bab i pendahuluan - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t25382.pdf · iran adalah salah...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Iran adalah salah satu negara tertua di dunia. Sejarahnya telah dimulai dari
5000 tahun yang lalu Peradaban awal utama yang terjadi pada daerah yang
sekarang menjadi negara Iran, adalah peradaban kaum Elarnit, yang telah
bermukim di daerah Barat Daya Iran sejak tahun 3000 S.M. Pada tahun 1500 S.M.
suku Arya mulai bermigrasi ke Iran dari Sungai Volga utara Laut Kaspia dan dari
Asia Tengah. Akhirnya dua suku utama dari bangsa Arya, suku Persia dan suku
Medes, bermukim di Iran.
Satu kelompok bermukim di daerah Barat Laut dan mendirikan kerajaan
Media. Kelompok yang lain hidup di Iran Selatan, daerah yang kemudian oleh
orang Yunani disebut sebagai Persis yang menjadi asal kata nama Persia. Meski di
dalam negeri negara ini telah dikenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga
tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Pada tahun 1959,
Mohammad Reza Shah Pahlavi mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut boleh
digunakan. Nama Iran adalah sebuah kognat perkataan "Arya" yang berarti "Tanah
Bangsa Arya".
1.
Namun Pada tahun 1979, sebuah Revolusi Iran yang dipimpin Ayatollah
Khomeini mendirikan sebuah Republik Islam teokratis sehingga nama lengkap Iran
saat ini adalah Republik Islam Iran1
Dari segi geopolitik, Iran berada disuatu lokasi yang sangat strategis.
Dengan luas wilayah sekitar 1.648.195 kilometer (636.296 mil) persegi,
menjadikan Iran sebagai Negara terluas ke-16 di dunia. Iran dikelilingi Negara-
negara penting di kawasan benua Asia dan Eropa, seperti Turki, Rusia (dahulu Uni
Soviet), Afghanistan, Pakistan dan Irak.
Batasan-batasan Iran dengan Negara tetangga terdiri dari 5.70 km persegi
garis batas daratan dan 2.510 km garis batas air. Garis batas terpanjang hamper
seluruhnya ada di seluruh utara, yaitu berbatasan dengan (bekas) Uni Soviet,
sepanjang 1.740 km sebagai daerah perbatasan bersama termasuk 630 km batas air.
Daerah perbatasan Iran dengan Irak, disebalah barat daya, sepanjang 1.280 km, dan
perbatasan dengan Turki di barat laut sepanjang 470 km. Dengan Afganistan di
timur laut, Iran bertapal batas sepanjang 850 km, sedangkan dengan Pakistan
sepanjang 830 km. Teluk Pasri dan laut Oman terletak di selatan, dengan garis
tapal batas perairan sepanjang 1.880 km.
Kebijakan politik luar negeri Iran yang berseberangan dengan Barat
merupakan faktor yang menguatkan posisi Iran dalam diplomasi dunia. Iran
merupakan negara yang mayoritas berfaham Syi’ah yaitu Syiah Itsna Asyariah
yang terletak di kawasan Timur Tengah dengan menganut system pemerintahan-
1“Iran”, diunduh 20 April 2012 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Iran/
2.
Revolusi Islam Iran yang dipelopori oleh Ayatollah Khomeini. Selain itu Iran
dengan faham syi’ahnya di nilai memiliki basis Ideologi Islam garis keras. Bagi AS
dan Negara sekutunya, Negara Republik Islam Iran merupakan Negara yang dapat
mengancam pengaruhnya di kawasan Timur Tengah karena cenderung anti Barat
dan Yahudi.
Di kawasan Teluk Persia, politik luar negeri Iran yang lebih aktif dan cerdas
ini tidak lain merupakan langkah utama Iran untuk memperluas pengaruhnya di
Timur Tengah dalam konteks pertarungan pengaruh dengan AS serta
memperkokoh hubungan Iran dengan negara-negara di sekitar Teluk Persia.
Revolusi Islam 1979 tampaknya telah merubah perilaku secara mendasar
bagi kehidupan bangsa Iran termasuk didalam hubungan Internasionalnya.2 Iran
dinilai sebagai motor penggerak bagi kemajuan dan kemandirian sebuah bangsa.
Selain itu Posisi strategis Iran di Timur Tengah juga merupakan salah satu pemicu
dan penggugah negara Islam lainnya untuk melawan ketidakadilan yang
ditimbulkan oleh negara-negara penjajah Timur Tengah.
Sikap Iran dengan menunjukkan tidak ingin menerima hubungan dengan
kekuatan yang ingin mendikte, kemudian menjalankan kebijakan politik luar
negerinya secara cerdas dan realistis menghadapi sistem hegemoni dunia, disertai
politik luar negeri dan hubungan internasional Republik Islam Iran berlandaskan
syariat Islam.
2Marjane Satrapi. Revolusi Iran. Buku tersebut berisi kesaksian seorang anak Iran mengenai pengalaman terkait Revolusi Islam 1979 terutama akibat-akibatnya dalam kehidupan masyarakat Iran. (penerj: Tim Resist Books), Yogyakarta. 2005.
3.
Politik luar negeri Iran di kawasan Timur Tengah bertambah besar. Iran
berhasil meraih popularitas di Timur Tengah karena Iran, sejak revolusi tahun
1979, memberi daya pikat kuat kepada gerakan-gerakan Islam di dunia Arab serta
menunjukan kepeduliannya terhadap negara-negara lemah atau sedang mengalami
kekacauan, seperti Lebanon, Afganistan, Irak, dan Palestina. Iran pun selalu
mengulurkan tangan memberi bantuan moril ataupun materiil terhadap gerakan-
gerakan Islam, khususnya gerakan bermazhab Syiah.
Pada akhirnya Iran mampu menjadi figur bagi negara-negara Muslim di
Timur Tengah dan sekitarnya. Bagi mereka, keberhasilan Iran adalah keberhasilan
bangsa mereka juga. Dan apabila Iran kuat secara politis dan mampu memfasilitasi
sekaligus mengembangkan solidaritas Islam dan penentangan terhadap dominasi
AS dan Barat di Timur Tengah, maka akan banyak sekali kepentingan AS yang
terancam. Dalam hal inilah yang menjadikan pengaruh Iran semakin kuat di Timur
Tengah.
Pada bulan Juni 2004, Amerika, bersama Israel, mereka sepakat untuk
menekan Iran dengan melakukan langkah diplomatik mendesak IAEA agar
membawa Iran kepada Dewan Keamanan PBB. Kali ini IAEA setuju dan
mengeluarkan resolusi: bahwa meminta Iran untuk membekukan semua aktifitas
pengayaan uranium, termasuk gedung-gedung dan instalasi pemutaran
(centrifuges).
4.
Kemudian pada tanggal 31 Juli DK PBB mengeluarkan Resolusi nomor
1696 yang didukung 14 negara dan 1 menentang dalam Resolusi tersebut
memberikan tengat waktu sampai dengan 31 Agustus untuk melaksanakan
permintaan dewan. Resolusi tersebut diadopsi di bawah Bab VII Pasal 40 Piagam
PBB3 dan tidak memasukkan sanksi tetapi menyampaikan maksud untuk
mengadopsi langkah-langkah di bawah pasal 41 dari piagam4 apabila Iran gagal
untuk memenuhinya. Ini merupakan Resolusi pertama Dewan Keamanan PBB
mengenai Iran dalam menanggapi program senjata nuklirnya.
Resolusi DK PBB nomor 1696 mewajibkan Iran untuk mengikuti arahan
IAEA tanpa penangguhan lagi dan memberi mandat pada direktur IAEA
Mohammad El Baradei untuk memberikan laporan mengenai apakah Iran telah
memenuhinya, atau belum pada 31 Agustus 2006. Jika Iran tidak menangguhkan
kerja nuklirnya pada tanggal tersebut, Dewan Keamanan PBB kemudian akan
bertindak untuk membahas resolusi baru yang dapat menjatuhkan sanksi ekonomi
dan politik terhadap Iran. Pada kenyataannya, Iran tidak mematuhi Resolusi 1696
dengan tetap meneruskan proses pengayaan uranium.
3Pasal yang menyatakan kewenangan DK PBB untuk meminta pihak tertentu yang dianggap mengancam perdamaian dunia untuk melakukan langkah-langkah yang disyaratkan DK PBB.
4Pasal yang menyatakan kewenangan DK PBB untuk menjatuhkan sanksi.
5.
Pada tanggal 31 Agustus 2006, IAEA melaporkan bahwa Iran telah gagal
menghentikan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengayaan dan bahwa
masih ada isu-isu luar biasa,5 sehingga pada tanggal 23 Desember 2006, DK-PBB
mengeluarkan Resolusi 1737 yang menjatuhkan sanksi terhadap Iran. Resolusi
nomor 1737 tahun 2006 ini pada intinya meminta Iran untuk menghentikan
program pengayaan uranium pada sejumlah reaktor nuklirnya dalam waktu 60 hari.
Resolusi 1737 yang menjatuhkan sanksi terbatas terhadap Iran didasarkan pada
Bab VII Piagam PBB.6
Resolusi ini pada dasarnya juga meminta Iran untuk menghentikan program
pengayaan uranium pada sejumlah reaktor nuklirnya. Dalam salah satu paragraf
dari Resolusi 1737 menyatakan bahwa apabila Iran tidak mematuhi Resolusi
tersebut dalam tenggat waktu 60 (enam puluh) hari, maka Dirjen IAEA diminta
untuk menyampaikan laporan ke DK PBB. Dalam kaitan ini Dirjen IAEA
diharapkan melaporkan apakah Iran telah sepenuhnya menghentikan seluruh
kegiatan pengayaan uraniumnya dan mematuhi segala kewajiban yang telah
ditetapkan dalam beberapa resolusi Dewan Gubernur IAEA.7
5Lihat Laporan Direktur Jenderal IAEA: GOV/2006/53, IAEA, 31 Agustus 2006, Kamapradipta, Di Balik Resolusi DK-PBB No. 1737, Sinar Harapan diakses pada tanggal 15 Agustus 2012. Dari http://www.iaea.org,
6Bab VII Piagam PBB adalah aturan PBB yang memberikan kewenangan kepada Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan jika terjadi ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
7Penjelasan Menteri Luar Negeri RI dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR-RI Mengenai Resolusi Dewan Keamanan PBB No 1747, Deplu RI, 29 Maret 2007.
6
Sebagaimana dimandatkan oleh DK PBB dalam resolusi nomor 1737, pada
22 Februari 2007, Dirjen IAEA kembali mengeluarkan laporan yang antara lain
menyatakan bahwa IAEA belum dapat menarik kesimpulan tentang sifat damai
dari nuklir Iran karena Iran belum menghentikan kegiatan yang berkaitan dengan
pengayaan uranium dan pembangunan pembangkit air berat. Sehubungan dengan
penemuan tersebut, anggota tetap DK-PBB (AS, Inggris, Perancis, Rusia, RRC)
plus Jerman (P5+1), sepakat untuk mengajukan rancangan resolusi baru terhadap
Iran.
Atas dasar laporan tersebut, pada tanggal 24 Maret 2007, DK PBB
mengeluarkan Resolusi nomor 1747 yang meminta kembali Iran untuk transparan
dan bekerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), dan
menghentikan proses pengayaan uraniumnya. Resolusi DK PBB No 1747 itu
menjatuhkan sanksi yang lebih berat kepada Iran antara lain dengan melarang
ekspor senjata serta membekukan asset 28 orang dan organisasi yang terkait
dengan program nuklir Iran.
Isi resolusi itu juga menjatuhkan sanksi bidang ekonomi terhadap Iran,
yaitu dengan meminta semua negara dan lembaga keuangan internasional untuk
tidak membuat komitmen baru dalam rangka hibah, bantuan keuangan dan
pinjaman lunak kepada pemerintah Iran.8
8Demo Cabut Dukungan Resolusi DK PBB Dekat Istana Bogor, , 3 April 2007, diakses pada tanggal 15 Agustus 2012 dari www.antara.co.id
7
Setelah resolusi nomor 1747, DK PBB kembali mengeluarkan resolusi
tentang nuklir Iran pada tanggal 3 Maret 2008. Resolusi DK PBB nomor 1803
diadopsi dengan suara 14-0-1. DK PBB mendasarkan keputusannya pada Bab 41
pasal VII dari Piagam PBB, mengharuskan Iran untuk menghentikan dan tidak
melanjutkan pengayaan uranium dalam bentuk apapun. Resolusi tersebut juga
mengharuskan Iran untuk menghentikan riset dan pengembangan yang berkaitan
dengan pengayaan sentrifugal dan uranium. Untuk ketiga kalinya Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menjatuhkan sanksi tertentu terhadap
Iran. Kerja sama dan keterbukaan Iran kepada IAEA dinilai belum memuaskan di
mata 14 dari 15 negara anggota DK PBB yang menyetujui penjatuhan sanksi.
Resolusi DK PBB 1803 yang didukung 14 anggota DK, sebagaimana
ditegaskan Duta Besar Iran untuk PBB Mohammad Khazaee, tidak akan
menghalangi Iran untuk mempertahankan hak mengembangkan nuklir bertujuan
damai. Meski demikian, resolusi itu menambah panjang catatan pencitraan buruk
Iran di mata masyarakat Internasional. Resolusi 1803 menetapkan tambahan sanksi
berupa larangan perjalanan terhadap lima pejabat Iran, membekukan aset 13
perusahaan Iran dan 13 pejabat Iran di luar negeri, pelarangan penjualan barang-
barang yang bisa berfungsi ganda (untuk tujuan damai dan tujuan militer) ke Iran,
pemeriksaan kapal-kapal barang dari dan menuju Iran, memonitor aktifitas dua
bank Iran, mendorong para pemerinta untuk menarik dukungan pendanaan
terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan perdagangan dengan Iran.
8
Resolusi DK PBB terkait program nuklir Iran sebelumnya yaitu Resolusi
1696 (2006), 1737 (2006), dan 1747 (2007) memang telah meminta Iran pada
awalnya menghentikan aktifitas pengayaan uranium. Dalam resolusi-resolusi itu
disebutkan bahwa hal itu merupakan upaya untuk menumbuhkan kepercayaan
masyarakat dunia atas tujuan damai program nuklir Iran.
Aktifitas pengayaan uranium itu, sebagaimana laporan Badan Tenaga Atom
Internasional (IAEA) kepada DK PBB awal tahun 2008, memang belum
dihentikan, bahkan Iran telah memulai pengembangan alat sentrifugal generasi
baru dan meneruskan pembangunan reaktor IR-40. Hal inilah yang dijadikan alasan
oleh DK PBB untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran. Namun dalam
kenyataannya, meskipun DK PBB menjatuhkan beragam sanksi dan Amerika
Serikat memberlakukan embargo untuk menjatuhkan Iran.
Namun, berbagai sanksi tersebut tidak sedikitpun membuat Iran takut,
sebaliknya Presiden Iran Ahmadinejad membalas dengan lebih keras. Ahmadinejad
mengatakan, “setiap langkah yang kalian ambil untuk mengembargo, akan
membuat bangsa Iran meruncingkan tekad untuk mencapai puncak kemajuan.
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad tidak takut atau bergerak mundur. Dia justru
menyatakan, Negaranya akan memotong tangan setiap agresor yang berani
menyerang negaranya. Ia juga mengatakan, kekuatan militer Iran harus dilengkapi
dengan teknologi modern. Hal itu diungkapkan Ahmadinejad dalam pidatonya
pada peringatan hari angkatan bersenjata Iran, Selasa (18/4/06).
9
Ditambahkannya, para musuh bangsa Iran senantiasa berupaya untuk
membuat bangsa Iran menyerah, namun para pemuda dan cendikiawan Iran mampu
menggapai satu persatu keberhasilan dengan memecahkan embargo” Sikap tegas
Iran ini mencerminkan usaha kerasnya untuk menggapai impian sebagai penguasa
kawasan yang mampu menebar ancaman bagi Barat.
Sanksi terhadap Iran sesungguhnya merupakan wujud ketakutan Barat atas
laju gesit Iran menjadi penguasa kawasan. Iran telah menjelma menjadi pusat
kekuatan baru di Timur Tengah yang sulit dikendalikan Barat. Meskipun berulang
kali disanksi Iran justru menjadi negara yang mandiri Iran tetap mampu
memproduksi teknologi dan mengembangkan industri pertahanan nasionalnya. Iran
mampu mengembangkan rudal Shihab-3 yang mampu menjangkau Israel dan
seluruh pangkalan militer AS di Timur Tengah dan Asia Tengah, selain itu Iran
juga membangun tank dan pesawat tanpa awak.
Di bidang iptek, Iran telah berhasil meluncurkan satelit ke angkasa luar,
mampu mengkloning dan membuat mesin mobil sendiri. Ini adalah segelintir
kemajuan yang dicapai oleh Iran dan kemajuan yang ingin di capai Iran sangat
tergantung dengan program nuklir yang dikembangkan oleh Iran, karena tenaga
nuklir merupakan tenaga alternative dan modern untuk industri-industri yang
berkembang di Iran pada saat sekarang ini.9 Itulah sebabnya, Barat sangat khawatir
jika Iran kuat dapat menjadi ancaman bagi kepentingan strategis mereka di Timur
Tengah.
9Ibid.
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan sebelumnya maka
penulis mencoba untuk meneliti permasalahan yang nantinya akan dibahas, yakni
sebagai berikut: Bagaimana Upaya Iran Mengoptimalkan Potensi Geopolitik
Untuk Memimpin Kawasan Timur Tengah ?
C. Kerangka Pemikiran
Untuk menjawab pokok permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka
penulis perlu mendeskripsikan jawaban dengan menggunakan teori ataupun konsep
sebagai kerangka dasar berfikir. Teori dan konsep juga dapat dijadikan sebagai
sarana eksplanasi dan juga menjadi dasar bagi prediksi.
Karena teori menggambarkan serangkaian konsep menjadi satu penjelasan
yang menunjukkan bagaimana konsep-konsep itu berhubungan. Dalam hal ini
penulis memilih “Konsep National Power dan Teori Geopolitik Aymeric
Chauprade” Sebagai dasar analisa yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini
sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas dan tepat.
11
1. Konsep National Power
Dalam konteks kajian ilmu hubungan internasional, power dapat
digambarkan sebagai sebuah alat atau instrument untuk mencapai suatu tujuan
Negara. Namun, lebih jauh lagi power dalam hal ini justru menjadi bagian dari
tujuan itu sendiri. Power is man’s control over the heart and actions of other
man.10 Menurut Morgenthau, suatu negara yang memiliki power akan lebih leluasa
dalam bergerak guna mencapai visi dan misinya.
Sebuah negara dikatakan mempunyai National Power apabila memiliki
lebih dari jumlah total populasi, bahan mentah, dan faktor-faktor kuantitatif.
Potensi gabungan dari sebuah Negara, kesetianegaraan, fleksibilitas institusi-
institusinya, bagaimana institusi tersebut beroperasi, kapasitas untuk menutupi
kelemahannya: adalah beberapa dari unsur kuantitatif yang menentukan total
kekuatan suatu Negara.
Banyak aspek yang mempangaruhi dan berkontribusi dalam meningkatkan
National Power suatu negara. Bisa dikatakan bahwa national power adalah
kemampuan yang dimiliki oleh suatu Negara atas segala sesuatu yang dimilikinya.
Lebih dari aspek fisik seperti geografis dan populasi, unsur-unsur National Power
juga meliputi hal-hal yang tidak nyata, berupa kepiawaian bernegosiasi dan lain
sebagainya.
10 Hans J. Morgenthau, Politic Among Nations : The Struggle for Power and Peace, 4th ed.(New York : Knopf, 1968), P.25.
12
Ada beberapa faktor yang berkontribusi bagi pondasi National Power.
Faktor-faktor tersebut adalah geografi, SDA, Populasi, teknologi karakter dan
moral nasional, pengembangan ekonomi, struktur politik elemen ideologi,
kepemimpinan, kesiapan militer dan diplomasi. Dalam penelitian ini dibatasi pada
geografi, sumber daya alam, populasi dan kesiapan militer.
Implementasi dari konsep National Power.
1. Faktor Geografi
Letak Geografis mempunyai peranan penting dalam menentukan kekuatan
suatu Negara dan dalam menentukan kebijakan politik luar negeri dan dalam negeri
Negara tersebut. Misalnya Iran mempunyai letak wilayah yang cukup signifikan
baik secara Regional maupun Internasional. Dalam hal ini membuat power Iran
semakin kuat dalam kontelasi politik Internasional.
2. Potensi Sumber Daya Alam
Suatu Negara dapat di katagoriikan sebagai Negara kuat jika didukung
dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Misalnya, Kekayaan sumber
daya alam Iran yang berupa minyak dan gas memberikan kontribusi yang cukup
penting dalam perekonomian Negara ini. Dengan memanfaatkan kekayaan sumber
daya alam yang dimiliki menjadikan Iran semakin kuat. Selain itu dengan
ditemukannya tambang uranium ore dikota Saghand Provinsi Yazd. Menjadikan
Iran semakin memiliki“Power”dengan memanfaatkan tambang uraniumnya
pemerintah Iran kembali melanjutkan pengembangan teknologi nuklir damai dan
sebagai prioritas utama kepentingan Nasionalnya.
13
3. Populasi
Populasi jumlah penduduk yang besar dan sumber daya manusia yang
berkualitas merupakan salah satu instrumen terpenting dalam menggerakan Power.
Semakin besar jumlah populasi penduduk dan meningkatnya kualitas sumber daya
manusia maka semakin besar pula kekuatan nasional Negara tersebut, misalnya
pasca Revolusi Islam populasi jumlah penduduk Iran bertambah pesat lebih dari
dua kali lipat dari 32 juta jiwa menjadi 70 juta jiwa. Meningkatnya jumlah populasi
tersebut juga diikuti dengan meningkatnya kualiatas SDA. Hal ini terbukti dengan
kemajuan teknologi dalam semua bidang termasuk Penguasaan Sains, Teknologi
Nuklir, Antariksa, dan produksi system persenjataan.
4. Militer
Ambisi suatu Negara untuk meningkatkan kekuatan nasionalnya yaitu
dengan meningkatkan kesiagaan militernya yang bertujuan untuk mencegah negara
lain untuk melakukan intervensi. Misalnya ambisi Iran untuk menjadi kekuatan
militer terbesar dikawasan Timur Tengah. Usaha ini diwujudkan dalam bentuk
sejumlah program militer yang menjadi manifestasi obsesi Iran untuk
memodernisasi militernya. Sehingga menempatkan Iran sebagai kekuatan militer
utama menurut standar yang berlaku di kawasan Teluk. Oleh sebab itu Iran merasa
perlu melakukan modernisasi angkatan darat, laut, udara, dan juga melakukan
pengembangan dalam system pertahanannya.
14
2. Teori Geopolitik Aymeric Chauprade
Aymeric Chauprade adalah seorang Profesor Geopolitik Internasional dari
International College of Defense Paris, dan Universitas Sorbonne, yang
memasukkan dua kelompok besar faktor umum yang selama ini seringkali diyakini
secara parsial yakni faktor Politik - Ekonomi maupun faktor Identitas. Teori
Chauprade menekankan pada multikausalitas dari sebuah fenomena internasional
dengan pertimbangan atau strategi geopolitik sebagai landasannya.
Geopolitik dalam definisi Chauprade11.
Hubungan politik antara tiga Jenis kekuasaan (power/pouvoir), yakni
kekuasaan negara (state), kekuasaan intrastate/ dalam negara (seperti
gerakan separatis, pemberontakan, dsb.), dan kekuasaan trans-state/lintas
negara (jaringan kriminal, jaringan teroris, perusahaan multinasional, dsb.),
dengan faktor geografi fisik (situasi wilayah teritori, karakteristik wilayah),
dari geografi identitas (atau geografi populasi), serta geografi sumber daya
(resource). Ia menegaskan pula bahwa geopolitik dapat digunakan sebagai
alat untuk menjelaskan karakter objektif dari geografi fisik dan manusia
yang mengkondisikan pilihan-pilihan strategis actor internasional dalam
lapangan ideologis, politik dan ekonomi pada skala global.
11Aymeric Chauprade, Géopolitique, Constantes et changements dans l’histoire, ( Paris: Ellipses,2007),hlm. 16-17.
15
Selanjutnya terdapat tiga dimensi yang harus diperhatikan dalam geopolitik,
yakni: Pertama, geopolitik yang berangkat dari realita kekuasaan, secara esensial
mengacu pada negara, dan juga para aktor yang seringkali merepresentasikan
tantangan terhadap negara: para aktor intra-state seperti gerakan separatis, aktor
trans-state, seperti jaringan ekstrimis keagamaan. Acuan utama dalam geopolitik
dimensi ini adalah negara dan permasalahannya, dan pemahaman mengenai
ancaman terhadap negara, baik dari dalam (yang muncul dari masalah identitas
dalam segala bentuknya), dan juga dari luar (tuntutan negara tetangga, atau
imperialisme dari- negara adikuasa), atau suatu kondisi yang timbul dari kombinasi
faktor eksternal maupun internal (seperti jaringan lintas negara yang memiliki
pengaruh dan dampak di dalam maupun luar negeri).
Dimensi kedua: pendekatan geopolitik bersifat multi-kausal. Sebuah
analisis atas suatu negara maupun sebuah wilayah geografis tidak dapat direduksi
hanya pada satu factor belaka: tidak pernah terjadi suatu masalah muncul hanya
disebabkan murni oleh factor etnis ataupun agama.
Dimensi ketiga: Pendekatan geopolitik yang ditawarkan oleh Chauprade
pada dasarnya bersifat kulturalis (memperhatikan faktor kebudayaan/identitas). Itu
berarti pendekatan ini menekankan pentingnya faktor budaya dalam mempengaruhi
sejarah dan juga fakta bahwa banyak identitas nasional yang pada awalnya
merupakan budaya nasional dapat diambil sebagai contoh Iran adalah salah satu
negara tertua di dunia.
16
Sejarahnya telah dimulai dari 5000 tahun yang lalu, dan seiring dengan
berjalannya sejarah panjang ini, Iran telah mengalami berbagai masa kejayaan Pada
tahun 600 S.M. Bangsa Persia yang dipimpin oleh Cyrus menggulingkan kerajaan
Medes dan membentuk dinasti mereka sendiri (Kerajaan Achaemenid).
Pada masa jayanya di tahun 500 S.M. daerah kekuasaan kerajaan ini
membentang ke arah barat hingga ke wilayah yang sekarang disebut Libya, ke arah
timur hingga yang sekarang disebut sebagai Pakistan, dari Teluk Oman di Selatan
hingga Laut Aral di Utara Lembah Indus Juga merupakan bagian dari Kerajaan
Achaemenid.
Dengan demikian. Iran sesungguhnya didirikan oleh para pemimpin
pemimpin besar. Sejarah Iran yang satu ini, yang mana telah membentuk semangat
bangsa Iran saat ini, hingga pada akhirnya membentuk semangat baru yakni
Revolusi Islam yang di pimpin oleh Ayatulloh Imam Khomeini pada tahun 1979.
Hingga titik tersebut Chauprade memperlihatkan keyakinannya bahwa
dimensi identitas, yang dalam hal ini ia rujuk kepada budaya, turut membentuk
pola kebijakan suatu negara pada suatu masa. Namun perlu ditekankan sekali lagi
bahwa peran identitas dalam pembentukan suatu fenomena tentunya tidaklah
sedeterministik apa yang diyakini oleh Huntington.
17
Menurut Chauprade bagian dari geopolitik pada intinya disebabkan oleh
tiga sumber mendasar:12
1. Upaya Mengendalikan Sumber Daya
Pada abad kedua puluh satu dan sebagaimana sepanjang sejarah,
pertarungan memperebutkan hal ini umumnya ditutupi dengan legitimasi ideologi.
Sumber daya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sumber energi
untuk menjamin keberlangsungan suatu entitas. Kriteria sumber daya ini berbeda
pada setiap masa di setiap tempat. Pada abad-abad terdahulu sebelum revolusi
industri, misalnya, sumber daya utama yang diperebutkan bangsa-bangsa adalah
tanah yang subur, produksi langsung dari tanah tersebut seperti bahan pangan
utama (staple food) hingga rempah-rempah (spices), yang pada saat itu merupakan
komoditi primadona di pasar internasional. Seiring dengan hal itu, barang-barang
tambang yang berfungsi sebagai alat tukar (emas, perak dan perunggu)
melengkapi daftar sumber daya yang diperebutkan bangsa-bangsa.
Pasca revolusi industri, dunia menyadari bahwa minyak dan gas adalah sumber
energi utama yang dapat memajukan perekonomian dan kekuatan militer suatu
negara yang pada gilirannya akan meningkatkan Bargaining Power negara tersebut
dalam konstelasi internasional. Semenjak itu pula kontestasi atas pengendalian
kedua sumber daya utama ini dimulai.
12EHL-FORUM, No 5, Février 2005, Ecole Hôtelière de Lausanne (Switzerland), hlm. 3.
18
Berbagai perang memang terjadi dengan melibatkan alasan ini, dan sebaliknya
sering pula terjadi, pemastian atas pengendalian sumber-sumber daya ini menjadi
bagian dalam upaya mencapai supremasi dalam peperangan. Pada Perang Dunia II
misalnya, Jepang berupaya penuh menguasai Asia Tenggara, khususnya Indonesia,
guna mendapatkan sumber daya yang satu ini agar kemudian dapat menyuplai
kebutuhan energi alat-alat perangnya.
2. Upaya Mengendalikan Wilayah Geografis
Upaya ini diperlukan untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya.
Misalnya adalah upaya mengendalikan kontrol atas selat (Selat Hormuz,), Iran
mempunyai letak wilayahnya yang sangat strategis sebagai pemegang kendali atas
selat hormuz. Iran dapat menutup Selat Hormuz untuk waktu yang cukup lama.
Penutupan Selat Hormuz ini dapat menjadi posisi tawar yang cukup tinggi. Dan
dampak yang paling signifikan atas penutupan Selat Hormuz adalah naiknya harga
minyak dunia.
3. Upaya Mewujudkan Dominasi Ideologis
Identitas etnis maupun nasional bagaimanapun, dapat dilihat secara riil
timbul akibat sentimen yang muncul pada suatu masyarakat yang sama, baik terkait
dengan ide, orang-orang itu sendiri, bangsa, yang berarti adalah identitas kolektif,
yang terlepas dari tinggi-rendahnya semangat anggota kelompok sosial tersebut
terhadap ia tetap menganggap kelompok tersebut sebagai kelompok yang terbaik.
19
Pasca Revolusi Islam Iran, ambisi utama Iran adalah memperluas wilayah
pengaruhnya untuk menjadi Negara paling berpengaruh dikawasan Timur Tengah.
Yang bertujuan memperbaiki hubungan Iran dengan Negara Negara disekitar Teluk
dan memperkokoh hubungan kerjasama. Hubungan kerjasama antara Iran dan
Suriah hampir dalam semua bidang termasuk system pertahanan.
Selain itu Iran juga selalu menunjukan kepeduliannya terhadap Negara-
negara lemah atau sedang mengalami kekacauan seperti Afghanistan, Irak,
Lebanon dan Pelestina. Dengan memanfaatkan segala kemampuan yang dimiliki
tujuan Iran adalah berusaha mempengaruhi Negara-negara disekitar kawasan untuk
melawan dominasi AS dan barat dikawasan Timur Tengah.
Selain itu Iran juga berupaya melakukan hubungan kerjasama yang lebih
luas sebagai upaya untuk memperluas pengaruhnya. Iran melihat pentinganya suatu
wadah yang dapat menghimpun kekuatan-kekuatan Negara maju dengan merujuk
pada kerjasama internasional antara Iran dengan China dan Rusia. Selain
kepentingan ekonomi, Iran juga berkeinginan untuk mengurangi pengaruh AS yang
semakin meluas. Iran mendapatkan dukungan penuh dari China dan Rusia dalam
hal ini menjadikan pengaruh Iran semakin kuat dikawasan Timur Tengah
20
D. Hipotesis
Upaya Iran untuk mengendalikan Geopolitik dan Geografis di Timur
Tengah yaitu :
1. Upaya Iran mengendalikan sumber daya alam. Dengan didukung
sumber daya alam terutama tambang uraniumnya Iran kembali
melanjutkan pengembangan teknologi Nuklir dengan lebih progresif
sebagai salah satu upaya Iran untuk meningkatkan posisi power di
Kawasan Timur Tengah.
2. Upaya Iran untuk mengendalikan wilayah geografis. Yaitu dengan
mengendalikan control atas Selat Hormuz ini menjadi lokasi paling
strategis Iran mampu menutup Selat Hormuz dalam sekejap ini akan
berdampak luas secara global terhadap perekonomian Dunia.
3. Upaya lain, Iran menyertakan Kekuatan sumber daya alam seperti
minyak dan gas digunakan sebagai bahan kerjasama Diplomatik dengan
Negara-negara maju termasuk dengan China dan Rusia yang dinilai
mampu mengimbangi kekuatan Amerika dan sekutunya di dunia
Internasional.
21
E. Metode Penulisan
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi literatur
yang dilakukan dengan cara menghimpun data sekunder dalam hal ini diwakili oleh
informasi-informasi dari literatur-literatur yang relevan dengan masalah yang
diteliti, dengan pertimbangan pengumpulan data dalam penelitian ini secara
kualitatif didasarkan pada penelitian kepustakaan (Library Research) yang meliputi
buku,makalah ilmiah, surat kabar dan situs internet serta sumber lain yang terkait
dengan permasalahan.
F. Jangkauan Penulisan
Demi menghindari pembahasan yang terlalu luas, Skripsi ini akan
memfokuskan pada pembahasan mengenai Potensi Geopolitik dan Geostrategi Iran
di kawasan Timur Tengah dibawah kepemimpinan Ahmadinejad pada tahun 2005 -
2012
G. Tujuan Penelitian
1. Memberikan sumbangan bagi studi Geopolitik dan Geostrategis dalam Ilmu
Hubungan Internasional.
2. Berusaha menjelaskan secara lebih mendalam mengenai pengaruh
Geopolitik terhadap hubungan internasional. Serta strategi cita-cita suatu
bangsa untuk kepentingan nasional.
22
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini menjadi sebuah karya tulis, penulis
membagi dalam beberapa bab dimana antara bab-bab tersebut saling berkaitan
sehingga menjadi satu kebulatan yang utuh. Adapun sistematika yang terdapat
dalam skripsi ini adalah:
Bab I adalah Bab Pendahuluan. Bagian ini terdiri Latar Belakang, Rumusan
Permasalahan, Kerangka Pemikiran, Hipotesis, Metode Penulisan,
Jangkauan Penulisan, Tujuan Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II
merupakan penjabaran mengenai sejarah Iran sebagai Negara super power
pada massanya, serta sepak terjang politik luar negeri Iran dikawasan Timur
Tengah dan Peran Iran di kawasan timur tengah sebagai upaya Iran untuk
menguatkan Posisinya di Timur Tengah semua ini merupakan Faktor
penting karena kawasan teluk memiliki posisi strategis dan kuat. Bab III
berisikan tentang tekanan-tekanan dari dunia Internasional yang di alami
Iran Khusunya Tekanan-tekanan AS. Bab IV berisikan pembahasan
mengenai sumber kekuatan SDA Iran yang menjadi dasar Negara Iran
untuk memperluas wilayah pengaruhnya di kawasan timur tengah. Serta
tujuan pengembangan Nuklir Iran sebagai alat untuk menguatkan posisi
Iran dan hubungan kerjasama Iran dengan Negara-negara maju seperti
Rusia dan China. Bab V akan memberi analisis gabungan / kesimpulan dari
semua bagian pendahulunya
23