bab i vi
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam.
Ekonomi Islam bersifat muamalah, artinya ekonomi Islam selalu
berhubungan dengan manusia. Perbankan syariah telah menunjukkan
eksistensinya sebagai bagian dari roda kehidupan ekonomi dunia. Hal ini
ditujukkan dengan banyaknya bank-bank konvensional yang mulai
merambah dan membuka cabang baru dengan nuansa syariah dengan
sistem bagi hasil.
Keunggulan sistem bagi hasil yang diterapkan perbankan syari’ah ini
membawa dampak positif bagi perkembangan ekonomi di Indonesia,
karena selain memicu lahirnya bank-bank baru dengan sistem syariah,
juga banyak perbankan konvensional yang membuka cabang syariah,
bahkan beberapa bank konvensional melakukan konversi total ke sistem
syari’ah seperti Bank Mandiri, mempunyai Bank Syariah Mandiri, begitu
pula Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, mempunyai divisi
syariah ataupun Bank Syariah. Bank-bank swasta pun telah
memperlakukan Dual Banking System, seperti Bank Niaga, Bank IFI, Bank
Permata, BCA maupun bank-bank pemerintah, BUMN, maupun bank
swasta lainnya. Bukti nyata eksistensi perbankan syariah di tengah krisis
2
ekonomi global adalah pada periode tersebut Bank Muamalat justru
berhasil membukukan laba lebih dari 300 Milyard (Fachrizal, 2009).
Adapun alasan-alasan mengapa bank konvensional membuka
cabang syari’ah dan atau konversi total ke sistem syari’ah adalah
(Agustianto, 2002): “pertama, sistem bagi hasil terbukti lebih kenyal dan
tangguh dalam menghadapi goncangan krisis moneter; kedua, secara
sosiologis mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim; ketiga, secara
teologis, implementasi sistem syari’ah merupakan realisasi komitmen
seorang mukmin kepada ajaran Islam; keempat, secara bisnis pragmatis
lebih menguntungkan, karena penduduk Indonesia mayoritas muslim”.
Hanya saja, selama 10 Tahun (1992-2002) Bank Syariah di Indonesia
tidak memiliki PSAK khusus. Hingga PSAK No. 59 sebagai produk DSAK-
IAI disahkan sebagai awal dari pengakuan dan eksistensi Akuntansi syariah
di Indonesia. PSAK ini disahkan. Berarti, pembukuan yang berakhir tahun
2003. PSAK ini berlaku hanya dalam tempo lima tahun. Selanjutnya PSAK
No. 101-106 disahkan tanggal 27 Juni 2007, berlaku mulai tanggal 1 Januari
2008 (Muhammad, 2009: 29-30).
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah yang terbit pada tanggal 16 Juli 2008, semakin
memperjelas bahwa Perbankan Syariah di Indonesia semakin mempunyai
landasan hukum dan peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Selain itu juga kenyataan membuktikan bahwa perbankan syariah cukup
3
berhasil bertahan dalam krisis moneter yang mengguncang perbankan
nasional.
Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi pada dasarnya
tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional. Bank syariah juga
berperan sebagai lembaga intermeditary yaitu lembaga keuangan yang
memediasi antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya, selain itu
juga bank syariah tetap berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Namun
hal yang paling mendasari perbedaan antara perbankan syariah dan
perbankan konvensional adalah prinsip-prinsip opersional yang digunakan
dalam transaksi keuangan.
Sama halnya prinsip muamalah, semua jenis transaksi pada dasarnya
diperbolehkan sepanjang tidak mengandung unsur riba, gharar, ataupun
maisir. Dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan perbankan syariah
harus mengikuti mekanisme bagi hasil sebagai pemenuhan kegiatan
permodalan, serta investasi berdasarkan imbalan melalui mekanisme jual-
beli sebagai pemenuhan dalam pembiayaan.
Pembiayaan yang dilakukan dengan menggunakan mekanisme jual
beli umumnya dikenal ada tiga jenis yaitu murabahah, salam, dan istishna.
Menurut Antonio dalam bukunya akuntansi perbankan dari teori ke praktik,
menurut sifat penggunaanya pembiayaan pada dasarnya dibagi menjadi
dua jenis yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumstif. Yang
termasuk dalam pembiayaan produktif adalah mudharabah dan
4
musyarakah sedangkan murabahah sendiri termasuk dalam pembiayaan
konsumtif.
Hampir di seluruh dunia bahkan di Indonesia murabahah masih
menjadi The Queen Of Finance in The Bank. Padahal pembiayaan yang
dianjurkan dalam Islam adalah pembiayaan bagi hasil yang dalam hal ini
adalah mudharabah dan musyarakah namun pada kenyataannya,
pembiayaan murabahahlah yang paling banyak digunakan dalam
perbankan syariah.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo merupakan salah satu bank
syariah di Indonesia yang menjalankan konsep murabahah yaitu akad jual
beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya
perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo komposisi jumlah
nasabah pada setiap pembiayaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Komposisi Jumlah Nasabah Pembiayaan
Jenis Pembiayaan Jumlah
Nasabah
Persentase
(%)
Mudharabah dan Musyarakah 13 2.07 %
Murabahah 507 80.86%
Al-Qardh 107 17.07%
Total 627 100 %
Sumber: PT. BSM Cabang Gorontalo, Februari 2013
5
Berdasarkan tabel 1 tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa trend
pembiayaan syariah di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo masih
didominasi oleh pembiayaan dengan skim murabahah. Dari total
keseluruhan nasabah pembiayaan sebanyak 627 nasabah untuk per 28
Februari 2013, untuk pembiayaan murabahah berada pada porsi yang
paling banyak yaitu sebesar 80.86 % atau 507 nasabah, dibandingkan
pembiayaan mudharabah dan musyarakah dengan 13 nasabah (2.07%),
dan 107 nasabah (17.07%) untuk pembiayaan Al-Qardh.
Dengan banyaknya nasabah yang menggunakan pembiayaan
dengan skim murabahah ini membuat beberapa pihak bertanya-tanya
khususnya peneliti, apakah pembiayaan murabahah tersebut sudah sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan yakni dalam hal ini PSAK 102.
Karena realita menunjukkan bahwa praktek di lapangan tidak sesuai
dengan teori yang ada. Contohnya Bank yang seharusnya bertindak
sebagai penjual, malah memberikan sejumlah dana kepada nasabah dan
nasabah sendirilah yang membeli barangnya. Contoh lainnya seperti
penelitian yang dilakukan oleh Wardi dan Gusmarila, dimana dalam
penelitian tersebut ditemukan bahwa aturan-aturan yang digunakan dalam
kegiatan operasional Bank Muamalat Cabang Pekanbaru belum
sepenuhnya menggunakan aturan-aturan yang sesuai dengan standar dan
syariah Islam, seperti konsep pengakuan asset murabahah, pembagian
keuntungan, penetapan margin murabahah, konsep nisbah bagi hasil
mudharabah. Di satu sisi, Bank Muamalat Cabang Pekanbaru telah
6
sepenuhnya melaksanakan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah terkait dengan operasionalisasi bank syariah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alam tentang penerapan
akuntansi syariah di PT. BPRS Amanah Sejahtera, dimana dalam penelitian
tersebut ditemukan bahwa kegiatan perlakuan akuntansi piutang
murabahah sudah sesuai berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PSAK
No. 59. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pengukuran atas piutang murabahah
didasarkan pada harga perolehan atau nilai bersih yang direalisasi dan
bank tidak mengukur apabila aktiva murabahah terjadi penurunan nilai atau
rusak, karena barang dikirim dari pemasok langsung ke nasabah.
Dalam penelitian lain Mustofa, tahun 2012 dengan judul studi analisis
pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan modal kerja di Unit
Mega Mitra Syariah (M2s) Bank Mega Syariah Kaliwungu. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa pelaksanaan pembiayaan murabahah pada
produk pembiayaan modal kerja di unit mega mitra syariah (m2s) bank
mega syariah kaliwungu belum memenuhi ketentuan syariah. Hal ini terjadi
karena dari segi syarat rukunnya ada beberapa aspek yang belum sesuai
dengan ketentuan syariah, dikarenakan dalam pelaksanaan akad ada
tambahan berupa akad wakalah yang pelaksanaannya dilakukan
bersamaan. Selain itu dari segi barang yang diperjual-belikan tidak jelas,
karena yang membeli barang adalah pihak nasabah itu sendiri dan pihak
bank hanya sebagai pemberi pinjaman uang saja. Dari segi penentuan
keuantungan juga masih tergantung dengan lamanya waktu peminjaman
7
dan tingkat plafon peminjaman, bukan bergantung pada pembelian barang
yang riil sehingga menjadikan seperti riba. Ketidak sesuaian beberapa
syarat tersebut lebih dipengaruhi karena pihak Bank Mega Syariah tidak
mengikuti prosedur pelaksanaan akad murabahah sebagaimana yang telah
diatur oleh dewan syariah nasional dalam fatwanya nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 dimana seluruha aspek operasionalnya sebenarnya sudah
diatur didalam fatwa tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
murabahah dan memilih judul: ”PENERAPAN PSAK 102 UNTUK
MURABAHAH DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG GORONTALO”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, diidentifikasikan adanya penerapan PSAK
102 untuk pembiayaan murabahah, dimana pihak bank sebagai penjual
yang seharusnya menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nasabah
hanya memberikan sejumlah dana kepada nasabah dan nasabah sendiri
yang membeli langsung barangnya. Selain itu juga tentang konsep
pengakuan dan pengukuran aset murabahah, penyajian dan
pengungkapan murabahah.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini yakni “Bagaimana penerapan PSAK
8
102 untuk pembiayaan murabahah di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Gorontalo?”
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui penerapan
PSAK 102 untuk pembiayaan murabahah di PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini
terdiri atas menfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu:
a) Menilai penerapan PSAK 102 tentang murabahah
b) Membuktikan kesesuaian antara teori-teori yang ada dengan praktik
dilapangan
c) Sebagai pengembangan ilmu akuntansi khususnya akuntansi
syariah yang berhubungan dengan pembiayaan murabahah
9
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu:
a) Memberikan informasi bagi Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
dalam menerapkan pembiayaan murabahah agar sesuai dengan
PSAK 102.
b) Menjadi bahan acuan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang
meneliti obyek penelitian yang sama dengan peneliti ini.
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Bank Syariah
Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dari kata
banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti
atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda
berharga seperti emas, peti berlian, peti uang, dan sebagainya (Sudarsono,
2008: 27).
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
dan menurut jenisnya terbagi menjadi Badan Umum Syariah (BUS) dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Dalam menjalankan prinsip syariahnya, Bank Syariah juga harus
menjunjung nilai-nilai keadilan, amanah, kemitraan, transparansi dan saling
menguntungkan baik bagi bank maupun bagi nasabah yang merupakan
pilar dalam melakukan aktivitas muamalah. Oleh karena itu, produk layanan
perbankan harus disediakan untuk mampu memberikan nilai tambah dalam
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi masyarakat
yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam.
11
2.2 Prinsip-Prinsip Bank Syariah
Prinsip syariah menurut undang-undang Republik Indonesia no. 21
tahun 2008 adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Bank syariah pada dasarnya menerapkan prinsip bagi hasil dimana
dalam prinsip ini:
1) Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi;
2) Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang
diperoleh;
3) Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan
jumlah pendapatan;
4) Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil;
5) Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika
proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak;
Adapun hal-hal yang harus dimiliki oleh pegawai bank yaitu:
1) Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan
moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini
pengelolaan diperkenankan (halal) serta menjauhi cara-cara yang
meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat dilarang (haram).
12
2) Tabligh, secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan
mengedukasi masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa
perbankan syariah. Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya
mengedepankan pemenuhan prinsip syariah semata, tetapi juga harus
mampu mengedukasi masyarakat mengenai manfaat bagi pengguna
jasa perbankan syariah.
3) Amanah, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran
dalam mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal)
sehingga timbul rasa saling percaya antara pemilik dana dan pihak
pengelola dana investasi (mudharib).
4) Fathanah, memastikan bahwa pegelolaan bank dilakukan secara
profesional dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan
maksimum dalam tingkat resiko yang ditetapkan oleh bank. Termasuk
didalamnya adalah pelayanan yang penuh dengan kecermatn dan
kesantunan (ri’ayah) serta penuh rasa tanggung jawab (mas’uliyah)
2.3 Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik
13
3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’
4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa
Salah satu produk dari pembiayaan adalah murabahah. Murabahah
adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan
biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli (PSAK 102). Menurut
Ayub dalam bukunya Widodo (2010: 19), murabahah berasal dari kata ribh
yang berarti keuntungan, laba, atau tambahan. Akad murabahah adalah
akad jual beli barang dengan menyatakan harga asal dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli dimana pembayaran
dapat dilakukan secara tunai atau tangguh (Warsono dan Jufri : 2011).
Menurut Gozali (2005: 94) mendefinisikan pengertian murabahah
adalah sebagai berikut: “Suatu perjanjian yang disepakati antara bank
syariah dengan nasabah dimana bank menyediakan pembiayaan untuk
pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya dalam bentuk barang yang
dibutuhkan nasabah yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar
harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu dan
mekanisme pembayaran yang ditetapkan sebelumnya pada awal”.
Murabahah menurut Ascarya (2007: 81) menyatakan bahwa:
“Murabahah adalah istilah dalam fiqih Islam yang berarti suatu bentuk jual
14
beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi
harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang tersebut dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.
Khan dalam bukunya Widodo (2010), murabahah sebagai Moeda
(mode) pembiayaan pada awalnya muncul saat dipergunakan oleh Islamic
Development BankI (IDB) dalam operasional usahanya pada tahun 1975.
Berikut ini adalah gambar skema transaksi murabahah:
Gambar 1
Skema Transaksi Murabahah
(1) Negosiasi
(2) Akad Jual Beli
(6) Bayar
(5) Terima Barang
dan Dokumen
(3) Beli Barang (4) Kirim
Sumber: Sudarsono, 2008: 70
2.4 Landasan Hukum Murabahah
Adapun landasan hukum murabahah yaitu:
Bank Nasabah
Produsen
15
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa’: 29)
Pada QS. Al-Baqarah ayat 275 Allah Subhanallahu wata’ala
berfirman:
Artinya: ………Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba…….. (QS. Al-Baqarah : 275)
Dalam QS. Al-Ma’idah ayat 1 Allah Subhanallahu wata’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu... (QS. Al-
Ma’idah: 1)
Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi Wassallam
pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda:
"Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih."
Riwayat al-Bazzar. Hadits shahih menurut Hakim.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wassalam
bersabda: Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.
(HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan Shahih menurut Ibnu Hibban).
16
Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia,
Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat, dan Allah senantiasa
menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya. (HR.
Muslim).
Hadis nabi riwayat ‘Abd Al-Raziq dari Zaid bin Aslam: “Rasulullah
Shalallahu’Alaihi Wassalam ditanya tentang ‘urban (uang muka) dalam jual
beli, maka belah menghalalkannya.”
2.5 Ketentuan Murabahah
Dalam aktivitasnya, murabahah pada dasarnya memiliki ketentuan-
ketentuan yang harus diikuti. Adapun ketentuan murabahah berdasarkan
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 04/DSN-
MUI/IV/2000, yakni sebagai berikut:
2.5.1 Ketentuan Umum Murabahah Dalam Bank Syariah
Adapun ketentuan umum murabahah dalam bank syariah yaitu:
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah islam.
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah da bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
17
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan
ini bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
9) Jika bank hendak mewakilkan barang kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank.
2.5.2 Ketentuan Murabahah Kepada Nasabah
Adapun ketentuan umum murabahah dalam bank syariah yaitu:
1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian satu
barang atau aset kepada bank.
2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih
dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut
megikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
18
4) Dalam jual beli inibenk dibolehkan meminta nasabah untuk membayar
uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil
bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh
bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7) Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang
muka, maka:
a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal
membayar sisa harga.
b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank
maksimal sebesar kerugian yang ditanggung bank akibat
pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah
wajib melunasi kekurangannya.
2.6 Karakteristik Pembiayaan Murabahah
Adapun karakteristik pembiayaan murabahah berdasarkan PSAK 102
yaitu Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan
pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak
mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam
murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan
19
pesanannya. Jika asset murabahah yang telah dibeli oleh penjual
mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka
penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan penjual dan akan mengurangi
nilai akad.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.
Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat
barang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara
angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.
Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda
untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan.
Namun jika akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga
(harga dalam akad) yang digunakan.
Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual,
sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan
diskon sebelum akad murabahah, maka diskon itu merupakan hak pembeli.
Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain, meliputi:
1) Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang;
2) Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka
pembelian barang;
3) Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian
barang.
20
Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah
disepakati diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut.
Jika tidak diatur dalam akad, maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang
murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual
dan/atau aset lainnya. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli
sebagai bukti komitmen pembelian sebelum akad disepakati. Uang muka
menjadi bagian pelunasan piutang murabahah, jika akad murabahah
disepakati. Jika akad murabahah batal, maka uang muka dikembalikan
kepada pembeli setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh
penjual. Jika uang muka itu lebih kecil dari kerugian, maka penjual dapat
meminta tambahan dari pembeli.
Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai
dengan yang diperjanjikan, maka penjual dapat mengenakan denda kecuali
jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum mampu melunasi
disebabkan oleh force majeur. Denda tersebut didasarkan pada
pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap
kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam
akad dan dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana
kebajikan.
Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang
murabahah jika pembeli: 1). Melakukan pelunasan pembayaran tepat
21
waktu; atau 2). Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu
yang telah disepakati.
Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah
yang belum dilunasi jika pembeli: 1). Melakukan pembayaran cicilan tepat
waktu; dan atau 2). Mengalami penurunan kemampuan pembayaran.
2.6.1 Pengakuan Dan Pengukuran Murabahah
Berdasarkan PSAK 102 pengakuan dan pengukuran murabahah
yakni sebagai berikut:
1) Akuntansi Untuk Penjual
Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan
sebesar biaya perolehan. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan
adalah sebagai berikut:
1) Jika murabahah pesanan mengikat, maka:
(a) Dinilai sebesar biaya perolehan; dan
(b) Jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi
lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut
diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset:
2) Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak
mengikat, maka:
(a) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi, mana yang lebih rendah; dan
22
(b) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai:
1) Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad
murabahah;
2) Kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli;
3) Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah
dan sesuai akad menjadi hak penjual; atau
4) Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad.
Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon
pembelian akan tereliminasi pada saat:
1) Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan
setelah dikurangi dengan biaya pengembalian; atau
2) Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat
dijangkau oleh penjual.
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya
perolehan aset murabahah ditambahkeuntungan yang disepakati.Pada
akhir periode laporankeuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai
bersihyang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangipenyisihan
kerugian piutang.
Keuntungan murabahah diakui:
23
1) Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai
atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau
2) Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk
merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari
satu tahun.
Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai
dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah-nya:
1) Keuntungan diakui saat penyerahan asset murabahah. Metode ini
terapan untuk murabahah tangguh dimana risiko penagihan kas dari
piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya
relatif kecil.
2) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasih
ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi
murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih relatif besar
dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relative
besar juga.
3) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih.
Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko
piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta
penagihannya cukup besar. Dalam praktek, metode ini jarang dipakai,
karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada
kepastian yang memadai akan penagihan kasnya.
24
Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada
pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang
disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.
Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah dapat dilakukan
dengan menggunakan salah satu metode berikut:
1) Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi piutang
murabahah dan keuntungan murabahah; atau
2) Diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan piutang
dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya
kepada pembeli.
Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:
1) Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu,
maka diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah;
2) Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli,
maka diakui sebagai beban.
Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya
sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana
kebajikan.
Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut:
1) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang
diterima;
2) Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagian pokok);
25
3) Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan
kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh penjual .
2) Akuntansi Untuk Pembeli Akhir
Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai
hutang murabahah sebesar hargabeli yang disepakati (jumlah yang wajib
dibayarkan). Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui
sebesar biaya perolehan murabahah tunai. Selisih antara harga beli yang
disepakati dengan biaya perolehantunai diakui sebagai beban murabahah
tangguhan.
Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional
dengan porsi hutang murabahah. Diskon pembelian yang diterima setelah
akad murabahah, potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah
diakui sebagai pengurang beban murabahah tangguhan. Denda yang
dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan
akad diakui sebagai kerugian. Potongan uang muka akibat pembeli akhir
batal membeli barang diakui sebagai kerugian.
2.6.2 Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan
kerugian piutang. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai
26
pengurang (contra account) piutang murabahah. Beban murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) hutang
murabahah.
2.6.3 Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
1) Harga perolehan aset murabahah;
2) Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai
kewajiban atau bukan; dan
3) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101.
2.7 Esensi Pembiayaan Murabahah
Menurut Widodo (2010: 23-24) esensi pembiayaan murabahah
adalah:
1) Bahwa pembiayaan murabahah bukalah pinjaman dengan imbalan
bunga, tetapi jual beli satu barang secara kredit yang mana komponen
harga jualnya adalah harga pokok ditambah laba yang disepakati
antara penjual dan pembeli.
2) Oleh karena murabahah adalah jual beli, maka transaksinya harus
memenuhi rukun dan syarat jual beli.
3) Oleh sebab basisnya adalah jual beli, maka jangka waktu murabahah
lebih bersifat jangka pendek, atau terkadang jangka menengah.
27
4) Pembiayaan murabahah hanya dapat dilakukan jika dimaksudkan
untuk pembelian barang yang belum dimiliki nasabah. Dengan
demikian, apabila nasabah telah membeli satu barang, kemudian
mengajukan pembiayaan murabahah sebagai “refinancing”, maka hal
ini tidak diperkenankan. Yang terjadi akhir-akhir ini adalah pinjam
meminjam uang.
5) Salah satu rukun jual beli, maka barang yang menjadi objek jual beli
wajib terlebih dahulu dimiliki oleh si penjual sebelum dijual kepada si
pembeli.
6) Barang yang menjadi objek jual beli hendaknya dibeli dari pihak ketiga.
7) Murabahah adalah ”Cost plus margin/ Mark up”, dan bukannya pinjam
meminjam uang atau “Loan plus Interest”
2.8 Rukun dan Syarat Murabahah
Dalam kaidah fiqih mengatakan bahwa “pada dasarnya segala bentuk
muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
Namun setiap usaha atau kegiatan akan sah dilakukan apabila mengikuti
prosedur dalam hal ini sesuai dengan rukun dan syarat.
Rukun murabahah menurut Mahzab Imam Hanafi adalah ijab dan
kabul. Sedangkan menurut jumhur ulama ada empat rukun yaitu orang yang
menjual, orang yang membeli, shighat, dan barang yang diakadkan
(Muthaher, 2012: 59).
28
Menurut Muthaher (2012), Syarat jual beli adalah sesuai degan rukun
jual beli yaitu:
1) Syarat Orang yang berakal
Orang yang melakukan jual beli harus memenuhi:
(a) Berakal
(b) Orang yang melakukan jual beli adalah orang yang berbeda
2) Syarat yang berkaitan dengan ijab Kabul
Menurut para ulama fiqih, syarat ijab Kabul adalah:
(a) Orang yang telah mengucapkannya telah baligh da berakal
(b) Kabul sesuai ijab
(c) Ijab dan Kabul itu dilakukan dalam satu majelis
3) Syarat barang yang dijualbelikan
Syarat barang yang diperjual belikan yaitu:
(a) Barang itu ada tau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu
(b) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia
(c) Milik seseorang, barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak
boleh dijualbelikan
(d) Boleh diserahkan saat akad berlangsung dan pada waktu yang
disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.
Menurut Rasjid (1954: 269 - 271), rukun dan syarat jual beli:
1) Penjual dan Pembeli
Syarat Keduanya:
29
(a) Berakal, agar dia tidak terkicuh, orang yang gila atau bodoh tidak sah
jual belinya
(b) Dengan kehendaknya sendiri (buka dipaksa)
(c) Keadaannya tidak mubazir
2) Uang dan Benda Yang Dibeli
Syarat keduanya:
(a) Suci, najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk
dibelikan.
(b) Ada manfaatnya, tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada
manfaatnya
(c) Keadaan barang itu dapat diserahterimakan.
(d) Keadaan barang kepunyaan yang menjual
(e) Barang itu diketahui si pejual dan si pembeli dengan terang, zat,
bentuk, kadar, dan sifat-sifatnya
3) Lafaz (Kalimat Ijab Dan Kabul)
Menurut Widodo rukun dalam transaksi murabahah adalah sebagai
berikut:
1) Penjual (Bai’)
2) Pembeli (Musytari)
3) Barang Yang Menjadi Objek Jual Beli (Mabi’)
4) Harga Barang (Tsaman)
5) Kontrak/ Aqad (Shighat/ Ijab Qabul)
30
2.9 Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang murabahah dan kaitannya dengan PSAK ini
sebelumnya telah diteliti oleh beberapa orang diberbagai lokasi yang
berbeda. Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian ini yakni Wardi &
Gusmarila. Analisis perlakuan akuntansi syariah untuk pembiayaan
Murabahah, mudharabah, serta kesesuaiannya Dengan PSAK no. 102, dan
105. Penelitian ini dititik beratkan pada jenis pembiayaan yang
mendominasi di Bank Muamalat Cabang Pekanbaru yaitu pembiayaan
murabahah dan mudharabah yang diatur dalam PSAK No.102 tentang
Akuntansi Murabahah dan PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah.
Namun dalam praktiknya, aturan-aturan yang digunakan dalam kegiatan
operasional Bank Muamalat Cabang Pekanbaru belum sepenuhnya
menggunakan aturan-aturan yang sesuai dengan standar dan syariah
Islam, seperti konsep pengakuan asset murabahah, pembagian
keuntungan, penetapan margin murabahah, konsep nisbah bagi hasil
mudharabah. Di satu sisi, Bank Muamalat Cabang Pekanbaru telah
sepenuhnya melaksanakan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah terkait dengan operasionalisasi bank syariah.
Alam. 2007. Evaluasi Penerapan Akuntansi Syariah Pada Piutang
Murabahah (Studi kasus diPT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
Amanah Sejahtera Gresik). Dalam pengakuan piutang murabahah, piutang
murabahah diakui sebesar biaya perolehan dan ditambah margin yang
disepakati antara bank dengan nasabah. Penyajian piutang murabahah
31
dalam laporan neraca sudah dirinci tersendiri dalam rekening piutang
murabahah, dan dalam laporan laba rugi keuntungan piutang murabahah
sudah dirinci tersendiri dalam rekening pendapatan dari pihak ketiga bukan
bank yang didalamnya sudah termasuk margin piutang murabahah.
Sari. 2012. Analisis penerapan prinsip syariah pada pembiayaan
murabahah (Studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Malang). Skripsi yang disusun dengan metode deskriptif studi kasus ini
menggambarkan proses pelaksanaan pembiayaan murabahah pada PT.
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Malang. Dari hasil analisis tersebut,
perusahaan dihadapkan pada masalah kebijakan tentang pengakuan dan
pengukuran uang muka yang tidak digolongkan menjadi kebijakan formal
oleh PT. Bank Mandiri Kantor Cabang Malang sehingga tidak ada pedoman
tertulis mengenai ketentuan pengakuan dan pengukuran uang muka seperti
yang terdapat pada PSAK No.102 paragraf 30. Kebijakan akutansi tentang
pengakuan dan pengukuran uang muka seperti yang ada dalam PSAK
No.102 paragraf 30 seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi PT. Bank
Sariah Mandiri Kantor Cabang Malang untuk dicantumkan dalam kebijakan
mengenai pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Malang sehingga kebijakan menjadi lengkap dan dapat menjadi
pegangan dalam operasional bank, serta tidak akan terjadi kesalahan
pencatatan akutansi.
Siregar. Analisis Penerapan Transaksi Murabahah pada PT.Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan. Tujuan penelitian
32
ini adalah menganalisis kesesuian penerapan sistem pembiayaan transaksi
murabahah PT. BPRS Al-Washliyah Medan dengan PSAK no.59,
kesesuaian penerapan pengawasan intern dari transaksi murabahah PT.
BPRS Al-Washliyah dengan ketentuan pengawasan intern yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia serta kesesuaian cara pengakuan dan pengukuran
pendapatan transaksi murabahah PT. BPRS Al-Washliyah dengan PSAK
nO.23. Penelitian ini bersifat deskriptif yang didesain dengan menggunakan
pendekatan studi kasus. Cara analisis data yang digunakan untuk
menjawab masalah penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif
Temuan dari penelitian yang telah dilakukan, secara keseluruhan
penerapan sistem pembiayaan transaksi murabahah PT. BPRS Al-
Washliyah, pengawasan intern PT. BPRS Al-Washliyah Al-Washliyah serta
penerapan pengakuan dan pengukuran pendapatan dari transaksi
murabaha yang dilaksanakan oleh PT. BPRS Al-Washliyah Medan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dalam hal PSAK no.59, ketentuan
pengawasan intern yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta ketentuan
yang berlaku pada PSAK no.23 Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak
Sultony. 2012. Analisis kesesuaian PSAK no. 102 terhadap perlakuan
akuntansi murabahah pada PT. BTN Syariah Jakarta. PT. Penelitian
perlakuan akuntansi yang bersifat deskriptif analitis dengan
menitikberatkan pada studi dokumen yang dilengkapi wawancara dengan
narasumber untuk mempelajari data sekunder di bidang akuntansi yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Dari penelitian yang
33
dilakukan, diperoleh jawaban sebagai berikut: Pertama, PT. BTN Syariah
dalam mencatat pembiayaan murabahah mengacu pada PSAK No. 102
PAPSI 2003. Kedua, bahwa perlakuan akuntansi murabahah di PT. BTN
Syariah pada dasarnya telah memenuhi ketentuan yang berlaku secara
umum, yakni mengacu kepada PSAK No. 102 dan PAPSI 2003.
Mustofa. 2012. Studi analisis pelaksanaan akad murabahah pada
produk pembiayaan modal kerja di Unit Mega Mitra Syariah (M2s) Bank
Mega Syariah Kaliwungu. Skripsi ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Sumber data diperoleh dari data primer (secara langsung) adalah
hasil dari feld research (penelitian lapangan) yaitu wawancara dengan
officer bank mega syariah kaliwungu (unit manager, account officer,
financing officer dan teller). Serta data sekunder (tidak langsung) yaitu
literatur lainnya yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Adapun
metode pengumpulan data yaitu dengan interview, observasi dan
dokumentasi. Sedangkan analisa data adalah deskriptif analisis yang
bertujuan menggambarkan fenomena atau keadaan senyatanya dari
pelaksanaan pembiayaan murabahah pada produk pembiayaan modal
kerja di unit mega mitra syariah (m2s) bank mega syariah kaliwungu. Dari
hasil penelitian ini diketahui bahwa pelaksanaan pembiayaan murabahah
pada produk pembiayaan modal kerja di unit mega mitra syariah (m2s)
Bank Mega Syariah Kaliwungu belum memenuhi ketentuan syariah. Hal ini
terjadi karena dari segi syarat rukunnya ada beberapa aspek yang belum
sesuai dengan ketentuan syariah, dikarenakan dalam pelaksanaan akad
34
ada tambahan berupa akad wakalah yang pelaksanaannya dilakukan
bersamaan. Selain itu dari segi barang yang diperjual-belikan tidak jelas,
karena yang membeli barang adalah pihak nasabah itu sendiri dan pihak
bank hanya sebagai pemberi pinjaman uang saja. Ketidak sesuaian
beberapa syarat tersebut lebih dipengaruhi karena pihak bank mega
syariah tidak mengikuti prosedur pelaksanaan akad murabahah
sebagaimana yang telah diatur oleh dewan syariah nasional dalam
fatwanya nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 dimana seluruha aspek
operasionalnya sebenarnya sudah diatur didalam fatwa tersebut.
Lailatus Sifah, 2012. Analisis perlakuan akuntansi pembiayaan
murabahah berdasarkan psak 102 pada Bank Syariah Bukopin Cabang
Surabaya.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
fenomenologi, sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian
yang beroriantasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena
orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau
bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan
harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini disebut
dengan field study (Nazir, 1986: 159).
Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012: 4) mendefinisikan
meotodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.
Lebih lanjut Denzin dan Lincoln (Moleong, 2012: 5) menyatakan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Penelitian Kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono,
2011: 8). Cresswell dalam bukunya Herdiansyah (2010: 8) “Qualitative
36
research is an inquiry process of understandingbased on distinct
methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem.
The researcher builds a complex, holistic picture, analizes words, report
detailed, views of information, and conducts the study ina natural setting.
Lebih lanjut Moleong dalam bukunya Herdiansyah (2010: 9)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah
yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial
secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang
mendalam antara peneliti dan fenomena yang diteliti.
3.2 Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti merupakan unsur penting dalam penelitian ini.
Peneliti sebagai perencana, yang melaksanakan pengumpulan data dan
informasi, menganalisis dan pada akhirnya melaporkan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti wajib hadir dan terjun langsung di lokasi
penelitian karena peneliti merupakan istrumen utama dalam pengumpulan
data dan informasi. Peneliti sebagai instrument utama tentunya memiiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah subjek yang dituju lebih
tanggap dengan maksud tujuannya, serta peneliti dapat menyesuaikan
dengan lokasi penelitian dan setting penelitian. Sehingga peneliti dapat
menjelajah ke seluruh bagian setting untuk pengumpulan data dan
informasi sehingga dalam pengambilan keputusan peneliti bisa mengambil
keputusan secara tepat, terarah dan terstruktur. Sedangkan kelemahan
37
peneliti adalah dalam hal menginterpretasikan data dan informasi peneliti
selalu dipengaruhi oleh persepsi dan kesan yang dimilikinya sebelum data
dan fakta itu ditemukan.
Dalam penelitian ini peran peneliti sebagai pengamat partisipan.
selain itu juga kehadiran peneliti diketahui statusnya. Dengan demikian
peneliti selalu berusaha menghindari pengaruh subyektif dan menjaga
lingkungan tetap alamiah agar proses penelitian berjalan lancar sesuai yang
diharapkan.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo yang beralamatkan di Jl. Nani
Wartabone No. 127 ini merupakan Bank Syariah ke dua di Gorontalo
setelah Bank Muamalat. Sejak awal berdiri di Gorontalo tepatnya pada tahu
2009, Bank ini selalu mengalami peningkatan kualitas. Hal ini bisa dilihat
dari semakin banyaknya jumlah nasabah dari tahun ke tahun selain itu juga
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo ini selalu aktif dalam kegiatan
sosial seperti penggalangan dana untuk Negara Palestina yang diadakan
oleh Persaudaraan Muslimah (Salimah) Provinsi Gorontalo.
Beberapa alasan penulis melakukan penelitian di Bank Syariah
Mandiri Cabang Gorontalo yakni:
38
1) Belum ada mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo yang melakukan
penelitian tentang murabahah di PT. Bank Syariah Madiri Cabang
Gorontalo.
2) PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo merupakan lokasi magang
peneliti, sehingga dalam proses pengambilan dan pengumpulan data
dan informasi bisa dengan mudah dilakukan.
3) Lembaga ini memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang proses
transaksi-transaksi perbankan syariah
4) PT. Bank Syariah Madiri Cabang Gorontalo lokasinya cukup berdekatan
dengan tempat tinggal peneliti sekitar 500 M
3.4 Sumber Data
Menurut Lofland (Moleong, 2012: 157), sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi,
karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Data biasanya
didapat dari wawancara yang bersifat subjektif sebab data tersebut
ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda (Riduan, 2003: 5-7).
Data yang akan dikumpulkan adalah data yang sesuai dengan fokus
penelitian yaitu tentang penerapan pembiayaan murabahah di PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Gorontalo. Data yang dikumpulkan dapat bersifat
deskriptif dalam bentuk kata-kata atau gambar. Sumber data dalam
39
penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara langsung dari PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
melalui proses wawancara dengan pegawai PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo serta nasabah dalam pembiayaan murabahah di PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo. Sedangkan data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber yang relevan dengan tujuan
penelitian misalnya sejarah berdirinya PT. BSM Cabang Gorontalo, visi dan
misi, struktur organisasi dan lain sebagainya.
Dalam hal pemilihan informan dalam peneliti menggunakan teknik
snowball sampling. Teknik snowball sampling yaitu informan kunci akan
menunjuk orang yang mengetahui masalah-masalah yang akan diteliti
untuk melengkapi keterangan-keterangan dan orang yang ditunjuk akan
menunjuk orang lain bila keterangan yang diberikan kurang bisa dipahami.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama 7 bulan yakni dari Bulan
November 2012 sampai dengan Bulan Mei 2013. Kegiatan pengumpulan
data ini bersifat kondisional tergantung stuasi dan kondisi PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Gorontalo.
Prosedur pengumpulan data menggunakan tiga cara yaitu
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Intruksi pokok dalam penelitian
40
ini adalah peneliti sendiri dengan alat bantu ballpoint, pedoman wawancara
dan handphone.
Berikut ini uraian prosedur pengumpulan data:
1) Wawancara/ Interview
Wawancara adalah percakapan percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pernyataan itu (Moleong, 2012: 186).
Dalam melaksanakan wawancara, peneliti mendatangi informan
antara lain pegawai PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo dan
nasabah yang mengajukan Pembiayaan murabahah di PT. Bank Syariah
Mandiri. Semuanya sebagai informan pertama dalam penelitian ini dan
mengadakan wawancara mengenanai penerapan pembiayaan murabahah
seperti bagaimana analisis pembiayaannya, skema murabahanya,
pengakuan dan pengukurannya, berapa margin murabahahnya dan lain
sebagainya.
Selain pertayaan-pertanyaan tersebut di atas, terkadang juga peneliti
menyelipkan pertanyaan-pertanyaan bersifat pengalaman untuk
memperoleh keterangan lebih rinci tentang substansi yang
diwawancarakan. Setelah informan mengadakan wawancara dengan
informan pertama, peneliti mengadakan wawancara dengan informan ke
dua yakni nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah di PT. Bank
41
Syariah Mandiri Cabang Gorontalo. Metode wawancara yang digunakan
peneliti adalah wawancara tidak terstruktur.
2) Observasi
Tehnik ini utamanya digunakan pada studi pendahuluan seperti
mengobservasi suasana PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo,
sarana dan prasarana yang digunakan, pelayanan nasabah dan lain
sebagainya. Proses observasi yang dilakukan di PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo tersebut untuk memperoleh data-data tentang kondisi
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo, dan kegiatan yang sering
dilakukan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo.
Untuk memperoleh data melalui observasi, peneliti berusaha
menceburkan diri dalam kehidupan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Gorontalo kemudian berbaur dengan orang-orang yang terlibat dengan
pembiayaan murabahah. Hasil dari kegiatan ini adalah catatan lapangan.
Proses pencatatan dilakukan pada hal-hal yang terkait dengan
pelaksanaan pembiayaan murabahah.
3) Dokumentasi
Dokumen sebagai sumber data, akan berfungsi sebagai indikator dari
produk tingkat komitmen subjek yang diteliti. Dengan demikian demikian
dokumen ini akan terkait dengan seluruh subjek penelitian, baik pegawai
maupun nasabah.
42
3.6 Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2012: 324) untuk menetapkan keabsahan data
diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang
digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), Keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(compfirmability).
Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini melakukann uji
derajat kepercayaan diantaranya dilakukan dengan:
1) Perpanjangan keikut-sertaan
2) Ketekunan pengamatan
3) Triangulasi
4) Pengecekan sejawat
5) Kecukupan referensial
3.7 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam
periode tertentu. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen
(Moleong, 2012: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya memadai satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
meemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain
43
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012: 430), mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
dengan menggunakan metode perbandingan tetap. Menurut Moleog (2012:
288) metode perbandingan tetap atau comparative method ini disebut juga
dengan grounded research karena dalam analisis data, secara tetap
membandingkan satu datum dengan datum yang lain, dan secara tetap
membandingkan kategori dengan kategori lainnya. Dalam analisis data ini,
seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti wawancara,
observasi dan dokumen-dokumen lainnya terlebih dahulu direduksi. Data
yang telah direduksi atau disederhanakan tersebut kemudian
dikategorisasi. Kategorisasi menurut Moleong (2012: 288) adalah upaya
memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki
kesamaan. Setelah menyusun kategorisasi, kemudian melakukan
sintesiasi. Dimana dalam proses ini peneliti mencari kaitan antara satu
kategori dengan kategori lainnya, membandingkan antara yang sudah
jelas-jelas ada aturan dan standarnya dengan apa yang sesungguhnya
terjadi di lapangan. Dan setelah proses sintesiasi selesai, maka peneliti
menyusun hipotesis kerja. Hipotesis kerja ini dilakukan dengan jalan
merumuskan satu pernyataan yang proporsional atau biasanya disebut
dengan penarikan kesimpulan atas apa yang telah diteliti. Dalam penelitian
44
ini, analisis data ini terfokus pada penerapan PSAK 102 untuk akuntansi
murabahah di Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo.
3.8 Tahap-tahap penelitian
Adapun tahap-dahap dalam penelitian ini secara umum terdiri atas
tiga tahap yaitu:
1) Tahap pra lapangan
Menurut moleong (2012: 127) ada enam tahap kegiatan yang harus
dilakukan peneliti dalam tahapan ini ditambah satu pertimbangan yang
perlu dipahami yaitu etika penelitian di lapangan. Adapun kegiatan dalam
tahap ini yakni:
(a) Menyusun rancangan penelitian
(b) Memilih lapangan penelitian
(c) Mengurus perizinan
(d) Menjajaki dan menilai lapangan
(e) Memilih dan memanfaatkan informan
(f) Menyiapkan perlengkapan penelitian
(g) Persoalan etika penelitian
2) Tahap pekerjaan lapangan
(a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
(b) Memasuki lapangan
(c) Berperanserta dalam mengumpulkan data
3) Tahap analisis data
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN PENERAPAN PSAK 102 UNTUK MURABAHAH DI
PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG GORONTALO
“Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaknya penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar.....” (QS. Al-Baqarah: 282)
4.1 Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998
membawa hikmah tersendiri bagi tonggak sejarah sistem perbankan
syariah di Indonesia. Disaat bank-bank konvensional terkena imbas dari
krisis ekonomi, saat itulah berkembang pemikiran mengenai suatu konsep
yang dapat menyelamatkan perekonomian dari ancaman krisis yang
berkepanjangan, disisi lain, untuk menyelamatkan perekonomian secara
global, pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan penggabungan
(merger) 4 (empat) bank pemerintah, yaitu Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo, menjadi satu satu bank yang kokoh
dengan nama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan tersebut juga menetapkan PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk sebagai pemilik mayoritas PT Bank Susila Bakti (BSB).
PT BSB merupakan salah satu bank konvensional yang dimiliki oleh
Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi. Untuk keluar dari krisis ekonomi, PT BSB juga
melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang
46
investor asing. Sebagai tindak lanjut dari pemikiran pengembangan sistem
ekonomi syariah, pemerintah memberlakukan UU No.10 tahun 1998 yang
memberi peluang bagi bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual
banking system). Sebagai respon, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah, yang bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Tim
Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU
tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh
karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera
mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB
bertransformasi dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri
sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8
September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri (BSM).
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420
47
H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil
dengan harmonisasi idealisme usaha dengan nilai-nilai spiritual. Bank
Syariah Mandiri tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan keduanya,
yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmonisasi idealisme usaha
dan nilai-nilai spiritual inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank
Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia.
Salah satu yang menjadi alasan pembukaan kantor cabang bank
syariah mandiri di Provinsi Gorontalo adalah mayoritas masyarakatnya
beragama islam dan pertumbuhan ekonomi cukup pesat. PT. Bank syariah
Mandiri Cabang Gorontalo didirikan pada tanggal 28 desember 2009,
kemudian diresmikan pada tanggal 27 januari 2010. Kepala Cabang untuk
pertama kalinya adalah bapak Ismul Fachri Lubis. Setiap orang ada
masanya dan setiap masa ada orangnya. Seiring berjalannya waktu pada
tahun 2013 ini Kepala Cabang PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
adalah Bapak Otto Hapdillah Kurniawan.
4.2 Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
Dalam melaksanakan fungsinya, PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Gorontalo, mempunyai visi dan misi. Visi dan misi ini merupakan visi dan
misi yang dibuat oleh PT. Bank Syariah Mandiri pusat. Namun karena
sistem dari PT. Bank Syariah Mandiri ini adalah terpusat. Maka segala
sesuatu yang berkaitan dengan internal perusahaan, maka di cabangnya
48
pun menyesuaikan dengan yang ada di kantor pusat. Berikut ini adalah visi
dan misi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo.
Visi
Menjadi Bank Syariah terpercaya pilihan mitra usaha
Misi
1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
2) Mengutamakan penghimpunan dana consumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM
3) Merekrut dan mengembangkan pegawai professional dalam lingkungan
kerja yang sehat
4) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
5) Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang
sehat
4.3 Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo dalam menjalankan
tugas pokok, dan fungsinya memiliki struktur organisasi. Agar fungsi
tersebut bisa berjalan dengan baik, maka perlu adanya penempatan orang-
orang baik itu sebagai karyawan atau pegawai. Hal ini diharapkan dapat
lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dari setiap diri karyawan ataupun
pegawai. Berikut ini gambaran struktur organisasi PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo:
50
4.4 Produk PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
Dalam menjalankan aktivitasnya PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Gorontalo menawarkan berbagai macam produk dan masing-masing
produk memiliki fungsi yang berbeda-beda. PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo pada umumnya menawarkan 3 macam produk dan
masing-masing produk memiliki klasifikasi yang berbeda-beda pula.
Produk-produk tersebut adalah sebagai berikut:
1) Produk Pendanaan
Produk pendanaan merupakan produk yang berhubungan dengan
dana pihak ketiga (tabungan, deposito, dan giro), dana konsumer dan dana
murah (low cost fund). Produk pendanaan di PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo terdiri dari:
a) Tabungan BSM adalah tabungan dalam mata uang rupiah yang
penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas
dibuka di konter BSM atau melalui ATM.
b) Tabungan Mabrur BSM adalah tabungan dalam mata uang rupiah untuk
membantu pelaksanaan ibadah haji & umrah.
c) Tabungan BSM Investa Cendekia adalah tabungan berjangka untuk
keperluan uang pendidikan dengan jumlah setoran bulanan tetap
(installment) dan dilengkapi dengan perlindungan asuransi
d) Tabungan Berencana BSM adalah Tabungan berjangka yang
memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian
target dana yang telah ditetapkan.
51
e) Tabungan Simpatik BSM adalah tabungan berdasarkan prinsip wadiah
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat
syarat yang disepakati
f) Tabungan BSM Dollar adalah tabungan dalam mata uang dollar yang
penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai
ketentuan BSM
g) Tabungan Kurban BSM adalah tabungan dalam mata uang rupiah
untuk membantu nasabah dalam merencanakan ibadah kurban dan
aqiqah. Pelaksanaannya bekerja sama dengan Badan Amil Qurban.
h) Deposito BSM adalah investasi berjangka waktu tertentu dalam mata
uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah.
i) Deposito BSM Vallas adalah investasi berjangka waktu tertentu dalam
mata uang dollar yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah
Muthlaqah.
j) Giro BSM adalah Sarana penyimpanan dana dalam mata uang rupiah
untuk kemudahan transakasi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip
wadiah yad dhamanah.
k) Giro BSM Vallas adalah sarana penyimpanan dana dalam mata uang
US Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan
berdasarkan prinsip wadiah yad Dhamanah.
l) Giro BSM Singapore Dollar adalah simpanan penyimpanan dana dalam
mata uang Singapore dollar untuk kemudahan transaksi dengan
pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah.
52
2) Produk Jasa
Produk Jasa meliputi jasa produk, jasa operasional, dan jasa
investasi. Adapun layanan jasa yang ditawarkan di PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Gorontalo adalah sebagai berikut:
a) BSM Mobile Banking GPRS (BSM MBG) adalah layanan transaksi
perbankan (non tunai) melalui mobile phone (handphone) berbasis
GPRS.
b) BSM Net Banking adalah Layanan transaksi perbankan (non tunai)
melalui internet.
c) BSM Card adalah kartu yang dapat dipergunakan untuk transaksi
perbankan melalui ATM dan mesin debit (EDC/Electronic Data Capture)
d) Sentra Bayar BSM adalah layanan pembayaran beragam tagihan
seperti telepon, ponsel maupun listrik.
e) PPBA (Pembayaran Melalui Menu Pemindah bukuan di ATM) adalah
layanan pembayaran tagihan institusi (lembaga pendidikan, asuransi,
lembaga khusus, lembaga keuangan non bank) melalui menu
pemindah bukuan di ATM
f) BSM Elecronic Payroll (ePay roll) adalah layanan administrasi
pembayaran gaji karyawan suatu institusi.
g) BSM Safe Deposito Box adalah layanan penyimpanan benda berharga,
dokumen dan lain-lain yang ditempatkan diruangan yang dilengkapi
sistem pengamanan.
53
3) Produk Pembiayaan
Produk pembiayaan meliputi pembiayaan per skim, pembiayaan per
sektor ekonomi dan pembiayaan per segmen. Adapun jenis-jenis produk
pembiayaan yang ada di PT. Bak Syariah Mandiri Cabang Gorontalo adalah
sebagai berikut:
a) MMOB (Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet) adalah fasilitas
pembiayaan dengan alokasi sumber dana yang terikat (spesifik) dari
pemilik dana (shahibul maal).
b) BSM Customer Network Financing (Modal Kerja) adalah pembiyaan
modal kerja yang diberikan kepada nasabah untukk pembelian
persedian barang dari rekanan yang telah menjalin kerjasama dengan
BSM.
c) Dana Berputar adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan modal
kerja sementara dan bukan untuk Permanent Working Capital. Bersifat
Self liquidating seiring dengan menurunnya aktivitas bisnis pada
periode terkait.
d) Peralatan Kedokteran adalah pembiayaan untuk pembelian barang
modal atau peralatan penunjang kerja dibidang kedokteran.
e) Resi Gudang adalah pembiayaan dengan jaminan utama komoditi yang
diperdagangkan, dimana komoditi tersebut berada dalam suatu gudang
atau tempat yang terkontrol secara independen.
f) Umroh adalah pembiayaan untuk mempermudah nasabah dalam
memenuhi perjalanan umroh.
54
g) Pensiunan adalah pembiayaan yang diperuntukkan bagi pensiunan.
h) PKPA (Pembiayaan Kepada Koperasi Karyawan Untuk Para
Anggotanya) adalah fasilitas penyaluran pembiyaan kepada anggota
koperasi karyawan
i) Griya BSM adalah fasilitas pembiayaan pemilikan rumah tinggal.
4.5 Deskripsi Hasil Penelitian
4.5.1 Pengakuan dan Pengukuran
Dalam hal pembiayaan murabahah di PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo, semua barang bisa dijadikan sebagai objek murabahah,
asalkan barang tersebut halal dan baik. Dalam hal pengajuan pembiayaan
murabahah, nasabah diharapkan bisa melengkapi persyaratan yang telah
ditentukan oleh pihak bank. Untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
mengajukan pembiayaan murabahah wajib melampirkan dokumen
identitasnya berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), dokumen legalitas
selaku PNS (untuk PNS), SK gaji, taspen, kartu pegawai, surat penawaran
rumah, sedangkan untuk Nasabah yang bukan PNS yang mengajukan
pembiayaan murabahah di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
wajib melampirkan foto copy dokumen identitas berupa Kartu Tanda
Penduduk (KTP), kartu keluarga, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
dokumen legalitas usaha seperti SITU, SIUP, BDP, laporan penjualan, dan
yang terpenting adalah dalam hal pengajuan pembiayaan murabahah,
55
barang-barang yang akan dibeli oleh nasabah haruslah barang-barang
yang bersifat baik dan halal.
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo melakukan pembiayaan
murabahah dengan menggunakan akad murabahah namun realita yang
terjadi di lapangan, PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo hanya
memberikan pembiayaan berupa sejumlah uang sesuai dengan
pembiayaan yang dibutuhkan kepada nasabah, dimana hal ini disebut
dengan akad wakalah yaitu pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai
pihak pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang
diwakilkan.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan cuplikan hasil wawancara antara
peneliti dengan nasabah sebagai berikut:
P: N: P: N: P: N: P: N:
Pak trus ini, kan dalam hal pembiayaan murabahah ini apakah pihak bank memberikan pembiayaan dalam bentuk uang atau barang pak? Dalam bentuk uang Dalam bentuk uang, bukan dalam bentuk barang? Uang Misalnya pembiayaan untuk, misalnya kan pembelian semen atau apa Ya Trus pihak Bank itu menyediakan semen atau mungkin di uangkan? Jadi mestinya ya selama ini memang ini seharusnya mekanismenya itu di ikutsertakan sebelumnya. Jadi pada prakteknya yang sebenarnya konsep yang disampaikan itu adalah ketika misalnya bangunan, bangunan ini 30% itu atau hampir selesai itu ada semacam aaa pertanggungjawaban katakanlah seperti itu. Berapa anggaran yang habis. Hanya selama ini yang ril, jujur ya saya hanya menerima uang dengan melihat bangunan yang saya bangun dan tentu yang dilihat itu dari sisi fisik kemudian dari sisi layak IMB itu segala macam yang diminta.
56
Hal ini juga didukung dengan pernyataan nasabah lain melalui media
handphone via sms:
P: N: P: N:
Assalaamu’alaykum. Ustad mf mengganggu. Ustad pada saat ustad melakukan pembiayaan murabahah di BSM akadnya itu akad murabahah atau wakalah?? Syukran ustad Murabahah Tapi yang BSM kasih dalam bentuk uang ustad?? Atau?? Ya... Uang yang mestinya selalu saya pertanggungjawabkan dengan kwitansi pembelian brg... Hx kenyataanx sy hx trima uang sj... sptx mrk dan sy jg tak mau ribet.
Pernyataan di atas juga di dukung oleh pernyataan nasabah lainnya
seperti yang terekam dalam via sms sebagai berikut:
P: N:
Assalaamu’alaykum. Ustad mf mengganggu. Ustad pada saat ustad melakukan pembiayaan murabahah di BSM akadnya itu akad murabahah atau wakalah?? Syukran ustad Keduanya
Pernyataan tersebut didukung juga oleh pernyataan yang lain seperti
yang tercantum sebagai berikut:
P: N: P: N:
Assalaamu’alaykum.. K Eza mf mengganggu.. Ana mtanya k uwty, pada saat melakukan pembiayaan murabahah di BSM akadnya itu akad murabahah atau wakalah?? Syukran.. Murabahah Ukh Tapi yang BSM kasih dalam bentuk uang?? Atau?? Uang coz pembiayaan konsumtif. Uanglah masa daun.. he.. he.
Dari beberapa pernyataan di atas maka sudah jelas pihak bank hanya
memberikan sejumlah dana kepada nasabah, dan nasabah sendiri yang
membeli barangnya. Dalam hal ini adanya pemberian kuasa atas dana dan
nama bank kepada nasabah untuk melakukan pembelian barang sendiri
P: N:
Berarti pihak Bank itu hanya menyediakan sejumlah dana, tapi mereka tidak menyediakan barang yang diinginkan oleh bapak? Tidak. Hanya mereka meminta ee secara fisik apa namanya ee penggunaan anggaran yang saya saya saya trima.
57
sesuai spesifikasi yang diinginkan kepada pihak supplier setelah
memperoleh pembiayaan dari pihak bank. Hal ini hampir sama dengan
pemberian kredit pada bank konvensional. Karena pihak PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Gorontalo hanya memberikan pembiayaan murabahah
dalam bentuk uang maka secara otomatis akan berpengaruh pada
pencatatan akuntansinya. Pada saat pencairan pembiayaan murabahah,
pihak PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo menjurnalnya sebagai
berikut:
Piutang Nasabah Rp. xxx
Murabahah Rp. xxx
Nasabah Rp. xxx
Margin yang ditangguhkan Rp. Xxx
Dalam hal murabahah pesanan mengikat, pihak PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Gorontalo menganggapnya itu sebuah produk lain selain
murabahah yakni ijarah. Padahal murabahah berbeda dengan ijarah. Ijarah
adalah sewa, dan murabahah adalah jual beli.
Untuk penurunan aset yang dikarenakan rusak ataupun usang, pihak
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo tidak menjurnalnya sebagai
beban karena pencatatannya itu hanya diakukan sekali saja yakni pada
saat pencairan seperti yang terekam dalam wawancara berikut ini.
“Kita kan murabahah di sini baru griya, mobil untuk yang berwujud ya, lainnya itu kan RAB. Rencana anggaran biaya nah, jadi kalau menurun, kayaknya tidak tuh. Kalau mobil, mobil itu dia menyusut kan, tapi tidak sih. Karena dikitorang itu lainnya kan harga pasar, ada nilai likuidasi, nilai likuidasi itu pasti lebih kurang dengan harga pasar. Jadi so perhitungan duluan 5 tahun mobil ini depe harga berapa, kan
58
pembiayaan mobil orang cuma 5 tahun. 5 tahun berarti harga pasar tahun ini dengan tahun depan beda kan, makanya ada nilai likuidasi disitu. Nilai likuidasi mobil untuk 5 tahu ke depan itu kira-kira harganya berapa, jadi yang orang pak disitu nilai likuidasi. Nilai likuidasi baru ee kalau rumah kan beda lagi toh, sama nilai likuidasi noh. Torang itu jurnal Cuma 1 kali ya, pada saat pencairan.” Terkait dengan diskon murabahah, pihak PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalopun tidak melakukan pencatatan terkait dengan diskon
murabahah seperti terekam dalam wawancara berikut:
P : LA: P : LA: P : LA: P : LA: P : LA:
Kan di sini kita ada diskon. Misalnya pihak bank sebelumnya sudah berkomunikasi dengan dealer atau apa, otomatis ada diskon. Pengakuan diskon murabahah itu.... Kalau torang yang bagitu-bagitu torang kan hubungi yang sama orang kasih pa torang kan depe surat penawaran, surat penawaran itu. Jadi torang bayar sesuai surat penawaran. Apabila ada diskon atau panjang pembicaraannya nasabah, tanya torang. Tapi sih bagusnya dicantumkan di surat penawaran. Jadi torang bayar tinggal selisih. Trus kalau pencatatannya dipihak bank itu terkait dengan diskon apakah.... Tidak Ada Tidak ada? Jadi begini, misalnya dia jual Rp. 100.000,-. Dia kasih diskon 20 % ee 10 % jadi Rp. 10.000,- ee Rp. 90.000,- itu seharusnya orang bayar hanya Rp. 90.000,- bagitu. Tapi itu tidak ada pencatatan diskon? Tidak ada. Torang tidak ada pencatatan diskon. Kalau misalnya.... Kalau ada pencatatan diskon, berarti itu riswah namanya. Tidak boleh.”
Selanjutnya dalam hal pengakuan keuntungan murabahah pihak PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo belum mengakui adanya
keuntungan murabahah. hal ini bisa terekam dalam hasil wawancara
sebagai berikut:
59
P : LA: P : LA:
Bagaimana pengakuan keuntungan murabahah? kan biasanya ada keuntungan murabahah. Itu margin yang tadinya dia posisi kredit, dia di debet. Margin keuntungan? Pada pendapatan margin.
Selanjutnya dalam hal pengakuan potongan pelunasan piutang, lagi-
lagi pihak PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo dalam hal
pencatatannya berbeda dengan apa yang telah ditentukan dalam PSAK
102. Berikut ini hasil wawancara antara peneliti dan Loan Administration:
LA: P : LA:
Bagaimana pengakuan potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati? Potongan pelunasan? Depe jurnal itu debet nasabah, kreditnya piutang. Debet nasabah, kreditnya piutang? Iya debet nasabah, kredit margin, tapi margin pelunasan. Ee tidak semua margin. Baru yang ke dua ee kreditnya piutang kredit lagi pendapatan margin.
Hal tersebut di atas terjadi karena pihak bank hanya memberikan
sejumlah dana kepada nasabah, dan nasabah sendiri yang membeli
barangnya. Jadi dalam hal pengakuan potongan pelunasannya pun
menjadi seperti di atas.
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo juga belum mengakui
adanya potongan angsuran murabahah. Hal ini dapat dilihat dari hasil
wawancara berikut:
LA: P : LA:
Bagaimana pengakuan potongan angsuran? Kan biasanya.... Tidak ada. Tidak ada potongan angsuran.
60
Seperti halnya potongan angsuran, denda pun tidak diakui oleh PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo, dan jika PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo mengakui adanya denda maka jurnalnya:
Nasabah Rp. xxx
Dana Sosial Rp. xxx
Hal ini bisa dilihat pada hasil wawancara berikut:
P : LA:
Trus biasanya ada yang namanya denda. Bagaimana pengakuan denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad? Torang di sini, seandainya diakui denda, denda itu.... Slama ini kita tidak mengambil denda. Seandainya kita mengakui denda, denda masuk ke, jadi debet nasabah, kreditnya dana sosial. Tetapi untuk BSM Gorontalo tidak ada pengakuan denda.
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo juga belum mengakui
adanya uang muka seperti yang terdapat pada hasil wawancara berikut:
P : LA: P : LA:
Kalau uang muka? Kalau uang muka itu kita perhitungkan di BSM dipembiayaan. Jadi misalnya harga barang Rp. 100.000.000,- 10% itu torang tidak ada lagi. Jadi torang pe pembiayaan hanya 10% itu. Jadi 20% itu hubungannya sama loper. Trus depe jurnal itu? Tidak ada. Yang ada... Torang tidak permasalahkan yang ini. karena uang muka itu kalau pa torang mesti ada kwitansi pembayaran. Diperhitungkan sama dengan... diperhitungkan sebagai penawaran.
Akuntansi untuk pembeli akhir di PT. Bank Syariah Mandiri dalam hal
ini terkait dengan hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh,
diakui oleh bank sebagai margin yang ditangguhkan. Hal ini dapat dilihat
pada hasil wawancara berikut:
61
P : LA: P : LA:
Bagaimana hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui.....? Bagaimana hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui.....? Kurang tahu, kalau kita margin yang ditangguhkan. Maksudnya ka? Nda, pada saat pencairan kan makanya ka Novi bilang torang pe jurnal itu cuma satu, pada saat pencairan.
Selanjutnya terkait dengan beban murabahah dan diskon pembelian
yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan potongan
hutang murabahah yang seharusnya diakui sebagai pengurang beban
murabahah tangguhan, namun itu semua belum diterapkan di PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Gorontalo. Hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara
berikut:
P : LA: P : LA: P : LA:
Bagaimana pengakuan diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah? Apakah diakui sebagai pengurang beban murabahah tangguhan? Tidak ada Denda? Tidak ada denda. Bagaimana pengakuan potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang? Kan tidak ada pembeli yang iba cat
4.5.2 Penyajian
Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya maka dalam hal penyajian
piutang murabahah seharusnya disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian
piutang. Namun PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo tidak
mengenal yang namanya penyisihan kerugian piutang tapi hal itu disisipkan
pada akun biaya. Selanjutnya untuk margin murabahah sudah sesuai
62
dengan PSAK 102. Namun untuk beban murabahah ini PT. Bank Syariah
Mandiri belum menerapkannya. Hal ini dapat dilihat pada hasil wawancara
berikut:
P : LA: P : LA: P : LA: P : LA: P : LA:
Bagaimana penyajian Piutang murabahah? Apakah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang? Ataukah? Penyisihan kerugian piutang ada. Tapi itu disisipkan di biaya. Baru biasanya...? Torang pe biaya 1 % dari plafon dari pencairan aa jadi penyisihan kerugian piutang itu 1 %. Trus jadi bagaimana dia pada saat laporan keuangan. Apakah atau dimana atau mungkin.. Eee begini sebenarnya pa torang itu. Itu depe nama PAP PAP ya. Itu... tidak tawu.. cuma torang terbentuk, itu diambil, itu dibentuk perusahaan yang sebenarnya diambil dari biaya administrasi diawal. Bagaimana penyajian margin murabahah tangguhan? Apakah disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah? Iya pengurang. Bagaimana Beban murabahah tangguhan? apakah disajikan sebagai pengurang (contra account) hutang murabahah? ataukah? Kalau beban murabahah tidak ada.
4.5.3 Pengungkapan
Berdasarkan hasil wawancara, maka dalam hal pengungkapan ini PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo ini mengungkapkan biaya-biaya
yang terkait dengan proses pengajuan murabahah yakni biaya administrasi
1 % dari plafon dan biaya meterai, pajak. Namun biaya administrasi, biaya
meterai dan pajak tersebut bukan bagian dari pendapatan pihak bank,
melainkan ada pihak lain yang berwenang yang mengurusi itu.
63
BAB V
PEMBAHASAN PENERAPAN PSAK 102 UNTUK MURABAHAH DI PT.
BANK SYARIAH MANDIRI CABANG GORONTALO
“...Jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah, Tuhannya...” (QS. Al-Baqarah: 283)
5.1 Pembahasan Hasil Penelitian
Komite Akuntansi Syariah Dewan Standar Akuntasi Keuangan
menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.102
tentang akuntansi murabahah yang mulai berlaku efektif sejak tanggal 1
Januari 2008 bagi seluruh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) (Wibisana
dalam Okta: 2010). PSAK No.102 merupakan pernyataan standar
akuntansi keuangan yang mengatur tentang pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan atas transaksi pembiayaan murabahah dari
berbagai Lembaga Keuangan Syariah. Penyusunaan PSAK ini
berdasarkan pada Pernyataan Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
(PAPSI) Bank Indonesia dan berdasarkan pada sejumlah fatwa akad
keuangan syariah yang diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN MUI). Pada pembahasan ini, peneliti akan
menganalisis kesesuaian antara penerapan PSAK 102 untuk murabahah di
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo yang mencakup pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan.
64
5.2 Pengakuan dan Pengukuran
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo merupakan bank syariah
ke dua yang hadir di Provinsi Gorontalo dan termasuk 17 besar bank
syariah terbaik di Indonesia, sehingga dalam penerapan akuntansinya
diharapkan bisa sesuai dengan aturan yang mengatur tentang akuntansi
syariah dalam hal ini diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 102.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bagian Loan
Administration (sampai bulan Mei 2013) di PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Gorontalo, pada saat perolehan, aset murabahah tidak diakui
sebagai persediaan. Yang menjadi aset murabahah adalah jaminan
nasabah dimana yang menjadi jaminan nasabah ini sesuai dengan apa
yang dibiayai. Misalnya untuk griya, jadi yang menjadi aset sekaligus
jaminan adalah griya tersebut. Pada saat perolehan juga aset murabahah
dinilai sesuai harga pasar bukan berdasarkan biaya perolehan. Dalam hal
penjurnalan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo hanya menjurnal
sekali yakni pada saat pencairan dengan jurnal:
Piutang Nasabah Rp. xxx
Murabahah Rp. xxx
Nasabah Rp. xxx
Margin yang ditangguhkan Rp. Xxx
Hal ini membuktikan bahwa penerapan PSAK 102 untuk murabahah
di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo ini belum sepenuhnya
65
diterapkan karena seharusnya jika PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Gorontalo ini sudah menerapkan sepenuhnya PSAK 102 ini maka jurnal
yang dikenal ada banyak dan bukan jurnal pada saat pencairan. Seperti
pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar
biaya perolehan maka jurnalnya akan menjadi:
Aset Murabahah Rp. xxx
Kas Rp. xxx
Selanjutnya terkait dengan murabahah pesanan mengikat, pihak PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo menganggapnya itu sebuah
produk lain selain murabahah yakni ijarah. Padahal murabahah berbeda
dengan ijarah. Ijarah adalah sewa, dan murabahah adalah jual beli.
Dalam PSAK 102 pada paragraf 19 poin (a) (ii) jika terjadi penurunan
nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke
nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi
aset, maka seharusnya dijurnal menjadi:
Beban Rp. Xxx
Aset Murabahah Rp. Xxx
Namun PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo tidak
menjurnalnya sebagai beban karena pencatatannya itu hanya diakukan
sekali saja yakni pada saat pencairan.
Menurut PSAK 102 paragraf 20 menjelaskan bahwa diskon pembelian
aset murabahah diakui sebagai:
66
(a) Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi akad
murabahah maka seharusnya dijurnal:
Aset Murabahah Rp. xxx
Kas Rp. xxx
(b) Kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli maka seharusnya
dijurnal:
Kas Rp. xxx
Hutang Rp. xxx
(c) Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad, menjadi hak penjual maka dijurnal:
Kas Rp. xxx
Keuntungan murabahah Rp. xxx
(d) Pendapatan operasi lain jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad dijurnal menjadi:
Kas Rp. xxx
Pendapatan Operasi Lain Rp. xxx
Namun PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo tidak melakukan
pencatatan terkait dengan diskon murabahah.
Selanjutnya dalam hal pengakuan keuntungan murabahah
seharusnya diakui:
67
(a) Pada saat terjadinya penyerahan jika dilakukan secara tunai atau
secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun, maka jurnalnya
menjadi:
Kas Rp. xxx
Piutang Murabahah Rp. xxx
Aset Murabahah Rp. xxx
Keuntungan Rp. xxx
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka PT. Bank Syariah
Mandiri dalam hal pengakuan dan pengukuran keuntungan murabahah
belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 102.
Jurnal dalam hal pengakuan dan pengukuran keuntungan murabahah
di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo yaitu:
Margin Keuntungan Rp. xxx
Pendapatan Margin Rp. xxx
Selanjutnya dalam PSAK 102 paragraf 26 menjelaskan bahwa dalam
hal pengakuan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada
pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang
disepakati itu diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah. dan itu
dijurnal menjadi:
(a) Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi piutang
murabahah dan keuntungan murabahah dijurnal menjadi:
68
Kas Rp. xxx
Keuntungan ditangguhkan Rp. xxx
Piutang murabahah Rp. xxx
Keuntungan Rp. xxx
(b) Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan dari
pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada
pembeli dijurnal menjadi:
Kas Rp. xxx
Keuntungan ditangguhkan Rp. xxx
Piutang murabahah Rp. xxx
Keuntungan Rp. xxx
Namun hal ini berbeda lagi dengan yang ada di PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Gorontalo untuk pencatatan potongan pelunasan piutang
pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo menjadi:
Nasabah Rp. xxx
Margin Rp. xxx
Piutang Rp. xxx
Pendapatan Margin Rp. xxx
Paragraf 28 PSAK 102 menjelaskan bahwa potongan angsuran
murabahah dapat diakui:
(a) Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu,
maka diakui sebagai keuntungan murabahah, sehingga dapat dijurnal:
69
Keuntungan murabahah Rp. xxx
Kas Rp. xxx
(b) Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli
maka diakui sebagai beban, sehingga dapat dijurnal:
Kas Rp. xxx
Keuntungan yang ditangguhkan Rp. xxx
Beban Rp. xxx
Piutang Murabahah Rp. xxx
Keuntungan Rp. xxx
Namun PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo tidak mengakui
adanya potongan angsuran murabahah.
Selanjutnya pada paragraf 29 PSAK 102, menjelaskan bahwa denda
dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan
akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan. Maka
jurnalnya menjadi:
Dana Kebajikan – Kas Rp. xxx
Dana Kebajikan – Denda Rp. xxx
Sedangkan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo jika
mengakui adanya denda maka jurnalnya:
Nasabah Rp. xxx
Dana Sosial Rp. xxx
Paragraf 30 PSAK 102 menjelaskan bahwa pengukuran dan
pegakuan uang muka yaitu:
70
(a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang
diterima, maka jurnalnya:
Kas Rp. xxx
Hutang Lain – Uang Muka Murabahah Rp. xxx
(b) Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang, maka jurnalnya:
Utang Lain – Uang Muka Murabahah Rp. xxx
Piutang Murabahah Rp. xxx
(c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli setelah diperhitungkan dengan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual, maka dalam rangka
memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dapat
dikembalikan kepada calon pembeli, sehingga jurnalnya:
Pembeli Rp. xxx
Utang Lain – Uang Muka Murabahah Rp. xxx
Pendapatan Operasional Rp. xxx
Kas Rp. xxx
(d) Pesanan dibatalkan jika uang muka dibayarkan oleh calon pembeli
lebih daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh calon pembeli lebih
kecil daripada biaya yang telah dikeluarkan penjual, maka jurnalnya:
Kas/ Piutang Rp. xxx
Utang Lain – Uang Muka Murabahah Rp. xxx
(e) Jika perusahaan menanggung kekurangan atau uang muka sama
dengan beban yang dikeluarkan maka jurnalnya:
71
Utang Lain – Uang Muka Murabahah Rp. xxx
Pendapatan Operasional Rp. xxx
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo belum mengakui adanya
uang muka.
Akuntansi untuk pembeli akhir di PT. Bank Syariah Mandiri dalam hal
ini terkait dengan hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh,
diakui oleh bank sebagai margin yang ditangguhkan. Padahal seharusnya
pengakuan berdasarkan PSAK 102 paragraf 31 adalah hutang yang timbul
dari transaksi murabahah tangguh, seharusnya diakui sebagai hutang
murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib
dibayarkan), dan bukan diakui sebagai margin.
Pada paragraf 33 beban murabahah tangguhan seharusnya
diamortisasi secara proporsional dengan porsi hutang murabahah, namun
pihak PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo belum menerapkan
beban murabahah.
Selanjutnya terkait dengan diskon pembelian yang diterima setelah
akad murabahah, potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah
diakui sebagai pengurang beban murabahah tangguhan. Denda yang
dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan
akad diakui sebagai kerugian. Potongan uang muka akibat pembeli akhir
batal membeli barang diakui sebagai kerugian, itu semua belum diterapkan
di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo.
72
5.3 Penyajian
Hal penyajian piutang murabahah seharusnya disajikan sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasikan yaitu saldo piutang murabahah dikurangi
penyisihan kerugian piutang. Namun PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Gorontalo tidak mengenal yang namanya penyisihan kerugian piutang tapi
hal itu disisipkan pada akun biaya. Selanjutnya untuk margin murabahah
sudah sesuai dengan PSAK 102. Dimana dalam paragraf 38 PSAK 102,
menyatakan bahwa margin murabahah tangguhan disajikan sebagai
pengurang (contra account) piutang murabahah. Namun untuk beban
murabahah ini PT. Bank Syariah Mandiri belum menerapkannya.
5.4 Pengungkapan
Menurut PSAK 102 penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait
dengan transaksi murabahah tetapi tidak terbatas pada (a) harga perolehan
aset murabahah, (b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan
pesanan sebagai kewajiban atau bukan, (c) pengungkapan yang diperlukan
sesuai PSAK 101.
Berdasarkan hasil wawancara, maka dalam hal pengungkapan ini PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo ini sudah sesuai dengan PSAK
102. Hal ini dibuktikan dengan wawancara peneliti dengan Loan
Administration, Dimana pihak bank mengungkapkan biaya-biaya yang
terkait dengan proses pengajuan murabahah yakni biaya administrasi 1 %
dari plafon dan biaya meterai, pajak. Namun biaya administrasi, biaya
73
meterai dan pajak tersebut bukan bagian dari pendapatan pihak bank,
melainkan ada pihak lain yang berwenang yang mengurusi itu.
Berdasarkan beberapa uraian diatas terkait dengan murabahah dapat
dilihat perbedaan dari segi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan antara PSAK 102 dan pencatatan yang ada di PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Gorontalo. Berikut ini adalah tabel pencatatan
antara PSAK 102 dan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo.
Tabel 2
Temuan Hasil
Pengakuan dan Pengukuran
Keterangan PSAK 102 PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
Murabahah Akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Jual beli. Pembiayaan jual beli. Contohnya pembelian rumah, mobil, pembiayaan pegawai, BSM implan.
Akuntansi Penjual
Aset Murabahah
Dinilai sebesar biaya perolehan
Aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. Aset Murabahah (D) Kas (K)
Piutang Nasabah (D) Murabahah (D) Nasabah (K) Margin yang dit angguhkan (K)
74
Jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah.
Diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Beban (D) Aset Murabahah (K)
-
Jika murabahah tanpa pesanan mengikat.
Jika dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah.
Kerugian (D) Aset Murabahah (K)
-
Jika nilai bersih yang dapat idealisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Kerugian (D) Aset Murabahah (K)
-
Diskon pembelian aset murabahah
Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah.
Aset Murabahah (D) Kas (K)
-
Kewajiban kepada pembeli, jika terjadi akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati memadai hak pembeli.
Kas (D) Hutang (K)
-
Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual.
Kas (D) Keuntungan Murabahah (K)
-
75
Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjukan dalam akad.
Kas (D) Pendapatan Operasional Lain (K)
-
Kewajiban Penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon pembelian akan tereliminasi pada saat:
Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah dikurangi dengan biaya pengembalian.
Hutang (D) Kas (K)
-
Dipindahkan sebagai kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual.
Hutang (D) Kas (K) Dana Kebajikan Kas (D) Dana Kebajikan Potongan Pembelian (K)
-
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah.
Pada akhir periode laporan keuangan piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi.
Beban Piutang Tak Tertagih (D) Penyisihan Piutang Tak Tertagih (K)
-
Keuntungan murabahah
Pada saat terjadinya penyerahan jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun.
Kas (D) Piutang Murabahah (D) Aset Murabahah (K) Keuntungan (K)
-
76
Potongan Pelunasan
Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah.
Kas (D) Keuntungan Ditangguhkan (D) Piutang Murabahah (K) Keuntungan (K)
-
Diberikan setelah pelunasan yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan peluasannya kepada pembeli
Kas (D) Keuntungan Ditangguhkan (D) Piutang Murabahah (K) Keuntungan (K)
-
Potongan Angsuran
Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu maka diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.
Keuntungan Murabahah (D) Kas (K)
-
Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli, maka diakui sebagai beban.
Kas (D) Keuntungan Ditangguhkan (D) Beban (D) Piutang Murabahah (K) Keuntungan (K)
-
Denda Jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Dana Kebajikan- Kas (D) Dana Kebajikan- Denda (K)
-
77
Uang Muka Diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.
Kas (D) Hutang Lain – Uanh Muka Murabahah (K)
-
Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang.
Utang Lain- Uang Muka Murabahah (D) Piutang Murabahah (K)
-
Pesanan dibatalkan jika uang muka yang dibayarkan calon pembeli lebih besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
Utang Lain- Uang Muka Murabahah (D) Pendapatan Operasional (K) Kas (K)
-
Pesanan dibatalkan jika uang muka dibayarka oleh calon pembeli lebih kecil daripada biaya yang telah dikeluarkan penjual.
Kas/ Piutang (D) Utang Lain- Uang Muka Murabahah (K)
-
Jika perusahaan menanggung kekurangan atau uang muka sama dengan beban yang dikeluarkan.
Utang Lain- Uang Muka Murabahah (D) Pendapatan Operasional (K)
-
78
Akuntansi Untuk Pembeli Akhir
Beban Murabahah Tangguhan
Diamortisasi secara proporsional dengan porsi utang murabahah
Hutang Murabahah (D) Kas (K) Beban (D) Beban Murabahah Tangguhan (K)
-
Diskon Pembelian
Yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah tangguhan.
Kas (D) Beban Murabahah Tangguhan (K)
-
Potongan Pelunasan dan Potongan Murabahah
Hutang Murabahah (D) Kas (K) Beban (D) Beban Murabahah Tangguhan (K)
-
Denda Yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad.
Kerugian (D) Kas/ Hutang (K)
-
Potongan Uang Muka
Akibat pembeli akhir batal membeli barang.
Uang Muka (D) Kas (K) Kas (D) Kerugian (D) Uang Muka (K)
-
79
Penyajian Piutang Murabahah
Disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Margin Murabahah Tangguhan
Disajikan sebagai pengurang hutang murabahah.
Disajikan sebagai pengurang hutang murabahah.
Beban Murabahah Tangguhan
Disajikan sebagai pengurang hutang murabahah
-
Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada: (a) Harga perolehan aset murabahah. (b) Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan.
Penjual harus mengungkapkan biaya perolehan dan biaya-biaya yang dikeluarkan.
80
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali” (QS. Al-Baqarah: 156)
6.1 Simpulan
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo merupakan bank
syariah kedua yang ada di Provinsi Gorontalo. Dalam aktivitasnya PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Gorontalo melayani berbagai macam pembiayaan
seperti mudharabah, musyarakah, al-qard, dan murabahah. Murabahah ini
pada dasarnya diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.
102. PSAK 102 untuk murabahah ini mengatur tentang pengakuan dan
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan murabahah. Dalam penelitian
ini, PSAK 102 untuk murabahah belum ini sepenuhnya diterapkan di PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo. Dalam artian dalam hal
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan murabahah itu
sendiri belum sepenuhnya sesuai dengan Pernyataan Standar Akutansi
Keuangn (PSAK) 102. Selain itu juga PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Gorontalo, hanya memberikan sejumlah dana kepada nasabah yang
mengajukan murabahah. Padahal konsep dari murabahah dalam PSAK
102 ini adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya
perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus
mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli, bukan
pinjam meminjam uang.
81
Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara, dimana murabahah ini
hanya dapat diukur pada saat pencairan. Setelah itu tidak dilakukan lagi
pencatatan-pencatatan tentang murabahah. Selain itu, PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Gorontalo juga belum menerapkan diskon murabahah dan
potongan murabahah. Namun dari segi operasional dan pelayanannya PT.
Bank Syariah Mandiri sudah sesuai dengan prinsip syariah. Karena dalam
hal pengajuan murabahah, PT. Bank Syariah Mandiri tidak akan
memberikan pembiayaan murabahah jika barang-barang yang akan dibeli
adalah barang-barang yang bertentangan dengan syariat islam.
6.2 Saran
6.2.1 Saran pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka diharapkan kepada PT.
Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo harus benar-benar menerapkan
PSAK 102 dalam hal ini tentang murabahah. Dimana pihak bank harus
benar-benar bertindak sebagai penjual bukan hanya memberikan sejumlah
dana kepada nasabah dan nasabah sendiri yang membeli barangnya.
Selain itu, Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo untuk
penamaan beberapa rekening agar dapat disesuaikan dengan penamaan
rekening yang sesuai dengan yang terdapat pada PSAK No 102. Seperti
adanya rekening dana kebajikan kas, potongan pembelian, diskon
murabahah, potongan murabahah, uang muka dan sebagainya.
82
Jika seandainya PT. Bank Syariah Madiri Cabang Gorontalo telah
bertindak sebagai penjual kepada nasabah dan bertindak sebagai pembeli
kepada pihak ketiga (misalnya dealer) maka dengan sendirinya akan
berpengaruh pada proses pencatatan, penyajian, dan pengungkapan dan
secara otomatis akan sesuai dengan PSAK 102.
6.2.2 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, agar bank syariah yang diteliti lebih dari
satu bank syariah. Selain itu juga, untuk penelitian selanjutnya agar
menggunakan lebih banyak literatur yang membahas tentang akuntansi
syariah terutama dalam bidang perbankan syariah.
83
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Al-Hadits Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada Cresswell, John W. 1998.Qualitative Inquiry and Research Design:
Choosing Among Five Traditions. London: Sage Publications Emzir.2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 04/DSN-
MUI/IV/2000 Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika http://Akuntansi-Syariah dalam PSAK_Okta Punya Blog.htm http://Konsep Akad Wakalah dalam Fiqh Muamalah _ Point of View in
Islam.htm http://www.sarjanaku.com/2012/06/bank-syariah-pengertian-prinsip-tujuan.html Ikatan Akuntansi Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat M. Siregar, Liesma. Analisis Penerapan Transaksi Murabahah pada
PT.Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Muhammad, Dwi Suwiknyo. 2008. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta:
Orbit Trust Muthaher, Osmad. 2012. Akuntansi Perbakan Syariah. Yogyakarta: Graha
Ilmu
84
Mustafa Edwin Nasution, dkk. 2010. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Mustofa, Ubaedul. 2012. Studi Analisis Pelaksanaan Akad Murabahah
Pada Produk Pembiayaan Modal Kerja Di Unit Mega Mitra Syariah (M2s) Bank Mega Syariah Kaliwungu.
Nazir, Muhammad. 1986. Metode Penelitian. Bandung: Remaja
Rosdakarya Prastia Alam, Rizki. 2007. Evaluasi Penerapan Akuntansi Syariah Pada
Piutang Murabahah (Studi kasus di PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Sejahtera Gresik).
Rajid, Sulaiman. 1954. Fiqih Islam. Jakarta: Attahiriyah (Yayasan
Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur’an. Sari, Agusta Kartika. 2012. “Analisis Penerapan Prinsip Syariah Pada
Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Malang)”.
Sony Warsono bin Handono dan Jufri. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah.
Yogyakarta: Asgard Chapter Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi
dan lustrasi. Yogyakarta: Ekonisia Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta Sultony, Naidy. 2012. Analisis kesesuaian PSAK no. 102 terhadap
perlakuan akuntansi murabahah pada PT. BTN Syariah Jakarta Triyuwono, Iwan. 2006. Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi
Syariah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Wardi, Jeni & Gusmarila Eka Putri. Analisis perlakuan akuntansi syariah
untuk pembiayaan Murabahah, mudharabah, serta kesesuaiannya Dengan psak no. 102, dan 105.
Warren,dkk 2005. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi Kedua Puluh Satu.
Jakarta: Erlangga, Widodo, Sugeng. 2010. Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif
Aplikatif. Yogyakarta: Asgard Chapter www.banksyariahmandiri.co.id