bab i1 biofarmasetika
DESCRIPTION
biofarmasetikaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau
mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita
adalah antara satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat
dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infuse
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya innteraksi obat dihindari karena
kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian
probenesid dan penisilin sebelum penisilin dibuat dalam jumlah besar.
O.T.T atau Obat tak tercampurkan adalah jika bahan obat yang satu dicampurkan dengan yang lain, maka
kemungkinan dapat terjadi perubahan-perubahan, baik secara kimia maupun secara fisika yang tidak dikehendaki,
karena terbentuknya zat-zat yang khasiatnya berlainan daripada zat-zat yang terjadi sebelumnya, baik karena
campurannya menjadi racun maupun sifat-sifat lain yang tidak dikehendaki. Seringkali kita sangat sulit untuk
menentukan apakah campuran ataupun sediaan yang kita buat mengalami interaksi obat dalam ini obat tak
tercampurkan atau tidak. Berangkat dari pokok-pokok pikiran tersebutlah yang melatarbelakangi kami menyusun
makalah ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan utama pembuatan dan penyusunan makalah ini yaitu ;
1. Untuk mendeskripsikan defenisi dari obat tidak tercampur
2. Untuk menjelaskan obat tidak tercampur terutama secara kimia dan maupun secara fisika
3. Untuk memberikan pemahaman tentang kemungkinan perubahan-perubahan bahan obat yang satu apabila
dicampurkan dengan bahan yang lain
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi Obat
Suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu interaksi antar suatu obat dan unsur lain yang dapat
mengubah salah satu atau lebih kinerja(kerja ) obat, juga menyebabkan efek samping tidak terduga.
Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting yaitu:
Ø Interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat.
Ø Interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek
samping dari obat-obat tertentu. Risiko kesehatan dari Interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit
menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.
Sesuai dengan yang telah dibahas pada bagian pendahuluan dalam interaksi obat dengan obat, obat yang
mempengaruhi disebut presipitan, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut objek. Contoh presipitan adalah aspirin,
fenilbutazon dan sulfa. Object drug biasanya bersifat mempunyai kurva dose-response yang curam (narrow
therapeutic margin), dosis toksik letaknya dekat dosis terapi (indeks terapi sempit). Contoh : digoksin, gentamisin,
warfarin objeko, dilantin, obat sitotoksik, kontraseptif oral, dan obat-obat sistem saraf pusat
B. Intraksi Obat Tidak Tercampur (O.T.T)
1. Defenisi Obat Tidak Tercampur
Obat Tidak Tercampurkan, mahasiswa farmasi lebih suka menyingkat dengan O.T.T obat tidak tercampurkan.
Padanan katanya kalau dalam bahasa Inggris kira-kira sama dengan Incompatible atau Incompatibility sehingga bisa
juga di Indonesiakan menjadi inkompatibel. Maksudnya bila dua atau lebih obat dicampurkan akan saling
mempengaruhi obat tersebut, obat tersebut bisa rusak, atau dalam penggunaannya dalam tubuh mungkin efeknya
akan saling meniadakan, sinergis atau ataupun mungkin antagonis.
2. Klasifikasi Obat tidak tercampur (O.T.T)
Berdasarkan jenis atau bentuknya interaksi obat dalam hal ini kajiannya dengan obat tak tercampur diklasifikasikan
sebagai berikut :
a) Interaksi secara kimia (tidak dapat dicampurkannya secara fisika)
Terjadi apabila secara kimia suatu obat inkompatibel dengan obat lainnya. Pencampuran obat yang inkompatibel
akan mengkibatkn inaktivasi obat. Interaksi ini sering terjadi pada cairan infus yang mencampurkan berbagai macam
obat.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu mencampurkan bahan-bahan obat yang disebabkan oleh
berlangsungnya reaksi kimia dapat terjadi, karena sebab yang berbeda-beda.
Peristiwa tersebut dapat dibagi dalam lima golongan :
Reaksi-reaksi dimana terjadi endapan-endapan yang tidak dapat larut yang disebabkan terjadinya perubahan-
perubahan dari bahannya.
Garam-garam yang tidak dapat larut :
Reaksi-reaksi yang berasal dari pengaruh sifat bahan yang bersifat asam atau basa.
Reaksi-reaksi yang terjadi oleh terjadinya exidasi / reduksi.
Banyak hal tentang tidak tercampurkannya zat-zat dari reaksi oksidasi atau reduksi. Beberapa bahan-bahan yang
bersifat mengoksidasi atau mereduksi adalah sebagai berikut :
ü Bahan-bahan oksidasi (zat-zat yang direduksi)
Acidum Chloro nitrosum Nitris Amylicus
Acidum Chronicum Nitris Natricus
Acidum Nitricum Oxydum (dari Gummi Arabicum)
Choras Kalicus Permanganas Kalicus
Iodium Solutio chlorii
Nitras Kalicus Solutio Peroxydi Hidrogenii
ü Zat-zat yang dapat dioksidir (bahan-bahan reduksi)
Acidum Arsenicosum Glycarium
Acidum Ascorbicum Iodata
Aether Penicillina
Bromata phosphorus
Chysarbinum extrac tumbuhan
Spiritus saccharum
Asam-asam organic dan garam-garamnya
Minyak-minyak (lemak yang mudah menguap)
Reaksi-reaksi berbahaya ialah reaksi-reaksi yang spontan yaitu pada waktu mencampur, lebih-lebih bila dengan
digerus menimbulkan ledakan, sebagai contoh:
R/ Chlorat Kal. 3
Sir Iodet Ferros 15
Sir Simplex 15
Aqua ad 60
Terjadinya perubahan warna
Tidak tercampurkannya dari bahan-bahan yang tidak larut
b) Interaksi secara farmakokinetik
Mempengaruhi absorpsi, distribusi, biotransformasi/ metabolisme, atau ekskresi obat lain. Interaksi farmakokinetik
terjadi apabila salah satu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme, ekskresi obat kedua sehingga kadar
plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan aktivitas obat
tersebut. Interaksi farmakokinetik tidak dapat di ekstra polasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang
berinteraksi, sekalipun struktur kimianya mirip, karena antar obat segolongan terdapat variasi sifat-sifat fisikokimia
yang menyebabkan variasi sifat-sifat farmakokinetiknya.
c) Interaksi secara fisiologi
Membahas tentang fisologi maka lebih mengarah pada bagian fisiologi, dalam hal ini fisiologi interaksi terjadi apabila
suatu obat merubah aktivitas obat lain pada lokasi yang terpisah dari tempat aksinya.
d) Interaksi secara farmakodinamik
Interaksi secara farmakodinamik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi aktivitas obat lain pada atau dekat sisi
reseptornya. Pada kenyataanya banyak obat yang berinteraksi obat terjadi tidak hanya dengan satu mekanisme
tetapi melibatkan dua atau lebih mekanisme. Akan tetapi secara umum mekanisme interaksi obat dalam tubuh dapat
dijelaskan atas dua mekanisme utama, yaitu interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik.
e) Interaksi Secara Fisika (tidak dapat dicampurkannya secara fisika)
Yang dimaksudkan dengan tidak dapat dicampurkannya bahan obat secara fisika/alam ialah karena terjadinya
perubahan-perubahan yang tidak diinginkan yang timbul sewaktu bahan-bahan obat yang satu dicampurkan dengan
yang lain, tanpa terjadi perubahan-perubahan kimia.
Hal-hal di bawah ini sebagai akibat terjadinya perubahan fisika, antara lain:
Campuran-campuran puyer (serbuk) menjadi basah dan meleleh
Jika 2 macam serbuk yang kering dicampurkan satu dengan yang lain dan kemudian terjadi campuran yang
basah/meleleh, maka kemungkinan terjadi: Penurunan titik cair
Suatu bahan yang murni mempunyai titik mencair pada suhu tertentu ; bila bahan obat tersebut dicampurkan dengan
bahan obat yang lain, maka titik cair dari kedua bahan yang telah dicampurkan itu kemungkinan mempunyai titik cair
yang lebih rendah dari titik cair masing-masing bahan tersebut.
resep tersebut di atas menjadi lembab, karena Ephedrin mencair dengan luminal maupun dengan acetosal. Jika
Ephedrin diganti dengan garamnya maka campurannya tidak terjadi perubahan.
Tidak dapat larut dan tidak dapat dicampurkan
Jika bahan-bahan obat dicampurkan maka kemungkinan terjadi suatu campuran yang tidak homogen yang
disebabkan karena pada waktu mencampurkan bahan-bahan cair dan bahan padat yang terakhir ini dapat larut
dalam bahan obat yang berbentuk cair atau karena yang dicampurkan adalah bahan-bahan cair yang tidak dapat
dicairkan.
Menggaram
Jika yang dimaksud dengan menggaram adalah mengurangi terjadinya kelarutan dari suatu bahan dengan jalan
menambahkan garam-garam atau bahan lain yang dapat larut dalam kelarutannya, sehingga bahan obat yang
disebut yang pertama terdesak menjadi endapan tanpa terjadi perubahan kimia.
Peristiwa menggaram ini terjadi tergantung dari konsentrasinya. Hal ini penting untuk garam-garam alkaloida, karena
jika bahan-bahan itu menjadi tidak dapat larut dan mengendap serta sukar dihomogenkan dengan cara mengocok,
maka akan menimbulkan kemungkinan bahwa si penderita akan meminum obat dalam dosis yang terlalu besar pada
sendok terakhir.
Kelarutan dari garam HCl Chinin dapat digaramkan dengan adanya Chloretum Amonioum seperti resep :
Absorbsi
Contoh :
R/ Carbonas Calcius 25
Carbo ligini 5
Ol. Menth. Pip gtt 35
m.f pulv denti
serbuk yang disisipkan dengan karbo Vegentabiulitis sangat berbau dan berasa minyak perment, tetapi jika yang
digunakan serbuk arang dengan sifat mengabsorbsi kuat, misal : Carboadsorbens / norit, maka oleh Karena sifat
absorbsinya kuat tidak akan Nampak adanya bau atau rasanya minyak permen.
BAB III
PEUNUTUP
A. Kesimpulan
1) OTT secara Fisika, serbuk harus diserahkan dalam keadaan kering, tidak boleh basah.
2) OTT secara Kimia, terjadi reaksi kimiawi, misalnya pada tetes mata yang mengandung argentum proteinikum
dan cocain hidrochlorida, akan terjadi endapan, maka diusulkan salah satu dikeluarkan.
3) OTT secara Farmakologi, ada dua atau lebih efek yang saling bertentangan (antagonis), maka salah satu
diusulkan untuk dikeluarkan,
B. Saran
1) Harus ditanyakan kepada dokter yang menulis resep itu atau usul, apabila :
ü Khasiatnya berubah
ü Bila obat itu tercampur akan terbentuk zat-zat lain yang lebih beracun
ü Secara farmakologis tidak tersatukan misal dalam satu resep mengandung Luminal (sedativum) dan coffeinum
(stimulansia), harus ditanyakan apakah salah satu dikeluarkan atau memang dokter menghendaki demikian.
ü Atau tidak perlu ditanyakan kepada dokter, cukup dibuat secara “Lege artis” misalnya dalam pembuatan serbuk
menjadi basah bila dicampur (misalnya champora dan menthol).
2) Perlunya pengetahuan dan kompetensi untuk menetapkan apakah suatu campuran sama sekali tidak
tercampurkan atau bahwa dalam keadaan-keadaan tertentu boleh diserahkan.