bab i - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · web viewmenggunakan konsep-konsep...

111
PRANATA SOSIAL (Modul Untuk Lingkungan Sendiri) Disusun oleh : HENDRA PRIJATNA, M.Pd PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 1

Upload: lecong

Post on 26-Jul-2018

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

PRANATA SOSIAL(Modul Untuk Lingkungan Sendiri)

Disusun oleh :HENDRA PRIJATNA, M.Pd

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)Universitas Bale Bandung (UNIBBA)

2012

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 1

Page 2: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

BAB IKelembagaan/Pranata Sosial (Social Institution)

A. Definisi dan Gambaran Umum

Pranata sosial adalah kumpulan atau sistem norma-norma, falkways

(kebiasaan), mores (adat istiadat) dan hukkum yang membentuk prilaku yang tepat agar

supaya masyarakat dapat berfungsi dengan baik.

Konsep kelembagaan adalah bersifat abstrak dalam bentuk prosedur atau cara

organisasi yang tidak nampak secara konkrit. Lembaga keluarga (sebagai suatu

kumpulan nilai, prosedur dan bentuk-bentuk hubungan antar peranan) tidak dapat

diamati secara konkrit, contoh keluarga petani.

B. Tipe-Tipe Pranata Sosial

Dalam ilmu sosiologi dibedakan berbagai macam lembaga sosial. Yang paling

banyak dibicarakan adalah lembaga-lembaga keluarga, pendidikan, agama, ekonomi

dan pemerintahan.

C. Ciri-Ciri Kelembagaan Sosial

a. Suatu lembaga setelah terbentuk umumnya bertahan lama.

b. Lembaga juga mengalami perubahan akan tetapi proses perubahannya lambat.

c. Lembaga muncul secara tiba-tiba dan tidak terencana, umumnya muncul tatkala

diperlukan

d. Dalam kelembagaan dikenal simbol-simbol yang gunanya untuk meningkatkan

loyalitas para anggotanya.

e. Lembaga juga memiliki “etika laku lampah” (code of behaviour). Dalam keluarga,

yang muda menghormati yang tua. Ten Commandement dalam agama, dll.

f. Lembaga juga menganut ideologi sebagai landasan untuk memperkokoh

eksistensinya.

g. Lembaga juga memegang berbagai macam fungsi. Diantaranya yang penting adalah

fungsi manifes (Manifest Function) yakni tujuan dan cita-cita yang hendak dicapai;

dan fungsi laten (Latent Function) yakni merupakan akibat beroperasinya suatu

lembaga. Akibat ini biasanya memang tidak diharapkan.

h. Berbagai lembaga biasanya saling berkaitan satu sama lain dalam satu sistem

interpendency (saling bergantung).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 2

Page 3: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

1. Lembaga Keluarga

Ciri-Ciri Keluarga

Keluarga umumnya bersifat universil, artinya yang namanya keluarga itu

dimana-mana sama, yang mempunyai tugas antara lain :

Mengontrol hubungan kelamin, tempat kelahiran bagi anak-anak yang syah, dll.

Kingsley Davis, dalam bukunya “Human Society” (1969) menyebutkan bahwa

fungsi keluarga antara lain adalah reproduksi (mengatur keturunan), mengatur

sistem penggantian, mendidik balita, dll.

Tipe Keluarga

1. Keluarga dapat diklasifikasikan secara luas dalam

hubungannya dengan pola hubungan keluarga.

Keluarga Konjugal ( Conjugal Family ) atau keluarga kecil (nuclear family)

yakni keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan anak-anaknya.

Keluarga Konsanguini ( Consanguine Family ) atau sering disebut keluarga

besar (exstended family), yakni keluarga yang didasarkan atas hubungan

darah (kakek-nenek, paman, kemenakan, dll.).

Umumnya dalam setiap masyarakat berlaku kedua sistem kekeluargaan

tersebut.

2. Keluarga dapat juga digolongkan menurut bentuk perkawinannya.

a. Monogami ( monogamy ) yakni sistem kekeluargaan yang didasarkan

pada satu suami satu istri.

b. Poligami ( poligamy ) yakni sistem kekeluargaan dimana seorang suami

dapat mempunyai lebih dari satu istri atau sebaliknya. Kalau seorang

suami mempunyai lebih dari satu istri disebut polyginy. Kalau seorang

istri mempunyai lebih dari satu suami disebut polyandry.

c. Senogami ( cenogamy ) yakni sistem kekeluargaan yang membolehkan

suami istri mempunyai lebih dari satu istri atau suami.

1. Disamping sistem perkawinan, keluarga dapat juga dibedakan menurut tata cara

pemilihan callon suami/istri.

a. Endogami ( Endogamy ) menentukan bahwa seseorang harus memilih

calon suami/istri dalam kelompoknya sendiri.

b. Eksogami ( Exogamy ) menentukan bahwa seseorang harus memilih

calon suami/istri dari luat kelompoknya sendiri.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 3

Page 4: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

3. Keluarga juga digambarkan menurut sumber otoritasnya.

a. Keluarga patriarkal ( patriarchal ) ditandai dengan kekuasaan dipihak

laki-laki.

b. Keluarga matriarkal ( matriarchal ) ditandai dengan kekuasaan dipihak

wanita.

c. Equalitarian adalah sistem kekeluargaan yang membagi kekuasaan

sama antara laki-laki dan wanita.

4. Turunan juga merupakan basis untuk membedakan sistem kekeluargaan.

a. Patrilineal adalah sistem

kekeluargaan yang mengaitkan dengan garis turunan laki-laki.

b. Matrilineal adalah sistem kekeluargaan yang mengaitkan dengan garis

turunan perempuan.

c. Bilateral adalah sistem kekeluargaan yang mengikat hubungan baik

melalui garis turunan laki-laki atau perempuan.

5. Tempat tinggal dapat juga dipakai untuk membedakan sistem kekeluargaan.

a. Keluarga Patrilocal, menggambarkan keadaan

dimana pasangan bertempat tinggal pada keluarga atau desa tempat asal

suami.

b. Keluarga Matrilocal, menggambarkan keadaan

dimana pasangan bertempat tinggal pada keluarga atau desa tempat asal

istri.

c. Keluarga Neolocal, menggambarkan keadaan

dimana pasangan tinggal ditempat yang masih baru (tidak di

desa/keluarga laki-laki atau perempuan).

Disamping klasifikasi yang disebutkan di atas para ahli sosiologi juga

membedakan dua konsep-konsep yang berorientasi pada perkawinan (family of

procreation) yakni keluarga tang terbentuk dari suatu perkawinan dan diakhiri bila

salah satu diantaranya meninggal; dan keluarga yang berorientasi pada kelahiran dan

sosialisasi (family orientation) yakni keluarga tempat seseorang dilahirkan dan

dibesarkan dan biasanya ikatannya terus menerus sepanjang masa kehidupannya.

2. Masalah-Masalah Keluarga

Salah satu masalah yang sering dijadikan topik pembicaraan dikalangan para

ahli adalah semakin meningkatnya angka perceraian, terutama di negara-negara maju.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 4

Page 5: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Sebagai contoh di USA pada tahun 1860 angka perceraian adalah 1,2 per 1000 wanita

kawin dan pada tahun 1946 telah meningkat menjadi 1,8 per 1000 wanita kawin.

Diantara faktor-faktor penyebabnya disebutkan antara lain adalah keadaan sosial

ekonomi terutama semakin meningkatnya angka employment untuk wanita, sebagai

akibat meningkatnya industrialisasi.

3. Lembaga Pendidikan

Aspek-aspek pendidikan secara umum

Sepanjang kehidupan manusia, pendidikan dilaksanakan secara informil, yakni

dalam keluarga atau kelompok-kelompok primer lainnya. Dengan semakin majunya

perkembangan budaya non-materiil di dunia, semakin berkembang pula pendidikan.

Dalam masyarakat moderen, keluarga tidak dapat lagi berfungsi sepenuhnya sebagai

pusat pendidikan bagi para anggotanya (anak-anak). Anak-anak memerlukan

pendidikan yang lebih maju. Seorang pegawai pabrik tidak mungkin mendidik anak-

anaknya menjadi ahli atom. Sehingga wajib sekolah di negara-negara maju akhirnya

melembaga. Dengan adanya wajib sekolah bagi anak-anak, maka jumlah anak yang

terdaftar di sekolah-sekolah semakin meningkat terus setiap tahunnya. Organisasi dan

pengendalian sekolah bervariasi antara satu dengan lain negara. Di negara-negara

Eropa organisasi dan pengendalian sekolah adalah ganda. Untuk masyarakat umum dan

untuk golongan elite. Di Indonesia organisasi dan pengendalian sistem pendidikan

diatur oleh pemerintah (kurikulumnya, jenjangnya, dll.).

Fungsi pendidikan dalam masyarakat yang maju adalah menyediakan tenaga

terlatih untuk jabatan tertentu. Sebab itu antara pendidikan dengan perekonomian

(sebagai kelembagaan) adalah sangat erat. Pasaran tenaga kerja akan menambah atau

mengurangi output pendidikan, sedangkan penyediaan tenaga berpendidikan

mempengaruhi pembangunan dan perekonomian. Disamping itu dalam negara-negara

industri juga diperlukan “pendidikan masal” sebab industri umumnya memerlukan

pekerja-pekerja yang memiliki dasar-dasar pengetahuan terutama kemampuan

membaca. Pendidikan juga membantu mobilitas sosial baik keatas (vertikal) atau

menyamping (horizontal).

Pendidikan tinggi (universitas) menghasilkan tenaga-tenaga yang mempunyai

fungsi inovative. Pendidikan juga meningkatkan integrasi sosial dalam masyarakat.

Semakin tinggi pendidikan masyarakat diharapkan semakin tinggi pula kerukunan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 5

Page 6: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

nasional. Pendidikan juga berfungsi meningkatkan pengembangan kepribadian. Para

mahasiswa diharapkan memiliki aspirasi yang lebih tinggi terhadap seni, musik, dll.

Yang tidak kalah pentingnya pendidikan juga berfungsi memberikan fasilitas

terjadinya pilihan pasangan hidup, melalui berbagai kegiatan, misalnya olah raga,

kesenian, dll. Pendidikan juga dapat membatasi/mengerem terlalu banyaknya jumlah

penganggur, pencari kerja yang memasuki pasaran tenaga kerja.

4. Pendidikan dan Stratifikasi Sosial

Pendidikan eret hubungannya dengan stratifikasi sosial. Semakin tinggi

pendidikan, semakin besar kemungkinan mendapatkan kehidupan yang layak, melalui

perolehan pekerjaan yang baik, penghasilan yang tinggi dan tingkat kebahagiaan yang

lebih stabil.

Meskipun pendidikan menyiapkan jalan kearah pelapisan sosial yang lebih

tinggi bagi yang mampu, akan tetapi pendidikan juga tidak mampu melenyapkan

struktur perbedaan ras dan struktur perbedaan kelas. Hanya kecil sekali proporsi anak-

anak yang berasal dari kelas bawah yang dapat menikmati pendidikan tinggi. Hal ini

terjadi di negara-negara berkembang dan negara-negara maju.

5. Pendidikan dan Sub-Kultur

Pendidikan juga menciptakan sub-kultur khususnya pada tingkat pendidikan

menengah dan menengah atas. Sub-kultur biasanya menyiapkan atau menyediakan satu

sistem kepercayaan atau teknik-teknik untuk mengatasi hal-hal yang tidak terduga,

terutama untuk masa remaja dan menjelang dewasa. Sub-kultur juga dapat mengurangi

ketergantungan kepada orang tua. Kegiatan yang terjadi dalam sub-kultur kebanyakan

berkisar pada kegiatan atletik, tari, pesta, dll. Dalam bidang akademik, kegiatan

berkisar pada penampilan di sekolah yang diukur dengan nilai ujian.

Salah satu bentuk sub-kultur yang bersifat negatif adalah berbentuk kenakalan-

kenakalan yang umumnya ditujukan terhadap sekolah misalnya, tidak disiplin, nyontek,

dll.

6. Masalah-Masalah Pendidikan

Semakin komplek suatu masyarakat semakin beraneka ragam dan semakin luas

tingkat spesialisasi dalam bidang pendidikan. Spesialisasi pendidikan mempersempit

interest/daya tarik terhadap “subject matter” (bidang studi) pendidikan (ilmu); padahal

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 6

Page 7: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

sebaiknya terhadap fleksibilitas dalam pilihan bidang studi mengingat semakin

cepatnya proses perubahan sosial dalam masyarakat.

Sebenarnya telah lama terjadi konflik dalam konsep-konsep pendidikan, yakni

antara penganut konsep pendidikan “elite” dengan penganut konsep pendidikan

“masal”. Menurut sejarah orang yang berpengetahuan adalah yang memperoleh

penghargaan status tinggi. Dan golongan elite tingkat atas yang umumnya

mengendalikan lembaga-lembaga pendidikan menghendaki agar golongan lain (diluar

golongan tersebut) tidak memasuki kelompoknya, agar supaya status yang

diperolehnya dapat dipertahankan. Dengan semakin berkembangnya demokrasi dan

industrialisasi, pendidikan yang ditujukan hanya untuk segelintir orang elite saja tidak

dapat dilaksanakan.

Masalah lain yang masih menghantui pendidikan adalah masalah sistem

pendidikan yang dianut. Apakah mau mengikuti paham konservatif atau paham

pembaharuan (reformist). Pendidikan mempunyai dua peranan penting. Pertama adalah

mentrasmisikan budaya yang ada disamping menambah dengan yang baru. Biasanya

dibentuk beberapa lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai fungsi inovatif,

sedangkan lembaga pendidikan yang lain (SLA atau dibawahnya) berfungsi

mempertahankan budaya yang ada.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 7

Page 8: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

BAB IIOrganisasi Sosial

A. Pendidikan Pribadi dan Masyarakat

Mengapa manusia bertindak atau bertingkah laku seperti apa yang mereka

lakukan? Ini adalah merupakan salah satu interest para ahli sosiologi yang perlu kita

pelajari secara mendalam. Untuk menjawab pertanyaan di atas ada baiknya bila kita

mencoba melihat dua type human grouping (pengelompokan manusia) yang lazim

dikenal dengan istilah primary group dan secondary group. Grup primer adalah tempat

dimana manusia-manusia dibina dan dididik sehingga memiliki kepribadian sebagai

manusia yang mampu bergaul dengan manusia lainnya dalam konteks sosial atau

budaya tertentu. Kepribadian sosial (sosial self) inilah yang pertama kalinya

ditanamkan didalam setiap kehidupan keluarga. Jadi keluarga adalah merupakan grup

primer yang penting (terpenting) di dalam membina dan mendidik manusia sejak lahir

sampai ia harus melepaskan diri dari lingkungan keluarganya untuk kemudian bergaul

dengan manusia lain dalam kondisi dan situasi yang mungkin sekali berbeda.

Charles Cooley, seorang ahli sosiologi bangsa Amerika adalah orang yang

pertama kali mengintrodusir primary group sebagai satu bentuk interaksi atau

hubungan antara individu yang satu dengan yang lain yang ditandai dengan “estimate

face to face association and operation”. Ia menyebutkan sebagai primary relation

karena beberapa alasan berikut:

a. Hubungan primer adalah merupakan landasan universil didalam setiap bentuk

hubungan yang ada dalam kehidupan manusia dengan kelompoknya.

b. Hubungan tersebut primer karena setiap bayi yang dilahirkan di dunia ini

pertama kalinya akan dihadapkan dengan bentuk hubungan primer; oleh karena

itu grup primer yang harus memberikan landasan kuat didalam pembinaan

manusia baru. Hubungan itulah yang diharapkan akan dapat membina manusia

sosial yang lengkap.

c. Terutama sekali hubungan-hubungan primer tersebut membawa manusia

merasakan kesatuannya dengan alam lingkungannya, nilai-nilai hidupnya,

sistem kepercayaannya dan makna serta tujuan bermasyarakat dan pada

akhirnya manusia tersebut akan mampu mengekspresikan rasa kesatuannya

dengan istilah atau ungkapan “kita” dan bukan “aku”.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 8

Page 9: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Apa yang disebut sebagai bentuk hubungan yang bersifat “face to face” oleh

ahli sosiologi lainnya (Ellswort Faris) perlu diartikan secara hati-hati sebab dapat saja

hal itu akan memberikan kesan yang lain, seolah-olah hanya hubungan secara

berhadapan muka sajalah yang dianggap hubungan primer. Sebab menurut Faris (1874

– 1953), hubungan primer tidak perlu dalam bentuk berhadapan muka. Antar keluarga

kadang-kadang berhubungan satu sama lain dengan melalui surat atau dapat juga

melalui telepon dan dalam jarak yang amat jauh sekalipun. Orang yang berhubungan

dengan berhadapan muka belum tentu mempunyai hubungan yang bersifat primer.

Contohnya hubungan seorang WTS dengan langganannya, hubungan seorang pembeli

dengan penjual. Hubungan primer, kata Faris adalah satu bentuk hubungan dimana “

................ person are uniquely related one another inpersonal, informal and total

ways”.

Ahli sosiologi mendefinisikan hubungan sekunder (secunder relationship)

sebagai suatu bentuk interaksi antara individu, tetapi tidak memiliki atribut-atribut yang

bersifat primer. Malah diantara dua kutub dari pada bentuk hubungan tersebut

(hubungan primer dan sekunder) dapat dianggap sebagai satu hubungan yang berbentuk

dikotomi (dari berbagai jenis hubungan manusia yang ada) yang bersifat “continum”.

Pada satu sisi kita temukan bentuk hubungan yang bersifat akrab, informal dan bersifat

total sedangkan pada sisi lainnya kita temukan bentuk hubungan yang resmi (formal)

tidak akrab dan hanya merupakan hubungan persiil. Didalam kenyataannya, hubungan-

hubungan yang ada bersifat gabungan diantara jenis pola hubungan primer dan

sekunder. Dalam bentuk hubungan primer umumnya sangat berhubungan dengan

kebutuhan yang sangat mendalam dan hakiki bagi setiap insan, yakni hubungan dari

hati ke hati, dimana seorang dipandang sebagaimana adanya atau seutuhnya (totalitas).

Didalam hubungan primer kita bebas mengungkapkan isi hati baik tentang perasaan

cinta, benci atau perasaan takut atau perasaan-perasaan yang bersifat saling

bertentangan. Sedangkan dalam hubungan sekunder, bentuk interaksinya mengikuti

pola yang kaku dan pada umumnya telah memberikan semacam definisi tentang bentuk

hubungan yang pasti dilakukan apakah dalam bentuk tugas maupun kewajiban. Dalam

bentuk hubungan sekunder seseorang tidak dapat mengungkapkan isi serta perasaan

hatinya, bahkan ini dilarang dan tidak berlaku. Setiap orang hanya merupakan bagian

dari personalitasnya atau sebagian dari dirinya.

Diagram di bawah memperlihatkan bentuk hubungan yang fundamentil dari

sebuah bentuk yang telah disebutkan diatas, demi terciptanya keserasian didalam

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 9

Page 10: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

kehidupan sosial masyarakat. Kedua bentuk hubungan tersebut tidak ada yang benar

secara mutlak. Hubungan dalam bentuk primer atau sekunder sangat ditentukan pula

oleh sistem nilai yang ada dan berlaku pada suatu saat atau masa.

Dalam suatu riset yang dilaksanakan setelah Perang Dunia ke II sikap atau

performance (baik tidaknya ia melakukan tugas) sangat tergantung pada ada tidaknya

rasa keakraban diantara satu sama lain, baik dengan atasan maupun sesama anggota

korps, semakin akrab hubungan semakin besarlah semangat juangnya. Setiap prajurit

merasa terikat untuk membela kelompoknya. Hal yang kontras dalam keadaan ini

adalah riset yang dilakukan ketika terjadi perang di Vietnam, justru perasaan

individualistislah yang kebanyakan terjadi. Semangat juang tumbuh justru sebagai

gambaran atas sikap individualistis yang merasa tertekan karena ingin melepaskan diri

dari peperangan. Kedua contoh tersebut menggambarkan bahwa unsur hubungan

manusia sangat penting. Manakala seseorang merasa tidak ada lagi ikatan yang akrab

dengan kelompoknya, maka ia merasa telah tersisihkan dari kehidupan masyarakat dan

mendorong tindakan nekad seperti apa yang dikemukakan oleh Emille Durkheim,

yaitu tindakan bunuh diri (egoistic suicide).

Bila kita gambarkan dengan diagram kira-kira akan memberikan jalinan

kerangka hubungan yang berpola sebagai berikut:

Hubungan Primer dan Sekunder Dalam Situasi Sosial

Hubungan Primer Kombinasi Hubungan Sekunder

Sifat –

sifat

Akrab bersifat

pribadi, informil

dan total

Pribadi tidak formil Tidak bersifat

pribadi, formal

parsiil

Contoh : Keluarga Peer grup Kelas di sekolah

Hubungan

(interaksi)

:

Anak – orang tua Sesama anggota atau

sebagai anggota tim/

kelompok

Guru – murid

Bentuk

hubungan

:

Yang menyangkut

perasaan-perasaan

individu (cinta,

benci, iri). Segala

bentuk aturan dan

tingkah laku telah

tersusun dan teratur.

Dalam setiap tindakan

kelompok masing

masing bersikap resmi

dan formil sebagai-

mana yang telah

digariskan oleh grup

(peer- nya). Setiap

Perasaan-perasaan

sen-timentil

diminimalkan dalam

hubungan sekunder.

Hubungan antara guru

dan murid telah

tersusun sesuai

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 10

Page 11: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Hubungan antara

orang tua dan anak

adalah spontan dan

selalu berubah.

Anak diterima

seperti adanya, baik

dalam hal

kekurangan atau

kelebihan.

Hubungan ini

menumbuhkan

perasaan menyatu

seperti terungkap

dalam sebutan :

‘kita” dan bukan

“aku”.

anggota tim mem-

punyai tugas sendiri.

Setelah pertandingan/

perkumpulan resmi

selesai, diganti dengan

hubungan yang ber-

sifat akrab seperti pada

hubungan primer

Perasaan “aku”, “kita”

tumbuh sebagai akibat

kombinasi kedua

bentuk interaksi ter-

sebut.

dengan pola yang ada.

Murid harus duduk

pada tempat yang

disediakan. Guru

diharapkan mem-

berikan pelajaran.

Siswa dinilai menurut

kemaju-an baik dalam

bentuk test atau

bentuk lainnya.

Akibat hubungan

dalam bentuk ini

tumbuhlah perasaan

“aku”.

Keluarga sebagai salah satu bentuk grup primer

Hubungan primer paling besar kemungkinannya terjadi dalam grup tertentu

yang tidak besar jumlahnya dan memiliki ikatan yang tahan lama dan memiliki bentuk

hubungan yang intim. Peer grup dimana anggota memiliki derajat yang sama dan yang

selalu membantu setiap anggota selagi membutuhkan, dapat merupakan grup primer.

Umumnya grup-grup seperti ini anggotanya tediri atas individu-individu yang

umumnya sebaya dan memiliki interest yang sama dan bersifat sukarela. Salah satu

contoh grup primer yang baik adalah keluarga. Meskipun sifatnya agak lain, yaitu

anggotanya tidak sebaya umumnya, karena orang tua lah yang memikul tanggung

jawab dan sifatnyapun tidak sukarela terutama bagi si anak. Namun demikian

keluargalah yang memungkinkan terjadinya hubungan yang penuh perasaan (ada ikatan

batin) baik perasaan cinta, benci atau perasaan antagonistis (contoh : permusuhan).

Karena keluarga merupakan landasan bagi kehidupan primer, maka ada baiknya kita

mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang peranan keluarga dalam relasi

primer tersebut.

Keluarga sebagai grup sosial memiliki ciri sebagai berikut :

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 11

Page 12: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

1. setiap orang menjadi anggota dua kelompok keluarga, yaitu “the family of

orientation” (keluarga dimana individu dilahirkan dan dididik serta dibesarkan)

dan “the family of procreation” (yakni manakala seseorang telah lepas dari

keluarganya dan membina keluarga tersendiri, contoh : setelah menikah).

2. Struktur setiap keluarga berbeda-beda antara satu dengan lainnya, antara satu

masyarakat dengan masyarakat lainnya. Di beberapa masyarakat hubungan

darah keluarga terikat didalam satu kesatuan keluarga besar yang lazim disebut

“kinship grup”. Sebaliknya ada masyarakat dimana setiap anggota masyarakat

meninggalkan keluarga asalnya untuk membentuk keluarga sendiri di suatu

lokasi tertentu yang kadang-kadang berjauhan letaknya. Keluarga seperti ini

disebut keluarga kecil, sebab suami istri meninggalkan unit kinshipnya masing-

masing untuk membentuk satu keluarga sendiri dan hidup di dalam unit

“nuclearnya” (nuclear family adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak; sedangkan keluarga besar yang menyangkut beberapa keluarga disebut

“extended family” ). Keluarga kecil tersebut sering juga disebut “the conjugal

unit” dan keluarga besar dikenal dengan nama “consanguine unit” (beberapa

nuclear family bergabung menjadi satu kedalam kinship unit yang besar –

extended family). Keluarga kecil umumnya terdapat di masyarakat moderen

dimana individu-individu meninggalkan tempat “the family of orientation”

untuk mencari pekerjaan dan juga mencari calon istri sendiri.

3. Ikatan-ikatan primer juga berbeda, bahkan ada ambivalensi dalam grup kinship

dalam masyarakat yang pra moderen. Meskipun demikian keluarga terikat erat

oleh harapan-harapan sosial dan ekonomis. Tingkat perceraian sedikit sebab

suami istri tidak bebas untuk melakukannya; setiap tindakan individu adalah

merupakan tindakan keluarga. Sebaliknya dalam masyarakat moderen setiap

individu diharapkan memiliki kematangan dan bebas untuk memilih pasangan

masing-masing. Perasaan-perasaan yang bertentangan didalam keluarga sering

terjadi. Manakala perasaan cinta dan benci terjadi dalam waktu yang bersamaan

ini disebut sebagai “ambivalence”. Contoh, sepasang suami istri yang

selamanya saling mencintai, pada suatu saat dapat terjadi pertengkaran.

Demikian juga antara orang tua dan anak juga terjadi ambivalensi. Anak-anak

sangat tergantung kepada orang tua untuk suatu jangka waktu yang lama sekali.

Orang tua harus memenuhi berbagai kewajiban untuk anak-anaknya dan ikatan

cintapun tumbuh karenanya. Terjadilah rasa saling mengisi akan kebutuhan-

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 12

Page 13: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

kebutuhan yang terjadi diantara anggota keluarga mereka. Sebaliknya

ketegangan-ketegangan pun sering timbul. Sigmund Freud menghipotesakan

bahwa beberapa perasaan cinta, benci tumbuh karena persaingan antar jenis

kelamin didalam keluarga. Anak tidak menyukai ayahnya karena keduanya

merupakan saingan untuk cinta sang ibu. Freud menyebutkan perasaan

persaingan ini sebagai “Oedipus Complex” dan menurutnya dapat terjadi

disetiap keluarga. Bronislow Mlinowski, seorang antropologi mencoba

memodifikasikan hipotesa Freud atas dasar hasil penelitiannya dan mengatakan

bahwa persaingan atau permusuhan yang terjadi didalam keluarga disebabkan

karena keharusan untuk menjaga disiplin si anak. Pendapat Freud adalah benar

manakala ia menemukan bahwa sering terjadi permusuhan antara anak dengan

ayah pada keluarga orang-orang Eropa, tetapi menurut Mlinowski permusuhan

tersebut disebabkan karena sang ayah menganut azas kedisiplinan dan bersifat

otoriter terhadap anak-anaknya (sang ayah memaksakan kehendaknya atau

authoriter). Pemaksaan kehendak inilah yang dirasakan berat untuk diterima

oleh sang anak dan yang selanjutnya menimbulkan perasaan “tidak senang”

terhadap sang ayah.

Malinowski membuktikan lawan hipotesanya tersebut dengan menunjukkan

bukti bahwa pada keluarga dimana ayah tidak melakukan tindakan disiplin kepada

anaknya, maka rasa persaingan antara ayah dan anak rendah sekali dan justru sang

pamanlah yang menjadi saingan bagi si anak (masyarakat suku asli Australia

menganut sistem “matriakrat” coba bandingkan dengan sistem kekeluargaan di

Sumatera Barat).

Keakraban hubungan didalam keluarga telah banyak mengundang minat para

sosiolog untuk menyelidiki hubungan yang ada antara keakraban hubungan didalam

keluarga dengan sukses didalam hidup. Bernard C Rosen membuat penelitian yang

membandingkan “achievement motivation” (hasrat untuk maju) antar anak-anak muda

di Amerika Serikat dan sekelompok anak-anak muda seusia di Brasil. Hasilnya

menunjukkan bahwa anak-anak muda di Brasil mendapatkan score atau nilai yang

rendah dalam achievement motivation dibandingkan dengan teman-teman sebayanya di

Amerika Serikat. Alasan yang dikemukakan oleh Rosen dalam riset tersebut adalah

karena anak-anak muda di Brasil tidak dididik pengetahuan yang dapat memberikan

bekal untuk mencapai jenjang kehidupan yang lebih tinggi. Mereka juga tidak

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 13

Page 14: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

diberikan kesempatan untuk menjadi manusia yang dapat berdiri sendiri

“independence”. Secara singkat alasan yang dikemukakan adalah :

a. Sistem kekeluargaan di Brasil bersifat authoritarian, dimana figure ayah sangat

penting.

b. Anak laki-laki terlalu dilindungi terutama oleh sang ibu.

c. Anak terlalu patuh tak pernah berontak terhadap ayah. Anak tidak pernah

berusaha maju sebab mungkin akan bersaing dengan ayah.

Sebagai kontras, anak-anak Amerika Serikat mempunyai nilai atau score yang

tinggi untuk “aspirasi” pada setiap tingkatan kelas sosial. Di Amerika ayah tidak

terlalu mendominasi, meskipun kekuasaan terakhir di tangan sang ayah. Dan sang ayah

selalu mendidik anaknya dasar-dasar skill dan selalu menganjurkan untuk menjadi

orang yang mampu berdiri sendiri. Dari studi perbandingan tersebut memperlihatkan

bahwa kehidupan keluarga berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya, meskipun setiap

keluarga ditandai oleh sifat kekeluargaan yang bersifat primer. Jadi hubungan primer

didalam keluarga juga memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada sistem yang

mengutamakan aspirasi yang tinggi, oleh karenanya mereka menyiapkan individu-

individu untuk mencapai tingkatan yang tinggi di masyarakat. Mereka selalu

menanamkan dan mendidik skill dan kemampuan lain yang akan membantu sang anak

untuk mencapai tujuan tersebut. Tetapi ada juga sistem kekeluargaan yang tidak terlalu

menghiraukan aspirasi anak-anaknya. Bahkan didalam masyarakat yang sama terdapat

pula perbedaan didalam cara setiap keluarga melaksanakan hubungan yang bersifat

primer tersebut.

Beberapa ahli sosiologi lain, yaitu Dynes, Clark dan Dinits (1956 – 212, 215)

pernah membuat suatu penyelidikan tentang bagaimana pengaruh hubungan primer

dalam beberapa lingkungan keluarga Amerika terhadap sikap dan tingkah laku anak-

anaknya. Mereka ingin membuktikan hipotesa bahwa hubungan-hubungan

interpersonal yang tidak memuaskan erat hubungannya dengan tingkat aspirasi yang

rendah. Hipotesa ini dilandasi oleh teori yang mengatakan bahwa “behavior is learned

and emerges out of social context” (tingkah laku adalah merupakan pengalaman yang

tumbuh dari konteks sosialnya; dari kondisi dan situasi sosial dimana seseorang

dibesarkan).

Didalam penelitian tersebut ternyata bahwa 42% dari orang-orang yang

memiliki aspirasi tinggi mengatakan bahwa mereka mengalami suatu perasaan bahwa

sebenarnya ayah mereka tidak menyenanginya. Dan hanya 25% dari orang-orang yang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 14

Page 15: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

beraspirasi rendah yang menyatakan bahwa mereka juga mengalami perasaan yang

sama yakni ayah mereka tidak menyenanginya. Ketika datanya diklasifikasikan

berdasarkan perasaan-perasaan individual yang pernah dialami bahwa sebenarnya

ibunya pernah menolak sesuatu yang diinginkan oleh anaknya, menunjukkan bahwa

mereka yang beraspirasi tinggi ternyata 34% dibandingkan dengan mereka yang

mengalami hal yang serupa tetapi dari golongan yang beraspirasi rendah. Meskipun

hasil dari penelitian tersebut tidak dapat dianggap final, namun telah menimbulkan

pertanyaan yang fundamental tentang “manusia dan masyarakatnya”.

B. Perkembangan Pribadi (Self)

Pembicaraan kita tentang keluarga erat hubungannya dengan analisa tentang

bagaimana pribadi manusia tumbuh dan menjadi pribadi sosial. Manusia sepanjang

hidupnya adalah mahluk yang selalu terikat dengan hubungan-hubungan grup-nya (man

is group related being). Jadi manusia ketika dilahirkan belum disebut manusia sosial; ia

menjadi manusia sosial melalui partisipasinya didalam kehidupan sosial. Interaksi

antara bayi dan ibunya langsung terjadi begitu ia dilahirkan. Pengalaman seperti ini

bagi manusia terjadi di lingkungan keluarganya, dimana hubungan primer merupakan

karakter utamanya dan tempat sang bayi kelak akan mengalami pertumbuhannya.

Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia memerlukan kebutuhan-kebutuhan

untuk memenuhi kebutuhan biologisnya ataupun kebutuhan lainnya. Ia harus diberi

makan, rumah tempat berlindung dari gangguan alam lingkungan. Tetapi manusia tidak

seperti binatang yang memiliki instinct yang dapat bereaksi secara otomatis terhadap

segala prilakunya. Instinct tumbuh secara alamiah dalam organ mahluk binatang yang

dilahirkan ke dunia. Instinct tersebut tumbuh atau diterima secara turun-temurun, dari

satu generasi ke generasi berikutnya. Seperti sejenis burung secara instinct akan

membuat sarang dengan cara yang sama sebagai respon terhadap lingkungannya.

Manusia dapat membangun berbagai bentuk rumah sesuai dengan alam

lingkungannya yang paling cocok. Sedangkan binatang tidak dapat memanipulasikan

instinctnya menurut kehendak lingkungannya. Demikian pula binatang tidak mampu

memanipulasikan tingkah lakunya atau behaviornya. Tetapi manusia dapat, sebagai

contoh ia dapat mengontrol dorongan instinct seksnya, bahkan terdapat segolongan

manusia yang mampu mengontrol hawa nafsunya sampai tuntas (seperti pendeta

Katolik dan biarawati). Manusia dapat menahan diri terhadap kelaparan bila ia

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 15

Page 16: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

kehendaki. Mahatma Gandhi, seorang tokoh pimpinan India pernah mogok makan

dalam usaha menentang pemerintah kolonial Inggris pada masa itu.

Anak yang baru dilahirkan hidupnya sepenuhnya sangat tergantung pada

lingkungan sosial dan budaya dimana ia dilahirkan. Ia tergantung bukan saja dalam hal

kebutuhan-kebutuhan untuk pertumbuhan biologisnya saja tetapi juga sangat

tergantung sepenuhnya didalam perkembangan personalitasnya. Seperti pernah

dikatakan oleh seorang ahli psikologi sosial bangsa Amerika, George Herbert Mead

(1863 – 1937) bahwa pengaruh masyarakat terhadap individu-individu dapat dilihat dan

diperhatikan secara dramatis dalam beberapa tahun saja pada waktu seorang anak

berusia beberapa tahun. Seorang bayi hanya samar-samar saja dapat merasakan risi

tidaknya dalam waktu-waktu tertentu. Bila ia merasa kurang enak (risi) karena

popoknya basah misalnya, maka ia akan menangis. Bila ibunya telah mengganti

popoknya atau menyusuinya dengan susu yang hangat, atau perasaan cinta kasihnya

mungkin yang dirasakannya atau yang tampak perubahannya adalah fisiknya saja.

Secara psikologis mungkin juga terjadi reaksi manakala sang ibu menumpahkan

rasa kasihnya, meskipun reaksi tersebut tidak tampak. Manakala sang ibu bereaksi

tatkala sang bayi menangis, seolah-olah sang ibu dapat membaca dan mengantisipasi

keinginan sang bayi. Manakala sang bayi sudah agak besar, reaksi yang diberikannya

mungkin mulai dapat terbaca meskipun masih dalam bentuk senyuman atau perubahan

wajah (gesture). Manakala sang bayi sudah memeberikan reaksi yang lebih jelas,

interaksi yang bersifat elementer mulai dipersiapkan untuk membentuk komunikasi

yang lebih mendalam lagi dimasa mendatang.

“I” (aku) dan “Me” (diriku)

Mead berpendapat bahwa “pribadi” (self) terdiri dari unsur “I” dan “Me” atau

“aku” dan “diriku”. “I” adalah gambaran dari pada pribadi manakala ia masih dalam

masa kanak-kanak. “I” (aku) masih belum terorganisir dan belum berdisiplin. Aku

merupakan pelaku. Me atau diriku memerlukan waktu untuk tumbuh dan berkembang

sebab merupakan bagian dari pribadi yang mampu mengontrol “I” (aku). Secara graduil

seorang anak akan belajar dari interaksi dengan dunia lingkungannya kapan “I” (aku)

tidak boleh berbuat. Jadi hanya setelah seorang anak menyadari tentang “I”

sepenuhnya, barulah “Me” berfungsi sewajarnya. Pada mulanya hanya ibunya lah yang

bertindak sebagai “Me” : “Jangan lemparkan gelas itu, nak”. Beberapa waktu kemudian

barulah “Me” menjadi bagian dari kedua orang tuanya, peer grup-nya, gurunya,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 16

Page 17: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

temannya atau pihak-pihak lainnya. Dengan kata lain “Me” yang telah menjadi bagian

dari hidupnya itulah sehingga sang anak dianggap telah mampu menyesuaikan dirinya

secara mantap. Jadi “diriku” (Me) lah yang sebenarnya merupakan bagian dari pribadi

yang mampu mengontrol “aku” (I) sesuai dengan harapan dari orang tuanya, peer

grupnya, kawan-kawannya, gurunya atau pihak-pihak yang lain. Yang baik menurut

Mead adalah bila “I” dan “Me” berada dalam keseimbangan.

Tahapan belajar

Bagaimanakah caranya menyeimbangkan antara I dan Me? Anak-anak didalam

proses belajar biasanya melalui tiga tahapan, yaitu : (1) tahap imitasi; (2) tahap bermain

(play) dan (3) tahap bertanding (game). Setelah anak berusia setahun atau lebih, dimana

tubuhnya sudah cukup matang (seimbang) dan mulai dapat bergerak berkeliling sambil

mengamati dunia sekitarnya, mulailah ia meniru perbuatan (action) orang tuanya.

Kalau ayah sedang duduk di kursi baca koran, sang anak juga ikut-ikutan membaca;

tatkala ibunya sedang memasak sang anak juga ikut-ikutan masak-masakan. Dalam

tahapan pertumbuhan kedua, anak mulai menjadi manusia sosial. Kata-kata seperti

“saya mandi”, atau “saya makan” mulai dikenal. Namun demikian apa yang ia lakukan

masih terbatas pada tahap meniru dan belum mampu berinisiatif sendiri. Jadi ia baru

memegang peran sebagai “role playing”; peranannya (role-nya) masih ditentukan oleh

orang lain terutama oleh ayah ibunya. Jadi anak tersebut telah dihadapkan kepada dunia

sosial, tetapi hanya sebagai objek tindakan atau action social; “Andi, jangan makan

buah itu”. Bagian dari pada pribadi anak tersebut yang tumbuh pada masa tahapan ini

adalah “Me” yang hanya merupakan objek saja. Tahapan teakhir terjadi manakala sang

anak sudah pandai menguasai bahasa dan cara berkomunikasi. Mulailah ia terlibat

didalam interaksi sosial yang semakin ruwet danserba komplek. Disini barulah ia dapat

menilai tentang potensi “I” (aku) sebagai subjek dan sebagai inisiator yang mampu

menguasai atau mempengaruhi action atau perbuatan orang lain. Mead menyebut

tahapan ini sebagai The Game State, sebab bila seseorang ingin berpartisipasi didalam

suatu permainan (game) maka ia harus mampu mengambil atau memainkan suatu

peranan (role). Perbedaan antara role-playing dan ro le-taking dapat kita bandingkan

antara anak-anak yang bersekolah di TK, dan berpura-pura bermain sebagai salah satu

tim sepak bola yang sungguh-sungguh. Pada anak-anak TK mungkin mereka

memainkan peranannya dengan cara bermain-main dengan menggunakan balok-balok

kayu mainan saja. Permainan seperrti ini akan diikuti dengan permainan yang lebih

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 17

Page 18: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

ruwet, sampai sang anak cukup memiliki skill untuk benar-benar turut bermain didalam

sebuah tim sepak bola. Dengan cara role playing sang anakpun sudah mulai dapat

belajar bagaimana menendang atau menangkap bola atau belajar tehnik-tehnik lainnya.

Tetapi ia masih harus belajar lagi manakala ia menghadapi situasi yang agak aneh atau

berlainan.

Pribadi ( the self ) dan Interaksi sosial

Kita semua memiliki “I” sebagai subjek dan “Me” sebagai objek. Keduanya

merupakan kesatuan diri kita yang disebut “pribadi”. Kedua aspek tersebut dibentuk

didalam diri kita tatkala kita masih kanak-kanak melalui hubungan-hubungan kita

dengan pihak lain. Kedua aspek pribadi tersebut dibentuk tatkala kita sudah dapat

membedakan bahwa diri kita menjadi objek (sasaran) dari pada action orang lain dan

demikian pula sebaliknya, orang lain menjadi objek atau sasaran action kita. Apa-apa

yang dipikirkan oleh orang lain tentang diri kita tatkala kita sedang berada di kantor, di

rumah ibadah atau di sekolah menentukan apa yang kita pikirkan tentang diri kita

sendiri dan peranan apakah yang kemudian akan kita mainkan didalam arena kehidupan

sosial masyarakat.

Charles Cooley menyebutkan proses tersebut di atas sebagai proses “looking-

glass-self”. Melalui “cermin” kita mendapat gambaran tentang bentuk maupun wajah

dan tubuh kita. Dengan gambaran yang kita peroleh tentang diri kita tersebut kita

pergunakan pula action atau perbuatan orang lain terhadap kita didalam hubungan

interpersonal (yang dialami kita) untuk mendapat perkiraan atau rabaan yang tepat

tentang diri kita sendiri sebagai manusia. Jadi dengan cepat kita catat bagaimana orang

lain bereaksi terhadap kita dalam situasi dan hubungan kelompok yang diberikan tadi.

Dari hasil estimasi tentang diri kita melalui “cermin” itulah selanjutnya kita dapatkan

kesan-kesan tentang diri kita sendiri; apakah kesan yang membanggakan ataukah kesan

yang memalukan. Pribahasa “sebelum mencubit orang lain, cubitlah diri sendiri” kira-

kira memberikan gambaran yang cukup jelas tentang proses yang kita bahas di atas.

Sudah barang tentu kadang-kadang terjadi kejanggalan-kejanggalan didalam

menilai tentang diri kita sendiri. Apa yang oleh orang lain dipandang baik, kita malah

menafsirkan sebaliknya. Namun demikian, tepat tidaknya kita memperkirakan diri kita

melalui “cermin” tadi akan mendorong untuk memikirkan diri kta sesuai dengan situasi

dan kondisi yang kita amati. Tepo sliro, barangkali sudah merupakan satu bahasa

sosiologi yang dimiliki oleh orang Jawa didalam setiap langkah perbuatannya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 18

Page 19: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Apabila anda ingin dihormati, maka anda harus menghormati. Mungkin sekali

bagi seseorang yang menderita gangguan jiwa akan mendapat kesukaran didalam

menginterpretasikan reaksi-reaksi orang lain secara tepat. Orang yang secara baik

bermaksud menolongnya mungkin dianggap menghina. Proses pembinaan diri pribadi

dan proses interprestasi diri pribadi berlangsung terus didalam setiap tingkatan

masyarakat sosial manusia.

Proses pembinaan pribadi dan proses penginterprestasian tentang diri pribadi

adalah merupakan landasan pokok didalam setiap kehidupan dan kondisi sosial

manusia. Lain orang mungkin akan menggunakan proses tersebut untuk tujuan lain

pula. Pada masa sebelum Perang Dunia II Hitler telah membina pribadi anak-anak

muda Jerman untuk tujuan cinta kepada Ras-nya (Aria) yang dipandang sebagai Ras

yang paling “Uberalles” yang paling tinggi dan menanamkan semangat juang yang

tidak mengenal mundur. Setiap bangsa di dunia mereka anggap sebagai bangsa kelas

dua. Demikian pula dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Indonesia pun sedang melakukan pembinaan manusia yang memiliki

kepribadian Indonesia sejati sesuai dengan pancasila. Bagi anda yang belajar

sosiologipun diharapkan akan dapat mencoba mengambil peranan sebagai seorang ahli

sosiologi atau memproyeksikan diri anda dalam peranan ahli sosiologi agar supaya

anda dapat memahami pelajaran sosiologi dengan baik. Semua perasaan (cinta, benci,

simpati dan semacamnya) adalah hasil dari pada proses interaksi antara subjek “I” dan

objek “Me” didalam diri kita masing-masing yang merupakan produk lingkungan sosial

masyarakat kita.

Adakah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa setiap individu dibentuk menjadi

manusia sosial oleh masyarakat (lingkungannya)? Beberapa puluh tahun yang lampau,

1954, di Lucknow-India ditemukan seorang anak yang tingkahnya mirip dengan

seekor serigala. Para dokter yang mencoba menyelidiki sebab-sebab mengapa ia

berperangai seperti itu, mengalami kesulitan sebab anak itu sukar sekali untuk

dijinakkan. Anak tersebut berusia sekitar 9 tahun dan diberi nama Ramu. Ada diantara

dokter yang yakin bahwa anak tersebut dibesarkan oleh serigala. Kasus anak seperti

serigala juga ditemukan di tempat lain di bagian dunia ini. Demikian pula sering

ditemukan anak yang berperangai aneh sebagai akibat dilahirkan dan dibesarkan di

tempat sempit. Sebagai contoh, pernah terjadi kasus dimana seorang wanita bangsa

Yahudi yang terpaksa bersembunyi di tempat perlindungan di bawah tanah karena

takut ditemukan oleh orang Jerman. Dalam tempat perlindungan tersebut kebetulan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 19

Page 20: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

telah tinggal seorang laki-laki lain bangsa Yahudi. Bahwa akibat nasibnya yang buruk

sang wanita tersebut melahirkan seorang anak yang diberi nama Anna. Anak tersebut

sejak kecil telah mendapat perlakuan yang tidak wajar. Tidak boleh menangis (selalu

dibungkam mulutnya kalau menangis) karena takut suaranya didengar orang Jerman.

Setelah orang Rusia membebaskan mereka, anak tersebut sudah tidak dapat terkontrol

lagi. Anak itu menjadi anak yang memiliki perangai aneh yang biasa disebut “autistic”

atau hidup seperti di alam mimpi (halusinasi) tidak dapat menyesuaikan diri dengan

dunia nyata di sekelilingnya.

Kasus-kasus seperti contoh di atas, menurut para ahli sosiologi adalah

merupakan kasus prilaku atau tingkah laku (behavior) manusia sebagai akibat hidup

terisolasi karena menghadapi ancaman situasi sosial yang ada pada waktu itu. Bahwa

tingkah laku binal seperti serigala atau tingkah laku aneh seperti orang bermimpi adalah

akibat dari perbuatan tanpa perikemanusiaan dari pada manusia itu sendiri. Jadi kalau

anak bertabiat seperti serigala, bukanlah disebabkan karena seekor serigala menjadi

ibunya sang anak, tetapi karena sang ibu bertindak seperti serigala. Kedua contoh di

atas menjelaskan kepada kita bahwa bayi dilahirkan ke dunia ini memiliki potensi

sebagai manusia sosial. Tetapi hidupnya sangat tergantung pada orang lain (dalam hal

ini orang tuanya/ibu) dan tidak seperti binatang yang demikian dilahirkan ke dunia

telah dibekali instinct untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru. Jadi

kalau ketergantungan terhadap kebutuhan biologis dan sosial tidak dapat dipenuhi

maka akan berakibat yang tidak baik bagi individu itu sendiri ataupun bagi masyarakat

seluruhnya. Tugas yang dilaksanakan oleh masyarakat untuk mendidik dan

membesarkan seorang anak sehingga menjadi manusia sosial yang dapat diterima oleh

sesama manusia lain yang hidup bersamanya disebut “sosialisasi” (Socialization).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 20

Page 21: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

BAB IIISosialisasi

A. Gambaran Umum

Untuk menjamin kelanggengan hidup individu-individu dan masyarakat, maka

setiap bayi yang dilahirkan di dunia harus dididik dan dilatih sesuai dengan tata cara

dan kebiasaan hidup pada masyarakat dimana ia dilahirkan. Pertama sang anak harus

dididik dasar-dasar keterampilan yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Ia

harus belajar berjalan dan makan. Ia perlu belajar bagaimana berkomunikasi melalui

percakapan, bacaan atau tulisan. Bahkan ia harus belajar bagaimana caranya buang air

besar atau kecil. Semua keterampilan atau skill tersebut adalah merupakan pondasi bagi

kelangsungan dan kelanggengan hidup bermasyarakat dimana para individu saling

berhubungan atau berinteraksi satu sama lainnya. Pendidikan tersebut juga penting bagi

individu-individu (anak kecil) untuk mulai sadar akan dirinya dan dapat mengontrol

dirinya terhadap keadaan lingkungan sosialnya.

Kecakapan atau keterampilan yang diajarkan kepada setiap anak yang baru lahir

di dunia ini akan bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Anak kecil

yang dilahirkan di lingkungan masyarakat pemburu akan belajar dasar-dasar

keterampilan berburu pula, demikian juga dengan anak-anak yang dilahirkan di

lingkungan petani ia akan belajar keterampilan yang berkaitan dengan pertanian pula.

Sosialisasi juga melatih individu untuk dapat menguasai dasar-dasar pengetahuan

tentang masyarakat yang memungkinkan anak tersebut menggunakan pengetahuan

secara baik.

Anak yang dilahirkan di lingkungan masyarakat Islam akan belajar

mempraktekan ajaran keagamaan dengan melalui upacara-upacara sesuai dengan tata

cara yang telah diajarkannya. Demikian pula seorang anak yang dilahirkan di

lingkungan masyarakat Hindu. Melalui akumulasi dari pada segala pengetahuan yang

dipelajari atau yang diajarkan oleh masyarakat, maka individu tersebut secara potensial

menjadi produktif bagi masyarakat lingkungannya.

Sosialisasi juga merupakan proses dimana masyarakat mengorientasikan setiap

induvidu kepada nilai-nilai hidup (values) dan kepercayaan yang sangat penting

didalam masyarakat manusia. Sekolah-sekolah formil, Gereja, Mesjid atau Pura adalah

tempat dimana individu belajar tentang nilai hidup dan sistem kepercayaan. Individu di

sekolah harus belajar apa artinya demokrasi Pancasila, apa artinya kebebasan,

kemerdekaan dan persamaan. Pada umumnya tempat beribadah, seperti Mesjid, Gereja

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 21

Page 22: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

dan lain-lain adalah merupakan tempat untuk belajar apa artinya hidup persaudaraan,

persaman –brotherhood. Seseorang tidak akan sepenuhnya dipandang sebagai orang

Indonesia bila ia belum belajar dengan sungguh-sungguh tentang nilai-nilai hidup yang

terkandung pada masyarakat Indonesia yakni melalui proses sosialisasi. Konsep

sosialisasi bukanlah sekedar pekerjaan rutin yang dilakukan oleh masyarakat terhadap

setiap insan yang beru lahir ke bumi. Melalui sosialisasi individu-individu

merencanakan skills dan pengetahuan yang ia peroleh dari masyarakat (termasuk nilai-

nilai hidup) menjadi landasan konsep hidupnya. Kalau anda menjadi seorang guru, itu

karena anda telah belajar dari masyarakat, baik dari sekolah, dari buku-buku, dari

kawan-kawan atau dari sumber lain dalam masyarakat kita. Anda akan berpikir tentang

diri anda atau orang lain akan memandang anda dan mengidentifikasikan anda sesuai

dengan skill yang anda miliki. “Si Badu adalah guru SMP X”, Tuti seorang ahli

kecantikan. Demikian pula dengan nilai-nilai hidup. Si A adalah seorang yang anti

NKK. Si B adalah pejuang hak-hak azasi manusia. Jadi hubungan interdepedensi antara

masyarakat dan individualah sebenarnya yang menjadikan proses sosialisasi menjadi

landasan yang penting didalam hidup ini. Seseorang tidak akan dapat hidup tanpa

bantuan orang lain. Masyarakat ada karena individu-individu menciptakan landasan-

landasan bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Apabila sesuatu tidak berjalan

sewajarnya, seperti halnya dengan “manusia serigala”, maka akibatnya akan serius bagi

masyarakat, sebab kita tidak lagi mempunyai seorang individu yang memiliki sifat

sosial lagi. Jelas bahwa anak yang bertabiat “serigala” atau yang bertabiat aneh akibat

isolasi, memiliki kekurangan ketiga unsur yang disebutkan tadi, yaitu keterampilan

(skills), pengetahuan dan nilai hidup.

Ada tiga hal yang perlu diingat manakala kita mempelajari proses sosialisasi, yaitu :

1. Sosialisasi adalah proses yang terus menerus terjadi sepanjang hidup dan

sepanjang ada masyarakat serta individu yang dilahirkan ke bumi ini.

2. Sosialisasi bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lain baik dalam

bentuk maupun dalam tingkatannya.

3. Sering terjadi adanya proses yang disebut desosialisasi atau resosialisasi

didalam kehidupan kita.

Di bawah ini akan kita bahas bersama secara singkat.

Meskipun George Herbert Mead mengatakan bahwa pembinaan pribadi (self)

sepenuhnya dimulai ketika anak masih kecil, tetapi tidak diartikan bahwa proses

tersebut selesai pada saat itu. Unsur-unsur masyarakat yang dipindahkan kepada

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 22

Page 23: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

individu melalui sosialisasi memerlukan pengukuhan dan pemeliharaan sepanjang

hidup individu-individu. Jadi anggapan bahwa pendidikan berakhir pada waktu

seseorang memperoleh sebuah ijasah adalah tidak benar. Suatu studi kasus orang-orang

yang terisolasi karena dipenjarakan misalnya, untuk jangka waktu yang sangat lama

memperlihatkan bahwa orang-orang tersebut ternyata kemudian menjadi tidak normal

(nilai martabat kemanusiaannya menurun). Mereka telah kehilangan nilai-nilai hidup,

bentuk kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat. Pengetahuannya tentang

masyarakat dimana ia pernah hidup dan mengenal menjadi kabur atau ditafsirkannya

secara salah. Mereka menjadi kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dan

menggunakan bahasa yang berlaku. Ini menandakan bahwa individu-individu

tergantung kepada kontak-kontak sosial dalam masyarakat sepanjang hidupnya.

B. Perbedaan proses dalam sosialisasi

Seperti telah disebut di atas, sosialisasi berbeda baik dalam bentuk maupun

tingkatannya, dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya dan dari satu kelompok

yang satu ke kelompok berikutnya. Di Amerika, biasanya sosialisasi secara formal

terkonsentrasi pada saat individu berusia antara setelah kelahiran sampai menjelang

usia 21 tahun. Dalam periode ini anak kecil dan anak dewasa dihadapkan kepada

keluarga, sekolah dan gereja sebagai lembaga sosialisasi yang formal. Pada waktu yang

bersamaan peer-grupnya, seperti kawan-kawan bermainnya, kawan-kawan akrabnya

sama-sama memegang peranan yang penting didalam pembinaan atau pendidikan

skills, pengetahuan serta nilai-nilai kepada individu-individu. Pada masa usia

meningkat tua, proses sosialisasi formal ataupun informal selesai atau hilang.

Orang-orang yang telah berusia 60 tahunan atau 70 tahun baik masih sebagai

suami istri atau sudah menjanda/menduda, dimana anak-anaknya mungkin sudah

menikah semua, mereka tidak lagi mengunjungi sekolah-sekolah. Fisiknya mungkin

sudah tidak memungkinkan untuk mengunjungi gereja ataupun untuk tetap bergaul

ditengah dunia atau masyarakat; mereka telah pensiun dan kawan-kawan karibnya

mungkin tinggal beberapa orang saja. Masalah-masalah yang timbul akibat usia yang

telah lanjut tersebut adalah akibat langsung dari adanya perubahan didalam proses

sosialisasi yang disebabkan karena makin melemahnya fisik maupun mental pada

individu-individu. Orang-orang tua merasa bahwa masyarakat sudah tidak

menghendakinya lagi dan menganggap mereka sudah tidak berguna lagi. Masyarakat

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 23

Page 24: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

pun memperoleh akibat buruk akibat tidak mampunya menggunakan tenaga-tenaga

yang berbakat yang ada diantara orang-orang tua tersebut.

Konflik antara orang tua dan anak yang timbul didalam masyarakat adalah

sebagai akibat apa yang pada umumnya didalam sosiologi disebut sebagai perbedaan

tingkat sosialisasi (differential rate of socialization). Orang tua tampaknya menganut

pandangan konservatif dan tegar hati (bersitegang) dengan anak-anak karena perbedaan

dalam skills, pengetahuan ataupun nilai-nilai hidup. Anak-anak sebaliknya selalu

dihadapkan kepada perubahan-perubahan baru yang terjadi sangat cepat di masyarakat,

padahal orang tua rasanya sangat sukar untuk mengikuti perubahan-perubahan yang

diakibatkan oleh perkembangan jaman tersebut. Ketegangan meningkat karena masing-

masing pihak saling mempertahankan konsep-konsep hidupnya atas dasar apa yang

telah mereka pelajari didalam proses sosialisasinya. Tidak satupun yang mau mengalah.

Adalah sunguh sukar untuk seseorang melepaskan nilai atau pandangan hidup yang

sudah merupakan bagian dari hidup mereka. Perbedaan-perbedaan dasar (pandangan

hidup) termasuk perbedaan didalam pengetahuan, skills dan nilai hidup tersebut

masing-masing (oleh orang tua dan anak-anak) dipandang sebagai bagian dari pada

hidup mereka yang berbeda, sehingga konflik tersebut akhirnya menjadi konflik

pribadi.

Kinsley Davis, seorang ahli sosiologi bangsa Amerika, juga membicarakan

masalah konflik dari prespektif sosiologi. Ia berpendapat bahwa didalam setiap

masyarakat selalu terdapat perbedaan antara generasi muda dan generasi tua. Golongan

tua merasa sukar untuk berada pada posisi anak muda. Begitu pula golongan muda

yang hidupnya terlahir belakang setelah orang tua, juga merasa memiliki pandangan

hidup yang berbeda. Mereka melihat generasi tua sebagai orang yang ketinggalan

jaman dan terlalu berhati-hati. Gelombang pertentangan tersebut menjadi meningkat

pada masa sekarang dimana masyarakat berkembang dan berubah sedemikian cepatnya.

Generasi tua yang merenungi masa-masa muda ketika mereka sedang berusia belasan

tahun merasa bahwa apa yang ia lihat pada generasi sekarang ternyata sudah berubah

secara radikal dan tidak pernah dialami sebelumnya. Oleh karena itu generasi tua

merasa sangat kuno sedangkan generasi muda tampak ganjil dan sangat mengagetkan

generasi tua. Davis menggambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 24

Page 25: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Perbandingan siklus hidup antara Generasi tua dan muda

Isi dari pada budaya generasi tua yang diperoleh didalam Setiap tahapan kehidupan.A B C D E F G orang tua

(siklus/putaran)

kelahiran

/ / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / Konflik (pertentangan)

A’ B’ C’ D’ E’ F’ G’ anak

Isi dari pada budaya baru pada setiap tahapan

Kalau C merupakan posisi orang tua ketika berusia 16 tahun, maka jelas orang

tua tersebut melihat kembali ke masa-masa lampau yang sebenarnya sudah tidak ada

lagi. Orang tua yang kini berusia 45 tahun masih ingat sebagian dari pada

pengalamannya ketika ia berusia pada posisi C dan berusaha mengingatkan kepada

anaknya bagaimana seharusnya seorang anak muda usia tersebut berprilaku. Tetapi

rupanya orang tua sukar menyadari bahwa anaknya tidak berada pada posisi C,

melainkan pada posisi C’. Kehidupan moderen telah merubah sang anak menjadi

manusia yang lain (tidak seperti ayahnya) dan yang harus selalu menyesuaikan diri

dengan setiap perubahan-perubahan, yang kesemuanya itu tidak pernah dialami oleh

sang ayah. Jelas bahwa sang ayah telah mempersiapkan sang anak untuk suatu jaman

yang sebenarnya sudah tidak ada lagi.

Masalah perbedaan ini kemudian diperbesar lagi oleh kenyataan adanya

tambahan faktor-faktor lainnya:

1. Faktor fisologis

2. Faktor psikologis

Fisologis, orang tua makin tua kehidupan tersebut telah mengalami masa penurunan,

baik dalam semangat didalam menanggulangi tantangan jaman ataupun dalam

menghadapi ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan

jaman tersebut. Tidak demikian untuk anak-anaknya yang masih muda. Dengan kata

lain orang tua sudah tidak bergairah dan sudah tidak idealis lagi. Ia telah meninggalkan

impian-impian yang belum dapat dilaksanakan selama hidupnya. Ia telah belajar hidup

dengan cara kompromi dan dengan kenyataan yang jauh dari pada idealisme. Jelasnya

orang tua hidup sudah dengan penalaran yang pragmatis dan lebih realistis.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 25

Page 26: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Sebaliknya golongan muda sedang dan akan menghadapi masa hidupnya yang

penuh dengan gelora tantangan dan idealisme. Ia dilengkapi dengan intelektualitas,

meskipun belum banyak pengalaman-pengalaman yang dirasakan. Segala yang ada

dalam masyarakat dinilainya dari segi pandangan yang ideal yang ia anggap akan dapat

direalisir. Ini adalah masa-masa bagi para orang muda dimana ia dapat menjadi seorang

yang khusu terhadap agama maupun menjadi seorang pejuang yang akan

memperjuangkan ketidakadilan yang tumbuh didalam masyarakat dimana ia hidup.

Dalam pandangan orang muda, orang tua sudah terlalu kuno dan terlalu tradisionil,

yang mencoba mewujudkan idealisme hanya sebagai hiasan mulut saja (lips services).

Bahkan anak-anak muda di Universitas California, pada masa-masa sekitar tahun

1960-an membuat slogan “jangan percaya kepada orang yang berusia lebih dari 35

tahun”. Dan pada saat itulah “gap” atau jurang pemisah tersebut menurut kalangan ahli

sosiologi lain, sebagian juga disebabkan karena golongan muda merasa berhutang budi

kepada oarng tua yang membesarkannya. Karena perasaan berhutang inilah yang

menyebabkan tidak memungkinkannya keserasian hubungan komunikasi yang jujur

dan akrab antara orang tua dan anak-anaknya. Sebaliknya anak-anak muda lebih

memiliki hubungan yang akrab dengan kawan-kawan mainnya atau sahabat-sahabat

yang seusia yang jelas tidak didasarkan pada hubungan yang bersifat “balas budi”

seperti hubungan antara anak dan orang tua. Jadi kalau seorang anak menurut kepada

orang tuanya adalah karena rasa berhutang budi belaka sebagai landasannya dan bukan

karena hubungan yang didasarkan karena persamaan dan kejujuran (Joseph B. Tanney,

1967).

C. Resosialisasi untuk pengalaman-pengalaman baru

Bila sosialisasi adalah suatu proses yang harus terus menerus yang bervariasi

dari suatu keadaan ke keadaan berikutnya, maka selanjutnya dalam keadaan atau situasi

tertentu akan menimbulkan terjadinya desosialisasi atau resosialisasi. Masalahnya

adalah karena tidak ada satu kondisi atau situasi yang persis sama antara grup yang satu

dengan yang lainnya. Setiap pengalaman yang baru atau terjun ke grup lain yang baru,

harus mengalami proses resosialisasi menurut kondisi dan situasi yang baru. Dan bila

nilai-nilai baru telah didapatkan, maka kita harus melepaskan nilai-nilai yang lama

tersebut dan berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan baru tersebut (desosialisasi).

Contoh yang paling tepat adalah sehubungan dengan mereka yang menerjunkan diri

dalam dunia keprajuritan (ABRI). Setiap orang yang memasuki anggota ABRI harus

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 26

Page 27: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

memiliki atau memperoleh skills pengetahuan serta nilai-nilai baru yang mungkin

sangat asing dibandingkan dengan sistem nilai atau sitstem kepercayaan yang telah

pernah diperolehnya. Seorang prajurit dilatih untuk membunuh lawannya manakala

menghadapi keadaan yang gawat sebagai usaha membela diri.

Agar ABRI dapat mendidik seseorang menjadi prajurit yang kokoh dan perkasa,

maka setiap individu harus di desosialisasi terlebih dahulu. Ini biasanya dilakukan

dengan mengisolasikan para calon projurit dari pengaruh kawan atau lingkungan yang

lama. Mereka dilatih disiplin dengan melalui latihan-latihan yang berat bukan sekedar

latihan fisik, tetapi juga mental. Para calon prajurit yang telah digembleng tadi mulai

menanyakan tentang diri pribadinya setelah sekian lama mengalami gemblengan yang

maha berat; “siapakah saya ini?”. Dan “apakah yang saya lakukan di tempat ini?”.

ABRI menyediakan jawaban-jawaban yang menggambarkan suatu konsep diri

pribadi yang baru, yakni engkau adalah seorang prajurit yang telah disumpah sebagai

bayangkara negara yang harus menghormati atasan dan warga negara lain yang engkau

lindungi. Membunuh yang bagi orang sipil selalu dikutuk, kini telah didefinisikan

kembali menjadi salah satu tanggung jawab yang dihargai.

Mereka telah dididik diberbagai bidang dan kejuruan baik dalam skill maupun

pengetahuan dan mereka diberi status baru dan simbol baru. Semuanya ini tak akan

terlaksana tanpa proses desosialisasi maupun proses resosialisasi. Namun karena sukar

untuk membentuk manusia yang benar-benar baru dan tidak terpengaruh oleh proses

sosialisasi yang lama, maka ABRI menggunakan agen-agen sosialisasi yang lama,

seperti keluarga, negara, bahkan gereja atau mesjid yang pada prinsipnya minta

bantuannya agar dapat meyakinkan sang prajurit bahwa tugas yang dibebankan telah

direstui.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 27

Page 28: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

BAB IVMasyarakat (Society)

A. Apakah Masyarakat itu?

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang terorganisir secara teratur

memiliki budaya tertentu dan masing-masing menyadari bahwa mereka adalah

merupakan satu kesatuan. Masyarakat sering dianggap sebagai kelompok besar dimana

seseorang dapat menjadi salah seorang anggotanya. Dengan kata lain, yang termasuk

masyarakat adalah kelompok sosial lain yang diorganisir oleh para anggotanya,

misalnya komunitas perkotaan dan pedesaan, keluarga, persatuan buruh, asosiasi

profesi, dll. Kelompok-kelompok tersebut saling terikat satu dengan yang lain dan

sering kali tumpang tindih (overlap). Dalam dunia moderen dewasa ini pengertian

masyarakat cenderung mengarah kepada masyarakat besar yang diorganisir dan

dikontrol oleh suatu pemerintah. Sedangkan pada masa dahulu yang dimaksud

masyarakat adalah kelompok yang lebih kecil, seperti masyarakat Sunda, masyarakat

Minang, Masyarakat Baduy. Atas dasar asumsi tersebut maka dimungkinkan untuk

menganalisis masyarakat dalam arti sempit (masyarakat Sunda) dan dalam arti luas

yakni interaksi antara satu masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.

Suatu masyarakat terdiri dari jaringan kerja atau sistem hubungan-hubungan

sosial antara individu-individu yang juga disebut sistem sosial (social system). Hal ini

ada hubungannya dengan kenyataan bahwa :

- prilaku setiap orang dipengaruhi dan mempengaruhi prilaku orang lain

- beberapa tindakan dianggap tabu (dilarang)

- semua prilaku saling mengisi sehingga merupakan suatu sistem yang terpadu.

Bentuk-bentuk hubungan seperti itu sebagian besar ditentukan oleh kebudayaan. Hal ini

disebabkan karena kesatuan dan keterpaduan yang dicapai diantara anggota suatu

masyarakat timbul karena adanya kesamaan dalam warisan budaya mereka. Setiap

anggota dalam masyarakat belajar apa yang diharapkan dari mereka dalam kondisi

yang berbeda-beda. Sebagai akibatnya orang-orang berinteraksi dalam pola yang teratur

yang disetujui oleh sebagian besar anggota masyarakatnya dengan tujuan meningkatkan

solidaritas dan keakraban kelompok.

B. Ciri-Ciri Dasar Masyarakat

1. Masyarakat adalah melebihi bagian-bagiannya, yaitu para anggota masyarakatnya,

hubungan-hubungan sosialnya dan berbagai kelompoknya. Masyarakat memiliki

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 28

Page 29: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

struktur dan kesinambungan yang tidak banyak berubah untuk kurun waktu yang

lama. Setiap manusia menjadi anggota masyarakat karena dilahirkan disana.

Meskipun seseorang tak mungkin hidup tanpa bantuan anggota masyarakat lainnya.

2. Agar supaya masyarakat dapat tetap hidup ia harus dapat menyediakan kebutuhan-

kebutuhan utama bagi warganya. Misalnya, ketentraman dan keteraturan hidup

dalam masyarakat harus tetap dipertahankan dengan berbagai cara; dengan undang-

undang, hukum, tata cara, peraturan, dll; kebutuhan pokok bagi para anggota

masyarakat (makan, perumahan, dll) harus disediakan; kekosongan keanggotaan

dalam masyarakat (karena mati) harus diganti; anak-anak harus dididik dan dilatih

dengan berbagai kepandaian, pengetahuan, keterampilan, sistem nilai, adat istiadat,

dll; sistem ritual atau upacara-upacara yang menekankan pentingnya sistem nilai,

sistem kepercayaan, dll perlu dilakukan secara periodik. Contoh, penyelenggaraan

upacara hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus adalah suatu contoh yang ada

di Indonesia.

Meskipun masyarakat adalah melebihi bagian-bagiannya tetapi perlu diingat

bahwa pengaruhnya adalah dua arah. Bagian-bagiannya mempengaruhi keseluruhann

dan keseluruhan juga mempengaruhi bagian-bagian. Tanpa manusia, masyarakat tidak

mungkin ada. Sifat individualitas dan keunikan mahluk manusia menjamin bahwa

manusia akan memberi pengaruh terhadap masyarakat, bahkan dapat merubahnya

secara perlahan-lahan. Oleh karena itu akan keliru bila ada anggapan bahwa

kebudayaan menentukan dan mengontrol kehidupan dan prilaku manusia.

C. Struktur dan Dinamika Masyarakat (Status dan Peranan/Role)

Status adalah kedudukan sosial individu dalam suatu kelopok dalam masyarat.

Status berdiri terpisah dari individu tertentu yang menduduki posisi tertentu tersebut.

Dengan kata lain, beberapa orang dapat mengisi suatu status tertentu (beberapa orang

dapat saja mengisi status guru, polisi, dokter atau lain-lainnya). Tetapi ada beberapa

status yang hanya dapat diduduki oleh seseorang saja dalam suatu waktu tertentu.

Contohnya adalah Presiden RI. Suatu status adalah kumpulan hak dan hak-hak

istimewa yang menyertai mereka yang menduduki posisi dan kumpulan prilaku yang

diharapkan serta kewajiban para pemegang posisi tersebut.

Peranan (Role) adalah prilaku yang diharapkan bagi mereka yang menduduki

suatu status. Prilaku ini termasuk melaksanakan tugas-tugas dan menikmati hak-hak

istimewa yang melengkapi suatu status serta memiliki sikap, sistem nilai dan perasaan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 29

Page 30: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

yang cocok bagi status tersebut. Hal ini sangat penting dalam keadaan dimana

seseorang mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsinya kecuali ia telah belajar

sebelumnya untuk menerima peranan sebagai suatu yang bermanfaat dan

menyenangkan. Contoh, seorang wanita yang telah dididik untuk menyandang peran

ibu rumah tangga dan peranan ibu sebagai kegiatan yang paling diinginkan bagi

seorang wanita, akan sukar menyesuaikan diri dengan peranan seorang wanita yang

mementingkan karir dan tidak kawin.

Untuk setiap status selalu tersedia peranan. Pada umumnya status dan peranan

yang berbeda-beda saling mengisi satu sama lain. Contoh, peranan suami istri adalah

saling mengimbangi. Bila suami bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarganya, maka

sang istri diharapkan untuk mengatur rumah tangga, menyiapkan makanan dan

melaksanakan tugas-tugas lain di rumah.

D. Ciri Ciri dan Fungsi Status

Ralph Linton, seorang ahli antropologi mengatakan bahwa ada beberapa

diantara status yang bersifat turunan (ascribed) atau diturunkan prestasi (achieved).

Ascribed status diberikan sejak lahir tanpa mempertimbangkan ataupun usaha-usaha

lainnya. Raja Inggris atau Raja Monaco adalah status turunan yang sudah ditentukan

sejak lahir kedalam garis keluarga tertentu. Dengan menggunakan ciri-ciri seperti umur,

jenis kelamin, dll kedalam status turunan maka masyarakat memperoleh jaminan bahwa

semua posisi akan terisi, meskipun yang mengisi belum tentu orang yang tepat.

Achieved status adalah posisi yang diperoleh atas dasar usaha perseorangan melalui

perjuangan dan persaingan. Contoh, jabatan/pekerjaan, pendapatan, pendidikan, dll.

Proses pencapaian status melalui usaha perseorangan umumnya menghasilkan suatu

status yang terbaik, akan tetapi belum tentu bahwa status seperti itu akan dapat

diperoleh hanya melalui kompetisi saja, sebab sering kali suatu posisi memerlukan

latihan sejak kecil (lahir) secara terus menerus tidak berbeda dengan status turunan.

Dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan yang cepat (kebanyakan

negara-negara barat) sebagian besar harus menggantungkan diri kepada achievement,

sebab “turunan” sangat tergantung kepada peranan tradisional yang kebanyakan sudah

menghilang atau sudah tidak dikenal lagi dalam proses spesialisasi jabatan dan proses

pembangunan ekonomi. Dalam masyarakat stabil status turunan akan dapat berjalan

atau berlangsung dengan lancar dalam mengisi posisi yang kosong. Akan tetapi status

prestasi sering harus disertai dengan elemen turunan didalam memperoleh posisi-posisi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 30

Page 31: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

tertentu yang baik, misalnya di Amerika Serikat akan lebih mudah bagi orang kulit

putih yang pandai untuk mendapatkan jabatan penting dengan upah tinggi

dibandingkan dengan orang Negro yang berpendidikan sama. Di Indonesia akan lebih

mudah buat kaum pria dengan pendidikan tinggi untuk memperoleh jabatan yang baik

dibanding dengan wanita dengan pendidikan dan kecerdasan yang sama.

Ada beberapa cara untuk memperoleh status achievement. Di Amerika Serikat

setiap orang dengan kualifikasi sama dapat bersaing secara adil untuk mendapat suatu

jabatan tertentu. Di Inggris pendekatannya agak lain, di negara ini ada yang disebut

“Sponsored Achievement” dimana para calon dididik atau dilatih dibawah asuhan

orang-orang yang kini memiliki posisi yang diinginkan oleh para pelamar. Umumnya

terdapat variasi yang digunakan oleh berbagai negara dalam mengatur atau

melaksanakan status prestasi tersebut.

Jenis kelamin adalah kriteria umum yang dipakai untuk mengisi posisi-posisi

dalam masyarakat. Ketentuan ini sebenarnya bukan didasarkan pada unsur biologis

tetapi lebih ditentukan oleh unsur sosial. Di Amerika Serikat wanita tidak dikenakan

wajib militer; wanita lebih disarankan untuk menjadi ibu rumah tangga. Dahulu wanita

Indian Iroquois di Amerika menduduki posisi tukang menganiaya musuh yang

tertangkap, sebab mereka paling pandai mencari cara untuk memberi hukuman yang

paling menyakitkan. Di Pakistan laki-laki adalah pekerja rumah yang baik, sedang di

Filipina laki-laki banyak diminta untuk bekerja sebagai sekertaris. Di Indonesia kira-

kira hampir mirip dengan keadaan di Amerika Serikat. Nampaknya jelas bahwa

terdapat variasi yang besar antara satu masyarakat dengan masyarakat lain dalam

mengatur posisi atau jabatan apa yang paling tepat untuk laki-laki dan perempuan.

Umur juga dipakai untuk menentukan ascribed status. Umumnya dikenal lima

tahap perkembangan berdasarkan umur yakni: masa bayi; masa anak; masa remaja;

masa dewasa; dan masa tua. Hak-hak istimewa yang diturunkan (ascribed) dan

penampilan peranannya berbeda-beda menurut tahap-tahap umur, misalnya siapa yang

berhak mengatur upacara dalam suatu keluarga, yang tua atau yang muda. Dalam hal

hak-hak dan kewajiban setiap kelompok umur juga terdapat variasi antara masyarakat

satu dengan yang lainnya. Di Indonesia (umumnya di Asia) mereka yang tertua adalah

yang paling dihormati. Di Amerika Serikat yang tua justru tersisihkan.

Ras juga kadang-kadang menentukan status turunan. Di Amerika Serikat,

menurut tradisi, orang Negro selalu diberi status yang rendah terutama pekerjaan yang

memerlukan otot. Akan tetapi setelah perang saudara, mulai terjadi sedikit perubahan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 31

Page 32: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

karena adanya “Civil Rights Movement”. Tetapi dalam kenyataan hampir setiap

jabatan/pekerjaan kasar selalu dipegang oleh orang-orang Black.

Status berikut perannya dinilai berdasarkan tingkat prestasi atau penghargaan.

Gejala seperti itu disebut “Social rank” atau “kedudukan sosial”. Ada beberapa faktor

yang menyebabkan gejala tersebut, antara lain adalah: (1) Kemampuan individu

berbeda-beda, yang berbakat perlu ditunjang untuk mendorong agar supaya mereka

mau mengisi posisi tertentu; (2) Beberapa tugas/pekerjaan jauh lebih sulit dibanding

dengan lainnya. Seorang ahli bedah otak dengan pendidikan dan latihan yang cukup

lama dan memerlukan kecakapan tertentu harus dihargai lebih tinggi dari pada pekerja

pabrik yang tidak terlatih; (3) Di beberapa masyarakat, beberapa status tertentu

dipandang lebih berharga (ber-prestise) dibanding dengan masyarakat lainnya. Di

Amerika Serikat setiap pekerjaan yang memberikan upah/gaji yang tinggi lebih

dihargai. Di Indonesia pegawai negeri diantara golongan menengah dan rendah lebih

dinilai tinggi dibanding dengan pekerja swasta, meskipun gajinya kecil.

Dalam kelompok yang serba komplek dengan bermacam-macam status rank

(kedudukan/pangkat) dapat dipakai untuk menentukan ciri berbagai posisi. Orang akan

mudah membedakan antara seorang jenderal dan seorang mayor dari tanda pangkatnya.

Untuk menjaga nama dan integritas individu setiap status atau posisi dapat diberikan

nama (titel) yang nampak lebih mentereng. Contoh, di Amerika Serikat “Janitor”

(tukang bersih-bersih) dirubah namanya yang lebih mentereng menjadi “maintenance

engineer”. Di Indonesia, pelayan di kapal terbang diberi nama “pramugari/pramugara”,

pelayan toko menjadi “pramuniaga”, hostes menjadi “pramuria”, pelayan rumah

menjadi “pramuwisma”.

Individu-individu dapat mempunyai beberapa status dan peranan misalnya,

seseorang dapat sekaligus sebagai seorang suami, seorang ayah, seorang veteran,

seorang siswa, seorang tokoh agama. Status secara terpisah-pisah dapat membawa

pangkat atau kedudukan yang berbeda pula. Kadang-kadang status yang memiliki

kehormatan tinggi belum tentu sebanding dengan gaji/income yang diperoleh. Status

profesor di perguruan tinggi di USA adalah jabatan terhormat, tetapi income-nya

rendah. Sama halnya dengan Indonesia, dosen adalah jabatan terhormat, demikian juga

guru, tetapi gajinya rendah. Keadaan seperti itu menimbulkan ketimpangan dalam

perasaan bagi orang yang memiliki status tersebut yang sering disebut “status

inconsintancy” (ketidak serasian status). Tetapi kalau antara status dan rank

(kedudukan/pangkat) serasi dan harmonis disebut “status crystalization”. Salah satu

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 32

Page 33: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

akibat dari status inconsistancy adalah frustasi. Sering terjadi bahwa orang-orang yang

frustasi itu bereaksi terhadap status ‘quo’nya dengan menuntut perubahan-perubahan

dan umumnya mereka berafiliasi dengan partai politik berhaluan liberal.

E. Ciri-Ciri dan Fungsi Peranan (Role)

Peranan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan status. Setiap individu

dalam masyarakat memainkan peranan ganda. Contoh, diwaktu makan pagi seseorang

dapat berperan sebagai seorang anak pria atau wanita suatu keluarga; disiang hari ia

berperan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi; diwaktu malam ia berperan sebagai

seorang kekasih. Kekomplekan peranan tersebut disebut “role complex”.

Peranan mengandung ide reciprokal, artinya bukan saja sang peranan harus

berprilaku seperti yang diharapkan, tetapi orang lain juga perlu menunjukkan prilaku

yang diharapkan oleh si pemegang peranan. Contoh, tatkala seseorang menerima suatu

pemberian, ia diharapkan memperlihatkan penghargaannya dengan mengatakan “terima

kasih”; yang memberi hadiah juga diharapkan akan menjawab “kembali”.

Peranan berbeda-beda dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Beberapa waktu

yang lalu gadis yang sudah akil balig ( + umur 13 – 15 tahun) sudah boleh kawin.

Tetapi di beberapa negara mereka hanya boleh kawin setelah berumur 20 tahun.

Peranannya juga berubah-ubah dari waktu ke waktu. Seorang yang sudah berumur 25

tahun lebih diharapkan mampu berdiri sendiri (tidak tergantung pada orang tuanya

lagi). Dimasa mendatang mungkin umur 20 tahun harus berdiri sendiri. Suatu peranan

dapat dijabat oleh banyak orang. Dilihat dari kewajibannya, peranan ada yang sukarela

(bisa pilih Golkar atau PPP) ada yang tidak sukarela (wajib militer mungkin tidak dapat

memerankan sifat-sifat prajurit sejati).

Banyak individu yang mengalami kesulitan didalam melaksanakan peranannya,

bahkan sering saling bertentangan (role conflict). Seorang ibu yang berperan sebagai

guru dapat mengalami konflik peranan apabila anaknya yang kebetulan berada di dalam

kelasnya nakal. Sang anak harus dihukum sesuai dengan peraturan, padahal di rumah

sang anak dimanja. Beberapa penyebab konflik peranan antara lain adalah: (1)

Persiapan kurang mantap, seorang wanita yang tidak memperoleh persiapan yang

matang untuk berperan sebagai ibu rumah tangga akan mengalami kesulitan, terutama

konflik antara kematangan yang diperlukan sebagai ibu rumah tangga dan “sifat

kekanak-kanakan”-nya. (2) Ketidak serasian peranan; apa beda peranan istri terhadap

suami dan peranan gundik terhadap sang kekasih?. (3) Ketidak serasian antara syarat-

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 33

Page 34: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

syarat untuk suatu peranan dengan sifat-sifat individu. Bagi peran dan status turunan

tidak ada masalah ketidak serasian tersebut, akan tetapi untuk peran dan status

berdasarkan prestasi adalah berbeda. Pendidikan cukup tinggi tetapi pemalu,

pendidikan rendah tetapi kepribadiannya supel. Keduanya mungkin menduduki status

yang sama, tetapi siapa yang lebih berhasil?. (4) Ketidak jelasan syarat-syarat suatu

peranan. Perubahan jaman membawa konsekuensi perubahan selera, sikap dan

wawasan. Jabatan sopir diharapkan dipegang oleh laki-laki. Tetapi dengan munculnya

persamaan hak antara pria dan wanita, mungkin keadaan akan berubah.

Beberapa konsekuensi konflik peranan antara lain adalah: kejahatan; sakit jiwa

disebabkan karena frustasi; sakit fisik karena ketegangan mental mengakibatkan

ketegangan fisik; kesehatan umum.

F. Kondisi Alamiah Yang Mempengaruhi Masyarakat

1. Kondisi Geografis

Sejak jamannya Hippocrates, para ilmuan sudah mengemukakan pendapatnya

bahwa perbedaan-perbedaan yang ada diantara masyarakat adalah disebabkan karena

iklim dan fenomena alamiah lainnya. Dijaman moderen ini, beberapa ahli geografis,

seperti Ellsworth Hutington, juga mengajukan teori-teori yang menyebutkan bahwa

pengaruh iklim, kondisi tanah, sumber alam, dsb terhadap perkembangan masyarakat

adalah sangat besar dan tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi berbagai penelitian yang

pernah dilakukan tidak dapat menunjukkan bukti-bukti yang kuat tentang teori-teori

tersebut.

Banyak masyarakat yang berbeda hidup berdampingan dalam lokasi geografis

dan dengan lingkungan yang sama. Disamping itu terdapat juga masyarakat yang

hampir sama tetapi terletak pada lokasi geografis yang berbeda, contohnya masyarakat

Amerika Serikat dan Masyarakat Inggris. Meskipun demikian hal tersebut tidak berarti

bahwa lingkungan fisik tidak membatasi ke arah mana masyarakat dapat berkembang.

Negara Swiss yang daerahnya pegunungan jelas bukan merupakan daerah maritim. Jadi

geografis adalah kondisi penting tetapi tidak cukup untuk mempengaruhi masyarakat.

Tambang batu bara di Pennsylvania tidak berguna untuk orang-orang Indian yang

tinggal di sekitarnya, tetapi sangat penting bagi kehidupan masyarakat mederen disana

dewasa ini. Memiliki sumber-sumber industri saja bukanlah jaminan bahwa sumber-

sumber tersebut akan dimanfaatkan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 34

Page 35: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

2. Kondisi Biologis

Sudah disinggung di atas bahwa warisan fisik adalah faktor pembatas dan bukan

faktor penentu. Kehidupan bayi adalah kehidupan sosial yang memerlukan bantuan

para anggota masyarakat. Tanpa bantuan tersebut bayi-bayi itu tidak akan dapat hidup.

Ini adalah ciri kehidupan kelompok untuk menjaga kelangsungan hidup mereka.

Manusia harus dapat memenuhi kebutuhan biologisnya (makan, minum, tidur,dll.) agar

dapat mempertahankan kehidupannya. Hal tersebut sudah menjamin beberapa dasar

kesamaan antara masyarakat yang berbeda-beda; semua akan mempunyai periode-

periode untuk makan, tidur, beranak, bercucu, dst.

Riset tentang sifat-sifat biologis ras telah memperlihatkan bahwa perbedaan

yang ada diantara masyarakat-masyarakat tidak dapat dihubungkan dengan tirai-tirai

tadi. Di Amerika Serikat banyak orang dari berbagai kelompok ethnic yang berbeda

dan mempunyai latar belakang berbeda, mempunyai pola prilaku dan gaya hidup yang

sama. Pola warisan dalam suatu masyarakat tidak berubah cukup cepat untuk

menghasilkan fluktuasi besar sebagaimana yang kita saksikan dibanyak masyarakat

dijaman sekarang.

G. Tipe-Tipe Masyarakat

1.Dikotomi ( Dichotomy ) masyarakat: tradisi lawan moderen

Para ahli sosiologi secara tradisional telah membuat dikotomi (membagi

menjadi bagian) diantara berbagai masyarakat dan dengan istilah-istilah yang berbeda.

Hebert Spencer berbicara tentang masyarakat millitant dan masyarakat industrial. Sir

Henry Maine menggunakan istilah status dan contact untuk membedakan masyarakat.

Ferdinand Tonnies menggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti

komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat. Emile

Durkheim, yang sedang mencari konsep dasar keakraban masyarakat, mencantumkan

nama Mechanical Solidarity dan Organic Solidarity. Baru-baru ini Howard Becker

mendapatkan masyarakat Sacred dan masyarakat Secular. Robert Redfield

membedakan antara masyarakat folk dan masyarakat urban. Sedangkan Ely Chinoy

memakai istilah masyarakat Communal dan Associational.

Konsep-konsep tersebut adalah hampir sama satu sama lainnya dan masing-

masing membahas tentang kesamaan sifat dan juga menganalisa perbedaan-

perbedaannya. Masyarakat tradisional (folk society), memiliki sejumlah trait yang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 35

Page 36: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

umumnya sama yang membedakannya dari masyarakat moderen. Perbedaan-perbedaan

itu adalah:

(a) Masyarakat tradisionil lebih kecil;

(b) Keluarga dan kelompok kekerabatan relatif lebih penting pada masyarakat

tradisionil dibanding dengan pada masyarakat moderen;

(c) Dalam masyarakat tradisionil interaksi antar individu dan hubungan intim

jauh lebih banyak dibandingkan pada masyarakat moderen;

(d) Masyarakat tradisionil umumnya menggantungkan dirinya pada kehidupan

dibidang agrikultur dimana perbedaan okupasi relatif langka. Sebaliknya

dalam masyarakat moderen pembagian kerja jauh lebih luas dan lebih maju;

(e) Masyarakat tradisionil lebih mementingkan peri kehidupan sakral (religius),

sedangkan masyarakat moderen lebih bersifat sekuler;

(f) Masyarakat tradisionil lebih bersatu dan akrab, sedangkan masyarakat

moderen lebih tersebar dan terkotak-kotak;

(g) Masyarakat tradisionil lebih stabil dibandingkan dengan masyarakat

moderen.

2. Kecenderungan perubahan dari masyarakat tradisionil menjadi masyarakat

moderen

Para ilmuwan telah mulai menyadari adanya dikotomi antara masyarakat

tradisionil lawan masyarakat moderen sejak revolusi industri. Ini terlihat dari

perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam pola hidup masyarakat. Sampai abad ke

18 pola hidup yang paling dominan untuk sebagian besar anggota masyarakat adalah

tradisionil. Dengan terjadinya urbanisasi dan industrialisasi secara besar-besaran,

kehidupan moderen ternyata kemudian menjadi kenyataan. Trend perubahan dari

masyarakat tradisionil ke masyarakat moderen terus berkesinambungan hingga

sekarang. Hanya sedikit sekali sisa masyarakat tradisionil yang masih ada dewasa ini.

Karena terjadinya perubahan secara historis dari masyarakat tradisionil menjadi

masyarakat moderen tersebut, sering dinyatakan bahwa masyarakat telah kehilangan

bentuk hubungan personal dan ikatan sosial. Kini kehidupan manusia telah berubah

dingin dan penuh permusuhan dan tiap individu tersisihkan dan seolah-olah terbuang

dari masyarakat. Hilangnya bentuk hubungan antar individu yang tradisionil tidak

berarti bahwa masyarakat tidak menciptakan lagi bentuk hubungan baru. Berbagai

bentuk asosiasi telah ada (pendidikan, profesi, politik, rekreasi, dll.) dalam masyarakat

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 36

Page 37: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

yang menghendaki loyalitas dari umat manusia sebagaimana halnya yang terjadi pada

masyarakat tradisionil.

Selanjutnya masyarakat tradisionil telah dipuja-puja sebagai masyarakat yang

bebas dari konflik, bebas dari tekanan dan ketegangan. Oscar Lewis, yang mengulang

kembali studi Robert Redfield tentang Tepoztlan (masyarakat yang tergantung dan

yang memiliki ciri-ciri tradisionil). Setelah beberapa tahun berselang, menemukan

bahwa Tepoztlan ternyata telah mengalami banyak perubahan yang mencolok, seperti

tindak kekerasan, rasa tidak percaya pada sesama anggota masyarakat, tekanan-

tekanan, dll.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 37

Page 38: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

BAB VPerubahan Sosial Kultural

A. Definisi dan Gambaran Umum

Salah satu konsep yang sukar didefinisikan dan digambarkan secara jelas dalam

ilmu sosiologi adalah konsep perubahan sosial. Hal ini disebabkan karena penyebabnya

selalu dapat dicari dari berbagai variabel sosial yang jumlahnya cukup banyak dan

umumnya saling berinteraksi satu dengan lainnya.

Secara analitis suatu perubahan dapat dilihat dari segi sosial dan kultural.

Perubahan sosial lebih memusatkan pada perubahan yang terjadi dimasyartakat. Seperti

misalnya jumlah banyaknya anak usia universitas yang masuk sekolah, menurunnya

angka mortalitas atau meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy) atau

perubahan fungsi wanita dalam kehidupan moderen. Sedangkan perubahan kultural

lebih menitik beratkan pada transisi yang sedang terjadi dalam warisan budaya

masyarakat, apakah itu menyangkut hilangnya aspek atau nilai budaya lama atau

munculnya hasil budaya baru. Contohnya, diketemukannya televisi atau introdusirnya

bentuk-bentuk seni yang baru, diketengahkannya kata-kata atau jenis kata-kata baru

atau ejaan bahasa baru. Umumnya perubahan disatu bagian (sosial) juga akan

mempengaruhi bidang lain (budaya). Bahkan dalam kenyataan sukar membedakan

antara keduanya.

Salah satu syarat penting untuk terjadinya perubahan adalah prilaku individu-

individu. Disamping itu juga kesediaan masyarakat untuk menerima perubahan-

perubahan tertentu juga sangat penting. Artinya prilaku individu-individu sendiri saja

belum merupakan prasyarat yang cukup bagi terjadinya perubahan. Penyimpangan

sosial juga merupakan unsur penting bagi perubahan sosial. Sebab kalau hidup sekedar

untuk taat pada norma-norma yang ada saja, maka kehidupan itu akan terasa sangat

statis. Meskipun demikian golongan yang selalu taat pada norma/aturan pun dapat

menimbulkan perubahan sosial. Suatu penelitian terhadap pimpinan-pimpinan atau

tokoh-tokoh masyarakat di Amerika Serikat menemukan bahwa pemimpin yang selalu

patuh terhadap norma-norma kelompoknya dapat menempati posisi-posisi dimana

mereka dapat berinisiatif untuk terjadinya perubahan, yakni dengan jalan melaksanakan

tugas sebaik-baiknya. Namun demikian apakah orang yang mencoba mengetengahkan

perubahan itu seorang penyimpang atau seorang yang patuh terhadap norma

kelompoknya, ia harus berusaha agar perubahan yang terjadi tidak tampak merugikan;

ia harus dapat menduduki suatu posisi yang cukup tinggi dan dihormati; ia harus hati-

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 38

Page 39: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

hati dalam mengintrodusir perubahan yang akan dilaksanakan, jangan sampai

menyinggung warga yang akan terkena perubahan yang sebenarnya ingin

mempertahankan apa yang telah ada (status quo).

Perubahan sosial adalah suatu yang pasti akan terjadi dan tidak dapat dihindari.

Setiap masyarakat dan budaya secara terus menerus mengalami perubahan. Meskipun

tingkat perubahannya berbeda, ada yang cepat tetapi ada pula yang lambat. Kemudian

kepribadian seseorang dan ketidak sempurnaan semua masyarakat dan kebudayaannya,

keinginan untuk lebih kreatif, keinginan untuk memperoleh pengalaman baru,

menghindari kebosanan atau mendapatkan keinginan yang belum terlaksana,

kesemuanya itu merupakan kombinasi yang dapat menjamin modifikasi-modifikasi

dalam pola kehidupan sosial.

“No Society is an Island onto it self” tak ada masyarakat mandiri. Selalu ada

kekuatan dari luar yang menimbulkan reaksi kuat, apakah reaksi yang baik ataukah

reaksi yang akan menghancurkan masyarakat tersebut. Kekuatan dari luar hampir-

hampir melenyapkan suku bangsa Indian di Amerika Utara, baik akibat perang atau

alkohol, yang diintrodusir oleh bangsa Eropa. Contoh lain adalah yang terjadi di

negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin, dimana kekuatan dari luar yang berasal

dari dunia barat telah menimbulkan berbagai perubahan yang besar terhadap negara-

negara tersebut, melalui pengaruh westernisasi.

Perubahan sosial dapat terjadi secara sengaja atau secara tidak sengaja,

kebanyakan adalah karena keduanya. Program-program yang diselenggarakan

pemerintah, seperti ABRI masuk desa, KKN, dll. Adalah secara sengaja diadakan

sesuai dengan apa yang direncanakan supaya terjadi perubahan-perubahan. Namun

demikian sering terjadi bahwa perubahan yang sengaja diadakan di suatu tempat

menimbulkan perubahan yang tidak dikehendaki di tempat lain. Sebagai contoh,

perubahan dalam policy pembangunan pemerintah Indonesia dengan menaikan kue

GNP adalah sengaja dilakukan. Tetapi bahwa dengan meningkatnya GNP tersebut

hanya sekelompok kecil saja dari anggota masyarakat Indonesia yang menerima kue

GNP, adalah suatu perubahan yang tidak diharapkan.

Perubahan terjadi secara terus menerus tetapi bervariasi dengan waktu. Ada

perubahan yang memerlukan waktu pendek, tetapi ada yang memerlukan waktu yang

panjang. Tingkat perubahan sosial juga bervariasi antara satu masyarakat dengan

masyarakat lainnya dalam suatu negara. Arah perubahan biasanya dari yang dianggap

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 39

Page 40: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

tua ke yang masih baru (muda). Ada beberapa teori tentang perubahan sosial, antara

lain adalah teori evolusi, teori siklus, teori keseimbangan dan teori konflik.

1. Teori Evolusi (Evoluntionary Theories)

Teori-teori evolusi memandang masyarakat berubah dari bentuk-bentuk yang

sederhana menjadi serba komplek. Para penganut aliran tersebut percaya bahwa

masyarakat yang berada pada tahap-tahap pembangunan yang lebih tinggi adalah lebih

maju dibanding dengan lainnya. Namun demikian pandangan aliran evolusi tersebut

agak bias karena teori-teori itu menganggap bahwa masyarakat moderen adalah lebih

baik dibanding masyarakat yang tradisional.

2. Teori Siklus (Cyclical Theories)

Teori siklus memandang masyarakat mengalami berbagai tahap-tahap yang

berbeda-beda. Akan tetapi tahap-tahap yang terjadi adalah merupakan tahap-tahap

melingkar-lingkar terus menerus secara berputar dan berulang-ulang dan bukan

merupakan pergerakan rata kedepan.

3. Teori Keseimbangan (Equillibrium Theories)

Teori keseimbangan memandang masyarakat sebagai sesuatu yang terdiri dari

sejumlah bagian yang saling bergantung satu sama lain, dimana masing-masing bagian

memberikan sumbangan terhadap keefektifan masyarakat tersebut. Kalau perubahan

sosial menimbulkan kekacauan pada salah satu bagian, maka masyarakat akan berada

pada keadaan tidak seimbang dan seterusnya perubahan-perubahan sosial lainnya akan

terjadi lagi dibagian-bagian lain dari masyarakat itu. Dan hal ini akan menempatkan

masyarakat kembali ke keadaan harmoni dan seimbang lagi.

4. Teori Konflik (Conflict Theories)

Para ahli sosiologi yang menganut faham teori konflik memandang masyarakat

sebagai suatu massa kelompok-kelompok yang secara kanstant selalu berada pada

suasana konflik antara satu dengan lainnya. Selagi kelompok-kelompok tersebut saling

bersaing atas benda-benda dan sumber-sumber yang tersedia, perubahan sosial akan

terjadi. Karena masing-masing kelompok yang saling berlawanan secara terus menerus

berusaha merubah “status quo” (keadaan atau kondisi yang ada) maka masyarakat

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 40

Page 41: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

berada pada keadaan tidak terorganisir (disorganization) sehingga membawa akibat

ketidak stabilan masyarakat pada waktu itu.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sosial

Salah satu pertanyaan menarik yang lazim ditanyakan oleh para ahli adalah “apa

penyebab terjadinya perubahan-perubahan sosial-kultural” itu?

1. Faktor lingkungan-geografis

Lingkungan fisik, sampai tahap-tahap tertentu, dapat mempengaruhi perubahan-

perubahan-perubahan sosial dan kultural. Sudah tentu keadaan

lingkungan/geografis tersebut dapat berpengaruh negatif atau positif. Iklim, gempa

bumi, suhu/temperatur dapat mempengaruhi gaya hidup manusia. Orang Eskimo

harus menyesuaikan diri dengan alam dan lingkungannya kalau ingin tetap hidup.

Kebiasaan hidup di daerah tropis tidak mungkin dapat diterapkan di daerah kutub.

Para transmigran dari pulau Jawa yang dapat bertahan (tidak pulang kampung)

adalah mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi alam dan

lingkungannya.

2. Faktor Penduduk

Jumlah penduduk dan penyebarannya juga dapat mempengaruhi perubahan sosial

kultural. Jumlah penduduk yang terlalu sedikit akan mempersulit tumbuhnya

industrialisasi, sebab industrialisasi lebih memerlukan sistem pembagian kerja yang

lebih luas. Sebaliknya jumlah penduduk yang terlampau banyak akan

menghabiskan surplus produksi, yang selanjutnya dapat menghambat investasi yang

sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih lanjut Distribusi

penduduk juga berpengaruh terhadap perubahan sosial kultural. Sebagai

contoh,mengalirnya penduduk dari desa-desa ke perkotaan akan mempengaruhi

perikehidupan baik di desa-desa yang ditinggalkan atau perikehidupan di tempat-

tempat tujuan (kota-kota besar). Diantara perubahan yang dapat terjadi antara lain

adalah cara-cara hidup yang lebih rasionil, semakin retaknya bentuk hubungan

antara individu yang membawa akibat semakin retaknya pula bentuk kehidupan

kelompok-kelompok primer (misalnya, keluarga).

3. Struktur Kelembagaan

Struktur dan tingkat integrasi kelembagaan dalam masyarakatjuga mempengaruhi

tingkat perubahan sosial. Masyarakat yang menganut sistem stratifikasi yang kaku

(rigid) lebih condong untuk mempertahankan status quo, sebab golongan-golongan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 41

Page 42: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

tertentu yang berpengaruh dalam masyarakat akan merasa was-was (takut) kalau-

kalau perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi kepentingan (interest) mereka,

terutama hak-hak istimewa yang selama ini telah dimilikinya. Sebaliknya dalam

masyarakat dimana struktur dan tingkat integrasi kelembagaannya lebih luwes

(tidak kaku), modifikasi dan variasi dalam kehidupan sosial kultural lebih sering

terjadi dan dapat diterima oleh segala pihak.

4. Faktor Teknologi

Sebagaimana telah disinggung dimuka bahwa perubahan itu cepat atau lambat

tetapi pasti akan datang. Dan umumnya setiap masyarakat akan menerima suatu

perubahan bila ternyata membawa kebaikan bagi semua pihak. Di banyak negara

berkembang telah muncul perasaan anti sistem nilai dari negara-negara barat,

karena dianggapnya memiliki sifat-sifat serakah dan terlalu indendualistis. Akan

tetapi hampir tidak pernah menolak hasil teknologi baru yang diintrodusir oleh

mereka. Ini membuktikan bahwa benda-benda materiil (seperti mobil) dan

teknologi lebih mudah dicerna dan diterima dibanding dengan sistem nilai atau

sistem kepercayaan. Salah satu alasannya adalah lebih mudah bagi para petani yang

bias menggunakan kerbau atau pacul untuk mencangkul tanahnya, melihat

kenyataan bahwa traktor merupakan alat yang lebih praktis bagi pekerjaannya

sebagai petani. Sebaliknya konsep-konsep seperti demokrasi misalnya, adalah

terlalu abstrak bagi mereka dan lebih sukar melihat kegunaannya terlebih lagi

karena tidak terbiasa dalam budayanya.

Tampaknya sudah jelas sebagaimana telah sering dikatakan oleh para ahli

bahwa tingkat kemajuan teknologi yang terjadi dalam masyarakat menentukan

tingkat perubahan. sebagaimana telah dipraktekkan pula oleh para ahli bahwa

semakin banyaknya benda-benda artifek dan penemuan-penemuan baru dalam

suatu kebudayaan semakin besarlah kemungkinan-kemungkinan terjadinya

kombinasi-kombinasi baru yang dapat menghasikan penemuan-penemuan baru

yang lebih cepat pula. Sebagai contoh, sebenarnya pemecahan komponen nuclear

(nuclear fission) telah ditemukan seabad yang lampau oleh para ahli, tetapi baru

sekitar tahun 1940-an, teknologi-teknologi penunjang baru muncul yang

menghasilkan kombinasi-kombinasi baru yang memungkinkan terciptanya bom

atom pertama yang diledakkan di Hirosima (Jepang). Sekarang ini entah sudah

berapa banyak teknologi teknologi baru yang bermunculan dan entah berapa

kombinasi-kombinasi baru lagi yang memungkinkan diciptakannya bom baru, jenis

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 42

Page 43: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

baru (Hidrogen, dll.). Tidak mustahil bahwa dalam abad teknologi tinggi seperti

sekarang ini, beratus-ratus kombinasi-kombinasi teknologi baru

bermunculan,bahkan angka/tingkat perkembangan teknologi tersebut mengikuti

deret ukur, misalnya 2, 4, 8, 16 dst. Dan tidak hanya mengikuti pelipatan deret

hitung saja, misalnya 1, 2, 3, 4, 5, dst.

Namun demikian tidak selamanya kemajuan atau perkembangan teknologi itu

akan berlanjut terus secara deret ukur, sebab sering terjadi bahwa untuk suatu abad

tertentu sebenarnya tidak terjadi perubahan teknologi yang berarti, bahkan dapat

terjadi kebalikannya, yaitu kemunduran. Sebagai contoh, bila diketemukannya

senjata nuclear adalah demi kepentingan umat manusia, maka hal tersebut pertanda

suatu kemajuan, tetapi kalau sebaliknya malah digunakan untuk menghancurkan

umat manusia, maka hal tersebut adalah suatu kemunduran.

Akhirnya perlu juga kita sadari bahwa dengan semakin bertambahnya benda-

benda materi sebagai akibat kemajuan teknologi tidak selalu harus diimbangi

dengan perubahan dalam kehidupan sosial yang non-materil. Hal ini sejalan dengan

William F Ogburn, dalam teori “Cultural Lag”-nya yang menyatakan bahwa

perubahan terjadi dalam budaya non-materil lebih lambat dibandingkan dengan

budaya materil. Sebagai contoh di dunia ini senjata nuclear telah dimiliki sejak

seperempat abad lalu, tetapi usaha kearah pengamanannya, terutama terhadap

bahaya yang ditimbulkan bob nuclear tersebut (radio aktif, dll.) belum diperhatikan.

Akan tetapi kritik terhadap teorinya Ogburn tersebut juga banyak disampaikan,

sebab banyak contoh di negara-negara berkembang memperlihatkan bahwa

perubahan non-materil jauh lebih cepat dibandingkan dengan perubahan dibidang

materil. Disamping itu juga interaksi yang saling mempengaruhi antara materil dan

non-materil juga sering berlangsung.

5. Faktor Ideologi

Dasar ideologi suatu negara yang pada umumnya terdiri dari kombinasi yang serba

komplek antara sistem nilai, tradisi dan sistem kepercayaan, juga ada dalam setiap

masyarakat.Biasanya ideologi menghendaki bertambahnya status quo, akan tetapi

dapat merangsang perubahan jika sistem nilai dan sistem kepercayaan masyarakat

sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masyarakatnya.

6. Faktor Kepemimpinan (Leadership)

Banyak terjadi bahwa perubahan sering dimulai/diprakarsai oleh pemimpin yang

mempunyai wibawa tertentu (charismatic Leadership) sebab pemimpin tipe

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 43

Page 44: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

charismatic mampu mengumpulkan massa yang banyak. Contoh, pemimpin

charismatic dimasa lampau (Bung Karno, Hitler, dll.).

C. Tipe Perubahan Sosial Kultural

1. Penemuan Baru (discovery)

Sesuatu yang baru diketemukan, dalam arti belum diketahui sebelumnya

(meskipun sudah ada keberadaannya) disebut penemuan baru. Contoh, meskipun

dunia mengelilingi matahari, tetapi hal tersebut baru diketemukan pada beberapa

ratus tahun yang lalu, sebelum itu dunia dianggap datar. Pengaruh dari penemuan

baru adalah pengetahuan baru yang tidak pernah disadari sebelumnya.

2. Penemuan Cara Baru (Inovation)

Penemuan cara baru yang merupakan hasil kombinasi antara berbagai

elemen/faktor atau cara-cara yang telah ada sebelumnya (misalnya, melakukan

penelitian/experiment) disebut invention. Jadi dalam invention tidak ada suatu yang

sama sekali baru, sebab yang baru tercipta mungkin merupakan kreasi dari sesuatu

yang telah ada. Banyaknya invention sangat tergantung kepada landasan-landasan

kebudayaan. Semakin banyak materi ciptaan budaya yang telah ada, semakin

banyak kombinasi yang dapat tercipta. Dengan kata lain semakin maju (moderen)

suatu kebudayaan, semakin banyak kemungkinan ditemukan cara baru atau

invention. Invention dapat juga mendorong kearah penemuan baru (discovery).

Contoh, dengan diketemukannya mikroskop elektron, maka terjadi perubahan yang

cukup besar dan mendasar dalam dunia ilmu dan teori dibidang fisika dan kimia.

Invention juga sangat selektif dan mungkin tidak dapat dipergunakan dalam

masyarakat. Bayi tabung adalah merupakan invention, akan tetapi kemungkinan

besar masih belum akan diterapkan karena permintaan masyarakat akan cara baru

tersebut masih jarang.

3. Penyebaran (Diffusion)

Mengenalkan hasil budaya atau menyebarluaskan hasil-hasil budaya dari satu

masyarakat ke masyarakat lain disebut difusi. Pada umumnya proses penyebaran

budaya sangat selektif, dalam arti bahwa tidak setiap masyarakat mau menerima

atau menolak budaya yang berasal dari luar. Umumnya suatu hasil budaya luar

akan diambil/diterapkan bila terlihat ada manfaatnya. Sering terjadi bahwa proses

difusi tersebut berjalan setelah melalui modifikasi-modifikasi. Istilah “teknologi

tepat guna” adalah salah satu proses penerapan hasil budaya luar melaui modifikasi.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 44

Page 45: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Difusi lebih banyak menimbulkan perubahan sosial budaya dibandingkan dengan

invention atau discovery.

D. Beberapa Akibat Perubahan Sosial

Jika perubahan sosial budaya terjadi, berbagai efek negatif dapat timbul.

Individu dalam masyarakat mungkin akan merasa tersisih dari pergaulan, seolah-olah

berdiri sendiri tiada yang menolong. Bahkan bila perubahannya terlalu cepat, banyak

anggota masyarakat merasa bingung dan gelisah. Meskipun ketika pertama mobil

diketemukan nampaknya sebagai suatu benda materi tanpa dosa, tetapi akibat yang

ditimbulkan terasa sangat besar dan telah merubah segi-segi kehidupan manusia yang

hakiki, seperti sistem kekeluargaan, pendidikan, pola perkawinan, dll.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 45

Page 46: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

BAB VIKontrol Sosial (Social Control)

A. Definisi dan Pengertian Kontrol Sosial

Kontrol sosial (pengendalian sosial) adalah suatu cara atau metode yang dipakai

untuk mengatur agar setiap warga masyarakat mematuhi norma-norma sosial yang

berlaku sehingga dengan demikian terciptalah keteraturan sosial (sosial order). Dan

bilamana dalam masyarakat telah tercipta keteraturan sosial maka segala aktivitas

(kegiatan) masyarakat sehari-hari dapat berjalan dengan lancar dan efisien.

Para ahli sosiologi berpendapat bahwa didalam masyarakat manusia,

keteraturan dalam kehidupan sosial selalu dapat ditemukan dan dapat pula dipelajari.

Hal ini menurut para ahli adalah disebabkan karena manusia menciptakan aturan-aturan

sosialnya sendiri yang mereka anggap penting demi kelangsungan kehidupan mereka.

Sejak lahir di dunia, setiap anak mempelajari prilaku yang dapat diterima oleh

berbagai situasi dan juga belajar membedakan mana pola prilaku yang pantas dan tidak

pantas. Dan kontrol sosial sebenarnya adalah merupakan kelanjutan dari proses

sosialisasi. Apabila kontrol sosial dapat dijalankan secara efektif maka prilaku individu

akan menjadi lebih konsisten dengan tipe prilaku yang diharapkan.

Didalam mempelajari kontrol sosial perlu terlebih dahulu dihayati tentang

konsep “kepatuhan” (conformity). Sebab kepatuhan inilah yang sebenarnya menjadi inti

keberhasilan dari pada kontrol sosial. Tanpa kepatuhan, kehidupan sosial akan menjadi

kacau (chaos). Kalau setiap pengendara mobil atau motor tidak mematuhi tanda lampu

atau rambu-rambu yang dipasang, maka sudah dapat dipastikan bahwa akan terjadi

“chaos” dalam masyarakat itu. Namun demikian memang tidak pernah ada kepatuhan

yang bersifat absolut. Tidak semua pengendara mobil atau motor berhenti secara tiba-

tiba waktu tanda lampu merah sedang menyala. Dengan kata lain untuk setiap norma

kepatuhan tidak dapat berjalan secara sempurna, sebab setiap orang mempunyai alasan-

alasannya sendiri yang sebagian besar bersumber dan berhasil tidaknya proses

sosialisasi yang dijalankan oleh masyarakat.

B. Beberapa Cara Meningkatkan Kontrol Sosial

1. Melalui proses sosialisasi. Semakin berhasil sosialisasi dilaksanakan semakin

tinggi tingkat kepatuhan. Seperti telah kita bicarakan pada baba yang lalu bahwa

sosialisasi menumbuhkan hasrat untuk mengisi peran tertentu dan berprilaku

sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. Setiap laki-laki di Indonesia

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 46

Page 47: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

selalu ingin menjabat suatu pekerjaan tertentu baik di pemerintahan atau swasta.

Apakah sebagai manager, mandor, kepela bagian atau lainnya. Tetapi sangat

jarang sekali laki-laki yang menghendaki jabatan sebagai ibu rumah tangga.

Jadi semakin berhasil proses sosialisasi dilaksanakan semakin tinggi tingkat

kepatuhan. Apabila tingkat kepatuhan sudah tinggi maka pengendalian sosial

lebih mudah dilaksanakan.

2. Identifikasi diri terhadap suatu kelompok tertentu (reference group) juga dapat

menumbuhkan kepatuhan. Seseorang yang ingin dihargai atau dipuja atau

disanjung oleh suatu kelompok tertentu, maka ia harus mematuhi segala aturan

atau norma yang berlaku bagi kelompok itu. Sebagai contoh, apabila anda ingin

terpakai atau terpuji sebagai anggota team Wanadri maka anda harus berusaha

mematuhi segala norma atau aturan yang telah ditentukan. Seseorang yang

berprilaku menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan dalam kelompoknya

akan ditolak oleh para anggota lainnya. Keinginan atau hasrat untuk diterima

atau diakui oleh kelompoknya itulah yang merupakan mekanisme kontrol

sosial. Dan bekerjanya mekanisme tersebut umumnya lebih kuat pada

kelompok-kelompok yang lebih kecil dan tradisionil seperti keluarga, kawan

main (peer group), dll. Reaksi terhadap ketidak patuhan atas aturan main dalam

kelompok biasanya bersifat mekanis dan informal, seperti misalnya melalui

sindiran, ejekan atau semacamnya. Dalam kehidupan kelompok-kelompok suku

yang masih belum moderen lazim terjadi pengusiran dari kelompoknya. Sebagai

contoh, misalnya adalah dalam kehidupan orang Baduy dimana setiap

pelanggaran terhadap norma yang telah diterapkan akan menyebabkan anggota

yang melanggar dikeluarkan/diusir dari kelompok-kelompok baduy dalam.

Menurut cerita yang tersebar secara luas kelompok orang baduy, Panamping

misalnya, adalah kelompok dimana para anggotanya telah pernah melakukan

pelanggaran. Dalam masyarakat yang lebih komplek seperti masyarakat

moderen, kepatuhan selalu disarankan. Di Indonesia kini jiwa patriotisme mulai

ramai ditanamkan. Dalam setiap acara resmi pemerintah, tanda penghargaan

mulai dibagi-bagikan atas kepatuhan yang telah diperlihatkan baik untuk para

pejabat pemerintah aselon tinggi atau pegawai biasa. Bahkan kepada para

peserta KB lestari pemerintah juga membagi-bagikan penghargaan berupa dua

butir kitri (bibit pohon kelapa) kepada masing-masing akseptor KB lestari

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 47

Page 48: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

sebagai tanda penghargaan pemerintah atas kepatuhan mereka dalam

melaksanakan program KB.

3. Sistem pembagian kerja yang lebih luas dalam masyarakat juga menimbulkan

suatu bentuk saling ketergantungan timbal balik antara sesama anggota

masyarakat. Dan umumnya mereka yang telah ikut serta terlibat didalamnya

enggan untuk menghindarkan diri. Di negara-negara barat yang telah maju,

sudah lazim bahwa setiap perayaan Natal dan Tahun Baru selalu terjadi saling

tukar menukar hadiah. Seseorang yang menerima hadiah dari orang lain selalu

berhasrat untuk membalas memberikan hadiah pula. Di Indonesia kini juga

mulai populer dikalangan keluarga terutama di kota besar untuk selalu hadir dan

memberikan hadiah (kado) dalam setiap undangan perayaan perkawinan atau

khitanan. Setiap keluarga merasa berkewajiban memberi hadiah (kado) tersebut.

Mereka saling terikat oleh kewajiban yang sudah mulai tumbuh sebagai norma

sosial budaya yang berlaku. Sebab pada gilirannya setiap orang juga akan

mengharapkan hal yang sama bila kelak mereka mengadakan upacara

perkawinan putra-putrinya.

4. Sanction atau sangsi (hukuman) juga dipergunakan untuk meningkatkan rasa

kepatuhan. Ada berbagai macam sangsi: yang positif atau negatif, yang formal

atau informal. Sangsi yang positif biasanya berupa hadiah (reward) atau

penghargaan atas prilaku yang sesuai dengan harapan. Bagi anaknya yang

pandai, tersedia hadiah yang baik. Sebaliknya yang negatif adalah berupa

hukuman badan atau hanya sekedar cemoohan atau sindiran-sindiran. Yang

formal biasanya telah ditetapkan oleh negara. Misalnya, bagi pencuri ayam akan

dikenakan hukuman sekian bulan. Di Saudi Arabia ada hukuman potong tangan

bagi pencuri/pencopet atau hukuman dera (pukulan dengan rotan) bagi

kejatahan atau pelanggaran tertentu. Di negara-negara yang moderen, fungsi

keluarga dan kelompok-kelompok kecil semakin pudar. Sehingga praktis

negaralah yang melaksanakan sangsi hukumannya, demi tercapainya

pengendalian sosial.

C. Reaksi terhadap Kontrol Sosial

Bilamana perubahan sosial terjadi terlalu cepat terutama perubahan-perubahan

dari masyarakat tradisionil ke masyarakat moderen sering terjadi “sosial

disorganization” (kekacauan organisasi sosial). Sebagai contoh misalnya bila terjadi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 48

Page 49: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

konflik atau kontradiksi pada norma-norma budaya yang ada, reaksinya pada umumnya

adalah munculnya suatu keadaan dalam masyarakat dimana para anggotanya merasa

seolah-olah telah diabaikan (ditinggalkan) oleh masyarakat yang lazim disebut “the

state of anomie”. Gejalanya biasanya terlihat dari banyaknya para anggota masyarakat

yang melepaskan diri dari ikatan sistem nilai atau sistem kepercayaannya. Dalam

suasana seperti itu seseorang tidak merasakan lagi bahwa dirinya adalah merupakan

bagian dari masyarakat atau kelompok tertentu yang selalu harus mematuhi aturan-

aturan sosial tertentu. Dalam kondisi dan situasi seperti itu prilaku manusia menjadi

tidak lugu dan sering menyimpang. Akibatnya angka-angka bunuh diri, alkoholisme,

kejahatan dan sakit jiwa meningkat.

Reaksi yang agak moderat akibat situasi dan kondisi seperti itu dapat terjadi

misalnya dengan semakin meningkatnya tingkat “alienasi” yakni suatu keadaan dimana

semakin banyak para anggota masyarakat yang merasakan bahwa dirinya bukan lagi

menjadi bagian dari masyarakat (tersisihkan). Para ahli sependapat bahwa hal seperti

itu banyak terjadi di kota-kota besar yang moderen dimana sistem pembagian kerja

masyarakat (division of labour) telah terjadi semakin luas yang membawa akibat

frustasi dan perasaan putus asa (tanpa kuasa) diantara para anggota masyarakat. Akibat

dari lingkungan dan keadaan seperti itu adalah semakin berkurangnya rasa

persaudaraan yang penuh keakraban atau kalau dinyatakan dalam bahasa Sunda adalah

semakin kurangnya perasaan “silih asih, silih asuh dan silih asah”.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 49

Page 50: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

BAB VIIPenyimpangan Sosial (Sosial Deviance)

A. Definisi dan Pengertian Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial adalah prilaku yang berbeda atau tidak sejalan dengan

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Atau dapat juga dikatakan bahwa

penyimpangan sosial adalah setiap prilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri

dengan apa yang dikehendaki masyarakat atau kelopmpok tertentu dalam masyarakat.

Penyimpangan biasanya dibagi dalam berbagai kategori: agak menyimpang,

menyimpang atau menyimpamg sama sekali.

Penyimpangan adalah masalah “arah” yakni apakah arah yang disepakati atau

ke arah yang tidak disepakati oleh mayoritas manusia. Penyimpangan hendaklah jangan

selalu dipandang negatif. Banyak orang genius atau tokoh-tokoh yang dimasa hidupnya

banyak melakukan penyimpangan dari paugeran normal. Thomas Edison adalah orang

yang telah berjasa bagi masyarakat dunia. Diwaktu kecilnya ia dikenal sebagai anak

yang tidak mengetahui aturan yang ada. Raden Ajeng Kartini juga dapat kita sebut

sebagai orang yang menyimpang dari paugeran normal yang berlaku dalam masyarakat

pada waktu itu. Tetapi sekarang Raden Ajeng Kartini dianggap sebagai tokoh pembela

hak-hak azasi wanita Indonesia yang namanya selalu diperingati setiap tahun oleh

seluruh kaum wanita Indonesia. Para tokoh dunia yang memperoleh hadiah Nobel bila

kita lihat dari sudut pandangan sosiologis banyak yang tergolong

“penyimpangan/penyelewengan”.

Penyelewengan (deviation) sukar diukur dan dianalisis karena tidak ada

kesepakatan mutlak tentang norma mana yang diterapkan. Sebagai contoh, bagaimana

mengukur kejahatan? Apa didasarkan pada jumlah kejahatan yang dilaporkan? Atau

didasarkan pada jumlah penjahat yang tertangkap? Ataukah didasarkan pada banyaknya

yang tersangka?

Disamping itu juga sukar dicapai kesepakatan tentang prilaku yang bagaimana

yang diterima oleh semua pihak. Di beberapa negara barat kini kaum homosex/lesbian

sudah agak dibiarkan, padahal beberapa tahun yang lalu homoseksual/lesbian dianggap

sebagai suatu kejahatan.

Prilaku menyimpang dapat dilakukan oleh perseorangan dan kelompok (grup).

Contoh, sekelompok anak remaja yang merokok mariyuana. Dalam masyarakat

moderen, terutama di kota-kota besar banyak kelompok-kelompok sub-kultur yang

melakukan perbuatan atau prilaku yang menyimpang dan tidak dapat diterima oleh

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 50

Page 51: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

budaya induknya (masyarakat luas). Meskipun prilaku tersebut mungkin tidak dianggap

sebagai prilaku menyimpang didalam kelompok sub-kulturnya. Kelompok teroris

menganggap bahwa membunuh atau melakukan perbuatan teror demi tujuan

kelompoknya sebagai suatu perbuatan yang tidak menyimpang. Namun demikian tidak

jarang diantara para anggota kelompok teroris sebenarnya tahu bahwa perbuatan atau

tindakannya adalah menyimpang dari paugeran normal yang berlaku dalam masyarakat

luas.

Dalam masyarakat sering terdapat individu-individu yang tidak mampu

menahan untuk melakukan perbuatan menyimpang. Seperti misalnya orang yang

dihinggapi penyakit kleptomaniac, yakni semacam penyakit yang mendorong seseorang

melakukan tindakan mencuri suatu barang tertentu, umumnya perhiasan-perhiasan,

meskipun orang tersebut sebenarnya tergolong orang kaya.

Ada dua macam penyimpangan yang lazim dibedakan, yaitu penyimpangan

kulturil dan penyimpangan psikologis. Seorang pria hippie yang berambut panjang

(seperti rambut wanita) termasuk penyimpangan kultural. Seorang yang nyentrik

termasuk penyimpangan psikologis. Juga sering dibedakan antara penyimpangan

primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer umumnya bersifat

sementara dan tidak terulang lagi. Individu yang melakukan penyimpangan primer

masih tetap dipandang orang yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Hampir semua

individu pernah melakukan penyimpangan primer, sekali atau dua kali. Misalnya

ngebut, mabuk-mabukan diwaktu pesta, memalsukan pembukuan, mengurangi

besarnya pajak, dll.

Penyimpangan sekunder adalah bentuk penyimpangan yang telah menjadi

kebiasaan, dimana setiap anggota masyarakat telah mengetahuinya. Masyarakat tidak

dapat lagi menerima atau mentolerir individu-individu semacam itu. Contoh, orang

yang setiap hari kerjanya mabuk, para pelaku kriminal, orang-orang yang telah

kecanduan morfin, dll. Prilaku penyimpang juga bervariasi antara satu masyarakat

dengan masyarakat lain atau antara satu sub-kultural dengan sub-kultur lain.

Dikalangan atas sering terdengar istilah “gentlement’s agreement” atau istilah-

istilah lain seperti “lobbying”, “pelicin”, dsb. Yang sebenarnya adalah sama dengan

prilaku menyimpang. Di negara Uncle Sam ada juga istilah “white collar crime”,

semacam bentuk pelanggaran hukumyang dilakukan oleh golongan atas. Kesemuanya

itu sukar untuk dibuktikan secara hukum sebagai suatu perbuatan menyimpang.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 51

Page 52: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

B. Sebab-Sebab Penyimpangan

1. Penyimpangan menurut teori biologis

Barangkali teori pertama yang mencoba menjelaskan sebab-sebab prilaku

menyimpang adalah teori biologis. Teori ini mengemukakan bahwa manusia sejak lahir

telah ditentukan nasibnya, apakah akan menjadi penjahat atau akan menjadi pemimpin

“person was born criminal or born leader”. Para ilmuan yang mengikuti aliran ini

yakin bahwa penyimpangan sosial erat hubungannya dengan faktor-faktor biologis

seperti tipe tubuh, pola sel-sel tubuh, dll.

Seorang ahli ilmu kejahatan (kriminalogi) bangsa Italia yang hidup diabad 19,

Cesare Lombroso adalah tokoh yang telah mencoba menjelaskan kaitan antara prilaku

menyimpang dengan tipe tubuh seseorang. Orang yang memiliki ukuran rahang dan

tulang pipi yang panjang, mempunyai kelainan mata yang khas, mempunyai tangan-

tangan yang panjang,mempunyai jari-jari tangan dan kaki yang besar dan susunan gigi

yang abnormal, menurut Lambroso adalah tipe orang-orang jahat yang tidak segan-

segan melakukan tindak kriminal.

William Sheldon, seorang ahli antropologi fisik bangsa Amerika, mencoba

membedakan tiga macam tipe tubuh manusia: 1. Endomorph – tipe tubuh bulat dan

lembek; 2. Mesomorph – tipe tubuh berotot dan atletis; 3. Ectomorph – tipe kurus,

lemah dan penuh tulang. Dari hasil penelitian-penelitiannya ia menyimpulkan bahwa

mesomorph adalah tipe bagi orang jahat, tipe ini mempunyai ciri kepribadian untuk

berbuat sekehendak hati dan sering gelisah. Endomorph adalah tipe orang yang mudah

tersinggung dan selalu menyendiri.

Eleanor dan Sheldon Gluech dengan menggunakan tipologi yang dibuat oleh

Sheldon pernah melakukan penelitian yang mencoba membandingkan sekelompok

anak nakal dan sekelompok anak-anak tidak nakal dan menemukan bahwa sebagian

besar anak-anak tersebut adalah pemarah. Namun demikian teori-teori yang mencoba

menghubungkan antara prilaku menyimpang dengan tipe tubuh banyak diperdebatkan.

2. Penyimpangan menurut pandangan psikologis

Banyak ahli sosiologi yang melihat penyimpangan prilaku dari segi psikologis.

Mereka berpendapat bahwa prilaku penyimpangan ada hubungannya dengan retaknya

kepribadian manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna ternyata

memiliki tipe kepribadian yang beraneka ragam. Diantaranya terdapat tipe-tipe

kepribadian yang mempunyai kecenderungan melakukan penyimpangan sosial

dibandingkan dengan yang lain.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 52

Page 53: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Ahli ilmu jiwa terkenal, Sigmund Freud, telah membedakan kepribadian

manusia menjadi tiga bagian yakni: “id”, “ego” dan “superego”. “Id” mewakili ciri

kepribadian yang bersifat tidak sadar, mudah terpengaruh oleh kata hati (impulsif) dan

bersifat naluriah. “ego” mewakili diri (pribadi) lebih dewasa yang telah menyerap

berbagai nilai sosio-kulturil yang menyuarakan kata hati. Menurut faham Freud

(terutama para psikoanalis) prilaku menyimpang timbul manakala “id” yang terlalu

aktif dan sukar dikontrol muncul bersamaan dengan “superego” yang kurang aktif,

sedangkan “ego” yang merupakan alat pengontrol tidak dapat berfungsi dengan baik.

Sebagai contoh, misalnya kalau ada seorang yang lapar, maka “id” –nya akan

mengatakan supaya segera dipenuhi dengan cara apapun. Bila “superego” terlalu lemah

ia tidak mampu mengendalikan “id” –nya maka mungkin orang tersebut akan masuk ke

rumah orang atau restoran untuk merampas makanan yang diperlukan. Dalam hal ini

“ego” tidak mampu memperingatkan “id” sebagaimana seharusnya, demikian pula

“superego” tidak dapat memberikan isyarat bahwa prilaku itu adalah jenis prilaku yang

tidak dapat diterima.

3. Penyimpangan menurut pandangan sosiologis

Banyak pendekatan telah dilakukan oleh para ahli sosiologi dalam usaha

menerangkan prilaku menyimpang. Pendekatan pertama umumnya berpendapat bahwa

faktor “sosialisasi” memegang peranan menentukan. Seseorang yang disosialisasikan

secara kurang tepat tidak dapat menyerap norma-norma kultural dengan baik kedalam

diri pribadinya. Sebab itu ia tidak mampu membedakan mana prilaku yang pantas dan

mana yang kurang pantas. Pendapat kedua menyebutkan bahwa prilaku menyimpang

adalah prilaku yang dipelajari (learned behavior). Beberapa ahli yakin bahwa bentuk-

bentuk prilaku menyimpang merupakan warisan yang diturunkan dari satu orang ke

orang berikutnya dan proses pewarisan prilaku menyimpang tersebut melibatkan

mekanisme yang sama sebagaimana mekanisme proses pengajaran lainnya. Edwin H.

Sutherland dalam bukunya: “Principles of Criminology” (1939), juga mengatakan

lebih lanjut bahwa prilaku menyimpang disamping harus dipelajari juga sebagai akibat

interaksi sosial seseorang dengan orang lainnya. Kejadian bahwa seseorang dipengaruhi

oleh orang atau kelompok lain adalah hal yang wajar. Sutherland mengatakan bahwa

prioritas, intensitas, frekwensi dan lamanya hubungan juga sangat menentukan derajat

penyimpangan. Semakin tinggi derajat keempat faktor yang disebut di atas tentang

prilaku menyimpang semakin tinggi pula kemungkinan untuk menerapkan pola prilaku

yang sama. Sutherland juga mengatakan bahwa seseorang mungkin akan berprilaku

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 53

Page 54: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

menyimpang kalau budaya induknya menunjang prilaku dalam usaha penyelewengan

atau pelanggaran atas hukum yang sedang berlaku. Teori ini dikenal dengan nama

“Differential Association” atau hubungan diferensial. Di Amerika Serikat ada semacam

penyimpangan yang dilakukan oleh lapisan masyarakat golongan atas yang disebut

“white collar crime”. Kejahatan tersebut biasanya melibatkan individu-individu yang

melakukan kejahatan dalam kegiatan-kegiatan pekerjaan mereka. Contohnya antara

lain, pemotongan biaya, penipuan pajak, pemasangan advertesi yang berlebihan.

Kejahatan semacam itu memerlukan teknik-teknik tertentu yang perlu dipelajari

terlebih dahulu dan umumnya dilakukan bersama-sama melalui proses interaksi.

Dengan saling tukar pengalaman dengan kawan-kawan akhirnya menjadikan kebiasaan

yang mapan didalam penyelewengan-penyelewengan baik yang dilakukan secara

tersendiri, tertentu atau secara bersama-sama.

Seorang sosiologi bangsa Perancis, Emile Durkheim, memperkenalkan konsep

“Anomie” yakni suatu situasi dalam masyarakat tanpa norma dan tanpa arah yang

tercipta akibat tidak ada keselarasan atau keharmonisan antara harapan kultural dengan

kenyataan sosial. Konsep tersebut dipakai oleh Robert K. Merton (seorang tokoh ilmu

sosiologi bagsa Amerika Serikat) untuk menerangkan sebab-sebab terjadinya

penyimpangan sosial. Merton berpendapat bahwa sebagai akibat proses sosialisasi,

individu-individu belajar mengenal tujuan-tujuan kebudayaan dan sekaligus

mempelajari cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang selaras dengan kebudayaan.

Apabila kesempatan untuk mecapai tujuan tidak ada, akan mendorong individu-

individu memilih alternatif. Dari prilaku alternatif tersebut mungkin menimbulkan

penyimpangan sosial (misalnya sebagai akibat frustasi). Merton menyebut 4 macam

prilaku menyimpang yang dapat timbul manakala kondisi sosial sebagaimana yang

telah disebutkan di atas. Tipe-tipe prilaku yang dimaksud adalah1)

a. Ritualism (ritualisme)

Ritualisme artinya menerima cara-cara yang diperkenalkan secara kultural dan

menolak tujuan-tujuan lain. Dalam hal ini individu yang frustasi akan menyimpang dari

kenyataan hidup dengan melakukan hal-hal yang sifatnya lebih bersifat menutup diri. Ia

akan menjadi orang yang hemat, kerja keras, bersedia memberikan pengorbanan yang

besar.

1 Robert K.Merton, “Social Theory and Social Structure”. Glencoe, III.: Free Press,1957

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 54

Page 55: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

b. Retreatisme (pengasingan diri)

Retreatisme terjadi manakala seseorang tidak dapat menerima tujuan-tujuan

yang telah digariskan oleh budayanya atau pun cara-cara mencapai tujuannya. Hal

tersebut mungkin disebabkan karena apa yang diharapkan sangat berbeda dengan

kenyataan. Umumnya orang yang frustasi dan memilih jalan ini akan banyak

melakukan perbuatan yang menyimpang yang tidak disetujui oleh masyarakat luas. Ia

akan mencari tempat-tempat sunyi, mungkin terlibat penggunaan narkoba, menjadi

pemabok atau yang lainnya yang berbeda dari kehidupan wajar.

c. Innovation (pembaharuan)

Inovasi terjadi manakala individu dapat menerima cara-cara pencapaian tujuan

sesuai dengan nilai-nilai budaya dan sekaligus menolak yang bertentangan dengan itu.

Orang yang frustasi dapat tetap melakukan pekerjaan yang sama seperti anggota

masyarakat lain, akan tetapi dengan cara lain. Kalau orang lain bekerja keras untuk

mendapat penghasilan yang cukup, termasuk untuk menabung, misalnya dengan

bekerja di perusahaan atau pemerintah, tetapi individu tersebut bekerja keras dengan

cara merampok bank atau mencuri; tujuannya sama yakni mengumpulkan penghasilan

sebanyak-banyaknya agar dapat hidup bahagia. Cara tersebut sudah tentu disertai

metode atau teknik baru yang memungkinkan. Sebab tanpa inovasi ia tak mungkin

berhasil menjadi kaya dengan satu kali pukul.

d. Rebellion (pemberontakan)

Pemberontakan terjadi manakala seseorang tidak dapat menerima sarana dan

tujuan yang dibenarkan oleh kebudayaan dan menggantikan dengan cara lain. Di

Amerika Serikat “Black Panthers” (perkumpulan orang-orang Negro) adalah kelompok

pemberontak yang berhasil menanamkan kehendaknya (yang berlawanan dengan

pemerintah) disekitar tahun 1960. DI/TII di Jawa Barat mungkin juga termasuk salah

satu kelompok pemberontak yang juga berhasil melaksanakan sebagian dari cita-cita

mereka pada sekitar tahun 1060-an juga, sebagai pernyataan/sikap menolak sarana dan

tujuan pemerintah yang syah.

C. Labelling Theory

Beckern 2), seorang sosiolog bangsa Amerika Serikat, mengemukakan suatu

teori tentang prilaku penyimpangan yang didasarkan atas label yang diberikan pada

seseorang. Hampir setiap manusia, sekali atau dua kali sudah pasti pernah melakukan

2 Howard S. Becker, “Outsiders : Studies in the Sociology of Deviance” New York: Free Press, 1963.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 55

Page 56: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

penyimpangan. Pertanyaan yang sering dikemukakan oleh para ahli sosiologi adalah

apakah jika seseorang kebetulan secara tidak sengaja berprilaku menyimpang, apakah

ia akan selalu menyimpang terus atau tidak?

Sering terjadi bahwa nasib orang yang sedang sial atau katakan bernasib buruk

dapat berubah secara drastis. Seseorang pada suatu saat mungkin secara tidak sengaja

membunuh orang lain. Akibatnya ia dihukum, bahkan ia dianggap sebagai penjahat.

Setelah keluar dari penjara, label penjahat biasanya akan terus disandang. Mungkin

keluarganya mengucilkannya, bahkan istrinya dapat pula menceraikannya. Akhirnya ia

akan mulai didekati oleh kawan-kawan penjahat yang sebenarnya akibat label tersebut.

Perlu kita perhatikan bahwa janganlah sekali-kali kita memberikan label kepada orang

lain (terutama anak-anak) kalau ia memang tidak berhak atas label tersebut. Memberi

sebutan “nakal’ kepada seseorang anak adalah sangat berbahaya bagi perkembangan

jiwa dan perkembangan hidup anak. Apalagi sampai memberikan sebutan “gila”,

“maling”, dsb.

D. Sub-Kultur menyimpang

Sebagian besar tindak penyimpangan tidak terlepas dari konteks kelompok. Bila

seorang anggota kelompok berprilaku menyimpang dan mampu membudayakan

penyimpangan tersebut diantara kawan-kawannya, maka penyimpangan yang mereka

lakukan menjadi kebiasaan yang tetap. Sudah tentu kebiasaan tersebut berbeda dengan

kebiasaan kultur induknya. Banyak individu yang telah ditolak atau diasingkan dari

kultur induknya, mencari persahabatan pada sub-kultur yang menyimpang dengan

tujuan mencari kepuasan/kesenangan. Sekali seseorang telah memasuki pintu sub-

kultur menyimpang, selanjutnya ia harus menyesuaikan diri dengan melalui “re-

sosialisasi” sesuai dengan kebiasaan sub-kultur tersebut. Umumnya orang telah

terlanjur melepaskan diri dari ikatan benang kusut yang terjadi. Seseorang telah

ketagihan obat/narkoba, rasanya akan sukar melepaskan diri dari cengkraman tersebut.

Demikian pula seorang wanita yang telah terlanjur masuk ke lembah hitam (dunia

pelacuran) akan sukar melepaskan diri dari kehidupan tersebut.

E. Konsekwensi Prilaku Menyimpang

Umumnya bagi para penyeleweng/penyimpang yang melanggar norma dan

hukum yang berlaku akan menerima hukuman. Namun demikian banyak para ahli

kriminologi yang tidak setuju dengan bentuk-bentuk hukuman yang ada. Mereka mulai

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 56

Page 57: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

mempertanyakan apakah hukuman satu-satunya jalan untuk mengobati prilaku

menyimpang? Sebab hukum ternyata tidak memperbaiki prilaku, tetapi hanya untuk

menunjukkan bahwa norma dan hukuman harus diatasi.

Tidak semua prilaku menyimpang itu tidak berguna, meskipun dalam bentuk

perbuatan kriminal sekalipun. Dengan menjatuhkan hukuman sebagai suatu sikap untuk

menjatuhkan moral seseorang, bukan memperbaiki malahan justru dapat lebih

memperkuat “sense of solidarity” atau rasa setia kawan diantara mereka yang senasib.

Sehingga semakin jelas garis pemisah antara si jahat dan si alim.

Sering terjadi bahwa prilaku menyimpang justru menumbuhkan toleransi atas

norma-norma yang berlaku. Di jaman kolonial para perintis kemerdekaan sering masuk

penjara, karena mengkritik pemerintah Belanda. Tetapi lambat laun rasa hormat dan

penghargaan mulai tumbuh, sehingga penjara tidak lagi merupakan cara yang efektif

untuk menghilangkan prilaku menyimpang. Dan pada akhirnya pemerintah Belanda

menyediakan tempat bersuara di Valkskraat (semacam DPR) bagi beberapa orang

Indonesia> Prilaku menyimpang sering bermanfaat sebagai sarana penyaluran

kebosanan dan kesalahan setelah lama hidup di masyarakat yang terlalu ketat dengan

berbagai aturannya

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 57

Page 58: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

BAB IXKelas Kelas Sosial

A. Definisi dan Karakteristik Pelapisan Sosial

Pelapisan sosial (stratifikasi sosial) adalah perbedaan-perbedaan yang terjadi

dalam kelompok-kelompok masyarakat suatu populasi yang sama dalam hal prestise,

kegiatan, kekayaan pribadi dan etika pergaulan. Berbagai studi sosial yang pernah

dilaksanakan di negara-negara maju telah sampai kepada suatu kesimpulan bahwa

social inequality (perbedaan sosial) selalu terjadi pada masyarakat moderen. Dengan

kata lain perbedaan-perbedaan dalam prikehidupan sosial masyarakat baik dalam

bentuk “life chance” (kesempatan hidup) atau dalam bentuk “style of living” atau gaya

hidup adalah tidak mungkin dihindari. Dalam setiap kota-kota besar selalu terdapat satu

atau beberapa bagian kota yang dihuni orang-orang miskin dan melarat. Di kota-kota

besar di Amerika Serikat selalu ada bagian termiskin yang dijuluki “Chetto” (daerah

bagian kota yang dihuni oleh orang-orang negro miskin).

Masalah tentang ketidaksamaan atau masalah stratifikasi bukan semata-mata

membicarakan tentang ada tidaknya dalam suatu masyarakat, akan tetapi lebih

menekankan pada distribusi benda-benda atau lainnya yang tidak merata. Stratifikasi

adalah tidak sama dengan differensiasi. Sebab differensiasi hanya menyangkut

perbedaan kategori dari suatu populasi yang pada umumnya didasarkan atas umur atau

jenis kelamin dan tidak menjelaskan tentang tingkatan atau derajat. Jadi mungkin

terjadi differensiasi dalam suatu masyarakat tanpa stratifikasi, akan tetapi tidak

mungkin jika sebaliknya yang terjadi.

B. Keanekaragaman Stratifikasi

Sistem stratifikasi tidak selamanya kaku, sebab dalam jangka lama ia berubah,

meskipun di negara-negara seperti India sekalipun. Stratifikasi pada umumnya berbeda-

beda antara satu masyarakat atau negara dengan masyarakat atau negara lain. Meskipun

Uni Soviet dikenal sebagai negara yang tidak mengenal kelas (classless) akan tetapi

terdapat katidaksamaan dalam kekuasaan yang sudah tentu berikut berbagai privilage-

nya. Di Amerika Serikat pendapatan dipergunakan sebagai sarana untuk mengelompok-

ngelompokkan para anggota masyarakat berdasarkan rangking sosialnya. Namun

demikian selalu terdapat kerelasi antara kekuasaan dengan pendapatan sehingga kedua

konsep tersebut sebenarnya tidak berbeda secara exclusive. Menurut Max Weber ada

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 58

Page 59: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

tiga aspek dikalangan masyarakat yang selalu terbagi secara tidak merata, yakni kelas,

status dan kekuasaan.

Ada dua teori stratifikasi yang sering dikemukakan oleh para ahli yakni:

Functional Theory yang dikemukakan oleh Kingsley Davis dan Wilbert E. Moore,

yang menegaskan bahwa setiap masyarakat perlu memenuhi keperluan-keperluan

pokok tertentu agar dapat hidup terus, misalnya masyarakat harus memiliki guru-guru,

ulama-ulama, dll. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut masyarakat menyediakan

sejumlah reward (penghargaan) untuk merangsang para anggotanya agar masuk

keberbagai jenjang okupasi. Karena beberapa posisi dalam masyarakat adalah lebih

penting dibanding dengan posisi-posisi lainnya, maka sebagian besar dari penghargaan

itu akan menarik bagi orang-orang yang mempunyai kompetensi atau kemampuan dan

oleh karena itu terjadi inequality (perbedaan) didalam distribusi benda-benda (di

Amerika Serikat, presiden mendapat gaji tertinggi dibanding dengan senator, karena

presiden lebih penting didalam menjaga berfungsinya negara secara terus menerus).

Teori ini banyak dikritik karena lebih konservative dan lebih berorientasi untuk

mempertahankan diri dengan keadaan yang telah ada (status-quo oriented).

Teori yang bertentangan dengan teori fungsional adalah Conflict Theory atau

teori konflik yang mengemukakan bahwa masyarakat adalah sebagai arena bagi

golongan yang saling berkompetisi untuk mendapatkan benda-benda yang langka. Karl

Marx didalam bukunya “Communist Manifesto” secara tegas mengatakan bahwa

dengan terjadinya konflik antara pemilik peralatan produksi dengan buruh (proletariat),

maka golongan yang kuat akan berkuasa sampai pada satu titik dimana kaum proletar

(buruh) pada akhirnya akan menang didalam persaingan mereka sehingga alat-alat

produksi akan beralih ketangan golongan buruh.

Dalam masa beberapa dasawarsa terakhir telah muncul teori baru yang

menerapkan kombinasi antara teori fungsional dengan teori konflik, yakni teori yang

dikembangkan oleh Gerhard Lenski didalam bukunya “Power and Privilage” (1966).

Lenski merasa bahwa orang-orang akan megalokasikan sumber-sumber yang langka

secara adil/merata untuk menjamin kelangsungan kehidupan yang terus menerus. Akan

tetapi jika terjadi surplus, maka orang-orang yang paling kuat akan lebih memiliki

keuntungan; semakin besar surplus semakin tidak adil distribusi yang didasarkan pada

kekuasaan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 59

Page 60: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Terdapat berbagai konsep yang digunakan dalam ilmu sosiologi untuk

menggambarkan stratifikasi, masing-masing menekankan pada atribut-atribut yang

sedikit berbeda, antara lain adalah:

a. Kasta ( caste ) menjelaskan satu sistem stratifikasi kaku dan tidak fleksibel yang

membagi individu-individu kedalam lapisan/tingkatan dimana mereka tidak

mungkin berpindah dari satu lapisan ke lapisan lain. Tiap kasta biasanya

mendominasi satu pekerjaan. Kasta yang besar dikenal (di India) adalah Brahmana

(pendeta), Ksatria (pahlawan), Waisa (pedagang) dan Sudra (pekerja).

b. Estate yakni bentuk stratifikasi yang lebih luwes dibanding dengan kasta dimana

mobilitas dari satu lapisan/tingkatan ke lapisan/tingkatan yang lebih tinggi masih

dimungkinkan. Estate terjadi di Eropa dan dibeberapa negara lain yang mengalami

feodalisme. Pada lapisan teratas adalah golongan pemilik tanah dan pendeta,

sedangkan pada lapisan bawah adalah petani dan para pembantu (serfs-mirip budak

belian). Estate mulai menghilang sejak revolusi industri dimana terdapat bentuk

kepemilikan lain selain tanah. Menurut Geertz3) seorang ahli antropologi bangsa

Amerika, di pulau Jawa juga terdapat satu bentuk stratifikasi yang mirip dengan

estate. Ia membagi individu kedalam tiga lapisan yang disebut: (1) Priyayi, yakni

tingkatan teratas yang umumnya masih mempunyai kaitan dengan darah biru dan

golongan tuan tanah. (2) Kiyai, yakni golongan ulama dan kaum beragama yang

taat; (3) Abangan, yakni golongan miskin (kebanyakan) terdaftar sebagai umat

Islam, tetapi tidak menjalankan beberapa rukun Islam, terutama shalat atau puasa

dibulan Ramadhan.

c. Sistem kelas, adalah bentuk stratifikasi/pelapisan atau tingkatan yang didasarkan

pada keadaan sosial ekonomi seseorang yang ditandai oleh besarnya income

(pendapatan) sebagai suatu bentuk penghargaan tertinggi atas pekerjaan atau

okupasi yang diduduki berdasarkan sistem pembagian kerja (division of labour)

yang berlaku. Faktor-faktor agama, adat/tradisi atau hukuman tidak dapat

memisahkan secara tegas batas-batas antara satu kelas dengan kelas lainnya. Oleh

karena itu masih dapat kita lihat mobilitas maupun perkawinan campur antara satu

kelas dengan kelas lainnya.

d. Sistem status, status menurut Max Weber, adalah satu bentuk pelapisan dalam

masyarakat yang didasarkan atas penghormatan. Bagi sekelompok individu yang

mendapat kehormatan untuk menduduki suatu kelompok tertentu, umumnya

3 Clifford Geertz, Agriculture Involution, california : University of California Press, 1974.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 60

Page 61: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

memiliki prestise yang sama. Mereka mempunyai gaya hidup yang sama, misalnya

berpakaian dengan model dan cara tertentu, makan jenis makanan yang sama,

menggunakan gaya bahasa sama dan harus mencapai pendidikan tertentu.

Meskipun okupasi merupakan ciri dari pada status, tetapi banyak faktor lain yang

menentukan suatu status.

C. Metode-Metode Penelitian Stratifikasi

Ada 3 (tiga) metode yang banyak dipakai dalam penelitian tentang kelas-kelas

sosial dalam masyarakat, yakni: reputasional, subyektif dan obyektif.

1. Metode Reputasional ( Reputational Method )

Metode ini dipakai oleh para peneliti dengan jalan menanyakan kedalam kelas

mana seseorang seharusnya dikelompokkan. Dalam masyarakat kecil dimana para

individu didalamnya saling mengenal dengan baik, metode ini sangat berguna.

Sebaliknya untuk penelitian stratifikasi di daerah perkotaan metode ini kurang

berguna, karena para individu di daerah-daerah perkotaan umumnya tidak saling

kenal satu sama lain.

2. Metode Subyektif ( Subjective Method )

Metode ini menggunakan pendekatan klasifikasi sendiri. Individu-individu diminta

untuk menempatkan dirinya kedalam kelas-kelas tertentu yang mereka anggap

paling cocok. Kelemahan metode ini adalah pada susunan kalimat/kata-kata untuk

alternatif pilihan lainnya. Contoh, kalau individu yang ditanya dihadapkan pada 3

alternatif pilihan: kelas atas, kelas menengah dan kelas miskin, umumnya mereka

memilih yang tengah. Bila demikian mungkin akan ada anggapan bahwa

kebanyakan responden adalah golongan menengah, padahal belum tentu demikian.

Metode ini sangat baik jika dipergunakan untuk penelitian kelas-kelas sosial di

daerah dimana penduduknya heterogen dan jumlahnya banyak.

3. Metode Obyektif ( Objective Method )

Didalam metode ini sang peneliti biasanya menggunakan metode sembarang saja,

yang penting ia mempunyai keyakinan bahwa dengan caranya sendiri itu ia dapat

mengelompokkan individu-individu kedalam kelas yang telah ditentukannya yang

mungkin didasarkan pada skala ukuran tertentu sesuai dengan kelas-kelas yang ada

dalam kenyataan. Metode ini banyak digunakan di negara-negara yang sudah maju,

seperti Amerika Serikat.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 61

Page 62: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

D. Kelas-Kelas Dalam Masyarakat Amerika Serikat

Para ahli di Amerika Serikat nampaknya telah setuju bahwa kelas-kelas disana

terdiri dari :

1. Kelas Atas ( Upper Class ) , yang ditandai oleh akumulasi kekayaan yang berpengaruh

baik dimasyarakat umum atau pada lingkungan terbatas (dikalangan usahawan,

dll.), jumlahnya sedikit, penghasilan tinggi, tingkat pendidikan tinggi dan

kekeluargaan yang stabil,

2. Kelas Menengah ( Middle Class ) , kelas menengah tumbuh sebagai akibat

berkembangnya industri-industri di Amerika Serikat. Sebab dengan pertumbuhan

industri diperlukan tenaga cakap dibidang managerial dan personal. Dan hal

tersebut sudah tentu menimbulkan pula semakin banyaknya jumlah keanggotaan

golongan menengah tersebut. Kelas menengah biasanya terbagi kedalam kelas

menengah atas (Upper-Middle Class) dan kelas menengah bawah (Lower-Middle

Class). Ciri-ciri Upper-Middle Class adalah penghasilan tinggi, tingkat pendidikan

tinggi, tingkat pengangguran rendah, sangat mementingkan tabungan dan masa

depan. Kelas menengah bawah umumnya terdiri dari pegawai kantor (selalu

berdasi) sering disebut “white collar”, pengusaha kecil, perwakilan penjualan, guru,

dll. Kelas ini hampir memiliki ciri-ciri Upper-Middle Class. Penghasilan tergolong

sedang (moderat), mementingkan tabungan dan masa depan, tingkat pendidikan

agak diatas SLA.

3. Kelas Pekerja ( Working Class )

Kelas ini umumnya terdiri dari pegawai/karyawan pabrik, sering disebut “blue

collar”, termasuk semi-skilled workers atau pegawai setengah ahli. Berpenghasilan

agak rendah, tidak dapat mengumpulkan tabungan, bagi mereka masa sekarang

yang lebih penting, berpendidikan rendah, umumnya banyak hutang (menggunakan

banyak kredit).

4. Kelas Bawah ( Lower Class )

Kelas ini merupakan lapisan terbawah dalam masyarakat USA. Kebanyakan para

penganggur yang hidup atas bantuan pemerintah melalui dana sosial yang disebut

social-securuty. Kebanyakan berpendidikan rendah bahkan banyak yang buta huruf.

Anggota kelas bawah ini, jika bekerja penghasilannya rendah yang tidak dapat

melampaui garis kemiskinan (poverty level). Tidak punya tabungan, umumnya

kondisi kesehatannya buruk.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 62

Page 63: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

CACATAN TAMBAHAN

1. Sosiologi bagian dari mata pelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar

Pengetahuan sosial merupakan seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun

dirinya, masyarakatnya, bangsanya. Dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman

masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan

datang (Fajar A., 2004).

Tujuan mata pelajaran sosiologi itu sendiri adalah untuk mengupayakan :

a. Pengembangan pengetahuan dasar kesosiologian;

b. Pengembangan kemampuan berfikir, inkuiri, pemecahan masalah,

dan keterampilan sosial;

c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan;

d. Peningkatan kemampuan berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat

yang majemuk, baik dalam sekala nasional maupun sekala internasional.

2. Fungsi dan tujuan pengajaran sosiologi di Sekolah Dasar

Mata pelajaran sosiologi di Sekolah Dasar sebagai bagian dari pengetahuan

sosial memiliki fungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan

keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam

kehidupan masyarakat, bangsa dan negara (Fajar A., 2004). Sedangkan tujuannya

mencakup dua sasaran, yaitu bersifat kognitif dan praktis. Secara kognitif pengajaran

sosiologi dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar sosiologi sehingga siswa

mampu memahami dan menelaah secara rasional komponen-komponen dari individu,

kebudayaan dan masyarakat sebagai suatu sistem. Sementara sasaran yang bersifat

praktis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku siswa

yang rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan,

situasi sosial serta berbagai masalah sosial yang ditemukan dalam kehidupan sehari-

hari. Sehingga sebagai ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan sosial masyarakat

dan aspek-aspeknya, sosiologi sangat diperlukan sesuai dengan GBPP berdasarkan

Kepmen Dikbud No. 0611U/93 tanggal 25 Februari 1993. Dengan demikian pengajaran

sosiologi memberikan pengalaman dan kesempatan kepada siswa untuk mengkaji,

menganalisis, dan membandingkan secara kritis tentang keanekaragaman budaya dalam

kaitannya dengan proses pengembangan identitas diri, kelompok, dan masyarakat

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 63

Page 64: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Indonesia (Saripudin, 1999). Dalam kaitan ini, siswa perlu dibekali dengan perspektif

kebangsaan yang bertolak dari budaya masing-masing. Perspektif yang demikian

diperlukan dalam rangka membangun sikap saling menghargai antara seorang dengan

orang lain, atau antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Sehubungan dengan

hal tersebut, ada beberapa pertanyaan mendasar yang diharapkan dapat dijawab oleh

siswa belajar sosiologi, yaitu

Bagaimana manusia mempelajari dan mewarisi tradisi budaya sendiri?

Mengapa suatu kelompok masyarakat mempunyai pola perilaku seperti yang

terlihat oleh kita?

Mengapa cara manusia memenuhi kebutuhan hidup bervariasi sesuai dengan

lingkungannya?

Apa peran pranata sosiokultural dalam kehidupan masyarakat? Bagaimana

individu-individu dipengaruhi oleh pranata sosiokultural?

Bagaimana kita menghadapi berbagai perubahan budaya yang disebabkan oleh

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi?

3. Pendekatan Pembelajaran dan Penilaian Sosiologi di Sekolah Dasar

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sosiologi adalah pendekatan

pembelajaran aktif yang dikombinasikan dengan pendekatan lingkungan meluas atau

expanding environment approach (Saripudin: 1989) dengan model pembelajaran

konstruktivisme yaitu memfungsikan guru, siswa dan sarana belajar secara sinergi,

dengan memperhatikan: (1) keseimbangan antara kognisi, keterampilan, afektif dan

keseimbangan antara deduktif dan induktif, (2) penyajian materi menggunakan ilustrasi

dan pemberian tugas secara aktif, (3) proses pembelajaran dilakukan dengan upaya

memfasilitasi tumbuhnya dinamika kelompok di dalam kelas, sehingga terwujud siswa

yang mandiri dalam belajar. Pendekatan belajar aktif dengan menggunakan model

pembelajaran konstruktivisme memiliki ciri (Porter B.& Hernacki M., 1999).

a. Pusat kegiatan belajar mengajar adalah siswa yang aktif

b. Pembelajaran dimulai dengan hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa.

c. Guru harus segera mengenali materi dan metode pembelajaran yang

membuat siswa bosan.

Sesuai dengan karakteristik mata pelajaran sosiologi, strategi pembelajaran yang

diharapkan adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa dengan pendekatan belajar

aktif, yaitu siswa menjadi pusat kegiatan belajar mengajar. Siswa dirangsang untuk

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 64

Page 65: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

bertanya dan mencari pemecahan masalah serta didorong untuk menafsirkan informasi

yang diberikan oleh guru, sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat.

4. Pengertian dan Pengorganisasian Materi Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam

kelompok (Raucek dan Warren). Sejumlah rangkaian atau sistem yang dapat

menyebabkan kelompok berstruktur, yaitu

a. Adanya sistem dari status-status para anggotanya.

b. Berlakunya nilai-nilai, norma-norma (kebudayaan) dalam

mempertahankan kehidupan kelompoknya.

c. Terdapat peranan-peranan, proses, dan pranata sosial (Abdul

Syani : 1994)

Sebagai ilmu, maka sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang

masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis

berpikir logis. Berdasarkan rumpun sosial, ilmu sosiologi memiliki kompetensi: (1)

menganalisis masyarakat sebagai sistem sosial, (2) memahami proses kejadian,

interaksi dan saling ketergantungan antara gejala alam kehidupan di muka bumi dalam

dimensi ruang dan waktu, (3) menerapkan perilaku yang rasional dalam pemanfaatan

sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup, (4) menerapkan siklus akuntansi dalam

pengelolaan keuangan, (5) menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam

kehidupan bermasyarakat (6) merekonstruksi masa lampau, memaknai masa kini, dan

memprediksi masa depan, (7) beradaptasi terhadap proses perkembangan dan

perubahan masyarakat menghadapi tantangan global.

Dengan demikian pengorganisasian materi pengajaran sosiologi berdasarkan

rumpun ilmu sosial, mencakup :

a. Sistem sosial; merupakan bahan kajian untuk memahami masyarakat sebagai

sistem sosial

b. Kebudayaan; merupakan bahan kajian untuk mengembangkan sikap

menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Perubahan masyarakat; merupakan bahan kajian untuk menentukan sikap

dan mengambil keputusan dalam beradaptasi terhadap perubahan masyarakat

dalam menghadapi tantangan global. Keterampilan sosial; merupakan sarana

dalam melakukan analisis bahan kajian yang difokuskan pada pemecahan

masalah (Saripudin : 1989)

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 65

Page 66: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan belajar kontekstual untuk

mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, sikap, dan keterampilan sosial.

Pendekatan tersebut diwujudkan antara lain melalui penggunaan metode 1) inkuiri, 2)

eksploratif, 3) pemecahan masalah. Metode-metode pembelajaran tersebut dapat

dilaksanakan secara bervariasi di dalam atau di luar kelas dengan memperhatikan

ketersediaan sumber-sumber belajar.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 66

Page 67: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Allport, Gordon W., "The Problem of Prejudice", Racial and Ethnic Relations -

Selected Readings, Bernard E.Segal (ed.), New York, Thomas Y.Crowell

Company, 1954, Hlm.5-53.

Bierstedt, Robert; The Social Order, (3rd ed.) Mc Graw-Hill, New York 1968;

Broom, Leonard, and Phillip Selznick; Sociology : A text with Adapted Readings. (4th

ed.) Harper & Row. New York 1968;

Chinoy, Ely; Society : An Introduction to Sociology. (2nd ed). Random House. New

York 1967;

Cuber, John F.; Sociology : A Synopsis of Principles, (6th ed.). Appleton-Century-

Crofts. New York 1968;

Dressler, David; Sociology: The Study of Human Interaction. Alfred A. Knopf. New

York 1968;

Geertz, Clifford, "The Inrtegrative Revolution: Primordial Sentiment and Civil Politics

in the New States", Old Societies and New States, C.Geertz (ed.), New

York, The Free Press, 1965, Hlm.105-107.

Gordon, Milton M., Assimilation in American Life, Oxford University Press, New

York, 1964.

Green, Arnold W.; Sosiology : An Analysis of Life in Modern Society. (5th ed). Mc

Graw- Hill. New York. 1968;

Horton, Paul B., and Chester L. Hunt.: Sociology (2nd ed.) Mc Graw-Hill. New York

1968;

Koentjaraningrat (ed.), Masalah-Masalah Pembangunan: Bunga Rampai Antropologi

Terapan, LP3ES, Jakarta, 1982.

Linton, Ralp (ed.), The Science of Man in the World Crisis, New York, Columbia

University Press, 1945.

Lowry, Ritchie P., and Robert P. Rankin : Sociology : The Science of Society. Charles

Scribner’s Sons. New York. 1969;

Lundberg, George A., and Clarence C. Schrag, Otto N. Larsen, William R. Catton, Jr :

Sociology (4th ed.) Harper & Row. New York. 1968;

Martin, James G and Clyde W.Franklin, Minority Group Relations, Charles E. Merrill

Publishing Company, Ohio, 1973.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 67

Page 68: BAB I - hendraprijatna68.files.wordpress.com€¦  · Web viewmenggunakan konsep-konsep Gemeinschaft yang berarti komunitas dan Gessellschaft yang diterjemahkan sebagai masyarakat

Mc Kee, James B. : Introduction to Sociology, Holt, Rinehart, and Winston. New York

1969;

Merrill, Francis E. : Society and Culture : An Introduction to Sociology. (4th ed.)

PrenticeHaal. Englewood Cliffs, New York. 1969;

Phillips, Bernard S.: Sociology : Social Structure and Change. Collier-Macmillan,

London. 1969.

Wirth, Louis, "The Problem of Minority Groups", The Science of Man in the World

Crisis, R.Linton (ed.), New York, Columbia University Press, 1945,

Hlm.347-372.

http://www.riauposonline.com/site/index2.php?option=content&task=view&id=988

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 68