bab iv hasil penelitian dan...

21
33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas V SDN Kutowinangun 12 lebih bergantung pada bahan ajar cetak dan metode ceramah. Sehingga siswa cenderung pasif dan hanya menyalin apa yang sudah ditulis guru di papan tulis. Siswa kelas V di SD tersebut mengatakan bahwa mereka jarang melakukan percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa. Berikut ini adalah data hasil belajar IPA pada pra Siklus yang diambil dari data hasil ulangan akhir semester I : Tabel 4.1 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal (Pra Siklus) No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase 1 Tuntas 20 58% 2 Tidak Tuntas 14 42% Jumlah 34 100% Nilai rata-rata 67.1 Untuk lebih jelasnya, perbandingan persentase jumlah siswa kelas V yang tuntas dan tidak tuntas dalam pembelajaran IPA pada Pra Siklus dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Upload: buitruc

Post on 09-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Awal

Berdasarkan pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan diketahui

bahwa pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas V SDN Kutowinangun 12

lebih bergantung pada bahan ajar cetak dan metode ceramah. Sehingga siswa

cenderung pasif dan hanya menyalin apa yang sudah ditulis guru di papan tulis.

Siswa kelas V di SD tersebut mengatakan bahwa mereka jarang melakukan

percobaan-percobaan IPA.

Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa.

Berikut ini adalah data hasil belajar IPA pada pra Siklus yang diambil dari data

hasil ulangan akhir semester I :

Tabel 4.1

Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal (Pra Siklus)

No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase

1 Tuntas 20 58%

2 Tidak Tuntas 14 42%

Jumlah 34 100%

Nilai rata-rata 67.1

Untuk lebih jelasnya, perbandingan persentase jumlah siswa kelas V yang

tuntas dan tidak tuntas dalam pembelajaran IPA pada Pra Siklus dapat dilihat pada

diagram di bawah ini :

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

34

Gambar 4.1

Diagram Persentase Tingkat Ketuntasan Siswa pada Pra Siklus

Dari tabel dan diagram di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah dari

jumlah keseluruhan siswa tidak tuntas dalam pembelajaran IPA. Dari 34 siswa

hanya 20 siswa atau 58% dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas dari KKM

(65). Sisanya sebanyak14 siswa atau 42% dari jumlah keseluruhan siswa tidak

tuntas KKM (65). Untuk itu peneliti melakukan tindakan upaya peningkatan hasil

belajar IPA dan memperbaiki sikap siswa dengan menerapkan model

pembelajaran Quantum Tipe VAK.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kutowinangun 12 Salatiga. Subyek

dari penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kutowinangun 12 yang terdiri dari

34 siswa dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan dari bulan

Januari akhir sampai pertengahan bulan Maret 2014. Ada dua Siklus dalam

penelitian ini yang tiap Siklusnya terdiri dari tiga kali pertemuan dengan rincian

dua kali pertemuan untuk pembahasan materi dan satu kali pertemuan untuk tes

evaluasi. Dalam tiap Siklusnya, ada empat tahap penelitian yakni perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.

4.2.1 Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan Siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan

pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Februari 2014, pertemuan

58%

42%

Hasil Belajar Pra Siklus

TUNTAS

TIDAK TUNTAS

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

35

kedua pada hari Kamis tanggal 27 Februari 2014, dan pertemuan ketiga pada hari

Selasa tanggal 4 Maret 2014. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2

jam pelajaran ( 2x35 menit) dengan kompetensi dasar menjelaskan pesawat

sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah.

a. Perencanaan

Hasil refleksi dari kondisi Pra Siklus merupakan acuan untuk

merencanakan tindakan yang akan dilakukan di Siklus I. Dalam tahap

perencanaan ini peneliti:

a) Menetapkan standar kompetensi yaitu “Memahami hubungan

antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya..”

b) Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan SK dan KD yaitu

tentang “Pesawat Sederhana.”

c) Membuat Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan model

pembelajaran Quantum Tipe VAK (Visual Auditori Kinestetik).

d) Mempersiapkan sumber, bahan, dan media yang dibutuhkan.

e) Menyusun kisi-kisi soal untuk Siklus I.

f) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

g) Membuat soal untuk evaluasi akhir Siklus I.

h) Membuat pedoman observasi sistematik bagi keterampilan peneliti

dan siswa selama pelaksanaan Siklus.

b. Proses Pelaksanaan Pembelajaran

1) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 25 Februari 2014

dan fokus pada pengertian pesawat sederhana dan tuas atau pengungkit.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

a) Kegiatan Awal

Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa

sudah berada di kelas dan duduk di bangku masing-masing.

Kemudian guru memimpin doa sebelum memulai pelajaran.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

36

Sebelum memasuki materi pesawat sederhana, guru mengingatkan

tentang materi yang mereka pelajari sebelumnya tentang magnet.

Untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, guru bertanya

“Bagaimanakah cara memindahkan buku di meja ini? Bagaimana

jika kita ingin memindahkan barang yang jauh lebih berat ? apa

alat yang kita gunakan ?”. Kegiatan awal diakhiri dengan

penyampaian tujuan dan indikator pembelajaran pada hari itu.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti diawali dengan siswa menyebutkan alat-alat

di sekitar mereka yang dapat meringankan pekerjaan. Kemudian

siswa membaca materi tentang pesawat sederhana dan salah satu

jenisnya yaitu tuas / pengungkit. Setelah itu guru memberikan

penjelasan singkat tentang materi tersebut. Kegiatan ini merupakan

representasi dari kegiatan Auditori.

Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan tentang tugas

kelompok yang harus siswa lakukan. Kemudian siswa duduk

berkelompok dan melakukan percobaan tentang pengungkit.

Mereka harus menggolongkan alat-alat menjadi tuas / pengungkit

golongan pertama, kedua, dan ketiga kemudian menuliskan hasil

percobaan pada lembar hasil pengamatan. Kegiatan ini merupakan

representasi dari kegiatan visual dan kinestetik yaitu melihat dan

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan materi secara

langsung.

c) Kegiatan Penutup

Siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan

pertama dan melakukan refleksi tentang pelajaran yang dilakukan.

Kesulitan apa saja yang mereka temui, apa yang mereka sukai dari

pelajaran hari itu, dan apa yang ingin mereka lakukan pada

pembelajaran selanjutnya. Setelah itu siswa membereskan

peralatan-peralatan percobaan dan pergi beristirahat.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

37

2) Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 27 Februari

2014 dan fokus pada jenis-jenis pesawat sederhana yaitu bidang

miring, katrol, dan roda berporos. Adapun kegiatan yang

dilaksanakan meliputi:

a) Kegiatan Awal

Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa

sudah berada di kelas dan duduk di bangku masing-masing.

Kemudian guru memimpin doa sebelum memulai pelajaran.

Setelah itu, guru mengingatkan siswa tentang materi yang mereka

pelajari sebelumnya. Kegiatan awal pada pertemuan kedua diakhiri

dengan penyampaian tujuan dan indikator pembelajaran pada hari

itu.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, siswa membaca materi tentang jenis-

jenis pesawat sederhana kemudian berdiskusi dengan teman

sebangku tentang contoh-contoh alat yang ada di sekitar mereka

yang menggunakan prinsip bidang miring, katrol, dan roda

berporos (auditori).

Kemudian, siswa duduk berkelompok dan melakukan

kegiatan pengklasifikasian alat-alat di sekitar mereka berdasarkan

jenisnya yaitu bidang miring, katrol, dan roda berporos. Mereka

harus mengamati alat-alat tersebut, kemudian memotong gambar

alat yang telah disediakan dan menempelkannya pada kolom-

kolom yang sesuai (visual dan kinestetik). Setelah itu, siswa secara

bergantian maju dan menempelkan gambar alat-alat di sekitar

mereka sesuai dengan jenisnya di papan tulis.

c) Penutup

Siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan

pertama dan melakukan refleksi tentang pelajaran yang dilakukan.

Kesulitan apa saja yang mereka temui, apa yang mereka sukai dari

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

38

pelajaran hari itu, dan apa yang ingin mereka lakukan pada

pembelajaran selanjutnya. Setelah itu siswa membereskan

peralatan-peralatan percobaan. Sebelum siswa beristirahat, guru

menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan

diadakan evaluasi untuk materi pesawat sederhana. Untuk itu siswa

diminta untuk belajar dan mengulang kembali apa yang telah

mereka pelajari di materi tersebut.

3) Pertemuan Ketiga

Tindakan ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 4 Maret 2014 dan

fokus pada tes evaluasi Siklus I tentang pesawat sederhana. Jumlah soal

yang digunakan adalah 10 soal pilihan ganda yang valid dan reliabel

dari 20 soal yang telah dibuat. Serta 5 soal essay. Adapun kegiatan yang

dilaksanakan meliputi:

a) Kegiatan Awal

Sebelum tes dimulai guru memastikan semua siswa telah

memasuki ruang kelas dan menempati tempat duduk masing-

masing. Kemudian guru membagikan soal evaluasi dan

menyampaikan peraturan selama tes evaluasi berlangsung.

b) Kegiatan Inti

Karena pembelajaran hanya fokus pada tes evaluasi sintaks

model pembelajaran Quantum Tipe VAK tidak nampak dalam

proses belajar mengajar di pertemuan ketiga. Di kegiatan inti siswa

mengerjakan soal ulangan selama 40 menit.

c) Penutup

Kegiatan diakhiri dengan kegiatan mengoreksi hasil tes

siswa yang dilakukan oleh siswa dan guru. Mereka menukarkan

pekerjaan mereka dengan teman sebangkunya dan mengoreksi

bersama-sama. Kemudian siswa mengumpulkan lembar tes dan

pergi beristirahat.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

39

Berikut ini adalah hasil belajar IPA kelas V pada Siklus I.

Ketuntasan hasil belajar IPA pada Siklus I dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar IPA kelas V pada Siklus I

No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase

1 Tuntas 22 65%

2 Tidak Tuntas 12 35%

Jumlah 34 100%

Nilai rata-rata 74.6

Dari data tabel 4.4 di atas dapat diketahui dari jumlah 34

siswa kelas V, yang tuntas dalam belajar dengan mendapat nilai di

atas KKM (65) sebanyak 22 siswa, sedangkan sisanya sebanyak 12

siswa masih belum tuntas.

Sedangkan perbandingan hasil belajar IPA pada pra Siklus

dan Siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Tabel Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

pada Pra Siklus dan Siklus I

Pra Siklus Siklus I

Tuntas 20 22

Tidak Tuntas 14 12

Persentase Ketuntasan 58% 65%

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat

peningkatan hasil belajar siswa. Meskipun tingkat ketuntasan siswa

belum mencapai 85%, tingkat ketuntasan siswa mengalami sedikit

peningkatan yakni sebesar 7%, dari 58% menjadi 65%.

Untuk data yang lebih lengkap tentang peningkatan hasil

belajar siswa dari tahap pra Siklus ke Siklus I berikut disajikan

diagram peningkatan hasil belajar IPA pada Siklus I dengan

menggunakan model pembelajaran Quantum Tipe VAK.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

40

Gambar 4.2

Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus dan Siklus

I

c. Pengamatan Hasil Tindakan

Dalam tahap ini peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran yang

dilakukan siswa dan guru.

a) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.

Seperti pengelolaan waktu yang kurang efisien. Sehingga tidak ada

waktu bagi siswa untuk melaporkan hasil percobaan di depan kelas.

Selain itu, siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan. Namun

pada saat siswa melakukan percobaan, banyak siswa yang berteriak

memanggil guru untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini dikarenakan

instruksi yang diberikan guru sebelum percobaan dilakukan kurang

jelas.

Berdasarkan perhitungan lembar observasi yang telah diisii oleh

observer diperoleh data aktivitas siswa sebagai berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

TUNTAS TIDAK TUNTAS PERSENTASEKETUNTASAN

20

14

58%

22

12

65%

PRA SIKLUS

SIKLUS 1

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

41

Tabel 4.4

Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama

Siklus I

Aktivitas Skor Skor

Maks Persentase Kualifikasi

Tingkat Keberhasilan

aktivitas dalam

pembelajaran

Siswa 41 52 78,8% Baik (B) Berhasil

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa

adalah 41 dari skor maksimal 52. Jika dinyatakan dalam bentuk persen

adalah 78,8%. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan,

aktivitas siswa masuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada diagram di bawah ini :

Gambar 4.3

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus I

b) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua, siswa melakukan percobaan dengan tertib.

Ketika ingin bertanya, mereka mengacungkan tangan dan menunggu

guru untuk datang membantu.

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil

Sangat Baik

(SB)

Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)

85-100% 65-84% 55-64% 0-54%

78.80%

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

42

Berdasarkan perhitungan lembar observasi yang telah diisii oleh

observer diperoleh data keterampilan guru/peneliti dan aktivitas siswa

sebagai berikut:

Tabel 4. 5

Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus

I

Aktivitas Skor Skor

Maks Persentase Kualifikasi

Tingkat Keberhasilan

Aktivitas dalam

Pembelajaran

Siswa 47 52 90,4% Sangat Baik

(SB) Berhasil

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa

adalah 47 dari skor maksimal 52, jika dinyatakan dalam bentuk persen

adalah 90,4%. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan,

aktivitas siswa masuk dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan

bahwa aktivitas siswa dapat dikatakan berhasil. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Gambar 4.4

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus I

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

100.00%

Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil

Sangat Baik

(SB)

Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)

85-100% 65-84% 55-64% 0-54%

90.40%

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

43

d. Refleksi dan Tindak Lanjut

Pada pertemuan pertama, guru kurang jelas dalam memberikan instruksi.

Namun pada pertemuan kedua, instruksi yang diberikan jauh lebih baik. Siswa

sangat antusias dalam melakukan percobaan. Namun, sebaiknya peralatan

untuk percobaan dibagikan setelah guru menyelesaikan instruksinya. Karena

siswa cenderung bermain dengan peralatan untuk percobaan. Sehingga apabila

peralatan dibagikan sebelum guru menyelesaikan instruksinya, siswa tidak

akan mendengarkan instruksi guru dengan seksama. Sehingga mereka tidak

paham apa yang harus mereka lakukan pada saat percobaan dan kelas menjadi

ribut. Refleksi ini akan digunakan sebagai acuan dalam perbaikan pelaksanaan

Siklus II.

4.2.2 Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan Siklus II dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan

pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Maret 2014, pertemuan kedua

pada hari Selasa tanggal 11 Maret 2014, dan pertemuan ketiga pada hari Kamis

tanggal 13 Maret 2014. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam

pelajaran ( 2x35 menit) dengan kompetensi dasar mendeskripsikan sifat- sifat

cahaya.

a. Perencanaan

Hasil refleksi dari kondisi Siklus I merupakan acuan untuk merencanakan

tindakan yang akan dilakukan di Siklus II. Dalam tahap perencanaan ini peneliti:

a) Menetapkan standar kompetensi yaitu “Menerapkan sifat-sifat

cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya / model.”

b) Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan SK dan KD yaitu

tentang “Cahaya.”

c) Membuat Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan model

pembelajaran Quantum Tipe VAK (Visual Auditori Kinestetik).

d) Mempersiapkan sumber, bahan, dan media yang dibutuhkan.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

44

e) Menyusun kisi-kisi soal untuk Siklus II.

f) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

g) Membuat soal untuk evaluasi akhir Siklus II.

h) Membuat pedoman observasi sistematik bagi keterampilan peneliti

dan siswa selama pelaksanaan Siklus II.

b. Proses Pelaksanaan Pembelajaran

a) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 6 Maret 2014 dan

fokus pada sumbersumber cahaya dan sifat-sifat cahaya yakni cahaya dapat

merambat lurus dan menembus benda bening. Adapun kegiatan yang

dilaksanakan meliputi:

d) Kegiatan Awal

Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa sudah

berada di kelas dan duduk di bangku masing-masing. Kemudian guru

memimpin doa sebelum memulai pelajaran. Sebelum memasuki materi

cahaya, guru mengingatkan tentang materi yang mereka pelajari

sebelumnya tentang pesawat sederhana. Untuk mengetahui pengetahuan

awal siswa, guru bertanya “Kenapa kita bisa melihat benda-benda di

sekitar kita?” “Bayangkan kalau ini malam hari dan tidak ada lampu yang

menyinari kelas ini, apakah kita bisa melihat benda di sekeliling kita?”.

Kegiatan awal diakhiri dengan penyampaian tujuan dan indikator

pembelajaran pada hari itu.

e) Kegiatan Inti

Kegiatan inti diawali dengan siswa menyebutkan sumber-sumber

cahaya yang ada di muka bumi ini. Kemudian siswa membaca materi

tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Setelah itu guru memberikan

penjelasan singkat tentang materi tersebut. Kegiatan ini merupakan

representasi dari kegiatan Auditori.

Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan tentang tugas kelompok

yang harus siswa lakukan. Kemudian siswa duduk berkelompok dan

melakukan percobaan tentang sifat cahaya yang dapat merambat lurus

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

45

dan menembus benda bening. Kegiatan ini merupakan representasi dari

kegiatan visual dan kinestetik yaitu melihat dan melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan materi secara langsung.

f) Kegiatan Penutup

Siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan pertama

dan melakukan refleksi tentang pelajaran yang dilakukan. Kesulitan apa

saja yang mereka temui, apa yang mereka sukai dari pelajaran hari itu,

dan apa yang ingin mereka lakukan pada pembelajaran selanjutnya.

Setelah itu siswa mengumpulkan hasil percobaan mereka kemudian

membereskan peralatan-peralatan percobaan dan pergi beristirahat.

b) Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 11 Maret 2014 dan

fokus pada sifat-sifat cahaya yakni cahaya dapat dipantulkan dan dibiaskan.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

g) Kegiatan Awal

Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa sudah

berada di kelas dan duduk di bangku masing-masing. Kemudian guru

memimpin doa sebelum memulai pelajaran. Setelah itu, guru

mengingatkan siswa tentang materi yang mereka pelajari sebelumnya

tentang sumber cahaya dan sifat cahaya yaitu dapat merambat lurus dan

dapat menembus benda bening. Kegiatan awal pada pertemuan kedua

diakhiri dengan penyampaian tujuan dan indikator pembelajaran pada

hari itu.

h) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, siswa membaca materi tentang sifat-sifat cahaya

yakni cahaya dapat dipantulkan dan dibiaskan. Kemudian, siswa duduk

berkelompok dan melakukan kegiatan percobaan cahaya dapat

dipantulkan dan dibiaskan serta percobaan tentang bayangan yang

dihasilkan oleh cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung(visual

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

46

dan kinestetik). Setelah itu siswa melaporkan hasil percobaan mereka di

depan kelas.

i) Kegiatan Penutup

Siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan pertama

dan melakukan refleksi tentang pelajaran yang dilakukan. Kesulitan apa

saja yang mereka temui, apa yang mereka sukai dari pelajaran hari itu,

dan apa yang ingin mereka lakukan pada pembelajaran selanjutnya.

Setelah itu siswa mengumpulkan hasil percobaan mereka kemudian

membereskan peralatan-peralatan percobaan dan pergi beristirahat.

c) Pertemuan Ketiga

Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 13 Maret 2014

dan fokus pada tes evaluasi Siklus II tentang cahaya. Jumlah soal yang

digunakan adalah 10 soal pilihan ganda yang valid dan reliabel dari 30 soal

yang telah dibuat. Serta 4 soal essay. Adapun kegiatan yang dilaksanakan

meliputi:

j) Kegiatan Awal

Sebelum tes dimulai guru memastikan semua siswa telah

memasuki ruang kelas dan menempati tempat duduk masing-masing.

Kemudian guru membagikan soal evaluasi dan menyampaikan peraturan

selama tes evaluasi berlangsung.

k) Kegiatan Inti

Karena pembelajaran hanya fokus pada tes evaluasi sintaks model

pembelajaran Quantum Tipe VAK tidak nampak dalam proses belajar

mengajar di pertemuan ketiga. Di kegiatan inti siswa mengerjakan soal

ulangan selama 40 menit.

l) Kegiatan Penutup

Kegiatan diakhiri dengan kegiatan mengoreksi hasil tes siswa yang

dilakukan oleh siswa dan guru. Mereka menukarkan pekerjaan mereka

dengan teman sebangkunya dan mengoreksi bersama-sama. Kemudian

siswa mengumpulkan lembar tes dan pergi beristirahat

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

47

Berikut ini adalah hasil belajar IPA kelas V pada Siklus II.

Ketuntasan hasil belajar IPA pada Siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.6

Ketuntasan Hasil Belajar IPA kelas V pada Siklus II

No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase

1 Tuntas 29 85%

2 Tidak Tuntas 5 15%

Jumlah 34 100%

Nilai rata-rata 81.3

Dari data tabel 4.6 di atas dapat diketahui dari jumlah 34 siswa

kelas V, yang tuntas dalam belajar dengan mendapat nilai di atas KKM

(65) sebanyak 29 siswa, sedangkan sisanya sebanyak 5 siswa masih

belum tuntas. Hal ini menunjukkan peningkatan hasil belajar yang cukup

signifikan dari Siklus I ke Siklus II. Peningkatan hasil belajar tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7

Peningkatan Hasil Belajar IPA Kelas V pada Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

Tuntas 22 29

Tidak Tuntas 12 5

Persentase Ketuntasan 65% 85%

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat

peningkatan hasil belajar siswa sebesar 15% yakni dari 65% menjadi

85%. Hal ini menunjukkan bahwa selalu terjadi peningkatan dari Pra

Siklus, Siklus I dan Siklus II. Berikut ini adalah tabel peningkatan hasil

belajar siswa di tiap Siklusnya :

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

48

Tabel 4.8

Peningkatan Hasil Belajar IPA Kelas V pada Pra Siklus, Siklus I,

dan Siklus II

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tuntas 20 22 29

Tidak Tuntas 14 12 5

Persentase Ketuntasan 58% 65% 85%

Untuk data yang lebih lengkap tentang peningkatan hasil belajar

siswa dari tahap Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II berikut disajikan

diagram peningkatan hasil belajar IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan

Siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Tipe

VAK:

Gambar 4.5

Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V pada Pra Siklus,

Siklus I, dan Siklus II

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Tuntas Tidak Tuntas Persentase

Ketuntasan

2014

58%

22

12

65%

29

5

85%

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

49

c. Pengamatan Hasil Tindakan

Dalam tahap ini peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran yang

dilakukan siswa dan guru.

a) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama manajemen waktu yang dilakukan kurang baik

karena semua siswa diminta untuk melihat api dari lubang kecil saat guru

memberikan contoh dalam percobaan. Hal ini cukup menyita waktu dalam

pembelajaran. Namun, disamping itu semua kegiatan dapat berjalan dengan

lancar. Siswa terlihat sangat antusias dalam melakukan percobaan yang telah

disiapkan guru.

Berdasarkan perhitungan lembar observasi yang telah diisii oleh observer

diperoleh data keterampilan guru/peneliti dan aktivitas siswa sebagai berikut:

Tabel 4.9

Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama

Siklus II

Aktivitas Skor Skor

Maks Persentase Kualifikasi

Tingkat Keberhasilan

aktivitas dalam

pembelajaran

Siswa 34 52 65,38% Baik (B) Berhasil

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa adalah

34 dari skor maksimal 52, jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah 65,38%.

Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan, aktivitas siswa masuk

dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dapat

dikatakan berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah

ini :

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

50

Gambar 4.6

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus II

b) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua guru dapat menggunakan waktu secara efisien.

Semua kegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang ditentukan dan selesai

tepat waktu. Selain itu siswa mulai menunjukkan keaktifan dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Berdasarkan perhitungan lembar observasi yang telah diisii oleh observer

diperoleh data keterampilan guru/peneliti dan aktivitas siswa sebagai berikut:

Tabel 4.10

Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus

II

Aktivitas Skor Skor

Maks Persentase Kualifikasi

Tingkat Keberhasilan

aktivitas dalam

pembelajaran

Siswa 40 52 76,92% Baik (B) Berhasil

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa adalah

40 dari skor maksimal 52, jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah 76,92%.

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil

Sangat Baik

(SB)

Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)

85-100% 65-84% 55-64% 0-54%

65.38%

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

51

Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan, aktivitas siswa masuk

dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dapat

dikatakan berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah

ini :

Gambar 4.7

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus II

c) Refleksi dan Tindak Lanjut

Dari data hasil belajar dan lembar observasi yang ada, dapat dilihat bahwa

model pembelajaran Quantum Tipe VAK dapat meningkatkan hasil belajar

IPA serta memperbaiki sikap siswa yang terlihat dari keantusiasan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran. Dari pengalaman Siklus I, metode diskusi dan

eksperimen / percobaan tetap digunakan dalam Siklus II karena dapat berjalan

dengan baik.

Data hasil belajar yang diperoleh dari hasil evaluasi Pra Siklus, Siklus I,

dan Siklus II menunjukkan suatu peningkatan. Pada Pra Siklus persentase

ketuntasan hanya 58%. Sedikit peningkatan terjadi pada Siklus I yakni menjadi

65%. Pada Siklus II terjadi peningkatan sebesar 15% yakni dari 65% menjadi

85%. Persentase ketuntasan ini lebih besar dari indikator keberhasilan yang

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil

Sangat Baik

(SB)

Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)

85-100% 65-84% 55-64% 0-54%

76.92%

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

52

ditetapkan oleh peneliti yakni sebesar 80% sehingga penelitian ini dapat

dihentikan pada Siklus II.

4.3 Pembahasan

Metode pembelajaran konvensional seperti metode ceramah dan mencatat

masih menjadi metode yang selalu digunakan guru SDN Kutowinangun 12

Salatiga dalam proses pembelajaran. Hal ini membuat siswa kurang aktif saat

mengikuti proses pembelajaran. Pada akhirnya, hal ini berdampak pada rendahnya

hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA serta kurangnya antusiasme

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu

inovasi dalam pembelajaran salah satunya adalah dengan menggunakan model

pembelajaran Quantum Tipe VAK (Visual Auditori Kinestetik).

Model pembelajaran Quantum Tipe VAK adalah model pembelajaran

yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki

siswa (Nurhasanah, 2010). VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) merupakan tiga

modalitas yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian

dikenal sebagai gaya belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana

seseorang dapat menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi

(Deporter, 1999). Dengan menerapkan model pembelajaran ini, semua siswa akan

mengalami proses pembelajaran yang bermakna karena sesuai dengan modalitas

yang mereka miliki serta proses pembelajaran menjadi lebih aktif bagi siswa.

Tujuan utama penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar pada mata

pelajaran IPA dan memperbaiki sikap siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 12

Salatiga semester II tahun ajaran 2013/2014. Sehubungan dengan penelitian ini,

telah ada penelitian-penelitian lain yang menggunakan model pembelajaran

Quantum Tipe VAK. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Ni Putu Emilia

Pebriani, I Made Tegeh, dan Ketut Pudjawan yang berjudul Pengaruh Model

Pembelajaran Quantum tipe VAK Berbantuan Media Magic Box terhadap Hasil

Belajar IPA Kelas V SD. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Banyubening

Kecamatan Buleleng tahun ajaran 2012/2013. Selain itu, Retno Kartikasari juga

melakukan penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA kelas

V melalui penerapan model VAK di SDN Merjosari 1 Malang. Penelitian ini

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8293/4/T1...percobaan-percobaan IPA. Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa

53

dilakukan pada tahun 2011. Dari kedua penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa

model pembelajaran Quantum tipe VAK memberikan pengaruh positif pada

peningkatan nilai IPA kelas V di SD tersebut.

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, dapat diketahui bahwa penerapan

model pembelajaran Quantum Tipe VAK juga memberikan hasil positif pada

siswa SDN Kutowinangun 12 Salatiga. Hal ini terbukti dari peningkatan hasil

belajar dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. Pada Pra Siklus hanya 20 siswa

yang mencapai KKM (65) atau sekitar 58% dari jumlah keseluruhan 34 siswa.

Setelah Siklus I dilaksanakan, 22 siswa atau 65% dari keseluruhan siswa

mencapai KKM (65). Pada akhir Siklus II, 29 siswa atau 85% siswa mencapai

KKM (65). Hal ini juga menunjukkan keberhasilan dari PTK ini karena indikator

kesuksesan dari PTK ini adalah minimal 80% dari jumlah siswa tuntas KKM (65).

Selain itu, penerapan model pembelajaran ini juga berpengaruh positif pada

sikap siswa. Hal ini terlihat dari data hasil lembar observasi aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran Siklus I dan Siklus II yang termasuk dalam kategori Berhasil

menurut Aqib (2010).