bab i pendahuluan - simtakp.uui.ac.idsimtakp.uui.ac.id/dockti/irma_wati-kti.pdf · bayi lainnya,...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Roesli (2005), menuliskan bahwa pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh
kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Faktor
keberhasilan dalam menyusukan adalah komitmen ibu untuk menyusukan,
dilaksanakan secara dini (early initiation), posisi menyusukan yang benar baik
untuk ibu bayi, menyusukan atas permintaan bayi (on demand), dan diberikan secara
Eksklusif.
Konsep perbankan dalam donor ASI menjadi populer dalam seratus tahun
terakhir sebagai ketertarikan dokter terhadap kelangsungan hidup bayi, juga anak-
anak dalam mencari cara lain untuk mendapatkan susu manusia. Perbankan ASI
didefinisikan sebagai pengumpulan, penyaringan, pengolahan, dan distribusi susu
manusia dari relawan ibu menyusui. Amerika Serikat adalah bank donor ASI pertama
yang didirikan di Boston pada tahun 1911. Ibu menerima pembayaran untuk susu
mereka bagi bayi yang dirawat di rumah sakit dengan pengawasan perawat bayi
mereka sendiri untuk menjaga pasokan susu. Para donor secara fisik diperiksa
penyakitnya dan pasteurisasi susu untuk membunuh bakteri berbahaya. Pada akhir
1920, lebih banyak bank ASI didirikan di Amerika Serikat dan pada 1943, American
2
Academy of Pediatrics menerbitkan panduan untuk operasional Bank ASI. (Istianah,
2010).
Ikatan Dokter Anak Kanada kini mendorong pemerintahnya untuk
memfasilitasi lebih banyak bank ASI di Kanada.Ikatan Dokter Anak Kanada, yang
beranggotakan 3,000 orang dokter anak, spesialis anak dan professional di bidang
kesehatan anak, sedang mendorong pemerintah Kanada untuk pengadaan lebih
banyak bank ASI. Desakan ini didasarkan pada penemuan bahwa bayi prematur
mampu bertahan hidup lebih baik ketika diasupi ASI dibandingkan susu formula
bayi. Jadi, persediaan ASI yang lebih banyak dapat mengurangi kasus penyakit dan
angka kematian bayi. Penelitian menunjukkan bahwa air susu ibu adalah pilihan
terbaik untuk bayi yang baru lahir. ASI memiliki berbagai keunggulan, antara lain
peningkatan pertumbuhan, pola perkembangan yang lebih sehat, serta sindrom infeksi
dan kematian tiba-tiba yang lebih rendah pada bayi yang meminumnya Hanya
setengah dari Ibu-ibu yang melahirkan prematur, mampu menyediakan ASI yang
cukup untuk bayi mereka. Peneliti memperkirakan bahwa 7% dari bayi yang lahir di
Kanada adalah prematur. Jumlah tersebut akan benar-benar terbantu dengan adanya
persediaan air susu dari bank ASI. Asosiasi Bank ASI Eropa kini memiliki 155 bank
ASI di 23 negara. Tetapi, di Amerika Utara hanya terdapat 11 bank. Di Kanada,
hanya ada 1 bank yang terakreditasi yakni yang berada di wilayah Vancouver. Hal ini
menyebabkan persediaan ASI sangatlah sulit saat benar-benar dibutuhkan. (Istianah,
2010)
3
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Badriul Hegar,
mengatakan bahwa donor ASI dapat menjadi pilihan alternatif bagi ibu yang
berhalangan dalam memberikan ASI. Namun hal tersebut harus melalui suatu proses
yang tepat agar tujuan donor ASI dapat tercapai, bukan sebaliknya (Hegar, B. 2012)
Menurut Asti Praborini (2009), Indonesia sebaiknya segera mendirikan bank
ASI seperti negara Kuwait yang sudah memilikinya. Hal ini untuk membantu para
ibu terutama mereka yang tidak bisa memberikan ASI karena faktor stres pasca
bencana. Bank ASI juga diharapkan dapat mengurangi serbuan susu formula yang
saat ini banyak sekali diiklankan oleh produsen-produsen susu untuk bayi di bawah 2
tahun. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI. Gencarnya
iklan-iklan produk susu formula jelas sangat mengganggu program ASI yang
seharusnya diberikan ibu hingga anak berumur 2 tahun. Banyak ibu yang tergoda
memberikan susu formula padahal anaknya baru berusia beberapa bulan,
susu formula yang diberikan pada bayi di bawah 2 tahun cukup berbahaya. Hal ini
disebabkan karena kandungan gizinya yang tidak tepat, komposisinya yang
dimodifikasi agar mirip dengan ASI, adanya tambahan zat yang berbahaya untuk
bayi, dan yang paling penting adalah masalah sanitasi (air dan pencucian botol) pada
pembuatan susu formula tersebut. Bahkan lembaga Internasional Abbot
mengungkapkan bahwa susu formula yang selama ini beredar umumnya nilai gizinya
tidak lebih baik dari susu hewan sekalipun. Beberapa jenis susu bahkan mengandung
unsur kimia yang dihasilkan dari fermentasi jamur.
4
Padahal sudah ada PP No. 33 tahun 2012, yang mengatur tentang pemberian
ASI eksklusif, pendonor ASI, pengaturan penggunaan susu formula bayi dan produk
bayi lainnya, pengaturan bantuan produsen atau distributor susu formula bayi, saksi
terkait, serta pengaturan tempat kerja dan sarana umum dalam mendukung program
ASI Eksklusif.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak jumlah
ibu menyusui dari bulan Januari s/d Juli 2013 berjumlah 1358 orang (data dari ruang
laktasi )
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Kota Banda Aceh khususnya di ruang rawat ibu, dengan mewawancarai 10
orang ibu menyusui. Ketika ditanyakan tentang bagaimana pendapat mereka tentang
Bank ASI, 2 orang ibu menjawab Bank ASI tersebut adalah tempat penyimpanan
ASI, itu dikarenakan adanya informasi-informasi dari tenaga kesehatan dan membuka
situs-situs internet tentang Bank ASI. Sedangkan 8 orang lainnya tidak mengtahui
tentang Bank ASI tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis sangat tertarik untuk
meneliti tentang “Persepsi Ibu menyusui tentang Bank ASI di Rumah Sakit Ibu dan
Anak (RSIA) daerah blang padang tahun 2013.
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Persepsi Ibu Menyusui Tentang
Bank ASI di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) daerah Blang Padang Banda
Aceh tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Diharapkan dengan adanya penelitian tentang bank ASI supaya lebih
memahami dan juga mengetahui tentang apa itu bank ASI.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai evaluasi terhadap teori yang telah diberikan kepada peserta didik
selama mengikuti pendidikan dan dapat dijadikan referensi tambahan, khususnya
mengenai Bank ASI.
3. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama
dipendidikan dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D- III
Kebidanan.
4. Bagi Petugas Kesehatan
Untuk menambah wawasan bagi petugas kesehatan, khususnya bidan dalam
memberikan informasi kepada ibu tentang pentingnya memberikan ASI pada
bayinya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank ASI
1. Pengertian Bank ASI
Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI
yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI
sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa
menjadi pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang
didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri. (Mujiman Jawa,
2012)
Bank ASI, yaitu suatu sarana yang dibuat untuk menolong bayi-bayi yang
tidak terpenuhi kebutuhannya akan ASI. Pendapat lain mengatakan bahwa Bank
ASI adalah Bank khusus untuk menampung air susu ibu atau suatu lembaga untuk
menyimpan atau menghimpun air susu ibu. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa Bank ASI adalah suatu lembaga yang dibuat yang tujuannya khusus untuk
menyimpan atau mengumpulkan ASI guna memenuhi kebutuhan bayi yang tidak
terpenuhi. (Indah Byduri, 2012)
Bank ASI amat diperlukan, magingat betapa pentingnya pembentukan bank
ASI sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan penggunaan ASI dan kesehatan
bayi-bayi yang baru lahir, terutama di rumah sakit besar. Di Indonesia, masih
7
terdapat beberapa hambatan dalam pengadaan Bank ASI sehingga perlu diteliti
secara mendalam dan dipersiapkan dengan baik. Beberapa hambatan yang terdapat
dalam pembentukan Bank ASI adalah sebagai berikut:
1. Kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI untuk perturmbuhan dan
perkembangan bayi yang masih sangat minim. Oleh karena itu, masyarakat
perlu diberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemberian ASI, sehingga
ibu terdorong untuk memberikan ASI untuk bayinya.
2. Adanya anggapan masyarakat bahwa pengadaan Bank ASI memerlukan biaya
yang mahal dan perlu ditunjang dengan saran medis yang memadai. Oleh
karena itu, sebaiknya Bank ASI dimulai dalam bentuk micro pilot project.
Mengingat masih adanya hambatan – hambatan dalam masyarakat, maka di
harapkan masalah bank ASI ini juga bisa ikut dibahas dan disebarluaskan oleh
Departemen Agama, Departemen Peneranagan, Departemen Perindustrian,
serta Departemaen Pendididkan dan Kebudayaan.
3. Perlunya diadakan penelitian bank ASI yang menyangkut aspek medis,
ekonomi, dan psikososiologis.
4. Berhubung belum terbentuknya Bank ASI di rumah – rumah sakit dan di
rumah bersalin di Indonesia, maka untuk mengatasi masalah bayi-bayi yang
sangat membutuhkan ASI perlu dikembangkan penggunaaan ASI lain (weet
nurse). Hal ini memerlukan persetujuan kedua belah pihak dengan tetap
memperhatikan ajaran agama masing-masing.
8
Salah satu keberhasilan menyusui adalah memiliki persediaan ASI atau bank
ASI, sehingga bayi dapat terus minum ASI walaupun ibunya bekerja.(Siti Saleha,
2009).
2. Alat-alat yang dibutuhkan
Menurut Sitti (2009) Ada beberapa alat yang dibutuhkan untuk pembuatan bank
ASI adalah sebagai berikut:
a. Freezer di rumah dirumah atau di kantor. Jika tidak ada, dapat digunakan
lemari es biasa atau termos dengan diisi batu es.
b. Kantong plastik (biasa untuk gula) ukuran ½ kg.
c. Gelas minum bersih.
a. Spidol permanen.
3. Hukum Mengenai Bank ASI
Menurut Ansarian (2002) seorang bayi boleh saja menyusu kepada wanita
lain, bila air susu ibunya tidak memadai, atau karena suatu hal, ibu kandung bayi
tidak dapat menyusuinya. Status ibu yang menyusukan seorang bayi, sama dengan
ibu kandung sendiri, tidak boleh kawin dengan wanita itu, dan anak-anaknya.
Dalam hukum islam disebut sebagai saudara sepersusuan. Gambaran yang
dikemukakan jelas bahwa siapa wanita yang menyusukan dan siapa pula bayi yang
disusukan itu hukumnya jelas yaitu sama dengan mahram. Sekarang yang menjadi
persoalan ialah, air susu yang disimpan pada Bank ASI, maka air susu itu sama
saja seperti darah yang disumbangkan untuk kemaslahatan umat. Sebagaimana
9
darah boleh diterima dari siapa saja dan boleh diberikan kepada yang
memerlukannya, maka air susupun demikian juga hukumnya.
Ada beberapa pendapat menurut Mahjudin (2003), yaitu :
a. Pendapat pertama
Menyatakan bahwa mendirikan bank ASI hukumnya boleh. Di antara alasan
mereka sebagai berikut: Bayi yang mengambil air susu dari bank ASI tidak bisa
menjadi mahram bagi perempuan yang mempunyai ASI tersebut, karena susuan
yang mengharamkan adalah jika dia menyusu langsung dengan cara menghisap
puting payudara perempuan yang mempunyai ASI, sebagaimana seorang bayi
yang menyusu ibunya. Sedangkan dalam bank ASI, sang bayi hanya
mengambil ASI yang sudah dikemas. Ulama besar semacam Prof.Dr. Yusuf Al-
Qardhawi menyatakan bahwa dia tidak menjumpai alasan untuk melarang
diadakannya “Bank ASI.” Asalkan bertujuan untuk mewujudkan mashlahat
syar’iyah yang kuat dan untuk memenuhi keperluan yang wajib
dipenuhi.Beliau cenderung mengatakan bahwa bank ASI bertujuan baik dan
mulia, didukung oleh Islam untuk memberikan pertolongan kepada semua yang
lemah, apa pun sebab kelemahannya. Lebih-lebih bila yang bersangkutan
adalah bayi yang baru dilahirkan yang tidak mempunyai daya dan kekuatan.
b. Pendapat Kedua
Menyatakan bahwa mendirikan Bank ASI hukumnya haram. Alasan mereka
bahwa Bank ASI ini akan menyebabkan tercampurnya nasab, karena susuan
yang mengharamkan bisa terjadi dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut,
10
walaupun tanpa harus dilakukan penyusuan langsung, sebagaimana seorang ibu
yang menyusui anaknya.
Di antara ulama kontemporer yang tidak membenarkan adanya Bank ASI
adalah Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhayli. Dalam kitab Fatawa Mu’ashirah, beliau
menyebutkan bahwa mewujudkan institusi bank susu tidak dibolehkan dari segi
syariah. Demikian juga dengan Majma’ al-Fiqih al-Islamiy melalui Badan
Muktamar Islam yang diadakan di Jeddah pada tanggal 22–28 Desember 1985
M./10–16 Rabiul Akhir 1406 H.. Lembaga ini dalam keputusannya (qarar)
menentang keberadaan bank air susu ibu di seluruh negara Islam serta
mengharamkan pengambilan susu dari bank tersebut.
c. Pendapat Ketiga
Menyatakan bahwa pendirian Bank ASI dibolehkan jika telah memenuhi
beberapa syarat yang sangat ketat, di antaranya : setiap ASI yang dikumpulkan
di Bank ASI, harus disimpan di tempat khusus dengan menulis nama
pemiliknya dan dipisahkan dari ASI-ASI yang lain. Setiap bayi yang
mengambil ASI tersebut harus ditulis juga dan harus diberitahukan kepada
pemilik ASI tersebut, supaya jelas nasabnya. Dengan demikian, percampuran
nasab yang dikhawatirkan oleh para ulama yang melarang bisa dihindari.
Prof.DR. Ali Mustafa Ya’qub, MA., salah seorang Ketua MUI Pusat
menjelaskan bahwa tidak ada salahnya mendirikan Bank ASI dan Donor ASI
sepanjang itu dibutuhkan untuk kelangsungan hidup anak manusia. “Hanya saja
Islam mengatur, jika si ibu bayi tidak dapat mengeluarkan air susu atau dalam
11
situasi lain ibu si bayi meninggal maka si bayi harus dicarikan ibu susu. Tidak
ada aturan main dalam Islam dalam situasi tersebut mencarikan susu sapi
sebagai pengganti, kendatipun zaman nabi memang tidak ada susu formula tapi
susu kambing dan sapi sudah ada,” . ini berarti bahwa mendirikan Bank ASI
dan donor ASI boleh-boleh saja karena memang Islam tidak mentoleransi susu
yang lain selain susu Ibu sebagai susu pengganti dari susu ibu kandungnya.
Hanya saja pencatatannya harus benar dan kedua keluarga harus dipertemukan
serta diberikan sertifikat. Karena 5 kali meminum susu dari ibu menyebabkan
menjadi mahramnya si anak dengan keluarga si ibu susu. Artinya anak mereka
tidak boleh menikah.
4. Logika Hukum Bank ASI
Menurut Lutfi (2013) ada 2 logika hukum bank ASI, yaitu :
a. Logika Yang Mengharamkan Bank ASI
ASI manusia tidak sama seperti benda-benda yang boleh diperjual-
belikan. ASI adalah barang istimewa. Bayi mengonsumsi ASI karena mereka
tidak bisa memperoleh gizi dengan cara lain. Berarti, bagi bayi, meminum ASI
adalah keterpaksaan (darurat). Buktinya, jika bayi sudah tumbuh besar dan
kuat, ia tidak boleh lagi minum ASI.
Sedangkan dalam prinsip fiqh disebutkan, benda yang tidak boleh
dimanfaatkan kecuali dalam keadaan darurat, ia tidak termasuk kategori harta
(maal) yang boleh dijual-belikan. ASI tidak dijual bebas di pasaran karena ia
tidak termasuk harta-benda.
12
Kemudian, ASI merupakan bagian dari tubuh manusia. Sedangkan
manusia beserta seluruh organ tubuhnya adalah terhormat. Maka, menjual-
belikan ASI sama saja dengan menjatuhkan derajat kemuliaan manusia.
b. Logika Yang Membolehkan
ASI itu suci dan bisa diambil manfaatnya (intifa’) sehingga boleh dijual
seperti halnya air susu hewan. Mengenai tidak adanya budaya jual-beli ASI,
hal itu tidak bisa menjadi landasan bahwa ASI tidak boleh dijual. Sebab, ada
juga barang yang jarang dijual-belikan di pasaran, padahal ia boleh diperjual-
belikan.
Kemudian, mengenai kemuliaan organ tubuh manusia, hal itu memang
benar. Akan tetapi, kenyataannya kita mengenal kebolehan menjual budak
yang notabene adalah manusia juga. Budak boleh dijual karena bermanfaat.
Sedangkan yang tidak boleh dijual adalah organ tubuh orang merdeka (bukan
budak) dan organ tubuh yang terpotong, karena tidak bermanfaat. Jika
bermanfaat, berarti boleh dijual seperti ASI (bermanfaat bagi bayi).
Mengenai penyamaan ASI dengan keringat, itu adalah analogi yang
salah kaprah. Karena keringat, ingus, atau air mata itu tidak dapat
dimanfaatkan. Sedangkan ASI sangat bermanfaat. ASI adalah gizi bagi
manusia (bayi) sehingga boleh dijual. Sama seperti beras dan lauk-pauk yang
merupakan pemasok gizi bagi kehidupan manusia.
Selain itu, terdapat prinsip fiqh bahwa: Benda yang tidak haram
dikonsumsi, berarti tidak haram mengonsumsi hasil penjualannya. Karena ASI
13
boleh dikonsumsi, otomatis boleh pula dijual dan hasil penjualannya tidak
haram.
Menurut Lutfi (2013), ada beberaa aspek dalam logika hukum bank ASI, yaitu :
1. Aspek social
Dari uraian di atas, dapat kita lihat bahwa logika hukum masing-masing
pendapat sama-sama kuat dan logis. Namun, uraian di atas hanya berbicara
tentang hukum jual-beli ASI secara langsung, dari seorang pendonor kepada
keluarga si bayi. Bukan transaksi jual-beli ASI melalui perantara pihak lain.
Mengenai jual-beli ASI melalui Bank ASI, jika ditinjau dari aspek sosial,
maka akan berakibat timbulnya kekaburan hubungan mahram atau
persaudaraan sepersusuan. Telah dimaklumi, Bank ASI mengumpulkan ASI
dari banyak wanita ke dalam satu wadah (dicampur) tanpa proses identifikasi
diri maupun keluarganya. Kemudian, ASI campuran itu dijual kepada
konsumen (bayi) yang juga tidak diketahui identitasnya (asalkan punya uang
bisa membeli). Bank ASI tidak bisa mengidentifikasi atau mengontrol sejauh
mana pembelian dan penjualan ASI tersebut. Pihak pendonor bisa berasal dari
mana saja, pihak konsumen bisa mendapatkan ASI tanpa harus mengetahui
siapa pendonornya dan siapa saja yang ikut mengonsumsi ASI darinya.
Kenyataan ini dapat menyebabkan perkawinan saudara sesusuan. Seorang laki-
laki menikah dengan seorang perempuan yang ternyata pernah mengkonsumsi
ASI dari pendonor yang sama.
14
Sebagian kalangan menyatakan bahwa Bank ASI membawa manfaat, yaitu
bagi bayi yang ibunya tidak bisa menyusui secara langsung (baik karena
kesibukan ataupun karena penyakit tertentu). Alasan ini memang bisa diterima,
akan tetapi tidak berlaku tanpa batas. Artinya, dalam keadaan darurat, seorang
ibu boleh saja membeli ASI dari bank ASI, asalkan ada upaya untuk
mengetahui identitas pendonor, agar hubungan keluarga bisa terjalin dan tali
silaturahim bisa tersambung di antara mereka.
Jika tidak demikian, maka alasan darurat tidak bisa diterima, karena di
antara prinsip dasar Islam adalah: kemudaratan tidak boleh ditolak dengan
kemudaratan yang lain. Kemudaratan berupa ketiadaan ASI, tidak boleh
dicegah dengan menimbulkan kemudharatan lain berupa kekaburan hubungan
keluarga (nasab).
2. Aspek Kesehatan
Telah disinggung di atas, bahwa Bank ASI mengumpulkan ASI dari
banyak wanita dengan latarbelakang kesehatan dan karakter yang berbeda.
Pendonor bisa saja beragama atau justru atheis, akhlaknya baik atau justru
buruk, kesehatannya bagus atau justru penyakitan. Padahal pertumbuhan bayi
sangat ditentukan oleh kualitas ASI yang dikonsumsinya. Oleh sebab itulah
Rasulullah SAW menganjurkan agar bayi tidak menyusu pada ibu (susuan)
yang lemah pikirannya (idiot), karena akan berpengaruh pada
perkembangannya.
15
Kemudian, sangat pula pendonor merupakan wanita yang tidak sehat dan
mengidap penyakit kronis. Otomatis bayi yang meminum ASInya akan tertular.
Banyak pakar kedokteran yang mengingatkan bahwa penyakit HIV/AIDS bisa
menular melalui konsumsi ASI.
Selain itu, para dokter mengingatkan, mengambil ASI melalui alat-alat
tertentu sangat membahayakan bagi si wanita. Karena dapat menghilangkan
hormon ASI sehingga bisa berakibat ASInya tidak bisa dimanfaatkan lagi.
3. Aspek hubungan emosional
Ini merupakan sisi yang paling penting dalam hubungan horizontal antar
manusia. Mengonsumsi ASI yang tidak jelas statusnya, akan menjauhkan
hubungan emosional antara ibu dan anak. Berbeda bila donor ASI didapatkan
dari ibu susuan secara langsung, tidak melalui perantara Bank ASI (seperti
Halimatus Sa’diyah yang menyusui Nabi SAW). Di sana terdapat kedekatan
emosional, juga kualitas pribadi ibu pendonor yang dapat diketahui secara
langsung.
Juga, kualitas ASI seorang ibu tidak hanya diukur dari jenis makanan apa
saja yang dikonsumsi, tapi juga dari mana sang ibu mendapatkan sumber
makanan itu. Sayur-mayur yang diperoleh dari uang halal, tidak sama dengan
sayur-mayur yang didapat dari uang haram. Jangan sampai bayi yang masih
suci itu terkontaminasi oleh ASI seorang ibu yang ternyata membeli bahan
makanan dari hasil korupsi. Ibu yang bijak adalah ibu yang akan sangat berhati-
hati terhadap apa pun yang masuk ke dalam perut anaknya.
16
B. ASI Eksklusif
Yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah, bayi hanya diberikan
ASI, tanpa diberi tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
bahkan air putih sekalipun. Selain tambahan cairan, bayi juga tidak diberi makanan
padat lain, seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain-lain.
Pemberian ASI eksklusif dianjurka untuk jangka waktu minimal empat bulan dan
akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan.(Roesli, 2001)
Asi eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain.
Asi eksklusi dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi (Depkes, 2005) ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur 0-6 bulan, bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif.
1. Pemberian Asi Eksklusif Oleh Wanita Karier.
Banyak ibu bekerja yang memutuskan untuk tetap menyusui. Masalahnya,
pemberian asi eksklusif merupakan satu-satunya makanan terbaik untuk bayi dan
harus di berikan selama 6 bulan pertama, namun perusahaan biasanya hanya
memberikan kebijakan cuti selama 3 bulan, bahkan ada yang kurang. Tentu saja,
hal tersebut masih jauh dari ketentuan pemberian asi eksklusif. Jika diambil 1
bulan di awal maka ibu hanya memiliki kesempatan 2 bulan untuk fokus pada
bayinya ( Yuliarti, 2010).
Seiring dengan kemajuan dalam bidang kedokteran, para orang tua kini dapat
mengetahui perkiraan kelahiran anaknya. Perkiraan kelahiran tersebut dapat
menjadi pedoman bagi ibu yang bekerja untuk mengambil cuti menjelang
17
kelahiran agar mempunyai waktu yang lebih banyak sesudah melahirkan (Yuliarti,
2010)
Pada dasarnya, ada 3 aspek penting bagi ibu menyusui yang ingin tetap
berkarier, antara lain:
1. Persiapan secara fisik
Jika ditinjau secara medis, ibu memang harus memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan. Oleh karena itu, kodisi ibu harus benar-benar sehat.
Ada perkecualian untuk kondisi tertentu yang memang tidak memungkinkan
ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
2. Persiapan psikilogis
Ada berbagai alasan yang digunakan oleh para ibu untuk menolak
memberikan Asi eksklusif, misalnya takut kariernya terganggu dan kuatir
badannya tak bagus lagi. Pada kenyataannya, hal tersebut tidaklah benar. Jika
ditinjau dari sisi pisikologis, ASI justru menciptakan hubungan keterikatan
emosional antara ibu dan anak.
3. Persiapan sosiologis
Agar pemberian ASI eksklusif dapat berjalan lancar, harus ada upaya
khusus dan tidak boleh malas. Ibu harus menyisihkan waktunya untuk
memeras ASI atau menyusui anaknya. Di rumah, perlu adanya dukungan dari
suami, orang tua, saudara, dan anak yang lebih besar dalam hal melancarkan
kelangsungan pemberian ASI. Suami turut berperan dalam mendukung atau
membantu pekerjaan istri di rumah, misalnya ketika pagi hari istrinya harus
18
menyusui, suami dapat memandikan anak pertama mereka. Selama ibu
menyusui, suami harus mengambil alih tugas-tugas domestik lainnya.
Dukungan sosial dari alasan kantor, rekan kerja, dan kondisi pekerjaan
juga sangat penting. Bagi ibu yang menyusui, biasanya perusahaan akan
memberikan toleransi. Seseorag pimpinan perusahaan hendaknya dapat
memahami jika ada stafnya yang ingin meminta izin untuk memerikan ASI
eksklusif kepada anaknya. Jika sakit saja kantor masih memberikan toleransi,
apa lagi dalam soal memberikan ASI. Pihak perusahaan hendaknya
memberikan toleransi berupa pemberian izin selama 1-2 jam agar stafya dapat
pulang sekedar menyusui bayinya atau memeras ASI, jika memang persediaan
telah habis. Jika diperlukan, perusahaan dapat membangun tempat penitipan
bayi yang sekaligus menjadi tempat bagi ibu untuk menyusui anaknya.
Menyeimbangkan antara karier dengan menyusui sebenarnya
tergantung dari manajemen waktu si ibu. sejauh ibu dapat mengatur waktunya
dengan baik dan tidak mengganggu operasional kantor maka hal tersebut tidak
menjadi masalah. menyusui sambil bekerja sebenarnya tidak serumit yang
dibayangkan dan sifatnya fleksibel sekali. Begitu pula dengan rekan kerja.
Jika rekan kerjanya seorang laki-laki dan memiliki ibu atau istri maka ia pasti
dapat memahami, apalagi rekan kerjanya itu seorang perempuan, biasanya,
dukungan antar teman dapat membantu melancarkan pemberian ASI. Saat ini,
pemberian ASI makin dimudahkan dengan adanya teknolgi penyimpanan dan
pemerasan ASI, serta adanya pengetahuan tentang ASI yang semakin baik.
19
Keadaan tersebut juga semakin dipermudah dengan adanya kemajuan di
bidang kedokteran. Jika demikian maka tidak ada alasan apa pun bagi ibu
untuk tidak dapat menyeimbangkan antara karier dan menyusui. Jika tempat
kerja tidak memberikan kemudahan bagi para ibu untuk memberikan ASI
eksklusif maka beberapa ulasan berikut ini dapt membantu para ibu daam
memberikan ASI eksklusif.
Setelah disimpan dikulkas dan ingin segera digunakan, ASI tersebut tidak
perlu dididihkan karena hal tersebut akan menyebabkan rusaknya protein.
Cukup di rendam dalam air hangat, yang penting tidak terlalu dingin sampai
bayi dapat menerimanya, maka suhu di sesuaikan.
2. Menjaga Kualitas ASI
Untuk menjaga kualitas ASI, ibu harus mengikuti pola makan dengan prinsip
gizi seimbang dan komunikasi beragam makanan, terutama sayuran yang berwarna
hijau tua, yang baik untuk melancarkan ASI, misalnya daun katuk. Selain daun
katuk, kacang-kacangan, air sari akar jombang, buncis, jagung, dan pare juga
termasuk bahan makanan yang dapat membantu memperlancar ASI. Kurangi
makanan yang mengandung gas, seperti brokoli atau kol karena dapat membuat
perut bayi kembung. Makanan lain yang harus di hindari adalah yang beraroma
terlalu kuat, misalnya makanan pedas. “seimbang” juga berarti vitamin, mineral,
sayur, dan buah harus baik dan bervariasi.(Yuliarty, 2010)
3. Memerah Dan Menyimpan Asi
20
Setidaknya sebulan sebelum masuk kerja, mulailah memerah ASI dengan
tangan. Cara memerah ASI adalah sebagai berikut:
a. Perah areoa (bagian gelab sekitar puting) dengan ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah.
b. Selanjutnya tekan areola dengan ritme persis seperti ritme bayi yang mengisap.
c. Arahkan aliran ASI ke gelas bersih.
d. Tuliskan tanggal pemerahan pada kantong plastik gula dengan spidol
permanen.
e. Masukkan ASI ke dalam kantong plastik, ikat, dan simpan dalam freezer
(Saleha, 2009).
4. Mencairkan ASI Beku
Berikut ini adalah cara untuk mencair ASI yang beku:
a. Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang atau panci kecil.
b. Taruhlah plastik berisi ASI beku dalam air hangat tersebut. ASI akan mencair
dalam waktu kurang dari 5 menit.
Catatan:
a. Jangan biasakan member susu fomula, sebab ia akan kenyang dan kurang
megisap ASI. Jika isapan berkurang, otomatis produksi ASI menurun.
b. Jangan gunakan dot, agar bayi tidak bigung puting. Akibatnya bayi akan
menolak payudara ibu.
21
c. Jangan khawatir jika bayi yang diberi ASI tidak buang air setiap hari. Sebab
hampir seluruh bagian ASI bermanfaat dan tidak banyak yang harus di buang
(Saleha, 2009)
C. Menyusui
Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai makanan alami
yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang
benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang
berkualitas, seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya yang paling
sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain
itu, dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan
jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya (Saleha, 2009).
1. Manfaat Menyusui
Berikut ini adalah manfaat menyusui yang di dapatkan dengan menyusui bagi
bayi, ibu, keluarga, dan Negara.
a. Manfaat bagi bayi
1. Komposisi sesuai kebutuhan.
2. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan.
3. ASI mengandung zat pelindung.
4. Pekembangan psikomotorik lebih cepat.
5. Menunjang perkembangan kognitif.
6. Menunjang perkembangan penglihatan.
7. Memperkuat ikatan batin antara ibi dan anak.
22
8. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
9. Dasr untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.
b. Manfaat bagi ibu
1. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim
ke bentuk semula.
2. Mencegah anemia defisiensi zat besi.
3. Mempercepat ibu kembali keberat badan sebelum hamil.
4. Menunda kesuburan.
5. Menimbulkan perasaan dibutuhkan.
6. Mengurangi kemungia kanker payudara dan ovarium.
c. Manfaat bagi keluarga
1. Mudah dalam proses pemberiannya.
2. Mengurangi biaya rumah tangga.
3. Bayi yang mendaapat ASI jarang sakit, sihingga dapat menghemat biaya
untuk berobat.
d. Manfaat bagi Negara
1. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.
2. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan
menyusui.
3. Mengurangi polusi.
4. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Saleha, 2009)
23
D. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap
stimulus oleh oganisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan
merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Davidof, 2008).
Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang di mulai
dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh
individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan sekitarnya (Walgito, 2008)
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan
antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah
panca indra mendapat rangsang (maramis 1999)
Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya
rangsang memlalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu
ammpu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang di amati, baik
yang ada diluar maupun dalam diri individu.
2. Macam-macam persepsi
Ada 2 macam persepsi yaitu:
a. Externa perception, yaitu persepsi yang terjadi karna adanya rangsang yang
datang dari luar diri individu
24
b. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang
berasal dari diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya
sendiri (sunaryo, 2002).
Beberapa faktor personal yang berpengaruh pada persepsi interpersonal
1. Faktor personal yang berpengaruhi terhadap persepsi
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Disamping faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi,
ada faktor-faktor internal personal umum misalnya faktor-faktor biologis,
sosiopsikologis, faktor fungsional, yakni latar belakang kebutuhan,
pengalaman masa lalu orang yang memberi respons terhadap stimuli.
Persepsi bersifat selektif secara fungsional artinya objek-objek yang
mendapat tekanan dalam persepsi biasanya adalah objek yang memenuhi
tujuan individu yang melakukan persepsi.
2. Pengaruh faktor personal pada persepsi
a. Pengalaman: facial meaning sensitivity yaitu kepekaan menafsirkan
ungkapan wajah personal stimuli. Pengalaman menyebabkan orang
dapat menafsirkan ungkapan, ekspresi wajah, pesan secara lebih
cermat. Pengalaman dalam menafsirkan diperolehnya dari belajar
secara formal dan non formal.
b. Motivasi: latar belakang yang menggerakkan dan mengarahkan
komunikasi interpersonal, antara lain motif biologis, ganjaran,
25
minuman, ciri kepribadian, perasaan di ancam personal stimuli.
Perasaan diancam ini menyebabkan adanya perceptual dipence dengan
pembelaan perceptual inilah seorang yang menghadapi stimuli/pesan
yang mengancam akan bereaksi sedemikian rupa, sehingga ia tidak
menyadari adanya stimuli/pesan tersebut. Dua hal ada komunikasi
yang bisa menyesatkan yaitu:
1) Seseorang hanya mendengar apa yang mau didengarnya
2) Kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil, dunia yang diatur
secara adil: “setiap orang akan memperoleh apa yang layak
diperolehnya”
c. Kepribadian: sifat-sifat kepribadian seseorang akan berpengaruh
dalam komunikasi. Misalnya, seseorang yang berkepribadian otoriter
adalah orang yang kepribadiannaya ditandai oleh keteguhan untuk
berpegang pada nilai konvensional, hasrat berkuasa yang tinggi,
kekakuan dalam hubungan interpersonal.
Menurut penelitian Th. Newcomb, seseorang yang otoriter
cenderung memproyeksikan kelemahan dirinya kepada orang lain.
Menilai orang lain dalam katagori yang sempit (jelek - baik, ekstrim -
tidak ekstrim, pancasilais - non pancasilais). Seseorang yang tidak
otoriter lebih cermat dalam menilai orang lain dan lebih mampu
melihat nuansa perilaku orang lain.
26
Kecermatan persepsi dan persepsi interpersonal dipersulit
karena personal stimuli adalah manusia yang sadar berusaha
menampilkan dirinya sebaik mungkin kepada orang lain, yaitu
penyajian diri (self presentation)
Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi proses terbentuknya
persepsi interpersonal terlihat pada proses pembentukan kesan, juga
mempersulit kecermatan persepsi, walaupun mempercepat
terlaksananya persepsi interpersonal, misalnya stereoty (Yulia singgih,
2002).
27
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah berdasarkan
teori Mujiman jawa (2003) yang menyatakan persepsi menyusui tentang Bank Asi.
Variable Independent Variabel Devendent
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Persepsi Ibu Menyusui
Tentang Bank ASI
- Positif
- Negaitif
28
B. Definisi Operasional
Table 3.1 Definisi Opersional
No Variable Definisi
Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala
ukur
Variable Devenden
1 Persepsi Ibu
Menyusui
Tentang Bank
ASI
Pendapat
Ibu tentang
Bank ASI
Wawancara
dengan kriteria:
Positif bila
x
Negatif bila
x
Kuesioner Positif
Negatif
Ordinal
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian ini bersifat deskriptif deangan menggunakan desain cross
sectional, yaitu suatu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui
bagaimanakah “Persepsi Ibu Menyusui tentang Bank ASI di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Daerah Blang Padang Banda Aceh Tahun 2013”
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu menyusui di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh yang berjumlah 1358 orang (Data Januari – Juli
2013). Populasi dalam penelitian ini dikategorikan populasi infinit yaitu dimana
populasi tidak mempunyai jumlah tidak terhingga (Nazir, 2005).
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel akan dilakukan dengan menggunakan metode
Accidental sampling. Perhitungan besar sampel pada penelitian ini dihitung
berdasarkan rumus sampel minimal lemeshow (1997) untuk besar populasi (N)
tidak diketahui.
30
Rumus : n = P (1-P)
Keterangan : n = Besar sampel
Z = Derajat kepecayaan 90 % (1,65)
P = Prpoporsi yaitu 50 % (0,50)
d = Presesi yaitu 10 % (0,10)
n = P (1-P)
n = (1,6 . 0,50 (1-0,50)
(
n = 2,7225. 0,50 (0,50)
0,01
n = 2,7225. 0,25
0,01
n= 0,680625
0,01
n = 68.0625 dibulatkan menjadi 69
Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka di dapatlah hasil sampel
minimal sebanyak 69 orang.
31
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Dearah Blang Padang Banda
Aceh.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 30 Agustus 2013 di Rumah Sakit
Ibu Dan Anak Daerah Blang Padang Banda Aceh.
D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data, instrument ini dapat berupa pertanyaan, dan formulir-formulir lain yang
berkaitan dengan penataan data dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010)
Instrumen yang dilakukan untuk mendukung penelitian ini adalah kuesioner
terdiri dari 12 soal, pertanyaan mengenai aspek sosial 2 soal untuk aspek kesehatan 2
soal, untuk aspek emosional 3 soal, dan aspek logika hukum Bank ASI 5 soal.
Dengan menggunakan Skala Likert dimana kategori yang digunakan yaitu :
pernyataan positif, sangat setuju (SS)=5, setuju (S)=4, netral (N)=3, tidak setuju
(TS)= 2, sangat tidak setuju (STS)=1. Pernyatan negatif sangat setuju (SS)=1, setuju
(S)=2, netral (N)=3, tidak setuju (TS)=4, sangat tidak setuju (STS)=5, berbentuk
cheklist dengan penilaian apabila skor 2 bila ya dan 1 bila tidak (Riduwan, 2009).
32
E. Tehnik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari responden di rumah sakit ibu dan anak tentang
persepsi ibu menyusui tentang bank ASI, dengan cara membagikan kuisoner
yang mengharuskan responden untuk menjawab beberapa pertanyaan dengan
cara melakukan pengisian kuisoner.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari kepala ruangan laktasi di Rumah Sakit Ibu
dan Anak dan berbagai referensi dari buku perpustakaan yang berhubungan
dengan penelitian ini.
F. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Menurut Hidayat, (2009), pengolahan data melalui langkah – langkah sebagai
berikut :
a. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan semua kuesioner
secara teliti apakah semua pertanyaan telah terisi/ dijawab oleh responden
seperti memeriksa kesesuaian jawaban apakah data sudah cukup
konsisten atau logis. Dari semua lembaran kuesioner yang dikumpulkan
tidak ditemukan ketidak lengkapan pengisian, karena ketika melakukan
pengumpulan data peneliti langsung memeriksa kuesioner ketika telah
siap diisi.
33
b. Coding
Pada tahap ini peneliti memberi kode secara berurutan dalam kategori
yang sama pada masing-masing lembaran yang diberikan pada responden
sehingga memudahkan pengolahan data. Kode yang digunakan pada
penelitian ini adalah kode responden yang diawali dengan no 1 untuk
responden pertama sampai 56 untuk responden terakhir.
c. Transfering
Data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden
pertama sampai dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam
tabel sesuai dengan sub variabel yang diteliti.
d. Tabulating
Pada tahap ini kegiatan yang peneliti lakukan adalah mengelompokkan
responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk tiap-tiap
subvariabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel
distribusi frekuensi sesuai dengan variabel yang diteliti.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa data univariat menggunakan teknik statistik deskriptif dalam
bentuk persentase untuk masing-masing sub variabel dengan terlebih
dahulu menggunakan jenjang kategori (Notoatmodjo, 2005). Pada
penelitian ini, dalam mengkatagorikan jenjang ordinal peneliti
34
menggunakan rumus pengukuran jenjang ordinal menurut Umar (2005),
yaitu:
Keterangan:
= Nilai rata-rata hitung (mean)
∑x = Jumlah nilai responden
n = Jumlah responden
Data yang didapat dari pengisian kuesioner dianalisa secara
deskriptif, kemudian menghitung persentase dengan menggunakan rumus
distribusi frekuensi menurut Budiarto (2002), yaitu sebagai berikut :
%100x
n
fiP
Keterangan :
P = Persentase
fi = Frekwensi teramati
n = Jumlah responden menjadi sampel
100% = Bilangan tetap
35
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara demografi lokasi Rumah Sakit Ibu dan Anak berada di Jalan Prof.A.Majid
Ibrahim No. 13 Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) pemerintah Aceh yang dibentuk
berdasarkan Qanun Pemerintah Aceh nomor 5 tahun ajaran 2006 tentang susunan
organisasi dan tata kerja badan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Provinsi Aceh, selanjutnya dengan Qanun nomor 5 tahun 2007 terjadi perubahan
nomenklatur menjadi Rumah Sakit Ibu Anak Provinsi RSIA Pemerintah Aceh adalah
rumah sakit dengan tipe B khusus, kepasitas tempat tidur 98 TT, berdiri pada area
seluas tanah 9.307 M2, dengan luas bangunan 8.575 M2, sesuai dengan fungsi RSIA
Pemerintah Aceh bertugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat khsusunya kesehatan Ibu dan Anak dengan jenis pelayanan meliputi
pelayanan Medik yaitu pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan
inap, kamar bedah, rawat intensif, penunjang medik, Rawat jalan yaitu pelayanan
dokter umum, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan KB, pelayanan Imunisasi,
pelayanan bersalin, Rawat inap yaitu perawatan kebidanan, perawat penyakit anak,
perawatan bedah, perawatan dalam Gawat Darurat yaitu pelayanan trauma,
pelayanan non trauma. Perawatan intensif yaitu NICU/ PICU, ICU Ditinjau daris segi
geografisya Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) dibatasi dengan :
36
1. Sebelah Utara berbatasan dengan SMA 1 Banda Aceh
2. Sebelah Barat berbatasan dengan kali
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Jln. Prof A.Majid Ibrahim
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah panglima Kodam iskandar Muda
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil Penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Banda Aceh di Jalan Prof.A.Majid Ibrahim No. 13. Pengumpulan data
dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisikan pertanyaan persepsi
ibu Menyusui Tentang Bank ASI, Sebelum membagikan koesioner peneliti
terlebih dahulu memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
a. Persepsi Ibu Menyusui
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu Menyusui Tentang Bank ASI di Rumah Sakit
Ibu dan Anak (RSIA) daerah Blang Padang
Banda Aceh tahun 2013
No Persepsi Ibu
Menyusui Frekuensi %
1 Positif 41 59,4
37
2 Negatif 28 40,6
Total 69 100
Sumber : Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan dari 69 responden dengan persepsi
ibu menyusui tentang Bank Asi di Rumah Sakit Ibu dan Anak yang positif
sebanyak 41 orang (59,4), dan persepsi ibu menyusui yang negatif sebanyak 28
orang (40,6%).
C. Pembahasan
1. Persepsi Ibu Menyusui
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan dari 69
responden dengan persepsi ibu menyusui tentang Bank Asi di Rumah Sakit Ibu dan
Anak yang positif sebanyak 41 orang (59,4), dan persepsi ibu menyusui yang negatif
sebanyak 28 orang (40,6%).
Menurut Ulama besar mengemukakan semacam Prof .Dr. Yusuf Al-
Qardhawi menyatakan bahwa dia tidak menjumpai alasan untuk melarang
diadakannya “Bank ASI.” Asalkan bertujuan untuk mewujudkan mashlahat syar’iyah
yang kuat dan untuk memenuhi keperluan yang wajib dipenuhi.Beliau cenderung
mengatakan bahwa Bank ASI bertujuan baik dan mulia, didukung oleh Islam untuk
memberikan pertolongan kepada semua yang lemah, apa pun sebab kelemahannya.
38
Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah bayi yang baru dilahirkan yang tidak
mempunyai daya dan kekuatan.
Berdasarkan teori Walgito, (2008) Persepsi merupakan proses yang terjadi
di dalam diri individu yang di mulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang
itu disadari dan dimengerti oleh individu dapat mengenali dirinya sendiri dan
keadaan sekitarnya
Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai makanan alami
yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang
benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang
berkualitas, seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya yang paling
sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain
itu, dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan
jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya (Saleha, 2009).
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak
daerah Blang Padang Tahun 2013 , dengan jumlah 66 responden dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Persepsi Ibu Menyusui Bank ASI berada pada kategori positif yaitu sebanyak 41
responden (59,4 ). dan persepsi ibu menyusui yang negative sebanyak 28
responden (40,6).
40
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan yang lebih luas yang
berkaitan dengan persepsi menyusui Bank ASI
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai evaluasi terhadap teori yang telah diberikan kepada peserta didik
selama mengikuti pendidikan dan dapat dijadikan referensi tambahan,
khususnya mengenai Bank ASI.
3. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan masukan dan perbandingan wawasan pengetahuan dalam
melaksanakan penelitian selanjutnya dan diharapkan kepada peneliti yang lain
supaya meneliti dengan variable-variabel yang bervariasi.
4. Bagi Petugas Kesehatan
Diharap supata menambah wawasan bagi petugas kesehatan, khususnya bidan
dalam memberikan informasi kepada ibu tentang pentingnya memberikan ASI
pada bayinya.
41