertifikat Modal Koperasi

dengan nilai nominal per lembar maksimum sama dengan nilai

Setoran Pokok.

35

Page 26: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

(3) Pembelian Sertifikat Modal Koperasi dalam jumlah

minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

tanda bukti penyertaan modal Anggota di Koperasi.

(4) Kepada setiap Anggota diberikan bukti penyetoran atas

Sertifikat Modal Koperasi yang telah disetornya”

Pasal 69 :

(1) Sertifikat Modal Koperasi tidak memiliki hak suara.

(2) Sertifikat Modal Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dikeluarkan atas nama.

(3) Nilai nominal Sertifikat Modal Koperasi harus dicantumkan

dalam mata uang Republik Indonesia.

(4) Penyetoran atas Sertifikat Modal Koperasi dapat dilakukan

dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya yang

dapat dinilai dengan uang.

(5) Dalam hal penyetoran atas Sertifikat Modal Koperasi dalam

bentuk lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dilakukan penilaian untuk memperoleh niali pasar wajar

(6) Koperasi wajib memelihara daftar pemegang Sertifikat

Modal Koperasi dan daftar Pemegang Modal Penyertaan

yang sekurang-kurangnya memuat:....dst.

Atas pasal tersebut pemohon mengatakan bahwa “Pasal 68-69

Undang-Undang Perkoperasian Bertentangan Dengan Pasal 33

ayat (1) UUD 1945 yang Menjamin Hak Konstitusional Para

Pemohon untuk Melakukan Usaha Bersama Berdasar atas Asas

36

Page 27: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Kekeluargaan serta bertentangan dengan Pasal 28H ayat (4)

UUD 1945 yang menjamin hak untuk mempunyai hak milik

pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara

sewenang-wenang oleh siapa pun. Dengan dalil atau alasan

sebagai berikut:

Skema modal koperasi yang terdiri dari Setoran Pokok dan

Sertifikat Modal Koperasi sebagai modal awal adalah

bertentangan dengan asas kekeluargaan yang menjadi

landasan usaha bersama yang termaktub dalam Pasal 33

ayat (1) UUD 1945.

Menurut para Pemohon, pernyataan Sohibul Iman, Anggota

Panja RUU Perkoperasian DPR RI dari pihak pemerintah,

yang menyatakan “Sertifikat Modal Koperasi (SMK)

merupakan bentuk penguatan koperasi dan berbeda dengan

saham” tidak memikirkan dampak psikologis dari Sertifikat

Modal Koperasi. Karena bagaimana pun Sertifikat Modal

Koperasi identik dengan saham pada Perseroan Terbatas

(PT) yang mempengaruhi pengambilan keputusan

pemegang saham. Pemegang Sertifikat Modal Koperasi

terbesar pasti akan sangat berpengaruh dalam pengambilan

keputusan dibandingkan pemegang Sertifikat Modal

Koperasi yang kecil mengingat pemegang Sertifikat Modal

Koperasi yang besar akan mempunyai bargaining

positition terhadap kelangsungan permodalan koperasinya

37

Page 28: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Hal tersebut kemudian dikuatkan oleh kesaksian dari Saksi

pemohon yaitu Isminarti yang menyatakan:

Undang-undang koperasi melemahkan kemandirian

koperasi karena permodalan koperasi yang sekarang

diatur dengan Sertifikat Modal Koperasi (SMK)

sedangkan dahulu hanya dengan menabung;

Ditanggapi kembali oleh termohon dalam hal ini pihak

pemerintah sebagai berikut:

Sertifikat Modal Koperasi yang harus dibeli oleh

anggota Koperasi merupakan bentuk kontribusi bagi

modal Koperasi yang dimilikinya sendiri.

keharusan setiap anggota Koperasi membeli Sertifikat

Modal Koperasi merupakan bentuk kekeluargaan dan

kebersamaan yang mengacu dan sesuai Pasal 33 ayat

(1) UUD 1945

Pengaturan menegani nilai nominal Sertifikat Modal

Koperasi ditentukan sesuai Anggaran Dasar Koperasi

sebagai "konstitusi" Koperasi, karena itu sesuai dengan

rencana bisnis Koperasi sendiri dan sesuai aspirasi,

kemampuan anggota Koperasi

Ketentuan Pasal 69 UU Perkoperasian justru sudah

tepat karena tidak menentukan hak suara, oleh karena

Koperasi bukan kumpulan modal. Pengaturan menegani

cara penerbitan. nilai nominal, cara penyetoran dan

38

Page 29: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

bentuk penyetoran, pembuatan daftar pemegang

Sertifikat Modal Koperasi, yang diatur dalam Pasal 69

ayat (2) s.d ayat (6) UU Perkoperasian merupakan

jaminan kepastian hukum untuk melaksanakan

Sertifikat Modal Koperasi, yang justru merupakan

bentuk perlindungan dan kepastian hukum untuk

memperkuat Koperasi dengan penerbitan Sertifikat

Modal Koperasi.

Berdasarkan dalil pemohon, saksi pemohon serta tanggapan

termohon mengenai Sertifikat Modal Koperasi, hakim dalam

Pertimbangan nya melahirkan putusan hakim berupa menolak

pasal tersebut dan menghapus Undang-Undang No. 17 tahun

2012 dengan alasan:

Terhadap Pasal 68 dan Pasal 69 yang mengharuskan

anggota koperasi membeli Sertifikat Modal Koperasi

menurut Mahkamah, adalah norma yang tidak sesuai

dengan prinsip koperasi yang bersifat sukarela dan

terbuka

Orientasi koperasi telah bergeser ke arah kumpulan

modal, yang dengan demikian telah mengingkari jati

diri koperasi sebagai perkumpulan orang dengan usaha

bersama sebagai modal utamanya.

Skema permodalan koperasi yang diatur dalam pasal-

pasal tersebut dapat menjadikan modal koperasi

39

Page 30: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

sebagian besar dimiliki oleh satu, dua, atau beberapa

anggota saja, sehingga tidak tertutup kemungkinan

pemegang sertifikat modal terbesar akan memiliki

pengaruh kuat untuk menentukan arah jalannya

koperasi, meskipun sertifikat modal koperasi tidak

menjadi dasar hak suara di dalam RAT.

Dan di dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tidak

ada ketentuan batas maksimal Sertifikat Modal

Koperasi dapat disetor.

Berdasarkan hasil penelitian diatas agar mudah memahaminya maka

disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1:

Inkonsistensi Pertimbangan Dan Putusan Hakim Dalam Putusan MahkamahKonstitusi No. 28/PUU-XI/2013

Dalil Pemohon Tanggapan Pemerintah(Termohon)

Pertimbangan Hakim

Imbalan bagi Pengawas dan Gaji dan Tunjangan bagi Pengurus.Diatur pada Pasal 37 ayat (1) huruf f

Setiap orang yang menjalankan pekerjaan merupakan bentuk prestasi yang dijalankan sesuai standar dan

Menurut Mahkamah, gaji dan tunjangan bagi pengurus, termasuk imbalan bagi pengawas sebagaimana

40

Page 31: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Dan Pasal 57 ayat (2)

Atas rumusan tersebut Pemohon tidak setuju, dengan alasan:

UU Perkoperasian Bertentangan Dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang Menjamin HakKonstitusional Para Pemohon, Ketentuantersebut bertentangan denganprinsip usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan yang bentuk perusahaannya adalah koperasi.

perusahaan koperasi mengemukakan satudasar lagi, yaitu dasar kekeluargaan antara pimpinan danyang dipimpin. Itulah pula sebabnya, maka pada umumnya pengurus koperasi tidak digaji. Hanya penjabat dan pekerjapenuh sehari-hari yang memperoleh gaji”.

kebutuhan badan usaha maka absah secara yuridis konstitusional apabilawarga negara yang bekerja tersebut berhak mendapatkan penghasilan.

Apabila tidak memberikan penghasilan melanggar hak konstitusional, dan hak asasi manusia serta hak pekerja yangsudah ditentukan dalam hukum nasional dan instrumen hukum internasional

Prestasi kerja yang diberikan oleh Pengurus dan Pengawas dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki serta tanggung jawab berat mengelola koperasi, maka absah secara yuridis konstitusional apabila Pengurus mendapatkan gaji dantunjangan, dan Pengawas mendapatkan imbalan.

diuraikan di atas, bukanlah persoalan konstitusionalitas. Sebab, koperasi sebagai salah satu pelaku ekonomi bukanlah suatu entitasyang statis, melainkandinamis.

Menurut mahkamah pemberian imbalan dan besaran imbalan kepada pengawas serta pemberian gaji dan tunjangan kepada pengurus merupakan hak dan kewenangan RAT sebagai mekanisme kedaulatan para anggota koperasi

Oleh karena itu, menurut Mahkamah, dalil para Pemohon tidak beralasan menurut hukum;

Dapat terlihat bahwa hakim dalam argumennya tidak mempermasalahkan pasal tersebut dan menyerahkan nya pada kewenangan RAT.

Pengangkatan Pengurus dari Non Anggota Pasal 55 ayat (1)

perihal norma Pasal 55 ayat (1) UU Perkoperasian ini sudah merupakan

Secara khusus ketentuan tersebut menghalangi atau bahkan menegasikan

41

Page 32: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

pasal ini Bertentangan Dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945yang Menjamin Hak KonstitusionalPara Pemohon, Dengan dipilihnya non anggota sebagai pengurus koperasi maka dasar kolektivitas dalam koperasi menjadi hilang. adanya ketentuan ini menunjukkan bahwa pembentuk Undang-Undang tidak memahami jiwa koperasi, yang berakibat tertutup nya kesempatan Anggota yang sejak awal merintiskoperasi untuk menjadi pengurus koperasi.

perilaku sosial atau praktik kebiasaan dalam kelembagaan koperasi Sehingga koperasi dapat merekrut dan mengangkat non anggota menjadi pengurus, asalkan sesuai kebutuhan koperasi dan tentu saja wajib disetujui dalam rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi Koperasi. Hal ini untuk menciptakan solusi normatif atau jalan keluar bagi merancang tumbuhnya koperasi yang sehat, kuat, mandiri dan tangguh sebagaimana landasanfilosofis UU Perkoperasian.

hak anggota koperasi untuk menyatakan pendapat, memilih, dandipilih yang pada intinya kesemuanya itu merupakan bentuk demokrasi ekonomi.

Jika alasannya adalah untuk membangun koperasi yang lebih profesional, justru yangharus dibangun adalah anggota koperasi supaya menjadi tenaga professional, sehingga tidak perlu merekrut non-anggota untuk menjadi pengurus.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka permohonan paraPemohon mengenai pengujian konstitusional frasa non-anggota dalam Pasal 55 ayat (1) UU 17/2012 beralasan menurut hukum.

Dalam argumen tersebut terlihat hakim bahwa pendapat nya menyetujuiapa yang di maksudkan oleh pemohon namun juga memberikan salah satu solusi sama seperti termohon yang menjadikan pasal tersebut sebagai solusi yang legal.

Setoran Pokok Pasal 67 ayat (1)

Secara yuridis statushukum kepemilikan

Mahkamah mempertimbangkan

42

Page 33: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Atas pasal tersebut pemohon menyatakan bahwa pasal tersebut bertentangan dengan pasal 28H ayat (4) UUD 1945 yang menjamin hak konstitusional para pemohon. Setoran pokok

dalam koperasi padadasarnya menrupakan “pembayaran tertentu” yang merupakan bentuk wujud keputusan penggabungan diri anggota masyarakat menjadi anggota koperasi. Dengan demikian apabila anggota yang bersangkutan memutuskan untuk keluar dari penggabungan diri sebagai anggota koperasi maka sudahseharusnya setoran pokok dikembalikan.

uang Setoran Pokok itu sudah berubah menjadi kepemilikan Koperasi yakni menjadi modal awal Koperasi, sehingga merupakan kekayaan Koperasi selaku badan hukumdan tidak dapat ditarik kembali.

Setoran Pokok adalah syarat menjadi anggota Koperasi. dan karena itu anggota Koperasi tersebut memperoleh pelayanan (services)dari Koperasi, mendapatkan Surplus Hasil Usaha, dan manfaat lainnya

tentang penggunaan istilah setoran pokok yang menekankan pada pengertiannya sebagai penyerahan sejumlah uang sebagai modal, sehingga konsekuensinya tidak dapat ditarik kembali bila yang bersangkutan keluar atau berhenti sebagai anggota koperasi.

Berbeda pengertian dengan simpanan pokok yang mana suatusaat anggota koperasi keluar maka simpanan tersebut harus dikembalikan dan hal tersebut adalah wajar.

Apabila Pasal 67 ayat (1) tetap berlaku maka makna tetap atau bertahan menjadianggota koperasi adalah suatu keterpaksaan.

Dalam pertimbangan tersebut terlihat bahwa hakim mengerti bahkan memahami apa yang menjadi maksud termohon namun tetap menyatakan pasal tersebut mengandung keterpaksaan.

Sertifikat Modal Koperasi

Sertifikat modal koperasi yang harus

Terhadap Pasal 68 dan Pasal 69 yang

43

Page 34: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Bab VII UU Perkoperasian khususnya pada pasal 68-69 Pasal tersebut Bertentangan Dengan Pasal 33 ayat (1) UUD1945 yang Menjamin Hak Konstitusional Para Pemohon Dan Bertentangan dengan Pasal 28H ayat (4) UUD 1945 Skema modal

koperasi yang terdiri dari SetoranPokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai modal awal adalah bertentangan dengan asas kekeluargaan yang menjadi landasan usaha bersama yang termaktub dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.

Menurut para Pemohon,hal tersebut tidak memikirkan dampak psikologis dari SMK karena bagaimana pun SMK identik dengan saham pada Perseroan Terbatas yang mempengaruhi pengambilan

dibeli oleh anggota Koperasi merupakanbentuk kontribusi bagi modal Koperasiyang dimilikinya sendiri.

keharusan setiap anggota Koperasi membeli Sertifikat Modal Koperasi merupakan bentuk kekeluargaan dan kebersamaan berdasarkan 33 ayat (1) UUD 1945

Pengaturan menegani nilai nominal Sertifikat Modal Koperasi ditentukan sesuai Anggaran Dasar Koperasi sebagai "konstitusi" Koperasi, karena itu sesuai dengan rencana bisnis Koperasi sendiri dansesuai aspirasi, kemampuan anggotaKoperasi

Ketentuan Pasal 69 UU Perkoperasian justru sudah tepat karena tidak menentukan hak suara, oleh karena Koperasi bukan kumpulan modal. Pengaturan menegani cara penerbitan. nilai nominal, cara

mengharuskan anggota koperasi membeli SMK menurut Mahkamah, adalah norma yang tidak sesuai dengan prinsip koperasi yang bersifat sukarela dan terbuka

orientasi koperasi telah bergeser ke arahkumpulan modal, yang dengan demikian telah mengingkari jati diri koperasi sebagai perkumpulan orang dengan usaha bersama sebagai modal utamanya.

Skema permodalan koperasi yang diatur dalam pasal-pasal tersebut dapat menjadikan modal koperasi sebagian besar dimiliki oleh satu, dua, atau beberapa anggota saja, sehingga tidak tertutup kemungkinanpemegang sertifikat modal terbesar akan memiliki pengaruh kuat untuk menentukan arah jalannya koperasi, meskipun sertifikat modal koperasi tidak menjadi dasar hak suara di dalam RAT.

Dapat dilihat jika dalam

44

Page 35: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

keputusan pemegang saham. Pemegang SMK terbesar pasti akan sangat berpengaruh dalampengambilan keputusan dibandingkan pemegang SMK yang kecil mengingat pemegang SMK yang besar akan mempunyai bargaining positition terhadap kelangsungan permodalan koperasinya.

penyetoran dan bentuk penyetoran, pembuatan daftar pemegang Sertifikat Modal Koperasi, yang diatur dalam Pasal 69 ayat (2) s.d ayat (6) UU Perkoperasian merupakan jaminan kepastian hukum untuk melaksanakanSertifikat Modal Koperasi, yang justru merupakan bentuk perlindungandan kepastian hukum untuk memperkuat Koperasi dengan penerbitan SMK

argumen tersebut hakim meragukan dan tidak tergas dalam pertimbangannya karena pasal 69 sudah dengan tergas menerangkan bahwa kepemilikan modal tidak mempengaruhi hak suara. Dalam hal ini hakim terlihat kurang memahami atas pasal yang di uji dengan segalakemungkinan yang belum tentu terjadi.

C. Analisis

1. Inkonsistensi Pertimbangan dan Putusan Hakim Mahkamah Konstitusi

No. 28/PUU-XI/2013 :

Terdapat inkonsistensi antara putusan hakim yang menolak Pasal

37 ayat (1) huruf f dan Pasal 57 ayat 2, Pasal 55 (1), Pasal 67, Pasal

68-69 yang artinya menolak termohon tetapi penolakan itu

menggunakan pertimbangan dari termohon itu sendiri. Dikatakan

konsisten apabila pertimbangan termohon yang diakui benar oleh

hakim maka putusannya mestinya hakim menerima dalil termohon.

45

Page 36: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Dalam pertimbangannya terdapat pemakaian kata dalam berargumen

yang tidak sesuai dalam pertimbangan serta putusannya yang artinya

hal tersebut merupakan bentuk Inkonsistensi. Dengan hasil putusan

menghapuskan seluruh Undang-Undang No. 17 tahun 2012.

Berdasarkan ketentuan pasal 50 Undang-Undang nomor 48 tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa dalam pertimbangan

hukum putusan itu salah satunya harus memuat, dasar putusan yang

berkaitan dengan hukum yang diterapkan dan argumen-argumen

pendukung.23 Namun dapat di lihat bahwa argumen antara

pertimbangan sebagai dasar putusan dalam pasal ini tidak tidak

mendukung argumen putusannya. Dimana dalam putusannya hakim

tidak memperhatikan pertimbangan hukum hakim yang di dasarkan

pada alasan dan dasar hukum yang tepat dan benar; yang mana hakim

bertanggung jawab atas putusan yang dibuatnya seperti yang telah di

jelaskan dalam Pasal 53 Undang-Undang no. 48 tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman. Artinya bahwa putusannya dipertanggung

jawabkan sesuai pertimbangan hukum yang dibuatnya.24 Dalam

mempertimbangkan pasal-pasal ini dapat dilihat bahwa hakim dalam

praktiknya tidak sepenuhnya memenuhi rasional putusan hakim yang

dalam teori hukum terdapat kriteria rasional putusan hakim yaitu pada

de heuristik dan de legitimatik.25 Yang mana dalam tahap de heuristik

terdapat metode pemecahan masalah lewat penalaran sebagai proses

intelektual untuk mencapai penyelesaian masalah, dalam tahap ini

23 Syarif Mappiasse, Op. Cit., hlm 4524 Ibid,hlm 46.25 Philipus M. Hadjon, Op. Cit., hlm13.

46

Page 37: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

hakim telah mencari tahu dan menemukan jalan pemecahan secara

tepat dan benar, dan dalam tahap ini hakim telah memberikan solusi

dan pemecahan masalah secara tepat, namun belum dapat dilakukan

pada tahap de legitimatik yang adalah kegiatan menyangkut persoalan

mengenai keadilan, untuk mencapai kebenaran.26 Hakim dalam

putusannya justru menyatakan hal yang bertentangan dengan isi

pertimbangannya sehingga pola berfikir dalam rasional putusan hakim

tidak dapat terpenuhi karena terdapat ketidak adilan dalam putusan

hakimnya yang terdapat ikonsistensi. Selain itu hakim dalam kasus

ini juga mengabaikan asas-asas yang harus ada dalam putusan salah

satunya yaitu, harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan

secara jelas dan perinci, memuat pasal-pasal dan/atau sumber hukum

tak tertulis yang dijadikan dasar mengadili (Pasal 50 dan Pasal 53

Undang-Undang No. 48 tahun 2009).27 Dan terlihat jelas bahwa

dalam pertimbangan yang di sebutkan oleh hakim tidak jelas dan tegas

bahkan tidak konsisten dalam mengadili dalam pertimbangan nya

dengan mengacu kepada argumen termohon tetapi menyetujui

pemohon, serta tidak memperhatikan pasal-pasal yang sudah jelas

mengaturnya. Hal tersebut dapat dibuktikan sebagai berikut:

a) Dalam Pasal 37 ayat (1) huruf f dan Pasal 57 ayat (2) nampak

bahwa pertibangan hakim itu sama dengan alasan termohon yang

mangajukan rumusan Pasal 37 ayat (1) huruf f dan Pasal 57 ayat

(2) mengenai Imbalan bagi Pengawas serta Gaji dan Tunjangan

26 Syarif Mappiasse, Op. Cit., hlm 5027 Ibid.,hlm 41

47

Page 38: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

bagi Pengurus. Jika hakim mengutip alasan termohon dalam

memberikan Imbalan bagi Pengawas serta Gaji dan Tunjangan

bagi Pengurus hal tersebut berarti hakim setuju atas hal tersebut,

namun dalam putusan nya hakim menolak pasal tersebut serta

menyatakan pasal tersebut tidak beralasan hukum dan

menghapuskan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012. Hal tersebut

menunjukan bahwa pertimbangan hakim bertentangan dengan

putusan hakim karena dalam pertimbangan nya tidak mendukung

putusan akhirnya, dan hal inilah yang di sebut sebagai

Inkonsistensi.

b) Dalam Pasal 55 ayat (1) terlihat bahwa dalam hal ini hakim

kurang memahami pasal yang di uji yang sangat jelas menyatakan

bahwa “Pengurus dipilih dari orang perseorangan, baik Anggota

maupun non Anggota” sehingga sebuah koperasi tidak harus

merekrut non-anggota apabila tidak membutuhkan. Selain itu

dalam pertimbangannya hakim memiliki pemikiran yang sama

atas rumusan Pasal 55 ayat (1) dimana alasan termohon dan

pertimbangan hakim merupakan sebuah solusi untuk tidak

merekrut non-anggota. Hakim menyatakan bahwa yang dapat

dilakukan supaya tidak merekrut non-anggota yaitu dengan cara

membangun anggota koperasi supaya menjadi tenaga profesional,

hal ini justru mendukung pernyataan termohon yaitu pemerintah

yang juga menjadikan pasal ini sebagai salah satu solusi normatif

apabila dalam koperasi tidak terdapat tenaga profesional. Artinya

48

Page 39: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

jika hakim memiliki pemikiran yang sama dengan alasan

termohon dalam memberikan solusi agar tidak dilakukan

pengangkatan pengurus dari non anggota, hal tersebut berarti

bahwa seharusnya hakim setuju atas hal tersebut, namun dalam

putusan nya hakim tetap menolak pasal tersebut dan

menghapuskan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012. Hal tersebut

menunjukan bahwa terdapat kontradiktif dalam pertimbangan

hakim dengan memiliki dasar pemikiran yang sama dengan

termohon dan dengan argumen pertimbangan hakim yang

memberikan sebuah solusi merupakan bentuk ultra petita patrium

dimana hakim telah mengabulkan melebihi tuntutan. Sehingga

dapat di katakan bahwa dalam pertimbangan dan putusan hakim

terdapat Inkonsistensi, karena argumen dalam pertimbangan

hakim tidak sepenuhnya mendukung Putusan Hakim.

c) Dalam Pasal 67 ayat (1) ketidak konsistensi hakim terlihat ketika

hakim dalam pertimbangannya sangat memahami maksud dari

pasal yang diuji dan dalam memberikan argumennya hakim

memiliki makna dan maksud yang sama seperti yang di ucapkan

oleh termohon. Maksud dari argumen termohon dan argumen

hakim ialah sama-sama memahami bahwa setoran pokok tidak

dapat ditarik kembali. Namun pada akhirnya hakim tetap

menyatakan pasal tersebut salah dengan menyatakan pasal

tersebut mengandung keterpaksaan. Hal tersebut menunjukan

bahwa terdapat kontradiktif dalam pertimbangan hakim yang

49

Page 40: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

dalam argumennnya memahami arti dari setoran pokok. Sehingga

dapat dikatakan bahwa pertimbangan dan putusan hakim yang di

hasilkan terdapat Inkonsistensi, karena dalam argumen

pertimbangan hakim tidak sepenuhnya mendukung putusan

hakim.

d) Dalam Pasal 68-69 ketidak konsistensi hakim terlihat ketika

hakim dalam hal ini tidak memahami dan memperhatikan pasal

yang diuji khusus nya dalam Pasal 69 ayat (1) yang menyatakan

bahwa “Sertifikat Modal Koperasi tidak memiliki hak suara” yang

sudah sangat menjelaskan dan menegaskan bahwa Sertifikat

Modal Koperasi Tidak Memiliki hak suara. Hal ini membuat

hakim dalam pertimbangannya menjadi tidak konsisten. Begitu

pula dengan pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa

“Skema permodalan koperasi yang diatur dalam pasal-pasal

tersebut dapat menjadikan modal koperasi sebagian besar dimiliki

oleh satu, dua, atau beberapa anggota saja, sehingga tidak tertutup

kemungkinan pemegang sertifikat modal terbesar akan memiliki

pengaruh kuat untuk menentukan arah jalannya koperasi,

meskipun sertifikat modal koperasi tidak menjadi dasar hak suara

di dalam RAT.” Pernyataan hakim tersebut sangat terlihat bahwa

hakim mengetahui bahwa telah diatur mengenai Sertifikat Modal

koperasi yang kepemilikannya tidak mempengaruhi hak suara

namun tetap memaksakan bahwa hal tersebut adalah salah dan

menganggap hal tersebut belum diatur. Hal tersebut menunjukan

50

Page 41: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

bahwa dalam argumen pertimbangan hakim terdapat kontradiktif

mengenai peraturan yang telah diatur dalam Pasal 69 ayat (1)

namun dalam pertimbangannya hakim mengabaikan dan

meniadakan pasal tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa

dalam pertimbangan dan putusan hakim terdapat Inkonsistensi

karena tidak sepenuhnya perimbangan hakim mendukung putusan

hakim.

2. Akibat Hukum Adanya Inkonsistensi Pertimbangan Dan Putusan

Hakim

Sebuah putusan selalu menimbulkan akibat hukum baik bagi para

pihak yang berperkara maupun bagi masyarakat luas, karena

munculnya sebuah norma baru. Sama halnya dengan putusan

Mahkamah Konstitusi dimana memiliki sifat final and binding tidak

hanya bagi pihak berperkara namun juga bagi seluruh masyarakat

Indonesia. Karena dalam putusan kali ini adalah mengenai pengujian

beberapa pasal dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tentang

Perkoperasian maka putusan ini akan berakibat hukum baik bagi pihak

berperkara maupun bagi masyarakat luas yang melakukan kegiatan

usaha dalam bidang Koperasi. Berkaitan dengan hal tersebut juga

terjadi adanya Inkonsistensi yang terdapat dalam pertimbangan dan

putusan hakim pada Putusan Mahkamah Konstitusi No. 28/PUU-

XI/2013 yang dalam putusan tersebut mencabut Undang-Undang No.

17 tahun 2012 tentang Perkoperasian. Sebuah putusan yang

51

Page 42: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

didalamnya terdapat Inkonsistensi tentunya memberikan dampak

hukum yang tidak maksimal bagi masyarakat. Akibat hukum yang

dimaksud tidak maksimal adalah ketika keadilan, kepastian hukum dan

kemanfaatan tidak dapat dirasakan oleh masyarakat yang merasakan

akibat hukum secara langsung.

Dengan adanya akibat hukum yang timbul maka sebuah putusan

memerlukan dilakukan eksaminasi sebagai pengujian atau penilaian

dari sebuah putusan (hakim) dan atau dakwaan (jaksa) apakah

pertimbangan-pertimbangan hukumnya telah sesuai dengan prinsip-

prinsip hukum dan apakah prosedur hukum acaranya telah diterapkan

dengan benar, serta apakah putusan tersebut telah menyentuh rasa

keadilan masyarakat. Disamping untuk mendorong para hakim/jaksa

agar membuat putusan/dakwaan dengan pertimbangan yang baik dan

profesional.28 Ketika eksaminasi ini dilakukan maka diharapkan

dampak bagi masyarakat dapat lebih maksimal dan memenuhi rasa

keadilan masyarakat.

Beberapa akibat hukum yang timbul dari putusan Mahkamah

Konstitusi No. 28/PUU-XI/2013 adalah mengenai pemberian gaji dan

tujangan kepada pengurus koperasi serta imbalan bagi pengawas

koperasi. Sebagai sebuah sistem perekonomian di Indonesia pemberian

Gaji terhadap seorang pekerja adalah bentuk dari sebuah timbal balik

atas tercapainya sebuah prestasi yang di sepakati. Pengertian gaji

sendiri adalah suatu bentuk pembayaran periodik dari seorang majikan

28 Emerson Yuntho, Aris Purnomo, Wasingatu Zakiyah, Panduan Eksaminasi Publik (Edisi Revisi 2011), Indonesia Corruption Watch, 2011, hal 19.

52

Page 43: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

kepada karyawannya yang dinyatakan dalam suatu kontrak kerja. Dari

sudut pandang pelaksanaan bisnis, gaji dapat dianggap sebagai biaya

yang dibutuhkan untuk mendapatkan sumber daya manusia untuk

menjalankan operasi, dan karenanya disebut sebagai biaya personel

atau biaya gaji. Oleh sebeb itu sebuah pemberian gaji di sesuaikan dan

di dasarkan dari sebuah kesepakatan kedua belah pihak. Karena sebuah

pemeberian gaji merupakan hak bagi seseorang yang telah melakukan

sebuah pekerjaan dan hal tersebut juga untuk memenuhi keadilan bagi

seorang yang telah melakukan prestasi. Hal tersebut juga di dasarkan

dalam pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang

menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk berkerja serta

mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan

kerja”.

Selain itu terdapat juga akibat hukum yang timbul dari adanya

putusan Mahkamah Konstitusi No. 28/PUU-XI/2013 tentang

pencabutan Undang-Undang No.17 tahun 2012 yang salah satunya

mengenai pengangkatan pengurus dari non-anggota. Sebagai sistem

perekonomian, koperasi juga memerlukan pengurus-pengurus yang

dianggap ahli dalam bidangnya. Apabila dalam koperasi tidak terdapat

anggota yang ahli dalam bidangnya sebagai pengurus koperasi maka

diperlukanlah pengurus koperasi yang ahli dan profesional dalam

bidangnya. Terkait dengan pengangkatan pengurus koperasi dari non-

anggota yang tidak diperbolehkan, hal tersebut akan berdampak buruk

bagi koperasi yang di dalamnya tidak terdapat anggota-anggota yang

53

Page 44: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

profesional sebagai pengurus koperasi. Karena itu pengangkatan

pengurus dari non anggota koperasi diperlukan. Semua ketentuan

tersebut bertujuan untuk membangun koperasi sebagai badan hukum

yang lebih baik dan profesional sebagai salah satu sistem

perekonomian yang bergerak dinamis dan dapat bersaing dalam

mensejahterakan masyarakat terkhusus bagi para anggota koperasi.

Akibat hukum lain yang timbul adalah mengenai setoran pokok

koperasi yang tidak dapat ditarik kembali, dimana setoran pokok

tersebut merupakan bagian dari modal koperasi yang apabila mudah

untuk di tarik dan di masukan kembali akan menimbulkan kesulitan

bagi koperasi untuk mengaturnya. Sehingga koperasi dapat berjalan

secara efektif maka setoran pokok sebagai sumber modal koperasi

harus di jaga dengan tidak seenaknya menarik dan memasukan setoran

pokok. Selain itu juga Secara yuridis status hukum kepemilikan uang

Setoran Pokok itu sudah berubah menjadi kepemilikan Koperasi yakni

menjadi modal awal Koperasi, sehingga merupakan kekayaan

Koperasi selaku badan hukum dan tidak dapat ditarik kembali.

Akibat hukum yang lain yang timbul adalah mengenai adanya

Sertifikat Modal Koperasi. Sebagai sistem perekomonian koperasi juga

memerlukan pengaturan yang pasti dan tegas dalam menjalankan

kegiatan usahanya termasuk mengenai pengaturan modal koperasi.

Walupun sebagai sistem perekonomian modal koperasi bukanlah hal

yang paling utama namun dalam kegiatan usaha modal merupakan hal

yang sangat penting untuk memulai kegiatan usaha.

54

Page 45: BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16335/2/T1... · 2018-10-30 · Eksaminasi Publik Istilah eksaminasi ... putusan] maka eksaminasi berarti melakukan pengujian

Sertifikat Modal Koperasi yang diatur dalam Undang-Undang No.

17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dengan tegas mengatur bahwa

kepemilikan Sertifikat Modal Koperasi tidak mempengaruhi hak suara.

Namun dengan adanya Sertifikat Modal Koperasi di pahami akan

berdampak pada terpengaruhnya hak suara dalam Rapat Anggota

Tahunan, sehingga pada akhirnya pengaturan tersebut di hapus. Hal

tersebut berdampak pada tidak adanya jaminan atas modal koperasi.

Sedangkan ketentuan pasal tersebut justru menjadikan Sertifikat Modal

Koperasi sebagai jaminan agar tidak sewaktu-waktu modal koperasi

dapat diambil tanpa syarat maupun memasukan modal koperasi

sewaktu-waktu. Oleh karena itu pengaturan mengenai sertifikat modal

koperasi memberikan kepastian hukum dalam mengatur modal

koperasi dan menciptakan koperasi sebagai sistem perekonomian yang

lebih profesional.

55