bab i pendahuluan -...

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam aktivitasnya (Todd, 1980; Sudarmadji, dkk., 2014; Santosa dan Adji, 2014). Airtanah adalah air yang berada pada zona jenuh air dan terletak pada suatu wadah (akuifer) dengan muka airtanah diatasnya (Darmanto, 2014; Irwana dan Puradimaja, 2015). Airtanah memiliki persentase satu perlima dari 3% sumber air tawar di bumi (Sudarmadji, dkk., 2014; Santosa dan Adji, 2014). Keberadaan airtanah pada setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan karakteristik genesis wilayahnya yang kemudian berpengaruh pada sifat fisik, kimia dan biologi airtanah (Santosa, 2004). Berdasarkan paparan karakteristik airtanah berupa kuantitas dan kualitas diperlukan kajian yang lebih mendalam untuk menjaga keberlangsungan dalam jangka panjang. Upaya dalam menjaga kuantitas dan kualitas airtanah dilakukan dengan mengkaji kerentanan airtanah terhadap pencemaran (Aller, et al.,1987; Stigter, et al., 2005). Kerentanan airtanah terhadap pencemaran merupakan tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran yang didasarkan kondisi hidrogeologi (Vrba dan Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi secara alami suatu lingkungan (kondisi hidrogeologi) memiliki kemampuan alami untuk melindungi airtanah terhadap pencemaran. Kerentanan airtanah terhadap pencemaran juga menekankan pada ancaman terhadap kualitas airtanah dan cara penilaian kerentanan (Aller, et al.,1987; Foster, 1988; Vrba dan Zoporozec, 1994). Ancaman terhadap kualitas airtanah dapat diketahui berdasarkan sumber pencemar baik fisik, kimia, dan biologi. Penilaian kerentanan airtanah terhadap pencemaran merupakan model dalam menginformasikan kondisi airtanah. Kerentanan airtanah dibedakan menjadi dua yaitu kerentanan airtanah intrinsik dan spesifik (Aller, et al.,1987; Stigter, et al., 2005; Widyastuti, dkk., 2006; Civita, 2010). Kerentanan airtanah intrinsik menekankan terhadap faktor

Upload: dangkien

Post on 17-Sep-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Airtanah merupakan salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh

manusia dalam aktivitasnya (Todd, 1980; Sudarmadji, dkk., 2014; Santosa dan

Adji, 2014). Airtanah adalah air yang berada pada zona jenuh air dan terletak pada

suatu wadah (akuifer) dengan muka airtanah diatasnya (Darmanto, 2014; Irwana

dan Puradimaja, 2015). Airtanah memiliki persentase satu perlima dari 3% sumber

air tawar di bumi (Sudarmadji, dkk., 2014; Santosa dan Adji, 2014). Keberadaan

airtanah pada setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan

karakteristik genesis wilayahnya yang kemudian berpengaruh pada sifat fisik, kimia

dan biologi airtanah (Santosa, 2004). Berdasarkan paparan karakteristik airtanah

berupa kuantitas dan kualitas diperlukan kajian yang lebih mendalam untuk

menjaga keberlangsungan dalam jangka panjang. Upaya dalam menjaga kuantitas

dan kualitas airtanah dilakukan dengan mengkaji kerentanan airtanah terhadap

pencemaran (Aller, et al.,1987; Stigter, et al., 2005).

Kerentanan airtanah terhadap pencemaran merupakan tingkat kerentanan

airtanah terhadap pencemaran yang didasarkan kondisi hidrogeologi (Vrba dan

Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi secara alami

suatu lingkungan (kondisi hidrogeologi) memiliki kemampuan alami untuk

melindungi airtanah terhadap pencemaran. Kerentanan airtanah terhadap

pencemaran juga menekankan pada ancaman terhadap kualitas airtanah dan cara

penilaian kerentanan (Aller, et al.,1987; Foster, 1988; Vrba dan Zoporozec, 1994).

Ancaman terhadap kualitas airtanah dapat diketahui berdasarkan sumber pencemar

baik fisik, kimia, dan biologi. Penilaian kerentanan airtanah terhadap pencemaran

merupakan model dalam menginformasikan kondisi airtanah.

Kerentanan airtanah dibedakan menjadi dua yaitu kerentanan airtanah

intrinsik dan spesifik (Aller, et al.,1987; Stigter, et al., 2005; Widyastuti, dkk.,

2006; Civita, 2010). Kerentanan airtanah intrinsik menekankan terhadap faktor

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

2

kondisi fisik (batuan, tanah, dan hidrogeologi) yang secara alami dalam melindungi

airtanah terhadap pencemaran. Kerentanan spesifik menekankan pada keberadaan

sumber pencemar. Berdasarkan kajian kerentanan airtanah intrinsik dan spesifik

memiliki peran penting dalam memberikan informasi mengenai tingkat kerentanan

airtanah secara alami dan akibat pengaruh aktivitas manusia.

Kajian kerentanan airtanah terhadap pencemaran menjadi sangat penting

dalam rangka melindungi airtanah baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga

layak untuk dimanfaatkan masyarakat. Terdapat beberapa permasalahan yang

menyebabkan kajian kerentanan airtanah menjadi penting yaitu variasi kondisi

geologi dan geomorfologi, serta meningkatnya jumlah penduduk. Variasi kondisi

geologi dan geomorfologi memiliki karakteristik sistem dan respon yang berbeda

terhadap airtanah (Sutikno, 1992; Dragoni dan Sukhija, 2008; Santosa, 2010; dan

Verstappen, 2014). Meningkatnya jumlah penduduk berdampak pada

meningkatnya pencemaran airtanah (Danaryanto, dkk., 2010), meningkatnya

eksploitasi airtanah (Foster, 1988; Appelo dan Postma, 2005), dan meningkatkan

perubahan penggunaan lahan (Ward, et al., 1985; Wicaksono dan Nurjani, 2013)

Penjelasan teori permasalahan penting untuk kajian kerentanan airtanah dari

aktivitas manusia dan variasi kondisi geologi dan geomorfologi juga terjadi di

Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya (Kecamatan Madukara, sebagian

Banjarmangu dan Sigaluh). Variasi kondisi geologi Kecamatan Banjarnegara dan

sekitarnya terdiri atas beberapa formasi yaitu Endapan Undak, Aluvial, Anggota

Breksi Formasi Linggung, Formasi Peniron, dan Formasi Waturanda (Sudadi,

1985). Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya terbentuk akibat hasil pengaruh

aktivitas geologi Perbukitan Lipatan Serayu Utara dan Selatan (Bemmelen, 1949;

Verstappen, 2013). Jumlah penduduk pada lokasi kajian setiap tahun mengalami

peningkatan (BPS, 2012). Hal tersebut diperkuat dengan keberadaan Perkotaan

Banjarnegara (Anonim, 2011) yang berdampak pada meningkatnya dinamika pada

wilayah disekitarnya (Langgeng dan Muta’ali, 2014). Dampak perkembangan

Perkotaan Banjarnegara dan peningkatan jumlah penduduk terjadi peningkatan

pencemaran airtanah pada lokasi kajian baik akibat kebocoran tangki septik dan

saluran pembuangan air limbah (Bappeda, 2011).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

3

Berdasarkan penjelasan permasalahan terkait kondisi geologi dan

geomorfologi, serta aktivitas penduduk di Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya

perlu dilakukan kajian kerentanan airtanah terhadap pencemaran. Tahap awal

dalam penilaian kerentanan airtanah di Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya

dilakukan dengan cara menentukan metode penilaian yang sesuai dengan kondisi

lokasi kajian dan karakteristik metode penilaian tersebut. Metode penilaian

kerentanan airtanah terdiri atas 3 metode menurut (Vrba dan Zaporotec, 1994;

Widyastuti, dkk., 2006) :

“HCS (hydrological complex and setting method); parametric system method

: metode MS (matrix systems), RS (rating systems) dan PCSM (point count

system models); dan analogical relations and numerical models”.

Metode penilaian kerentanan airtanah khususnya dengan model PCSM

banyak diaplikasikan karena menggunakan sistem yang mudah berdasarkan bobot

dan skoring. Beberapa contoh metode PCSM adalah DRASTIC, GOD, SINTACS,

SI dan DRAMIC (Wang, et al., 2007; Khemiri, et al., 2012). Berdasarkan hasil

perbandingan metode SI dan DRASTIC (Stigter, et al., 2005) diperoleh hasil

kerentanan airtanah dengan metode SI lebih mendekati perolehan nilai asli di

lapangan. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa parameter DRASTIC yang

sama sehingga memperbesar nilai perhitungan kerentanan airtanah terhadap

pencemaran (konduktivitas hidraulik, tekstur tanah dan material penyusun zona tak

jenuh) dan metode DRASTIC memiliki parameter yang banyak serta belum

memasukan informasi mengenai pencemar (Rossen, 1994).

Parameter SI yang digunakan untuk proses pengolahan kerentanan airtanah

terhadap pencemaran adalah Depth to Water Table (D), Recharge (R), Akuifer

Media (A), Topography (T) dan Land Use Factor (LU). Penelitian awal yang

dilakukan oleh (Ribeiro, et al., 2003) ditekankan pada pencemaran nitrat oleh

aktivitas pertanian di Portugal. Penelitian ini menggunakan konsep (Ribeiro, et al.,

2003 dan Stigter, et al., 2006) dengan menggunakan parameter nitrat dalam

mengkaji kerenatanan airtanah spesifik terhadap pencemaran. Metode SI dapat di

terapkan di wilayah yang memiliki kondisi hidrogeologi yang beragam (Ribeiro, et

al., 2003; Stigter, et al., 2006; Gaieb dan Hamza, 2013) karena merujuk pada

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

4

metode DRASTIC yang dirinci pada tiap jenis akuifer dan kondisi geologinya

sehingga Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya dapat diaplikasikan

menggunakan metode SI.

1.2. Perumusan Masalah

Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya (Kecamatan Madukara, sebagian

Banjarmangu dan Sigaluh) memiliki perencanaan wilayah sebagai wilayah

pengembangan II (kawasan Perkotaan Banjarnegara) dengan fungsi penopang

kegiatan wilayah berupa perdagangan dan jasa, industri, perikanan, pendidikan,

pariwisata, pertanian lahan basah dan kering, sumberdaya energi, dan sumberdaya

mineral (BPS, 2010). Hal tersebut berdampak pada meningkatnya aktivitas

manusia yang tentunya memiliki potensi terhadap pencemaran, khususnya airtanah.

Penelitian yang dilakukan (Bappeda, 2011) menunjukkan bahwa pendataan terkait

tangki septik dan SPAL yang bocor menyebabkan beberapa area kajian khususnya

Kecamatan Madukara, sebagaian Kecamatan Banjarmangu dan Sigaluh memiliki

tingkat risiko tercemar yang bervariasi (Tabel 1.1).

Tabel 1.1. Area Berisiko Tercemar

No Kecamatan Tingkat

Risiko Desa

1 Banjarnegara

Rendah -

Sedang

Argasoka, Ampelsari, Tlagawera, Cendana, dan

Sokayasa

Tinggi

Karangtengah, Wangon, Semampir, Sokanandi,

Parakancanggah, Semarang, Krandegan, dan

Kutabanjarnegara

2 Banjarmangu

Rendah Jenggawur, Banjarkulon, dan Banjarmangu

Sedang

Rejasari, Kesenet, Kalilunjar, Sijeruk, Kendaga,

Gripit, Pekandangan, Sigeblok, Paseh,Sipedang,

Sijenggung, Beji, Prendegan, dan Majatengah

Tinggi -

3 Sigaluh Rendah

Pringamba, Sawal, Panawaren, Tunggara,

Randgan, Bojanegara, Bandingan, Prigi,

Gembongan, Kemiri, Karangmangu, Wanacipta,

Sigaluh, Singomerto, dan Kalibenda

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

5

Sumber : Bappeda (2011)

Metode kajian EHRA oleh BAPPEDA berupa wawancara dengan

pengambilan sampel dalam diambil dari 10% rumah tangga di Kabupaten

Banjarnegara dengan total sampel 1.110 sampel. Berdasarkan data risiko area

tercemar maka perlu dilakukan evaluasi terkait penyedia suplai air bersih dilokasi

kajian yang bersumber dari airtanah dan mata air. Kebutuhan air bersih melalui

PDAM dengan rincian menurut BPS (2010) jumlah pelanggan PDAM sebesar 5045

dengan jumlah air yang digunakan pada tahun tersebut sebesar 1.099.543 m3 untuk

kawasan Perkotaan Banjarnegara dan sekitarnya. Sumber PDAM tersebut berasal

dari Sungai Serayu dan Airtanah. Setiap tahun terjadi peningkatan pelanggang

PDAM dari tahun 2011 ke 2012 (BPS, 2012) sehingga diperlukan kajian untuk

menjamin kualitas airtanah untuk bahan baku air bersih. Kajian yang sesuai untuk

mengetahui perlindungan airtanah dan memberikan informasi terkait potensi

pencemaran adalah kerentanan airtanah terhadap pencemaran. Berdasarkan hasil

rincian latar belakang dan urgensi Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya dalam

memenuhi kebutuhan air bersih dari airtanah maka diperoleh pokok permasalahan

penelitian yaitu :

1) Bagaimana sebaran kerentanan airtanah intrinsik dan spesifik terhadap

pencemaran di Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya?

2) Bagaimana kondisi kualitas airtanah berdasarkan kandungan Nitrat (NO3-) di

Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya untuk validasi kerentanan airtanah

terhadap pencemaran?

No Kecamatan Tingkat

Risiko Desa

3 Sigaluh Sedang -

Tinggi -

4 Madukara

Rendah

Limbangan, Penawangan, Talunamba,

Madukara, Kutayasa, Pekauman, Pagelak,

Dawuhan, Bantarwaru, Sered, Petambakan, dan

Rakitan

Sedang -

Tinggi Kenteng dan Rejasa

Lanjutan Tabel 1.1

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

6

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian dapat dirumuskan tujuan

sebagai berikut.

1) Mengetahui persebaran tingkat kerentanan airtanah intrinsik dan spesifik

terhadap pencemaran di Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya;

2) Mengetahui kondisi kualitas airtanah berdasarkan kandungan Nitrat

(NO3-) di Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya untuk validasi penilaian

kerentanan intrinsik dan spesifik airtanah terhadap pencemaran;

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai ini, maka akan diperoleh

manfaat sebagai berikut :

1) Manfaat teoritis, dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan

kegiatan yang berpotensi menghasilkan limbah.

2) Manfaat praktis, dapat menjadi tambahan informasi pengetahuan

masyarakat untuk melindungi airtanah.

1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Sumberdaya Air

Air merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi kehidupan (Fetter,

2000; Todd dan Mays, 2005). Air dipandang penting karena jika tidak ada air maka

tidak akan ada kehidupan (Sudarmadji, 2013). Sumberdaya air merupakan

sumberdaya yang terbarukan dengan ciri memiliki dinamika ruang dan waktu

sesuai dengan siklus hidrologi (Suprayogi dkk., 2014). Berdasarkan dinamika,

persebaran dan fungsinya maka sumberdaya air penting dalam memenuhi

kebutuhan manusia.

Kebutuhan air meningkat setiap tahun seiring dengan berkembanganya

pembangunan (Santosa dan Adji, 2014). Peningkatan kebutuhan air diakibatkan

oleh meningkatnya kebutuhan industri, pertanian, dan permukiman (Aller et al.,

1978; Fetter, 2000). Hal tersebut tidak diikuti dengan kondisi kuantitas dan kualitas

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

7

yang semakin menurun tiap tahun (Effendi, 2003; Irawan dan Puradimaja, 2015).

Berdasarkan pentingnya sumberdaya air maka perlu dilakukan kajian berbagai

macam sumberdaya air dan karakteristiknya dalam memenuhi kebutuhan air.

Sumberdaya air berdasarkan cabang ilmu hidrologi menurut Linsley et al.,

(1975) meliputi air meteorologis (Hydrometeorology), air permukaan

(Potamology), airtanah (Geohydrology), air danau (Limnology) serta es dan salju

(Cryology). Sumberdaya air tersebut dirinci distribusi dan persentasenya di bumi

oleh Maidment, (1993, dalam Fitts, 2012). Berdasarkan rincian persentase distribusi

air tawar (Tabel 1.2) maka sumberdaya air yang besar potensinya dan dapat

dimanfaatkan dengan mudah adalah airtanah (30,1%).

Tabel 1.2. Distribusi Air di Bumi

Tampungan Air Persentase Air Keseluruhan (%) Persentase Air Tawar (%)

Lautan 96,5

Es dan Salju 1,8 69,6

Airtanah :

Tawar 0,76 30,1

Asin 0,93

Air Permukaan :

Danau Air Tawar 0,007 0,26

Danau Air Asin 0,006

Rawa 0,0008 0,03

Sungai 0,0002 0,006

Lengas Tanah 0,00012 0,05

Atmosfer 0,001 0,04

Biosfer 0,0001 0,0003

Sumber : Maidment (1993, dalam Fitts, 2002)

Alasan mengapa airtanah banyak dimanfaatkan dijelaskan oleh Travis dan

Etnier (1984) berupa keuntungan dan kerugian (Tabel 1.3). Berdasarkan tabel 1.3

airtanah merupakan sumberdaya yang sesuai untuk dijadikan sebagai bahan baku

kebutuhan air bersih. Pendapat tersebut diperkuat oleh Rejekiningrum, dkk (2010)

bahwa penggunaan airtanah lebih baik dan potensial digunakan karena kualitasnya

baik, biaya pengelolaan rendah dan dapat diambil pada lokasi yang diinginkan.

Ditambahkan oleh Maxwell (1979) bahwa ketersediaan air bersih khususnya

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

8

airtanah menjadi salah satu pengaruh penting dalam dinamika kondisi sosial

ekonomi pada pulau-pulau kecil yang kekurangan ketersediaan air bersih (air

permukaan dan air hujan).

Tabel 1.3. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Airtanah

Keuntungan Kerugian

1. Perubahan kualitas airtanah relatif kecil;

2. Keterdapatan airtanah cakupannya luas

dan biaya pengelolaannya untuk

pengaliran dan pendistribusian minim

karena dapat diakses sendiri;

3. Airtanah memiliki kualitas yang sangat

baik dan membutuhkan sedikit biaya

untuk pengolahan;

4. Lahan diatas akuifer dapat

dimanfaatkan baik untuk perumahan,

pertanian, industri dan rekreasi; dan

5. Penggunaan airtanah lebih baik

dibandingkan air permukaan karena

tidak terpengaruh evapotranspirasi dan

tidak memerlukan DAM.

1. Penggunaan airtanah dalam dapat

memiliki konsentrasi tinggi dari

parameter Ca, Mg, Mn, dan Fe, H2S,

SO4, Cl, akibat dari kontak dengan

batuan;

2. Penurapan airtanah yang berlebihan di

wilayah pesisir menyebabkan

terjadinya intrusi air laut;

3. Airtanah sulit untuk tercemar, Apabila

airtanah tercemar maka sulit untuk

untuk kembali ke kondisi awal; dan

4. Dekomposisi Anaerobik dari bahan

organik yang menghasilkan CH4, NH3

dan H2S dapat mencemari airtanah.

Sumber : Travis dan Etnier, 1984

1.5.2. Airtanah

Airtanah merupakan air yang mengisi pori batuan atau tanah dalam suatu

lapisan akuifer yang berada di bawah permukaan tanah (Rejekiningrum, dkk.,

2010). Airtanah merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi yang

keberadaannya berada pada zona jenuh air (Asdak, 2010; Hadisusanto, 2010).

Airtanah merupakan tempat berkumpulnya air pada zona saturasi (Fetter, 2000).

Airtanah merupakan air yang tersembunyi yang hanya bisa diamati melalui mata

air dan sumur (Mazor, 2004). Berdasarkan pengertian airtanah di atas dapat

disimpulkan bahwa airtanah merupakan bagian dari siklus hidrologi yang berada di

bawah tanah yang berada pada lapisan tertentu (akuifer). Agihan vertikal airtanah

merupakan pembagian secara vertikal dimensi airtanah. Agihan vertikal airtanah

menurut Todd (1980) tersusun atas mintakan aerasi dan mintakat saturasi (Gambar

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

9

1.1). Mintakat aerasi terdiri atas mintakat lengas tanah, mintakat vadose tengah dan

mintakat kapiler. Mintakat saturasi merupakan zona jenuh air dimana air pada zona

ini dapat dimanfaatkan.

Gambar 1.1. Agihan Vertikal Airtanah (Todd, 1980)

Akuifer merupakan susunan batuan yang membentuk suatu perlapisan

sehingga dapat mengalirkan dan menyimpan air (Todd, 1980; Mazor, 2004; Santosa

dan Adji, 2014). Akuifer memiliki fungsi sebagai wadah dari air yang masuk ke

dalam zona jenuh air dengan material berupa pasiran dan kerikil lepas (Todd, 1980).

Selain akuifer terdapat pula formasi batuan yang memiliki variasi dalam

menyimpan dan melalukan airtanah yaitu akuifug (formasi batuan yang tidak dapat

menyimpan dan melalukan air), akuitard (formasi batuan yang dapat menyimpan

dan melalukan air dalam jumlah yang terbatas),dan akuiklud (formasi batuan yang

dapat meyimpan air tetapi hanya dapat melalukan dalam jumlah yang sangat kecil)

(Irawan dan Puradimaja, 2015).

Akuifer terdiri atas tiga klasifikasi menurut Todd (1980); Darmanto (2014)

yaitu akuifer tertekan (confined aquifer), akuifer semi tertekan (Leaky aquifer), dan

akuifer tidak tertekan (unconfined aquifer) (Gambar 1.2). Akuifer tidak tertekan

merupakan akuifer yang pada lapisan atas dibatasi lapisan permeabel (lapisan lolos

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

10

air) dan dibawahnya dibatasi lapisan impermeabel (lapisan yang kedap air).

Akuifer tertekan merupakan akuifer yang dibatasi lapisan impermeabel pada bagian

atas dan bawah. Akuifer semi tertekan merupakan akuifer yang dibatasi oleh lapisan

semi permeabel pada bagian atas atau bawah.

Akuifer tersusun atas berbagai material yang bervariasi menurut

tipologinya. Tipologi sistem akuifernya menurut Todd (1980) terdiri atas lima

klasifikasi yaitu endapan aluvial, material batu gamping, batuan beku vulkanik dan

metamorf, batuan vulkanik, dan batu pasir. Klasifikasi akuifer di Indonesia menurut

Irawan dan Puradimaja (2015) terdiri atas endapan gunungapi, endapan alluvial

,batuan sedimen, batuan kristalin dan metamorf,dan endapan glasial (Pegunungan

Jayawijaya).

(a) (b) (c)

Gambar 1.2. Akuifer Tertekan (a), Akuifer Semi Tertekan (b), dan Akuifer Tidak Tertekan

(c) (Rushton, 2004)

1.5.3. Karakteristik Akuifer

Akuifer memiliki karakteristik dalam megalirkan atau menyimpan air.

Terdapat empat sifat akuifer yang memiliki peranan penting dalam distribusi

airtanah yaitu koefisien cadangan, porositas, permeabilitas, dan transmisibilitas

Todd (1980). Karakteristik akuifer yang pertama porositas batuan. Porositas batuan

Menurut terdiri atas porositas batuan sedimen, plutonik dan metamorf, dan batuan

vulkanik (Fetter, 2000). Masing-masing karakteristik porositas batuan memiliki

karakteristik yang berbeda. Porositas batuan sedimen 1-30%, batuan plutonik dan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

11

metamorf 2-5 % dan jika lapuk 30-60%, dan batuan vulkanik (batuan basal 1-12%,

batuan apung 87%, tuff 50%, endapan debu vulkanik tua 50%, dan lapukan

endapan material vulkanik 60%)

Karakteristik kedua adalah permeabilitas. Permeabilitas memiliki

persamaan dengan hidraulik konduktivitas, namun permeabilitas lebih cenderung

digunakan untuk permeabilitas intrinsik (Fitts, 2002). Hidraulik konduktivitas dapat

diukur di laboratorium atau di lapangan. Konduktivitas Hidraulik memiliki nilai

yang berbeda pada tiap jenis materialnya. Karaktersitik ketiga adalah

Transmisibilitas. Transmisibilitas merupakan banyaknya air yang dapat mengalir

pada suatu luasan penampang akuifer dengan gradien hidraulik 100% (Todd, 1980).

Transmisibilitas merupakan fungsi hubungan perkalian antara permeabilitas

dengan ketebalan akuifer (m2/hari).

Karakteristik keempat merupakan Koefisien Cadangan. Koefisien cadangan

merupakan spesific yield (untuk akuifer bebas) (Todd, 1980). Specific yield

merupakan rasio antara volume air yang diambil dengan volume total batuan

(Fetter, 2000). Hal tersebut juga dikaitkan dengan kebalikan dari spesific yield yaitu

spesific retention yang merupakan rasio air yang tertahan saat pemompaan dengan

volum total batuan. Keempat karakteristik akuifer tersebut memiliki peranan

penting dalam mengetahui ilmu dasar mengenai airtanah. Berdasarkan ilmu dasar

tersebut dapat dijadikan dasar untuk kajian kerentanan airtanah (kajian mendalam).

1.5.4. Kualitas Air

Kualitas air merupakan suatu parameter yang ditujukan untuk mengetahui

kondisi air sudah sesuai atau melebihi ambang batas kandungan kadar bahan

tertentu, khususnya untuk pemanfaatan tertentu (Yudo, 2010; Agustiningsih, dkk.,

2012). Peninjauan kualitas air ditujukan untuk mengetahui kondisi air (fisik, kimia,

dan biologi), membandingkan nilai kualitas air dengan baku mutu (tujuan

peruntukan penggunaan air), dan menguji kelayakan sumberdaya air (Effendi,

2003). Kualitas air banyak mengalami perubahan khususnya melebihi batas

ambang akibat aktivitas manusia (Damarany, 2009; Agustira, 2013). Berdasarkan

paparan tujuan uji kualitas air dan permasalahan kualitas air maka kajian kualitas

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

12

air termasuk kajian penting, khususnya dalam mengkaji kerentanan airtanah untuk

uji validasi (Aller, et al., 1987; Widyastuti, dkk., 2006).

Kualitas airtanah merupakan tingkatan komposisi tertentu pada airtanah yang

dikonsumsi (Hoehn, 2011). Pengertian tersebut berbeda dengan pengertian

komposisi airtanah yang merupakan gambaran komposisi airtanah (khususnya

hubungan dengan kondisi hidrogeologi) (Griffioen, 2004). Parameter kualitas air

yang dapat digunakan untuk uji kualitas airtanah menurut Appelo dan Postma

(2005) minimal harus terdapat unsur daya hantar listrik, empat unsur mayor kation

(Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+), dan empat unsur mayor anion (Cl-, HCO-3, SO4

2-, dan

NO3-). Selain itu juga terdapat logam berat (Fe, Mn, Nt, Cu, Zn, dan Pb) menurut

Srivasta dan Ramananthan (2008) yang menunjukkan pengaruh peningkatan kadar

akibat aktivitas manusia.

Terapan dari kualitas airtanah telah dilakukan oleh (Sudarmadji, 2013)

dengan mengkaji kualitas mata air dengan parameter fisik (daya hantar listrik,

kekeruhan, temperatur), kimia (pH, Cl-, HCO-3, CaCO3

-, Ca2+, Mg2+,NO2-, NO3

-,

SO42-, NH3, dan Fe), dan Biologi (Coliform Total). Hasil dari uji kualitas air tersebut

khususnya airtanah dapat dianalisis berdasarkan metode diagram batang, lingkaran,

stiff, dan piper (Younger, 2007). Parameter kualitas air yang diuji dalam kerentanan

airtanah adalah Nitrat (NO3). Parameter nitrat menunjukkan pencemaran yang

diakibatkan oleh limbah domestik dan limbah industri (Darmanto, 2014) serta

menunjukkan akibat aktivitas pertanian (Effendi, 2010; Sudarmadji, 2013). Hasil

uji parameter nitrat digunakan sebagai validasi penilaian kerentanan airtanah

(Ribeiro, 2003; Stigter, et al., 2005; Gaieb dan Hamza, 2013; Khemiri, et al., 2013;

Bofekane dan Saighi, 2013).

1.5.5. Sumber Pencemar dan Pencemaran Airtanah

Sumber pencemar terdiri atas dua jenis yaitu point source (suatu lokasi

tertentu) dan non point (tersebar) (effendi, 2003; Fitts, 2000). Contoh sumber

pencemar point source adalah limbah pabrik, cerobong asap indutri dan knalpot

mobil. Contoh dari sumber pencemar non point source adalah limbah areal

pertanian dan limbah permukiman.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

13

Pencemaran airtanah memiliki karaktersitik yang tak tampak, proses yang

lama, dan pergerakan polutan yang lambat (Kovalevsky and Vrba, 2004). Sumber

pencemaran airtanah menurut (Fitts, 2002) terbagi menurut ukuran dan bentuk

dapat melalui pipa bawah tanah, septic tank, buangan limbah pabrik, limbah kimia,

landfills dan pencemaran lain (aktivitas tambang, aktivitas pertanian, dan sumur

injeksi). Pencemaran airtanah tersebut juga dipengaruhi oleh aliran dan pergerakan

airtanah yang memberikan dampak terhadap menyebarnya bahan pencemar (Travis

and Etnier, 1984; Appelo and Postma, 2005).

1.5.6. Sejarah Perkembangan Kerentanan Airtanah dan Konsep Kerentanan

Airtanah Terhadap Pencemaran

Sejarah pengenalan kerentanan airtanah pertama kali di Perancis oleh

Margat pada tahun 1960 (Vrba and Zoporozec, 1994; Widyastuti, dkk., 2006).

Margat menjelaskan bahwa secara alami kondisi lingkungan fisik memiliki

kemampuan dalam melindungi airtanah dari bahan pencemar oleh aktivitas

manusia. Konsep tersebut dikembangkan oleh Fereira (1997, dalam Widyastuti,

dkk., 2006) bahwa kerentanan airtanah untuk tercemar dipertimbangkan dari risiko

statis dan dinamis. Kedua konsep tersebut kemudian dikembangkan oleh Aller, et

al., (1987) yang mengembangkan konsep kerentanan airtanah terhadap pencemaran

dengan metode DRASTIC (intrinsik dan spesifik). Berikutnya pengembangan teori

kerentanan airtanah dikembangkan oleh (Vrba and Zoporozec, 1994) dengan

membuat buku acuan pemetaan kerentanan airtanah.

Latar belakang berkembangnya kajian mengenai kerentanan airtanah

terhadap pencemaran adalah semakin meningkatnya kebutuhan penduduk akan air

sehingga diperlukan suplai air yang jumlahnya besar dan potensial khususnya

airtanah (Aller, et al., 1987). Hal tersebut menjadi kekhawatiran dari peneliti

apabila terjadi ekspolitasi penggunaan airtanah akan berdampak pada penurunan

kualitas dan kuantitas airtanah dimasa yang akan datang (Aller, et al., 1987; Vrba

and Zoporozec, 1994). Berdasarkan latar belakang tersebut banyak kajian

kerentanan airtanah yang berkembang pada tiap negara contohnya Amerika (Aller,

et al., 1987), Swedia (Rossen, 1994), Perancis (Margat, 1960), Italy (Civita, 2010),

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

14

dan Portugal (Ribeiro, et al., 2003). Masing-masing perkembangan kajian

kerentanan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda (Zoporozec, 1994; Civita,

2010).

Latar belakang lain yang mendasari konsep kerentanan airtanah adalah

penilaian terhadap perlindungan airtanah. Perlindungan airtanah merupakan

kemampuan alami yang dimiliki airtanah sehingga dapat terhindar dari bahan

pencemar baik secara alami maupun oleh aktivitas manusia (Aller, et al., 1987;

Vrba dan Zoporozec, 1994; dan Widyastuti, dkk., 2006). Perlindungan airtanah

dipengaruhi oleh ketebalan lapisan pelindung dan hidraulik konduktivitas serta

dipengaruhi oleh proses mekanik, kimia fisik, dan mikrobiologi dalam membawa

pencemar menuju airtanah (Kirsch, 2009). Kondisi filtrasi alami dan proses

biogeokimia menjadi salah satu faktor penyebab masuknya sumber pencemar

melalui permukaan sebelum masuk ke zona jenuh (Younger, 2007). Berdasarkan

karakteristik perlindungan airtanah dan berbagai macam proses yang terjadi

didalamnya maka diperlukan suatu penekanan dalam mengatur aktivitas pada area

tertentu sesuai dengan kondisi kerentanan akuifernya sehingga dapat

meminimalisasi risiko pencemaran airtanah (Price, 1996).

Kerentanan airtanah sendiri menurut (Vrba and Zoporozec, 1994; Kumar, et

al., 2014) menekankan faktor utama berupa kondisi hidrogeologi tanpa

memperhatikan karakteristik polutan. Penilaian kerentanan airtanah memiliki

fungsi untuk dasar pembuatan kebijakan untuk permasalahan airtanah (Vrba and

Zoporozec, 1994). Berdasarkan pentingnya kerentanan airtanah terdiri dari

kerentanan intrinsik dan spesifik (Aller, et al., 1987). kerentanan intrinsik

merupakan kerawanan dari sistem akuifer baik dari sisi geometri dan hidrodinamik

untuk menerima maupun menyalurkan air atau bahan pencemar sehingga memiliki

dampak terhadap kualitas airtanah yang dilihat berdasarkan fungsi ruang dan waktu

(Civita and Maio, 2004). Kerentanan intrinsik dipengaruhi oleh tiga faktor penting

menurut Civita (2010) yaitu :

a. Proses dan waktu yang dibutuhkan untuk berpindah air atau polutan dari

zona tidak jenuh ke zona jenuh;

b. Dinamika aliran pada zona jenuh yang mempengaruhi air atau pollutan;

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

15

c. Kondisi kemampuan pemulihan diri dari akuifer terhadap hasil sisa residu

polutan.

Kerentanan spesifik merupakan pengembangan dari kerentanan intrinsik

yang memperhatikan sumber pencemar dan jenisnya (Margane, 2003; Widyastuti,

2006). Kerentanan spesifik meliputi kajian dari dampak potensial manusia dalam

ruang dan waktu (Vrba and Zoporozec, 1994). Berdasarkan penjelasan kerentanan

airtanah intrinsik dan spesifik keduanya memiliki fungsi yang penting. Fungsi

kerentanan intrinsik sebagai dasar awal informasi potensial area tercemar

berdasarkan kondisi hidrogeologi dan kerentanan spesifik yang

mempertimbangkan sumber pencemar. Hasil kedua kerentanan tersebut

dibandingkan dengan pengukuran kualitas air di lapangan sehingga diketahui

ketepatan metode penilaian kerentanan airtanah (Ferreira dan Oliviera, 2003;

Khemiri, et al., 2013; Bofekane dan Saighi, 2013).

1.5.7. Metode-Metode Penilaian Kerentanan Airtanah terhadap Pencemaran

Metode penilaian kerentanan yang dijelaskan oleh Vrba and Zoporozec

(1994) diperkuat contoh metode tiap penilaian kerentanan airtanah yang dirangkum

sesuai dengan (Tabel 1.4). Tiap metode memiliki spesifikasi dalam penilaian

kerentanan airtanah menurut Vrba and Zoporozec (1994). HCS diterapkan pada

area yang luas dan variasi kondisi lingkungan yang masih alami. MS, (RS), dan

PCSM menggunakan sistem bobot dan skor pada tiap parameter kerentanan

airtanah. AR menggunakan persamaan matematika dalam menilai kerentanan

spesifik.

Berdasarkan rincian metode penilaian kerentanan airtanah tersebut (Tabel

1.4) terdapat penelitian yang membandingkan beberapa metode. Penelitian pertama

oleh Ferreira dan Oliviera (2003) membandingkan penilaian kerentanan airtanah

metode EPPNA, DRASTIC, GOD, AVI, SINTACS, dan SI. Penelitian kedua oleh

(Khemiri, et al., 2013) dengan membandingkan metode GOD, SI, SINTACS, dan

DRASTIC. Penelitian ketiga dilakukan oleh Bofekane dan Saighi (2013)

membandingkan metode DRASTIC, SI dan GOD dengan hasil validasi kualitas air

metode DRASTIC yang paling cocok dengan kesamaan kerentanan hasil penilaian

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

16

(71%). Hasil pembandingan beberapa metode penilaian kerentanan airtanah

tersebut memiliki hasil dan akurasi yang berbeda hal tersebut dipengaruhi dari

kerincian parameter, spesifikasi metode dan kondisi fisik lokasi kajian.

Tabel 1.4. Metode Penilaian Kerentanan Airtanah terhadap Pencemaran

Metode Metode/Nama Peneliti Lokasi

Kajian

PCSM

DRASTIC/Aller, et al., (1986) USA

SINTACS/Civita (1991) Italy

ISIS/De Regibus (1994) -

EPIC/ Doerfliger and Zwahlen (1997) Swis

MS

Goossens dan Van Damme (1987), Minstry of

Flemish Community (1986) Belgia

Adam and Foster (1992)

Carter et al., (1987) Palmer (1988)

Inggris

RS

Fenge (1976) Kolombia

Method 1/Marcolongo dan Pretto (1987) Kanada

Sotornokiova dan Vrba (1987) Italy

Vilumsen, et al., (1989) Denmark

Trojan and Perry (1988) -

AVI/Van Stempvoort, et al., (1993) Kanada

Zoporozec and Schmidt (1987) USA

GOD/ Foster (1987) -

AR

Fried (1987), Zampetti (1983) -

Meinardi (1982) Belanda

Method 2/Marcolongo dan Pretto (1987) -

Sumber : Gogu and Dessargues (2000); Civita and Maio (2004); Civita (2010)

1.5.8. Susceptibility Index (SI)

Metode SI merupakan metode yang dikembangkan dari metode DRASTIC

oleh Ribeiro (2000, dalam Ribeiro, 2003; Stigter, et al., 2005). Metode SI

merupakan metode PCSM karena memiliki sistem pembobotan dan skoring yang

sama dengan metode DRASTIC (Rossen ,1994; Widyastuti, 2006). Metode SI

ditujukan untuk menilai kerentanan airtanah spesifik dengan validasi uji kualitas air

menggunakan parameter Nitrat (Ribeiro, 2003; Stigter, et al., 2005). Metode SI oleh

Ribeiro (2000, dalam (Ribeiro, 2003; Stigter, et al., 2005) digunakan untuk

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

17

penilaian kerentanan airtanah terhadap pencemaran pada wilayah pertanian di

Portugal.

Beberapa penelitian mencoba metode SI pada wilayah yang tidak dominan

pertanian karena metode SI juga memiliki penilaian terhadap sumber pencemar

selain dari pertanian (Ferreira dan Oliviera, 2004; Gaieb dan Hamza, 2013;

Khemiri, et al., 2013; Bofekane dan Saighi, 2013). Beberapa sumber pencemar

selain dari lingkup pertanian adalah lingkungan buatan manusia dan lingkungan

alam. Hasil validasi uji kualitas airtanah dengan metode SI tidak terlampau jauh

pada masing-masing penilaian kerentanan airtanah meskipun terkadang memiliki

nilai yang dibawah hasil uji kualitas airtanah (Stigter, et al., 2005).

Parameter yang digunakan dalam metode SI menurut Ribeiro (2000, dalam

Ribeiro, 2003; Stigter, et al., 2005) tediri atas lima parameter yaitu :

D : Depth of water (kedalaman muka airtanah)

R : Recharge (imbuhan airtanah)

A : Akuifer media (media akuifer)

T : Topography (lereng)

LU : Land use (penggunaan lahan)

Setiap parameter tersebut memiliki nilai yang berbeda khususnya skor dan

bobot. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pengaruh parameter terhadap

pencemaran airtanah (Stigter, et al., 2005; Gaieb dan Hamza, 2013).

1.6. Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai kerentanan airtanah telah banyak dilakukan dengan

berbagai macam metode. Metode kerentanan airtanah memiliki karaktersitik yang

berbeda tiap parameternya. Perbedaan parameter tersebut secara umum tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap wilayah isotropis dan anisotropis (zona

yang materialnya tidak seragam baik melalui rekahan dengan ciri kecepatan dan

arah airtanah tidak yang seragam) terkecuali pada wilayah karst. Metode pada

wilayah isotropis yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah DRASTIC

dan pada wilayah anisotropis (karst) adalah EPIC, PI dan COP. Berdasarkan kedua

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

18

wilayah zonasi peneliti menggunakan metode penilaian kerentanan airtanah pada

wilayah isotropis dan anisotropis pada Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya.

Peneliti juga merujuk pada penelitian sebelumnya di Indonesia (Tabel 1.5) sebagai

acuan penelitian kerentanana airtanah terhadap pencemaran terkait aplikasi tiap

metode pada wilayah isotropis dan anisotropis.

Pemilihan lokasi kajian kerentanan airtanah di Kecamatan Banjarnegara dan

sekitarnya dilatarbelakangi oleh belum adanya penelitian tentang kerentanan

airtanah. Pemilihan tempat tersebut menjadi salah satu unsur kebaharuan penelitian

yang ditinjau dari segi lokasi dan pada lokasi tersebut memiliki variasi geologi yang

beragam. Selain berupa kebaharuan lokasi peneliti menggunakan metode SI yang

dikembangkan dari metode DRASTIC oleh Ribeiro, et al., (2003). Hal tersebut

dikarenakan metode SI belum pernah dilakukan di Indonesia berdasarkan

pengetahuan peneliti. Metode tersebut cocok digunakan pada wilayah yang

Kecamatan Banjarnegara dan sekitarnya karena merupakan pengembangan metode

DRASTIC. Perbedaan metode SI dengan metode yang sudah ada pada tabel 1.5

terkait dengan parameter validasi penilaian kerentanan airtanah yang menggunakan

Nitrat (NO3-). Selain itu metode SI merupakan metode kerentanan airtanah spesifik

karena terdapat parameter penggunaan lahan yang menjadi potensi sumber

pencemar. Berdasarkan penelitian dengan metode SI di Kecamatan Banjarnegara

dan sekitarnya diharapkan dapat dikembangkan pada wilayah lain yang beragam

kondisi geologinya.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

19

Tabel 1.5. Penelitian Sebelumnya Mengenai Kerentanan Airtanah

No Peneliti, tahun, judul Tujuan Metode Ringkasan hasil

1 M. Widyastuti, Sudarto

Notosiswoyo, dan

Komang Anggayana,

2006, Pengembangan

Metode DRASTIC untuk

Prediksi Kerentanan

Airtanah Bebas Terhadap

Pencemaran di Sleman.

1. Mengetahui sebaran masing-masing

parameter DRASTIC

2. Mengetahui sebaran penggunaan lahan

yang menjadi sumber pencemaran

airtanah

3. Mengetahui sebaran tingkat kerentanan

airtanah bebas terhadap pencemaran

4. Mengevaluasi kerentanan airtanah

bebas terhadap pencemaran

DRASTIC dan

Penggunaan

Lahan

1. Kerentanan statis dilokasi kajian terdapat

dua klasifikasi yaitu kerentanan tinggi

(66,79%) dan kerentanan sangat tinggi

(28,18%).

2. Kerentanan dinamis pada lokasi kajian

terdiri atas dua klasifikasi yaitu kerentanan

tinggi (57,42%) dan kerentanan sangat

tinggi (37,67%)

2 Abdi Suprayitno, 2011,

Kerentanan Airtanah di

Daerah Kecamatan

Godean Kabupaten

Sleman Daerah Istimewa

Yogyakarta.

1. Mengetahui zona kerentanan airtanah

terhadap proses pencemaran airtanah

2. Mengetahui zona kerentanan airtanah

terhadap proses pemompaan airtanah

3. Mengkombinasikan peta kerentanan

airtanah terhadap proses pencemaran

dan pemompaan di Kecamatan

Godean.

Simpel Vertical

Vulnerability

(SSV)

1. Hasil kerentanan airtanah terhadap proses

pencemaran terdiri atas dua klasifikasi yaitu

tinggi dan sangat tinggi

2. Hasil kerentanan airtanah terhadap

pemompaan terdiri atas kerentanan cukup

tinggi dan tinggi.

3 Wayan Andi F.G, Dian

Sisinggih, dan Very

Dermawan, 2013, Studi

Kerentanan Airtanah

Terhadap Kontaminan di

Cekungan Airtanah (CAT)

Negara Kabupaten

Jembrana Provinsi Bali.

1. Mengevaluasi kerentanan airtanah

CAT Negara

2. Mengetahui faktor yang yang dominan

dalam kerentanan dan

mengembangkan CAT Negara

3. Mendukung upaya konservasi dan

pengelolaan airtanah di Kabupaten

Jembrana.

DRASTIC dan

SINTACS

1. Metode DRASTIC menghasilkan

kerentanan sedang (99,772%) dan tinggi

(0,227%)

2. Metode SINTACS menghasilkan

kerentanan sedang (68,73%) dan tinggi

(31,27%)

3. Metode yang sesuai dengan lokasi kajian

adalah SINTAC

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

20

No Peneliti, Judul, Tahun Tujuan Metode Ringkasan Hasil

4 Vrita Tri Aryuni, 2010,

Kajian Kerentanan

Pencemaran Airtanah

Bebas (Studi Kasus di

Daerah Resapan Air

Potensi Sedang pada

Lereng Merapi Bagian

Selatan.

1. Menganalisis sebaran tingkat

kerentanan pencemaran airtanah

2. Menganalisis kualitas airtanah pada

berbagai tingkat kerentanan

pencemaran airtanah bebas

3. Menganalisis kualitas airtanah bebas

pada berbagai penggunaan lahan.

Modifikasi

USGS

1. Hasil penilaian kerentanan airtanah pada

keseluruhan lokasi kajian memiliki

klasifikasi kerentanan sedang dan

kerentanan tinggi terdapat pada Kecamatan

Sleman, Pakem, sebagian Ngaglik,

Cangkringan, Ngemplak, Turi, Tempel,

sebagian Mlati, dan Seyegan

2. Metode modifikasi USGS cocok pada

lokasi kajian.

5 Dhoni Wicaksono dan

Emilya Nurjani, 2013,

Kajian Kerentanan

Airtanah Bebas Terhadap

Pencemaran di Kawasan

Pesisir Parangtritis

Kabupaten Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta.

1. Menerapkan model keretanan

airtanah bebas untuk mengetahui

potensi pencemaran berdasarkan

kondisi fisik lahan yang

dibandingkan dengan kadar fosfat.

DRASTIC dan

Human Activity

Index (HAI)

1. Kerentanan statis dengan metode DRASTIC

diperoleh klasifikasi sangat rendah (2,23%),

rendah (5,24%), sedang (13,67%), tinggi

(54,42%), dan sangat tinggi (24,44%)

2. Kerentanan dinamis menggunakan metode

HAI diperoleh klasifikasi sangat rendah

(0,23%), rendah (21,05%), sedang

(53,03%), tinggi (12,42%), dan sangat

tinggi (13,28%)

6 Abdelmadjid Boufekane

dan Omar Saighi, 2013,

Assessment of

Groundwater Pollution by

Nitrates Using Intrinsic

Vulnerability Methods : A

Case Study of The Nil

Valley Groundwater.

1. Membandingkan metode kerentanan

airtanah terhadap pencemaran di iklim

mediteran.

DRASTIC,

GOD, SI, dan

SINTACS

1. Metode DRASTIC yang paling cocok

dengan akurasi 71%, SI 63%, GOD 54%,

dan SINTACS kurang sesuai.

Lanjutan Tabel 1.5

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

21

No Peneliti, Judul, Tahun Tujuan Metode Ringkasan Hasil

7 Luis Ribeiro, Elizabete

Serra, Eduardo Parlata,

Joao Nascimento, 2003,

Nitrate pollution in

Hardrock Formation:

Vulnerability and Risk

Evaluation by

Geomathematical

Methods in Serpa-

Brinches Aquifer, South

Portugal.

1. Perencanaan dan manajemen

sumberdaya airtanah.

SI (Susceptibility

Index)

1. Hasil kerentanan diperoleh metode SI dan

uji kualitas air memiliki hubungan yang

kuat diantara keduannya.

8 Sinda Gaieb dan M

Hafedh Hamza, 2013,

Assessing Vulnerability to

Agricultural Pollution of

Groundwater Bou Arada

Laroussa According to SI

Method Applied by GIS.

1. Mengkaji kualitas airtanah pada

wilayah yang aktivitas pertaniannya

intensif menggunakan metode SI.

SI (Susceptibility

Index)

1. Validasi kerentanan airtanah metode SI

diperoleh 71% dan dapat diapplikasikan.

9 Stigter T Y, L Ribeiro, dan

A M M Carvalho Dill,

2005, Evaluation of an

Intrinsic and Spesific

Vulnerability Assessment

Method in Comparition

with Groundwater

Salinisation and Nitrate

Contamination Levels in

two Agricultural Regions

in the South of Portugal.

1. Membandingkan dan mengevaluasi

metode DRASTIC dan SI

SI (Susceptibility

Index) dan

DRASTIC

1. Metode SI lebih cocok dibandingkan

DRASTIC karena terdapat parameter yang

bernilai sama (konduktivitas hidraulik,

media zona tak jenuh, dan tekstur tanah).

2. Metode SI lebih baik dibandingkan

DRASTIC dalam mengkaji kerentanan

airtanah karena menggunakan parameter

penggunaan lahan.

Lanjutan Tabel 1.5

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

22

No Peneliti, Judul, Tahun Tujuan Metode Ringkasan Hasil

10 Mohammed Hafedh

Hamza, Abdellatif,

Mohammed Ajmi, dan

Ayed Added, 2010,

Validity of the

Vulnerability Methods

DRASTIC and SI Applied

by GIS Technique to the

Study of Diffuse

Agricultural Pollution in

two Phreatic Aquifers of a

Semi-Arid Regions.

1. Membandingkan hasil metode SI dan

DRASTIC dalam mengkaji

kerenetanan airtanah terhadap

pencemaran

SI (Susceptibility

Index) dan

DRASTIC

1. Keakuratan metode DRASTIC di peroleh

nilai pada lokasi satu (36,67%) dan lokasi

dua (70%)

2. Keakuratan metode SI diperoleh nilai pada

lokasi satu (53,84%) dan lokasi dua

(71,79%)

11 Indra Agus Riyanto, 2016,

Kerentanan Intrinsik dan

Spesifik Airtanah

Terhadap Pencemaran di

Kecamatan Banjarnegara

dan Sekitarnya.

1. Mengetahui persebaran tingkat

kerentanan airtanah intrinsik dan

spesifik terhadap pencemaran

berdasarkan metode SI di Kecamatan

Banjarnegara dan sekitarnya;

2. Mengetahui kondisi kualitas airtanah

berdasarkan kandungan Nitrat

(NO3-) di Kecamatan Banjarnegara

dan sekitarnya untuk validasi

kerentanan airtanah

Metode SI

(Susceptibility

Index)

1. Kerentanan airtanah intrinsik diperoleh

luasan kelas rendah 2.063 Ha, sedang 187

Ha, dan tinggi 4.700 Ha. Kerentanan

airtanah spesifik diperoleh luasan rendah

1.965,49 ha, sedang 2.357,34 ha, dan tinggi

2.631,87 ha

2. Hasil validasi kerentanan airtanah metode

SI dengan parameter nitrat diperoleh

53,65% (intrinsik) dan 56% (spesifik)

Lanjutan Tabel 1.5

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

23

1.7. Kerangka Pemikiran

Parameter geologi, geomorfologi dan iklim suatu wilayah memiliki dampak

terhadap kondisi lingkungan yang terbentuk di dalamnya. Perbedaan karakteristik

lingkungan juga berdampak pada proses-proses dan dinamika yang terjadi

didalamnya. Salah satu kajian yang memiliki karakteristik yang berbeda dari variasi

geologi, geomorfologi dan curah hujan adalah airtanah. Parameter tersebut

mempengaruhi keterdapatan, distribusi dan karakteristik airtanah.

Kondisi airtanah yang terdapat pada suatu wilayah yang alami juga tidak

lepas dari potensi pencemaran. Bahan Pencemaran secara alami berasal dari proses-

proses alam yang tingkat bahanya tidak sebesar pencemaran akibat aktivitas

manusia. Pencemaran airtanah yang diakibatkan oleh manusia diakibatkan oleh

penggunaan lahan yang memiliki dampak lingkungan terhadap airtanah. Hal

tersebut berdampak pada menurunnya kualitas dan kuantitas airtanah. Untuk

mengetahui kondisi airtanah salah satu metode penilaiannya melalui kerentanan

airtanah. Penilaian kerentanan airtanah terbagi menjadi kerentanan intrinsik dan

spesifik. Kedua penilaian parameter kerentanan tersebut memiliki parameter-

parameter yang berdasarkan kondisi fisik secara alami dan sumber pencemar.

Parameter kerentanan airtanah intrinsik yang terdiri atas parameter media

akuifer, kedalaman airtanah, imbuhan airtanah dan topografi memberian kontribusi

dalam perlindungan airtanah terhadap pencemaran secara alami khususnya

distribusi, waktu tempuh dan kecepatan polutan menuju airtanah. Parameter

kerentanan spesifik meliputi penggunaan lahan. Penggunaan lahan menjadi sumber

potensi bahan pencemar yang mengancam perlindungan airtanah. Parameter

kerentanan airtanah tersebut sesuai dengan metode SI karena yang menekankan

pada kerentanan airtanah spesifik. Metode SI merupakan pegembangan metode

DRASTIC sehingga hasil yang diperoleh lebih representatif dalam menilai

kerentanan airtanah spesifik. Hasil penilaian kerentanan airtanah secara teori akan

dibandingkan dengan kualitas airtanah di lokasi kajian untuk mengetahui ketepatan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

24

penilaian kerentanan airtanah baik intrinsik dan spesifik sebagai bentuk validasi

(Gambar 1.3).

1.8. Batasan Istilah

Airtanah bebas (airtanah tidak tertekan) merupakan airtanah yang muka

airtanahnya mengalami perubahan yang tergantung oleh musim dan keberadaanya

pada lapisan permeabel dibagian atas dan impermeabel pada bagian bawah

(Sukandarrumidi, dkk., 2014)

Cekungan airtanah merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas

hidrogeologis dengan proses yang ada di dalamnya berupa pengimbuhan,

pengaliran, dan pelepasan airtanah berlangsung (Anonim, 2008)

Isotropis merupakan zona yang memiliki material penyusun akuifer yang sama

dengan kecepatan dan arah airtanah yang seragam ke segala arah (Irawan dan

Puradimaja, 2015)

Anisotropis merupakan zona yang memiliki material penyusun akuifer yang

beragam dengan kecepatan dan arah airtanah yang tidak seragam (Irawan dan

Puradimaja, 2015)

Kerentanan airtanah intrinsik merupakan kerentanan airtanah yang diakibatkan

oleh faktor alami berdasarkan kondisi hidrogeologi (Widyastuti, dkk., 2006)

Kerentanan airtanah spesifik merupakan kerentanan airtanah yang

menekankan pada jenis sumber pencemar dan memiliki perbedaan perhitungan

tiap jenis sumber pencemar (Szonyi and Fule, 1998)

Parameter Nitrat (NO3-) memberikan ciri terjadi pencemaran oleh aktivitas

manusia (Sudarmadji, 2013) khususnya aktivitas pertanian dan perkotaan (Zhang,

et al., 1998)

Peta kerentanan airtanah merupakan media untuk menginformasikan

karakteristik perlindungan akuifer terhadap pencemaran (Younger, 2007)

Susceptibility Index merupakan metode penilaian kerentanan airtanah spesifik

dengan parameter uji nitrat (Ribeiro, et al., 2003)

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103540/potongan/S1-2016... · Zoporozec, 1994). Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana fungsi

25

KERENTANAN AIRTANAH

SPESIFIK (SI)

KERENTANAN

AIRTANAH

INTRINSIK

PERLINDUNGAN

AIRTANAH

MEDIA

AKUIFER

KEDALAMAN

AIRTANAH TOPOGRAFI

SUMBER

PENCEMAR

IMBUHAN

AIRTANAH

GEOLOGI DAN

GEOMORFOLOGI

PENGGUNAAN

LAHAN

KUALITAS

AIRTANAH

VALIDASI

KERENTANAN

AIRTANAH

Gambar 1.3. Kerangka Pemikiran