bab i- vi bhayangkara

73
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai akibat dari makin majunya ilmu dan technology kedokteran serta makin meningkatnya pendidikan, penghasilan serta kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, disamping mendatangkan banyak manfaat yang ditandai dengan makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan serta status kesehatan masyarakat, ternyata juga mendatangkan banyak masalah, salah satu dari masalah yang dimaksud yang memperhatikan semua pihak adalah makin meningkatnya biaya kesehatan ( Health Cost). Mudah dipahami karena pelayanan kesehatan apalagi dikelola oleh rumah sakit adalah usaha yang padat karya, padat teknologi serta padat modal. Dalam pengaturan pengelolaan Barang Milik Negara sesuai UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta arah penyusunan pedoman pelaksanaan di bidang pengelolaan BMN, sebagai tindak lanjut dari UU No. 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, dalam pengelolaan BMN selama ini adalah belum lengkapnya data mengenai jumlah, nilai, kondisi dan status kepemilikannya,belum tersedianya database yang akurat dalam

Upload: sandri-indri

Post on 29-Jun-2015

949 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I- VI bhayangkara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai akibat dari makin majunya ilmu dan technology kedokteran serta makin

meningkatnya pendidikan, penghasilan serta kesadaran masyarakat terhadap kesehatan,

disamping mendatangkan banyak manfaat yang ditandai dengan makin meningkatnya mutu

pelayanan kesehatan serta status kesehatan masyarakat, ternyata juga mendatangkan banyak

masalah, salah satu dari masalah yang dimaksud yang memperhatikan semua pihak adalah

makin meningkatnya biaya kesehatan ( Health Cost). Mudah dipahami karena pelayanan

kesehatan apalagi dikelola oleh rumah sakit adalah usaha yang padat karya, padat teknologi

serta padat modal.

Dalam pengaturan pengelolaan Barang Milik Negara sesuai UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, serta arah penyusunan pedoman pelaksanaan di bidang pengelolaan BMN,

sebagai tindak lanjut dari UU No. 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, dalam pengelolaan BMN selama ini

adalah belum lengkapnya data mengenai jumlah, nilai, kondisi dan status

kepemilikannya,belum tersedianya database yang akurat dalam rangka penyusunan Neraca

Pemerintah pengaturan yang ada belum memadai dan terpisah-pisah kurang adanya persamaan

persepsi dalam hal pengelolaan BMN ( Atikel Direktorat Barang Milik Negara)

Rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan kesehatan mempunyai fungsi utama

penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit sehingga merupakan pelayanan paripurna.

Agar operasional rumah sakit dapat berjalan efektif dan efisien, maka diperlukan manajemen

yang baik.

1

Page 2: BAB I- VI bhayangkara

2

Salah satu faktor penunjang dalam pelayanan rumah sakit kepada masyarakat adalah Alat

kesehatan. Alat kesehatan tersebut harus dikelola dan dirawat dengan baik, agar tetap terjaga

dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga rumah sakit dapat

meminimalisasi penganggaran alat kesehatan oleh karena itu diperlukannya manajemen

logistik yang baik.

Pelaksanaan manajemen logistik terdiri dari berbagai fungsi, yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pengawasan , pengadaan, pencatatan, penyimpanan atau penggudangan,

pendistribusian, pemeliharaan dan penghapusan. Apabila diteliti dan diuraikan lebih

mendalam tentang fungsi logistik, maka jelas antara fungsi tersebut terdapat hubungan yang

saling terkait.

Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksaannya sehingga akan

sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik menuntut

adanya system monitoring, evaluasi, dan repoting yang memadai dan berfungsi sebagai

umpan balik untuk tindakan pengendalian terhadap divisi-divisi yang terjadi.

Suatu rencana harus didukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit

mendapatkan dukungan bahkan sebagainya akan berakibat tidak lancar dalam

pelaksanaannya.dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan

pencapaian tujuan (sasaran) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara pimpinan/staf,

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan

sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarah pada pencapaian tujuan

organisasi.

Fungsi pengadaan adalah proses untuk mengadakan obat dalam rangka memenuhi

kebutuhan obat di rumah sakit yang telah ditentukan dalam fungsi perencanaan. Fungsi

penyimpanan merupakan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan, pengamatan mutu secara

fisik, pengendalian peresediaan, penanganan obat hilang dan rusak akibat penanganan

sebelumnya.

Page 3: BAB I- VI bhayangkara

3

Fungsi penyimpanan sangat erat dengan pengelolaan gudang, yaitu suatu penyimpanan

barang yang mempunyai administrasi khusus, jelas batasan dan sistem pengamanannya

(Departemen Kesehatan RI, 1996).

Fungsi pemeliharaan adalah proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya

guna dan daya hasil barang melalui pencegahan yang disebabkan kerusakan fisik dan

biologis. Fungsi penghapusan adalah kegiatan pembebasan barang dari pertanggungjawaban

yang seharusnya. Penghapusan barang dilakukan apabila barang telah rusak berat serta

barang sudah berumur.

Tidak tersedianya alat kesehatan yang dibutuhkan dalam kegiatan pelayanan kesehatan

akan mempengaruhi kinerja, berupa nilai tingkat layanan untuk memfasilitaskan setiap

ruangan yang dibutuhkan menjadi menurun. Hal ini akan menyebabkan pendapatan yang

hilang akibat ketidakmampuan pelayanan kesehatan menyediakan layanan sepenuhnya.

1.2 Tujuan Kegiatan PBL-II

1.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dilaksanakan kegiatan PBL II adalah untuk memperoleh gambaran

mengenai manajemen logistik aset barang milik negara di Rumah Sakit Bhayangkara

Selapa Polri Tahun 2010.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui proses perencanaan kebutuhan logistik di Rumah Sakit Bhayangkara

Selapa Polri Tahun 2010.

2. Diketahui bagaimana proses penganggaran yang dilakukan di Rumah Sakit

Bhayangkara Selapa Polri Tahun 2010.

3. Diketahui proses pengadaan di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri Tahun 2010.

Page 4: BAB I- VI bhayangkara

4

4. Diketahui proses penyimpanan logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

Tahun 2010.

5. Diketahui proses pendistribusian logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

Tahun 2010.

6. Diketahui proses pemanfaatan dan pemeliharaan logistik di Rumah Sakit

Bhayangkara Selapa Polri Tahun 2010.

7. Diketahui proses pengendalian logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

Tahun 2010.

8. Diketahui proses penghapusan logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

Tahun 2010.

1.3. Manfaat PBL II

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Mengaplikasikan berbagai teori yang didapat di bangku kuliah serta

mengembangkan kompetensi diri dengan menggunakan metode yang relevan

untuk menganalisis situasi, mengidentifiaksi masalah dan menetapkan

alternatif pemecahan masalah.

2. Praktek Belajar Lapangan merupakan media pelatihan dan persiapan menuju

dunia kerja, sehingga penulis mampu mempersiapkan segala hal yang

berhubungan dengan dunia kerja yang akan digeluti nantinya.

3. Mendapatkan pengalaman belajar dalam tim (team work) untuk memecahkan

masalah kelompok, bertanggung jawab terhadap tugas, berdiskusi secara aktif,

brainstorming dan bersama-sama membangun kinerja kelompok dengan baik.

Page 5: BAB I- VI bhayangkara

5

4. Mendapatkan pengalaman dalam melakukan teknik pengumpulan data umum

dan data kesehatan, proses pengolahan data, melakukan analisis dan

manajemen data serta menggunakan metode sederhana dalam statistik

deskriptif.

1.3.2. Manfaat Bagi FIKes UHAMKA

1. Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan catur darma PTM

Muhammadiyah; yaitu akademik, penelitian, pengabdian masyarakat, dan Al- islam

dan Kemuhammadiyahan.

2. Terbinanya suatu jaringan kerjasama yang berkelanjutan dengan institusi tempat

PBL II dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi

akademik dengan kompetensi sumber daya manusia yang kompetensi dan

dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

3. Menjadi bahan masukan yang penting bagi tersusunnya kurikulum yang sesuai

dengan kebutuhan nyata di lapangan.

4. Mendapat keuntungan dengan melibatkan dosen dan mahasiswa dalam kegiatan

yang mencakup tiga hal, yaitu PBL, penelitian ilmiah dan pengabdian masyarakat.

5. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga

terampil dari lapangan dalam kegiatan proses pembelajaran dilapangan.

Page 6: BAB I- VI bhayangkara

6

1.3.3. Manfaat bagi Rumah Sakit

1. Memperoleh manfaat dari kompetensi mahasiswa dengan melibatkannya untuk

membantu kegiatan manajemen.

2. Dapat bekerja sama dengan tenaga dosen akademik untuk memberi asupan yang

relevan dengan kegiatan manajemen maupun operasional di Rumah Sakit tempat

dilaksanakannya PBL II.

3. Dapat memperoleh asupan yang lebih luas melalui kegiatan seminar, lokarya, dan

lain sebagainya, khususnya dalam mencari solusi masalah yang dihadapi oleh

instansi.

4 . Dapat mengembangkan kemitraan dengan Fikes UHAMKA dan institusi lain yang

terlibat dalam PBL II, baik untuk kegiatan penelitian maupun pengembangan.

Page 7: BAB I- VI bhayangkara

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi

lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2.1.1 Sifat Manajemen

a. Terdapat dimana-mana dan ada sejak manusia berusaha memenuhi kebutuhannya.

b. Bentuk manajemen terrentu untuk saat tertentu guna menyediakan sumber-sumber

ekonomi yang ada untuk dapat hidup.

c. Fungsi manajemen pada hakekatnya memilih berbagai alternatif.

d. Manajemen yang baik akan menggunakan waktu, tenaga dan modal dengan optimal

untuk mendapatkan hasil atau keuntungan maksimal. (Mia Laksmiwati, 2006)

2.1.2 Perkembangan Manajemen

a. Sebelum tahun 1800

1. Peranan dan pentingnya manajemen dalam suatu perusahaan belum pakai

2. Ada anggapan bahwa perusahaan juga sebagai manager yang professional.

b. Tahun 1841-1945 : Henry Fayol

Menurutnya manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pemberian

perintah, pengkoordinasian dan pengendalian.

c. Tahun 1885

Mempelajari metode kerja secara lebih ilmiah hingga terbit bukunya yaitu The

Principles of Scientific Management, yang isinya :

1. Semua pekerjaan dapat diobservasi dan dianalisis guna menentukan satu cara

terbaik untuk menyelesaikannya.

7

Page 8: BAB I- VI bhayangkara

8

2. Orang yang tepat untuk memangku jabatan dapat dipilih dan dilatih secara

ilmiah.

3. Kita dapat menjamin bahwa cara terbaik tersebut diikuti dengan menggaji

pemegang jabatan dengan dasar insetif yaitu menyamakan gaji dengan hasil

kerjanya.

4. Menempatkan manajer dalam perencanaan, persiapan dan pemeriksaan

pekerjaan.

d. Tahun 1930

1. Adanya depresi menyebabkan dasar-dasar manajemen diterapkan secara luas.

2. Dalam perkembangannyadibutuhkan manajemen pada semua tingkatan, sehinnga

diperlukan tenaga ahli dalam bidang manajemen. Hal ini membuka peluang bagi

universitas, lemabaga dan sekolah tinggi untuk menyelenggarakan perkuliahan

atau lokakarya dan sebagainya. (Mia Laksmiwati, 2006)

2.2 Fungsi Manajemen

1. Manajemen adalah fungsi manajemen adalah semua kegiatan yang dilakukan manajer.

Kegiatan tersebut bermacam-macam tergantung jenis perusahaan, produk, kebijaksaan

dan lain-lain. Meskipun demikian tugas manajer ada persamaanya yaitu :

a. Menetapkan tujuan baik yang belum maupun yang khusus

b. Menetapkan kebijaksaan kegiatan

c. Merencanakaan kegiatan untuk mencapai tujuan

d. Mengorganisir fungsi-fungsi perusahaan

e. Memanfatkan sumber-sumber ekonomi

f. Melakukan pengendalian

2. Perencanaan : pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang

dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai

dengan mempertimbangkan kondisi diwaktu yang akan datang.

Jadi perencanaan merupakan :

a. Pedoman dalam mencapai tujuan

b. Fungsi manajemen yang pertama-tama harus dilakukan

Page 9: BAB I- VI bhayangkara

9

c. Proses yang tidak akan berakhir bila telah ditetapkan

d. Suatu yang “harus dibuat” bukan “sebaiknya dibuat”

1) Lingkup perencanaan meliputi persoalan-persoalan :

a. Apa yang akan dilakukan

b. Bagaimana melakukan

c. Kapan akan dilakukan

d. Di mana akan dilakukan

e. Mengapa melakukan

f. Siapa yang akan melakukan

2) Batasan perencanaan

a. Meramalkan : tentukan arah perusahaan akan menuju ke mana

b. Menentukan tujuan : tentukan hasil terakhir yang diinginkan

c. Merumuskan strategi : putusan bagaimana dan kapan hasil pencapaian

d. Menyusun laporan : tetapkan prioritas, urutan dan jadwal tindakan

e. Menyusun anggaran : alokasikan sumber ekonomi

f. Menetapakan prosedur : bakukan cara kerja

g. Merumuskan kebijakan : buatlah pedoman pelaksanaan tugas-tugas

3) Manfaat perencanaan

1. Merupakan petunjuk untuk bertindak

2. Merupakan media pengawasan

3. Membantu manajer mengantisipasi masalah potensial

4. Mengurangi kemungkinan adanya kesalahan

5. Menghemat biaya, waktu dan tenaga

4) Sisi negatifnya perencanaan

a. Untuk membuat rencana kadang dibutuhkan waktu, dana dan tenaga yang tidak

sedikit. Sehingga banyak perusahaan tidak meembut rencana, apalagi jika

perusahaan tersebut membutuhkan keuntungan yang tidak sedikit. Mereka

beranggapan tanpa rencanapun sudah mendapatkan keuntungan.

b. Kadang manajer hanya berkonsentrasi pada tujuan yang sudah pasti dapat

dicapai dengan kata lain ia takut gagal sehingga ia menghindari peluang yang

Page 10: BAB I- VI bhayangkara

10

sebenarnya potensial tetapi mengandung resiko, sehingga terkadang kurang

tergali daya juang, kreativitas dan profesionalismenya.

5) Penyusunan rencana

a. Menetapakan tujuan

b. Menyusun anggapan

c. Menentukan berbagai alternatif tindakan

6) Mengambil keputusan

a. Pengambilan keputusan harus bersifat rasional, baik dan tepat waktu

b. Proses pengambilan keputusan yaitu

1. Menetapakan masalah

2. Menemukan faktor-faktor yang penting dalam msalah tersebut yang dapat

digunakan ntuk memecah masalah

3. Meneliti informasi untuk menemukan hubungan sebab akibat

4. Mengidentifikasi dan menyusun daftar berbagai kemungkinan pemecahan

masalah

5. Menyelidiki dan menilai setiap kemungkinan pemecahan masalah

6. Memilih pemecahaan yang paling baik

7. Melaksanakan keputusan

7) Menyusun rencana pendukung

Setelah diputuskan rencana yang akan dilaksanakan selanjutnya dibuat pula rencana

atau langkah guna mendukung pencapaian rencana induk.

3. Pengorganisasian

a. Pengorganisasian adalah suatu usaha menyusun komponen-komponen

pokokorganisasi yaitu personalia, fungsi dan faktor-faktor fisik sedemikian rupa

sehingga dapat dipakai sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

4. Pengarahan

a. Pengarahan adalah aspek hubungan manusiawi dalam pimpinan yang mengikat para

bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektifitas

dan efisien untuk mencapai tujuan..

b. Prinsip :

Page 11: BAB I- VI bhayangkara

11

1. Mengarah pada tujuan

2. Keharmonisan dengan tujuan

3. Kesatuan komando

c. Cara- cara pengarahan

1) Orientasi

2) Perintah

3) Delegasi wewenang

5. Pengkoordinasian

Suatu proses pengintegrasian, sasaran dan kegiatan-kegiatan yang terpisah dalam rangka

mencapai tujuan secara efisien. Tanpa koordinasi individu, dan bagian atau divisi akan

kehilangan pedoman atas peran mereka dalam organisasi.

Syarat agar koordinasi dapat berjalan dengan baik :

a. Organisasi yang sederhana dengan system dan prosedur yang jelas

b. Sistem komunikasi yang baik

c. Umpan balik secara formal maupun informal

6. Pengendalian

Untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dengan membandingkan dengan standar atau

rencana serta dapat melakukan perbaikan jika terjadi penyimpangan. Pengendalian perlu

dilakukan ada setiap tahap agar segera dapat diketahui gejala penyimpangan sehingga

tindakan korektif atau tindakan preventif dapat dilakukan. Jadi pengendalian disini adalah

suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi perusahaan dapat tercapai sesuai

dengan yang telah ditentukan. (Mia Laksmiwati, 2006)

2.3 Pengertian Logistik

Proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang,

suku cadang dan barang jadi dari supplier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada

para pelanggan. (Lukas Dwi Antara dan Rumsari Hadi Sumarto, 2005)

Page 12: BAB I- VI bhayangkara

12

2.3.1 Tujuan Logistik

Menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang

tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi di

mana ia dibutuhkan dan dengan total biaya yang rendah. (Lukas Dwi Antara dan

Rumsari Hadi Sumarto, 2005)

2.3.2 Perencanaan Logistik

Perencanaan merupakan kegiatan pemikiran, penelitian, perhitungan dan

perumusan tindakan-tindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang, baik

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional dalam pengelolaan logistik,

penggunaan logistik, pengorganisasian maupu pengendalian logistik.

2.3.3 Pengawasan Logistik

Pengawasan merupakan setiap upaya untuk menjaga pelaksanaan setiap tindakan

dan kegiatan dalam pengelolaan logistik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,

baik berkaitan dengan pemakaian atau penggunaan logistik, proses maupun hasil atau

keluaran (output) pengelolaan logistik. (Lukas Dwi Antara dan Rumsari Hadi

Sumarto, 2005)

2.3.4 Pengadaan Logistik

Pengadaan merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan logistik sesuai

dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun

tempat dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. (Richardus Eko

Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2003)

2.3.4.1 Cara-Cara Pengadaan

1. Membeli

Membeli merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan jalan

organisasi membayar sejumlah uang tertentu kepada penjual atau supplier

Page 13: BAB I- VI bhayangkara

13

untuk mendapatkan sejumlah logistik sesuai dengan kesepakatan kedua

belah pihak.

2. Meminjam

Meminjam merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik yang diperoleh

dari pihak lain dengan tanpa memberikan kontraprestasi (imbalan) dalam

bentuk apapun.

3. Menyewa

Menyewa merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik yang diperoleh

dari pihak lain dengan memberikan kontraprestasi (imbalan) sesuai

kesepakatan kedua belah pihak.

4. Membuat Sendiri

Membuat sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan

jalan membuat sendiri yang dilakukan pleh pegawai atau suatu unit kerja

tertentu.

5. Menukarkan

Menukarkan merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan jalan

menukarkan logistik yang dimiliki dengan logistik yang dibutuhkan

organisasi dari pihak lain.

6. Subsitusi

Subsitusi merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan cara

mengganti material lain yang memiliki fungsi sama untuk memenuhi suatu

kebutuhan tertentu.

7. Pemberian atau Hadiah

Pemberian (hadiah) merupakan cara pemenuhan kebutuhan logistik dengan

menggunakan logistik yang merupakan pemberian atau hadiah dari pihak

lain.

8. Perbaikan atau Rekondisi

Perbaikan merupakan cara pemenuhan logistik dengan jalan memperbaiki

logistik yang telah mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit

logistik maupun dengan jalan penukaran instrumen yang baik diantara

Page 14: BAB I- VI bhayangkara

14

instrumen logistik yang rusak sehingga instrumen-instrumen yang baik

tersebut dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit logistik dan pada

akhirnya satu atau beberapa unit logistik tersebut dapat dioperasikan dan

kebutuhan logistik dapat dipenuhi.

2.3.4.2 Sistem Pengadaan Logistik

1. Sistem Sentralisasi

Kewenangan pengadaan logistik bagi seluruh unit kerja dalam organisasi

diberikan pada suatu unit kerja tertentu.

Kelebihan :

a. Dapat mengurangi harga persatuan.

b. Dapat mengurangi biaya tambahan.

c. Dapat mendukung program standarisasi dan pertukaran antar bagian

Kekurangan :

a. Kebutuhan mendesak tidak dapat dilayani

b. Pemenuhan kebutuhan logistik tidak sesuai kebutuhan

2. Sistem Desentralisasi

Kewenangan pengadaan logistik bagi seluruh unit kerja dalam organisasi

diberikan pada masing-masing unit kerja.

Kelebihan :

a. Kebutuhan akan cepat terpenuhi.

b. Ketepatan pembelian logistik

Kekurangan :

a. Menimbulkan tertumpuknya barang-barang.

b. Terdapat bermacam-macam bentuk, tipe, ukuran logistik.

c. Biaya persatuan lebih besar.

d. Biaya tambahan relatif lebih besar.

Page 15: BAB I- VI bhayangkara

15

3. Sistem Campuran

Logistik yang dibutuhkan oleh seluruh unit kerja atau beberapa unit kerja

pengadaan logistik dengan sistem sentralisasi dan yang bersifat khusus

untuk suatu unit kerja dilakukan dengan sistem desentralisasi. (Richardus

Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2003).

2.3.4.3 Perencanaan Pengadaan dan Penentuan Kebutuhan

Dalam upaya menentukan dan menetapkan kebutuhan logistik, ada beberapa

faktor yang harus senantiasa diperhatikan dan dipertimbangkan, antara lain :

1. Faktor Fungsional

2. Faktor Biaya dan Manfaat

3. Faktor Anggaran

4. Faktor keamanan dan Kewibawaan (Prestise)

5. Faktor Standardisasi dan Normalisasi

2.3.4.4 Pengadaan Logistik dengan Cara Pembelian

1. Tujuan atau Orientasi Pembelian

2. Siklus Pembelian dan Pengelolaan Administrasi

2.3.5 Pencatatan Logistik

2.3.5.1. Pengertian dan Manfaat Inventarisasi Logistik

Inventarisasi logistik merupakan kegiatan untuk memperolah data atas

seluruh logistik yang dimiliki atau dikuasai atau diurus oleh organisasi, baik

yang diperoleh dari usaha pembuatan sendiri, pembelian,pertukaran, hadiah,

maupun hibah, baik berkaitan dengan jenis dan sfesifikasinya, jumlah, sumber,

waktu pengadaan, harga, tempat, dan kondisi, serta perubahan-perubahan yang

terjadi guna mendukung proses pengendalian dan pengawasan logistik, serta

Page 16: BAB I- VI bhayangkara

16

mendukung efektivitas dan efisien dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.

(Lukas Dwi Antara dan Rumsari Hadi Sumarto, 2005)

Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya

inventarisasi logistik secara baik, yaitu sebagai berikut :

1) Memberikan informasi atau keterangan bagi yang membacanya

2) Menjamin keamanan logistik

3) Memberikan masukan untuk pengambilan keputusan dalam manajemen

logistik

4) Sebagai alat pertanggungjawaban

2.3.5.2 Teknik Inventarisasi Barang dengan Kartu Barang

Yang dimaksud teknik inventarisasi barang dengan kartu barang adalah

cara pencatatan ( logistik ) dengan menggunakan kartu barang. Sementara itu,

kartu barang adalah suatu lembaran atau formulir yang berisi informasi suatu

barang dan secara fisik dibuat dari kertas yang relative tebal. Kartu barang

sendiri dapat dibedakan atas kartu barang untuk barang habis pakai dan kartu

barang untuk barang tahan lama.

1. Teknik inventarisasi untuk barang habis pakai

Beberapa ketentuan inventarisasi barang habis pakai diantaranya :

a. Setiap satu jenis barang dibuatkan satu barang kartu

b. Kartu barang di simpan dalam kotak atau file khusus, dan diurutkan

secara alfabetis sesuai dengan nama barang

c. Setiap ada perubahan jumlah logistik, baik karena adanya pemasukan

barang maupun pengeluaran barang harus secepatnya dicatat

d. Setiap kartu barang harus dapat menunjukkan persediaan barang pada

saat itu

Page 17: BAB I- VI bhayangkara

17

e. Untuk unit pemakai barang, setiap ada pemasukan barang harus disertai

bukti penerimaan barang yang berupa Bon Pengeluaran Barang atau

Surat Penyerahan Barang atau Bon Gudang

f. Untuk unit penggudangan dan atau distribusi, setiap ada pemasukan

barang harus disertai bukti pemasukan barang yang dapat berupa kuitansi,

nota, surat pengantar barang, tanda terima, ataupun berita acara

penyerahan atau serah terima barang, di sampaing itu, penting dicatat,

atas tanggal masuk barang, sumber, jumlah, dan total persediaan barang

g. Setiap bukti pemasukan barang maupun bukti pengeluaran barang harus

di beri nomor kode bukti yang diurutkan berdasarkan urutan kronologis

transaksi maupun pengeluaran barang guna mempermudah untuk

pengecekan barang

h. Bukti-bukti pemasukan barang disimpan dalam satu tempat atau map

khusus yang berisi bukti-bukti penerimaan logistik

i. Bukti-bukti pengeluaran barang harus disimpan dalam tempat atau map

khusus yang berisi bukti-bukti pengeluaran barang

2. Teknik Inventarisasi Untuk Barang Tahan Lama

Teknik Inventarisasi untuk barang tahan lama dengan menggunakan

sistem kartu barang ditujukan untuk kepentingan pemantauan atas keamana

dan keselamatan barang, biaya operasional barang, dan kondisi barang.

2.3.5.3 Buku Induk Barang Inventaris, Buku Golongan Barang inventaris,

dan Daftar Inventaris Ruangan

Buku induk barang inventaris merupakan buku yang dipakai untuk

mencatat semua barang inventaris adalah nomor urut, tanggal pembukuan, kode

barang, nama barang, sfesifikasinya, barang, jumlah, nama satuan, tahun

pembuatan, asal barang, tanggal penyerahan, keadaan barang, harga, dan

keterangan lain.

Page 18: BAB I- VI bhayangkara

18

Kegiatan pencatatan ini merupakan kelanjutan dari proses pengadaan

logistik. Dalam kegiatan pencatatan barang inventaris ini harus disertakan bukti-

bukti pengadaan logistik yang dapat berupa kuitansi, nota, faktur, atau surat

pengantar barang, tanda terima, ataupun berita acara serah terima barang.

2.3.6 Penggudangan Logistik

2.3.6.1 Pengertian dan pedoman Penggudangan Logistik

Penggudangan merupakan serangkaian kegiatan pengurusan dalam

penyimpanan logistik mulai dari kegiatan penerimaan, pencatatan, pemasukan,

penyimpanan, pengaturan, pembukuan, pemeliharaan, pengeluaran, dan

pendistribusian sampai dengan kegiatan pertanggungjawaban pengelolaan

gudang (pembuatan laporan-laporan) dengan tujuan mendukung kontinuitas

kerja unit kerja, sekaligus mendukung efektivitas dan efisien organsasi secara

keseluruhan.

Pedoman untuk melakukan kegiatan penggudangan, diantaranya:

1. Menjaga kelancaran penerimaan dan pengeluaran logistik

2. Menjaga ketertiban administrasi penggudangan, baik untuk menjamin

keamanan barang maupun menyediakan peranti pertanggung jawaban

pengelolaan penggudangan

3. Melakukan penyimpanan logistik secara tepat sehingga logistik yang ada

mudah di cek, ditemukan, dan diambil

4. Melakukan pengaturan barang secara tepat sehingga mampu menjamin

keamanan dan keselamatan barang, petugas gudang maupun pihak-pihak

yang berkepentingan

Page 19: BAB I- VI bhayangkara

19

5. Melakukan perawatan barang dengan baik sehingga barang dalam gudang

tidak sekadar sebagai barang persediaan, tetapi juga barang yang siap pakai

(ready for use) (Lukas Dwi Antara dan Rumsari Hadi Sumarto, 2005)

2.3.6.2 Kesalahan Umum dalam Penggudangan Logistik

Beberapa kesalahan umum dalam pengelolaan penggudagan, diantaranya :

1. Memperlakukan, memanfaatkan dan memfungsikan gudang sebagai “bak

sampah” sehingga logistik yang rusak, logistik yang tidak atau akan terpakai,

logistik persediaan, kardus-kardus dan kertas-kertas yang siap dijual secara

campur aduk semuanya dimasukkan ke dalam gudang

2. Sering kegiatan penggudangan ditangani ala kadarnya, tanpa perencanaan

yang baik, baik berkaiatan dngan tata cara, prosedur, maupun pengelolaan

administratifnya

3. Tidak diketahui jumlah persediaan logistik secara tepat karena tidak tertibnya

pencatatan dan distribusi logistik bagian gudang

4. Banyaknya logistik yang kadaluarsa karena kesalahan dalam pengeluaran

logistik

5. Banyaknya kerusakan logistik yang hilang, baik sebelum logistik masuk

gudang maupun setelah masuk gudang, baik karena ketidak profesionalan

petugas gudang maupun penyelewengan petugas gudang, baik secara

individual maupun bersama-sama dengan pihak lain

6. Lamanya pelayanan bagian penggudangan dalam distribusi logistik, baik

yang disebabkan ketidakprofesionalan petugas gudang, kesalahan dalam

penempatan dan perancangan tata ruang gudang yang ada, maupun sistem

distribusi logistik yang tidak tepat

Page 20: BAB I- VI bhayangkara

20

2.3.6.3 Macam-Macam Gudang

Gudang merupakan bangunan yang memiliki tiga dimensi (panjang,

lebar, dan tinggi ), memiliki dinding dan atap, hanya petugas gudang yang boleh

masuk keluar gudang hanya untuk menyimpan logistik (barang).

Dilihat secara fisik gudang di bedakan kedalam dua bagian, diantaranya :

1. Gudang terbuka sering dibedakan atas gudang terbuka yang tidak diolah dan

gudang terbuka diolah. Gudang terbuka tidak diolah berupa suatu lapangan

terbuka, yang permukaannya hanya diartikan tanpa diperkeras.

Penggudangan gudang semacam ini tidak memakan biaya yang besar dalam

pemeliharaannya diperuntukkan hanya untuk logistik yang tidak terpengaruh

oleh perubahan cuaca atau hanya untuk penyimpanan yang sifatnya

sementara

2. Gudang semi tertutup atau sering disebut dengan istilah lumbung merupakan

bangunan yang beratap tanpa dinding-dinding ujung yang lengkap, dan

diperuntukkan untuk menyimpan logistik yang memerlukan pertukaran udara

maksimum serta tidak memerlukan perlindungan lengkap terhadap udara

Dilihat berdasarkan fungsi gudang dibedakan ke dalam dua bagian, diantaranya:

1. Dengan mendasarkan pembedaan fungsional, antara lain gudang operasional,

gudang perlengkapan, gudang pemberangkatan, dan gudang musiman

2. Dengan mendasarkan pembedaan barang-barabg, antara lain gudang alat

tulis, gudang alat medis, gudang BBM, gudang tenun, gudang alat rumah

tangga, gudang teknik, maupun gudang barang rongsokan

2.3.6.4 Tata Ruang Gudang

1. Asas Jarak Terpendek

Page 21: BAB I- VI bhayangkara

21

Ruangan seyogianya bisa dipergunakan sebaik mungkin sehingga

pelaksanaan kegiatan pengaturan barang dalam gudang dapat melewati jarak

yang sependek mungkin

2. Asas Mengalirnya Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pengaturan barang diusahakan dengan urutan yang

teratur dari satu tempat ke tempat yang lain dengan berurutan, baik dengan

metode FIFO ( First In Firs Out ) yaitu pengaturan barang yang lebih dahulu

masuk gudang, harus dikeluarkan pada urutan pertama pila atau metode

LIFO ( Last In First Out ) yakni pengaturan barang yang terakhir masuk

dalam gudang tetapi pertama kali dikeluarkan dari gudang

3. Asas Memudahkan Pengawasan

Penataan ruangan haruslah dapat membantu mempermudah pengawasan

atas pelaksanaan pengeturan barang

4. Asas Fleksibilitas Ruangan

Penataan barang dalam gudang diusahakan sedemikian rupa sehingga bila

ada gangguan ruangan akan mudah disesuaikan dengan kebutuhan

5. Asas Kemudahan Berhubungan Dengan luar

Penataan barang-barang yang frekuensinya sering dipakai

seyogyanya diletakkan ditempat yang langsung berhubungan dengan pihak

luar

2.3.6.5 Administrasi Penggudangan

Dalam kegiatan penggudangan harus ada Buku Penerimaan

Gudang, Buku Pengeluaran Gudang, Kartu Persediaan/stock, Bon

Permintaan Barang, dan Surat Penyerahan Barang.

1) Buku Penerimaan Gudang

Page 22: BAB I- VI bhayangkara

22

Buku penerimaan gudang merupakan buku yang terdiri dari lembaran-

lembaran yang memuat informasi berkaitan dengan penerimaan logistik

yang meliputi jenis dan spesifikasi logistik, tanggal penerimaan,

jumlah, nilai logistik yang meliputi harga persatuan dan jumlah total,

dan asal barang

2) Buku Pengeluaran Gudang

Buku pengeluaran gudang merupakan buku yang terdiri atas lembaran-

lembaran yang memuat informasi berkaitan dengan pengeluaran

logistik yang meliputi jenis dan spesifikasi logistik, tanggal

pengeluaran, jumlah pengeluaran logistik, dan penerima logistik

3) Kartu Persediaan atau stock

Kartu persediaan barang merupakan formulir atau lembaran untuk

mencatat perubahan-perubahan jumlah persediaan logistik karena

adanya pemasukan dan pengeluaran logistik. Adapun informasi yang

harus tertuang dan tertulis dalam kartu persediaan logistik meliputi

jenis dan spesifikasi logistik, tanggal pemasukan atau pengeluaran

logistik, kode nomor surat bukti pemasukan atau pengeluaran, asal atau

tujuan logistik, jumlah pemasukan atau pengeluaran, dan jumlah sisa

(persediaan logistik )

4) Bon Permintaan Barang

Bon permintaan barang merupakan lembaran atau formulir permintaan

kebutuhan logistik dari setiap unit kerja dalam organisasi berkaitan

dengan jenis dan spesifikasi logistik serta jumlah logistik yang

ditujukan kepada bagian gudang

5) Surat Penyerahan barang

Page 23: BAB I- VI bhayangkara

23

Surat penyerahan barang merupakan surat bukti pengeluaran atau

penyerahan barang dengan jenis dan spesifikasi tertentu serta jumlah

tertentu oleh bagian gudang kepada unit kerja tertentu pada waktu

tertentu. Surat penyerahan barang baru dinyatakan sah apabila

ditandatangani oleh :

1) Yang menyetujui

2) Yang menyerahkan

3) Yang menerima barang

2.3.7 Pendistribusian Logistik

2.3.7.1 Pengertian Distribusi Logistik

Distribusi logistik merupakan kegiatan dan usaha pengurusan dalam

penyelenggaraan penyaluran dan penyampaian kebutuhan logistik kepada unit-

unit kerja yang membutuhkan. Kegiatan distribusi logistik pada dasarnya

merupakan kelanjutan dari proses penyimpanan atau penggudangan logistik,

ataupun secara empirik merupakan satu bagian dari kegiatan penggudangan

logistik itu sendiri. (Lukas Dwi Antara dan Rumsari Hadi Sumarto, 2005)

2.3.7.2 Asas-Asas Penyaluran Logistik

1) Ketepatan jenis dan sfesifikasi logistik yang disampaikan

2) Ketepatan nilai logistik yang dismpaikan

3) Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan

4) Ketepatan waktu penyampaian

5) Ketepatan tempat penyampaian

6) Ketepatan kondisi logistik yang disampaikan

Page 24: BAB I- VI bhayangkara

24

2.3.8 Pemeliharaan Logistik

2.3.8.1 Arti Penting dan Tujuan Pemeliharaan Logistik

Pemeliharaan logistik adalah setiap kegiatan untuk mempertahankan

kondisi teknis, daya guna, dan daya hasil logistik, baik usaha yang bersifat

preventif maupun represif sehingga sehingga setiap logistik yang ada senantiasa

merupakan logistik yang siap pakai dan umur pemakaian logistik mencapai

batas waktu

Tujuan pemeliharaan logistik adalah menjamin setiap logistik yang ada

tetap mampu berfungsi sebagaimana mestinya sewaktu logistik tersebut

dibutuhkan sehingga kegiatan-kegiatan dalam organisasi tidak mengalami

hambatan maupun stagnasi.

2.3.8.2 Cara pemeliharaan Logistik

Secara umum, cara pemeliharaan atau perawatan logistik dapat dibedakan

atas cara perawatan preventif ( pencegahan ) dan cara perawatan represif.

Perawatan preventif merupakan cara perawatan logistik sebelum logistik

mengalami kerusakan. Sementara perawatan represif merupakan cara perawatan

logistik setelah logistik mengalami kerusakan.

2.3.9 Penghapusan Logistik

2.3.9.1 Pengertian Penghapusan logistik

Penghapusan logistik merupakan kegiatan pembebasan barang dari

pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional, penghapusan logistik

merupakan pengakhiran fungsi logistik dengan pertimbangan-pertimbangan dan

argumentasi-argumentasi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.

Page 25: BAB I- VI bhayangkara

25

2.3.9.2 Beberapa Kriteria Untuk Penghapusan logistik

1) Logistik yang akan dihapus sudah sangat tua dan rusak

2) Logistik yang sudah ketinggalan zaman ( out of date )

3) Logistik yang berlebihan

4) Logistik yang hilang

2.3.9.3 Cara-cara Penghapusan Logistik

a. Dijual atau dilelang

b. Ditukarkan dengan logistik lain yang dibutuhkan oleh institusi

c. Dipindahkan

d. Dihibahkan

e. Pemanfaatan kembali ( recyle )

f. Dimusnakan

2.3.10 Pengertian Barang Milik Negara

Yang dimaksud BMN sesuai dengan pasal 1 butir 10 UU No 1 Tahun 2004 adalah

semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah. BMN dimaksud dapat berada di semua tempat, tidak terbatas hanya

yang ada pada kementerian/lembaga, namun juga yang berada pada Perusahaan Negara

dan BHMN atau bentuk-bentuk kelembagaan lainnya yang belum ditetapkan statusnya

menjadi kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan terhadap BMN yang statusnya

sudah ditetapkan menjadi kekayaan Negara yang dipisahkan diatur secara terpisah dari

ketentuan ini.

Barang Milik Negara memiliki fungsi yang sangat strategis dalam

penyelenggaraan pemerintahan tetapi dalam pelaksanaan pengelolaanya sarat dengan

potensi konflik kepentingan. Gambaran umum pengelolaan BMN selama ini adalah:

Page 26: BAB I- VI bhayangkara

26

1. Belum lengkapnya data mengenai jumlah, nilai, kondisi dan status kepemilikannya

2. Belum tersedianya database yang akurat dalam rangka penyusunan Neraca Pemerintah.

3. Pengaturan yang ada belum memadai dan terpisah-pisah.

4. Kurang adanya persamaan persepsi dalam hal pengelolaan BMN.( Atikel Direktorat

Barang Milik Negara)

2.3.10.1 Pengelolaan Barang Milik Negara

Undang-undang No. 1 Tahun 2004 mengamanatkan pengelolaan BMN dituangkan dalam

bentuk Peraturan Pemerintah. Adapun pokok-pokok pengaturan pengelolaan BMN sesuai

Undang-undang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya pemisahan peran antara pengelola dan pengguna (pasal 42, 43, dan 44 UU No.

1/2004), yang selanjutnya perlu pengaturan yang jelas mengenai hak dan kewajiban

antara pengelola dan pengguna;

2. Barang Milik Negara yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan

negara/daerah tidak dapat dipindahkan (Pasal 45 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004). Dengan

demikian, pemanfaatan BMN oleh pengguna diarahkan untuk penyelenggaraan Tupoksi

masing-masing.

3. Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara dijual,

dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah setelah mendapat

persetujuan DPR (Pasal 45 ayat (2) UU No. 1 Tahun 2004).

4. Persetujuan DPR sebagaimana dimaksud pada butir 3 di atas adalah untuk

pemindahtanganan BMN yang berupa tanah dan bangunan, dengan beberapa

pengecualian.

Page 27: BAB I- VI bhayangkara

27

5. Penjualan BMN prinsipnya dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu

yang pengaturan lebih lanjut diatur dalam peraturan pemerintah (Pasal 48 UU No. 1

Tahun 2004).

6. BMN yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat harus disertifikatkan atas nama

pemerintah Republik Indonesia yang bersangkutan (Pasal 49 ayat (1) UU No. 1 Tahun

2004). Yang perlu diatur lebih lanjut adalah apakah sertifikasi tanah tersebut atas nama

Pemerintah RI atau atas nama Pemerintah RI c.q Menteri Keuangan atau atas nama

Pemerintah RI c.q. instansi/ kementerian/lembaga pengguna , karena masing-masing

alternatif memiliki implikasi yang berbeda. Demikian juga untuk sertifikasi tanah-tanah

pemerintah daerah. Dalam kaitannya dengan sertifikasi tanah dalam penjelasan pasal 49

ayat (1) UU No. 1/2004 diamanatkan perlunya pengaturan pelaksanaan oleh Menteri

Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara berkoordinasi dengan lembaga yang

bertanggungjawab di bidang pertanahan;

7. Bangunan Milik Negara harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan

ditatausahakan dengan tertib (Pasal 49 ayat (2) UU No. 1/2004).

8. Khusus untuk tanah dan bangunan (pasal 49 ayat (3)) apabila tidak dimanfaatkan untuk

menunjang Tupoksi wajib diserahkan kepada Menteri Keuangan.

9. BMN dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan

kepada pemerintah pusat atau pemerintah daerah, dilarang digadaikan atau dijadikan

jaminan untuk mendapatkan pinjaman, dan dilarang untuk dilakukan penyitaan (Pasal 49

ayat (4) dan (5) serta pasal 50 huruf c dan d UU No. 1 Tahun 2004).

10. Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi pengelolaan BMN diatur dengan

peraturan pemerintah (Pasal 49 ayat (6) UU No. 1 Tahun 2004). ( Atikel Direktorat

Barang Milik Negara)

2.3.10.2Landasan Pemikiran Pengelolaan BMN

Landasan-landasan pemikiran yang digunakan dalam pengaturan pengelolaan BMN meliputi:

Page 28: BAB I- VI bhayangkara

28

1. Landasan Filosofi

Hakekat BMN merupakan salah satu unsur penting penyelenggaraan pemerintahan dalam

kerangka NKRI untuk mencapai cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara sebagaimana

diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, pengelolaan BMN perlu dilakukan

dengan mendasarkan pada perturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin

tercapainya cita-cita dan tujuan dimaksud.

2. Landasan Operasional

Landasan Operasional Pengelolaan BMN lebih berkaitan dengan kewenangan institusi atau

Lembaga Pengelola/Pengguna Barang milik negara, yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

Pengelolaan Kekayaan Negara yang bersumber pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 adalah

Negara adalah badan penguasa atas barang negara dengan hak menguasai dan bertujuan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Instansi pengelolanya adalah instansi

pemerintah departemen/LPND yang diberikan wewenang untuk itu. Tanah oleh Badan

Pertanahan Nasional, Tambang oleh Departemen Sumber Daya Mineral dan Energi, laut

dan kekayaannya oleh Departemen Kelautan dan sebagainya. Pengaturan atas

pengelolaan barang milik negara dalam ruang lingkup ini telah diatur dalam berbagai

undang-undang.

Pengelolaan Barang milik negara yang bersumber pada pasal 23 UUD 1945 adalah

Negara sebagai Pemerintah Republik Indonesia yang dapat memiliki barang atau sesuatu

sebagai aset kekayaan pemerintah dengan tujuan untuk menjalankan roda pemerintahan.

Instansi pengelola adalah Presiden yang didelegasikan kepada Menteri Keuangan dan

instansi pengguna adalah kementerian negara/lembaga.

Page 29: BAB I- VI bhayangkara

29

3. Landasan Yuridis

Acuan dasar dalam pengelolaan BMN tertuang dalam UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No 1

Tahun 2004, khususnya Bab VII dan Bab VIII pasal 42 s/d pasal 50. Untuk itu seluruh Peraturan

Perundang-undangan yang ada perlu dikaji kembali termasuk penerapannya untuk disesuaikan

dengan acuan trsebut di atas.

4. Landasan Sosiologis

Rasa ikut memiliki ( sense of bilonging ) masyarakat terhadap BMN merupakan wujud

kepercayaan kepada pemerintah yang antara lain diwujudkan dalam bentuk keterlibatannya

dalam merawat dan mengamankan BMN dengan baik. Namun, masih ditemui adanya pandangan

sebagian anggota masyarakat bahwa BMN adalah milik rakyat secara bersama, yang diwujudkan

adanya usaha-usaha untuk memanfaatkan dan memiliki BMN tanpa memperhatikan kaidah-

kaidah hukum yang berlaku, misalnya penguasaan, penyerobotan, atau penjarahan tanah-tanah

negara. Pengaturan yang memadai mengenai pengelolaan BMN antara lain diharapkan dapat

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengamanan dan optimalisasi pendayagunaan BMN

dengan selalu mendasarkan pada kaidah-kaidah atau ketentuan yang berlaku. ( Atikel

Direktorat Barang Milik Negara)

2.3.10.3 Azas- azas Pengelolaan Barang Milik Negara

Pengelolaan BMN dilaksanakan dengan memperhatikan azas-azas sebagai berikut:

Page 30: BAB I- VI bhayangkara

30

1. Azas fungsional

Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang pengelolaan BMN

dilaksanakan oleh pengelola dan/atau pengguna BMN sesuai fungsi, wewenang, dan

tangung jawab masing-masing.

2. Azas kepastian hukum

Pengelolaan BMN harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-

undangan, serta azas kepatutan dan keadilan.

3. Azas transparansi (keterbukaan)

Penyelenggaraan pengelolaan BMN harus transparan dan membuka diri terhadap hak dan

peran serta masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar dan keikutsertaannya

dalam mengamankan BMN.

4. Efisiensi

Penggunaan BMN diarahkan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan

untuk menunjang penyelenggaraan Tupoksi pemerintahan secara optimal.

5. Akuntanbilitas publik

Setiap kegiatan pengelolaan BMN harus dapat dipertaggungjawabkan kepada rakyat

sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.

6. Kepastian nilai

Pendayagunaan BMN harus didukung adanya akurasi jumlah dan nominal BMN.

Kepastian nilai merupakan salah satu dasar dalam Penyusunan Neraca Pemerintah dan

pemindahtanganan BMN. ( Atikel Direktorat Barang Milik Negara)

Page 31: BAB I- VI bhayangkara

31

BAB III

Mekanisme Pelaksanaan Pengalaman Belajar lapangan II

3.1. Persiapan Dalam Kegiatan Yang Akan Dilakukan

a. Konsultasi dengan pembimbing akademik

b. Penentuan tempat atau institusi pelaksanaan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan

(PBL)

c. Pengurusan surat izin di institusi Pengalaman Belajar Lapangan ( PBL )

d. Penyusunan proposal Pengalaman Belajar Lapangan

3.2. Perencanaan Pemecahan Masalah

a. Konsultasi dengan pembimbing akademik dan lapangan.

b. Membandingkan dengan literatur dan berbagai penelitian yang telah ada.

c. Melakukan diskusi dan evaluasi kelompok.

3.3. Pelaksanaan

a. Tempat atau lokasi (PBL)

Tempat atau lokasi PBL dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa POLRI Jl.

Ciputat Raya no. 40 Keb.Lama, Jakarta Selatan 12310

b. Waktu

Page 32: BAB I- VI bhayangkara

32

Pelaksanaan kegiatan PBL dilaksanakan selama 28 hari kerja (Senin s/d Jumat).

Lama kerja 5 jam perhari.dan akan bekerja selama 20 hari atau sesuai dengan jadwal

yang telah disusun dan disetujui sebelumnya. Dan peserta wajib terlibat langsung dalam

sistem yang ada diinstansi. Secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan adalah

sebagai berikut:

a. Menempatkan diri sebagai mahasiswa yang sedang melakukan proses

pengalaman belajar lapangan, dengan tetap menjaga adab dan sopan santun,

berkenalan dengan pimpinan/ staf diinstansi termasuk memahami berbagai

prosedur tetap atau mekanisme yang berlaku didalam institusi.

b. Bekerja sesuai dengan jadwal kegiatan PBL II yang disusun oleh kelompok.

c. Mengumpulkan berbagai data primer dan sekunder dengan melakukan telaah

data yang ada dilapangan.

d. Menulis laporan kegiatan dalam buku laporan khusus dengan bimbingan

pembimbing lapangan.

3031

Page 33: BAB I- VI bhayangkara

33

BAB IV

Hasil Pelaksanaan Pengalaman Belajar Lapangan II

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Bhyangkara Selapa Polri

Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri terletak di Jl. Ciputat Raya no 40, Kebayoran

Lama, Jakarta Selatan. Dibangun di dalam komplek selapa lemdiklat diatas tanah seluas kurang

lebih 100.000m2 dengan konsep desain bernuansa modern. Rumah sakit Bhayangkara Selapa

Polri sebelumnya adalah poliklinik selapa yang secara berangsur-angsur dipersiapkan menjadi

rumah sakit selapa di lingkungan kepolisian Negara Republik Indonesia. Rumah sakit

Bhayangkara Selapa Pori memulai kegiatan oprasionalnya pada tahun 1980 dari sebuah

poliklinik sekpol yang dipimpin oleh kapten Dr.Tanti (almh).

Pada tahun 2006, sesuai keputusan kapolri no Pol:Kep/I/II/2006,tgl 9 Februari 2006 tentang

pembentukan Rs Bhayangkara Tk IV di lingkungan kepolisian Negara RI maka poliklinik selapa

polri ditetakan menjadi rumah sakit Bbhayangkara selapa Polri, dengan dikeluarkannya Sk

Poliklinik Selapa Polri mempersiapkan segala sesuatunya menjadi rumah sakit, maka dengan

keluarnya KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROPINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA no:B/2121/IX/2006/Pusdokes,tgl 26 September 2006 maka secara legal

mendapat izin beroprasinya Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri di Jakarta Selatan, yang

pada saat itu dipimpin oleh Dr.Maringan Simanjuntak, MN, MARS.

Pada tanggal 26 Juni 2007 atas prakarsa Kaselapa Polri Brigadir Jendral polisi Drs.Budi

Gunawan SH,Msi di bangun RS Bhayangkara Selapa Polri dua lantai, Dp.Ismail Affandy selaku

pemberi hibah merenovasi bangunan beserta sarananya ang diharapkan dapat mendukung

Page 34: BAB I- VI bhayangkara

34

peningkatan kualitas penyelngaraan pendidian selapa polri khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

Oktober 2008 pimpinan Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri Kompol Dr.Sumidi.Sp B

menyerah tugaaskan kepada Kompol Drg.B.Dewanti,Mm. Dibawah pimpinan

Drg.B.Dewanti,Mm dilanjutkan peningkatan pengelolaan dan peningkatan mutu pelayanan

Rumah sakit dengan bertahap dalam berbagai aspek, nilai ketenagaan, sarana prasarana, sampai

dengan keuangan. Pelayanan kesehatan yang ada sampai saat ini adalah Instalasi Gawat Darurat,

klinik spesialis, anak, bedah, penyakit dalam, kulit dan estetika,uit narkkoba, gigi mulut,

ortodontik serta pelayanan penunjang kesehatan. (Profil Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri, 2009)

4.1.2 Keadaan Geografis

Rumah sakit Bhayangkara Selapa Polri berlokasi di Jl. Ciputat Raya no. 40 Keb. Lama,

Jakarta Selatan 12310. Batas wilayah Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri sebelah timur

berbatasan dengan kompleks perumahan pekerjaan umum, sebelah utara berbatasan dengan JL

pondok pinang, sebelah selatan berbatasan dengan perumahan cirendeu dan sebelah barat

berbatasan dengan bintaro pesanggrahan.

4.1.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri

Bagan atau struktur organisasi RS Bhayangkara selapa polri dibuat agar menjadi suatu kerangka

yang digunakan untuk menunjukan jenjang kekuasaan (level of authority) dan area

pertanggungjawaban (Rensponsibility Area) dari seluruh personil dalam Rumah Sakit

Bhayangkara selapa polri. Struktur organisasi Rumah Sakit Bhayangkara selapa polri dapat

dilihat pada gambar 4.1.3

33

Page 35: BAB I- VI bhayangkara

35

Page 36: BAB I- VI bhayangkara

36

Gambar 4.1.3

KARUMKIT

KA SUBBAG REN

KAURMINTU Dan INFORMASI/HUMASSES RUMKITSMF KOMITE MEDIK

KA SUBBAG LOG

KA SUBBAG PERS & DIKLAT

BENDAHARA NON APBN

KA SPI

KA INST.FARMASI

KPRS

KA INST.RAWAT JALAN

KA INST.PENUNJANG

KA INST.RAWAT INAP

KA INST.PSRS

KA INST.REKAM MEDIS

KA SUBSI FOR dan PPT

KASI JANG MEDUM

KASI YAN MED WAT

KASI DOKPOL

KA SUBSI WATAH & NKB

KASUBSI JANG MED

KA SUBSI YANMED

KASUBSI WAT

KASUBSI JANG UM

Sumber : profil Rumah Sakit Bhayangkara Selapa POLRI tahun 2010

Page 37: BAB I- VI bhayangkara

37

Jajaran Direksi dan Manajer Rumah Sakit Bhatangkara Selapa Polri adalah sebagai berikut :

Karumkit : Drg. B. Dewanti, MM

Kaurmitu : AKP Parno SH

Subagren : Penata Cristin

Subaglog : Penda I Suhartati

Subagpers : Penda I Dian Puspitarini, S.Psi

Bendahara : PTT Azizah. AMD

Komdik : Dra. Meity sport

KSPI : Penata Jaya Sela Dwijaya

KPRS :Drg. Hani Andriani

Kasidopol : Penata Dr. Andi Chandra

Kasiporesikda PP : -

Narkoba :Mitra Drs. Aisyah

KasiyanMedWat :Penata Regina Nani. S

Kasubsi YanMed :Penda I Dr. Eta Wilda

Kasubsi Wad :Pengatur Lelingga, AMK

Kasubsi jan Medum :Penata Suaiyanti

Kasubsi JangMed :-

Kasubsi Jangum : Pengatur Eka Damayanti. AMK

Page 38: BAB I- VI bhayangkara

38

4.1.4 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Bhayangkara selapa Polri

4.1.4.1 Visi Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

Menjadi rumah sakit pilihan bagi masyarakat polri dan masyarakat umum

diwilayah selatan Jakarta.

4.1.4.2 Misi Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

1. Melayani masyarakat polri dan masyarakat umum dengan pelayanan yang

bermutu.

2. Meningkatkan dan melayani anggota/PNS POLRI dan siswa pendidikan di selapa

polri sehingga sehat samapta dan produktif.

3. Mingkatkan pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber daya manusia

ruah sakit Bhayangkara Selapa Polri.

4. Meningkatkan kebersamaan dan kesejahteraan personil rumah Sakit Bhayangkara

Selapa Polri .

5. Memberikan pelayanan medik unggulan di unit narkoba dan kosmetik medik

6. Melaksanakan dukungan operasional Polri secara optimal.

4.1.4.3 Motto Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

“Melayani dengan peduli dan sepenuh hati”

Tujuan

1. Terwujudnya pelayanan yang bermutu kepada masyarakat polri dan masyarakat umum

2. Meningkatkan pelayanan kepada anggota polri/PNS POLRI dan siswa pendidikan di

selapa polri sehingga sehat dan samapta dan produktif

3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia rumah sakit bhayangkara

selapa polri

Page 39: BAB I- VI bhayangkara

39

4. Meningkatkan kebersamaan dan kesejahteraan personil rumah sakit bhayangkara selapa

polri

5. Terwujudnya pelayanan medik unggulan di umit narkoba dan kosmetik medic

6. Terlaksanya dukungan dan oprasional polri secara optimal.

4.1.5 Ketenagaan di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

4.1.5.1 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

Tenaga Medis Paramedis Non medis Jml

dr drg Sp PrwPrw gigi Bdn

Aptk AA RM Rad

Analis

Beau tician

Dr Akptu

r

Satpam CL lain

Polri - 1 - - - - - - - - - - - - - 2 3

PNS 2 2 1 6 1 1 - 2 - - - - - - - 3 18

PTT 5 3 - 10 - 1 1 2 1 - - - - - - 19 42

RS Polpus

- - 6 - - - - - - 1 - - - - - - 7

Mitra - - 4 - - - - - - - - - - - - - 4

Mitra Lab

- - 1 - - - - - - - 3 - - - - - 4

Mitra Nrkb

4 - - - - - - - - - - - - - - 8 12

Mitra ksmtk mdk

- - - - - - - - - - - 2 1 - - - 3

Mitra SWM

- - - - - - - - - - - - - 3 6 - 9

∑ 11 6 12 16 1 2 1 4 1 1 3 2 1 3 6 32 102

Sumber :Profil Rumah Sakit Selapa Polri tahun 2010

4.1.6 Fasilitas Bangunan Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

Pada saat ini rumah sakit bhayangkara selapa polri, mempunyai kapasitas tempat tidur 41

tempat tidur dengan memberikan pelayanan sebagai berikut:

1. Instalasi gawat darurat (IGD)

Page 40: BAB I- VI bhayangkara

40

Merupakan unit rumah sakit yang memberikan perawatan pertama kepada pasien. Unit

ini dipimpin oleh seorang dokter jaga dengan tenaga dokter ahli yang telah mendapat sertifikat

dan pengakuan dalam menangani PDG (pelayanan gawat darurat), yang kemudian bila

dibutuhkan akan merujuk pasen kepada dokter spesialis tertentu.

2. Rawat jalan

3. Poliklinik :

Melayani konsultasi dokter sesuai jadwal praktek, oleh dokter spesialis, Poli Umum,

Pelayanan dari jam 08.00 s/d 14.30, Poli Kebidanan Dan Kandungan, Melayani pemeriksaan

oleh dokter spesialis. Dilengkapi dengan meja periksa Ginekologi, USG.

4. Poli kesehatan ibu dan anak

5. poli penyakit dalam

6. Poli klinik jantung

7. Poliklinik bedah

Bedah umum, Bedah OBSGYN, Bedah Orthopaedi, Bedah Labioplasty.

8. Poliklinik kulit, kelamin dan estetika

Klinik kulit Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri memberikan pelayanan perawatan bagi kulit

yang bermasalah dan ditangani oleh dokter spesialis kulit dan ahli kecantikan (beautician) yang

terlatih melayani: facial, injeksi keloit, injeksi Vitamin C, lontoforesis Vitamin C,

microdermabras, permajaan, menghilangkan bekas jerawat, menghilangkan kerut, tindakan

bedah listrik, (Cauther), chemical Pelling, mesotherapi Rolling Scar, mesoelectric Firming,

mesoelectric Wrinkle

9. Poliklinik gigi dan mulut

Klinik gigi dan mulut Rumah sakit Bhayangkara Selapa Polri dpat memenuhi semua kebutuhan

pelayanan gigi, pemulihan fungsi kunyah gigi maupun kcantikan gigi. Melayani : pencabutan

Page 41: BAB I- VI bhayangkara

41

gigi (Exodonti), penambalan gigi (konservasi), pembersihan karang gigi (scalling), meratakan

gigi (orthodonti), oprasi gigi geraham terakhir (OD).

10. Poli akupuntur

11. Unit narkoba

Detoksifikasi Narkoba, intervensi, day Care Program, rehabilitasi padepokan Manteb,

After Care Center, after Care Maintance Program, program Peer Educator/ program

vocational therapy.

12. Fasilitas diagnostik medik

13. Laboratorium

Pemerikasaan Hematologi, pemeriksaan Urine, pemeriksaan Narkoba, pemeriksaan

Serologi, pemeriksaan Kimia darah, pemeriksaan Immunologi, pemeriksaan Bacteriologi

(BTA).

14. Radiologi

Unit radiologi melakukan pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosa suatu

penyakit. Didukung penata rontgen melayani ( non Kontras Media, thorax, dental X-Ray).

15. Ekg (elektro kardio grafi)

16. USG

Fasilitas Penunjang Pelayanan Lain

a. Kamar Bersalin

b. Kamar Operasi

- Pelayanan kamar Bedah (OK)

- Ruang perawatan Bayi baru Lahir (Perinatologi)

Page 42: BAB I- VI bhayangkara

42

- Farmasi

- Ambulance 24 jam

17. Medical Check Up

18. Rawat inap

Ruamah sakit Bhayangkara Selapa Polri memiliki kapasitas tempat tidur meliputi, kelas I,

kelas II, kelas III yang terdiri dari berbagai jenis kamar dan fasilitas

1. Kamar Kelas I

a. Tipe kamar : Alamanda

Perawatan : Umum

Fasilitas : 1 tempat tidur elektrik, over bade table/meja makan pasien,

bedside, meja dan kursi, televisi, kamar mandi, pendingin AC

2. Kamar Kelas II

a. Tipe Kamar : Anthurium

Perawatan : umum

Fasilitas : 4 tempat tidur, bedside table, televisi, kamar mandi didalam,

pendingin/AC, sofa

b. Tipe Kamar : Krisan, dahlia, yasmine, vanda

Perawatan : umum

Fasilitas : 2-4 tempat tidur, bedside table, kamar mandi

diluar, pendingin /AC, kursi.

Page 43: BAB I- VI bhayangkara

43

11. Kamar kelas III

Tipe Kamar : Catleya, camellia, dendrobium , teletubis (anak)

Perawatan : umum

Fasilitas : 2-4 tempat tidur, bedside table, kamar mandi diluar, pendingin /AC, kursi

4.1.7 Tugas dan Tanggung jawab bagian Logistik

1. Menyiapkan administrasi yang berkaitan dengan dukungan logistik, fasilitas dan jasa:

a. Menyiapkan data IKMN inventaris Alkes dan non Alkes.

b. Menyiapkan administrasi lainnya yang diperlukan pimpinan

2. Membantu pemeliharaan fasilitas perkantoran meliputi gedung dan bangunan.

3. Menyelenggarakan kegiatan pengadaan, perencanaan, pendataan, pengecekan dan

pelaporan keadaan material logistik, perbekalan umum dan ranmor secara periodik,

baik harian, mingguan, bulanan, triwulan, semester, dan tahunan.

4. Merencanakan kegiatan pemeliharaaan ranmor baik R-2/ R-4 maupun ambulance

secara berkala.

5. Menyelenggrakan BMN bidang material kesehatan.

6. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada karumkit dan Sesrumkit.

Page 44: BAB I- VI bhayangkara

44

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Perencanaan

Perencanaan barang dibagian logistik Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

dilakukan setiap tahun, namun dikarenakan hampir semua alat kesehatan ini di dropping dari

PUSDOKES Polri dan dalam prosesnya memerlukan waktu yang cukup panjang, maka

pengajuannya dilakukan dua tahun sebelum barang tersebut terealisasi di Rumah Sakit

Bhayangkara Selapa Polri. Dalam melakukan perencanaan logistik Alat kesehatan , setiap

unit Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri menggunakan prinsip Bottom to Up (Laporan

Pengusulan Dari Bawah Keatas) yaitu dimana setiap unit atau setiap kepala bagian

mengusulkan suatu perencanaan barang yang dibutuhkan, yang kemudian diajukkan kepada

kepala bagian logistik. Perencanaan yang telah disusun diajukan kepada karumkit (Kepala

Rumah Sakit), untuk diserahkan ke SESPIMA Polri (Sekolah Staf Dan Pimpinan Pertama),

kemudian dilanjutkan ke MABES Polri (Markas Besar Polisi Republik Indonesia) dan

disampaikan ke Presiden atas persetujuan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) untuk diseleksi

sesuai mata anggaran pembelanjaan Negara.

Perencanaan alat kesehatan di instalasi Gawat Darurat

kepala bagian instalasi gawat darurat dan staf-stafnya melakukan rapat mengenai alat

kesehatan apa saja yang mereka butuhkan untuk tahun-tahun kedepan, kemudian dari informasi

yang didapatkan mereka membuat daftar prioritas kebutuhan alat kesehatan yang akan mereka

ajukan ke bagian logistic rumah sakit Bhayangkara selapa Polri.

Page 45: BAB I- VI bhayangkara

45

5.2 Penganggaran

Alat-alat yang diajukan oleh rumah sakit Bhayangkara Selapa Polri dibuatkan anggaran oleh

PUSDOKES untuk kemudian diajukan ke MABES Polri yakni Kapolri Selaku Pengguna

Anggaran ( PA ), PA mendelegasikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA ) bidang

Materiil Kesehatan kepada PUSDOKKES Polri (Pusat Kedokteran Dan Kesehatan) untuk

dikelola dalam proses pengadaan barang dibidang Materiil Kesehatan dan Kedokteran

Kepolisian.

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka dalam penganggaran, Rumah Sakit Bhayangkara

Selapa Polri tidak melakukan penggaran sendiri karena PUSDOKES Polri tidak memberikan

alokasi dalam bentuk dana kepada rumah sakit bhayangkara selapa, yang diberikan oleh

PUSDOKES adalah alat-alat kesehatan yang sebelumnya telah diajukan oleh rumah sakit.

Kalaupun ada alat-alat kesehatan yang dibeli sendiri oleh rumah sakit bhayangkara selapa itupun

hanya sedikit dan dalam keadaan mendesak sehingga tidak dibuatkan rencana anggaran.

5.2 Pengadaan

Pengadaan alat kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri :

Dropping

Bersumber dari dropping PUSDOKKES Polri, yang dalam proses penerimaannya,

KASUBBAG LOG (Kepala Sub Bagian Logistik) Rumah Sakit menggunakan berita

acara. disertai foto kondisi barang saat penerimaan.

Pembelian

Pembelian dilakukan jika ada kebutuhan yang mendesak dan tidak dapat di tunda,

maka biasanya rumah sakit tidak menunggu anggaran ataupun perencanaan terlebih

Page 46: BAB I- VI bhayangkara

46

dahulu. Jadi bagian logistik langsung mengajukan kepada kepala rumah sakit dan

jika disetujui maka dilakukan pembelian alat kesehatan tersebut.

Penukaran

Penukaran dilakukan apabila ada barang yang dipesan kondisinya tidak baik baik

fisik maupun fungsinya

5.4 Penyimpanan

Barang yang sudah diterima oleh rumah sakit disimpan dalam gudang logistik,

untuk dibuatkan kartu stok dan kartu label (terlampir). Namun dalam prakteknya

kelemahan di unit logistik rumah sakit bhayangkara selapa polri tidak diterapkannya

kartu label matkes. Sehingga tidak adanya pengkodean barang baik kode angka, kode

warna dan kode huruf.

5.5 Pendistribusian

Pendistribusian yang dilakukan cukup baik karena sudah sesuai dengan prosedur

yang telah dibuat. Prosedur pendistribusian barang di Rumah Sakit Bhyangkara Selapa

Polri dengan melakukan pengepakan matkes, surat izin keluar matkes, berita acara

pengujian dan penerimaan Matkes, dan lampiran berita acara pengujian dan penerimaan

Matkes (terlampir).

43

Page 47: BAB I- VI bhayangkara

47

5.6 Pemanfaatan dan pemeliharaan

Barang yang telah diterima dimanfaatkan dan dipelihara sebaik mungkin oleh

unit-unit yang ada di rumah sakit bhayangkara selapa polri. Dalam Pemeliharaan yang

dilakukan di Rumah Sakit bhayangkara selapa polri sudah cukup baik dalam hal

membersihkan debu-debu di rak-rak penyimpanan alkes, dan mengkalibrasi alkes secara

berkala, seperti timbangan berat badan , tensi meter.

5.7 Pengendalian

Pengendalian yang dilakukan oleh rumah sakit bhayangkara selapa polri adalah

dengan melakukan inventarisasi, Inventarisasi yang baik dapat memberikan berbagai

pertimbangan dalam hal distribusi ataupun pengadaan. Tujuaan invetarisasi untuk

membandingkan antara catatan BMN dengan jumlah, nilai, harga, kondisi dan

keberadaan seluruh BMN yang dimiliki atau dikuasai oleh Unit Pengurus Barang (UPB)

dalam rangka tertib administrasi

a. Kriteria penetuan kondisi barang

1. Baik (B) :

- Apabila kondisi barang tersebut masih dalam keadaan utuh dan berfungsi

dengan baik

2. Rusak ringan (RR)

- Apabila kondisi barang tersebut msih dalam keadaan utuh tetapi kurang

berfungsi dengan baik. Untuk berfungsi dengan baik memerlukan

penggantian bagian utama/komponen pokok

3. Rusak Berat (RB)

Page 48: BAB I- VI bhayangkara

48

- Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan tidak berfungsi lagi atau

memerlukan perbaikan besar/penggantian bagian utama/komponen pokok,

sehingga tidak ekonomis untuk diadakan perbaikan

b. Tahapan dalam melaksanakan inventaris

1. Persiapan

a. Membentuk tim inventarisasi

Membagi tugaas dan menyusun jadwal pelaksanaan inventarisasi

b. Mengumpulkan dokumen BMN

c. Menyiapkan label sementara

d. Membuat denah ruangan, member nomor ruangan dan menentukan

pertanggung jawaban ruangan

e. Menyiapkan kertas kerja inventarisasi

2. Pelaksanaan

a. Menghitung jumlah BMN per sub-sub kelompok barang

b. Mencatat BMN kedalam kertas kerja inventarisasi

c. Menempelkan label sementara pada BMN yang telah dihitung

d. Menentukan kondisi BMN dengan criteria baik, rusak ringan atau

rusak berat.

e. Menyusun Laporan Hasil Inventarisasi (LHI)

f. Membandingkan LHI dengan dokumen BMN yang ada

g. Membuat daftar BMN yang tidak ditemukan, belum pernah dicatat dan

rusak berat

Page 49: BAB I- VI bhayangkara

49

h. Menyampaikan LHI, daftar BMN yang tidak ditemukan, belum pernah

dicatat dan rusak berat ke penanggung jawab UPB untuk ditindak

lanjuti

Pengendalian di rumah sakit belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan prosedur

karena dalam proses iventarisasi ada beberapa yang belum sesuai antara data digudang

logistik dengan barang yang ada ditiap unit rumah sakit. Hal ini dikarenakan laporan yang

diterima Kasubbag Log dari setiap unit tidak diperiksa secara langsung.

5.8 Penghapusan

Penghapusan di Rumah Sakit ini dilakukan jika ada barang yang sudah tidak berfungsi

atau sudah dalam kondisi sangat tua dan rusak berat ( RB ), lalu mengajukan

penghapusan barang selanjutnya mengisi berita acara pegujian keadaan matkes untuk

kemudian disetujui apakah matkes tersebut dapat dihapuskan atau belum dapat

dihapuskan. Adapun beberapa alternative untuk melakukan penghapusan matkes sebagai

berikut:

1. Dijual atau dilelang

2. Ditukar dengan matkes lain yang dibutuhan oleh institusi

3. Dipindahkan

4. Dihibahkan

5. Pemanfaatan kembali (recycle)

Page 50: BAB I- VI bhayangkara

50

6. Dimusnahkan

5.9 Alur Logistik di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri

BAB VI

PENUTUP

1.1 Simpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa manajemen logistik pengelolaan

Barang Milik Negara ( BMN ) yang dilakukan di Rumah Sakit Bhayankara Selapa Polri

sudah cukup baik namun dalam pelaksanaannya terkadang masih ada yang belum sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan, misalnya dalam proses inventarisasi karena bagian

logistik hanya memiliki seorang petugas maka dalam proses pendataannya hanya

mengandalkan informasi dari penanggung jawab setiap ruangan tanpa melihat langsung

sehingga hasil inventaris yang diperoleh berbeda antara data yang baru didapat dengan

laporan asset yang dimiliki oleh Subaglog rumah sakit. Kemudian dalam pendistribusian

barang tidak sesuai dengan tanggal yang sudah ditetapkan, barang datang satu hari setelah

tanggal yang ditentukan. Misalnya dalam pemesanan barang Alkes terkadang bisa maju hari

permintaan atau mundur hari pemintaan.

PERENCANAAN

PENDISTRIBUSIAN

PEMANFAATAN dan PEMELIHARAAN

PENGHAPUSAN

PENGENDALIAN

PENGANGGARAN

PENGADAAN

PENYIMPANAN

Page 51: BAB I- VI bhayangkara

51

5.2 Saran

Sebaiknya sistem manajemen yang sudah ada diterapkan dengan baik agar tidak

terjadi kesalahan-kesalahan yang fatal. Dalam pengisian kartu stok barang Alkes harus sesuai

dengan jumlah barang yang ada. Sehingga data yang ada benar-benar valid, hal tersebut

dapat mempermudah dalam melakukan stok barang.

Diharapkan seluruh barang yang sudah ada diberikan kode,baik itu barang

dropping maupun barang hibah sehingga mempermudah dalam proses pendistribusian

barang. Dan sebaiknya diberikan penambahan staf pembantu di bagian logistik untuk

mengurangi beban kerja petugas logistik yang selama ini hanya dipegang oleh satu orang

Sebaiknya ruang logistik ditata sesuai dengan ketentuan yang ada agar telihat lebih rapi

dan memberikan suasana kerja yang nyaman.

48