bab i pendahuluan a. latar...

75
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Depresi secara umum dapat dipahami sebagai suatu gangguan psikis yang menyebabkan perubahan perasaan, kognisi dan perilaku yang terjadi pada individu. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III (1993) mendeskripsikan gangguan depresi sebagai suatu fenomena psikis dimana individu merasakan suasana perasaan kehilangan minat dan kegembiraan yang mengakibatkan individu yang memiliki gejala depresi mudah seperti merasa lelah dan berkurangnya keinginan individu tersebut untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi karena permasalahan rumah tangganya, individu tersebut berubah perilakunya mulai menarik diri dari lingkungan, mudah tersinggung, serta merasakan kesedihan yang besar. Depresi terbagi dalam tiga tingkatan spektrum psikopatologikal, dimulai dari spektrum depresi ringan, sedang hingga berat (Beck dan Alford, 2009). Identifikasi awal gejala depresi dapat dilakukan melalui pengamatan sederhana dengan melihat perubahan kemampuan individu dalam melaksanakan aktivitas kesehariannya. Seorang individu yang menderita gangguan depresi ringan memiliki kecenderungan mengalami perubahan perasaan secara mendadak, yang berdampak pada menurunnya konsentrasi kerja, meningkatnya potensi stress, serta hadirnya hambatan (kecil) dalam interaksi sosial dengan orang lain. Bila tahapan depresi telah meningkat menjadi depresi sedang, maka individu akan mulai mengalami “fase kesulitan yang nyata 1 untuk melaksanakan kegiatannya 1 Fase ini adalah sebuah fase ketika individu merasakan hambatan yang cukup besar untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

Upload: buitu

Post on 02-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Depresi secara umum dapat dipahami sebagai suatu gangguan psikis yang

menyebabkan perubahan perasaan, kognisi dan perilaku yang terjadi pada

individu. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia

(PPDGJ) III (1993) mendeskripsikan gangguan depresi sebagai suatu fenomena

psikis dimana individu merasakan suasana perasaan kehilangan minat dan

kegembiraan yang mengakibatkan individu yang memiliki gejala depresi mudah

seperti merasa lelah dan berkurangnya keinginan individu tersebut untuk

melakukan aktifitas sehari-hari. Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi

karena permasalahan rumah tangganya, individu tersebut berubah perilakunya

mulai menarik diri dari lingkungan, mudah tersinggung, serta merasakan

kesedihan yang besar.

Depresi terbagi dalam tiga tingkatan spektrum psikopatologikal, dimulai

dari spektrum depresi ringan, sedang hingga berat (Beck dan Alford, 2009).

Identifikasi awal gejala depresi dapat dilakukan melalui pengamatan sederhana

dengan melihat perubahan kemampuan individu dalam melaksanakan aktivitas

kesehariannya. Seorang individu yang menderita gangguan depresi ringan

memiliki kecenderungan mengalami perubahan perasaan secara mendadak, yang

berdampak pada menurunnya konsentrasi kerja, meningkatnya potensi stress,

serta hadirnya hambatan (kecil) dalam interaksi sosial dengan orang lain. Bila

tahapan depresi telah meningkat menjadi depresi sedang, maka individu akan

mulai mengalami “fase kesulitan yang nyata1” untuk melaksanakan kegiatannya

1 Fase ini adalah sebuah fase ketika individu merasakan hambatan yang cukup besar untuk melakukan

kegiatan sehari-hari.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

2

sehari-hari. Tahap paling fatal (depresi berat) adalah ketika individu yang memiliki

depresi tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, maka akan

mengalami tekanan psikis yang sangat berat, hingga sampai pada kondisi tidak

dapat melaksanakan aktivitas apapun. Pada titik ini seorang penderita gangguan

depresi akan merasa selalu terancam (insecure), kehilangan harga diri bahkan

mempunyai keinginan bunuh diri (PPDGJ III, 1993).

Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang banyak dialami oleh

setiap orang di seluruh dunia. World Health Organization merilis bahwa lebih dari

300 juta orang didunia menderita depresi. Setiap tahun selalu ditemukan kurang

lebih 800.000 kasus kematian dan bunuh diri yang dilatarbelakangi karena

depresi. Rata-rata kasus depresi banyak diderita oleh remaja dan dewasa pada

rentang usia 15-29 tahun (WHO, 2017). Sementara itu di Indonesia sendiri,

Merujuk dari paparan data Kemetrian Kesehatan Indonesia tahun 2013 terdapat

sebanyak 6%2 penduduk mengalami gangguan mental emosional yang di

dalamnya termasuk gangguan depresi (Depkes, 2013).

Depresi merupakan gangguan mental yang cukup meresahkan walaupun

gangguan ini cukup umum dialami oleh setiap individu, namun jika tidak cepat

ditangani, depresi dapat berkembang menjadi ganguan yang mematikan. Hal ini

dikarenakan individu dengan tingkat depresi yang berat dapat saja memutuskan

untuk membunuh dirinya sendiri. Afek-afek khas yang menyertai gangguan ini

seperti berkurangnya minat, sering merasa lelah serta menurunnya harga diri tidak

bisa dianggap sepele karena hal ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari

individu bahkan mempengarhui lingkungannya. Oleh karena itu, penanganan yang

tepat untuk gangguan ini terus menerus diteliti oleh para ahli. Salah satu

penanganan untuk menangani depresi adalah dengan teknik cognitive behavioral

2 Jumlah ini termasuk gangguan mood lainnya seperti kecemasan, mania dan bipolar.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

3

therapy. Cogntive behavioral therapy adalah sebuah teknik yang menekankan

pada rekonstruksi kognisi.

Teknik Cogntive behavioral therapy dalah sebuah perspektif kognitif dalam

masalah klinis yang menekankan pada peran kognisi/pikiran yang dapat

mempengaruhi afeksi dan perilaku. Meskipun masih ada beberapa masalah

psikologis yang efektif menggunakan terapi perilaku tradisional (behaviour

therapy), namun permasalahan seperti depresi tidak dapat dengan mudah

diintervensi dengan teknik clasical atau operant conditioning (Trull dan Prinstein

2013). Argumen ini diperkuat dengan temuan Bradley (1994) yang menyebutkan

mengenai bukti-bukti penelitian yang menunjukkan bahwa Cogntive behavioral

therapy adalah terapi yang lebih ampuh dibandingkan cognitive therapy ataupun

pharmacotherapy dalam membantu individu dengan gangguan depresi (Bradley,

1994). Selain itu, karena teknik ini bertujuan untuk merubah kognisi dan perilaku

individu, bagi pengidap depresi teknik ini akan cocok untuk membantu

meringankan gejala kognisi seperti merasa tidak mampu atau gejala perilaku

seperti perilaku menarik diri.

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk individu yang mengalami

gejala depresi sendiri salah satunya melalui konseling. Metode konseling

konvensional yang saat ini masih sering dipakai adalah konseling face to face atau

dengan pertemuan secara langsung, Namun metode ini belum mampu secara

optimal menjembatani beberapa hal; pertama permasalahan jarak dan waktu

antara penderita dengan psikolog, kedua kondisi ketika individu yang memiliki

gejala depresi kehilangan minat untuk melakukan kegiatan maka akan dapat

dipastikan menemui seorang psikolog secara langsung juga merupakan hambatan

yang besar baginya. Dua permasalahan tersebut merupakan kendala teknis

namun sangat mengganggu proses penanganan depresi melalui konseling

konvensional. Disisi lain, metode konvensional juga dihadapkan pada

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

4

keterbatasan tenaga kesehatan mental yang tidak seimbang dengan banyaknya

jumlah penderita depresi di Indonesia3 (Viora, 2015). Persebaran tenaga

kesehatan mental yang timpang tersebut menyebabkan banyak individu yang

mengalami gejala depresi, khususnya di daerah terpencil kesulitan untuk

mengakses layanan kesehatan mental di daerah mereka, hal ini diperparah

dengan masih rendahnya kesadaran kesehatan mental di kawasan-kawasan

terpencil4.

Perkembangan teknologi pada saat ini telah banyak memberikan

sumbangsih bagi peradaban manusia. Teknologi memungkinkan manusia untuk

bisa berkomunikasi satu dengan yang lain dalam konteks real time dan jarak tidak

lagi menjadi penghalang berlangsungnya interaksi antar individu. Perubahan

budaya komunikasi tersebut juga membawa dampak pada dunia konseling

psikologi, saat ini konseling psikologi tidak lagi dilakukan hanya dengan metode

face to face, salah satu media yang digunakan untuk melakukan konseling

psikologi melalui media online. Perkembangan konseling secara online telah

menciptakan peluang dan juga tantangan bagi para profesional yang

berkecimpung dalam dunia konseling. Beberapa penelitian untuk menyelidiki

besarnya indikasi pengaruh konseling online di berbagai lapisan masalah

psikologis mulai diupayakan oleh para psikolog modern hari ini (Dowling, 2015;

Lawrence Murphy, Paul Parnass, Daniel L. Mitchell, Rebecca Hallett & Paula

Cayley, 2009). Pengembangan konseling Cognitive Behavioural Therapy online

juga dilakukan oleh Doherty, Coyle, dan Sharry (2012) yang memperkenalkan

3 Di Indonesia yang memiliki penduduk sekitar 250 juta saat ini hanya memiliki sekitar 451 psikolog

klinis (0,51 per 100.000 penduduk), 773 psikiater (0,32 per 100.000 penduduk) dan perawat jiwa

6500 orang (2 per 100.000 penduduk).

4 Rendahnya kesadaran kesehatan mental di daerah ini terefleksikan dengan pemahaman masyarakat yang

masih sempit ketika menyikapi permasalahan-permasalahan kesehatan mental yang sering dihubungkan

dengan stigma negatif terhadap gangguan jiwa yang di dalam masyarakat.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

5

program SilverCloud, yaitu platform online yang membantu menangani

pemasalahan psikologis penggunanya dimana peneliti menyediakan psikolog yang

menangani masalah depresi partisipan. Salah satu gangguan yang diatasi dalam

platform ini adalah gangguan depresi (dengan partisipan mahasiswa tahun

pertama dan kedua) dimana hasilnya menunjukkan penurunan tingkat depresi

menggunakan alat ukur Beck’s Depression Inventory (BDI) ( Doherty, G., Coyle,

D., & Sharry, J., 2012).

Sementara itu di Indonesia, inovasi pengembangan support online program

berbasis cognitive behavioral therapy (Cognitive Behavioural Therapy) pada

remaja telah dilakukan dalam oleh Ramdhani, Widjaja, dan Rahmawati (2015)

yang meneliti mengenai program BERANI yaitu support program online berbasis

Cognitive Behavioural Therapy untuk remaja penderita kecemasan sosial dan

mendapatkan hasil dimana 52,5 % partisipan mengalami penurunan kecemasan

sosial (Ramdhani, Widjaja, dan Rahmawati, 2015). Selain itu terdapat juga website

konsultasi online yaitu; http://pijarpsikologi.org/, yang menyediakan menu

konsultasi seputar permasalahan psikologis yang dialami oleh pembacanya

dengan pilihan konsultasi melalui email yang disediakan di website tersebut.

Berefleksi dari hal tersebut, sebenarnya praktik konsultasi online di Indonesia

sudah mulai berkembang namun perlu diadakan penelitian untuk mengoptimalkan

kinerjanya dan mensosialisasikannya di masyarakat luas. Oleh karena itu,

penelitian mengenai konseling online ini diharapkan dapat memberi sumbangsih

akademis untuk mengkaji lebih luas kemungkinan-kemungkinan konseling online

dapat dikembangkan dalam dunia psikologi di Indonesia. Dengan memanfaatkan

teknologi diharapkan konseling yang sebelumnya dilaksanakan dengan cara

konvensional atau face to face dengan berbagai kendalanya, dapat diatasi melalui

terobosan ini.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

6

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi chatting Telegram,

penggunaan aplikasi ini didasarkan pada fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh

aplikasi ini yang dapat mendukung proses intervensi. Fasilitas-fasilitas tersebut

antara lain: aplikasi ini dapat diunduh secara gratis dan merupakan salah satu

aplikasi yang memiliki tampilan sederhana dan mudah digunakan serta memiliki

fitur emotikon serta stiker yang bisa membantu partisipan dan psikolog lebih

komunikatif dalam mengungkapkan perasaannya. Kapasitas penyimpanan cloud

telegram juga dianggap mumpuni sehingga jika partisipan dan psikolog

mengirimkan file di dalam chat, data konseling partisipan dapat dijaga hingga akhir

sesi. Kemudahan lainnya yang ditawarkan oleh aplikasi ini adalah selain berbasis

aplikasi, Telegram juga berbasis web sehingga ketika pengguna melakukan log in

ke halaman web, pengguna tersebut tidak perlu mengaktifkan koneksi mobile data

pada handphone pengguna sehingga proses konseling dapat dilakukan dengan

media handphone ataupun desktop secara terpisah.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti akan meneliti mengenai konseling

online menggunakan teknik Cognitive Behavioural Therapy pada pengidap

depresi. Selain itu, peneliti ingin mengetahui formulasi tenik konseling yang efektif

untuk menghadapi partisipan yang menderita gangguan depresi dengan media

internet. Metode yang digunakan adalah dengan chatting karena text adalah

sarana komunikasi yang paling familiar digunakan oleh remaja dan dewasa di era

komunikasi digital saat ini (Sherman, Michikyan, & Greenfield, 2013). Di Indonesia

sendiri, penelitian mengenai konseling online belum banyak dilakukan walaupun

pada praktiknya sudah ada website dan konselor yang melayani partisipan dengan

media online. Sehingga diharapkan dari penelitian ini dapat diperoleh bukti yang

valid dan reliabel mengenai konseling online di Indonesia.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

7

B. Perumusan masalah

Penelitian ini dilakukan berlandaskan masalah depresi yang banyak terjadi

di masyarakat. Hambatan untuk menyelesaikan hal ini adalah keterbatasan

masyarakat untuk mengakses fasilitas kesehatan mental dikarenakan ketidak

seimbangan ketersediaan tenaga kesehatan mental. Pertanyaan penelitian ini

adalah: “Apakah konseling online menggunakan aplikasi chatting online dapat

mengurangi gejala depresi sedang?”

C. Tujuan dan manfaat penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui indikasi besarnya pengaruh konseling

online berbasis brief Cognitive Behavioural Therapy menggunakan media aplikasi

chatting telegram dalam menurunkan gejala depresi. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis sebagai berikut:

a) Manfaat praktis: penelitian ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan

masalah bagi masyarakat untuk mengakses layanan psikologis dengan mudah

dan terjangkau, di sisi lain dapat dijadikan sebagai alternatif mode konseling

yang lebih cepat,aman dan nyaman.

b) Manfaat teoritis: penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khazanah

pengetahuan mengenai konseling online di Indonesia, mengingat sudah mulai

menjamurnya situs-situs online yang menawarkan konseling psikologis,

sehingga perlu diteliti buktinya secara ilmiah sebagai penjamin bahwa mode

konseling ini benar-benar dapat membantu konsumennya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

D. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya

Dari hasil kajian literatur yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa konseling

online dengan metode Cognitive Behavioural Therapy sudah mulai marak dilakukan di

beberapa negara maju seperti Belanda dan Australia(Silva, Siegmund, & Bredemeier,

2015). Hasil dari beberapa penelitian tersebut menyebutkan bahwa konseling online

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

8

dengan cognitive Behavioural therapy mampu menurunkan gejala depresi pada remaja

dan pasien pada klinik kesehatan (Kessler et al., 2009; Richards & Richardson, 2012;

Smith et al., 2015). Salah satu temuan eksperimen terbaru mengenai pengembangan

teknik CBT dilakukan oleh Calleo (2015), eksperimen ini menunjukkan bahwa teknik CBT

yang dilakukan pada pengidap penyakit parkinson potensial untuk menurunkan tingkat

kecemasan dan depresi pada partisipan (Calleo, 2015). Intervensi CBT yang dilakukan

dengan pendekatan problem-solving pada partisipan pengidap depresi terbukti

menurunkan tingkat depresi mereka (Chen, S.-Y., Jordavn, C., dan Thompson, 2006).

Pada penelitian ini, akan diteliti mengenai konseling secara online dengan teknik brief

Cognitive Behavioural Therapy selama lima sesi yang ditujukan untuk menurunkan gejala

depresi. Konseling dilakukan dengan media aplikasi chatting online Telegram yang dapat

diunduh secara gratis dan media Google Docs yang bisa diakses melalui link yang

diberikan selama sesi konseling berlangsung. Partisipan konseling ini adalah individu

dengan pendidikan mahasiswa berumur 18-25 tahun yang sedang mengalami gejala

depresi tingkat sedang berdasarkan skor Beck’s Depression Inventory bahasa Indonesia

yang diisi oleh partisipan pada saat pre-test.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Depresi

1. Teori depresi

Penggunaan kata depresi umumnya dipakai untuk menunjukkan pola yang

mengganggu dalam hal perasaan, kognisi dan perilaku, depresi sendiri bisa

dianggap sebagai suatu syndrome ataupun symptom-complex (Beck dan Alford,

2009). Kumpulan gejala-gejala dan symptom sering dikonseptualisasikan sebagai

dimensi psikopatologikal dam rentang intensitas dari ringan ke berat (Beck dan

Alford, 2009). Walaupun begitu, banyak orang yang mengalami gangguan ini tidak

menyadari bahwa mereka sedang mengalami depresi (Wilding dan Milne, 2008),

sehingga terkadang gangguan ini baru terlihat setelah menjadi gangguan depresi

berat.

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ)

III (1993) mendeskripsikan diagnosis depresi sebagai suatu situasi dimana

individu merasakan kesedihan yang berlarut-larut, mulai dari hilangnya minat dan

kegembiraan akan aktivitas sehari-hari, mudah merasakan lelah dan mulai

menurunnya tingkat konsentrasi serta berkurangnya minat individu untuk

melakukan interaksi dengan orang lain. Individu yang mengalami gejala depresi

juga umumnya memiliki persepsi yang negatif tentang masa depannya dan

mengalami gangguan fisik seperti gangguan tidur. Keadaan ini harus ada dalam

diri individu minimal dalam rentang waktu dua minggu. Gangguan depresi yang

paling sering dijadikan diagnosis dan paling mudah dikenali adalah gangguan

depresi mayor5 (Barlow & Durand, 2015). Di dalam buku DSM V (APA, 2013)

menjelaskan bahwa keadaan depresi yang ekstrem adalah ketika dalam waktu

5 Gangguan depresi dengan skala terberat.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

10

dua minggu individu mengalami gejala kognitif6 dan mengalami gangguan fungsi

fisik7 hingga individu tersebut merasa bahwa kegiatan yang sederhana sekalipun

memerlukan usaha yang berat. Keadaan ini biasanya diikuti dengan kehilangan

minat akan sesuatu dan ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan hidup

termasuk interaksi dengan orang lain. Salah satu contoh kasus depresi yang

pernah ditemukan oleh peneliti adalah seorang klien yang selama beberapa bulan

terakhir mudah menangis jika teringat akan keadaan keluarganya. Gejala-gejala

yang dialami klien saat itu adalah sering menangis, mudah tersinggung oleh

adiknya, lebih suka menghabisakan waktu di kamarnya, dan merasa malas untuk

melakukan aktivitas sosial dengan orang lain.

Depresi adalah salah satu masalah psikologis yang paling banyak diidap oleh

orang-orang di dunia, bahkan depresi bisa dikatakan sebagai gangguan yang juga

banyak memakan biaya untuk pemulihannya, di samping itu depresi juga

merupakan gangguan berulang dengan kenaikan onset pada masa muda (Gotlib &

Hammen, 2009) .Setiap tahunnya, 6% orang dewasa akan mengalami episode

depresi, dan lebih dari 15% populasi orang di dunia akan mengalami minimal satu

episode depresi, depresi juga dipandang sebagai penyebab utama bunuh diri dan

baru-baru ini menjadi salah satu dari empat gangguan tertinggi dalam komunitas

dan akan berpengaruh kepada keluarga dan karier serta berdampak dalam

produktivitas di tempat kerja (Pilling, Anderson, Goldberg, Meader, dan Taylor,

2009). Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa sekitar 20% populasi orang

Amerika, terutama perempuan akan mengalami episode depresi klinis dalam

kehidupan mereka. Sebagai tambahan dari penemuan dampak depresi pada

kesehatan dan produktivitas kerja, saat ini sudah banyak bukti yang menunjukkan

6 Merasa tidak berharga dan bimbang/ragu-ragu

7 Gangguan tidur, gangguan selera makan hingga perubahan yang ekstrem dalam berat badan dan mudah

merasa lelah.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

11

bahwa depresi berakibat buruk pada hubungan interpersonal, terutama dengan

pasangan dan anak (Gotlib & Hammen, 2009).

Definisi depresi sendiri banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satunya

yang diungkapkan oleh Beck dan Alford (2009) depresi adalah suatu keadaan

yang mencakup atribut-atribut di bawah ini:

a. Perubahan yang spesifik pada mood antara lain kesedihan, kesepian serta

apati terhadap lingkungan.

b. Konsep-diri yang negatif, dimana individu merasa rendah diri dan cenderung

suka untuk menyalahkan diri sendiri. Individu akan merasa dirinya tidak

berharga dan tidak berdaya serta tidak ada orang yang benar-benar

mencintainya.

c. Regresi, dimana perilaku individu menjadi tidak sesuai dengan usianya seprti

individu yang dewasa menolak untuk bertanggung jawab atas dirinya dan lebih

dependen dengan orang lain. Serta harapan untuk menghukum diri sendiri

dimana individu merasa dirinya pantas dihukum atas segala masalah yang

terjadi dan mempunyai keinginan untuk melarikan diri dari masalah, atau

bahkan keinginan untuk mati/bunuh diri.

d. Perubahan vegetatif yang terjadi pada individu seperti: anoreksia, imsomnia

serta kehilangan gairah seksual yang membuat individu terlihat tidak sehat

secara fisik.

Di samping itu, salah satu hal yang penting dari individu yang mengidap

depresi mayor adalah gangguan tidur, hubungan antara gangguan tidur dengan

depresi sudah lama diketahui oleh para ahli. Hampir semua individu yang

mengidap depresi mayor melaporkan gangguan tidur yang mereka alami seperti

insomnia, oversleeping dan buruknya kualitas tidur (Kennedy, Lam, Nutt, & Thase,

2007).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

12

Paradigma primary triad di bawah ini menunjukkan hubungan antar aspek

kognitif, afektif, motivational dan fenomena fisik pada depresi, paradigma ini dapat

diterapkan pada segala jenis depresi (Beck dan Alford, 2009).

Gambar 1. Paradigma primary triad (Beck dan Alford, 2009)

Gangguan depresi bisa dilihat dari tiga aktivasi besar pola kognitif yang

memaksa individu untuk melihat diri sendiri, dunia dan masa depan dalam cara

yang negatif, pola pemikiran ini menuntun individu untuk masuk ke dalam keadaan

depresi (Beck dan Alford, 2009) Komponen pertama adalah pola melihat

pengalaman dalam cara yang negatif, dimana pasien secara konsisten

mengartikan interaksi mereka dengan lingkungan sebagai suatu kekalahan,

kehilangan atau penghinaan, mereka melihat hidupnya dikuasai beban, halangan

atau situasi yang traumatis. Komponen kedua, individu melihat bahwa dirinya idak

berharga dan tidak berdaya, cenderung suka menyalahkan dirinya sendiri.

Komponen terakhir menunjukkan bahwa individu merasa masa depannya suram

dan kejadian-kejadian buruk akan terus menimpanya.

Teori kognitif dari gangguan depresi menyatakan bahwa pikiran, perilaku dan

interpretasi seseorang dalam memikirkan atau mengingat suatu kejadian akan

menentukan respon emosionalnya. Hal ini menyebabkan kognisi memainkan

peran yang krusial mengenai bagaimana seseorang dipengaruhi oleh pengalaman

yang dipersepsi negatif dan menentukan apakah individu tersebut akan bisa cepat

pulih atau malah mengalami depresi (Gotlib & Hammen, 2009).Komponen kedua

adalah melihat diri sendiri dalam cara yang negatif. Individu menilai diri mereka

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

13

sebagai seseorang yang kurang, inadekuat, tidak pantas dan mengatribusikan

pengalaman tidak menyenangkan pada fisik, mental atau kerusakan moral pada

diri sendiri, lebih jauh, individu merasa dirinya tidak menarik dan tidak berharga

karena merasa dirinya rusak dan cenderung menolak diri sendiri karena hal-hal

tersebut. Terakhir adalah melihat masa depan dalam cara yang negatif dimana

individu merasa bahwa mereka akan terus berada dalam keadaan sulit, mereka

juga melihat penderitaan tak berujung, frustasi dan keadaan yang hina (Beck dan

Alford, 2009).

Banyak ahli yang telah membuat konsep mengenai depresi berdasarkan

model biopsikososial, yaitu gangguan yang diakibatkan dari interaksi antara

variabel gen, sosial dan kognitif, dan menemuan bahwa tidak ada gen yang

spesifik yang menjadi penyebab depresi(Leventhal, 2008). Teori postulat yang

sudah disebutkan sebelumnya mengenai gangguan depresi dimana individu yang

mempunyai pola pikiran yang aneh (schemas) dipengaruhi oleh stres yang spesifik

atau oleh stres yang tidak spesifik (Beck dan Alford, 2009).

Menurut World Health Organization (2002) gangguan mental adalah salah

satu gangguan yang banyak dialami oleh pemuda di Amerika. Di samping itu,

departemen pendidikan Amirika menemukan bahwa masalah gangguan mental

terus naik dan menjangkiti pemuda terutama yang sedang menjadi mahasiswa

(U.S. Department of Education, National Center for Education Statistics, 2005).

Eisenberg, Gollust, Golberstein, dan Hefner (2007) menemukan dari berbagai

literatur bahwa bunuh diri banyak ditemukan pada mahasiswa berumur lebih dari

25 tahun atau mahasiswa laki-laki. Para pelaku bunuh diri ini ditemukan pernah

mengalami kekerasan seksual, bermasalah dengan identitas seksual atau

mempuanyai hubungan yang bermasalah dengan orang lain serta mempunyai

masalah dengan obat-obatan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

14

Eisenberg dkk (2007) juga menemukan bahwa perkiraan gangguan depresi

dan kecemasan pada mahasiswa adalah sebanyak 15,6% pada mahasiswa yang

belum lulus dan 13% pada mahasiswa yang sudah lulus. Penelitian ini dilakuakn

pada 2.843 mahasswa, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa

yang mempunyai masalah finansial mempunyai resiko yang lebih tinggi dalam

gangguan mental. Di samping itu, sebanyak 2% responden ditemukan mempunyai

ide bunuh diri.

Penelitian lainnya menemukan bahwa sindrom depresi ditemukan lebih

banyak pada populasi mahasiswa dibandingkan populasi lainnya pada pemuda

berusia di atas 16 tahun (Margitics & Pauwlik, 2009). Penelitian ini dilakukan pada

sampel sebanyak 681 mahasiswa Hungaria (465 perempuan dan 216 laki-laki)

pada 2004 dan kembali dilakukan pengukuran pada 712 mahasiswa (545

perempuan dan 167 laki-laki) pada 2007 menggunakan Beck’s Depression

Inventory (BDI). Di penelitian ini juga ditemukan bahwa lebih dari setengah

mahasiswa mengalami perasaan tidak berharga dan tidak puas. Selain itu, hampir

semua mahasiswa tingkat kedua mempunyai karakteristik mudah lelah, tidak

teguh pendirian serta merasa tidak mempunyai harapan. Hal ini tidak dipengaruhi

oleh jenis kelamin, dan data menunjukkan bahwa keadaan ini bukanlah sementara

namun terus berjalan setidaknya empat tahun di kehidupan para mahasiswa

tersebut.

Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa adalah salah satu pihak yang rentan

mengalami gangguan psikologis terutama depresi. Hal ini perlu menjadi konsen

semua pihak karena mahasiswa umumnya berada pada umur produktif sehingga

jika penanganan untuk masalah gangguan mental tidak ditingkatkan ditakutkan

angka prevalensi gangguan mental pada mahasiswa akan terus mengalami

kenaikan setiap tahunnya.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

15

2. Aspek-aspek depresi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan referensi dari buku Depression:

Causes and Treatment oleh Beck dan Alford (2009) yang mengungkapkan aspek-

aspek berupa gejala-gejala yang dialami oleh individu yang mengalami depresi

ditinjau dari keadaan emosional, manifestasi kognitif, manifestasi motivasi,

manifestasi fisik, delusi serta halusinasi. Keadaan-keadaan tersebut harus

menetap selama minimal dua minggu(PPDGJ III, 1993; DSM V, 2013). Berikut

penjelasan dari beberapa aspek tersebut:

a. Keadaan emosional

Pada penderita depresi, umumnya mereka memiliki keadaan emosional yang

cenderung lemah dan menunjukkan afek sedih. Beberapa keadaan emosional itu

antara lain: mood sedih, ketidaksukaan kepada diri sendiri, tidak bersyukur,

kehilangan kelekatan dengan orang lain, keinginan menangis serta kehilangan

kegembiraan. Keadaan lainnya adalah anhedonia dimana individu mengalami

keadaan afek positif yang rendah dengan afek negatif yang tinggi (Barlow &

Durand, 2015). Individu yang mengalami gejala depresi umumnya merasakan

kesedihan yang berlarut-larut bahkan terkadang tidak mampu menjelaskan

mengapa perasaan tersebut tidak kunjung hilang. Perilaku menangis yang

berlebihan bahkan ketika individu sudah tidak dapat lagi mengeluarkan air mata

perlu diwaspadai sebagai keadaan yang mengarah kepada gejala depresi.

b. Manifestasi kogntif

Manifestasi kognitif pada penderita depresi diwarnai dengan pandangan

negatif mengenai diri sendiri, lingkungan dan juga masa depan. Pandangan

negatif tersebut terwujud dalam bentuk: merendahkan diri sendiri, mempunyai

ekspektasi yang negatif terhadap kejadian yang akan berlangsung, suka

menyalankan dan mengkritisi diri sendiri, merasa tidak percaya diri dengan bentuk

tubuhnya serta susah membuat keputusan. DSM V (APA, 2013) menuliskan aspek

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

16

kognitif pada individu yang memiliki gangguan depresi antara lain merasa tidak

berharga dan mudah bimbang serta ragu-ragu. Individu yang dengan gejala

kognitif ini sering menyalahkan diri sendiri ketika ada hal yang membuatnya tidak

nyaman. Individu juga merasa pesimis akan masa depan dan umumnya

menganggap bahwa masa depannya tidaka akan berjalan dengan baik dan

kejadian-kejadian buruk akan selalu menimpanya. Dalam beberapa kasus, individu

juga sering menyalahkan lingkungannya untuk mencari pembenaran akan

keadaannya.

c. Manifestasi motivasional

Bagi penderita dpresi, aspek ini ditandai dengan keadaan regresif dimana

individu akan cenderung menarik diri dari aktivitas yang membutuhkan tanggung

jawab, inisiatif ataupun usaha yang besar. Mereka akan menghindari kegiatan

yang berhubungan dengan peran orang dewasa dan lebih memilih kegiatan

dengan peran seperti anak-anak. Keadaan ini ditandai dengan beberapa situasi

antara lain: keinginan untuk berdiam diri, suka menghindar dan ingin menarik diri

dari lingkungan, adanya keinginan untuk bunuh diri serta meningkatnya

dependensi. Individu akan merasakan kehilangan minat untuk melakukan semua

atau hampir semua kegiatan sehari-hari8 (APA, 2013). Individu dengan gejala

motivasional umumnya akan berusaha menghindari situasi sosial dimana ketika

individu sudah melakukan hal ini, biasanya hal ini dikarenakan minat mereka untuk

berhubungan dengan orang lain mulai menurun atau hilang sama sekalai.

Sehingga dalam kasus yang parah individu bisa saja tidak keluar rumah dalam

waktu yang lama dikarenakan sudah kehilangan minat untuk bersosialisasi.

8 Didapat dari penilaian partisipantif atau pengamatan objektif dari orang lain

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

17

d. Manifestasi fisik

Manifestasi fisik pada penderita depresi adalah hal yang mudah untuk diamati

dan memudahkan untuk mengidentifikasi keadaan individu yang diduga

mengalami gangguan ini. Manifestasi fisik yang terlihat dari penderita depresi

antara lain: kehilangan selera makan, mengalami gangguan tidur, kehilangan

libido serta sering kelihatan lelah. Perubahan berat badan yang signifikan9, baik itu

kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak normal juga ditandai sebagai

gejala depresi (APA, 2013). Gangguan tidur merupakan salah satu gangguan yang

sering ditemui terutama bagi individu yang mengalami depresi mayor (Kennedy et

al., 2007). Individu kadang merasakan dirinya selalu lelah tanpa sebab yang pasti,

bahkan kegiatan bangun dari tempat tidur bisa menjadi hal yang berat bagi

individu yang mengalami manifestasi fisik. Dengan selera makan yang menurun

beberapa individu juga mengalami penurunan berat badan yang drastis dalam

waktu yang singkat. Keinginan terhadap kegiatan seksual pun berangsur-angsur

akan menurun bahkan bisa hilang sama sekali.

e. Delusi dan Halusinasi

Pada penderita depresi, umumnya mereka mengalami delusi yang

mempengaruhi cara pandangnya terhadap sesuatu. Situasi-situasi tersebut antara

lain: individu merasa dirinya tidak berharga, merasa bahwa dirinya pantas untuk

dihukum, delusi nilihisrik, delusi somatik dan delusi kemiskinan. Beck menuliskan

bahwa setidaknya sebanyak 25% penderita depresi juga mengalami halusinasi

auditori dan visual seperti mendengar suara bisikan ataupun melihat orang yang

sudah mati. Keadaan ini umunya dialami oleh perasaan tidak berharga dan tidak

berdaya dalam menghadapi situasi sosial yang menekannya. Bahkan dalam

beberapa kasus, individu merasa dirinya harus dihukum karena menurutnya yang

9 Perubahan berat badan lebih dari 5% perbulan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

18

menyebabkan segala permasalahan yang terjadi dalam hidupnya adalah dirinya

sendiri

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi depresi

Menurut Beck dan Alford (2009) mengatakan bahwa ada beberapa keadaan

yang menjadi pemicu timbulnya depresi pada individu. Keadaan-keadaan

tersebut antara lain:

a. Stres yang spesifik

Stres yang spesifik dapat dikatakan adalah dimana sebuah terdapat situasi

yang membuat self esteem individu semakin rendah dan akhirnya membuat

individu tersebut menjadi depresi. Kejadian-kejadian ini contohnya seperti

gagal dalam ujian, patah hati, ditolak oleh teman sebaya atau dipecat dari

pekerjaan. Situasi lainnya seperti mendapatkan halangan ketika akan meraih

suatu tujuan yang penting atau menghadapi dilema yang dirasa tidak ada

solusinya. Kejadian yang stressful seperti di atas dapat membuat individu

rentan dengan gangguan depresi.

b. Konstalasi genetik

Penza dkk (Beck dan Alford, 2009) mengatakan bahwa faktor

neurobiologis akan dapat menjelaskan mengenai kerentanan individu yang

mengalami kekerasan saat anak-anak (fisik, seksual atau psikologis) atau

stres saat dewasa (seperti kematian pasangan). Stres yang dialami ketika

individu dalam masa kanak-kanak selama masa neuronal plasticy dapat

menyebabkan hypersensitivity dalam sistem neuroendocrine stress response

yang bisa membuat individu sangat mudah merasakan stres. Sirkuit neural

yang mengandung corticotropin-releasing factor (CRF) diidentifikasi sebagai

mediator yang penting dalam merespon stres. Kejadian yang tidak

menyenangkan ketika masa kanak-kanak dapat menyebabkan perubahan

dalam CRF dan meningkatkan resiko depresi pada individu.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

19

c. Stres yang tidak spesifik

Individu mungkin mengembangkan sebuah gangguan psikologis ketika

terpapar dengan berbagai macam bentuk stres, walaupun tidak mengacu pada

suatu sensitivitas tertentu. Seringkali gangguan depresi tercetus bukan hanya

dari sebuah kejadian spesifik namun juga bisa terjadi karena beberapa

kejadian yang traumatik. Contohnya ketika individu kehilangan pekerjaan hal

ini tidak membuatnya langsung mengalami depresi namun jika kemudia

individu tersebut kembali menemui masalah yang berat seperti kehilangan

pasangan, bisa jadi pertahanan dirinya melemah dan rentan mengalami

gangguan depresi.

d. Faktor lainnya (psychological strain)

Faktor lainnya yang bisa mempengaruhi keadaan depresi adalah hal-hal

yang tidak tercakup dalam situasi-situasi di atas. Salah satunya adalah

psychological strain. Psychological strain merupakan perbedaan keadaan

individu dimana individu dapat memberikan respon yang berbeda saat

dihadapkan dengan keadaan yang kurang lebih sama, tergantung apakah saat

itu mereka sedang berada dalam psychological strain atau tidak. Artinya,

individu memiliki masa-masa yang rentan untuk terserang depresi yang bisa

saja dikarenakan banyak faktor. Misalnya, saat seorang individu sedang

mengalami beberapa masalah ketika individu tersebut dihadapkan dengan

ujian akhir dapat membuatnya mengalami depresi berbeda dengan saat

individu tersebut sedang tidak mempunyai masalah lain.

Selain faktor-faktor di atas, Durand dan Barlow (2015) menuliskan mengenai 3

faktor yang berpengaruh pada gangguan perasaan termasuk depresi yaitu dimensi

fisik, aktivitas gelombang otak dan juga dimensi psikologis. Penjelasan mengenai

faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

20

a. Dimensi fisik

Dimensi fisik adalah salah faktor yang dipercaya berpengaruh terhadap

adanya gejala gangguan depresi pada individu. Dimensi ini meliputi kontalasi

genetik, sistem neuro transmitter, sistem endokrin dan ritme tidur.

a) Konstalasi genetik

Individu yang mempunyai anggota keluarga yang juga mengalami

depresi mempunyai kemungkinan dua hingga tiga kali lebih tinggi

dibandingkan individu yang tidak mempunyai anggota keluarga yang

mengalami depresi. Di samping itu, bagi individu yang terlahir dengan

keistimewaan kembar identik akan mempunyai resiko lebih tinggi

mengidap gangguan depresi jika saudara kembarnya juga mengidap

hal depresi dibandingkan individu kembar yang hanya memiliki 50%

gen identik. Selain itu, perempuan memiliki resiko lebih tinggi

dibandingkan laki-laki, perempuan memiliki heritabilitas 36%-44%

dibandingkan laki-laki yang hanya berkisar 18-24%.

1. Sistem neurotransmitter

Penelitian-penelitian terkini menemukan bahwa serotonin

mempunyai hubungan yang erat dengan gangguan perasaan.

Serotonin adalah hormon yag mengatur reaksi-reaksi emosional di

dalam diri manusia. Rendahnya serotonin dapat menyebabkan

perasaan yang cenderung mudah berubah-ubah dan kurang dapat

mengontrol reaksi emosional dalam diri.

2. Sistem endokrin

Peneliti menemukan bahwa ada hubungan antara sistem

endokrin dengan depresi dimana pasien dengan gangguan sistem

endokrin juga cenderung mengalami depresi. Aktivitas

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

21

neurotransmitter di dalam hipotalamus mengatur pelepasan

hormon-hormon yang mempengaruhi sirkuit otak yang disebut

aksis-HPA. Di sisi lain, peningkatan hormon yang mengatur stres

pada manusia juga cenderung menyebabkan depresi. Selain itu,

peningkatan hormon ini juga menyebabkan penyusutan pada

struktur otak yang disebut hipokampus yang bertanggung jawab

terhadap proses-proses kognitif penting seperti ingatan jangka

pendek.

3. Ritme tidur

Salah satu tanda gangguan perasaan yag mudah diamati

adalah adanya gangguan tidur. Bagi orang yang mengalami

depresi, hanya ada waktu yang lebih pendek/lebih cepat sebeum

rapid eye movement (REM) dimulai dibandingkan orang lain. Selain

itu, penderita depresi juga mengalami REM dengan lebih intens

sehingga tahapan-tahapan tidur yang nyenyak hanya dialami

sebentar atau tidak sama sekali. Oleh karena itu, individu yang

mengalami depresi cenderung mudah lelah karena tidak bisa

memaksimalkan waktu istirahat yang dipunyainya.

4. Aktivitas gelombang otak

Peneliti menemukan ada aktivitas gelombang alfa

(gelombang otak yang mengindikasikan perasaan tenang dan

positif) yang berbeda di kedua belahan otak pada penderita

depresi. Gelombang ini menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi

pada anterior sebelah kanan dibandingakn sebelah kiri. Keadaan

seperti ini juga masih berlangsung walaupun individu tersebut tidak

lagi mengalami depresi yang menunjukkan kerentanan terhadap

gangguan ini pada individu tersebut. aArtinya ketika individu

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

22

mengalami depresi sekali dalam hidupnya, maka individu tersebut

akan lebih rentan untuk kembali mengalami gangguan tersebut

dikemudian hari.

b. Dimensi psikologis

Penjelasan mengenai kondisi depresi secara psikologis dibahas

dalam beberapa poin, antara lain: pertama, peristiwa kehidupan yang

stressful, ditemukan bahwa 20%-50% orang yang mengalami kejadian

hidup yang berat rentan terhadap depresi. Hampir semua penderita

depresi pernah mengalami kejadian hidup yang berat, namun tidak

semua orang yang mengalami kejadian berat mengalami gangguan

depresi. Hal ini berhubungan dengan makna dan konteks kejadian

tersbut bagi individu itu sendiri. Misalnya, kehilangan pekerjaan akan

mempunyai efek yang berbeda bagi perempuan yang menjadi single

parent dibandingkan perempuan yang masih mempunyai suami.

Kedua, learned helplessness atau individu cenderung megalami

kecemasan dan depresi ketika mereka merasa tidak dapat mengontrol

atas stres-stres yang mereka alami. Depresi terjadi ketika individu

merasa putus asa terhadap kemampuannya menghadapi

permasalahan hidupnya. Bagi penderita depresi, mereka mempunyai

stye atributional deppresive yang bersifat: (1) internal, dimana pengidap

depresi mengatribusikan kejadian-kejadian negatif pada

ketidakmampuannya; (2) stabil, penderita depresi akan merasa bahwa

kejadian-kejadian buruk tersebut akan terus ada dan terjadi dalam

hidupnya; (3) global, artinya kejadian ini tidak hanya akan terjadi pada

kondisi spesifik namuan akan terjadi juga di aspek-aspek kehidupannya

yang lain. Ketiga negative coping style, Beck (Durand & Barlow, 2015)

menemukan bahwa penderita depresi mempunyai pandangan yang

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

23

negatif terhadap dirinya sendiri, dunia dan juga masa depan.

Pandangan negatif ini ditandai dengan berbagai macam kesalahan

berpikir yang membuat individu menagmbil hal-hal yang negatif dari

suatu kejadian dibandingkan sisi positifnya. Cara berpikir orang yang

depresi konsisten lebih negatif dibanding orang yang tidak mengidap

depresi. Penderita depresi dipercaya dapat menurunkan gangguannya

dengan merubah pola kognitif yang salah ini.

B. Brief Cognitive Behavioral Therapy (Cognitive Behavioural Therapy)

a. Teori Brief Cognitive Behavioural Therapy

Aaron Beck membangun sebuah bentuk psikoterapi pada awal 1960 yang

dinamakannya “cognitive therapy”. Terapi ini yang saat ini lebih dikenal dengan

sebutan cognitive behavioral therapy. Inti dari psikoterapi ini menekankan pada

suatu terapi yang terstruktur, terbatas waktu serta berorientasi pada keadaan saat

ini yang ditujukan untuk mengobati depresi serta memperbaiki pemikiran dan

perilaku yang bermasalah (Beck dalam Beck, 2011). Sejak saat itu, terapi ini telah

membantu menangani permasalahan-permasalahan individu dari berbagai

kalangan dan dengan berbagai permasalahan. Terapi ini terus berkembang

terutama dari segi fokus, teknik dan panjang terapi namuan tetap membawa nilai

esensialnya dimana terapi didasarkan pada formulasi kognitif, kepercayaan dan

strategi perilaku untuk menangani gangguan yang spesifik (Alford dan Beck dalam

Beck, 2011).

Prosedur dalam terapi ini berusaha untuk mendorong individu dengan

gangguan depresi untuk melakukan refleksi pada konten-konten kognitif mereka

dan mengidentifikasi kepercayaan mereka serta mengganti pandangan mereka

yang tidak realistis (Chen, Jordavn, & Thompson, 2006). Secara singkat, terapi ini

menyatakan bahwa cara berpikir yang bermasalah merupakan hal yang

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

24

mempengaruhi mood dan perilaku individu dengan masalah psikologis. Ketika

individu mulai menyadari dan belajar untuk mengevaluasi cara pikir mereka dalam

cara yang lebih realistik dan adaptif, mereka akan merasakan peningkatan yang

postif dalam perilaku dan keadaan emosionalnya. Sebagai contoh, jika seseorang

merasa depresi dan ia mempunyai pemikiran otomatis dalam pikirannya: “saya

tidak bisa melakukan apapun dengan benar”, dimana pemikiran ini akan menuntun

orang tersebut untuk bereaksi seperti sedih (emosi) dan ingin terus menerus tidur

di kasur (perilaku). Ketika orang tersebut mulai mengevaluasi cara berpikirnya,

bukan tidak mungkin ia menemukan bahwa pemikirannya tidak benar dan bahwa

ia sebenarnya banyak melakukan sesuatu dengan benar. Melihat pengalaman dari

perspektif yang baru seperti ini akan membuat individu merasakan emosi dan

melakukan perilaku yang berbeda dan lebih adaptif (Beck, 2011).

Untuk meningkatkan mood dan perilaku individu, terapis Cognitive Behavioural

Therapy akan bekerja pada level kognisi yang lebih dalam, dimana disana

tersimpan kepercayaan dasar tentang kepercayaan mengenai diri sendiri, dunia

serta orang lain. Memodifikasi kepercayaan yang salah akan membuat individu

melakukan perubahan dalam cara hidupnya. Sebagai contoh, seseorang yang

terus menerus memandang rendah kemampuannya sendiri akan mempunyai

kepercayaan bahwa dirinya tidak kompeten, dengan memodifikasi kepercayaan

ini, individu dapat melihat dirinya dalam cara yang lebih realistis bahwa manusia

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Maka individu tersebut dapat mengubah

persepsinya dalam keadaan sehari-hari yang spesifik , dimana ia tidak lagi

mempunyai pikiran “aku tidak bisa melakukan apapun dengan benar dan

menggantinya dengan pikiran “aku tidak bagus dalam bidang ini” saat menemui

kesulitan dalam bidang tertentu(Beck, 2011).

Pendekatan model terapi Cognitive Behavioural Therapy sebagai terapi yang

berfokus pada problem-focus approach merupakan terapi yang ditandai dengan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

25

waktu terapi yang terbatas dan cenderung singkat. Terapi Cognitive Behavioural

Therapy mampu untuk meningkatkan keadaan klinis secara signifikan juga bisa

mereduksi symptom dan biasanya berlangsung selama 10-20 sesi. Walaupun

begitu, para ahli terus mengembangkan terapi yang lebih efektif dengan membuat

formula yang lebih murah dan terjangkau. Cara yang biasa digunakan adalah

dengan mengurangi sesi terapi atau yang akrab disebut Brief Cognitive

Behavioral Therapy (Bond, 2002) .

Untuk meningkatkan efisiensi dalam terapi brief Cognitive Behavioural

Therapy menggunakan beberapa pendekatan serta menyertakan teknik seperti

format kelompok, self-help materials dan bibliotherapy serta program terapi

menggunakan media komputer. Menurut Bond (2002) pengurangan sesi pada

Brief Cognitive Behavioral Therapy dibandingkan terapi Cognitive Behavioural

Therapy adalah kurang dari 10 sesi per-terapi. Pengurangan jumlah pertemuan

ini juga dibarengi dengan berbagai karakteristik partisipan, terapis, masalah serta

asesmen untuk menunjang hasil yang diinginkan dalam terapi.

b. Karakteristik partisipan Brief Cognitive Behavioural Therapy

Pendekatan dengan metode Brief Cognitive Behavioural Therapy

menargetkan perubahan yang jelas dan terbatas dimana partisipan yang

mempunyai gangguan psikologis yang parah (seperti aksis II) kemungkinan akan

membutuhkan program yang lebih panjang. Brief Cognitive Behavioural Therapy

juga memerlukan partisipan yang mempunyai motivasi serta siap untuk melakukan

perubahan kognisi dan perilaku. Partisipan juga akan diharapkan untuk ikut aktif

dalam mempelajari materi-materi yang diberikan. Beberapa penelitian menemukan

bahwa brief Cognitive Behavioural Therapy akan lebih efektif jika diterapkan pada

populasi yang tidak begitu parah (gangguannya) (Bond, 2002).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

26

c. Karakteristik terapis Brief Cognitive Behavioural Therapy

Brief Cognitive Behavioural Therapy membutuhkan terapis yang

mempunyai kemampuan untuk menjaga partisipan untuk bisa berfokus pada

tujuan yang spesifik dan menyelesikana tugas-tugas selama terapi. Hal ini

membutuhkan terapis yang mampu mengarahkan partisipan secara cepat

disamping melakukan therapeutic alliance yang kuat. Beberapa penelitian

mengungkapkan bahwa brief Cognitive Behavioural Therapy dapat digunakan

dalam setting primary care dan komunitas (Bond, 2002)..

d. Penelitian penanganan depresi menggunakan konsep Cognitive Behavioural

Therapy.

Cognitive Behavioural Therapy sudah mulai diteliti sejak tahun 70-an dan

mulai banyak sekali publikasi ilmiah yang membuktikan mengenai efikasi dari

terapi Cognitive Behavioural Therapy untuk berbagai permasalahan psikiatris,

psikologis bahkan permasalahan kesehatan fisik dengan komponen psikologis

(Butler, Chapman, Forman, dan Beck; Chambless dan Ollendick, dalam Beck,

2011). Penelitian lainnya menemukan bahwa Cognitive Behavioural Therapy

dengan teknik komputerisasi terbukti efektif pada pasien yang ada di fasilitas

kesehatan primer (Kessler et al., 2009). Penelitian sebelumnya juga menemukan

bahwa teknik Cognitive Behavioural Therapy dapat digunakan untuk menurunkan

kecemasan sosial pada siswa (Ramdhani et al., 2015). Penelitian yang dilakukan

oleh Ammerman dkk (2011) menemukan bahwa ibu yang mempunyai

pendapatan rendah mempunyai tingkat depresi yang tinggi, setelah dilakukan

intervensi dengan Cognitive Behavioural Therapy dan intervensi dilakukan di

rumah, sebanyak 64 partisipan mengalami penurunan depresi yang signifikan.

Penelitian yang dilakukan Scott dkk (Bond, 2002) menemukan bahwa brief

Cognitive Behavioural Therapy dalam enam minggu (dengan waktu 30 menit

setiap sesi) dengan partisipan depresi berat di setting primary care terbukti

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

27

menunjukkan hasil yang positif secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol

setelah setahun di follow-up. Penelitian lainnya oleh Katon dkk (Bond, 2002)

menemukan bahwa treatment kolaboratif dengan melibatkan empat hingga enam

sesi Cognitive Behavioural Therapy individu dengan digabungkan obat-obatan

medis dari psikiater menunjukkan hasil yang cukup signifikan pada partisipan

dengan diagnosis depresi.

e. Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian

Beberapa teknik di dalam Brief Cognitive Behavioural Therapy sudah

disiapkan untuk membantu menurunkan gejala depresi yang dialami oleh

partisipan. Teknik-teknik ini dimaksudkan untuk menyasar aspek-aspek psikologis

dari gejala depresi yang dialami partisipan (langkah-langkah detail dapat dilihat di

modul). Teknik yang akan digunakan di dalam modul yang diadaptasi dari Cully

dan Teten (2009) antara lain:

1. Mengidentifikasi dan memodifikasi pikiran otomatis

Pikiran otomatis adalah pikiran yang umum dialami oleh semua

orang kita umumnya mmenyadari adanya pikiran ini namun hanya

sedikit usaha untuk membawanya ke dalam kesadaran (Beck, 2011).

Kebanyakan individu lebih berfokus pada emosi yang ditimbulkan

pikirannya dibandingkan pikirannya sendiri. Ketika mengalami stres,

pikiran otomatis ini cenderung maladaptif. Identifikasi pikiran yang

maladaptif adalah langkah pertama dalam komponen kognitif terapi

Cognitive Behavioural Therapy. Fokus intervensi Brief Cognitive

Behavioural Therapy adalah pikiran otomatis ini. Partisipan harus bisa

mengidentifikasi dan menantang pikiran yang disfungsional untuk bisa

menguasai konsep dan teknik mengubah belief. Karena hubungan

alami antara pikiran dan belief, maka intervensi yang menargetkan

pikiran otomatis maka juga akan bisa mengubah belief. Oleh karena itu,

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

28

Brief Cognitive Behavioural Therapy bertujuan untuk memodifikasi

belief, walaupun yang disasar selama terapi adalah pikiran otomatis.

2. Melakukan aktivasi perilaku

Individu yang mengalami gejala depresi umumnya akan menarik diri

dari kegiatan mereka. bahkan kegiatan yang dulunya terasa

menyenangkan dan mengasyikkan tidak lagi mereka lakkan. Individu

yang mengalami gejala depresi sering mempercayai bahawa mereka

tidak bisa mengubah perasaan mereka, memberikan kegiatan yang

menyenangkan serta memuji mereka bisa meningkatkan mood serta

efikasi diri bahwa mereka mampu mengontrol dirinya sendiri (Beck,

2011). Aktivasi perilaku mencakup seperangkat prosedur dan teknik

yang ditujukan untuk meningkatkan aktivitas dan akses partisipan pada

situasi penguatan dengan tujuan untuk memperbaiki mood dan fungsi.

Dari sudut pandang perilaku, seperti depresi, misalnya, mengandung

sejumlah karakteristik yang berfungsi untuk melindungi diri dari

pengaruh depresi (misalnya, kepasifan, kelelahan, perasaan putus asa)

dan mengurangi kemungkinan penanganan adaptif dengan

meningkatkan penghindaran. Kuncinya di sini adalah bahwa kesulitan

dengan suasana hati sering kali berfungsi untuk meningkatkan

penghindaran penanganan adaptif, termasuk kejadian menyenangkan,

yang membantu meringankan dan menghindari depresi. Mengenal

kembali kejadian menyenangkan (salah satu bentuk aktivasi perilaku)

dapat membantu memperbaiki mood dengan berbagai cara:

1) Membalikkan penghindaran (avoidance)

2) Meningkatkan aktivitas fisik,

3) Meningkatkan rasa percaya diri

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

29

4) Meningkatkan perasaan berguna dan “memiliki tujuan”

3. Penyelesaian masalah

Teknik pemecahan masalah umumnya melibatkan proses dimana

seseorang mencoba untuk mengidentifikasi cara efektif untuk

mengatasi masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini sering melibatkan

serangkaian langkah untuk menganalisis masalah, mengidentifikasi

opsi untuk mengatasinya, mengevaluasi opsi, menentukan rencana,

dan mengembangkan strategi untuk menerapkan rencana tersebut.

Strategi pemecahan masalah dapat digunakan dengan berbagai

masalah, termasuk depresi, kecemasan, kemarahan dan agresi,

manajemen stres, penanganan penyakit medis, kecanduan, dan

masalah keluarga. Teknik pemecahan masalah mengajarkan

keterampilan yang membantu partisipan dalam merasakan kontrol yang

meningkat atas masalah kehidupan yang sebelumnya terasa luar biasa

atau tidak dapat diatur. Dengan cara ini, pemecahan masalah dapat

membantu penyelesaian masalah praktis serta penanganan yang

berfokus pada emosi (misal: meningkatkan kontrol, mengurangi stres,

dan meningkatkan harapan).

4. Relapse prevention

Mengakhiri sesi adalah sebuah proses kolaboratif dimana partisipan

bisa menilai kesiapannya untuk mengakhiri konseling dan siap untuk

menghadapi masalahnya tanpa disampingi terapis. Pada sesi ini,

penting untuk mereview kembali kemampuan-kemampuan yang sudah

dipelajari klien dan juga membicarakan bagaimana kemampuan ini

diaplikasikan di luar konseling oleh partisipan. Semua hal ini akan

membantu klien mengurangi kecemasannya akan berhentinya

hubungan terapeutik dengan terapis. Relapse prevention dilakukan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

30

dengan mempersiapkan rencana-rencana cadangan jika partisipan

mengalami hal yang tidak diinginkan setelah menjalani sesi dengan

konselor. Rencana-rencana ini termasuk kemana mereka akan pergi

jika kembali merasakan gejala-gejala depresi.

C. Konseling online menggunakan Brief Cognitive Behavioural Therapy

a. Pengertian konseling online

Santhiveeran (Robinson, 2009) mencatatkan bahwa pertama kali penggunaan

untuk keperluan terapi dilakukan pada tahun 1972 dengan adanya papan buletin

dan online support groups. Web-based mental health advice pertama yang

dkenal pada tahun 1986 bernama “Ask Uncle Ezra” yang menawarkan situs

nasehat untuk mahasiswa di Cornell University (US) dan masih beroperasi hingga

saat ini (Robinson, 2009). The International Society of Mental Health Online

didirikan pada akhir tahun 1990-an untuk mempromosikan tekhnologi online

kepada para profesional kesehatan mental (Chester dan Glass dalam Robinson,

2009).

Definisi online counseling menurut ahli adalah suatu pelayanan kesehatan

mental dan perilaku termasuk tapi tidak terbatas dengan terapi, konsultasi serta

psikoedukasi oleh praktisi berlisensi kepada partisipan bukan dalam setting face

to face melainkan melalui komunikasi jarak jauh degan teknologi seperti telepon,

asynchronous e-mail, synchronous chat, dan video konferens (Mallen, 2005).

Menurut The National Board for Certified Counselors atau Badan Nasional

Sertifikasi Konselor (NBCC, 1998) konseling online adalah sebuah proses

konseling, dimana penyampaian informasi yang terjadi antara partisipan dan

konselor dilakukan di tempat terpisah atau lokasi terpencil dengn memanfaatkan

sarana elektronik untuk berkomunikasi melalui internet.

Intervensi menggunakan komputer sebagai alat bantu baik itu sebagai

tambahan (dalam terapi) atau untuk sebagai pengganti (intervensi face to face

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

31

dengan profesional), dapat membantu mengurangi biaya dan meningkatkan

kemudahan untuk mengakses bantuan yang ada (Doherty et al., 2012).

Komponen terpenting dari intervensi secara online adalah penyampaian konten

psikoedukasi, biasanya melalui teks, audio atau penjelasan dalam video (Doherty

et al., 2012). Pemberian kuesioner juga biasanya digunakan dalam intervensi ini,

baik untuk diagnosis maupun untuk kebutuhan terapeutik (Doherty et al., 2012).

Barak (1999) mengatakan bahwa konseling online mempunyai terminologi yang

bisa saja berbeda antar satu sama lain namun yang menjadikan berbeda adalah

cara konseling tersebut disajikan:

a) Apakah itu mengikutsertakan komunikasi antar manusia( dengan terapis)

atau self-help dimana partisipan bisa menggunakan program komputer

tanpa didampingi konselor atau terapis

b) Real time atau delayed communication.

c) Jenis komunikasi (audio, video, text)

d) Individu atau kelompok

e) Tipe pendekatan terapi yang dipakai

Chat dan email mempunyai perbedaan yang besar secara format dan cara

kerja dimana chat menyerupai percakapan karena percakapan terjadi dalam

waktu yang singkat dan interaksi yang terjadi adalah berupa dialog. Sedangkan

email lebih menyerupai surat-menyurat dibandingkan dialog (Sekerler, 2008).

b. Penggunaan chatting sebagai media komunikasi

Chatting dipilih sebagai media komunikasi dalam penelitian ini karena

komunikasi menggunakan text dalam dunia digital mempunyai beberapa kelebihan

di bandingkan metode lain. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain:

a) Text adalah media komunikasi digital yang paling banyak digunakan

oleh remaja dan dewasa, selain itu text juga berkontribusi terhadap

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

32

perasaan intimasi dan keterhubungan (Sherman, Michikyan, &

Greenfield, 2013).

b) Penggunaan teks dibandingkan suara di dalam media digital

menghasilkan kenaikan yang positif dalam motivasi intrinstik, persepsi

dan mengingat dimana pengguna merasa sedang melakukan interaksi

sosial sebenarnya dan tidak hanya berinteraksi dengan mesin

(Bracken, Jeffres, & Neuendorf, 2004).

c) Penggunaan text memberikan klien dan konselor lebih banyak waktu

untuk memikirkan respon yang tepat dalam menanggapi satu sama

lain.

d) Pada partisipan yang mempunyai gejala depresi, minat untuk

melakukan interaksi dengan orang lain mengalami penurunan,

sehingga media text dipandang sebagai media penghubung yang

cukup tepat.

e) Tidak seperti komunikasi verbal yang dapat langsung menguap,

komunikasi melalui text memberikan kelebihan dimana pikiran-pikiran

indivdu dapat terlihat, konkret, permanen dan dalam format yang lebih

objektif (Kraus, Stricker, & Speyer, 2010).

Berdasarkan alasan yang dikemukakan di atas, peneliti memilih untuk

menggunakan text sebagai media komunikasi antara partisipan dan psikolog.

c. Penelitian dan aplikasi konseling online untuk menangani gangguan

psikologis

Salah satu konseling online yang cukup mumpuni dan diakui oleh peneliti

adalah program beating the blues yang direkomendasikan oleh National Institute

for Health and Clinical Excellence (NICE) sebuah lembaga penelitian di Inggris

yang menggunakan Cognitive Behavioural Therapy sebagai dasar terapinya.

Program ini diklaim dapat membantu penderita depresi dengan perkiraan delapan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

33

sesi konseling Cognitive Behavioural Therapy. Nantinya setiap sesi akan berisi

sekitar 50 menit. Pasien akan dihadapkan dengan berbagai tugas yang harus

diselesaikannya untuk mendapatkan hasil yang optimal dari terapi ini. Beating the

Blues sendiri merupakan self help program melalui komputer interaktif yang dapat

merespon keadaan pasien dan membantu melatih cara berpikir yang baru

(http://www.beatingtheblues.co.uk).

Selain beating the blues, penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kessler,

Lewis, Kaur, Wiles, King, Weich, dan Peters (2009) untuk melihat efektivitas

pemakaian psikoterapi melalui internet untuk pasien depresi pada setting primary

care. Penelitian melibatkan 297 responden yang terdiagnosis depresi dari skor

Beck depression inventory (BDI) 14 ke atas. Responden dibagi menjadi kelompok

penelitian dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi

Cognitive Behavioural Therapy online dengan setting real-time (dengan terapis)

terbukti efektif untuk menurunkan tingkat depresi pasien bahkan setelah 8 bulan

follow-up (Kessler et al., 2009). Penelitian yang dilakukan Smith, Scott, Eshkevari,

Jatta, Leigh, Harris, dan Yule (2015) menemukan bahwa intervensi Cognitive

Behavioural Therapy melalui media komputerterbukti efektif untuk menurunkan

depresi dan kecemasan pada remaja, hasil ini sama antara remaja laki-laki

maupun perempuan, keefektifan intervensi ini dibuktikan dengan perubahan

ruminative thinking yang dialami oeh partisipan dan juga dari hasil self-report dan

laporan dari sekolah bahwa setelah sebulan intervensi selesai dijaankan,

partisipan penelitian menghadiri sekolah lebih sering dibandingkan yang tidak

menerima intervensi (Smith et al., 2015).

Penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh Derek dan Thomas (2012)

menemukan bahwa intervensi psikologi melalui komputer dapat membantu

menurunkan depresi pada klien. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan

40 buah penelitian dengan 18 intervensi berbeda dimana intervensi berbasis

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

34

Cognitive Behavioural Therapy dideskripsikan di dalam sebagian besar penelitian.

Sebagian besar intervensi dilakukan secara online dan empat intervensi

dilakukan melalui CD-ROM. Salah satu intervensi dilakukan secara berkelompok

dan sisanya dalam lingkup individu. Cara yang dilakukan dalam melakukan

intervensi beragam yaitu dengan asynchronous, synchronous dan juga tatap

muka. Partisipan direkrut dari primary dan secondary care juga dari komunitas

yang ada.

Penelitian yang dilakukan oleh Silva, Siegmud dan bredemeier

menemukan ada 17 penelitian yang melakukan intervensi krisis melalui media

onlien. Ada tiga konteks krisis yang ditangani yaitu : 1) Bencana, 2)pencegahan

bunuh diri, 3)trauma. Sebelas program intervensi berbeda yang dideskripsikan

dalam peneitian-penelitian tersebut dimana Cognitive Behavioral Therapy adalah

jenis terapi yang paling banyak digunakan. Hasil dari penelitian tersebut

menyebutkan bahwa intervensi psikologi melalui media online telah dilakukan di

beberapa negara maju seperti Belanda, Australia dan negara-negara tersebut

memperoleh keuntungan dari adanya program intervensi psikologi online (Silva et

al., 2015).

D. Brief Cognitive Behavioural Therapy melalui media online untuk

menurunkan gejala depresi pada mahasiswa

Depresi adalah salah satu gangguan mental yang banyak dialami oleh individu

di seluruh dunia, bahkan di Indonesia. Depresi bahkan dipandang sebagai

gangguan mental yang paling banyak membutuhkan biaya untuk

penanganannya. Beck dan Alford (Aaron T; Beck & Alford, 2009) mengemukakan

bahwa depresi sendiri bisa dipandang sebagai keadaan dimana seseorang

mempunyai pandangan negatif mengenai diri sendiri, dunianya dan masa

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

35

depannya. Hal ini senada dengan Durand dan Barlow (2015) yang menyatakan

bahwa orang yang mengidap depresi akan cenderung mengatribusikan nilai-nilai

negatif ke dalam dirinya, merasa hal-hal negatif akan terus berlangsung dalam

hidupnya dan akan mempengaruhi aspek-aspek lain kehidupannya.

Salah satu faktor penyebab depresi sendiri diakui karena terdapat pola-pola

pikir yang salah dalam individu. Beck dan Alford (Beck & Alford, 2009)

mengemukakan beberapa pola pikir yang salah yang menyebabkan orang

mengalami depresi, antara lain:

a) All-or-nothing thinking: melihat situasi pada keadaan yang ekstrim dan

tidak melihatnya sebagai suatu kontinum. Contoh: “jika anakku melakukan

hal yang buruk, itu karena aku adalah orangtua yang buruk.

b) Catastrophizing: memprediksikan bahwa masa depan akan selalu buruk.

Contoh: “jika saya gagal dalam tes, maka hidup saya akan berakhir”

c) Disqualifying or discounting the positive: mengatakan kepada diri sendiri

bahwa hal baik yang terjadi pda diri sendiri adalah hal yang tidak berarti.

Contoh: “putriku memberitahu temannya bahwa aku adalah ayah terbaik di

dunia namun kurasa dia hanya berusaha sopan”

d) Emotional reasoning: membiarkan satu perasaan mengenai sesuatu

mengesampingkan fakta yang berkata sebaliknya. Contoh: “meskipun Heru

bekerja lembur setiap hari, aku tahu bahwa aku bekerja paling keras

diabndingkan yang lain.

e) Labeling: memberikan seseorang atau sesuatu sebuah label tanpa

berusaha mencari tahu lebih dalam mengenai hal tersebut. Contoh:

“putriku tidak akan pernah melakukan hal yang mengecewakan”

f) Magnification/minimization: menekankan hal yang negatif dan

mengabaikan hal yang positif dalam sebuah situasi. Contoh : “profesorku

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

36

mengatakan bahwa dia melakukan ebberapa koreksi dalam paperku, jasi

akau tahu aku akan gagal dalam kelas ini”.

g) Mental filter/tunnel vision: menempatkan semua perhatian dan hanya

terlihat hal yang negatif dalam sertiap sesuatu. Contoh: “suamiku

mengatakan bahwa aku seharusnya lebih baik dalam mengurus rumah,

jadi aku pasti adalah seorang istri yang buruk”.

h) Mind reading: percaya bahwa kamu mengetahui mengenai apa yang orang

lain pikirkan. Contoh: “rumahku kotor ketika teman-temanku datang, pasti

mereka berpikir aku orang yang jorok”

i) “Overgeneralization: membuat konklusi negatif dalam situasi saat ini.

Contoh: “suamiku tidak menciumku ketika ia pulang ke rumah sore ini,

mungkin ini akarena dia tidak lai mencintaiku”.

j) Personalization: berpikir bahwa perilaku negatif orang lain disebabkan oleh

dirinya. Contoh: “putriku hanya diam sepanjang hari ini, aku bertanya-tanya

apa yang telah aku lakukan dan membuatnya marah”.

k) “Should” and “must” statements: mempunyai ide yang konkret bagaimana

orang harus berperilaku. Contoh: “aku harus mendapatkan nilai A untuk

menjadi seorang murid yang baik”

Pola pikir negatif inilah yang menyebabkan individu cenderung berpikiran

negatif terhadap diri sendiri, dunia dan masa depannya. Selain itu, pikiran negatif

ini akhirnya akan mempengaruhi perasaan, perilaku serta sensasi fisik pada

individu. Berikut ini adalah contoh bagan yang menggambarkan bahwa pikiran

berpengaruh pada perasaan, perilaku serta sensasi fisik serta intervensi Brief

Cognitive Behavioral Therapy secara online diharapkan dapat menurunkan

gejala-gejala depresi yang dialami partisipan.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

37

Gambar 2. Pengaruh pikiran terhadap perasaan, perilaku dan sensasi fisik

(Wilding & Milne, 2008)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pikiran yang

negatif/salah yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala depresi yang dialami

oleh individu. Salah satu terapi yang populer untuk menangani masalah ini

adalah Cognitive Behavioral Therapy (Cognitive Behavioural Therapy) yang

dipopulerkan oleh Aaron Beck, terapi ini berfokus pada perbaikan fungsi kognitif

sehingga individu tidak lagi mempunyai pola pikir negatif yang menyebabakan

depresi. Seperti terlihat dari bagan di atas, bahwa gejala-gejala depresi terbentuk

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

38

dari adanya situasi yang diartikan secara negatif oleh individu sehingga

mempengaruhi emosi, perilaku dan menimbilkan sensasi fisik yang tidak nyaman.

Sedangkan intervensi yang akan dilakukan yaitu pemberian brief Cognitive

Behavioural Therapy secara online kepada partisipan diharapkan dapat

menurunkan gejala-gejala depresi tersebut dengan munculnya insight positif,

pikiran alternatif, emosi positif serta perilaku yang menyenangkan selama sesi

berlangsung.

Salah satu populasi yang rentan terhadap gangguan ini adalah mahasiwa.

Dengan keadaan peralihan dari masa remaja ke masa dewasa, banyak

mahasiswa yang mempunyai masalah yang tidak dapat ditanganinya. Penelitian

menunjukkan bahwa populasi mahasiswa memiliki angka symptom depresi yang

lebih tinggi dibandingkan populasi pemuda lain yang berusia di atas 16 tahun

(Chatard, Selimbegovic, Pyszczynski, & Jaafari, 2017; Eisenberg et al., 2007;

Margitics & Pauwlik, 2009). Faktor-faktor seperti masalah hubungan dengan

orang lain, keadaan sosial ekonomi membuat para mahasiswa lebih rentan

terhadap gangguan depresi.

Beberapa aspek gejala depresi yang akan disasar dalam penelitian ini adalah

aspek kognitif, afektif serta perilaku. Treatment yang dilakukan memakai

beberapa teknik antara lain: identifikasi dan modifikasi pikiran otomatis, aktivasi

perilaku, penyelesaian masalah serta relapse prevention. Teknik identifikasi dan

modifikasi pikiran otomatisa akan menyasar pada aspek kognitif partisipan

dengan mengubah pola pikir yang salah/negatif menjadi lebih positif perubahan

pola pikir ini juga akan menyasar pada aspek afektif dimana diharapkan

partisipan bisa meningkatkan moodnya setelah menemukan pikiran alternatif

yang lebih positif. Aktivasi perilaku akan menyasar pada aspek perilaku dan

afeksi partisipan dimana partisipan akan diminta untuk melakuakan kegiatan-

kegiatan menyenangkan yang sudah lama ditinggalkannya sehingga bisa

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

39

meningkatkan mood dan efikasi diri partisipan bahwa dirinya dapat mengontrol

keadaan. Teknik penyelesaian masalah akan menyasar pada aspek kognitif dan

perilaku partisipan dimana partisipan diminta untuk memikirkan opsi-opsi untuk

menyelesaikan masalahnya dengan pertimbangan-pertimbangan baik dan buruk

dan mendorong partisipan untuk melaksanakan rencananya. Terakhir, teknik

relapse prevention digunakan untuk membantu klien dalam aspek kognitif,

perasaan dan perilaku dimana klien diminta untuk membuat strategi jika di

kemudian hari ia mengalami kembali gejala-gejala depresi yang sebelumnay

dirasakan.

Penelitian-penelitian terkini mebuktikan bahwa terapi Cognitive Behavioural

Therapy terbukti efektif untuk menurunkan gejala depresi (Ammerman et al.,

2011; J. S. Beck, 2011; Bond, 2002; Calleo et al., 2015). Terapi ini bekerja

dengan memperbaiki pola pikir yang salah pada individu dan menggantinya

depan pola pikir yang lebih baik sehingga individu tidak lagi merasakan hopeless

pada kehidupannya. Sayangnya, pemberian treatment pada penderita depresi

mengalami sebuah hambatan dimana salah satu karakteristik fisik orang yang

mengalami depresi adalah penurunan kegiatan yang dilakukan di luar rumah

bahkan bagi penderita yang mengalami depresi berat, mereka akan sulit untuk

bangun dari tempat tidur (Durand dan Barlow, 2006).

Hambatan inilah yang saat ini berusaha dijembatani dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti. Konseling online merupakan salah satu metode

alternatif yang ditawarkan untuk mengatasi gejala depresi dengan salah satu

kelebihannya bisa dilakukan dimanapun asalkan ada koneksi internet. Konseling

online sendiri sudah mengalami banyak perkembangan saat ini. Penelitian-

pepenelitian sebelumnya mengemukakan bahwa konseling online efektif untuk

membantu menurunkan gejala depresi (Darvell, Kavanagh, & Connolly, 2015;

Dowling, 2015; Meyer et al., 2015; Rosenbaum, Newby, Steel, Andrews, & Ward,

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

40

2015; Svartvatten, Segerlund, Dennhag, Andersson, & Carlbring, 2015; Wootten

et al., 2015). Hal ini menunjukkan bahwa konseling dengan media online dapat

menjadi konseling alternatif yang bisa membantu mengurangi hambatan yang

dihadapi oleh konseling face-to-face.

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah konseling Brief Cognitive Behavioural Therapy melalui media online

dapat menurunkan gejala depresi pada mahasiswa.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel

1. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu konseling Brief

Cognitive Behavioural Therapy secara online sebagai variabel independen dan

gangguan depresi sebagai variabel dependen. Penelitian ini akan melihat seberapa

besar pengaruh konseling Brief Cognitive Behavioural Therapy secara online sebagai

treatment untuk menurunkan gejala depresi pada mahasiswa.

2. Operasionalisasi Variabel Penelitian

a) Depresi: adalah keadaan gangguan psikologis yang ditandai dengan manifestasi

emosional seperti mood yang sedih, manifestasi kognitif seperti pandangan yang

negatif mengenai diri sendiri, lingkungan dan masa depan, manifestasi

motivasional dimana penderita cenderung pasif, manifestasi fisik seperti gangguan

tidur serta delusi dan halusinasi. Gejala depresi dalam penelitian ini diukur

menggunakan alat ukur Beck’s Depression inventory dimana partisipan adalah

yang mempunyai skor dalam rentang 17-29 (kategori sedang).

b) Konseling online (berbasis brief Cognitive Behavioural Therapy): adalah suatu

bentuk konseling yang berbasis pada konsep Cognitive Behavioural Therapy

dengan jumlah lima sesi dan dibawakan secara online oleh terapis yang sudah

diberikan pelatihan. Pemberian konseling didasarkan pada modul yang sudah

disusun oleh peneliti yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian modul di

bawah ini.

B. Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian ini adalah 18 orang mahasiswa berbagai jurusan dan

berbagai tingkat semester. Peneliti akan membagi partisipan ke dalam dua kelompok

yang berbeda, yaitu 9 orang untuk kelompok eksperimen dan 9 orang masuk ke

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

42

dalam kelompok kontrol. Skrining partisipan penelitian dilakukan dengan alat ukur

Beck’s Depression Inventory (BDI) . Partisipan yang terpilih adalah yang mempunyai

skor ktegorisedang dengan nilai yang berkisar antara 17-29. Partisipan penelitian

dipilih dengan beberapa kriteria, kriteria-kriteria tersebut antara lain:

a. Individu dengan pendidikan mahasiswa

b. Berusia 18-25 tahun

c. Tidak sedang mengidap penyakit kronis

d. Tidak dalam pengaruh obat

e. Memiliki skor Beck’s Depression Inventory dalam kategori sedang (17-29).

f. Tidak sedang ditangani oleh psikolog/psikiater

g. Mampu mengakses internet

h. Bersedia menandatangani informed consent.

Dalam mencari partisipan, peneliti menyebarkan pengumuman melalui poster

yang ditempelkan di seluruh fakultas yang ada di Universitas Gadjah Mada dan juga

melalui media online berupa pesan broadcast yang berisi pengumuman mengenai

pencarian partisipan yang berminat untuk mengikuti konseling psikologi online. Para

partisipan yang tertarik akan langsung diarahkan untuk mengisi form Beck’s

Depression inventory versi bahasa Indonesia di dalam link yang sudah disediakan di

poster dan pesan broadcast tersebut. Dari partisipan yang terkumpul, dipilih 18 orang

partisipan yang memiliki hasil kategori sedang. Pemilihan kategori sedang adalah

untuk melihat apakah ada perubahan positif yang terjadi setelah terapi karena

partisipan dengan kategori berat tidak disarankan untuk mengambil terapi secara

online dengan brief Cognitive Behavioural Therapy.

Dari 18 partisipan yang sudah terkumpul, maka akan dibagi menjadi dua kelompok

yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sembilan orang yang mendaftar

terlebih dahulu akan dimasukkan dalam kelompok eksperimen dan sembilan orang

yang mendaftar selanjutnya dimasukkan ke dalam kelompok kontrol. Sebelum

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

43

memulai proses secara online, partisipan kelompok eksperimen akan dikumpulkan

dan diberikan pengarahan mengenai penelitian.Tahapan selanjutnya, kelompok

eksperimen akan menerima perlakukan berupa konseling online berbasis Cognitive

Behavioural Therapy, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Setelah

terminasi terapi, kedua kelompok akan kembali diminta untuk mengisi Beck’s

Depression Inventory untuk melihat perubahan yang terjadi pada kedua kelompok.

Disamping kriteria sebagai partisipan, penelitian ini juga menetapkan kriteria-kriteria

terapis yang ditunjuk sebagai psikolog yang menangani partisipan. Kriteria-kriteria

tersebut antara lain:

a. Mempunyai gelar psikolog dan mempunyai surat izin praktek dari HIMPSI

b. Pernah menangani partisipan dengan gangguan depresi

c. Pernah memakai teknik Cognitive Behavioural Therapy atau Brief Cognitive

Behavioural Therapy

d. Bersedia menandatangani kontrak penelitian

e. Mampu mengakses internet

f. Telah terbiasa melakukan komunikasi melalui media text dengan aplikasi chatting.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

44

C. Prosedur penelitian

a. Persiapan

Sebelum peneliti mengumpulkan data dari variabel Independen (konseling Brief

Cognitive Behavioural Therapy menggunakan media online) dan variabel dependen

(depresi). Persiapan yang sudah dilakukan berkaitan dengan penyusunan modul

(sebagai paduan terapis menjalani sesi konseling) dan mempersiapkan alat ukur

Beck’s Depression Inventory yang sudah diadaptasi ke dalam bahwa Indonesia serta

proses rekrutmen partisipan dan psikolog. Selain itu, sudah dilakukan uji coba

terhadap modul yang sudah disusun, berikut penjabaran prosedur penelitian kali ini:

a) Menyusun modul

Penyusunan modul intervensi yang diadaptasi dari modul brief Cognitive

Behavioural Therapy oleh Cully dan Teten (2008). Selanjutnya, dilakukan

pengujian terhadap validitas isi modul yang akan diberikan kepada partisipan.

Pengujian validitas isi modul ini akan menggunakan metode professional

judgement dengan memberikan modul kepada profesional (Azwar, 2013) dalam

bidang psikologi terutama yag menguasai teknik Cognitive Behavioural Therapy

dengan memberikan penilaian kepada modul ini.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

45

Berikut adalah blueprint modul yang akan dinilai:

Tabel 1 Rancangan intervensi

Sesi Kegiatan/Bahan Tujuan Waktu Ket

“Ayo mulai perubahan”

Pengenalan (orientasi) konsep brief Cognitive Behavioural Therapy

Menentukan goal setting

Menentukan agenda terapi

Pemberian

PR

Awal sesi ini ditujukan untuk memperkenalkan partisipan mengenai konsep brief Cognitive Behavioural Therapy, menentukan batas tujuan terapi dan mulai mengatur agenda di sesi-sesi selanjutnya, hendaknya pada sesi ini terapis memberikan motivasi untuk partisipan mau dan siap untuk merubah pikiran, perasaan dan perilakunya.

90 menit Online dengan terapis

“Keadaan tidak seburuk itu”

Mengidentifikasi pikiran yang maladaptive

Menantang pikiran maladaptive

Pemberian

PR (Pekerjaa

n Rumah)

Sesi ini ditujukan untuk melatih partisipan mengidentifikasi pikiran-pikiran maladaptif yang menyebabkan partisipan depresi. Setelah itu, terapis akna membantu partisipan untuk melihat apakah pikirannya tersebut nyata atau hanya sebuah “kesalahan berpikir”. Pada akhir sesi, terapis akan memberikan pekerjaan rumah kepada partisipan untuk mempelajari mengenai depresi serta kasus-kasus yang sudah disedikan di dalam website.

90 menit Online dengan terapis

“Keadaan mulai dapat kukontrol”

Behavioral activation

Pemberian

PR

Pada sesi ini, terapis dan partisipan mendiskusikan aktivitas yang yang dapat dilakukan partisipan untuk membantunya bangkit dari depresi. Terapis dan partisipan bersama-sama akan merencanakan kegiatan sehari-hari yang akan dilakukan partisipan.

90 menit Online dengan terapis

“Aku yang baru”

Problem Solving

Pemberian

PR

Pada sesi ini, terapis dan partisipan membuat rencana untuk mengatasi permasalahan partisipan yang spesifik, dengan memberikan penilaian keuntungan dan kelemahan terhadap rencana yang disusun.

90 menit Online dengan terapis

Terminasi Pada sesi ini, partisipan akan dibeikan post test untuk mengukur tingkat depresinya. Selain itu, partisipan dan terapis akan mengevaluasi sesi-sesi terapi yang sudah dijalani, untuk kemudian terapis melakukan terminasi.

90 menit Online dengan terapis

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

46

Professional judgement dilakukan dengan memberikan modul kepada

masing –masing rater berjumlah delapan orang yang masing-masing terdiri

dari empat orang psikolog dan empat orang mahasiswa magister profesi

psikologi yang sudah menyelesaikan ujian praktek. Para rater akan diminta

untuk memberikan penilaiannya terhadap isi modul pada setiap sesi yang

sudah disusun sehingga terkumpul nilai aiken v untuk kelima sesi yang sudah

disusun. Rater juga diminta untuk memberikan masukan apabila dirasa isi

modul yang disusun belum sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan di tiap

sesi. Skor aiken yang didapatkan berkisar anatara 0,77 hingga 0,79 Menurut

Aiken (1985) dengan jumlah Rater sebanyak delpan orang dengan tujuh rating

categories, maka nilai yang dibutuhkan adalah minimal 0,71.

Uji coba modul dilakukan kepada partisipan yang mempunyai skor BDI

sebanyak 24 (sedang). Sebagai terapis, dipilih seorang mahasiswa magister

profesi yang sudah lulus ujian praktek dan pernah menangani klien melalui

media online. Uji coba dilaksanakan selama lima minggu dimana sesi

dilakukan seminggu sekali untuk melihat efektifitas waktu dan kenyamanan

klien dalam menjalani treatment.

Hasilnya, klien merasakan perubahan di dalam dirinya terutama ketika

diberikan tugas di sesi ke tiga (aktivasi perilaku) dan sesi ke empat

(penyelesaian masalah). Klien mengaku medapatkan insight dimana ia

merasa sudah mulai bisa menerima keadaannya dan merasa sudah mulai

bisa mengatur pikiran otomatis negatifnya.

Selama menjalani konseling, klien mengaku pada sesi satu ke sesi dua

dan sesi dua ke sesi tiga jaraknya terlalu lama dan itu membuatnya tidak

nyaman. Sedangkan dari sesi tiga ke sesi empat dan sesi empat ke sesi lima

menuutnya sudah cukup. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

47

memberikan jarak dua hari per-sesi dari sesi satu ke sesi dua dan sesi dua ke

sesi tiga serta tetap mempertahankan jarak waktu seminggu untuk sesi tiga ke

sesi empat dan sesi empat ke sesi lima.

b) Menyusun alat ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Beck’s Depression

Inventory milik Beck yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Peneliti telah melakukan professional judgement dengan rater sebanyak 16

orang yang terdiri dari 14 orang mahasiswa S2 Magister dan Magister Profesi

Psikologi dan dua orang mahasiswa S3 Psikologi Universitas Gadjah mada.

Aiken (1985) menuliskan untuk rater sejumlah 16 orang, maka nilai minimum

aiken v yang dibutuhkan adalah 0,65 dan hasil paling kecil dari professional

judgment aitem-aitem Beck’s Depression Inventory BDI) bahasa Indonesia

yang dilakukan peneliti mempunyai rentang antara 0,66-0,90 yang berarti

memenuhi pra-syarat.

Beck’s Depression Inventory yang digunakan adalah alat ukur gejala

depresi yang dikembangkan oleh Beck et. al (1961). Alat ukur ini berisi

kumpulan pernyataan-pernyataan yang mengindikasikan gejala-gejala depresi

yang dialami oleh individu. Partisipan yang diambil adalah pasien dari

departemen psikiatris di rumah sakit universitas Pensylvania. Ada dua jenis

sampel partisipan yaitu kelompok asli (226 pasien) dan kelompok replikasi

(183 pasien). Partisipan mayoritas berkulit putih dengan rentang usia 15-44

tahun. Empat orang psikiater berpengalaman bertugas untuk mendiagnosis

setiap partisipan denga empat poin skala keparahan depresi.

Reliabilitas dari inventori menggunakan analisis Kruskal Wallis Non-

Parametric Analysis of Variance by Ranks, menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan hingga level 0,01. Koefisien reabilitas menggunakan

Pearson r menunjukkan skor 0,86 dan dengan Spearman-Brown Correction

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

48

menunjukkan skor 0,93. uji valisitas yang dilakukan menggunakan Mann-

Whitney U test untuk menilai kekuatan inventori dalam membedakan kategori

depresi dalam tidak ada, ringan, sedang dan parah menunjukkan skor yang

signifikan (<0,0004) dengan perbedaan pada kategori antara sedang hingga

berat yang mana nilai p pada partisipan asli menunjukkan nilai <0,0 dan subjek

replikasi <0,02. Untuk mengukur korelasi antara BDI dengan penilaian klinis

keparahan depresi, kriteria digabung dari empat menjadi dua kategori (tidak

ada dan ringan, sedang dan berat) Beck et al (1961) menggunakan Pearson

biserial r yang menunjukkan nilai p <0,01 yang berarti korelasi yang ada terjadi

secara signifikan.

Di samping itu, peneliti juga melakukan uji coba alat ukur dengan

mengujikannya secara online kepada 155 orang berusia antara 15-40 tahun.

Peneliti melakukan uji realibilitas cronbach alpha dan mendapatkan nilai

cronbach alpha senilai 0,902 yang menunjukkan bahwa kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini reliabel untuk mengukur gejala depresi. Di

samping itu, ketika dilakukan uji validitas dengan populasi data dari populasi

yang sama, didapatkan nilai validitas berkisar antara 0,268 hingga 0,742

dengan nilai minimal 0,205 pada taraf signifikansi 0,01 (dua-arah)

menunjukkan bahwa semua aitem tersebut teruji validitasnya.

c) Rekrutmen partisipan dan Psikolog

Proses rekrutmen partisipan dilakukan dengan penyebaran poster serta

broadcast secara digital. Poster disebarkan ke seluruh fakultas yang ada di

Universitas Gadjah Mada. Selain menempelkan poster, peneliti juga meminta

kepada pihak penerima poster untuk melakukan broadcast pesan yang berisi

ajakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan konseling online yang akan

dilaksanakan peneliti. Para partisipan yang ingin ikut berpartisipasi dalam

kegiatan ini nantinya akan diarahkan untuk mengisi link yang berisi BDI

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

49

bahasa Indonesia. Nantinya, skor partisipan akan dijumahkan dan hanya

partisipan yang memenuhi rentang skor antara 17 hingga 29 yang akan

dipilih.

Psikolog yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah satu orang, jumlah ini

berdasarkan pertimbangan agar seluruh partisipan mendapatkan tingkat

pelayanan yang kurang lebih sama. Psikolog yang dipilih adalah psikolog

yang mempunyai surat izin praktek psiklogi dan sudah berpraktek di sebuah

biro psikologi. Nantinya, pelaksanaan konseling akan dilakukan secara

individual. Sebelum melakukan sesi konseling, psikolog diberikan pengarahan

mengenai modul yang akan digunakan.

Sebelum memulai sesi, setiap partisipan kan diberikan akomodasi berupa

pulsa senilai seratus ribu rupiah per-partisipan selama menjalani sesi

konseling. Sedangkan pada akhir konseling, setiap partisipan juga akan

diberikan reward berupa sertifikat atas keikutsertaannya selama mengikuti

konseling. Untuk psikolog, peneliti memberikan reward berupa uang senilai

Rp.2.500.000 dan juga akomodasi pulsa selama sesi konseling berlangsung.

b. Pengumpulan data Variabel Independen (Brief Cognitive Behavioural

Therapy secara online)

Pengumpulan data Brief Cognitive Behavioural Therapy secara online

dalam penelitian ini akan dilakukan menggunakan aplikasi chat

messenger telegram. Alasan pemilihan aplikasi telegram adalah

tampilannya yang sederhana, mudah digunakan, menyediakan emotikon

yang dapat membantu menjelaskan keadaan mood partisipan, aman,

serta mudah diakses baik dari smartphone maupun komputer selama

terhubung ke internet.

Selain menggunakan aplikasi telegram, pemberian tugas pada setiap

sesi akan menggunakan aplikasi google docs. Partisipan dapat mengakses

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

50

tugas ini dari smartphone atau komputer yang terhubung dengan internet

selama mereka mengetahui link tugas yang akan diberikan setiap akhir

sesi. Para partisipan akan diminta untuk mengirimkan hasil tugas yang

sudah mereka kerjakan kepada peneliti melalui email paling lambat sehari

sebelum mereka melakukan sesi selanjutnya agar tugas tersebut bisa

diserahkan kepada terapis sebagai bahan evaluasi dan pembahasan pada

sesi selanjutnya.

c. Pengumpulan data variabel dependen (Gejala Depresi)

Data gejala depresi akan dikumpulkan melalui kuesioner Beck’s

Depression Inventory versi bahasa Indonesia. Kuesioner ini sudah

diletakkan ke dalam form google docs dan partisipan dapat mengaksesnya

secara online.

D. Desain Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada pengaruh terapi

Brief Cognitive Behavioural Therapy melalui media online dalam menurunkan

gejala depresi pada mahasiswa. Pendekatan yang digunakan adalah metode

eksperimen kuasi dimana partisipan dipilih dari mahasiswa yang mempunyai skor

depresi sedang dengan pemilihan kelompok eksperimen dan kontrol tidak diacak.

Desain peneltian yang akan dipakai dalam penelitian ini disebut untreated control

group design with dependent pretest and posttest. Ke depannya akan dibentuk

dua kelompok yaitu kelompok penelitian dan kelompok kontrol dimana kelompok

penelitian adalah kelompok yang menerima perlakuan sedangkan kelompok

kontrol adalah kelompok yang tidak menerima perlakuan. Nantinya akan diukur

variabel dependen (depresi) dari kedua kelompok pada sebelum dan sesudah

intervensi (Shadish William R., 2002) . Hasil pretest dan post-test dari kedua

kelompok (eksperimen dan kontrol) akan dibandingkan untuk melihat keefektifan

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

51

konseling online dalam menurunkan skor gejala depresi. berikut adalah gambar

desain penelitian yang akan digunakan:

NR O X O

NR O O

Gambar 3. Desain penelitian

E. Prosedur Eksperimen

Awalnya, calon partisipan membuka situs untuk mengisi skala BDI (Becks’s

Depression Inventory) secara online melalui google form. Selanjutnya, peneliti

akan melihat hasil jawaban partisipan serta memilih partisipan yang sesuai dengan

kriteria. Akan dipilih sebanyak 9 partisipan sebagai kelompok penelitian dan 9

partisipan sebagai kelompok kontrol. Pemilihan partisipan akan dilakukan pada

partisipan dengan nilai skor BDI setiap partisipan adalah antara 17 hingga 29 yang

mengindikasikan bahwa partisipan memiliki tingkatan depresi sedang.

Setelah terkumpul partisipan yang diperlukan, maka para partisipan akan

diminta untuk mengisi data diri secara online beserta alasan dan permasalahan

yang ingin dikonsultasikan. Partisipan akan dikumpulkan dan diberikan

pengarahan mengenai penelitian serta dijelaskan hak dan kewajibannya selama

mengikuti penelitian sebelum penelitian dimulai. Partisipan akan diminta untuk

menandatangani informed consent yang sudah disediakan oleh penelitian (contoh

informed consent ada di bagian lampiran). Kemudian, partisipan akan

dipersilahkan untuk memilih waktu yang sudah disediakan untuk melaksanakan

konseling online. Langkah selanjutnya, psikolog yang dipilih akan langsung

menerima data-data yang sudah partisipan masukkan untuk kemudian proses

konseling online akan dimulai.

Konseling akan dilakukan secara online dimana posisi partisipan dan

psikolog akan terpisah. Partisipan bisa melakuakn konseling ditempat yang

menurutnya nyaman dan terjamin secara listrik dan sinyal internet. Terapis dan

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

52

partisipan sebelumnya sudah menentukan jadwal sehingga bisa langsung

berkomunikasi via online chat. Pada setiap akhir sesi, terapis berkewajiban untuk

mengirimkan transkrip selama sesi berlangsung ke email peneliti. Sebelum

dimulainya intervensi, penelti akan memastikan partisipan dan psikolog sedang

online dalam waktu yang bersamaan. Partisipan juga akan ditanyakan mengenai

keadaan di sekitarnya dan diminta untuk memastikan bahwa partisipan berada di

tempat yang minim gangguan. Proses ini disebut field experiment dimana selama

proses penelitian, ekperimen dilakukan dalam setting natural partisipan dengan

manipulasi pada variabel dependen. Dalam proses ini akan bisa didapatkan

keuntungan karena partisipan dapat berperilaku di lingkungan naturalnya maka

keinginan untuk dilihat secara positif (berpura-pura) bisa berkurang, sehingga

peneliti lebih yakin akan validitas eksternal penelitian (Furnham, 1997).

Proses intervensi yang akan dilaksanakan bagi kelompok eksperimen

dibagi dalam lima sesi, pada sesi pertama, partisipan akan dikenalkan mengenai

pendekatan Brief Cognitive Behavioural Therapy untuk menangani depresi, pada

akhir sesi, partisipan diharapkan mengerti mengenai konsep pikiran yang

berpengaruh terhadap perasaan dan perilaku. Pada sesi ini, partisipan juga akan

mengetahui gambaran konseling dan menentukan tujuan yang ingin dicapai pada

akhir konseling. Tugas yang diberikan pada sesi ini adalah partisipan diminta

untuk membaca psikoedukasi mengenai Cognitive Behavioural Therapy dan gejala

depresi yang sudah disediakan di dalam google form. Pada sesi kedua, partisipan

akan mulai membahas mengenai pikiran negatif otomatis yang dimilikinya dan

berlatih untuk melawan pikiran itu dan menggantinya dengan pikiran yang lebih

positif. Tugas yang diberikan pada sesi ini adalah partisipan melakukan latihan

melawan pikiran negatif di dalam kasus yag sudah disediakan oleh peneliti di

dalam google form. Pada sesi ketiga, partisipan akan diajak untuk membuat

rencana aktivasi perilaku dimana tugas pada sesi ini adalah partisipan diminta

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

53

untuk melakukan kembali kegiatan-kegiatan menyenangkan yang akhir-akhir ini

tidak dilakukannya. Pada sesi keempat, partisipan dan terapis bersama akan

menyusun rencana penyelesaian masalah partisipan, tugas partisipan adalah

mengaplikasikan rencananya dalam jangka waktu seminggu yang akan dibahas

hasilnya pada sesi lima. Pada sesi lima atau sesi terakhir, partisipan dan terapis

mebahas megenai tugas sebelumnya dan melakukan evaluasi etrhadap

keseluruhan sesi konseling serta melakukan terminasi.

Dalam setiap sesi, partisipan akan belajar untuk mengurangi gejala

depresinya menggunakan berbagai teknik Cognitive Behavioural Therapy. Di

dalam rancangan intervensi, partisipan akan didampingi oleh terapis dan juga

akan diberikan bantuan dengan program yag sudah disediakan secara online.

Setela menyelesaikan proses intervensi, partisipan akan diminta untuk mengisi

form Beck’s Depression Inbventory versi bahasa Indonesia untuk melihat

perubahan gejala depresi yang dialami partisipan selama terapi. Pengisian

dilakukan dua minggu setelah intervensi selesai dilakukan hal ini didasarkan

karena dalam intervensi psikologi perubahan biasanya tidak langsung terjadi tepat

setelah penelitian (Azwar 2017). Prosedur penelitian dapat dilihat dari flowchart

dibawah ini:

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

54

Gambar 4. Prosedur eksperimen

F. Cara Analisis Data

Analisis data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik anava campuran

(mixed design). Hal ini disebabkan dpenelitian ini menggunakan kelompok kontrol.

Analisis akan dilakukan menggunakan software SPSS 15. Beberapa langkah analisis

yang dilakukan peneliti akan dijabarkan sebagai berikut:

- Analisis deskriptif

Analisis ini dilakukan guna mengetahui gambaran atau penyebaran data

secara deskriptif. Peneliti akan menyajikan data deskriptif jumlah partisipan, nilai

rata-rata (mean), skor minimum dan maksimum pada masing-masing kelompok

pada waktu (pretest dan posttest). Selain itu kaan dijabarkan pula standar deviasi

dari data yang diperoleh.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

55

- Uji normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa data terdistribusi

secara nomal sebagai pra-syarat melanjutkan ke analisis selanjutnya.

- Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas data bertujuan untuk melihat apakah data yang

didapatkan homogen (tidak terlalu bervariasi) atau tidak.

- Tests of within subjects dan Test of between subjects

Tes ini dilakukan untuk melihat interaksi yang menunjukkan bahwa perubahan

skor pretest menuju posttest pada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol)

berbeda secara signifikan.

- Tes independent sample t-test

Pengujian ini dilakukan untuk melihat signifikasi perubahan skor variabel

dependen setelah intervensi dengan membandingkan mean dari gain score (skor

post-test dikurangi skor pre-test) antara kelompok eksperimen dan kontrol.

- Multivariate test

Pengujian untuk melihat berapa persen intervensi berpengaruh terhadap

perubahan yang dialami oleh para partsipan.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 18 orang dengan komposisi

sembilan orang kelompok eksperimen dan sembilan orang kelompok kontriol. Para

partisipan yang terpilih telah melalui skrining dengan alat ukur Beck’s Depression

Inventory berada pada rentang skor 17-29 yang mengindikasikan bahwa partisipan

sedang mengalami gejala depresi sedang. Pemilihan partisipan yang sedang memiliki

gejala depresi sedang adalah agar bisa terlihat penurunan gejala depresinya dan dalam

keadaan yang siap untuk ditangani secara online. Partisipan juga dipilih dari pendaftar

yang berusia 19-25 tahun dengan pendidikan mahasiswa, kriteria ini dimaksudkan agar

partisipan dapat mengikuti konseling dengan baik karena konseling berbasis Cognitive

Behavioural Therapy membutuhkan tingkat intelegensi yang normal agar dapat

memahami setiap tahapan konseling. Selain itu, para partisipan diharuskan mau dan

mampu mengakses internet dan juga aplikasi telegram dan google docs karena

pelaksanaan konseling akan dilakukan secara online dengan fasilitas aplikasi telegram

dan google docs.

Partisipan eksperimen terdiri dari jurusan yang berbeda-beda dengan jenjang

pendidikan S1 dan D3. Berikut adalah tabel 2 yang berisi data deskriptif kelompok

eksperimen penelitian:

Tabel 2 Data deskriptif partisipan

Eksperimen Usia Jurusan Jenjang

Partisipan 1 24 Geografi S1

Partisipan 2 20 Matematika S1

Partisipan 3 21 Ked. Gigi S1

Partisipan 4 21 Antropologi S1

Partisipan 5 20 T. Industri D3

Partisipan 6 21 Psikologi S1

Partisipan 7 20 Psikologi S1

Partisipan 8 20 Fisika S1

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

57

Partisipan 9 20 Kartografi S1

Terlihat dari tabel di atas bahwa seluruh kelompok partisipan mempunyai jenjang

pendidikan setara perguruan tinggi dan berasal dari berbagai jurusan yang ada di

Universitas Gadjah Mada. Usia partisipan tidak terpaut jauh dengan rentang usia dari 20-

24 tahun. Setiap partisipan mempunyai gadget yang dapat digunakan sebagai media

chatting online dan juga terbiasa menggunakan gadget tersebut untuk aktivitas chatting.

Setiap partisipan juga sudah mendowload dan menginstal aplikasi Telegram dan mampu

menggunakannya tanpa hambatan yang berarti.

B. Deskripsi data

Bagian ini akan berisi mengenai deskripsi skor Beck’s Depression Inventory dari partisipan. Berikut adalah skor pre-test dan post-test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol: Tabel 3 Skor hasil pengukuran partisipan penelitian

Eksperimen Pretest Postest Kontrol Pretest Postest

Partisipan 1 29** 12* Partisipan 10 28** 15*

Partisipan 2 27** 0* Partisipan 11 24** 28**

Partisipan 3 21** 2* Partisipan 12 27** 20**

Partisipan 4 22** 6* Partisipan 13 25** 25**

Partisipan 5 19** 5* Partisipan 14 24** 24**

Partisipan 6 27** 6* Partisipan 15 18** 19**

Partisipan 7 22** 2* Partisipan 16 22** 20**

Partisipan 8 20** 6* Partisipan 17 26** 14*

Partisipan 9 22** 2* Partisipan 18 19** 14* **=kategori sedang *=kategori ringan

1. Partisipan 1

Skor pretest partisipan 1 adalah 29 (sedang) dan skor post-testnya adalah

12(ringan). Terdapat penurunan skor sebanyak 17 poin, hal ini menunjukkan

bahwa ada perubahan kategori depresi partisipan. Secara umum, partisipan 1

mengerjakan seluruh tugas yang diberikan dan bisa mengikuti seluruh sesi

konseling dengan lengkap sehingga tujuan di tiap sesi tercapai.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

58

2. Partisipan 2

Skor pretest partisipan 2 adalah 27 (sedang) dan skor post-testnya adalah

0(ringan). Hal ini mengindikasikan bahwa partisipan mengalami perubahan yang

signifikan selama konseling. Pada akhir konsleing, partisipan mengaku tidak lagi

memiliki pikiran negatif dan merasa lebih produktif dibandingkan sebelumnya.

3. Partisipan 3

Skor pretest partisipan 3 adalah 21 (sedang) dan skor post-testnya adalah

2 (ringan). Terdapat penurunan sebanyak 19 poin yang mengindikasikan

partisipan mengalami perubahan yang signifikan selama konseling. Di akhir

konsleing partisipan mengaku banyak mendapatkan insight-insight yang

membantunya berpikir lebih positif dalam menghadapi masalahnya.

4. Partisipan 4

Skor pretest partisipan 4 adalah 22 (sedang) dan skor post-testnya adalah

6 (ringan). Terdapat penurunan skor sebanyak 16 poin yang mengindikasikan

partisipan mengalami perubahan yang signifikan selama konseling. Selama

melaksanakan konseling, partisipan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

dengan baik dan mengaku pikiran negatif yang dulu mengganggunya perlahan

mulai menghilang digantikan dengan pikiran yang lebih positif.

5. Partisipan 5

Skor pretest partisipan 5 adalah 19 (sedang) dan skor post-testnya adalah

5(ringan). Terjadi penurunan skor sebesar 14 poin yang mengindikasikan gejala-

gejala depresi yang dialami partisipan menurun. Partisipan mengaku pikiran-

pikiran yang sebelumnya menganggu tidak lagi ada dan dapat mengambil

pelajaran dari proses konseling yang dilakukannya.

6. Partisipan 6

Skor pretest partisipan 6 adalah 27 (sedang) dan skor post-testnya adalah

6 (ringan). Terjadi penurunan skor sebanyak 21 poin, hal ini mengindikasikan

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

59

partisipan mengalami perubahan yang signifikan. Partisipan mengaku banyak

mendapat pelajaran selama konseling, di samping itu, partisipan menyadari

banyaknya pikiran negatif yang membuatnya tidak nyaman dan perlahan-lahan

mulai menghilangkannya.

7. Partisipan 7

Skor pretest partisipan 7 adalah 22 (sedang) dan skor post-testnya adalah

2(ringan). Hal ini menunjukkan bahwa partisipan mengalami penurunan gejala

depresi yang cukup signifikan. Partisipan melaksanakan semua tugas yang

diberikan dan mampu mencapai tujuan di setiap sesinya. Partisipan juga mengaku

sudah mampu mengendalikan pikiran negatifnya dengan melakukan hal-hal yang

disenanginya.

8. Partisipan 8

Skor pretest partisipan 8 adalah 20 (sedang) dan skor post-testnya adalah

6 (ringan). Hal ini mengindikasikan partisipan mengalami penurunan gejala depresi

secara signifikan. Partisipan 8 juga mengaku keadaannya sudah berbeda dari

sebelum konseling dimana saat ini partisipan merasa mampu untuk berpikir positif

akan masalah yang dihadapinya.

9. Partisipan 9

Skor pretest partisipan 9 adalah 22 (sedang) dan skor post-testnya adalah 2

(ringan). Penurunan yang signifikan ini diakui oleh partisipan dikarenakan

keadaannya saat ini jauh lebih baik dibandingkan sebelum konseling. Partisipan

mengaku saat ini sudah tidak lagi berpikiran negatif seperti sebelumnya dan

keadaannya saat ini lebih nyaman.

Diketahui bahwa pada pre-test kelompok kontrol memiliki nilai minimum 18 dan nilai

maksimum 28. Skor mean pre-test pada kelompok adalah 23.2222 dengan standar

deviasi 3.52767. Sedangkan pada postest, kelompok kontrol memiliki nilai minimum 0

dan nilai maksimum 12 yang kesemuanya berada dalam rentang kategori ringan. Skor

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

60

mean postest kelompok kontrol adalah 4.5556 dengan standar deviasi sebesar 3.57460,

Dari uraian sebelumnya terlihat bahwa kelompok ekspreimen mengalami penurunan

mean skor Beck’s Depression Inventory dari 23.2222 ke 4.5556 yang mengindikasikan

bahwa ada penurunan gejala depresi setelah partisipan melakukan konseling.

Kelompok kontrol dipilih dengan kategori rentang nilai yang sama dengan kelompok

eksperimen. Pada kelompok kontrol, skor minimum pada pre-test yang dimiliki kelompok

kontrol adalah 19 dan maksimum 29. Jumlah keseluruhan skor pre-test kelompok kontrol

adalah 213 dengan mean sebesar 23.6667 dan standar deviasi sebesar 3.42783. pada

post-test, kelompok kontrol memiliki mean 19.8889 dengan standar deviasi 5.03598. dari

skor di atas terlihat kelompok kontrol juga mengalami penurunan skor Beck’s Depression

Inventory .Data deskriptif tersebut disajikam dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4

Data Deskriptif pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Kelompok Pretest Posttest

N Min Max Mean SD N Min Max Mean SD

Eksperimen 9 18 28 23,22 3,52767 9 0 12 4,56 3,57460

Kontrol 9 19 29 23,66 3,42783 9 14 28 19,89 5,03598

C. Hasil

Analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat perbedaan skor pretest dan postest pada

partisipan eksperimen dan partisipan kontrol. Nilai yang akan dilihat adalah nilai

normalitas, homogenitas, interaksi antara waktu (pre-test dan post test) dengan kelompok

(eksperimen-kontrol). Juga akan di lihat besarnya sumbangan konseling brief Cognitive

Behavioural Therapy online pada perubahan skor kelompok eksperimen. Uji normalitas

dalam teknik anova campuran menggunakan Shapiro-Wilk terpenuhi dengan p pre-test

0,319> 0,05 dan post-test 0,171 >0,05 yang mengindikasikan bahwa data terdistribusi

secara normal.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

61

Tabel 5 Tes normalitas

Pengukuran N Nilai Shapiro-Wilk Keterangan

Pretest 9 0,948 Distribusi Normal

Posttest 9 0,927 Distribusi Normal

Nilai Box’s M menunjukkan nilai homogenitas skor Beck’s Depression Inventory pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai yang di dapat adlah sig. 0,739 > 0,05

yang menunjukkan bahwa data homogen yang artinya skor Beck’s Depression Inventory

pada kelompok eksperimen dan kontrol tidak terlelu bervariasi (homogen).

Nilai Mauchly's Test of Sphericity menunjukkan hasil yang signifikan (sig. <0,05).

Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah melihat bagian baris Greenhouse-Geisser

yang menunjukkan nilai F= 38.782 (p <0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat interaksi

antara time (pretest dan postest) dengan kelompok (eksperimen-kontrol). Inetraksi ini

mengindikasikan bahwa perubahan skor pretest menuju post tes pada kedua kelompok

berbeda secara signifikan. Sedangkan pada Test of between subjects menunjukkan nilai

F sebesar 30,598 (p<0.05) yang menunjukkan perubahan skor pada kedua kelompok

partisipan.

Besarnya sumbangsih konseling brief Cognitive Behavioural Therapy online pada

kelompok eksperimen dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Dari tabel terlihat bahwa pada

kelompok 1 (eksperimen) terdapat sumbangan sebesar 88,4 % terhadap perubahan skor

Beck’s Depression Inventory partisipan sedangkan perubahan yang terjadi pada

kelompok kontrol adalah sebesar 23,8 %. Hal ini menunjukkan bahwa konseling Brief

Cognitive Behavioural Therapy Online memberikan dampak yang cukup signifikan

terhadap penurunan skor gejala Beck’s Depression Inventory kelompok eksperimen.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

62

Tabel 6

Multivariate Tests

Kelompok Sumber Partial Eta Squared

Eksperimen Wilks’ lambda 0,884

Kontrol Wilks’ lambda 0,238

D. Analisis deskriptif

Pada bagian ini dilaporkan mengenai analisis deskriptif dari setiap sesi yang dijalani

oleh kelompok eksperimen. Analisa deskriptif didasarkan pada kata-kata yang dituliskan

oleh partisipan, untuk melihat apakah ada perubahan emosi, cara berpikir, berperilaku

serta pemahaman apa saja yang sudah didapatkan oleh setiap partisipan selama

melakukan sesi konseling online menggunakan teknik brief Cognitive Behavioural

Therapy. Pada bagian ini diberikan penjelasan beserta contoh yang diambil dari partisipan

1 untuk lebih memperjelas gambaran proses yang terjadi selama konseling online

berlangsung. Analisis ini diperlukan untuk melihat apakah rancangan konseling dapat

membantu setiap partisipan belajar dan bisa menerapkan kemampuan-kemampuan yang

akan diajarkan selama konseling. Kemampuan-kemampuan ini antara lain:

mengidentifikasi dan menantang pikiran negatif, aktivasi perilaku dan juga kemampuan

penyelesaian masalah.

Pada sesi pertama, para partisipan bersama koselor melakukan building rapport juga

pengenalan mengenai teknik cognitive behavioral therapy. Pada setiap awal dan akhir

sesi ini (serta sesi-sesi selanjutnya) konselor akan menanyakan emosi klien dengan

membaginya menjadi lima emosi yang dicontohkan dengan emotikon yang tersedia di

dalam aplikasi Telegram. Emotikon menandakan emosi sangat sedih, emotikon

menandakan emosi sedang sedih, emotikon menandakan emosi netral,

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

63

emotikon menandakan emosi senang, emotikon menandakan emosi sangat

senang. Hal ini ditujukan untuk melihat perubahan emosi yang dialami klien pada akhir

sesi dibandingkan di awal sesi. Hasilnya, para partisipan sering merasakan emosi yang

lebih positif pada akhir sesi dibandingkan awal sesi.

Pada sesi selanjutnya, partisipan dan konselor melakukan rekonstruksi kognitif. Pada

tahapan ini, konselor dan partisipan mengidentifikasi, melawan serta menggantikan

pikiran negatif klien dan menggantinya dengan pikiran yang lebih positif. pada sesi ini,

partisipan yang sebelumnya menuliskan mengenai kondisi yang membuat tidak nyaman

bersama konselor mencari pikiran negatif yang menyebabkan partisipan merasa

tidaknyaman. Misalnya yang terjadi pada partisipan 1 yang menuliskan mengenai

keluhan-keluhan yang dialaminya beberapa waktu belakangan ini, hal ini tercermin dari

kata-kata partisipan yang menunjukkan beberapa mood sedih ( afek depresi) seperti

kecewa dan merasa kesepian. Pada sesi ini, partisipan juga mulai menelusuri pikiran-

pikiran yang selama ini dianggapnya menjadi beban, seperti pikiran bahwa dirinya tidak

berguna dan bingung apa yang harus dilakukan. Kata-kata lain dari partisipan yang

menunjukkan dirinya merasa tidak berguna adalah ketika ia merasa belum bisa mandiri

secara finansial dan itu membuatnya merasa tidak berguna.

Jd kayak pesimis gitu ya

Kayak aku nggak ada apa apanya mbak hehe

Nggak berguna gitu hehe

Berpikir kenapa semua ini terjadi

Hehe

Trs aku bingung ingin melakukn apa

Dan merasa nggak berguna karna msh ngrepoti ortu hehe

Terlebih dlm hal finansial”

Selanjutnya, partisipan mulai diajak untuk menelusuri pikiran yang membuatnya

merasa tidak berguna. Konselor mengajak partisipan untuk menantang pikiran ini dengan

memberikan pertanyaan yang akan membuat klien memikirkan dan mempertimbangkan

kembali mengenai pikiran tersebut. Partisipan diminta untuk memikirkan ketika

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

64

keadaannya tersebut juga dialami oleh orang yang disayanginya, disini konselor meminta

partisipan untuk mengambil sudut pandang orang ketiga sehingga partisipan dapat

melihat permasalahannya secara lebih objektif.

Konselor:

“Nah. kalau misalnya ni, ada orang yang kamu sayangi berada dalam

situasi yang sama seperti yang kamu alami, dan dlm keadaan yang sama

juga berpikiran yang sama (merasa tidak berguna), apa yang bakal kamu

katakan ke orang ini?”

partisipan:

“Jangan menghakimi diri sendiri hehe

Ttp semangat dan optimis hehe”

Selain itu, partisipan juga diminta untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

mengenai kebenaran dan kesalahan pikiran yang dimilikinya. Setelah partisipan melihat

kembali mengenai pikiran negatifnya, partisipan mulai menyadari bahwa hal ini hanya ada

di dalam pikirannya sehingga kepercayaannya terhadap pikiran merasa tidak berguna

karena belum mendapatkan pekerjaan ini menurun dari 75% ke 50% dan mulai

mempercayai bahwa dirinya adalah manusia yang berguna jika sudah bisa membantu

banyak orang.

Konselor :

“kalau saya boleh tanya lagi ni, sekarang berapa persen kamu percaya

dengan pikiran negatif kamu "aku tidak berguna"?”

Partisipan :

“Berkurang menjadi 50 % mbak hehe

Aku merasa klo udah berguna klo bisa membakantu banyak orang lagi

mbak

Hehe”

Di sesi ketiga, partispan mulai diajak untuk melakukan aktivasi perilaku,

kemampuan ini berguna untuk membantu menaikkan mood partisipan. Partisipan diminta

untuk melakukan aktivitas-aktivitas menyenangkan yang sebelumnya sudah jarang

dilakukan oleh partisipan. Konselor akan mengajak partisipan untuk mengidentifikasi dan

menyusun jadwal kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh partisipan.

Partisipan:

“List kegiatan

1. Ngobrol sm temen selasa,rabu

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

65

2. Baca buku (tiap hari)

3. Beresin kamar (hari kamis / Jumat)

4. Bersihin kmr mandi (hari Jumat)

Iyaa kok mbaka, menyenangkan hehe”

Selain menyusun jadwal, konselor juga mengajak partispan untuk menelusuri

hambaatan-hambatan yang mungkin terjadi selama partisipan menjalankan aktivasi

perilaku yang dirancangnya serta menelusuri solusi yang mungkin diterapkan untuk

mengatasi hambaatan tersebut.

Konselor :

“hahha oke.. hambakatannya lebih ke eksternal berarti ya

kalau baca buku?”

Partisipan :

“Klo yg baca buku, sama bersih-bersih tergantung mood ama ada

nggaknya mager “

Konselor :

“nah antisipasinya apa ni untuk meminimalisir hambakatan?”

Partisipan :

“Menyemangati diri mbak, biar aku bisa sukses hehe

Ama menghindari hp mbak”

Pada sesi ke empat ini konselor melakukan review mengenai sesi sebelumnya

dan bersama partisipan melihat perubahan apa saja yang terjadi setelah partisipan

melakukan aktivasi perilaku. Partisipan mengaku bahwa setelah melakukan kegiatan yang

sudah direncanakannya, emosi partisipan menjadi lebih positif dan pikiran-pikiran

negatifnya tidak muncul. Partisipan juga berencana untuk melanjutkan kegiatan tersebut.

Konselor :

“iya ya. Saya liat juga di jurnal hariannya kamu rata-rata pikiran negatifnya

berkurang banget ya setelah beraktifitas. perasaannya juga cenderung

lebih baik ya”

Partisipan :

“Iyaa mbak hehe

Karna klo nggak ada kegiatan pikirannya aneh aneh mbak hehe”

Konselor :

“kira-kira kamu akan ngelanjutin rutinitas ini gak?”

Partisipan :

“Iyaa mbak ngalnjutin hrhe

Sbg bahan koreksi diri sendiri mbak, mungkin jadwalnyaperlu aku

matengkan lagi”

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

66

Selanjutnya, konselor akan mengajak partisipan untuk melakukan penyelesaian

masalah dengan menggunakan 5 langkah penyelesaian masalah strategi tersebut antara

lain, pertama, menetapkan masalah apa yang ingin diselesaikan secara spesifik, kedua,

membuka pikiran akan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah (bahkan ide yang

terkesan konyol sekalipun), ketiga, telusuri kelebihan dan kekurangan setiap opsi,

keempat memverifikasi solusi terbaik dan kelima, melaksanakan rencana tersebut dan

terakhir memutuskan apakah rencana berjalan dengan baik. Partisipan menginginkan

untuk lebih disiplin dalam mematuhi jadwal yang dibuat. Langkah selanjutnya, konselor

mengajak klien untuk membuka pikiran akan pilihan-pilihan penyelesaian masalah yang

dihadapinya. Konselor mengajak partisipan untuk menelusuri kelebihan dan kekurangan

dari setiap rencana yang akan dijalankannya serta menentukan rencana mana yang

paling baik untuk diterapkan sesuai dengan keadaan partisipan.

Konselor:

okeee.. berarti masalahnya gak disiplin mematuhi jadwal ya

Partisipan :

Iyaa mbak hehe

Konselor :

naaah kira-kira kemungkinan menyelesaikannya apa ya?

ada ide apa ni supaya bisa lebih disiplin?

Partisipan :

Membuat jadwal yg lebih fleksibel tapi tetap harus dilakukan hari itu ?

Hehe

sama merancang kegiatan yg menarik tiap harinya

Konselor :

iya. kalau ini kan tadi solusi yang coba dilakukannya pada saat

perencanaan jadwalnya. Nah solusi lain mungkin yang bisa membantu

kamu lebih disiplin pada jadwal yang sudah tersusun adakah?

Partisipan:

Memberikan reward buat diriku mbak klo aku udah maksimal lebih

melaksanakan itu hehe

Misal klo aku pengen makan empek empek aku mau beli empek2 klo itu

tercapai sempurna mbak

Pada sesi terakhir ini konselor dan partisipan bersama mengevaluasi tugas yang

sudah dijalankan partisipan di sesi sebelumnya. Di sesi ini juga akan direncanakan

relapse prevention yang berguna bagi partisipan jka suatu saat ia kembali mengalami hal

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

67

yang sama. Pada sesi terakhir ini partisipan juga menuliskan insight-insight yang

didapatnya selama konseling. Salah satu hal yang menurut partisipan paling berpengaruh

adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakannya selama sesi konseling. Kegiatan-

kegiatan tersebut memberikan dampak meningkatnya emosi positif dan menurunnya

emosi negatif partisipan serta dirinya yang mampu kembali menghargai diri dan tidak lagi

bermalas-malasan.

Konselor:

Nah.. kalau dibandingkan dengan saat awal2 kamu ikut sesi ni, gimana

pendapat kamu ttg keadaan kamu sekarang?

Partisipan:

Sudah semakin stabil mbak hehe

Sudah mulai terlatih berpikir positif hehe

Konselor:

Waah.. good joobb

Terkait pikiran negatifnya sendiri gimama?

Masih sering muncul pikiran atau oerasaan tidak berguna??

Partisipan:

Klo perasaan tdk berguna msh ada sebenarnya mb, karna aku blm dpt job

hehe

Tp setidaknya aku mulai menghargai aku

Dan harus berusaha lagi, nggak males2an

Dari penjelasan di atas, terlihat perubahan partisipan di tiap tahapan sesi. Pada sesi

awal, partisipan yang sebelumnya fokus pada kejadian negatif yang membuatnya tidak

nyaman dan menuliskan pikiran-pikira negatif yang akhirnya membuat perasaan dan

perilakunya juga menjadi negatif. Perubahan mulai bisa terlihat pada saat konselor dan

partisipan memasuki sesi rekonstruksi kognitif. Pada sesi ini, setelah partisipan

menemukan pikiran alternatifnya, maka kepercayaan partisipan terhadap pikiran negatif

yang sebelumnya mengganggu menjadi menurun ke level yang lebih rendah.

Setelah berhasil menemukan pikiran alternatif, para partisipan diajak untuk

merencanakan dan melakukan aktivasi perilaku. Kegiatan ini berguna untuk menaikkan

mood serta mendorong partisipan untuk lebih produktif. Selain itu, kegiatan ini juga

diharapkan membuat partisipan merasakan sense of achievement ketika para partisipan

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

68

berhasil melakukan hal yang direncanakan, partisipan akan merasa dirinya sudah

mencapai sesuatu. Hal ini penting karena umumnya partisipan yang mengalami gejala

depresi juga merasa dirinya tidak berguna/berharga.

Pada sesi selanjutnya partisipan diminta untuk merefleksikan keuntungan yang

didapatannya selama melakukan aktivasi perilaku. Para partisipan melaporkan bahwa

pikiran dan perasaan negatif yang sebelumnya dialami menurun setelah mereka

melakukan berbagai kegiatan tersebut. Selain itu, para partisipan juga melaporkan emosi

positifnya meningkat selama menjalani kegiatan-kegiatan tersebut. beberapa partisipan

juga melaporkan bahwa mereka menjadi lebih produktif dalam menjalani hari-harinya. Hal

ini mengindikasikan bahwa aktivasi perilaku yang dilakukan oleh para partisipan berhasil

mempengaruhi aspek kognitif (berkurangnya pikiran negatif), emosi (emosi positif

meningkat) serta perilaku (lebih produktif dalam menjalani hari).

Pada sesi selanjutnya, para partisipan diajak untuk melakukan pemecahan masalah.

Pada sesi ini, partisipan diminta untuk memilih masalah yang dapat diselesaikannya

dalam waktu seminggu, memikirkan alternatif penyelesaiannya, menimbang untung dan

rugi dari setiap solusi serta menetapkan solusi yang paling tepat untuk diterapkan. Para

partisipan mampu mengikuti instruksi dari konselor untuk melakukan tahapan-tahapan

penyelesaian masalah tersebut dan merencanakan penyelesaian masalah yang akan

dilakukannya dalam waktu seminggu setelahnya.

Pada sesi terakhir, partisipan diminta untuk kembali merefleksikan hal yang

didapatkannya selama melakukan kegiatan pemecahan masalah. Para partisipan

melaporkan pikiran dan perasaan negatif yang berkurang setelah melakukan rencana

penyelesaian masalah. Di samping itu, walaupun tidak semua masalah partisipan dapat

diselesaikan dalam waktu seminggu, sebagian besar partisipan melaporkan bahwa

mereka merasa dapat lebih menghargai dirinya karena telah berusaha menyelesaikan

hambatan yang selama ini dirasa menganggu.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

69

Kegiatan penyelesaian masalah membantu partisipan merasakan sense of control

dimana partisipan diberikan kesempatan untuk merencanakan serta mempresiksi

hambatan serta keuntungan dan kerugian dari solusi yang akan diterapkan. Partisipan

belajar untuk kembali mempunyai kontrol akan masalahnya sekecil apapun permasalahan

tersebut. Pada sesi ini juga para partisipan mengungkapkan pemahaman-pemahaman

yang didapat selama menjalani sesi konseling bersama konselor.

Para partisipan melaporkan bahwa mereka merasa lebih dapat memikirkan masalah

dari sisi yang positif serta peraya bahwa mereka akan dapat menemukan solusi dari tiap

permasalahan yang ada. Di samping itu, sesi terakhir ini juga dimanfaatkan untuk

membuat rencana relapse prevention dimana para partisipan diminta untuk menuliskan

hal yang akan dilakukan jika dikemudian hari mengalami hal yang membuat mereka

kembali tidak nyaman. Kegiatan relapse prevention selain untuk mengantisipasi hal yang

tidak diinginkan juga untuk mempersiapkan para partisipan akan perpisahan dengan

konselor. Partisipan diharapkan memahami bahwa walaupun selama sesi konseling

konselor mendampingi dan membantu partisipan, pada akhirnya partisipan harus mampu

untuk menghadapi permasalahan yang akan datang tanpa bantuan dari konselor. Pada

akhir sesi partisipan diharapkan dapat menghadapi dan menyelesaikan masalahnya

secara mandiri dan tetap memakai kemampuan-kemampuan yang telah didapatkan

selama konseling berlangsung.

E. Pembahasan

Berdasarkan uraian hasil yang sudah dituliskan sebelumnya, pada bagian ini akan

dibahas mengenai kesimpulan hipotesis, serta implikasi dari hasil yang sudah didapatkan

oleh peneliti. Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh, terlihat bahwa terjadi penurunan

gejala depresi yang diukur oleh beck’s depression inventory pada kedua kelompok baik

kelompok eksperimen ataupun kleompok kontrol. Dari analisis kuantitatif yang sudah oleh

peneliti, terlihat bahwa konseling brief Cognitive Behavioural Therapy online dapat

membantu partisipan untuk mengatasi gejala depresinya. Sumbangan konseling cukup

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

70

tinggi yaitu sebesar 88.4% yang menunjukkan bahwa konseling ini berpengaruh secara

signiifikan. Di sisi lain, perubahan juga ditunjukkan oleh kelompok kontrol walaupun masih

kalah jauh dari kelompok eksperimen. Perubahan yang terjadi pada kedua kelompok

adalah hal yang wajar terjadi pada penelitian eksperimen, dimana terjadi maturasi pada

kedua kelompok (Shadish William R., 2002).

Yang membedakan dari kedua kelompok ini adalah pada kelompok eksperimen

penurunan terjadi secara signifikan (menjadi kategori ringan) dan merata kepada seluruh

partisipan sedangkan pada kelompok kontrol penurunan tidak terjadi secara merata

karena beberapa partisipan masih mengalami gejala depresi pada tingkat sedang. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kassler et. al (2009) dan Smith et. al (2015)

bahwa pelaksanaan cognitive behavioral therapy yang dilakukan dengan media online

mampu untuk menurunkan gejala depresi yang dialami oleh partisipan.

Penggunaan media online sebagai alat komunikasi memberikan beberapa

kemudahan antara lain konselor dan partisipan tidak perlu berada di tempat yang sama

untuk melakukan konseling. Di samping itu, tugas-tugas yang diberikan melalui google

docs dapat diakses oleh konselor dan partisipan dari manapun tanpa harus bertemu

muka. Hal tersebut menguntungkan bagi individu yang mengalami gejala depresi dimana

salah satu cirinya adalah berkurangnya minat untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan

berhubungan dengan orang lain (Beck & Alford, 2009). Pelaksanaan konseling melalui

media text juga memberikan kelebihan dimana partisipan dapat kembali mengakses dan

membaca pencapaian-pencapaian yan sudah didapatkannya selama melakukan

konseling. Hal ini diharapkan dapat menjadi reward tersendiri bagi partisipan melihat

perkembangan dirinya hingga akhir sesi.

Semua partisipan mengalami penurunan skor beck’s depression inventory yang cukup

signifikan dimana skor partisipan yang sebelumnya berada dalam kategori sedang

menjadi ringan. Bahkan pada partisipan 3, skor beck’s depression inventory nya turun

hingga ke angka 0, Saat ditanyakan mengenai perubahan yang dialaminya, partisipan 3

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

71

mengaku sudah tidak lagi mempunyai pikiran negatif yang sebelumnya mengganggu

bahkan partisipan yang merasa tidak pantas mempunyai teman saat ini menyadari bahwa

dirinya mempunyai teman yang banyak bahkan selama masa konseling partisipan mampu

mendekatkan diri pada teman yang dulunya tidak begitu dekat.

Hal lain yang menarik untuk dicermati adalah perubahan emosi yang dialami oleh

partisipan setelah selesai melakukan konseling. Perubahan yang terlihat adalah

kecenderungan partisipan mengalami kenaikan emosi menjadi lebih positif setelah

melakukan konseling. Hal ini menunjukkan bahwa proses konseling sendiri memberikan

efek terapeutik kepada partisipan. Hal ini tejadi terutama ketika sesi terakhir saat konselor

menutup sesi dengan menjabarkan hasil-hasil yang sudah dicapai oleh para partisipan

selama konseling dan memberikan pujian pada partisipan. Partisipan merasa semakin

bersemangat setelah merasa sudah mencapai sesuatu. Hal ini mengindikasikan bahwa

konseling yang dijalani oleh partisipan memberikan efek terapeutik yang diharapkan

mengingat emosi adalah hal yang penting dalam Cognitive Behavioural Therapy dimana

salah satu tujuan Cognitive Behavioural Therapy adalah menurunkan gejala depresi

(terutama penurunan level stres) yang dialami partisipan (Beck, 2011).

Pemberian tugas dan kemampuan yang bertujuan untuk membantu partisipan

menurunkan gejala depresi yang dialaminya pun memberikan efek yang positif bagi

partisipan. Pada sesi rekonstruksi kognitif dimana partisipan dan konselor bersama

menelusuri pikiran negatif partisipan dan menantang pikiran tersebut membantu klien

untuk menyadari beberapa hal. Salah satu contohnya yang diungkapkan oleh partisipan 9

yang sebelumnya merasa bahwa tuhan tidak adil karena hanya dirinya yang menderita

akibat permasalahannya dengan temannya dan merasa temannya tidak merasakan hal

yang sama dengannya. Pada sesi ini, partisipan menyadari bahwa kemungkinan

temannya juga merasakan hal yang tidak nyaman hanya saja lebih pandai

menyembunyikan perasaannya. Contoh lainnya adalah yang diungkapkan oleh partisipan

1 yang merasa dirinya tidak berguna karena belum mendapatkan pekerjaan seperti

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

72

teman-teman lainnya. Partisipan mulai menyadari bahwa dirinya berguna karena masih

bisa memberikan les pada muridnya.

Pada tugas aktivasi perilaku, kesemua partisipan merasakan emosi yang lebih positif

setelah mereka melakukan rencana aktivasi perilaku yang sudah mereka buat. Hal ini

mengindikasikan bahwa tugas aktivasi perilak yang diberikan memberikan dampak postif

sehingga partisipan bisa merasakan emosi yang lebih postif di tiap harinya. Poin yang

didapatkan oleh para partisipan adalah bahkan kegiatan sehari-hari yang paling remeh

sekalipun dapat memberikan dampak emosi yang lebih positif ketika disadari. Seperti

partisipan 6 yang mengaku bahwa mengoleskan hand-body lotion yang sudah lama tidak

dilakukannya jika dilakukan dengan kesadaran penuh bisa membangkitkan emosi positif

pada dirinya. Hal yang sama juga dirasakan oleh partisipan 3 yang merasa kegiatan

merajut yang sudah lama tidak dilakukannya juga mampu membantunya meningkatkan

emosi positif. Tugas ini membantu para partisipan menyadari bahwa untuk membuat

emosi yang lebih positif serta menurunkan pikiran dan emosi negatif dapat dilakukan

dengan hal-hal yang sederhana. Temuan ini mendukung temuan-temuan sebelumnya

yang menuliskan bahwa aktivasi perilaku dapat membantu individu yang sedang

mengalami gejala depresi (Cuijpers, Straten, & Warmerdam, 2007; Ekers et al., 2014;

Staley & Lawyer, 2010; Veale, 2008).

Kemampuan lain yang diberikan pada konseling ini adalah kemampuan pemecahan

masalah. Kemampuan ini di laksanakan dalam lima langkah penyelesaian masalah

strategi antara lain : pertama, menetapkan masalah apa yang ingin diselesaikan secara

spesifik, kedua, membuka pikiran akan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah

(bahkan ide yang terkesan konyol sekalipun), ketiga, telusuri kelebihan dan kekurangan

setiap opsi, keempat memverifikasi solusi terbaik dan kelima, melaksanakan rencana

tersebut dan terakhir memutuskan apakah rencana berjalan dengan baik. Para partisipan

diminta untuk memilih masalah yang mungki untuk di selesaikan dalam waktu dekat,

mencari kemungkinan penyelesaian masalah, menelusuri kelebihan dan kekurangan tiap

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

73

penyelesaian masalah, memilih rencana terbaik dan melaksanakannya. Pada sesi ini

partisipan menyadari bahwa untuk menyelesaikan suatu masalah terdapat banyak solusi

bahkan yang terdengar konyol sekalipun. Di samping itu, pelaksanaan penyelesaian

masalah tersebut juga memabantu partisipan untuk menaikkan emosi positif dan

menurunkan pikiran negatif mereka. Dari penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui

bahwa kemampuan problem solving pada terapi Cognitive Behavioural Therapy mampu

membantu partisipan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan penyelesaian masalah

yang sedang dihadapi dan menurunkan gejala-gejala depresi yang dialami partisipan

(Chen, S.-Y., Jordavn, C., & Thompson, 2006; Feinberg, Stein, & Diaz-linhart, 2017;

Mackin, Arean, & Elite-Marcandonatou, 2006; Spence et al., 2003).

Para partisipan yang mendapatkan konseling merasa makin mampu untuk berpikiran

positif. Keadaan ini sudah sesuai dengan tujuan teknik Cognitive Behavioural Therapy

untuk membantu partisipan menurunkan pikiran negatif karena pikiran-pikiran negatif

tersebut yang menjadi sebab partisipan mengalami masalah psikologis (Hofmann,

Asnaani, Vonk, Sawyer, & Fang, 2013). Hal ini tercermin dari insight-insight yang

didapatkan oleh para partisipan di sesi akhir. Beberapa partisipan bahkan sudah mampu

untuk menerapkan teknik-teknik yang didapatkannya seperti berpikir positif untuk

membantu temannya yang juga sedang dalam masalah. Insight yang didapatkan oleh

partisipan menunjukkan bahwa para partisipan sudah mulai mengalami perubahan cara

berpikir dalam memandang masalahnya dan ini adalah salah satu tujuan konseling yaitu

untuk membantu partisipan menyadari bahwa ada cara berpikir yang salah yang membuat

partisipan merasakan emosi yang tidak nyaman.

Kemampuan lain yang dilaksanakan para partisipan adalah membuat rencana relapse

prevention. Pembuatan rencana ini bertujuan untuk membantu para klien untuk

mempersiapkan diri pada tahap terminasi. Walaupun beberapa partisipan merasakan

sedih ketika konseling berakhir diharapkan dengan rencana yang sudah mereka susun

sendiri membuat partisipan lebih siap untuk mengakhiri konseling. Kemampuan ini

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

74

dibutuhkan untuk menyiapkan partisipan setelah berpisah dengan konselor karena pada

dasarnya teknik Cognitive Behavioural Therapy bertujuan agar individu dapat menghadapi

masalah secara mandiri dan menggunakan kemampuan yang sudah mereka dapatkan

selama sesi berjalan (J. S. Beck, 2011). Diharapkan agar di masa yang akan datang,

partisipan dapat mengatasi hambatan psikologis yang ditemuinya dengan kemampuan-

kemampuan yang sudah mereka dapatkan.

F. Hambatan penelitian

Hambatan yang dialami oleh peneliti selama pelaksanaan penelitian antara lain

adalah pengaturan jadwal. Pelaksanaan konseling secara individu dengan sembilan orang

dengan satu orang konselor membutuhkan penjadwalan yang ketat karena konselor

hanya mampu menangani satu orang partisipan per-hari. Partisipan yang tiba-tiba

membatalkan jadwal yang sudah disusun membuat peneliti harus mencarikan jawal

pengganti. Hambatan lainnya adalah partisipan yang lupa jika akan melaksanakan

konseling hari tersebut sehingga peneliti harus mempunyai nomor handphone partisipan

dan juga nomor hanphone significant other untuk mengantisipasi hal tersebut. Kekuatan

sinyal pada gagdet partisipan juga menjadi salah satu hambatan namun masih tidak

begitu menghalangi proses konseling karena proses yang dilakukan melalui chatting

sehingga tidak membutuhkan sinyal yang harus kuat. Kesadaran partisipan untuk

menuliskan tugas yang sudah dilakukannya juga menjadi salah satu hambatan karena

ada beberapa partisipan yang menulis segera setelah mereka melakukan tugas dan ada

beberapa partisipan yang baru menuliskan tugasnya sebelum diberikan kepada konselor

sehingga hanya melaporkan seadanya.

G. Ancaman Validitas

Pada penelitian kali ini, tidak dapat dipungkiri ada beberpa hal yang mungkin dapat

mencemari hasil penelitian yang sudah dikumpulkan oleh peneliti. Beberapa ancaman

valisitas tersebut antara lain:

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154795/potongan/S2-2018... · Sebagai contoh: individu yang mengalami depresi ... peneliti menggunakan aplikasi

75

a. Sejarah: selama melakukan konseling online, para partisipan dipersilahkan untuk

melakukannya di tempat yang paling nyaman baginya. Walaupun sedari awal

sudah disepakati bahwa partisipan kana melakukan konseling di tempat yang

minim gangguan, karena peneliti tidak mengontrol lingkungan saat klien

melakukan konseling, kemungkinan selama berjalannya konseling dapat terjadi

hal-hal seperti keributan, kekuatan sinyal atau gangguan yang dapat menganggu

jalannya konseling.

b. Maturasi: perubahan yang terjadi secara ilmiah yang mungkin dialami oleh

kelompok eksperimen dan kontrol. Sehingga kelompok kontrol pun mengalami

perubahan skor yang searah dengan kelompok partisipan.