bab i1

21
BAB I 1.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umu, kurang lebih 5 15 %. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998) Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius. 1.2 Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan. 1.2.2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan gangguan sistem perkemihan dengan ISK. b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sisitem perkemihan c. Dapat membuat perencanaan pada klien pada klien dengan gangguan sisitem perkemihan d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan. e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan. 1.3 Manfaat 1. Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada klien dengan gangguan sisitem perkemihan 2. Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar tentang masalah klien gangguan sistem perkemihan.

Upload: heri-damanik

Post on 02-Jul-2015

248 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i1

BAB I

1.PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi

mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).Infeksi saluran

kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak

remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita

lebih sering dari pria dengan angka populasi umu, kurang lebih 5 – 15 %.

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri

terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks

vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru,

septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998)

Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari

uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra

dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi

traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali

ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan gangguan sistem perkemihan

dengan ISK.

b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan

sisitem perkemihan

c. Dapat membuat perencanaan pada klien pada klien dengan gangguan sisitem perkemihan

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan.

e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan gangguan sistem

perkemihan.

1.3 Manfaat

1. Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada

klien dengan gangguan sisitem perkemihan

2. Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan yang benar tentang masalah klien gangguan sistem perkemihan.

Page 2: Bab i1

1.4 Sistematika

Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis menyusun proposal

ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut yaitu :

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan

sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi, dampak masalah dan asuhan

keperawatan.

Bab III : Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan asuhan keperawatan terhadap

penderita secara nyata yang sistematikanya disusun sesuai bab II

Bab IV : Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari jawaban atas tujuan

penulisan

Bab V : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan, jawaban terhadap tujuan

penulisan dan beberapa penyampaian saran, ada dua sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan

saran dari bagian akhir penulisan ini dicantumkan daftar pustaka.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFENISI

1. A. Pengertian

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya

invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).

Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran

kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme

lain.

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh

bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti

refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian

instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).

Page 3: Bab i1

Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal

dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak

antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik

melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi,

namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan

struktur dari traktus urinarius. 1. B. Etiologi

1. Dapat berasal dari organisme pada faeces yang naik dari perineum uretra dan kandung kemih, serta menempel pada permukaan mucosa.

2. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap . 3. Gangguan status metabolis (diabetes). 4. Refluks uretrovesikel ® refluks (aliran balik) urine dari uretra ke dalam kandung

kemih. 5. Refluks uretrovesikel ®dapat disebabkan o/ disfungsi leher kandung kemih uretra.

Uretrovesikel atau refluks uretrovesikel ® aliran balik urin dari kandung kemih ke dlm kedua ureter.

6. Kontaminasi fekal. 7. Hubungan seksual ® berperan masuknya organisme dari perineum ke dalam

kandung kemih. 8. Pemasangan alat ke dalam traktus urinarius 9. Statis urine

2. C. Patofisiologi

Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari

perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar

infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan

mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui

berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.

Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap,

gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan

resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal. Infeksi saluran

kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis.

Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut

juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua

ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada

individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.

Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi

dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung

kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang

digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria

gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang

tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia

frakomatik atau urea plasma urelytikum. Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas)

merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau

kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun

ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah

; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %. 1. D. Macam-macam ISK :

1. Uretritis (uretra)

2. Sistisis (kandung kemih)

3. Pielonefritis (ginjal)

Gambaran Klinis :

Page 4: Bab i1

Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :

1. Mukosa memerah dan oedema

2. Terdapat cairan eksudat yang purulent

3. Ada ulserasi pada urethra

4. Adanya rasa gatal yang menggelitik

5. morning sign

6. Adanya nanah awal miksi

7. Nyeri pada saat miksi

8. Kesulitan untuk memulai miksi

9. Nyeri pada abdomen bagian bawah.

Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :

1. Disuria (nyeri waktu berkemih)

2. Peningkatan frekuensi berkemih

3. Perasaan ingin berkemih

4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin

5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic

6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :

1. Demam

2. Menggigil

3. Nyeri pinggang

4. Disuria

Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut,

tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal. 1. E. Manifestasi Klinis

1. Bakteriuria

2. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)

3. Hematuria

4. Nyeri punggung

5. Demam

6. Menggigil, nyeri ketika berkemih

7. Terdesak kencing (urgency), disuria

2. F. Komplikasi : Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.

Gagal ginjal

1. G. Pemeriksaan diagnostik

v Urinalisis Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih.

§ Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

v Bakteroilogis Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.

102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria. Biakan bakteri

Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.

1. H. Pengobatan penyakit ISK 1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.

1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis.

Page 5: Bab i1

2. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.

3. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin.

4. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole.

5. Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.

6. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

7. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. A. Pengkajian

1. 1. Aktivitas / istirahat · Gejala : pekerjaan mononton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada

lingkungan bersuhu tinggi. keterbatasan aktivitas atau imobilisasi sehubungan dengan

kondisi sebelumnya. 1. 2. Sirkulasi

Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal).

kulit hangat dan kemerahan, pucat. 1. 3. Eliminasi · Gejala : adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya

(kalkulus). penurunan keluaran urine, kandung kemih penuh.

rasa terbakar, dorongan berkemih, diare. · Tanda : poliguria, hematuria, piuria.

perubahan pola berkemih. 1. 4. Makanan / Cairan · Gejala : mual dan muntah, nyeri tekan abdomen

diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan fosfat

ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup · Tanda : distensi abdominal,penurunan/ tak adanya bising usus

muntah 1. 5. Nyeri / kenyamanan · Gejala : episode akut, nyeri akut, nyeri kolik. lokasi tergantung pada

lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebra, dapat menyebar ke

punggung abdomen, (lipat paha atau genetelia) ngeri dangkal konstan menunjukkan

kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. nyeri dapat di gambarkan sebagai akut, hebat,

tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain. · Tanda : melindungi, perilaku distraksi

nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi 1. 6. Keamanan · Gejala : penggunaan alkohol

demam, menggigil. 1. B. Diagnosa Keperawatan.

1. Nyeri yang berhubungan dengan ISK.

2. Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.

3. Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif.

4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

Page 6: Bab i1

2. C. Intervensi 1. Nyeri yang berhubungan dengan ISK

Kriteria Hasil :

- Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.

- Kandung kemih tidak tegang

- Pasien nampak tenang

- Ekspresi wajah tenang

Intervensi : 1. Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.

Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi

1. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.

Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot

1. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi

Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih

1. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.

Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri

1. Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.

Kriteria Hasil :

- Tanda vital dalam batas normal

- Nilai kultur urine negatif

- Urine berwarna bening dan tidak bau

Intervensi : 1. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C.

Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh

1. Catat karakteristik urine

Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari

hasil yang diharapkan.

1. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.

Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.

1. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering. Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra.

2. Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif.

Kriteria hasil :

- Klien tidak gelisah

- Klien tenang

Page 7: Bab i1

Intervensi : 1. Kaji tingkat kecemasan

Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien

1. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan

pengobatan

1. Beri dorongan spiritual

Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME. Beri support

pada klien

1. Beri penjelasan tentang penyakitnya

Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.

1. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

Kriteria hasil :

- Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan

Intervensi : 1. Berikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan, jadwal, dan

kemungkinan efek samping.

Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat

pilihan berdasarkan informasi.

1. Anjurkan melakukan aktifitas biasanya secara bertahap sesuai toleransi, dan sediakan waktu untuk istrahat adekuat.

Rasional : menjaga kelemahan dan meningkatkan perasaan sehat.

D. Evaluasi

Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang

hendak dicapai yakni apakah terdapat :

1. Nyeri yang menetap atau bertambah

2. Perubahan warna urine

3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.

Page 8: Bab i1

BAB III

PENGKAJIAN

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

I. Identitas

Nama : An. N

Alamat : SiLIMBAT

Tempat / tanggal lahir :SILIMBAT, 5 januari 2012

Usia : 7 bulan

Tanggal masuk rumah sakit : 2 Juli 2012

Ruangan : ZAAL X

Nama ayah : Tn. F.P

Ibu : Ny. K.S

Pekerjaan ayah : Bertani

Umur : 34 tahun

Ibu : Bertani

Pendidikan ayah : SMA

Ibu : SMA

Suku/bangsa : batak/indonesia

Agama : kristen protestan

Alamat : silimbat.

II. Keluhan Utama

Satu minggu yang lalu pasien demam,. Sewaktu pasien demam ibu membawa Pasien

berobat keklinik tetapi sudah 5 hari tidak ada perubahan sehingga pasien dibawa ke

rumah sakit balige dengan keluhan demam 38,2C, nyeri tekan pada abdomen.

mengeluarkan nanah pada saat pertama miksi.

III. Riwayat masa lalu

Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti yang dialami saat ini dan tidak pernah

dirawat di rumah sakit, tidak ada alergi pada makanan dan obat-obatan imunisasi lengkap

(BCG,DPT,I,II,III, polio I,II,III, dan campak)

Page 9: Bab i1

IV. Riawat kesehatan saat ini

Keluhan yang dirasakan pasien saat ini pasien demam suhu 38,2, nyeri tekan pada

abdomen, keluar nanah pada saat miksi pertama. Hal yang dilakukan untuk memperbaiki

keadaan, pasien diberikan terapi analgesik untuk memblokir lintasan nyeri.

Riawat kesehatan keluarga

Pasien anak ke dua bersaudara. Orang tua dan saudara kandung tidak ada mengalami

penyakit seperti yang dialami saat ini.

V. Genogram

KET :

: Laki – laki

Laki laki : Perempuan

: Klien

perempuan

klien

VI. Riwayat sosial

Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya mulai dari lahir sampai saat ini. Hubungan dengan

anggota keluarga baik karena anggota keluarga pasien datang menjenguk asien dan

ditunggui oleh keluarga.

VII. Pemeriksaan fisik

Dilakukan pada tanggal/jam : 2 juli 2012 jam 09.30 wib

A. Keadaan umum : lemah

Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital : RR : 28x/menit

Pols 100x/menit

Suhu 38,2 C

Page 10: Bab i1

Berat badan sebelum masuk rumah sakit 5,6 kg

Berat badan sesudah masuk rumah sakit 5,2 kg

B. Pemeriksaan Head To Toe

1. Kepala :

Bentuk kepala bulat, warna rambut pirang, bentuk rambut lurus, kulit kepala

bersih, ubun-ubun masih lembek.

2. Wajah :

Bentuk wajah oval, simetris kiri dan kanan dan tidak ada kelainan

3. Mata :

Mata tidak ikterus, pupil isokhor, mata kiri dan kanan simetris, tidaknada tanda-

tanda infeksi, air mata ada, pergerakan mata normal.

4. Hidung :

Hidung tidak ada kelainan struktur, tidak ada polip, pendarahan tidak ada dan

tidak ada pembengkakan, cupping hidung ada.

5. Telinga :

Tidak ada dijumpai kelainan struktur, serumen ada dalam batas normal, cairan

tidak ada. Peradangan tidak ada, smetris kiri dan kanan.

6. Mulut :

Rongga mulut bersih dan tidak ada peradangan, dan pendarahan, refleks mengisap

ada.

7. Leher :

Tonsi tidak ada pembengkakan kelenjar thiroid tidak bengkak, tekanan vena

jugularis tidak meninggi.

8. Dada :

Bentuk simetris kiri dan kanan, puting susu ada, bunyi napas ronchi basah.

9. Abdomen :

Bentuk simetris kiri dan kanan, hepar tidak teraba, dan nyeri tekan pada abdomen.

10. Integument/kulit

Turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang

11. Sistem pernapasan

Pernapasan tidak normal, bernapas dengan cupping hidung, oksigen terasang

2liter/menit

12. Sistem kardiovaskuler

Nyeri dada tidak ada, denyut jantung renguler, tdak dijumpai palpitasi

13. Sistem pencernaan

Pada sistem pencernaan tidak ada mualdan muntah, tidak terpasang NGT.

14. Sistem reproduksi

Organ seksual laki-laki, tidak ada pendarahan, tidak ada pembengkakan pada alat

kelamin,terdapat pus pada saat pertama kali miksi di pagi hari.

15. Ekstremitas

Page 11: Bab i1

Ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan ditangan sebelah kanan terpasang

infus RL30 tetes/menit

VIII. Pola kebiasaan sehari-hari

1. Nutrisi

a. Makanan

Sebelum masuk rumah sakit pola makan 3x sehari, jenis makanan bubur makanan

pantangan tidak ada dan sesudah masuk rumah sakit pola makan 3 x sehari

dengaa diet bubur, nafsu makan berkurang, porsi yang disediakan tidak habis.

b. Cairan

Sebelum masuk rumah sakit pola minum sebanyak 500 cc setelah masuk rumah

sakit sebanyak 200 cc, ASI diberikan 6x/hari dan susu buatan 100 cc sehari dan

ditangan sebelah kiri terasang infus RL30 tetesx/menit

2. Eliminasi

a. Buang air besar

Sebelum masuk rumah sakit pola BAB 1-2x/hari, konsistensi lembek, warna

kuning. Setelah masuk rumah sakit pola BAB 1 x/hari konsistensi lembek dan

berwarna kuning.

b. Buang air kecil

Sebelum masuk rumah sakit pola BAK 7-9 x/hari, warna uri keruh. Setelah masuk

rumah sakit pola BAK 5-7 x/hari dan ada kelainan dan warnah urin keruh

bercampur nanah.

3. Istirahat/tidur

Sebelum masuk rumah sakit pola tidur 9jam/hari, tidur siang 2-3jam/hari. Setelah

masuk rumah sakit kebiasaan tidur siang 1-2 jam/hari dan kebiasaan tidur malam 4-

5jam/hari dan pasien sering sukar tidur. Yang dilakukan mengatasinya ibu

memberikan ASI.

4. Kebersihan persorangan

Sebelum masuk rumah sakit pasien mandi 2x/hari, cuci rambut 1x/hari, ganti pakaian

1x/hari. Setelah masuk rumah sakit pasien dilap 1 x sehari, cuci rambut 1x2 hari dan

ganti pakaian i x sehari.

IX. Hasil pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan hasil normal

Haemoglobin 10,4 gram% LK : 14-18gr%

PR : 12-16 gr%

Leukosit 15.000/mm3 4000-10000/mm3

Page 12: Bab i1

X. Therapi Medis /pengobatan

Infus RL 30 tetes/menit

Injeksi Cefotaxime 250 gr/8jam

Paracetamol tablet 80 mg,B6, B1 (kalau perlu)

Injeksi ranitidine 20 mg / 8 jam

XI. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS :

DO: Pasien lemah, HR 100x/menit,

demam 38,2C, pasien tampak tidak

tenang dengan keadaan nya sekarang,

leukosit 12.000/mm3, ,.

ISK nyeri

2 DS :

DO : pasien lemah

Nafsu makan berkurang

Porsi yang disediakan tidak habis

Diet bubur

Berat badan sebelum 5,4kg

Berat badan sekarang 5 kg

Hb 10,4 gr %

Intake yang

kurang

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan nutrisi

3 DS : -

DO: pasien lemah

Pasien tidak mau bergerak gerak, pasien

di bantu orang tua dan perawat untuk

memberikan semua kebutuhan anak.

koping tidak

efektif

ansietas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. nyeri berhubungan dengan ISK ditandai dengan pasien lemah, Pasien lemah, HR

100x/menit, demam 38,2C, pasien tampak tidak tenang dengan keadaan nya sekarang,

leukosit 12.000/mm3

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang

ditandai dengan nafsu makan berkurang , porsi yang disediakan tidak habis, diet

bubur, berat badan sebelum 5,4 kg, berat badan sekarang 5,2 kg, Hb 10,4 gr%

3. ansietas berhubungan dengan koping tidak efektif di tandai dengan pasien lemah

Pasien tidak mau bergerak gerak, pasien di bantu orang tua untuk memberikan semua

kebutuhan anak nya.

C. Perencanaan Imlementasi, Evaluasi

Diagnosa keperawatan I.

Page 13: Bab i1

1. nyeri berhubungan dengan ISK ditandai dengan pasien lemah, Pasien

lemah, HR 100x/menit, demam 38,2C, pasien tampak tidak tenang dengan

keadaan nya sekarang, leukosit 12.000/mm3

Tujuan : nyeri hilang atau berkurang

Kriteria, hasil : nyeri tidak ada

Intervensi

1. Kaji lokasi nyeri

2. Monitor vital sign

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian dan obat-obatan

Rasionalisasi

1. Dengan mengkaji lokasi nyeri dapat di ketahui lokasi dan kualitas nyeri

Implementasi

1. Mengkaji lokasi nyeri

2. Mencatat kualitas nyeri

3. Monitor vital sign

4. Memberikan obat injeksi ranitidine dan injeksi cefotaxime

Evaluasi : masalah belum teratasi

Diagnosa keperawatan II.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhunbungan dengan intake yang kurang

ditandai dengan nafsu makan berkurang orsi yang disediakan tidak habis, diet bubur,

BB sebelum 5,6 kg, Bbsekarang 5 kg, Hb 10,4 gr%

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : - porsi makanan yang disediakan habis

- Selera makan ada

- Berat badan ideal

Intervensi :

1. Beri pasien makanan dalam keadaan hangat

2. Beri obat sesuai anjuran dokter

3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.

4. Anjurkan ibu untuk pemberian ASI dan PASI.

Rasionalisasi

1. Dengan memberikan makanan dalam keadaan hangat dapat meningkatkan selera

makan.

2. Dengan memberikan obat diharaf nafsu makan meningkat

3. Dengan pemberian diet kebutuhan nutrisi terpenuhi.

4. Dengan memberikan ASI diharapkan dapat menambah nutrisi

Page 14: Bab i1

Implementasi :

1. Memberikan makan pasien dalam keadaan hangat.

2. Memberikan obat sesuai dengan anjuran dokter.

3. Memberikan diet bubur

4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI dan PASI

Evaluasi :

Masalah belum teratasi

Diagnosa keperawatan III.

ansietas berhubungan dengan koping tidak efektif di tandai dengan pasien lemah

Pasien tidak mau bergerak gerak, pasien di bantu orang tua untuk memberikan semua

kebutuhan anak nya.

Tujuan :

1. Kaji penyebab pasien ansietas.

2. Anjurkan kepada ibu pasien untuk memberikan ASI

3. Batasi jam bertamu dan jumlah pengunjung

Rasionalisasi :

1. Mengkaji penyebab ansietas diharapkan dapat mengetahui penyebab pasien

ansietas.

2. Memberikan ASI pada pasien saat pasien menangis diharakan pasien tidak

menangis

3. Membatasi jam bertamu daat menciptakan suasana yang tenang dan pasien dapat

tidur.

Implementasi :

1. Mengkaji penyebab pasien ansietas

2. Menganjurkan pada ibu pasien untuk memberikan ASI

3. Membatasi jam bertamu dan jumlah pengunjung

Evaluasi :

Masalah belum teratasi

Page 15: Bab i1

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan anak pada pasien An. N dengan

gangguan sistem perkemihan infekesi saluran perkemihan di ruangan Zaal D Rumah Sakit

HKBP BALIGE, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus

serta faktor penghambat dan pendukung mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengenal

masalah pasien, dalam tahap ini data diperoleh melalui pemeriksaan fisik (inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi), observasi dan wawancara langsung terhadap keluarga

dan tim kesehatan sehingga permasalahan pasien baik secara bio, psiko, sosial, dan

spritual dapat dikumpulkan secara menyeluruh.

Pada tahap pengkajian ISK data dasar secara teori adalah aktivitas/istirahat,

sirkulasi, integritas ego, makanan/ cairan, neurosensori, nyeri/kenyamanan, pernafasan,

keamanan, penyuluhan/pembelajaran. Pada kasus tidak dilakukan pengkajian sirkulasi

integritas ego, neurosensori. Ini tidak dilakukan pengkajian karena tidak ada tanda- tanda

yang mendukung ke arah tersebut. Integritas ego tidak dapat dikaji karena usia pasien

yang masih muda (7 bulan).

Pada pemeriksaan diagnostik secara teori dilakukan foto toraks dan laboratorium

yaitu pemeriksaan leukosit.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Secara teori diagnosa keperawatan sebanyak 5 diagnosa dan secara kasus ada 3

diagnosa keperawatan.

Adapun diagnosa keperawatan yang ada di teori tetapi tidak ada dikasus adalah:

a. Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.

b. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

Diagnosa keperawatan yang ada di kasus tetapi tidak ada di teori ;

1. Gangguan pemenuhan intake dan out put .

Hal ini tidak ada ditemukan karena adanya ditemukan data- data yang mendukung

dalam gangguan pemenuhan nutrisi..

4.3 Perencanaan

Pada tahap pelaksanaan penulis tidak menemukan kesulitan dalam merencanakan

asuhan keperawatan karena perencanaan yang telah ditetapkan sesuai dan adanya kerja

sama yang baik antara perawat sehingga sangat mendukung dalam penerapan asuhan

keperawatan.

Page 16: Bab i1

4.4 Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penulis tidak menemukan kesulitan dalam peaksanaan

asuhan keerawatan karena pelaksana sesuai dengan rencana tindakan yang telah

ditetapkan dan ada kerja sama yang baik antara perawat, tim medis, partisipasi pasien,

dan keluarga yang sangat kooperatif dengan perawat sehingga sangat mendukung dalam

penerapan asuhan keperawatan.

4.5 Evaluasi

Pada tahap evaluasi dari 3 diagnosa keperawatan semua masalah dapat dapat teratasi

yaitu sesak hilang, kebutuhan nutrisi terpenuhi, kebutuhan tidur terpenuhi. Dan penulis

memberi penyuluhan keada keluarga tentang perawatan pasien ISK.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan Anak pada U.P dengan sistem

perkemihan. penulis mengambil kesimpulan dan saran semoga dapat menjadi pertimbangan

dalam pelaksanan Asuhan Keperawatan dimasa yang akan datang, khususnyapada pasien ISK.

5.1 Kesimpulan

1. Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan

adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih

2. Selama pengkajian yang penulis lakukan pasien sangat membantu dalam engumulan

data-data sehingga data-data dapat terkumpul dengan baik dan ditegakkan diagnosa

keperawatan dengan baik dan benar.

3. Dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan secara teoritis dapat dilaksanakan dengan

baik pada pasien An.n, sehingga masalah ada pasien dapat diatasi .

4. Pada tahap evaluasi dari tiga diagnosa keperawatan yang dijumpai semua

5. masalah dapat diatasi dengan baik

Page 17: Bab i1

5.2 Saran

1. kepada keluarga diharapkan supaya tindakan keperawatan yang dilakukan di rumah

dalam menjaga kesehatan.

2. kepada perawat dan tim kesehatan lainnya daat bekerja sama dengan baik dalam

menerapkan asuhan keperawatan sehingga masalah yang dihadapi asien daat diatasi

dengan baik.

Page 18: Bab i1

no Dx kep intervensi rsionalisasi implementasi evaluasi

1. I 1. Kaji lokasi nyeri

2. Monitor vital sign

3. Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian dan obat-

obatan

1. Dengan mengkaji lokasi

nyeri dapat di ketahui lokasi

dan kualitas nyeri

1. Mengkaji lokasi nyeri

2. Mencatat kualitas nyeri

3. Monitor vital sign

HR : 100x/i

4. Memberikan obat injeksi ranitidine

dan injeksi cefotaxime

S: os mengatakan nyeri berkurang O: tidak ada nyeri tekan pada abdomen A: masalah teratasi sebagian P: intervensi di lanjutkan

2. II 1. Beri pasien makanan

dalam keadaan hangat

2. Beri obat sesuai

anjuran dokter

3. Kolaborasi dengan ahli

gizi dalam pemberian

diet.

4. Anjurkan ibu untuk

pemberian ASI dan

PASI.

1. Dengan memberikan

makanan dalam keadaan

hangat dapat meningkatkan

selera makan.

2. Dengan memberikan obat

diharaf nafsu makan meningkat

3. Dengan pemberian diet kebutuhan

nutrisi terpenuhi.

4. Dengan memberikan ASI

diharapkan dapat menambah nutrisi

1. Memberikan makan pasien

dalam keadaan hangat.

2. Memberikan obat sesuai

dengan anjuran dokter.

3. Memberikan diet bubur

4. Menganjurkan ibu untuk

tetap memberikan ASI dan

PASI

S : os mengatakan sudah selera makan O: BB naik dari 5 kg menjadi 5,3 kg A : masalah teratasi P: intervensi dilanjutkan

3 III 1. Kaji penyebab pasien

ansietas.

2. Anjurkan kepada ibu

1. Mengkaji penyebab ansietas

diharapkan dapat

mengetahui penyebab

pasien ansietas.

1. Mengkaji penyebab pasien

ansietas

2. Menganjurkan pada ibu

S: os mengatakan sudah biasa dengan lingkungan RUMAH SAKIT O: os tidak menagis lagi. A: masalah teratasi

Page 19: Bab i1

pasien untuk

memberikan ASI

3. Batasi jam bertamu

dan jumlah

pengunjung

2. Memberikan ASI pada

pasien saat pasien menangis

diharakan pasien tidak

menangis

3. Membatasi jam bertamu

daat menciptakan suasana

yang tenang dan pasien

dapat tidur.

pasien untuk memberikan

ASI

3. Membatasi jam bertamu

dan jumlah pengunjung

P : intervensi dihentikan

Page 20: Bab i1

ASUHAN KEPERWATAN

no Dx kep intervensi rsionalisasi implementasi evaluasi

1. I 4. Kaji lokasi nyeri

5. Monitor vital sign

6. Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian dan obat-

obatan

4. Dengan mengkaji lokasi

nyeri dapat di ketahui lokasi

dan kualitas nyeri

2. Mengkaji lokasi nyeri

5. Mencatat kualitas nyeri

6. Monitor vital sign

HR : 100x/i

7. Memberikan obat injeksi ranitidine

dan injeksi cefotaxime

S: os mengatakan nyeri berkurang O: tidak ada nyeri tekan pada abdomen A: masalah teratasi P: intervensi di hentikan

2. II 5. Beri pasien makanan

dalam keadaan hangat

6. Beri obat sesuai

anjuran dokter

7. Kolaborasi dengan ahli

gizi dalam pemberian

diet.

8. Anjurkan ibu untuk

pemberian ASI dan

PASI.

1. Dengan memberikan

makanan dalam keadaan

hangat dapat meningkatkan

selera makan.

2. Dengan memberikan obat

diharaf nafsu makan meningkat

5. Dengan pemberian diet kebutuhan

nutrisi terpenuhi.

6. Dengan memberikan ASI

diharapkan dapat menambah nutrisi

5. Memberikan makan pasien

dalam keadaan hangat.

6. Memberikan obat sesuai

dengan anjuran dokter.

7. Memberikan diet bubur

8. Menganjurkan ibu untuk

tetap memberikan ASI dan

PASI

S : os mengatakan sudah selera makan O: BB naik dari 5 kg menjadi 5,3 kg A : masalah teratasi P: intervensi dihentikan

3 III 4. Kaji penyebab pasien 1. Mengkaji penyebab ansietas

diharapkan dapat

4. Mengkaji penyebab pasien S: os mengatakan sudah biasa dengan lingkungan

Page 21: Bab i1

ansietas.

5. Anjurkan kepada ibu

pasien untuk

memberikan ASI

6. Batasi jam bertamu

dan jumlah

pengunjung

mengetahui penyebab

pasien ansietas.

2. Memberikan ASI pada

pasien saat pasien menangis

diharakan pasien tidak

menangis

3. Membatasi jam bertamu

daat menciptakan suasana

yang tenang dan pasien

dapat tidur.

ansietas

5. Menganjurkan pada ibu

pasien untuk memberikan

ASI

6. Membatasi jam bertamu

dan jumlah pengunjung

RUMAH SAKIT O: os tidak menagis lagi. A: masalah teratasi P : intervensi dihentikan