bab v pembahasanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/t1... · 2016-04-20 · pangarsa...

12
40 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Klasifikasi Kelompok di Pangarsa Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Pangarsa termasuk dalam kelompok primer. Didalam pangarsa sendiri, hubungan antara ketua, pengurus dan anggota berjalan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerjasama. Dapat dikatakan akrab dan personal, karena seluruh pihak yang ada dalam pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut Hardi selaku ketua pangarsa (wawancara pada Senin, 13 Mei 2013) menyebutkan: “...Jika pangarsa mengadakan kegiatan halal bi halal, semua anggota dari berbagai lapisan bisa membantu agar acara bisa lancar dan kerukunan tetap terjaga” Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa sikap toleransi sangat dijunjung tinggi oleh setiap anggota pangarsa, karena mereka memiliki ragam di segi suku, ras dan agama. Kerjasama tinggi juga ditunjukkan oleh mereka yang terlibat di pangarsa. Merupakan kelompok yang mandiri dan tidak terikat dengan pihak luar, tetapi mereka juga tidak menjadi eksklusif dalam berkarya. Dumeri, sebagai penasehat pangarsa (wawancara pada Kamis, 16 Mei 2013) juga mengatakan bahwa: “...Saya menginginkan pangarsa menjadi organisasi yang mandiri. Tidak merepotkan pihak luar...” Karya mereka terwujudkan dari kerjasama dengan radio-radio di Salatiga, dan juga kerjasama antar anggota pangarsa. Kerjasama dengan radio diwujudkan dengan partsipasi pangarsa, menjadi panitia pelaksana bahkan pencari dana. Kerjasama internal diwujudkan dari sikap saling bahu membahu atau tolong menolong. Jika ada salah satu anggota pangarsa yang tidak bisa melakukan tugasnya, perannya akan digantikan oleh anggota lain. Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok

Upload: lediep

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

40

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Klasifikasi Kelompok di Pangarsa

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)

mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya

berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan

kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab,

tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Pangarsa termasuk dalam kelompok primer. Didalam pangarsa sendiri, hubungan antara

ketua, pengurus dan anggota berjalan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan

kerjasama. Dapat dikatakan akrab dan personal, karena seluruh pihak yang ada dalam

pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut Hardi selaku

ketua pangarsa (wawancara pada Senin, 13 Mei 2013) menyebutkan:

“...Jika pangarsa mengadakan kegiatan halal bi halal, semua anggota dari berbagai

lapisan bisa membantu agar acara bisa lancar dan kerukunan tetap terjaga”

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa sikap toleransi sangat dijunjung tinggi oleh

setiap anggota pangarsa, karena mereka memiliki ragam di segi suku, ras dan agama.

Kerjasama tinggi juga ditunjukkan oleh mereka yang terlibat di pangarsa. Merupakan

kelompok yang mandiri dan tidak terikat dengan pihak luar, tetapi mereka juga tidak menjadi

eksklusif dalam berkarya. Dumeri, sebagai penasehat pangarsa (wawancara pada Kamis, 16

Mei 2013) juga mengatakan bahwa:

“...Saya menginginkan pangarsa menjadi organisasi yang mandiri. Tidak merepotkan

pihak luar...”

Karya mereka terwujudkan dari kerjasama dengan radio-radio di Salatiga, dan juga

kerjasama antar anggota pangarsa. Kerjasama dengan radio diwujudkan dengan partsipasi

pangarsa, menjadi panitia pelaksana bahkan pencari dana. Kerjasama internal diwujudkan

dari sikap saling bahu membahu atau tolong menolong. Jika ada salah satu anggota pangarsa

yang tidak bisa melakukan tugasnya, perannya akan digantikan oleh anggota lain.

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership

group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok

Page 2: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

41

yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.

Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard)

untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

Pangarsa lebih kepada kelompok keanggotaan. Walaupun merupakan paguyuban dan

lebih ke sistem kekeluargaan, mereka memiliki keanggotaan yang jelas. Semua sudah diatur

oleh pengurus, agar memiliki data anggota yang jelas dan valid. Aturan dan syarat sangat

jelas diatur oleh pangarsa, jika ada anggota yang ingin bergabung.

5.2 Jaringan Komunikasi Pangarsa

Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui lambang tertentu,

mengandung arti, dan pengoperan perangsang untuk mengubah tingkah laku individu yang

lain, serta untuk mengubah tingkah laku individu yang lain. Didalam pola komunikasi,

terdapat juga jaringan komunikasi. Pangarsa juga memiliki jaringan komunikasi yang dapat

dilihat dari struktur organisasi, dan dari cara antar anggota berkomunikasi.

Alur struktur organisasi pangarsa adalah ketua Penasehat Sekretaris

Bendahara Anggota. Ketua merupakan jabatan teratas dan yang lain merupakan bawahan

dari ketua. Walaupun ketua berada di jabatan teratas, tetapi ketua juga memiliki toleransi atau

menghargai pendapat-pendapat dari para bawahannya. Jika dilihat dari struktur jaringan

komunikasinya, pangarsa menggunakan struktur semua saluran atau pola bintang.

Sumber: Analisis Data Primer, 2013

Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran dalam

arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk

mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran (pola bintang),

Gambar 12 Struktur Semua Saluran (Pola Bintang)

Page 3: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

42

setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan

adanya partisipasi anggota secara optimum (Devitto: 344: 2004).

Struktur jaringan komunikasi sangat bermanfaat bagi kelompok maupun organisasi.

Manfaatnya adalah untuk meneruskan dan juga melancarkan komunikasi antar anggota

kelompok. Karena pangarsa bukanlah organisasi yang bertujuan untuk meraup keuntungan,

tetapi lebih kepada sistem kekeluargaan. Maka dari itu, struktur semua saluran sangat tepat

untuk menggambarkan jaringan komunikasi pangarsa. Semua anggota dan pengurus bebas

berpendapat, untuk membangun kelompok. Endang sebagai anggota dari pangarsa juga

mengakui kebebasan menyalurkan ide di pangarsa (wawancara pada Selasa, 14 Mei 2013).

“...Peran anggota sangat diandalkan dan dipercaya. Jika ada event, pasti membentuk

panitia. Mencari dana dengan sukarela dari sesama anggota. Semua dilakukan dari, oleh

dan untuk pangarsa..”

Ide-ide mereka juga beragam, dari memberikan ide untuk kegiatan, mencari dana untuk

kegiatan tersebut, atau memecahkan masalah dalam kelompok. Untuk mencegah konflik dan

keputusan akhir yang anti klimaks, maka ketua sangat berperan disini. Ketua akan

memberikan keputusan akhir yang bijak dan menguntungkan semua anggota dan kelompok.

Peran ketua ini juga diakui oleh Tinda selaku sekretaris pangarsa (wawancara pada Selasa,

14 Mei 2013). Beliau mengatakan:

“...Ketua itu berperan untuk menampung ide serta keputusan akhir. Tetapi peran ketua

juga didukung oleh penasehat yang suka memberi masukan dan ide kreatif...”

Pangarsa juga memiliki arus komunikasi didalam kelompok. Arus komunikasi pangarsa

dapat dilihat dari anggota ke ketua (komunikasi ke atas), ketua ke anggota (komunikasi ke

bawah) dan ketua ke pengurus, anggota ke anggota (komunikasi lateral).

5.2.1 Komunikasi ke Atas (anggota ke ketua)

Komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hirarki yang lebih

rendah ke tingkat yang lebih tinggi (De vitto: 346: 2004). Untuk penyampaian pesan dari

anggota ke ketua pangarsa berjalan baik. Karena mengadopsi struktur semua saluran, seluruh

anggota dapat berbicara dan mengutarakan ide-ide mereka ke ketua. Hambatan yang ditemui

dari komunikasi ke atas adalah anggota memiliki rasa sungkan, untuk berdebat dengan para

sesepuh pangarsa (ketua dan penasehat). Hal ini tersirat dari pernyataan Endang selaku

anggota pangarsa (wawancara pada Selasa, 14 Mei 2013). Beliau mengatakan bahwa:

Page 4: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

43

“...Kekuatan ketua tidak bersifat mutlak. Tapi semua hal ketua yang memutuskan. Jika

penasehat sudah berbicara, kami para anggota manut karena ide penasehat itu

menarik...”

Ketua dan penasehat merupakan sosok yang dihormati pangarsa. Jadi, jika dua sosok

ini sudah angkat bicara, susah bagi para anggota untuk meyakinkan ide mereka ke para

sesepuh.

5.2.2 Komunikasi ke Bawah (ketua ke anggota)

Komunikasi ke bawah merupakan pesan yang dikirim, dari tingkat hirarki yang lebih

tinggi ke tingkat yang lebih rendah (De Vitto: 347: 2004). Dalam pangarsa, komunikasi dari

ketua ke anggota juga berjalan baik. Selalu ada pertemuan di setiap minggu, dan ini sangat

bermanfaat untuk menyalurkan ide antara ketua ke anggota atau sebaliknya. Hardi selaku

ketua juga mengakui bahwa (wawancara pada Senin, 13 Mei 2013):

“...Selalu melakukan pertemuan setiap bulan dengan para anggota. Agenda kami

biasanya adalah membicarakan kegiatan, dan memberikan iuran wajib..”

Penggunaan teknologi juga mempermudah ketua untuk berkomunikasi dengan para

anggotanya. Teknologi berupa SMS, telepon, atau surat menyurat. Semua digunakan ketua

untuk menyampaikan informasi dan ide ke para anggota.

Hambatan yang ditemui dalam komunikasi ke bawah di pangarsa, adalah ketua yang

suka membawa kepentingan politiknya. Ketua pangarsa yang tergabung dalam salah satu

parpol, suka membawa kepentingannya untuk mempengaruhi anggota lain. Pernyataan ini

didapatkan dari hasil wawancara bersama penasehat pangarsa, Yoso Dumeri.

“...Ketua juga saya berikan nasehat dan diluruskan, agar pikiran atau idenya baik untuk

kebutuhan pangarsa. Karena ia (ketua) terkadang suka membawa kepentingan politik

yang dapat mengkontaminasi ideologi pangarsa yang mandiri.

Hal ini tentu sangat bertentangan dengan ideologi pangarsa. Ideologi pangarsa sangat

menjunjung tinggi kemandirian, sehingga tidak mau kelompok ini terlibat dalam aktivitas

partai politik. Kepentingan yang dibawa oleh ketua, sangat ditentang oleh anggota.

Terkadang anggota memberikan nasehat dan teguran jika ketua mereka mulai berbicara

tentang menggandeng parpol untuk pangarsa.

Page 5: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

44

5.2.3 Komunikasi Lateral (ketua ke pengurus, anggota ke anggota)

Komunikasi lateral dalam pemahaman organisasi adalah pesan antar sesama manajer ke

manajer, karyawan ke karyawan (De Vitto: 348: 2004). Dalam konteks pangarsa, komunikasi

lateral dapat dilihat dari komunikasi ketua ke pengurus dan anggota ke anggota. Komunikasi

ketua ke pengurus di pangarsa berjalan baik dan lancar. Hal ini dapat dilihat dari inisiatif

ketua dan pengurus untuk mengadakan pertemuan singkat, sebelum pertemuan dengan para

anggota. Diakui Tinda selaku sekretaris pangarsa yang mengatakan bahwa: (wawancara pada

Selasa, 14 Mei 2013)

“...Kami selalu berkumpul dari ketua, penasehat dan pengurus seperti saya ini. Setelah

rapat kecil dengan para pengurus yang biasanya hanya beberapa jam, langsung ke rapat

besar dengan para anggota setiap bulannya. Dari rapat ini, terdapat ide-ide untuk

mengembangkan pangarsa.

Pertemuan singkat yang diadakan ketua ke pengurus, difokuskan pada konsep awal

untuk sebuah kegiatan pangarsa. Konsep awal ini bermanfaat agar mendapat masukan dari

para anggota. Sedangkan komunikasi antar anggota juga berjalan dengan baik dan lancar.

Biasanya para anggota akan mengadakan pertemuan pribadi. Karena jumlah anggota

pangarsa begitu banyak, maka mereka membentuk kelompok-kecil untuk menggali ide-ide

yang bermanfaat bagi pangarsa.

Hambatan yang dialami dari komunikasi lateral di pangarsa, adalah keegoisan dari

masing-masing individu. Dalam komunikasi ketua dan pengurus, terkadang harus terjadi

perdebatan kecil, karena didalam pengurus pangarsa semuanya adalah pencetus berdirinya

kelompok ini. Dengan status “pendiri pangarsa”, ketua dan pengurus sering merasa benar

dalam mencetuskan ide. Biasanya untuk melerai perdebatan, penasehat sangat berperan

disini. Penasehat berperan untuk meluruskan perdebatan diantara pengurus. Peran ini juga

diakui oleh sang penasehat pangarsa yaitu Yoso Dumeri.

“...peran saya sebagai penasehat adalah meluruskan adu perdebatan dalam rapat...”

Hambatan yang terjadi antar anggota pangarsa juga keegoisan masing-masing individu.

Bukan karena merasa “pendiri pangarsa”, tetapi para anggota merasa lebih senior dari

anggota lainnya. Senioritas terkadang terjadi didalam anggota pangarsa. Endang sebagai

anggota pangarsa juga merasakan bahwa anggota baru atau junior masih terlalu seungkan

berpendapat.

Page 6: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

45

“...kadang saya mesakke (kasihan) dengan anggota baru. Mereka masih ragu

berpendapat, karena mungkin segan dengan anggota lama dan para sesepuh...”

Walaupun skalanya kecil terjadi, tetapi ini bisa sangat mengganggu masukan ide bagi

mereka yang baru saja bergabung di pangarsa. Solusi untuk menghadapi senioritas skala kecil

ini, anggota lain memilih mengalah untuk menghindari masalah.

5.3 Teori Kelompok

Dalam sub bab ini akan dipaparkan 3 teori kelompok, yang menggambarkan pangarsa.

Teori-teori tersebut adalah teori analisis proses interaksi, teori kelompok kerja antar budaya

dan teori analisis interaksi.

5.3.1 Teori Analisis Proses Interaksi

Teori ini dipaparkan oleh Robert Bales. Bales menyusun teori mengenai komunikasi

kelompok kecil untuk menjelaskan mengenai jenis-jenis pesan yang saling dipertukarkan

dalam kelompok, bagaimana pesan-pesan itu membentuk peran dan kepribadian anggota

kelompok serta bagaimana pesan tersebut mempengaruhi karakter atau sifat kelompok secara

keseluruhan.

Bales juga mengatakan dalam skema kategori analisis proses interaksi (terdapat di Bab

II), jika masing-masing anggota kelompok tidak saling bertanya dan memberikan saran, maka

kelompok akan mengalami “masalah pengawasan”. Didalam pangarsa, terjadi masalah

pengawasan. Karena para anggota memberikan saran, tetapi saat para sesepuh atau pengurus

mulai berbicara, para anggota langsung menurut begitu saja. Padahal belum tentu pendapat

dari para pengurus ini baik adanya. Seharusnya, para anggota masih bisa memperjuangkan

pendapat atau saran mereka.

Proses dramatisasi juga terjadi di pangarsa. Dramatisasi ini bermanfaat untuk

melepaskan ketegangan dengan cara menyampaikan cerita atau pengalaman pribadi yang

menyenangkan. Pangarsa merupakan kelompok yang memiliki sistem kekeluargaaan. Jadi

segala hal yang dibicarakan atau dirapatkan dalam pertemuan, terdapat cerita, sharing,

banyolan atau candaan yang bermanfaat untuk mencairkan suasana. Semua anggota dan

pengurus, bisa terlibat dalam proses dramatisasi ini. Didalam pangarsa, yang biasanya

melakukan daramatisasi adalah ketua dan penasehat.

Page 7: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

46

Teori analisis proses interkasi, juga menjelaskan macam-macam pemimpin dalam

kelompok. Kedua pemimpin itu adalah pemimpin pekerjaan dan pemimpin sosio-emosional.

Pemimpin pekerjaan merupakan anggota kelompok yang bertugas untuk mengkoordinasikan

dan memfasilitasi kerja kelompok. Adanya pemimpin pekerjaan mempermudah anggota lain

untuk menyelesaikan tugas, karena ia bersifat rajin dan bertanggung jawab. Sedangkan

pemimpin sosio-emosional lebih cenderung memberikan semangat dan masukan agar

anggota lain memiliki inisiatif dalam bekerja. pemimpin semacam ini, biasanya sangat peduli

dan pribadi yang suka meredam konflik dalam kelompok.

Pangarsa juga memiliki kedua pemimpin ini. Ketua pangarsa lebih kepada pemimpin

pekerjaan. karena tugasnya adalah mengarahkan, dan mengumpulkan para anggota untuk

menyelesaikan masalah atau mengerjakan sebuah kegiatan. Walaupun hanya sebagai

koordinator, tetapi peran ketua pangarsa adalah mengambil keputusan akhir. Sedangkan

pemimpin sosio-emosional disandang oleh penasehat pangarsa. Walaupun tugas awalnya

adalah meluruskan mereka yang menyimpang dari tujuan kelompok, ternyata penasehat

pangarsa dijadikan motivator kelompok. Penasehat pangarsa merupakan sosok yang sangat

dihormati oleh para anggota, karena penasehat pangarsa merupakan pendiri serta berusia

paling tua. Ditanya mengenai sosok yang disegani, Yoso Dumeri menjawab:

“...Saya bukan disegani. Tetapi apa yang saya katakan, sesuai dengan apa yang

dilaksanakan...”

Pola pikir, tutur kata dan tindakan ke anggota lain memberikan suntikan motivasi

kepada para anggota. Para anggota menajdi lebih bersemangat dan terdorong untuk

mengerjakan segala tugas dan tanggung jawab mereka.

5.3.2 Teori Kelompok Kerja Antar Budaya

Pangarsa merupakan sebuah kelompok yang memiliki keragaman suku, ras dan agama

antar anggotanya. Mereka semua dapat hidup selaras dalam kelompok, dan saling menghargai

satu dengan yang lain. Inilah keunikan dari pangarsa, perbedaan yang sangat kompleks tetapi

masih bisa bekerja selaras dengan tujuan pangarsa. Didalam teori ini, terdapat 3 unsur untuk

membantu menganalisis pola komunikasi pangarsa. Ketiga unsur tersebut adalah

individualisme – kolektivisme, pemahaman diri dan masalah wajah.

1) Individualisme – kolektivisme

Pangarsa memang memiliki anggota yang sangat beragam perbedaannya. Tetapi tidak

ada anggota yang membawa kepentingan individu. Walaupun terdapat individu yang

Page 8: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

47

membawa kepentingan, tetapi itu dapat diatasi dengan teguran dan saling

mengingatkan tentang tujuan pangarsa yang mandiri. Tidak hanya ketua saja yang

dapat memberi teguran atau nasihat, tetapi pengurus juga dapat melakukannya. Hal ini

diungkapkan oleh Tinda sebagai sekretaris pangarsa (wawancara pada Selasa, 14 Mei

2013).

“...Memberi nasihat, solusi bahkan teguran. Jadi pengurus juga memiliki andil dalam

memberi solusi jika ada masalah. Pengurus itu seperti lautan. Semua bisa masuk.

Termasuk masalah-masalah anggota juga dapat ditampung untuk diselesaikan. Jika

pengurus tidak bisa menyelesaikan masalah, maka akan dibicarakan bersama

dengan anggota...”

Para anggota pangarsa akan berjuang keras, untuk mewujudkan visi kelompok. Maka

dari itu, mereka bersama-sama saling bahu membahu untuk menyelesaikan masalah,

menuntaskan pekerjaan jika menjadi panitia pelaksana sebuah kegiatan, serta

membantu anggota lain jika mengalami musibah. Cara pangarsa menghadapi

perbedaan antar anggota adalah, dengan saling menghargai dan mengingat komitmen

saat mereka bergabung dalam pangarsa.

2) Pemahaman Diri

Anggota pangarsa lebih memandang kepada interdependen. Interdependen adalah

bagaimana mereka dapat terkait atau terhubung dengan orang lain. Interdependen

pangarsa terlihat dari saling tolong-menolong untuk mengerjakan sesuatu, menghargai

perbedaan, dan setiap anggota tetap ikut membantu walau acara itu merupakan acara

dari etnis atau agama tertentu. Contohnya, saat pangarsa mengadakan acara Halal bi

Halal dan ibadah Natal bersama. Mereka yang beragamat muslim sangat antusias

untuk membantu kelancaran ibadah Natal bersama. Sebaliknya mereka yang

beragama nasrani, juga sangat antusias dalam membantu kelancaran Halal bi Halal.

3) Masalah Wajah

Masalah wajah erat hubungannya dengan citra diri. Bagaimana individu memandang

keunggulan dirinya atau bagaimana si individu lebih membanggakan keunggulan diri

orang lain. Ketua pangarsa yaitu Hardi (wawancara pada Senin, 13 Mei 2013) juga

mengakui hal ini.

“...Pangarsa juga unik. Karena setiap anggota yang berasal dari etnis lain, dapat

membanggakan etnis anggota lain. Contohnya, saya suka si A yang berasal dari

sulawesi itu. Orangnya rajin, ulet dan kritis...”

Dalam pangarsa setiap anggota akan saling membanggakan satu dengan yang lain.

Page 9: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

48

Etnis A akan merasa bangga dan puas kepada etnis B yang sangat antusias dalam

mewujudkan cita-cita pangarsa. Sedangkan agama A juga akan membanggakan agama

B, karena mereka bisa saling rukun untuk membantu pangarsa menyelesaikan masalah

atau kegiatan.

Jika suatu kelompok yang memiliki keragaman budaya dapat berkomunikasi

mempengaruhi efektivitas hubungan danefektivitas tugas, maka kelompok itu berjalan

dengan baik. Itulah yang sudah dilakukan oleh pangarsa. Sebuah kelompok yang dapat

menjadi panutan kepada kelompok lain, karena dapat mempersatukan dan memperat

hubungan para anggota yang berbeda latar belakang budaya.

5.3.3 Teori Analisis Interaksi

Dalam teori ini, akan dianalisis suatu kelompok dalam menghadapi sebuah masalah dan

proses pengambilan keputusan. Fisher mengemukakan adanya empat tahap yang harus dilalui

suatu kelompok tugas sebelum mereka mengambil keputusan. Keempat tahap yang dimaksud

Fisher adalah tahap orientasi, konflik, kemunculan dan penguatan.

1. Tahap Orientasi

Tahap ini mencakup tindakan seperti mengenali masalah, melakukan

klarifikasi, dan mengemukakan pendapat awal. Suatu tingkat atau level persetujuan

yang besar menjadi ciri dari tahapan ini, dalam hal tidak terdapat persetujuan yang

besar maka segala pandangan adalah belum mantap atau belum pasti dan masih

bersifat sementara. Di pangarsa tahap orientasi ini dilakukan oleh ketua dan para

pengurus. Keduanya akan membahas konsep awal jika ingin mengadakan suatu

kegiatan atau menyelesaikan masalah. Ketua dan pengurus akan mengadakan

pertemuan khusus, untuk membahas konsep tersebut sebelum dibicarakan kepada para

anggota. Skalanya kecil jika terjadi perdebatan di tahap orientasi bagi pangarsa.

Karena jumlahnya kecil, dan terdapat penasehat yang dapat meredakan perdebatan.

2. Tahap Konflik

Interaksi yang terjadi pada tahap ini mencakup ketidaksetujuan serta evaluasi

negatif yang lebih besar. Para anggota saling berdebat dan mencoba melakukan

persuasi dan mereka mungkin membentuk sejumlah koalisi. Bagi pengurus pangarsa,

inilah saat mereka akan menerima masukan, kritik bahkan berdebat dengan para

anggota. Konsep awal yang mungkin dicetuskan oleh pengurus dapat disanggah, atau

ditolak oleh para anggota. Pernyataan ini didukung oleh hasil tanya jawab dengan

Page 10: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

49

Endang sebagai anggota pangarsa (wawancara pada Selasa, 14 Mei 2013).

“...saat menghadapi perbedaan pendapat, kami diawal sering berbincang dulu dengan

sesama anggota. Setelah berbincang, langsung disampaikan ke pengurus...”

Skala terjadi perdebatan sangat besar, karena jumlah anggota sangat besar dan

banyak pikiran dari mereka yang dapat mengubah keputusan awal. Ada kemungkinan

terbentuk kelompok anggota kecil, yang pro dan kontra terhadap konsep awal yang

dicetuskan oleh pengurus.

3. Tahap Kemunculan

Koalisi yang timbul pada tahap kedua cenderung menghilang. Tahap ini

disebut juga dengan nama kemunculan. Tanda-tanda permulaan adanya kerjasama

yang mulai terlihat. Anggota tidak lagi terlalu ngotot dalam mempertahankan

gagasannya. Ketika mereka mulai melunak dan mengalami perubahan sikap, maka

pendapat dan komentar mereka mulai tidak jelas dan ambigu. Bagi pangarsa, tahap ini

termasuk dalam pencerahan keputusan. Biasanya peran penasehat akan terlihat disini.

Karena merupakan pemimpin sosio-emosional yang memotivasi anggota, peran

penasehat membuat anggota dan pengurus menjadi satu pikiran. Tidak ada perdebatan

ataupun kelompok-kelompok kecil yang terbentuk.

4. Tahap Penguatan

Tahap terakhir adalah tahap penguatan, keputusan kelompok menguat dan

keputusan itu juga menerima penguatan dari anggota kelompok lainnya. Anggota

kelompok menyatu dan mendukung solusi atau keputusan yang sudah dibuat.

Komentar pada umumnya positif dan menyenangkan. Pada tahap ini, pangarsa sudah

memiliki keputusan akhir. Karena diluruskan oleh penasehat, akhirnya pengurus dan

anggota sudah satu pikiran. Meraka siap untuk mengadakan sebuah kegiatan dan tidak

ada lagi masalah yang dibahas, atau masalah lama yang diungkit-ungkit kembali.

5.4 Peran Pangarsa Terhadap Radio Komunitas di Salatiga

Berbicara tentang peran, tentulah pangarsa sangat berperan dalam mendukung radio

komunitas di Salatiga. Pangarsa sudah memiliki pengalaman, terutama kerjasama mereka

dengan radio-radio swasta di Salatiga. Membantu radio komunitas bukanlah hal yang sulit

jika melihat track record kerjasama pangarsa. Bahkan setiap tahunnya, pangarsa pasti selalu

mengadakan kegiatan dengan radio-radio swasta di Salatiga. Memang radio swasta dan radio

komunitas itu jauh berbeda. Tetapi dengan hadirnya pangarsa, mereka dapat berperan untuk

Page 11: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

50

mendukung dua radio komunitas di Salatiga. Diakui oleh ketua pangarsa yaitu Hardi

(wawancara pada Senin, 13 Mei 2013) bahwa:

“...Fungsi kami adalah bisa mendekatkan diri dengan mereka, dan bisa bekerjasama.”

Melalui pernyataan langsung dari ketua, terlihat bahwa pangarsa adalah paguyuban

yang terbuka. Hal ini juga didukung oleh penasehat pangarsa yaitu Dumeri. Beliau

mengatakan bahwa:

“Pada dasarnya untuk menyenangkan para anggota dan menjaring para pendengar agar

selalu bisa menyapa di udara dan di darat. Jadi pangarsa bisa diajak kerjasama dan

dilibatkan sesuai dengan kapasitas kami. Misal, dengan membuat kegiatan atau

memberi masukan.”

Pangarsa sangat suka bekerjasama. Menjalin hubungan dengan banyak radio di

Salatiga, mempermudah mereka untuk menjaring anggota. Memang dikatakan oleh Hardi,

bahwa pangarsa harus didekati dahulu setelah itu dapat terjadi kerjasama antara pangarsa

dengan pihak lain (dalam konteks ini adalah radio komunitas). Kedekatan yang diawali

dengan penegenalan sekilas, sangatlah penting dalam interaksi individu dan kelompok. Untuk

dapat berinteraksi dengan baik, setiap individu atau kelompok mesti mengetahui sedikit

rahasia dari lawan asosiasinya. Simmel memaparkan kerahasiaan adalah suatu bagian

intergral dari seluruh hubungan sosial, meskipun suatu hubungan dapat hancur jika rahasia

diketahui oleh orang yang dihindarkan untuk mengetahuinya (Ritzer:2012:310). Untuk dapat

mengetahui rahasia orang lain, diperlukan pengenalan sekilas. Pengenalan sekilas merupakan

bentuk asosiasi awal dari kerahasiaan. Pengenalan sekilas dengan kenalan-kenalan atau orang

lain, mempermudah mengetahui kerahasiaan bahkan karakter mereka. Inilah yang diharapkan

oleh pangarsa. Berharap agar radio komunitas bisa melakukan pendekatan dengan paguyuban

ini. Endang sebagai anggota pangarsa juga mengakui pentingnya pendekatan atau pengenalan

sekilas ini (wawancara pada Senin, 13 Mei 2013).

“...Harus belajar bergabung dulu. Belajar bergaul, agar bisa bekerjasama dengan baik.”

Inilah maksud dari “menunggu bola” yang dilakukan oleh pangarsa. Radio komunitas

yang mesti melakukan pendekatan lebih dulu kepada pangarsa. Hal ini dikarenakan sebagian

besar anggota pangarsa adalah pendengar radio. Pendengar radio merupakan jiwa pemberi

kehidupan untuk radio. Jadi, sebagai radio komunitas ada baiknya melakukan pendekatan

kepada pangarsa. Bagi penulis, tidaklah sulit bagi radio komunitas untuk melakukan

Page 12: BAB V PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6977/5/T1... · 2016-04-20 · pangarsa saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lain. Menurut ... anggota pangarsa

51

pendekatan kepada pangarsa. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan mengadakan acara off

air yang melibatkan pangarsa

Setelah melakukan pendekatan atau pengenalan sekilas, bentuk asosiasi yang berlanjut

adalah kepercayaan. Kepercayaan sebagai suatu bentuk interaksi menjadi semakin penting.

Bagi Simmel kepercayaan adalah penengah antara pengetahuan dan ketidaktahuan tentang

seorang manusia (Ritzer:2012:311). Jika pendekatan sudah berjalan baik, sangatlah mudah

mendapat kepercayaan. Pangarsa dan radio komunitas menjadi lebih akrab, dan soal

kerahasiaan dari kedua belah pihak semakin terbuka. Pangarsa dapat mengerti permasalahan

radio komunitas, dan radio komunitas juga tidak sungkan menjalin kerjasama dengan

pangarsa.

Pengalaman pangarsa adalah sebagai panitia pelaksana kegiatan radio-radio. Dengan

pengalaman dan jangkauan siar radio komunitas yang sempit, bentuk dukungan pangarsa

adalah kegiatan off air radio komunitas. Kegiatan seperti ini diungkapkan langsung oleh

Tinda sebagai sekretaris pangarsa (wawancara pada Selasa, 14 Mei 2013).

“...Sesuai kemampuan pangarsa. Tapi biasanya untuk menjadi panitia pelaksana event/acara.

Tidak memungkinkan juga pangarsa bisa memberi lebih untuk membantu eksistensi radio.

Tetapi hanya sebatas masukan, atau dukungan dari anggota pangarsa...”

Kegiatan off air adalah kegiatan yang diadakan saat siaran radio tidak mengudara.

Bentuk kegiatan off air adalah acara ulang tahun radio, ibadah, terjun langsung ke masyarakat

dan lain-lain. Radio komunitas memiliki masalah dalam perijinan kegiatan siaran dan kurang

eksis karena minim pendengar serta sarana promosi yang kurang meyakinkan masyarakat

luas. Dengan kegiatan off air bekerjasama dengan pangarsa, ini dapat menjadi sarana promosi

yang baik bagi radio komunitas.

Radio Suara Agape FM dan Bethany FM, merupakan radio rohani Kristiani dan para

anggota pangarsa juga memiliki beragam perbedaan. Hal ini bukanlah masalah bagi radio

komunitas seperti Suara Agape FM dan Bethany FM, seharusnya kedua radio ini dapat

melihat peluang. Peluang untuk mendata anggota pangarsa sebagai pendengar mereka. Tidak

hanya beragam ras, suku dan agama, tetapi pangarsa juga memiliki orang-orang yang sangat

berpengalaman di dunia radio. Melalui masukan dari anggota-anggota pangarsa, radio

komunitas dapat lebih kreatif dalam membuat program siar serta masukan untuk perijinan

radio.