bab i pendahuluan a. latar...

54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang RBTV merupakan televisi lokal yang ada di Yogyakarta, berdiri atas kerjasama PT Redjo Buntung Yogyakarta (Radio RBFM Grup Jogja) dan STMIK Amikom Yogyakarta. RBTV mulai mengudara 15 Agustus 2004, pada saluran 40 UHF dan memiliki Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) No 335/KEP/M.KOMINFO/07/11 tanggal 29 Juli 2011, dengan jangkauan siaran meliputi Yogyakarta, Bantul, Kulon Progo, Muntilan, Magelang, Boyolali, Gunung Kidul, Sleman, Klaten dan Purworejo. Keberadaan RBTV dihadapkan pada persaiangan “sengit” untuk mendapatkan iklan, RBTV bersaing dengan seluruh media yang ada di Jogjakarta, Saat ini tercatat ada 26 lembaga penyiaran radio swasta, 4 televisi lokal ini bukan perkara mudah, sehingga untuk dapat bertahan hidup lembaga penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau berjaringan dengan lembaga penyiaran yang memiliki modal yang lebih besar. Apa yang kemudian dilakukan RBTV adalah dengan membentuk sistem siaran berjaringan dengan Kompas Tv, pemilihan Kompas Tv sebagai mitra kerjasama dengan didasari pertimbangan sama sama menguntungkan baik bagi pengiklan maupun kepada penonton/pemirsa, sehingga komitmen untuk

Upload: vankhanh

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

RBTV merupakan televisi lokal yang ada di Yogyakarta, berdiri atas

kerjasama PT Redjo Buntung Yogyakarta (Radio RBFM Grup Jogja) dan STMIK

Amikom Yogyakarta. RBTV mulai mengudara 15 Agustus 2004, pada saluran 40

UHF dan memiliki Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) No

335/KEP/M.KOMINFO/07/11 tanggal 29 Juli 2011, dengan jangkauan siaran

meliputi Yogyakarta, Bantul, Kulon Progo, Muntilan, Magelang, Boyolali,

Gunung Kidul, Sleman, Klaten dan Purworejo.

Keberadaan RBTV dihadapkan pada persaiangan “sengit” untuk

mendapatkan iklan, RBTV bersaing dengan seluruh media yang ada di

Jogjakarta, Saat ini tercatat ada 26 lembaga penyiaran radio swasta, 4 televisi

lokal ini bukan perkara mudah, sehingga untuk dapat bertahan hidup lembaga

penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

berjaringan dengan lembaga penyiaran yang memiliki modal yang lebih besar.

Apa yang kemudian dilakukan RBTV adalah dengan membentuk

sistem siaran berjaringan dengan Kompas Tv, pemilihan Kompas Tv sebagai

mitra kerjasama dengan didasari pertimbangan sama – sama menguntungkan baik

bagi pengiklan maupun kepada penonton/pemirsa, sehingga komitmen untuk

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

membentuk sistem siaran berjaringan melahirkan kesepakatan kerjasama antara

Kompas Tv dan RBTV selama lima tahun terhitung sejak 1 Januari 2012 dan akan

berakhir pada 31 Desember 2016.

Atas dasar kesepakatan tersebut, sejak tanggal 1 Januari 2012 program

siaran RBTV mengikuti program siaran Kompas Tv, hal ini berpengaruh pada

pola program acara jika pada sebelumnya RBTV mengudara mulai pukul 10.00

WIB - 24.00 WIB, maka ketika bergabung dengan Kompas Tv, mengudara mulai

pukul 04.00 WIB sampai pukul 01.00 WIB, selain itu perubahan terjadi pada

pembagian pola acara dari program siaran antara Kompas Tv dengan RBTV.

Penentuan alokasi program siaran (timeslot) dan relai siaran menjadi bagian

penting dari penerapan sistem siaran berjaringan karena pada dasarnya sistem

siaran berjaringan merupakan tata kerja yang mengatur relai siaran secara tetap

antar lembaga penyiaran.

Lembaga penyiaran melakukan sistem siaran berjaringan dapat

membuat kesepakatan kerjasama dalam bentuk tertulis dengan memuat hal – hal

sebagai berikut; penentuan stasiun induk dan stasiun anggota, program siaran

yang akan direlai, persentase durasi relai siaran dari seluruh waktu siaran perhari,

persentase durasi siaran lokal dari seluruh waktu siaran perhari, dan penentuan

alokasi waktu (timeslot) siaran untuk siaran lokal.

Implementasi sistem siaran berjaringan sebagai salah satu bagian dari

proses kebijakan komunikasi, penelitian ini ingin melihat pada dimensi aplikatif

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

sistem siaran berjaringan di RBTV berkaitan kerjasama dengan Kompas Tv

mulai tahun 2012 sampai 2013.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ,maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

“ Bagaimana implementasi sistem siaran berjaringan di RBTV tahun 2012 -

2013 ?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk melihat proses implementasi sistem siaran berjaringan di RBTV.

D. Kegunaan penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendiskripsikan implementasi sistem siaran

berjaringan di RBTV.

E. Kerangka teori

Menurut Neuman (dalam faizabdullah.wordpress.com) ada tiga tingkatan

teori, yaitu tingkat mikro (micro-level), tingkat meso (meso-level), dan tingkat

makro (macro -level). Teori tingkat mikro memberikan penjelasan hanya terbatas

pada peristiwa yang berskala kecil, baik dari sisi waktu, ruang, maupun jumlah

orang. Teori tingkat meso menghubungkan tingkat mikro dan makro. Misalnya,

teori organisasi, gerakan sosial, atau komunitas. Sedangkan teori tingkat makro

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

menjelaskan objek yang lebih luas, seperti lembaga sosial, sistem budaya, dan

masyarakat secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini juga menggunakan teori pada tiga level yaitu makro,

meso dan mikro berikut akan elaborasi teori pada masing – masing tingkatan.

1. Level Makro

A. Kebijakan komunikasi sebagai bagian dari kebijakan publik

Lasswell menyatakan Ilmu kebijakan mengandung ciri yang khas, yakni

berorientasi persoalan, akibatnya harus dikaji secara multidisipliner dan

melibatkan sintetis dari berbagai ide dan teknik penelitian.”(dalam

Parsons,2011:20) dengan pengertian ini ilmu kebijakan sebenarnya dapat dikaji

oleh multidisiplin ilmu termasuk komunikasi.

Kebijakan kumunikasi sebagai bagian dari kebijakan publik, maka cara –

cara yang digunakan dalam menganalisisnya adalah dengan mengunakan cara

yang lazim dipakai dalam kebijakan publik, seperti yang dipaparkan Cohcran dan

Malone yaitu positive policy analysis bagaimana proses kebijakan bekerja dan

normative analysis penilaian tentang apa yang seharusnya tertuang dalam

kebijakan (dalam RKPS,2011:12).

Dengan ketentuan tersebut, setiap proses tahapan kebijakan dalam

kebijakan komunikasi dapat dianalisis dengan dua pendekatan yang sama dalam

kebijakan publik. Melihat proses tahapan kebijakan William N.Dunn (dalam

RKPS,2011:47),yaitu dimulai dengan penyusunan agenda, formulasi kebijakan,

adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Winarno(2008:33-34) melakukan elaborasi tentang lima tahapan kebijakan

yang dikemukakan Dunn sebagai berikut :

1. Penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda

publik, namun tidak semua masalah dapat masuk kedalam agenda publik ini

tergantung kepada alasan – alasan tertentu yang dipahami, sehingga

adakalanya masalah di anggap utama namun ada juga masalah yang di

kesampingkan. Pada tahap punyusunan agenda ini ada masalah yang fokus

dibahas dan adapula masalah yang tidak disentuh dengan alasan tertentu.

2. Formulasi kebijakan

Pada tahap ini masalah yang telah masuk pada agenda kebijakan kemudian

dibahas oleh pembuat kebijakan. Masalah itu kemudian didifinisikan dan

dicari pemecahan masalah yang dianggap menjadi solusi, pemecahan masalah

tersebut berasal dari berbagai alternatif kebijakan yang ada. Pada tahap ini

aktor sangat berperan dalam melakukan “permainan” untuk mengusulkan

pemecahan masalah terbaik.

3. Adopsi kebijakan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengambil keputusan dari berbagai

masukan, dipilih satu dari alternatif kebijakan untuk diadopsi dengan

dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus, atau keputusan pengadilan.

4. Implementasi kebijakan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Pada tahap implementasi kebijakan yaitu melaksanakan keputusan yang telah

dibuat dijalankan oleh badan administrasi maupun agen pemerintah tingkat di

tingkat bawah, dukungan sumberdaya manusia dan finansial menjadi penting,

pada tahap ini terjadi persaingan kepentingan akibatnya beberapa

implementasi kebijakan mendapat dukungan sementara kebijakan yang

lainnya malah tidak mendapat dukungan dari para agen pelaksana.

5. Evaluasi kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi,

untuk melihat sejauhmana kebijakan yang dibuat telah mampu memacahkan

masalah, karena pada dasarnya kebijakan publik dibuat untuk memecahkan

masalah yang terjadi di masyarakat, sehingga perlu ditentukan ukuran –

ukuran atau kriteria yang menjadi dasar penilaian apakah kebijakan publik

sudah meraih dampak yang diinginkan.

Dengan melihat tahapan proses kebijakan publik tersebut untuk diterapkan

dalam kebijakan komunikasi, ada baiknya kita memperhatikan pengertian

kebijakan komunikasi terlebih dahulu. Unesco memaknai kebijakan komunikasi

sebagai kumpulan prinsip - prinsip dan norma – norma yang sengaja diciptakan

untuk mengatur prilaku sistem komunikasi(dalam RKPS,2011:10).

Secara sosiologis, kebijakan komunikasi bertujuan untuk menempatkan

proses komunikasi sebagai bagian dari dinamika sosial yang tidak merugikan

masyarakat (dalam Abrar, 2008:17). Dari konsep ini terlihat jelas bahwa peran

aktif dari masyarakat diharapkan aktif dalam menjalankan sekaligus mengawasi

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

proses komunikasi kebijakannya sementara pemerintah hanya sebagai fasilitator

kebijakan.

Idealnya proses komunikasi dalam sistem sosial dikendalikan oleh

masyarakat, mereka harus aktif sehingga kebijakan komunikasi harus menjamin

bahwa masyarakat ikut mengendalikan perkembangan komunikasi, termasuk

dalam hal pengaturan kebijakan yang ada di masyarakat semestinya harus terlibat

sehingga kebijakan komunikasi bekerja untuk memastikan kelancaran sistem

komunikasi yang ada. Dari pengertian diatas terlihat jelas bahwa ada sekumpulan

prinsip atau norma yang sengaja diciptkan untuk mengatur sistem komunikasi.

Penciptaan norma sama halnya dengan pembuatan kebijakan bertujuan untuk

mengatur sistem komunikasi. Komunikasi erat kaitannya dengan perkembangan

sosial, ekonomi dan politik negara, sehingga kebijakan komunikasi tidak dapat

berlaku selamanya.

Seperti yang dikemukakan Paula Chakravarty dan Katrine Sarikakis(dalam

Abrar,2011) kebijakan komunikasi selalu memiliki konteks, domain dan

paradigma. Untuk menganalisis kebijakan komunikasi harus mengetahui tiga

aspek, yaitu:

1) Konteks yaitu keterkaitan kebijakan komunikasi dengan sesuatu yang

melingkupinya, misalnya politik ekonomi, politik komunikasi dan

sebagainya

2) Domain yaitu muatan nilai yang dikandung kebijkan komunikasi

seperti ekonomi global dan sebagainya. Karena konteksnya politik

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

ekonomi misalnya maka kebijakan komunikasinya adalah ekonomi

global.

3) Paradigma yaitu kerangka cita - cita yang menjadi tujuan kebijakan

komunikasi, seperti terbentuknya masyarakat informasi, menguatnya

civil society dan sebagainya.

Secara hirarkis, kebijakan komunikasi di Indonesia mengikuti peraturan

perundang – undangan. Dalam UU No.10 tahun 2004 tentang urutan perundang –

undangan yang berlaku di Indonesia adalah (1)UUD 1945,(2)Undang – undang/

Peraturan pemerintah penganti undang – undang,(3)Peraturan pemerintah,(4)

Peraturan Presiden, dan (5) Peraturan daerah, dari kelima hirarki tersebut hanya

UUD yang tidak dapat menjadi kebijakan komunikasi.

Sebagai bagian dari kebijakan publik maka Kebijakan komunikasi, harus

dirumuskan oleh lembaga pemerintah seperti ungkapan James E.Anderson “

public policies are those policies are developed by govermental bodies and

officials (dalam RKPS,2011:11). Sebagai kebijakan publik, kebijakan komunikasi

paling tidak memiliki lima kriteria yaitu (1) memiliki tujuan tertentu; (2) berisi

tindakan pejabat pemerintah; (3) memperlihatkan apa yang dilakukan pemerintah;

(4) bersifat positif dan negatif; (5) bersifat memaksa.

Terkait lembaga pemerintah yang berhak merumuskan kebijakan

komunikasi ini sangat tergantung pada jenis kebijakan yang dibicarakan (konteks,

domain dan paradigma). Pada saat kebijakan komunikasi berbentuk rancangan

Undang – undang (RUU) tentunya harus melewati tahap pembahasan yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

dilakukan oleh DPR RI dan mendapat persetujuan pemerintah. Tanpa persetujuan

DPR dan pemerintah maka, maka sebuah undang – undang tidak bisa berlaku

efektif untuk semua masyarakat. sehingga kebijakan komunikasi dalam bentuk

undang – undang merupakan produk bersama antara pemerintah dan DPR RI.

Kebijakan komunikasi sebagai produk hukum mengikuti aturan sesuai

dengan tahapan pembentukan dan pengesahan Undang – undang, berlaku apabila

telah memiliki kekuatan hukum yang mengikat, telah disyahkan, ditempatkan

pada lembaran negara RI oleh sekretaris negara, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel. 1 Tahapan pembentukan UU/Peraturan

Rancangan Di sahkan Di undangkan Di nyatakan

berlaku

UU Undang – undang

Di DPR Memiliki

kekuatan hukum

Memiliki kekuatan

mengikat

Memiliki

kekuatan berlaku

Sumber : Masduki(2007:48)

Pada tahap dinyatakan berlaku sebuah undang – undang maka kebijakan

bukan lagi sebagai dokumen hanya menjadi catatan – catatan elit melainkan

keputusan yang sudah dibuat diimplementasikan. Sehingga pada tahap ini menjadi

bagian penting dari tahapan kebijakan. Pada tahapan implementasi ada

keterlibatan langsung pelaksana kebijakan sekaligus masyarakat dapat

mengajukan keberatan atas kebijakan yang dikeluarkan baik kebijakan publik

maupun kebijakan komunikasi.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Kebijakan komunikasi pada dasarnya bertujuan untuk kelancaran sistem

komunikasi untuk menjamin kelancaran sistem komunikasi terkadang

dipengaruhi oleh kepentingan dan kekuasaan. Menurut Barret dan Fudge (dalam

Parsons 2005) dalam buku public policy: An introduction to the theory and

practise of policy analisyst menyatakan implemetasi dipengaruhi oleh isu

kekuasaan, ketergantungan, kepentingan, motivasi dan prilaku, dari pernyataan

Barret dan Fudge terlihat bahwa implementasi bukanlah sesuatu yang murni

hanya untuk melaksanakan keputusan yang telah disepakati melainkan ada

pertarungan kepentingan, kekuasaan, ketergantungan sertai di latarbelakangi motif

dan prilaku.

Pressman dan Wildavsky (dalam Parson,2005) menyatakan agar

implementasi sebuah program efektif maka tujuan harus mudah dipahami dengan

baik, sumberdaya harus tersedia sistem harus bisa berkomunikasi secara efektif

dan mengontrol individu dan organisasi yang terlibat dalam pelaksaan tugas, bagi

Prassman dan Wildavsky lebih menekankan pada efektifitas sebuah kebijakan

sehingga ia lebih melihat pada kejelasan dari tujuan agar mudah dipahami,

sumberdaya yang tersedia serta mampu berkomunikasi secara efektif, dan adanya

faktor kontrol.

Dari kedua pendapat di atas memandang implementasi dari sudut pandang

yang berbeda dan hal ini sah – sah saja seperti A. Mazmanian dan Paul A.

Sabatier (dalam Abrar,2011) implementasi kebijakan adalah memahami apa yang

senyataanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan,

pernyataan A.Mazmanian dan Sabatier lebih fokus pada akibat dari kebijakan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

yang telah diputuskan dan dirumuskan dan berlaku sehingga jika memahami

pandangan tersebut maka fokusnya pada akibat dari kebijakan.

Dalam mengkaji implementasi kebijakan komunikasi khususnya berkaitan

dengan media, ada baiknya memperhatikan apa yang dikatakan Siregar (2012:1-2)

ia menyatakan dalam sistem demokrasi, regulasi terhadap media dipilah menjadi

dua, pertama adalah media yang tidak menggunakan ranah publik (seperti buku,

majalah, surat kabar, dan film kecuali jika sudah disiarkan melalui televisi).

Kemudian ia menambahkan media yang tidak menggunakan ranah pulik maka

regulasinya menggunakan prinsip self - regulatory, dibidang pers misalnya ada

Dewan Pers, organisasi pers dan organisasi wartawan untuk menegtur pers dari

segi etika jurnalistik.

Kedua media yang menggunakan ranah publik (public domain) karena

mengunakan ranah publik maka harus diatur secara ketat, ini berkaitan dengan

frekuensi. Karena frekuensi adalah milik publik yang dipinjam sementara oleh

lembaga penyiaran yang harus digunakan sebesar - besarnya untuk kemakmuran

rakyat, dengan demikian pengaturan tersebut bertujuan untuk kemakmuran publik

bukan perorangan atau kelompok.

Kemudian Feintuck 1998 menyatakan dewasa ini regulasi penyiaran

mengatur tiga hal, yakni struktur, tingkah laku, dan isi. Regulasi struktur

(structural regulation) berisi pola-pola kepemilikan media oleh pasar, regulasi

tingkah laku (behavioral regulation) dimaksudkan untuk mengatur tata laksana

penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor, dan regulasi isi (content

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

regulation) berisi batasan material siaran yang boleh dan tidak untuk

disiarkan(dalam Mufid, 2005:51).

Dari dua pernyataan diatas terlihat perbedaan yang mendasar jika Siregar

lebih fokus pada media yang tidak menggunakan ranah publik dan media yang

menggunakan ranah publik sehingga memberi warna pada konteks regulasi jika

tidak menggunakan ranah publik yang berlaku adalah self regulatory sementara

yang menggunakan ranah publik berlaku pengaturan secara ketat. Sementara

Feintuck lebih fokus pada Regulasi struktur (structural regulation), regulasi

tingkah laku (behavioral regulation), dan regulasi isi (content regulation).

Untuk melengkapi hal ini Masduki(2007:44) mengungkapkan ciri

konseptual kebijakan komunikasi di dalamnya termasuk mengatur ranah media

penyiaran, yakni:

1. Kebijakan komunikasi merupakan perangkat norma sosial yang

dibentuk untuk memberi arah bagi pelaku sistem komunikasi

2. Kebijakan komunikasi biasanya dirumuskan oleh para pemimpin

politik yang benar - benar dilaksanakan melalui pembatasan -

pembatasan legal institusional untuk memberi arah bagi prilaku sistem

komunikasi

3. Kebijakan komunikasi nasional meliputi keputusan – keputusan

mengenai institusional media komunikasi dan fungsinya

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

4. Kebijakan tersebut juga mengharuskan diterapkannya kontrol guna

menjamin operasi institusi - institusi tersebut terbawa ke arah

kemaslahatan umat.

Kebijakan komunikasi pada dasarnya ada dua yaitu kebijakan komunikasi

menggunakan media dan tidak menggunakan media namun pada kenyataannya

kebijakan komunikasi lebih tertuju pada peraturan yang berkaitan dengan media

ini dapat dilihat dari keluaran peraturan berkaitan dengan penyiaran dari tahun

2002 sampai 2009 ada 43 peraturan perundang – undangan (kominfo 2011).

Kebijakan media tumbuh seiring dengan perkembangan media, seperti

ungkapan Jacob Oetama berikut “ Dalam masyarakat Indonesia televisi akan

semakin besar posisi, pranan dan dampaknya (dalam Atmowiloto,1986:xii),” saat

ini terbukti dari perkembangan televisi di Indonesia pada awalnya hanya TVRI

disusul kemudian RCTI, TPI (beralih MNC-pen), SCTV, ANTV, tvONE,

METRO TV, TRANS TV, TRANS7, Global Tv dan lahirnya sejumlah televisi

lokal serta munculnya Kompas Tv pada 9 September 2011 menandakan bertapa

pesatnya perkembangan televisi di Indonesia sehingga jika tidak diatur secara

ketat akan dikwatirkan digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu,

walaupun pada kenyataanya sudah terjadi, media televisi juga digunakan sebagai

alat politik dari politisi yang memiliki televisi. Hal ini tentunya akan semakin

parah jika tidak diatur dari segi regulasi penyiaran

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

B. Sistem siaran berjaringan sebagai bagian dari kebijakan komunikasi

Sistem siaran berjaringan sebagai bagian dari kebijakan komunikasi.

Sistem siaran berjaringan pada dasarnya mencontoh dari apa yang berlaku pada

negara lain sehingga untuk membahas kebijakan sistem siaran berjaringan di

Indonesia setidaknya dapat melihat sistem berjaringan yang berlaku secara

universal sebagai bahan perbandingan saja. Berikut akan di elaborasi sistem siaran

berjaringan secara universal dan yang berlaku di Indonesia.

1. Sistem siaran berjaringan secara Universal

Head dan Sterling(1987:20) mendifinisikan siaran berjaringan sebagai

“network broadcasting system ...two or more statitions interconected by some

means of reley (wire, cable, teresterial microwave, satelites).”

Dari apa yang dikemukan Head dan Starling mengenai sistem penyiaran

berjaringan menekankan pada hubungan antara dua atau lebih lembaga yang

terkoneksi, dengan melakukan relai baik yang disalurkan melalui wayer, kabel,

teresterial maupun satelit, sedangkan menurut Hiebert, Ungrait, Bohn(1974:265)

mengatakan siaran berjaringan merupakan pengorganisasisan program, marketing,

teknis, administrasi dari beberapa stasiun jaringan. Pernyataan Hiebert dan kawan

– kawanya memandang sistem jaringan bukan sekedar hubungan dan relai siaran

melainkan ia lebih pada aspek organisasinya.

Bagaimana sebenarnya sistem penyiaran berjaringan yang berlaku di suatu

negara apakah sama, tentunya ini akan menarik untuk dikaji pendapat Head dan

starling yang lebih fokus pada hubungan antara stasiun penyiaran dan relai namun

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

tidak menekankan aspek organisasinya sementara bagi Hiebert, Ungrait dan Bohn,

mereka lebih melihat pada aspek organisasinya terutama berkaitan dengan,

pengorganisasian program, marketing, kemudian teknis dan administrasi, kedua

pendapat ini jika dipadukan tentunya akan semakin menarik dan kompleks karena

masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Menurut Browne(1989:3) “ tidak ada dua sistem penyiaran yang benar –

benar sama, ada pengaruh giografis, demografis, linguistik, ekonomi, budaya dan

tekanan politis dalam suatu negara atau dari negara tetangganya.” Bahkan

Browne menambahkan tidak ada suatu sistem penyiaran pun yang lengkap,

sempurna dan cukup untuk dikatakan ideal. Perbedaan cara dalam menerapkan

elemen - elemen sitem penyiaran membuat sebuah sistem siaran satu berbeda dari

sistem yang lain (Summers, Summers and Pennybacker,1987:19).

Seperti sistem siaran pada umumnya, dalam sistem siaran televisi

berjaringan juga terdapat aspek krusial yang menentukan karakter sistem yang

diterapkan. Untuk mengetahui aspek krusial tersebut Summers, Summers dan

Pennybacker (1987:19) mengemukakan aspek krusial tersebut :

Pertama berkaitan dengan mekanisme kontrol memiliki tiga kategori yaitu:

1. State ownership: fasilitas penyiaran yang langsung dimiliki oleh

pemerintah dengan aktivitas penyiaran dibawah pengawasan pemerintah

atau komite yang telah ditunjuk oleh pemerintah.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

2. Autonomous corporation: fasilitas penyiaran dimiliki dan dioperasikan

oleh korporasi yang – walaupun dimiliki pemerintah - hampir seluruhnya

independen dari kekuatan pemerintah.

3. Private Ownership: fasilitas penyiaran dimiliki dan diopearasikan oleh

korporasi individu swasta, biasanya diatur dalam beberapa cara oleh

badan pemerintah.

Kedua, aspek perencanaan keuangan. Pada sistem penyiaran secara umum,

perencanaan keuangan ini terdiri dari tiga kategori:

1. Tax support: cara pendanaan utamanya melalui pajak

2. Licence support: utamanya didukung oleh pembayaran ijin yang dibayar

setiap tahun oleh pemiliki perangkat radio atau televisi.

3. Advertiser support: didukung utamanya oleh penjualan iklan untuk

kepentingan bisnis dan layanan yang berharap untuk dapat di

distribusikan pesannya kepada sejumlah besar khalayak.

Sementara itu, Browne (1989:17-59) juga memaparkan aspek krusial

dalam lembaga penyiaran yakni: Financing (cara pendanaan),Supervision,

Control and influence (pengawasan kontol dan pengaruh),Communication policy

(kebijakan komunikasi), Broadcaster audience interaction (interaksi dengan

audien), Programming (program).

Berdasarkan pemikiran Summers, Summers dan Pannybeker dan Browne

tersebut dapat ditarik beberapa aspek yang juga membentuk sistem siaran

berjaringan yakni, cara pendanaan, mekanisme kontrol dan pengawasan, serta

pemrograman, dengan demikian aspek yang mampu membentuk sistem jaringan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

adalah aspek yang sesuai untuk mendukung tujuan sistem berjaringan yang

diterapkan.

a. Model sistem siaran berjaringan secara universal

Dari beberapa difinisi yang telah dipaparkan diatas menggambarkan

bahwa sistem siaran berjaringan terdiri dari dua sub sistem yakni sistem induk

jaringan dan sistem stasiun anggota jaringan. kedudukan induk jaringan sebagai

sumber atau pusat program yang akan di distribusikan kepada stasiun anggota

jaringannya. Sedangkan stasiun anggota merupakan stasiun televisi penerima isi

siaran program dari stasiun jaringan.

Head dan Sterling (1987:20) dalam mengkaji hubungan stasiun induk dan

anggota jaringannya terdapat dua model hubungan yakni: program jaringan

afiliasi program (Programe Afiliation Network ) dan jaringan kepemilikan dan

operasional (Owned and operated station)

1. Jaringan Afiliasi program (Programe Afiliation Network)

Dalam pola jaringan ini, stasiun anggota jaringan tidak dimiliki oleh

stasiun induknya, kerjasama dibangun berdasarkan kesepakatan yang tertuang

dalam kontrak, misalnya mengenai program apa saja. Dalam model ini stasiun

induk jaringan disebut jaringan (Network); dan stasiun anggota disebut afiliasi

(affiliation).

Afiliasi merupakan sebuah stasiun televisi independen, biasanya bersiaran

secara lokal dan karena kepentingan tertentu menjalin kerjasama dengan jaringan,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

khususnya untuk pasokan program. Karena merupakan stasiun lokal dan

independen, maka sumberdaya manusia yang ada didalam afiliasi ini juga berasal

dari ranah lokal. Dengan demikian, perbedaan wilayah dapat menyebabkan

proporsi audien yang lebih besar.

Stasiun jaringan dan afiliasi pada umumnya diikat oleh sebuah kontrak

yang disebut affiliation contract atau affiliation aggreement (Heed and

Sterling,1987:334). Dalam kontrak disebutkan hak dan kewajiban masing –

masing pihak, misalnya masing – masing berhak menggunakan branding

stasiunnya sendiri; anggota jaringan juga diperbolahkan menentukan jumlah

stasiun induk yang akan berjaringan dengan kecuali hal tersebut diatur dalam

kesepakatan induk jaringan afiliasi. Dalam hal menejemen pun, afiliasi diberi hak

untuk mengatur mekanisme kontrol internalnya sendiri sesuai yang sudah

ditetapkan oleh stasiunnya.

Tidak share modal ataupun profit dalam model ini, satu – satunya dana

yang mengalir dari induk jaringan kepada afiliasinya adalah kompensasi dari

program induk yang ditayangkan oleh afiliasi. Selain itu aliran dana berupa “sela

– sela” jam tayang program induk yang dapat digunakan untuk iklan afiliasi.

2. Jaringan kepemilikan dan operasional (Owned and operated station)

Berbeda dengan model program network afiliation,O&O Network

mensyaratkan kepemilikan jaringan atas anggotanya, dalam pola hubungan ini

yang disebut O&O station adalah stasiun anggota jaringan, jadi stasiun O&O

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

merupakan milik dari stasiun jaringan yang pada umumnya menggunakan nama

stasiun jaringan diikuti tanda O&O, misalnya ABC O&O.

Pada model ini kedua pihak stasiun induk dan anggota jaringan berada

dibawah perusahaan yang sama, dengan demikian sistem ini bukan hanya

mendistribusikan program dari jaringan kepada anggotanya melainkan berkaitan

dengan kepemilikan, menejemen, dan operasionalisasi pada stasiun anggotanya.

Pada umumnya stasiun induk dapat memiliki beberapa stasiun O&O

tergantung pada peraturan yang berlaku, sedangkan stasiun O&O hanya dapat

berjaringan dengan satu induk jaringan. Jika terpaksa harus berjaringan dengan

stasiun induk ini khususnya pada pasokan program saja. Stasiun induk juga

memiliki hak untuk melepaskan stasiun O&O atau memberikannya pada jaringan

lainnya.

Ada beberapa hal yang membedakan hubungan induk jaringan dengan

anggotanya dalam program affiliation network dan O&O Network, perbedaan dua

model kepemilikan sistem siaran berjaringan ini dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 2 Karakteristik perbedaan Affiliation dan O&O Network

Karakteristik Afiliasi Stasiun O&O

Kepemilikan Stasiun indepanden Dimiliki oleh jaringan

induk

Kesepakatan Affiliation agreement Tidak mutlak ada

Isi kerjasama Distribusi program Distribusi program;

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

menejemen

Branding Independen Sesuai stasiun induk

Jumlah jaringan Bebas terbatas Hanya satu jaringan

induk dan jaringan

lainnya untuk distribusi

program saja

Manejemen Independen Stasiun induk jaringan

Human resource Independen Berasal dari induk

jaringan

Share modal dan profit Berdasarkan kesepakatan/

kontrak

Sesuai menejemen induk

jaringan.

Sumber : Head & Starling, 1987

Antar induk jaringan dengan anggotanya biasanya dijalin melalui

franchise. Mengacu pada konsep franchise(www.franchise.org) yang

dikemukakan International Franchise Assosiatioan (IFA) franchaise merupakan

suatu stategi pengembangan program secara komersial, berdasarkan kerjasama

yang erat dan berkesinambungan antara perusahaan baik secara hukum maupun

finansial yang independen, yang independen yaitu antara induk jaringan dan

anggotanya.

Hubungan yang dijalin dalam sistem siaran berjaringan antara induk dan

anggota jaringan dengan televisi – televisi lokal dan keluasan cakupan wilayah

siar seringkali dianggap potensial bagi demokrastisasi. Namun pada praktiknya

sistem siaran berjaringan justru lebih kental dengan tujuan ekonomi atau

politisnya.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

2. Sistem siaran berjaringan di Indonesia

Dalam mengkaji kebijakan sistem siaran berjaringan di Indonesia ada

beberapa konsep yang dikemukakan ahli terutama pemerhati media, seperti yang

diungkap Siregar (2001:10) Siaran berjaringan secara umum diartikan sebagai

sistem pemasokan siaran secara sentral kepada sejumlah stasiun penyiaran.

Kemudian Siregar menjelaskan bahwa sistem siaran berjaringan terdapat adanya

stasiun induk dengan sejumlah stasiun lokal yang menjadi feriferal dalam

penyiaran. Hubungan stasiun induk dan stasiun lokal berupa kepemilikan penuh

atau persahaman, dan bersifat terikait dalam pasokan(feeding) program.

Sementara dalam laporan penelitian, Putra(1992:20) menyatakan bahwa “

televisi berjaringan merupkan sebuah kelompok televisi lokal, berhubungan

secara bersama, secara elektronis, sehingga program bisa disuplai melalui sumber

tunggal yang bisa disiarkan secara serentak.”

Ade Armando(2011) berusaha mengupas lebih dalam, ia menyatakan

sistem televisi berjaringan adalah sistem penyiaran yang diamanatkan oleh

Undang – Undang penyiaran nomor 32 tahun 2002 , dengan ciri – ciri sebagai

berikut:

1) Setiap stasiun televisi swasta memiliki jangkauan terbatas sesuai dengan

wilayah jangkauan siaran yang ditetapkan.jadi sebuah stasiun televisi

Jakarta, jangkauan siarannya adalah Jakarta dan sekitarnya.

2) Tidak ada lagi stasiun televisi swasta nasional yang siarannya dapat

menjangkau seluruh wilayah Indonesia secara langsung dengan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

menggunakan stasiun relai/transmiter saja. Satu – stunya lembaga

penyiaran televisi yang diijinkan melakukan siaran nasional secara

langsung adalah TVRI

3) Siaran sebuah televisi swasta dapat menjangkau daerah luar wilayah

jangkaun siarannya hanya dengan perantaraan stasiun televisi yang berada

diwilayah tersebut

4) Stasiun swasta yang hendak melakukan siaran nasional dapat

melakukannya dengan perantaraan rangkaian stasiun - stasiun televisi yang

terjalin dalam sebuah jaringan stasiun televisi. Dengan demikian agar

siaran dapat menjangkau seluruh Indonesia sebagai contah RCTI harus

memiliki satsiun jaringan RCTI seluruh Indoesia

5) Sejalan dengan itu tak ada lagi izin siaran nasional, yang ada izin

penyelenggaraan penyiaran yang hanya berlaku di wilayah jangkau siaran

yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, sebuah jaringan televisi jaringan

nasional harus memilki izin penyelenggaraan penyiaran disetiap daerah

yang dimasuki siarannya.

Berdasarkan beberapa konsepsi yang telah dikemukan diatas maka sistem

siaran berjaringan terkait dengan program siaran dimana ada stasiun induk dan

jaringan, juga kepemilikan saham baik secara penuh maupun sebahagian, hal ini

mengacu pada kebijakan penyiaran Undang – undang No 32 tahun 2002

(Kominfo,2011:1-37) khusunya pasal 6 ayat(3) ” Dalam sistem penyiaran nasional

terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang

dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal.”

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2005 (Kominfo,2011:311-365) dimuat

dalam Bab IV mengenai sistem stasiun jariangan pada pasal 34 sebagai berikut:

1. Sistem stasiun jaringan terdiri atas lembaga penyiaran swasta induk

stasiun jaringan dan lembaga penyiaran swasta anggota jaringan yang

membentuk sistem stasiun jaringan

2. Lembaga penyiaran swasta induk jaringan merupakan lembaga penyiaran

swasta yang bertindak sebagai koordinator yang siarannya direlai oleh

lembaga siaran swasta anggota jaringan dalam sistem stasiun jaringan

3. Lembaga penyiaran swasta anggota stasiun jaringan merupakan lembaga

swasta yang tergabung dalam suatu sistem stasiun jaringan yang

melakukan relai siaran pada waktu – waktu tertentu dari lembaga stasiun

induk jaringan

4. Lembaga penyiaran swasta anggota jaringan sebagaimana maksud dari

ayat(3) hanya dapat berjaringan dengan satu LPS induk stasiun jaringan

5. Lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran radio/ penyiaran televisi yang

menyelenggarakan siarannya melalui sistem stasiun jaringan harus

memuat siaran lokal

6. Setiap penyelenggaraan siaran melalui sistem siaran berjaringan dan setiap

perubahan jumlah anggota stasiun jaringan yang terdapat dalam sistem

siaran berjaringan wajib dilaporkan kepada Menteri.

Kemudian pada pasal 36 disebutkan “ Lembaga penyiaran swasta jasa

penyiaran Televisi dapat menyelenggarakan sistem siaran melalui sistem stasiun

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

jariangan dengan jangkauan siaran terbatas diatur beberapa poin yang diambil

sebagai berikut:

a. Induk jaringan merupakan LPS yang terletak di ibukota provinsi

b. Anggota jaringan merupakan LPS yang terletak di ibu kota provinsi,

kabupaten dan atau kota

c. Untuk kesamaan acara, siaran stasiun jaringan dapat dipancar luaskan

melalui stasiun relai ke seluruh wilayah dalam satu provinsi

d. Khusus untuk daerah Khusus ibukota Jakarta dan provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta tidak diizinkan mendirikan stasiun relai.

a. Model sistem siaran berjaringan di Indonesia

1. Berdasarkan Permen 43 tahun 2009

Model sistem siaran berjaringan di Indonesia berpedoman pada

Undang – undang penyiaran, namun sebagai petunjuk pelaksana dalam

sistem siaran berjaringan maka model penerapannya ada pada

Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2009 tentang penerapan sistim

siaran berjaringan oleh lembaga penyiaran swasta.

Jika pada model sistem siaran berjaringan secara universal seperti yang

dikemukakan oleh Summers, Summers dan Pannybeker juga Browne melihat

sistem siaran berjaringan berkaitan dengan cara pendanaan, mekanisme kontrol

dan pengawasan serta pemrograman maka untuk sistem siaran berjaringan di

Indonesia dapat dilihat pada Permen 43 tahun 2009, pada tabel dibawah ini:

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Tabel 3. Poin pokok Permen 43 tahun 2009(Kominfo,2011: 417-427)

No Poin pokok Substansi

1. lingkup Lingkup penyiaran swasta adalah penyiaran lokal

Dalam menjangkau wilayah yang luas, lembaga

penyiaran swasta dapat membentuk sistem stasiun

jaringan

Stasiun penyiaran lokal tersebut terdiri dari stasiun

penyiaran lokal berjaringan dan stasiun lokal tidak

berjaringan

2. Sistem stasiun

jaringan

Sistem stasiun berjaringan dilaksanakan oleh penyiaran

lokal berjaringan yang terdiri atas stasiun induk dan

stasiun anggota

Stasiun induk merupakan stasiun penyiaran yang

bertindak sebagai koordinator yang siarannya direlai

oleh stasiun anggota dalam sistem jaringan

Stasiun anggota merupakan stasiun penyiaran yang

tergabung dalam suatu sistem stasiun jaringan yang

melakukan relai pada waktu – waktu tertentu dari

stasiun induk

Setiapan lembaga penyiaran swasta hanya hanya dapat

berjaringan dalam satu sistem stasiun jaringan

Lembaga pebyiaran swasta yang menjadi stasiun

anggota dalam sistem stasiun jaringan hanya dapat

berjaringan dengan 1 induk

3. Kedudukan Stasiun induk berkedudukan di ibukota provinsi,

sedangkan stasiun anggota berkedudukan di ibukota

provinsi, kabupaten dan/atau kota

4. Perjanjian

kerjasama

Lembaga penyiaran yang telah sepakat melakukan

sistem stasiun jaringan menuangkan kesepakatannya

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

kedalam perjanjian kerjasama tertulis, yang diantaranya

memuat hal – hal sebagai berikut: penetapan stasiun

induk dan stasiun anggota; program siaran yang akan

direlai; persentasi durasi relai siaran dari seluruh waktu

siaran perhari; persentase siaran lokal dari seluruh

wwaktu siaran perhari; dan penentuan alokasi

waktu(time slot) siaran untuk siaran lokal

5. Persetujuan

menteri

Penyelenggaraan penyiaran melalui sistem stasiun

berjaringan dan setiap perubahan stasiun anggota dari

stasiun induk yang terdapat dalam stasiun jaringan

wajib mendapatkan persetujuan menteri

Dalam memperoleh persetujuan menteri tersebut,

lembaga penyiaran swasta tersebut yang bertindak

sebagai stasiun induk mengajukan permohonan tertulis

pada menteri dengan melampirkan perjanjian kerjasama

antara stasiun induk dan stasiun anggota

Persetujuan menteri tersebut diberika dalam bentuk

surat persetujuan penyelenggaraan penyiaran melalui

sistem stasiun berjaringan

6. Durasi Program siaran yang direlai oleh stasiun anggota dari

stasiun induk, dibatasi dengan durasi paling banyak

90% dari seluruh waktu siaran perhari

Berdasarkan perkembangan daerah dan lembaga

penyiaran dan lembaga penyiaran swasta, program

siaran yang direlai oleh stasiun anggota dari stasiun

induk tersebut secara bertahap turun paling banyak 50%

dari seluruh waktu siaran per hari

Dalam sistem stasiun jaringan, setiap stasiun penyiaran

lokal harus memuat siaran lokal dengan durasi paling

sedikit 10% dari seluruh waktu siaran per hari

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Berdasarkan perkembangan kemampuan daerah dan

lembaga penyiaran swasta keharusan memuat siaran

lokal tersebut secara bertahap naik menjadi paling

sedikit 50% dari seluruh waktu siaran perhari

Siaran lokal tersebut adalah siaran lokal tersebut adalah

siaran muatan lokal pada daerah setempat, yang

kriterianya ditentukan lebih lanjut oleh KPI

7. Peralihan Kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran baru

tersebut mengikuti ketentuan sebagai berikut: untuk

setiap stasiun relai yang tercantum dalam izin

penyelenggara penyiaran dan akan dibentuk badan

hukum baru, masyarakat daerah dapat memiliki saham

paling sedikit 10%

Stasiun relai dan/ atau daerah yang tidak tercantum

dalam izin penyelenggaraan penyiaran dan akan

dibentuk badan hukum baru, memiliki batsan

kepemilikan saham sebagai berikut: (1) badan hukum

kedua, masyarakat daerah dapat memiliki saham sebesar

51%;(2) untuk badan hukum ketiga, maka masyarakat

daerah dapa memiliki saham sebesar 80%, dan (3) untuk

badan hukum ke empat dan seterusnya masyarakat

daerah dapat memiliki saham sebesar 95%.

Dengan ketentuan tersebut sistem siaran berjaringan berdasarkan permen

43 tahun 2009, lembaga penyiaran yang sepakat melakukan kerjasama siaran

berjaringan harus memiliki izin siaran dan izin siaran berjaringan, membuat

perjanjian tertulis, durasi relai program siaran 90 persen program induk jaringan

10 persen lokal program.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Sebagai petunjuk pelaksana sistem siaran berjaringan selain berpedoman

pada Permen 43 tahun 2009, seperangkat aturan yang berkaitan dengan penyiaran

serta merta akan menjadi pedoman dalam penyiaran termasuk juga P3 SPS dari

KPI.

2.Level Meso

Teori madya menurut Merton (1967: 39) merupakan teori yang terletak

diantara komponen kecil namun membutuhkan kinerja hipotesis yang

berkembang secara luas selama penelitian keseharian dan termasuk semua upaya

sistematis untuk mengembangkan sebuah teori gabungan yang akan menjelaskan

semua keseragaman yang diamati dari perilaku sosial, organisasi sosial dan

perubahan sosial. Secara prinsip teori madya di dalam sosiologi digunakan untuk

memandu penyelidikan empirik. Dalam hal ini teori madya berfungsi sebagai

penengah bagi teori - teori umum yang jauh dari fakta-fakta kelas perilaku,

organisasi dan perubahan sosial dalam melaporkan apa yang di observasi dan

merinci deskripsi khusus yang tidak generalisasi sama sekali.

A. Adopsi Model implementasi kebijakan pada lembaga penyiaran

Implementasi kebijakan sistem siaran berjaringan pada lembaga penyiaran

dapat merujuk pada model implementasi dari kebijkan publik karena pada

dasarnya kebijkan komunikasi merupakan bagian dari kebijakan publik sehingga

model implementasi kebijakan publik dapat dipakai dalam implementasi

kebijakan komunikasi salah satunya sistem siaran berjaringan pada lembaga

penyiaran.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Dalam melakukan pembahasan terhadap penentuan model atau pendekatan

yang dikemukanan para ahli, tentunya memiliki keunggulan masing – masing.

Biasanya pendekatan atau model tersebut cocok untuk mengkaji kebijakan publik

dalam satu kasus tertentu namun gagal dalam dalam menjelaskan kasus

lainnya(Winarno,2008:7). Dengan demikian tidak ada satu pendekatanpun yang

sempurna dan dapat menjelaskan semua kasus dengan hanya menggunakan satu

pendekatan.

Sebelum menentukan model implementasi ada baiknya mengetahui

pengertian dari implementasi kebijakan itu sendiri. Implementasi secara luas

menurut Lester dan Srewart (dalam Winarno,2008:144) mempunyai makna

pelaksanaan undang – undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan

teknik bekerja bersama – sama untuk menjalankan kebijakan atau program –

program. Implementasi pada sisi lain yang merupakan fenomena yang kompleks

yang dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai

suatu dampak (outcome).

Dengan pengertian tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan implementasi

adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah Undang – undang disyahkan,

dilaksanakan oleh aktor dalam berbagai organisasi dengan memiliki prosedur

yang jelas memiliki proses, hasil dan dampak dari pelaksanaan kebijakan.

Untuk mengimplementasikan kebijakan, ada banyak variabel yang

menetukan keberhasilan, baik bersifat individu maupun institusi. Kebijakan yang

bersifat makro melibatkan berbagai aktor dalam implementsinya. Analisis aktor

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

dan dampak dalam analisis kebijakan dengan mempertimbangkan siapakah yang

diuntungkan/ dirugikan, siapa yang terkena dampak negatif dan siapa yang

terkena dampak positif, bagaimana alternatif kebijakan mampu meminimalisir

kerugian publik dan memberikan sebagian keuntungan kepada publik yang

dirugikan (dalam Indiahono,2009:90).

Pandangan lain yang dikemukakan oleh B.Ripley dan Grace A.

Franklin(1986:11) menyatakan sebagai berikut:

“Implementation process involve many infortant actors holding diffuse

and competing goals and expectations who work within a contexts of an

increasingly large and complex mix goverment programs that reqiure

partisipan from numeros layers and unit of goverment and who are

affected by fowerful factors beyond their control”

Memandang kompleksitas ini bukan hanya ditujukan oleh banyaknya aktor

maupun unit organisasi yang terlibat, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai

variabel yang kompleks, baik variabel individu maupun variabel organisasional

dan lainnya saling berinteraksi mempengaruhi satu sama lain, untuk mencapai

tujuan.

Dalam implementasi kebijakan ada beberapa model yang dapat dipakai,

namun dalam penelitian ini hanya mengambil dua model yaitu model Van Meter

dan Van Horn juga model Edwards III. Model ini dianggap paling sesuai untuk

mengelaborasi implementasi kebijakan sistem siaran berjaringan. Berikut model

analisis implementasi kebijakan (dalam Indiahono,2009:31-41):

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

1. Model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn

Model implementasi kebijakan dari Meter dan Horn menetapkan beberapa

variabel yang diyakini dapat mempengaruhi implementasi dan dan kinerja

kebijakan. Berikut variabel dalam model Meter dan Horn :

1. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh

program atau kebijakan baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek,

menegah dan jangka panjang. Kejelasan dan sasaran kebijakan harus dapat

dilihat secara spesifik sehingga diakhir program dapat dapat diketahui

keberhasilan atau kegagalan dari kebijakan atau program yang dijalankan.

2. Kinerja kebijakan

Merupakan penilaian terhadap pencapaian standar dan sasaran kebijakan

yang telah ditetapkan diawal.

a. Sumberdaya

Menunjukan seberapa besar dukungan finansial dan sumberdaya

manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.

b. Komunikasi antar badan pelaksana

Menunjuk kepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk

mencapai sasaran program.

c. Karakteristik badan pelaksana

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Menunjuk seberapa besar daya dukung struktur organisasi, nilai –

nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang terjadi di

internal birokrasi.

d. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

Menunjukan bahwa lingkungan dalam ranah implementasi dapat

mempengaruhi kesuksesan implementasi kebijakan itu sendiri.

e. Sikap pelaksana

Menunjukan bahwa sikap pelaksana menjadi variabel penting

dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, antusias dan

responsif terhadap kelompok sasaran.

Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno,2008:146 - 147)

membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh individu

(kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan –

tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan – keputusan kebijakan sebelumnya.

Tindakan – tindakan ini mencakup usaha untuk mengubah keputusan menjadi

tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu atau dalam rangka mencapai

perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan – keputusan kebijakan.

2. Model implementasi kebijakan George C. Edwards III

Model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Edward

menyatakan ada empat variabel yang berperan penting dalam keberhasilan

implementasi, yaitu :

a. Komunikasi

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi

komunikasi efektif antara pelaksana program (kebijakan) dengan

kelompok sasaran. Tujuannya adalah agar program dapat

disosialisasikan dengan baik sehingga dapat dihindari distorsi atas

kebijakan dan program. Hal ini menunjukan semakin tinggi

pengetahuan kelompok sasaran atas program maka akan

mengurangi tingkat penolakan dan kekeliruan dalam

mengaplikasikan program dan kebijakan dalam ranah yang

sesungguhnya.

b. Sumber daya

Yaitu, setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang

memadai baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya finansial.

Sumberdaya manusia terkait dengan kecukupan baik kualitas

maupun kuantitas implementator yang dapat melingkupi kelompok

sasaran. Sumberdaya finansial adalah kecukupan modal investasi

atas sebuah program/kebijakan.

c. Disposisi

Karakteristik yang melekat pada implementator

kebijakan/program. Karakter penting yang harus dimiliki oleh

implementator seperti kejujuran, komitmen dan demokratis.

Persoalan kejujuran implementator tetap berada dalam guideline

program. Komitmen dan kejujuran implementator dalam melalui

tahapan – tahapan program secara konsisten, selanjutnya sikap

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

demokratis akan meningkatkan kesan baik implementator dan

kebijakan dihadapan anggota kelompok sasaran.

d. Struktur birokrasi

Struktur birokrasi mencakup dua hal, pertama mekanisme dan

kedua struktur organisasi pelaksana. Mekanisme implementasi

program biasanya biasanya ditetapkan melalui SOP (standar

operational prosedure) yang dicantumkan dalam guideline

program kebijakan. SOP yang baik mencantumkan kerangka kerja

yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh

siapapun karena akan menjadi acuan dalam bekerjanya

implementator.

Sedangkan struktur organisasi pelaksana sejauh mungkin

menghindari hal yang berbelit, panjang dan kompleks. Struktur

organisasi pelaksana harus dapat menjamin adanya pengambilan

keputusan atas kejadian luar biasa dalam program secara cepat.

Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahap saja dari sekian

tahapan kebijakan hal ini berarti implementasi kebijakan merupakan salah satu

variabel penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kebijakan dalam

memecahkan persoalan publik (Winarno,2008:148).

Dari pernyataan Winarno tersebut terlihat jelas implementasi bukanlah

segalanya kegagalan pada tahap implementasi dapat dipengaruhi oleh tahapan

sebelumnya, hal ini dapat terjadi baik pada tahap penyusunan agenda, formulasi

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

kebijakan, maupun adopsi kebijakan, setiap tahapan kebijakan memiliki dinamika

sendiri - sendiri.

Seperti dalam formulasi kebijakan adanya kompetisi dari masalah –

masalah, baru masuk pada tahap agenda kebijakan ini saja sudah ada persoalan

dalam pemilihan masalah ada masalah yang diutamakan dan ada pula masalah

yang di kesampingkan sehingga pemilih masalah sendiri tidak independen (bebas

nilai), begitu juga pada tahap formulasi kebijakan dan adopsi kebijakan.

B. Implementasi Sistem siaran berjaringan pada lembaga penyiaran

Kebijakan sistem siaran berjaringan dirancang sebagai pedoman dalam

implementasi sistem siaran berjaringan, bagi lembaga penyiaran yang sepakat

melakukan kerjasama membuat surat perjanjian sebagaimana diatur dalam

Permen 43 tahun 2009 tentang kesepakatan kerjasama dalam menerapkan sistem

siaran berjaringan.Ketentuan ini sebagai dasar dalam kerjasama antara lembaga

penyiaran yang sepakat melakukan kerjasama siaran berjaringan.

Konsekuensi yang muncul atas kerjasama ini tentunya berakibat pada

prubahan dalam lingkup lembaga penyiaran. Rice (1992) menyatakan perubahan

kebijakan baru jelas mendukung sistem baru dengan menggubah struktur

organisasi. Mcphee 1985(dalam Pace,1993:234) menyatakan struktur organisasi

dapat dipandang dengan berbagai cara, sebagai suatu objek empiris, sekumpulan

hubungan yang dirundingkan, sebuah sistem atau suatu pembawa proses sosial.

Struktur organisasi adalah wilayah kunci perhatian bagi mereka yang

bekerja dalam organisasi karena aliran irformasi yang berhubungan langsung

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

dengan bagaimana seharusnya pekerjaan dilakukan dan siapa yang memiliki akses

ke dalam informasi serta siapa yang mengendalikan informasi tersebut. Dengan

demikian penerapan sistem siaran berjaringan berimplikasi pada perubahan

struktur organisasi dalam lembaga penyiaran.

3. Level Mikro

Teori peringkat mikro (micro level theories) secara umum sangat konkret

dan spesifik, dan lebih dari itu teori mikro lebih teruji. Teori ini utamanya

digunakan untuk menjelaskan individu-individu, kelompok kecil dan keluarga.

A. Implikasi penerapan sistem siaran berjaringan di RBTV

Implikasi penerapan sistem siaran berjaringan berpengaruh pada sikap

pelaksana dalam dan relai siaran dua hal ini menjadi bagian perubahan yang tidak

terelakan atas penerapan sistem siaran berjaringan dengan Kompas tv, berikut

akan di kemukakan implikasi penerapan sistem siaran berjaringan di RBTV.

1. Disposisi/Sikap pelaksana

Implementasi sistem siaran berjaringan di RBTV berimplikasi pada sikap

dari staff RBTV dalam menjalankan tugas, kerjasama dengan membentuk sistem

siaran berjaringan dengan Kompas Tv membawa perubahan sistem kerja yang

selama ini berlaku hal ini berpengaruh kepada sikap staff dalam menjalankan

rutinitas.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Sebelum bekerjasama dengan kompas Tv maka RBTV melakukan proses

produksi program siaran sendiri mulai dari mencari, memproduksi dan

menyalurkan sendiri program siaranya melalui channel 40 UHF dengan jangkauan

siaran terbatas pada wilayah yang mampu dijangkau pemancar 2 KWH.

Sedangkan saat ini RBTV bekerjasama dengan membentuk sistem siaran

berjaringan dengan Kompas Tv, perubahan jam siaran semakin panjang dan

jangkauan siaran semakin luas dibantu dengan pemancar yang memiliki kekuatan

20 KWH, peningkatan jangkau siar sepuluh kali lebih besar dari semula, lalu

program siaran sudah disupport oleh Kompas Tv sementara RBTV hanya

menyediakan saluran lalu bagaimana sikap staff RBTV terkait kerjasama dengan

Kompas Tv.

Sikap menurut Turstone adalah derajat efek positif atau efek negatif

terhadap suatu objek psikologis sedangkan Lapierre mendifinisikan sikap sebagai

suatu pola prilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah

respons terhadap stimuli sosial yang terkondisikan (dalam Azwar,2011:5).

Robbins dan Judge(2008:92) menyatakan sikap (attitude) adalah

pernyataan evaluatif – baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan –

terhadap objek, individu atau peristiwa.

Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu.

Sikap memiliki komponen terdiri dari komponen kognitif, afektif dan prilaku,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Bagan 1. Komponen Sikap (Robbins &Judge,2008:94)

Pada umumnya penelitian menyimpulkan bahwa individu yang

mencari konsistensi diantara sikap mereka serta antara sikap dan prilaku mereka,

namun dalam penelitian ini sebenarnya akan lebih melihat bagaimana konsistensi

implementator dalam menjalankan tugas berdasarkan guideline yang telah

disepakati antara Kompas tv dan RBTV. Ketika terdapat ketidak konsistenan,

timbulah dorongan untuk mengembalikan individu tersebut kekeadaan seimbang

dimana sikap dan prilaku kembali konsisten.

Seperti yang diungkapkan Robbins dan Judge (2008:94-95) “ jika

terjadi ketidak konsistenan maka bisa dilakukan dengan cara menggubah sikap

maupun prilaku, atau dengan mengembangkan rasionalisasi untuk ketidak

sesuaian. Leon Festinger (dalam Robbins dan Judge,2008:95) mengemukakan

teori ketidak sesuaian kognitif (cognitive dissonance) teori ini menjelaskanhu

Sikap

positif/

negatif

Kognitif

=

evaluasi

Afektif

=

perasaan

Prilaku

=

tindakan

Kesadaran,

Perasaan,

Prilaku slg

berkaitan

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

bungan antara sikap dan prilaku. Ketidaksesuaian berarti ketidak konsistenan.

Ketidaksesuaian kognitif merujuk kepada ketidak sesuaian yang dirasakan oleh

individu antara dua sikap atau lebih atau antara prilaku dan sikap.

Kemudian Festinger menambahkan bentuk ketidakkonsistenan apapun

tidaklah menyenangkan dan bahwa individu akan berusaha menggurangi ketidak

sesuaian dan ketidaknyamanan tersebut dengan mencari keadaan stabil, dimana

hanya sedikit ketidak sesuaian,namun jika terjadi ketidak sesuaian maka Fertinger

menduga bahwa keinginan untuk mengurangi ketidaksesuaian ditentukan

pentingnya elemen – elemen yang menciptakan ketidak sesuaian, tingkat

pengaruh yang dimiliki oleh individu terhadap elemen tersebut dan penghargaan

yang mungkin terlibat dalam ketidak sesuaian tersebut.

2. Relai siaran

Relai siaran sebagai implikasi penerapan sistem siaran berjaringan hal

ini terkait dengan timeslot program siaran dan durasi siaran lokal. Timeslot

program siaran menurut Winanrno (2008:200) menyatakan dari segi waktu siaran

dikenal prime time, yaitu jendela waktu dengan jumlah waktu terbanyak dan

graveyard slot (kurun waktu kuburan) yang paling sedikit pemirsanya.

Walaupun Winarno sebenarnya memetakan waktu untuk keperluan

penempatan iklan di televisi, namun hal ini menjadi kerangka acuan bagi televisi

untuk menjual jam siaran kepada pengiklan sehingga standar timeslot yang

digunakan antara pengiklan dan televisi adalah sama. Perusaha periklanan

mencari acara yang paling diminati pemirsanya, termasuk program yang paling

populer dan paling banyak ditontonlah yang dikejar – kejar para pengiklan.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Rating salah satu penentu pemasang iklan untuk menempatkan

iklannya di televisi, ini dapat diketahui dengan menempatkan tv-meter pada

pesawat televisi dirumah – rumah. Menurut Jim Surmanek (1991:5) rating adalah

persentase individu (rumah) yang menonton televisi atau mendengarkan radio

tertentu, sebagai contoh dapat dilihat pada bagan (gambar) dibawah ini :

Bagan 2. Mekanisme rating (diolah dari Jim Surmanek,1991:5)

Keterangan :

program A – 2 dari 5 rumah yang menonton = 40 rating

program B – 1 dari 5 rumah yang menonton = 20 rating

program C – 1 dari 5 rumah yang menonton = 20 rating

rumah ke lima tidak menonton.

Para pengiklan dan agen – agen menggunakan rating untuk membeli acara

- acara televisi dan radio. Istilah rating digunakan untuk menentukan berapa orang

P.A P.B

P.C

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

yang akan dijangkau dengan pesan – pesan iklannya. Bagi stasiun televisi rating

digunakan untuk menilai kepopuleran suatu acara, jika rating acara tinggi maka

acara tersebut mungkin akan terus disiarkan sebaliknya jika ratingnya rendah

acara tersebut sering dihilangkan.

Dengan adanya rating, iklan yang dijual pada program acara memiliki nilai

tinggi berada pada primetime ini berkaitan dengan waktu yang paling banyak

ditonton, sedangkan graveyard adalah waktu dengan jumlah penonton paling

sedikit, dengan nilai ekonomi lebih sedikit. Lembaga penyiaran yang sepakat

melakukan kerjasama menjadikan primetime sebagai “ladang yang diincar” dan

menjadi bagian dari kesepakatan.

Kerjasama RBTV dan Kompas Tv timeslot program siaran akan menjadi

bagian dari kesepakatan pemilihan waktu (timeslot) antara primetime dan

graveyard menjadi bagian penting selain itu durasi relai siaran dalam melakukan

sistem siaran berjaringan, sebagai bagian dari kelompok jaringan kompas Tv

RBTV akan melakukan relai siaran.

Berdasarakan Permen 43 tahun 2009 maka program relai siaran pasal 8

ayat (1) ...program siaran yang direlai oleh stasiun anggota dibatasi dengan durasi

paling banyak 90 % dari seluruh waktu siaran perhari; (3)...setiap stasiun penyiarn

lokal harus memuat siaran lokal dengan durasi paling sedikit 10 % dari seluruh

waktu siaran perhari.

Dengan ketentuan ini artinya lembaga penyiaran yang sepakat melakukan

sistem penyiaran dapat melakukan relai siaran dengan durasi relai mencapai 90

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

persen dalam satu hari. Kemudian mengenai timeslot program siaran berdasarkan

P3 SPS dari KPI maka program siaran lokal harus disiarkan pada primetime waktu

setempat (pasal 68 SPS KPI). Dengan ketentuan ini,lembaga penyiaran dapat

melakukan kesepakatan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

4. Konsep penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka dapat kemukakan bahwa implementasi

kebijakan sistem siaran berjaringan merupakan proses dinamis dimana terjadi

interaksi antar variabel dalam pelaksanaan suatu kebijakan, akan tetapi tidak

semua variabel dalam model yang dikemukakan oleh ahli di atas relevan untuk

digunakan dalam menjawab permasalahan yang dihadapi suatu kebijakan,

sehingga diperlukan pemilihan terhadap model yang digunakan.

Terkait hal ini mengadopsi apa yang dikemukakan Wibawa(1994:18)

bahwa model implementasi tidak perlu diaplikasikan mentah – mentah, melainkan

dapat disintesiskan sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata lain tidak semua yang

terdapat dalam model dapat diterapkan secara utuh dalam sebuah penelitian.

Dengan dasar tersebut maka peneliti mengadopsi model implementasi

sistem siaran berjaringan tentunya tidak akan mengadopsi secara utuh model

implementasi kebijakan munurut ahli tanpa menyaring sesuai dengan kebutuhan

penelitian, sehingga pemilihan model ini disesuaikan dengan kebutuhan dan

kesesuaian dengan objek yang dianalisis.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Konsep penelitian ini dibagi dalam tiga level yaitu makro, meso dan mikro

mengacu pada Model Edwards III dengan variabel komunikasi, sumberdaya,

disposisi dan struktur birokrasi.

Selain itu akan dilengkapi Model Van Meter dan Van Horn, pada variabel

kondisi sosial, ekonomi dan politik serta standar dan sasaran kebijakan,

komunikasi antara agen pelaksana. Sebagai kebijakan komunikasi, variabel relai

siaran menjadi bagian dari konsep penelitian.

Relai siaran merupakan program siaran yang harus disiarkan pada

sewaktu – waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara stasiun induk dan

jaringan, kemudian dalam penerapkan sistem siaran berjaringan dimana dijelaskan

bahwa sistem siaran berjaringan adalah tata kerja yang mengatur relai siaran

secara tetap antar lembaga penyiaran sehingga ini juga akan menjadi fokus

perhatian dalam implementasi sistem siaran berjaringan di RBTV.

Relai siaran berkaitan dengan alokasi waktu (timeslot) siaran penentuan

jam tayang antara primetime dan graveyard dan durasi siaran lokal yaitu

persentase siaran antara kompas Tv dan RBTV ini berkaitan dengan jumlah waktu

siaran dalam sistem siaran berjaringan di RBTV berdasarkan kesepakatan kedua

belah pihak.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Bagan 3 Konsep penelitian (diolah dari Indiahono dan permen 43/2009)

Tabel 4 Operasionalisasi konsep penelitian (Sumber : diolah dari Indiahono dan

Permen 43 tahun 2009)

Konsep Makna Indikator

Level Makro

1. Kondisi sosial,

ekonomi dan

politik

a. Analisis dinamika sosial, ekonomi

dan politik yang berdampak pada

terhambatnya proses implementasi

Lingkungan

implmentasi

kebijakan

Level Meso

2. Komunikasi antr

agen pelaksana

a. Komunikasi Kompas Tv dan RBTV

mengenai rencana kerjasama

b. Komunikasi antar agen pelaksana

Intensitas

komunikasi

Sosialisasi

Makro

Meso

Mikro

Kond sos,ek,pol

K. antr agn plks sumberdaya

S. birokrasi Stdr &ssr keb

Disposisi

Relai siaran

Impleme

ntasi

sistem

siaran

berjaring

an di

RBTV

tahun

2012 -

2013

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

(Kompas Tv dan pemerintah,

kompas Tv dan KPI, Kompas Tv

dan RBTV)

c. Sosialisasi program kerjasama

kepada KPID DIY

d. Sosialisasi ke masyarakat oleh

RBTV

program

Metode yang

digunakan

3. Struktur

birokrasi

b. Ketersediaan SOP yang mudah

dipahami

c. Koordinasi antara Kompas Tv dan

RBTV dalam pelaksana tugas

SOP

Koordinasi

berjenjang

4. Sumberdaya

a. Kemampuan implementator

Tingkat pemahaman terhadap

tujuan dan sasaran serta aplikasi

detail program

Kemempuan menyampaikan

program dan mengarahkan

b. Ketersediaan dana

Berapa dana yang dialokasikan

Prediksi kekuatan dana dan

besaran biaya untuk

implementasi

program/kebijakan

Kemampuan

implementat

or

Ketersediaan

dana

c. Standar dan

sasaran

kebijakan

Kejelasan ukuran standar dan

sasaran kebijakan masing – masing

implementator yakni RBTV dan

Kompas Tv

Standar dan

sasaran

kebijakan

Mikro

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

d. Disposisi a. Karakter pelaksana, tingkat

komitmen dan kejujuran dapat

diukur dengan konsistensi antara

pelaksanaan kegiatan dengan

guideline yang ditetapkan, semakin

sesuai dengan guideline maka

semakin tinggi komitmennya

b. Tingkat demokratis dapat diukur

dengan intensitas pelaksana

melakukan proses sharing dengan

kelompok sasaran.

Sikap

pelaksana

e. Relai siaran

a. Pengaturan relai siaran di RBTV

terkait timeslot program dan durasi

penyiaran program.

Timeslot

program

siaran

Durasi siaran

lokal lokal

F.Metodologi penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, penelitian ini mampu untuk

menjabarkan persoalan yang diangkat berkaitan dengan implementasi siaran

berjaringan di RBTV

2. Metodologi Penelitian

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus sedangkan tipe studi kasus penelitian tergolong intrinsik berfokus pada

membahas kasus secara mendalam mulai dari latar belakang pemilihan Kompas tv

sebagai mitra sampai pada proses pelaksanaan sistem siaran berjaringan. Oleh

karena itu metode ini dipandang paling sesuai untuk memahami penerapan sistem

siaran berjaringan di RBTV.

Latar belakang pemilihan Kompas Tv sebagai mitra dalam penerapan

sistem siaran berjaringan di RBTV menarik untuk dikaji lebih dalam mengingat

Kompas Tv tergolong sebagai lembaga penyiaran baru pada awal kemunculan

Kompas Tv 11 September 2011 mengaku sebagai content provider (KG

production) namun telah memiliki jaringan di sepuluh kota besar dengan

mengandeng 12 televisi lokal. Persoalan yang muncul kemudian apa yang

dilakukan Kompas Tv dengan melakukan siaran berjaringan menuai reaksi

terutama dari KPI terkait izin yang dimiliki Kompas Tv belum ada namun sudah

melakukan siaran berjaringan.

Adanya kecurigaan praktik jual beli saham televisi lokal yang dilakukan

Kompas Tv menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan sistem siaran

berjaringan, ini juga menjadi perhatian walaupun untuk mendapatkan data yang

akurat dari sumber pertama (Kompas Tv dan RBTV) sangat sulit namun tidak

tertutup kemungkinan untuk mengali dari sumber data kedua, sehingga untuk

mengetahui kebenaran data diperlukan upaya lebih keras walaupun memiliki

keterbatasan.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Kajian implementasi kebijakan komunikasi pada dasarnya bagian kajian

kebijakan publik, sehingga teoripun yang dipakai adalah teori yang dipakai untuk

menganalisis kebijakan publik. Dalam penelitian mengadopsi teori Implementasi

Edwards III di kolaborasikan dengan Van Meter dan Horn dengan menambah

variabel relai siaran sebagai bagian utama dari siaran berjaringan dengan

mengunakan level makro, meso dan mikro.

Studi kasus dalam metode penelitian ini digunakan untuk melihat proses

implementasi sistem siaran berjaringan di RBTV. Menurut Syarifuddin penelitian

studi kasus merupakan penelitian yang akan fokus membongkar suatu kasus

secara detail, yang akan bertujuan mempelajari latar belakang, status, terakhir dan

interaksi yang terjadi pada suatu lingkungan sosial seperti individu, kelompok,

lembaga atau komunitas pada keadaan sekarang.

Dan yang perlu diperhatikan dari studi kasus, peneliti harus memiliki daya

tangkap yang kuat terhadap isu dan tidak bias dengan anggapan, sebelum

menggali keterangan dari informan(dalam Sudarmawan,2013:40). Dengan

ketentuan studi kasus tersebut, maka permasalahan ini akan dibongkar dari

kedalaman menggali dan menganalisa keterangan informan (nara sumber).

3. Metode Penggumpulan data

Agar permasalahan dapat dipahami secara lengkap, maka untuk

menerapkan metode studi kasus dibutuhkan data yang rinci agar mampu

mengungkap permasalahan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini ada beberapa

cara yang digunakan untuk memperoleh data, yaitu observasi langsung,

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.berikut penjelasan masing – masing

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

Wawancara mendalam (in-depth interview), cara mengumpulkan

informasi melalui tatap muka secara langsung kepada informan yang

kompeten sehingga mendapat keterangan yang mendalam mengenai kasus

atau objek yang diteliti. Data informasi yang dimaksud dapat berupa

penjelasan, perasaan, atau penetahuan lengkap yang dimiliki informan

mengenai implementasi sistem siaran berjaringan di RBTV.

Observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan langsung pelaksanaan sistem siaran berjaringan di

RBTV pengamatan langsung berkaitan dengan relai siaran dengan melihat

time slot program siaran dan durasi siaran lokal.

Dokumentasi/arsip, pengumpulan data melalui jurnal, buku, hasil

penelitian, media massa dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan

objek penelitian.

4. Teknik Analisis data

Penelitian ini hanya melihat implementasi sistem siaran berjaringan di

RBTV sebagai objek penelitian dan teknik analisa dalam penelitian ini

menggunakan analisa deret waktu, K Yin (2002:158) menyatakan penggunaan

analisis deret waktu sesuai dengan studi kasus bentuk yang esensial adalah

mengidentifikasi indikator- indikator spesifik yang perlu dilacak padasuatu ketika,

dan juga interval waktu tertentu untuk dianalisis secara tepat.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Dengan demikian teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan mengikuti deret waktu, dalam implementasi sistem siaran

berjaringan di RBTV akan dilihat dalam deret waktu yaitu sebelum perjanjian,

saat penenada tanganan dan pasca penandatanganan perjanjian kerjasama RBTV

dan Kompas Tv.

5. Objek dan Subjek penelitian

Objek penelitian : RBTV

Subjek penelitian :

Penelitian ini berkaitan dengan implementasi sistem siaran berjaringan

di RBTV maka informan yang dipilih dianggap mampu memberikan

jawaban dan memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti,

berikut adalah informan penelitian ini :

RBTV :

1. Wahyu Sudarmawan

Sebagai Direktur RBTV, ia membidani RBTV sejak awal berdiri

dan memiliki pranan yang penting dalam perkembangan RBTV.

2. Hosti Soma Hidayat Jati

Sebagai Traficc operation manager, ia menangani dalam bidang

kelancaran operasional RBTV termasuk relai siaran

3. Erna

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Supervisor Marketing, jabatan ini menjadi bagian terpenting untuk

digali informasinya karena kerjasama dengan Kompas Tv akan

dilihat juga bagian marketing dari RBTV sendiri.

4. Ikasari

Supervisor Keuangan, bagian ini menjadi perhatian juga karena

menangani uang masuk dan uang keluar terutama terkait dengan

pendapatan iklan RBTV setelah menjadi bagain dari jaringan

kompas Tv.

5. Kumara

Mantan GM RBTV, sebagai orang yang pernah menjabat pada

posisi penting di RBTV sehingga dianggap memiliki informasi

yang berkaitan dengan penelitian ini.

Kompas Tv

1. Apni Jaya Putra

GM Kompas Tv Network, sebagai penanggung jawab jaringan

Kompas Tv di seluruh Indonesia, sehingga sangat relevan dengan

penelitian ini.

KPID DIY

1. Muhammad Zamroni

Anggota KPID DIY, selama banyak melakukan diskusi dengan

peneiti terkait dengan lembaga penyiaran di Yogyakarta.

2. Ahmad Ghozi Nurul Islam

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

Sebagai anggota KPID DIY menengani tentang isi siaran, dan

memiliki relevansi dengan penelitian ini.

Notaris

1. Anhar Rusli

Sebagai Notaris yang pernah bekerjasama menangai akte

perubahan RBTV, informasi ini digali untuk mendapatkan

kebenaran bahwa terjadi persoalan jual beli saham di RBTV.

6. lokasi penelitian

RBTV : Gedung AMIKOM Lt 3 Sleman Ring Road Utara Sleman.

7. Sistematika Penulisan

Thesis ini akan disusun dalam empat bab, yakni :

Bab I. Pendahuluan

Berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metodologi

penelitian,dan limitasi penelitian.

Bab II Objek penelitian

Bab ini berisikan tentang RBTV dan sistem siaran berjaringan akan

dibahas adalah riwayat RBTV, membahas kebijakan yang berkaitan dengan

sistem siaran berjaringan, yaitu Undang – undang nomor 32 tahun 2002 tentang

penyiaran, Peraturan pemerintah nomor 50 tahun 2005 tentang LPS, permen 43

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau

tahun 2009, peraturan KPI tentang P3 dan SPS serta dinamika sistem siaran

berjaringan di Indonesia.

Bab III. Hasil penelitian

Bab ini membahas hasil penelitian implementasi sistem siaran berjaringan

di RBTV tahun 2013 valid dalam penelitian ini.

Bab IV. Penutup

Bab ini berisikan Kesimpulan dan saran - saran dari penelitian ini.

8. Limitasi penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah terbatas pada implementasi sistem siaran

berjaringan di RBTV.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68198/potongan/S2-2014... · penyiaran membuat strategi tersendiri dengan mengurangi jam siaran, atau