bab i proposal revisi ii

9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang diperlukan saat ini adalah p dalam kontekskebangsaan pendidikan merupakan pilar penting yang membangun bangsa dan membentuk manusia berkualitas sebagai penyangga ekonomi dan membentuk karakter bangsa. Setiap orang pernah mendengar tentang perkataan mendidik dan tida setiap orang mengerti makna kata mendidik dan pendidikan itu dan juga setiap orang memperoleh pendidikan ataupunmenjalankan pendidikan sebagaimana mestinya. Pendidikan dimulai di keluarga atas anak ) yang belum mandiri, dan diperluas di lingkungan tetangga/komunitas sek (milieu), lembaga pra-sekolah, persekolahan formal dan lain-lain temp anak-anak mulai darikelompok kecil sampai rombongan relatif besar (lingkup makro), dengan pendidikan dimulai dari guru rombongan/kelas y mendidik secara mikro dan menjadi pengganti orang tua (Rasyidin,!!"#$ Pendidikan merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi an manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidi memegang peranan yang penting dalam era globalisasi karena &isi dan mi pendidikan sekarang lebihditekankan pada pembentukansumber daya manusia yang berkualitas, dan manusia tumbuh melalui belajar. 'alam usaha peningkatan sumber daya manusia yang berkualit diperlukan strategi belajar mengajar yang diharapkan mampu memperbaiki sistem pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Proses belajar me 1

Upload: aprilianiristia

Post on 04-Oct-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

10

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahSalah satu hal penting yang diperlukan saat ini adalah pendidikan, dalam konteks kebangsaan pendidikan merupakan pilar penting yang membangun bangsa dan membentuk manusia berkualitas sebagai penyangga ekonomi dan membentuk karakter bangsa.Setiap orang pernah mendengar tentang perkataan mendidik dan tidak setiap orang mengerti makna kata mendidik dan pendidikan itu dan juga tidak setiap orang memperoleh pendidikan ataupun menjalankan pendidikan sebagaimana mestinya. Pendidikan dimulai di keluarga atas anak (infant) yang belum mandiri, dan diperluas di lingkungan tetangga/komunitas sekitar (milieu), lembaga pra-sekolah, persekolahan formal dan lain-lain tempat anak-anak mulai dari kelompok kecil sampai rombongan relatif besar (lingkup makro), dengan pendidikan dimulai dari guru rombongan/kelas yang mendidik secara mikro dan menjadi pengganti orang tua (Rasyidin,2007:36).Pendidikan merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam era globalisasi karena visi dan misi pendidikan sekarang lebih ditekankan pada pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, dan manusia tumbuh melalui belajar.Dalam usaha peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan strategi belajar mengajar yang diharapkan mampu memperbaiki sistem pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan yang selalu terkait dan tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil yang baik. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar tersebut bukan hanya tanggunga jawab guru semata.Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan, karena dapat dilihat dari waktu jam pelajaran di sekolah yang lebih banyak dibandingkan pelajaran yang lainnya. Mengingat pentingnya ilmu matematika maka diperlukan penguasaan konsep dasar matematika yang lebih baik. Tingkat kesulitan pelajaran matematika mempengaruhi kecakapan dalam mempelajarinya. Matematika sampai saat ini masih dianggap sebagai hantu yang mankutkan bagi anak-anak, bahkan orang dewasa sekalipun, kendati tanpa alasan yang jelas. Begitu mendengar kata matematika diucapkan, kening kebanyakan orang langsung berkerut. Di kepala, terbayang angka-angka rumit dan susah dipecahkan. Di benaknya, tergambar rumus-rumus yang sulit dihafal dan dimengerti. Matematika sering kali dipahami sebagai sesuatu yang mutlak.Oleh karena itu belajar matematika bukanlah suatu proses penghafalan rumus-rumus melainkan proses mengorganisasi aktivitas dan berfikir konseptual serta mengkomunikasikan ide-ide matematika. Belajar matematika merupakan proses dimana peserta didik secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Menurut prinsip konstruktivis, guru tidak bisa memberikan pengetahuan kepada peserta didik dengan begitu saja. Jadi, pembelajaran harus berpusat pada peserta didik (students centered), bukan pada guru.Namun guru tetap mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Seorang guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar peserta didik berjalan dengan baik. Dengan demikian, guru harus mampu memilih model pembelajaran yang sesuai untuk menunjang kegiatan belajar peserta didik agar pembelajaran lebih bermakna dan juga dapat memberikan hasil yang maksimal.Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Perubahan tingkah laku meliputi perubahan pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang bersifat positif. Belajar untuk ranah kognitif dan psikomotor, pada umumnya membutuhkan kesadan penuh, sedangkan belajar untuk ranah afektif dapat melalui kesadaran penuh dan dapat pula tanpa kesadaran.Proses belajar dan mengajar sebagai salah satu upaya melaksanakan Pembengunan Nasional yang merupakan tanggung jawab yang berat khususnya bagi pelaksana di bidang pendidikan yaitu guru di sekolah. Guru tidak hanya memindahkan informasi pelajaran pada siswa, akan tetapi juga pelaksanaan pembinaan mental terhadap siswa untuk dapat menjadi manusia Indonesia dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia. Proses belajar mengajar yang baik akan menghasilkan banyak lulusan yang bermutu tinggi, akan tetapi untuk melaksanakan suatu proses belajar mengajar yang baik juga diperlukan pemikiran dan perencanaan yang sungguh-sungguh. Pembelajaran matematika yang biasa diterapkan selama ini menggunakan metode Ekspositori, dimana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif , dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat belajar akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi baik melalui variasi model maupun media pembelajaran, dan melibatkan keaktifan siswa.Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang mengaitkan konten dengan konteks. Yang dimaksud dengan konten adalah isi materi pelajaran, sedangkan konteks adalah situasi dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, pengumpulan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Pendekatan Scientific merupakan pendekatan yang digunakan dalam penerapan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah yang meliputi sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melalui pendekatan scientific diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika dikarenakan dalam pembelajaran tersebut mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok guna menuntaskan materi dalam masalah belajar. SMP Negeri 19 Tegal merupakan salah satu sekolah menengah pertama di kota Tegal yang telah menerapkan Kurikulum 2013 dengan pendekatan scientific khusus untuk siswa kelas VII, namun untuk kelas VIII dan IX masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru matematika kelas VII, dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 19 Tegal (khususnya kelas VII) masih menggunakan Model Pembelajaran Langsung dimana kegiatan pembelajarannya berpusat pada guru dan cenderung membuat peserta didik kurang aktif secara fisik.Berdasarkan uraian di atas, agar pengajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan, guru perlu mempertimbangkan strategi belajar yang efektif. Sehingga penulis ingin menyelidikinya lebih lanjut dalam proposal penelitian yang berjudul Eksperimentasi Model Problem Based Learning (PBL) Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Keaktifan Siswa (Suatu Penelitian Pada Siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 19 Tegal Tahun Ajaran 2013/2014).

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :1. Matematika adalah mata pelajaran yang dianggap sangat sulit dan menakutkan bagi siswa.2. Metode pembelajaran yang kurang menarik dan kurang menyenangkan dapat mengurangi minat dan motivasi siswa untuk melakukan pembelajaran.3. Sejauh mana keefektifan model pembelajaran Problem Based Learning melalui pendekatan scientific dapat meningkatkan prestasi belajar matematika ditinjau dari keaktifan siswa.

C. Pembatasan MasalahUntuk menghindari kesalahan maksud dan tujuan serta agar lebih efektif dan efisien dalam mengadakan penelitian maka perlu adanya pembatasan masalah. Selaras dengan judul penelitian ini, penelitian ini dibatasi pada masalah penerapan model Problem Based Learning (PBL) melalui pendekatan scientific terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari keaktifan siswa. Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa. Prestasi belajar matematika dibatasi pada pencapaian keberhasilan peserta didik yang dinyatakan dengan angka yang merupakan nilai hasil dari tes. Berdasarkan pertimbangan peneliti dalam beberapa hal, maka penelitian ini hanya dilaksanakan pada peserta didik kelas VII semester II SMP Negeri 19 Tegal tahun pelajaran 2013 / 2014.

D. Rumusan MasalahMengacu pada penjelasan yang terinci di bagian latar belakang, diangkat permasalahan sebagai berikut :1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar matematika peserta didik yang diajar dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) melalui pendekatan scientific dan yang diajar hanya menggunakan pendekatan scientific pada siswa VII semester II SMP Negeri 19 Tegal Tahun Ajaran 2013/2014 ?2. Apakah prestasi belajar matematika peserta didik yang mempunyai keaktifan tinggi diajar menggunakan model Problem Based Learning (PBL) melalui pendekatan scientific lebih baik daripada yang diajar hanya menggunakan pendekatan scientific pada siswa VII semester II SMP Negeri 19 Tegal Tahun Ajaran 2013/2014 ?3. Apakah prestasi belajar matematika peserta didik yang mempunyai keaktifan rendah diajar menggunakan model Problem Based Learning (PBL) melalui pendekatan scientific tidak lebih baik daripada yang diajar hanya menggunakan pendekatan scientific pada siswa VII semester II SMP Negeri 19 Tegal Tahun Ajaran 2013/2014 ?

E. Tujuan PenelitianTujuan dalam penelitian ini adalah untuk :1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar matematika peserta didik yang diajar menggunakan model Problem Based Learning (PBL) melalui pendekatan scientific dan yang diajar hanya menggunakan pendekatan scientific pada siswa VII semester II SMP Negeri 19 Tegal Tahun Ajaran 2013/2014.2. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika peserta didik yang mempunyai keaktifan tinggi diajar menggunakan model Problem Based Learning (PBL) melalui pendekatan scientific lebih baik daripada yang diajar hanya menggunakan pendekatan scientific pada siswa VII semester II SMP Negeri 19 Tegal Tahun Ajaran 2013/2014.3. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika peserta didik yang mempunyai keaktifan rendah diajar menggunakan model Problem Based Learning (PBL) melalui pendekatan scientific tidak lebih baik daripada yang diajar hanya menggunakan pendekatan scientific pada siswa VII semester II SMP Negeri 19 Tegal Tahun Ajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian1. Manfaat TeoretikSecara umum, penelitian ini dapat memberikan manfaat pada peningkatan kualitas pelajaran matematika, utamanya pada peningkatan pemahaman siswa terhadap matematika. Secara Khusus, penelitian ini memberikan kontribusi kepada pembelajaran matematika berupa perbaikan dari pembelajaran yang hanya mementingkan hasil menuju pembelajaran yang lebih mementingkan proses.2. Manfaat Praktisa. Bagi SekolahBermanfaat untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dinamis dan inovatif di lingkungan sekolah.

b. Bagi Guru1) Memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang bervariasi.2) Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika serta dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.c. Bagi Siswa Bermanfaat untuk memudahkan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar matematika, sehingga siswa merasa tertarik terhadap pelajaran matematika dan terus termotivasi untuk mencapai kompetensi-kompetensi dasar yang lainnya.d. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai dengan profesinya sebagai pendidik, yang kelak dapat diterapkan saat penulis terjun ke lapangan.1