bab i pendahuluan a. latar belakang...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu keutamaan manusia dibanding makhluk yang lainnya adalah pengangkatan dirinya sebagai khali>fah fil Ardh (pengelola bumi) yang diserahi tugas untuk mengelola kehidupan di planet bumi ini. Dalam rangka menyelesaikan tugas luhur tersebut manusia dibolehkan bahkan dianjurkan menikah, antara lain agar keberlangsungan generasi manusia tetap terjamin sampai hari kiamat nanti. 1 Perkawinan dalam Islam merupakan suatu akad atau transaksi. Hal ini terlihat dari adanya unsur i@jab (tawaran) dan qabu>l (penerimaan). Berbeda dengan transaksi biasa, perkawinan adalah amanah sesuai sabda Nabi: a> khaztumu>hunna bi ama>natillah (kalian menerima istri berdasarkan amanah Allah). Allah SWT. telah melengkapi manusia dengan nafsu syahwat, yakni keinginan untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya. Allah pun telah menciptakan segala sesuatu yang ada berjodoh-jodoh. 2 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al Nisa:1: 1 Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami(Jakarta:PT Gramedia Pustaka, 2006), hal. 14. 2 Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan Islam Nikah Cerai Talak dan Rujuk (Bandung: Al-Bayan, 1995), hal. 11.

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu keutamaan manusia dibanding makhluk yang lainnya

adalah pengangkatan dirinya sebagai khali>fah fil Ardh (pengelola bumi)

yang diserahi tugas untuk mengelola kehidupan di planet bumi ini. Dalam

rangka menyelesaikan tugas luhur tersebut manusia dibolehkan bahkan

dianjurkan menikah, antara lain agar keberlangsungan generasi manusia

tetap terjamin sampai hari kiamat nanti.1

Perkawinan dalam Islam merupakan suatu akad atau transaksi. Hal

ini terlihat dari adanya unsur i@jab (tawaran) dan qabu>l (penerimaan).

Berbeda dengan transaksi biasa, perkawinan adalah amanah sesuai sabda

Nabi: a>khaztumu>hunna bi ama>natillah (kalian menerima istri berdasarkan

amanah Allah).

Allah SWT. telah melengkapi manusia dengan nafsu syahwat,

yakni keinginan untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya. Allah pun

telah menciptakan segala sesuatu yang ada berjodoh-jodoh.2 Hal ini sesuai

dengan firman Allah SWT dalam surat al Nisa:1:

1Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami(Jakarta:PT Gramedia Pustaka, 2006), hal. 14.

2Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan Islam Nikah Cerai Talak dan Rujuk (Bandung:

Al-Bayan, 1995), hal. 11.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

2

اس اتقوا ها الن كم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما يا أي رب

الذي تساءلون به والرحام ا ونساء واتقوا الل كان عليكم رجالا كثيرا إن الل

ا﴿النساء: ﴾١رقيبا

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-

laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang

dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,

dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu

menjaga dan mengawasi kamu.”3

Islam diyakini sebagai agama yang menebar rahmat lil-alamin

(rahmat bagi alam semesta), dan salah satu bentuk rahmat yang dibawanya

adalah ajaran tentang perkawinan.Perkawinan merupakan aspek penting

dalam ajaran Islam di dalam al-Qur‟an dijumpai tidak kurang dari 80 ayat

yang berbicara tentang perkawinan baik yang menggunakan kata Nika>h

(berhimpun), maupun yang menggunakan kata Zawwaja (berpasangan).4

Salah satu bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dan

diperdebatkan dalam masyarakat muslim adalah poligami. Poligami adalah

ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini beberapa

(lebih dari satu) istri dalam waktu yang bersamaan.Laki-laki yang

melakukan bentuk perkawinan seperti itu disebut bersifat

3Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2009). hal. 77. 4Musdah Mulia, Islam Menggugat, hal. 1.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

3

poligami.Perkembangan poligami dalam sejarah manusia mengikuti pola

pandangan masyarakat terhadap kaum perempuan. Ketika masyarakat

memandang kedudukan dan derajat perempuan hina, poligami menjadi

subur,sebaliknya saat masyarakat memandang kedudukan dan derajat

perempuan terhormat, poligami pun berkurang. Jadi, perkembangan

poligami mengalami pasang surut mengikuti tinggi rendahnya kedudukan

dan derajat perempuan di mata masyarakat.5

Kata Poligami dapat dipasangkan dengan monogami sebagai

antonim. Monogami adalah perkawinan dengan Istri tunggal yang

artinya seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan saja,

sedangkan kata poligami yaitu perkawinan dengan dua orang

perempuan atau lebih dalam waktu yang sama.6

Fenomena poligami bukan sesuatu yang baru dalam kacamata

Islam. Masyarakat yang mayoritas penduduknya muslim menjadikan

poligami sebagai wacana yang terus diperbincangkan. Ada suatu hal

yang menarik, bahwa poligami sudah ada jauh sebelum adanya Islam.

Bahkan boleh dikatakan, poligami bukan semata-mata produk Syari>’at al-

Isla>m. Jauh sebelum Islam lahir, peradaban manusia di penjuru dunia

sudah mengenal poligami, menjalankannya, dan menjadikannya

sebagaibagianyang utuh dari bentuk kehidupan yang wajar. Dapat

5Ibid.

6Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan (Jakarta:PT Raja Grafindo,1995), hal. 159.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

4

dibilang, tidak ada peradaban pada waktu itu yang tidak mengenal

poligami.7

Bangsa Arab sebelum Islam masuk juga mengenal poligami, dalam

salah satu H{adi>s |disebutkan bahwa terdapat seorang yang ingin masuk

Islam dan saat itu mempunyai Istri sepuluh. Lalu Rasulullah

SAW memerintahkan untuk memilih empat orang Istri saja, dan

menceraikan selebihnya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

”Hanna dan„Abdah menceritakan, dari Sa‟id bin„Arubah, dari Ma‟mar,

dari Zuhri. Sesungguhnya Ghailan bin Salamah masuk Islam, dia

mempunyai sepuluh Istri dimasa Jahiliyyah. Maka Istri-Istri tersebut

masuk Islam bersama Ghailan. Kemudian Nabi Muhammad SAW

memerintahkan agar memilih empat di antara sepuluh istri

tersebut.(HR: Tirmidzi).”

Selama ini poligami menjadi masalah yang sangat kontraversial

dalam Islam. Sebagian ulama berpendapat bahwa poligami adalah bagian

dari syarat islam dan karena itu pria boleh memiliki istri hingga empat

orang kalau mau. Bahkan tanpa perlu alasan apapun. Di lain pihak, kaum

modernis dan pejuang hak-hak asasi wanita berhadapan bahwa poligami

diperbolehkan hanya dalam kondisi tertentu dengan persyaratan ketat

berupa keadilan bagi semua istri.8

Menurut kaum modernis, pria tidak bisa begitu saja mengambil

lebih dari satu istri hanya karena dia menyukai wanita lain atau jatuh cinta

dengan kecantikannya. Mereka juga berpendapat bahwa norma Al-Qur`an

sesungguhnya adalah monogami tetapi poligami diperbolehkan

hanyadalam keadaan tertentu, itu pun, sekali lagi, disertai persyaratan

keadilan yang sangat ketat.9

7Imam Fathurrahman, Saya Tidak Ingin Poligami Tapi Harus Poligami (Jakarta:Mizan, 2007), hal.

20. 8Abu Fikri, Poligami yang Tidak Melukai Hati? (Bandung:Mizan, 2007), hal. 68.

9Ibid.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

5

Pejuang hak-hak wanita juga berpendapat bahwa pria tidak

diciptakan oleh Allah sebagai hewan seksual semata sehingga dia tidak

dapat mengendalikan hawa nafsunya selama istrinya mengalami

menstruasi atau nifas.Ribuan pria bisa menahan diri, tidak semua pria

berkecendrungan ke arah perkawinan poligami.Kebanyakan pria justru

cenderung monogami.Mereka dapat menahan diri dari kegiatan seksual

ketika istri sakit lama dan tidak bisa tinggal bersama mereka. Bahkan

ketika sang istri sakit tanpa ada harapan sembuh. Mereka dapat

melanjutkan kehidupan tanpa kegiatan seksual dan pengorbanan ini layak

dilakukan demi hubungan kasih seumur hidup di antara suami istri.

Di dunia Islam, poligami menjadi salah satu persoalan yang

kontroversial. Para ulama termasuk mufassir klasik pada umumnya

mengakui poligami sebagai norma Islam yang secara tekstual

mendapatkan legitimasi al-Qur‟an. Sementara di sisi lain, dengan beragam

argumentasi, mayoritas pemikir Islam modern berpendapat bahwa

monogami merupakan tujuan ideal Islam dalam perkawinan.

Poligami merebak karena mendapat pertentangan pada era modern,

terutama pada abad keduapuluh.Revolusi industri telah membangkitkan

kesadaran perempuan terhadap hak-hak mereka dan mendorong mereka

menuntut kesetaraan status dengan laki-laki.Pada masyarakat feodal

perempuan tidak memiliki peran produksi kecuali dalam bidang

agrikultural. Dengan munculnya revolusi industri perempuan dibutuhkan

seiring dengan meningkatnya jumlah beragam pekerjaan di wilayah urban

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

6

dan dengan demikian perempuan juga dituntut untuk memiliki peran lebih

besar dalam proses produksi. Jika dalam masyarakat feodal perempuan-

perempuan yang miskin bekerja di sektor rural dan urban, sementara

perempuan dari kalangan atas pada umumnya memilih tinggal di rumah,

maka dalam masyarakat industrial seluruh perempuan mulai bekerja

termasuk perempuan-perempuan yang terdidik dari kalangan

atas.Perempuan-perempuan dari kalangan terdidik dan dari kelas atas

inilah yang memberikan ideologi dan menyuarakan gerakan

perempuan.Kesadaran membimbing mereka untuk menolak peran

subordinat dan status sebagai second sex10

.Maka berdasarkan ini pula,

lahirlah beberapa pemikiran ulama kontemporer yang menyatakan bahwa

seyogyanya suatu pernikahan haruslah berbentuk monogami.

Diskursus mengenai tema poligami atau memiliki lebih dari satu

istri selalu menghadirkan pandangan yang beragam bahkan tak pernah

“basi” hingga sekarang. Baik ditilik dari segi aturan hukum (dalil),

manfaat/mudharat, tujuan atau bahkan mengenai kondisi sosiologisnya.

Perilaku memiliki pasangan lebih dari satu-untuk tidak menyebut

perselirantetap saja menuai pro dan kontra di tengah masyarakat, karena

biasanya poligami dipahami sebagai perintah kitab suci dan diartikan

sebagai sunnah rasul, terlebih prinsipnya secara eksplisit tertuang di dalam

kitab suci Al-Qur‟an (QS.An-nisa [4]:3) yang kerap menjadi argumentasi

para pelaku poligami.

10

Inayah Rohmaniyah, “Poligami Atau Monogami”, diakses pada tanggal 17 Maret 2017 dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/16211/1/4.%20Inayah%20Rohmaniyah.pdf.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

7

Menurut catatan tahunan (CataHu) Komnas Perempuan, sejak

tahun 2012 pemicu perceraian menunjukkan trend yang berbeda yaitu

angka poligami tidak sehat mencapai 23%, tidak ada keharmonisan 18%

dan faktor ekonomi 16%. Hal ini terus meningkat hingga puncaknya

kemarin tahun 2016 angka perceraian akibat poligami mencapai 7,476

kasus.11

Data ini menunjukkan bahwa persentase perceraian disebabkan

poligami di Indonesia saat ini tidak dapat lagi dikatakan kecil.Ada banyak

sekali pihak isteri yang merasa tersakiti dengan adanya poligami sehingga

mengajukan gugatan cerai.Praktek poligami di Indonesia semakin

mewabah dari tahun ketahun dan menyebabkan penyakit dalam bentuk

perceraian.Tidak heran jika kemudain para ulama kontemporer di

Indonesia mengeluarkan pendapat yang berbeda-beda terkait hukum

poligami.

Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di

negeri ini terutama dipicu oleh praktik poligami sejumlah dai kondang di

Indonesia. Menarik, baik kelompok yang mendukung maupun yang

menolak poligami, sama-sama bersandar pada dalil normatif Al-Quran dan

sejarah keluarga Nabi Muhammad Saw. Jika ulama yang satu mengutip

suatu ayat untuk membolehkan poligami secara mutlak, maka datanglah

ulama lain juga membawa ayat yang sama untuk menolak poligami.

Tatkala satu tafsir yang menoleransi poligami didatangkan, maka pada saat

yang bersamaan dihadirkan pula tafsir lain yang memustahilkan poligami.

11

Catatan Tahunan tentang Kekerasan terhadap Perempuan (Maret:2016), Jakarta, hal. 12.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

8

Menurut perbedaan pemikiran yang ada, tampaknya sangat

menarik untuk meneliti pernikahan poligami dalam bentuk perbandingan.

Perbandingan ini dilakukan dengan meneliti perspektif atau pandangan

para ulama kontemporer di Indonesia. Hal ini penting untuk melihat dari

aspek mana pernikahan menjadi dua bentuk yang berbeda menurut

beberapa ulama. Tentunya tidak semua ulama kontemporer di Indonesia

yang akan diteliti pendapatnya, akan tetapi hanya terbatas pada ulama

kontemporer Indonesia yang memang menjadi pegiat isu poligami. Ulama

kontemporer Indonesia yang dimaksud di sini adalah ulama yang memiliki

pemikiran, banyak berbicara atau bahkan mengeluarkan fatwa tentang

poligami seperti Quraish Shihab, Husein Muhammad,dan Masjfuk Zuhdi

serta Miftah Farid.

Quraish Shihab adalah seorang ulama dan cendekiawanmuslim dan

juga sebagai mufassir yang cukup terkenal dengan kitab tafsirnyaAl-

Mishbah. Quraish Shihab menyatakan bahwa kebolehan poligami

merupakan pintu darurat kecil yang hanya dilakukan saat amat diperlukan

dengan syarat yang tidak ringan.Tuhan tidak membolehkan poligami

begitu saja tanpa batasan-batasan yang memungkinkan adanya

kemaslahatan dan manfaat serta menolak mudharat yang mungkin

ditimbulkannya.Sebagaimana dikatakan M. Quraish Shihab bahwa Ayat 3

surat al-Nisa secara ekplisit menjelaskan seorang suami boleh beristri lebih

dari seorang sampai batas maksimal empat orang dengan syarat mampu

berlaku adil terhadap istri-istrinya itu. Ayat ini melarang menghimpun

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

9

dalam saat yang sama lebih dari empat orang istri bagi seorang pria.

Ketika turun ayat ini, Rasulullah memerintahkan semua pria yang

memiliki lebih dari empat istri, agar segera menceraikan istri-istrinya

sehingga maksimal setiap orang hanya memperistrikan empat orang

wanita. Lebih lanjut menegaskan bahwa ayat ini, tidak membuat satu

peraturan tentang poligami, karena poligami telah dikenal dan

dilaksanakan oleh syariat agama dan adat istiadat sebelum ini.12

Pilihan ulama selanjutnya yang akan diteliti pemikirannya terkait

poligami adalah KH. Husein Muhammad. Beliau memiliki pandangan

khusus terhadap poligami, beliau memaparkan gagasan dengan semangat

kesetaraan, mengedepankan rasionalitas, namun KH. Husein Muhammad

patuh terhadap teks, hanya saja dalam menafsir ayat, termasuk poligami

beliau melihat ke dalam konteks sosio-kultur masyarakat kita sekarang ini,

artinya dalam menafsirkan ayat tersebut kita harus mempertimbangkan,

memperhatikan perubahan yang terjadi di masyarakat, juga menghargai

kemampuan dan posisi masyarakat pada umumnya.

Salah satu tokoh ulama sekaligus ahli tafsir yang terlahir dari

Sumatra adalah Haji Abdul MalikKarim Amrullah, beliau terkenal dengan

Hamka. Hamka sampai saat ini masih pantasdikatakan sebagai intelektual

terbesar dan tersohor yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Hal ini tidaklah

berlebihan, karena ada banyak jasa yang telah ditorehkan oleh Hamka

dalam pengembangan umat Islam di Indonesia. Diantara jasa yang paling

12

M. Quraish Shihab,Wawasan al-Qur’an (Bandung:Mizan, 1999), hal. 199.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

10

berharga dan fenomenal yaitu lahirnya sebuah karya yang tak mati ditelan

zaman adalah Tafsir Al-Azhar yang berjumlah 30 Jilid. Sebagai seorang

ulama besar, Hamka juga banyak mengeluarkan pendapat dan

pemikirannya terkait poligami. Selain ditorehkan dalam tafsirnya,

pendapat mengenai poligami tersebut juga ditulis dalam bentuk lainnya

seperti buku dan jurnal yang tersebar di seluruh media cetak tanah air.

Pendapat yang berbeda-beda tersebut sangat rentan dikuti oleh

masyarakat, disebabkan kredibiltas mereka tidak diragukan lagi sebagai

orang yang dianggap memegang peranan “ahli agama”.Terlepas dari

pendapat pro dan kontra tentang poligami, yang jelas masalah poligami

menjadi masalah yang menarik untuk didiskusikan.Praktik poligami

semakin lama semakin banyak di tengah-tengah masyarakat kita.Dalam

praktiknya, masih banyak di antara kaum poligami belum memenuhi

ketentuan yang ada, baik secara hukum negara maupun hukum

agama.Maka berdasarkan hal tersebut sangat penting untuk mengetahui hal

apa dan bagaimana proses yang dilalui sehingga menyebabkan beberapa

kelompok ulama yang berbeda di atas memberikan satu sikap yang dapat

dipahami sebagai pihak pro monogami dan pro poligami. Oleh karena itu,

peneliti merumuskan judul: “Studi Komparasi Pandangan Ulama

Kontemporer di Indonesia tentang Hukum Poligami”.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan

rumusan masalah yang dibahas. Adapun rumusan masalah tersebut antara

lain:

1. Bagaimana hukum asal pernikahan menurut ulama kontemporer di

Indonesia?

2. Bagaimana pandangan ulama kontemporer di Indonesia tentang hukum

poligami?

3. Apa penyebab perbedaan pandangan antar ulama kontemporer di

Indonesia tentang hukum poligami?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian

adalah untuk:

1. Mendeskripsikandan menganalisis hukum asal pernikahan menurut

ulama kontemporer di Indonesia;

2. Mendeskripsikan dan menganalisis pandangan ulama kontemporer di

Indonesia tentang hukum poligami;

3. Mengidentifikasi apa penyebabperbedaan pandangan ulama

kontemporer di Indonesia tentang hukum poligami.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a) Secara Teoritis

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

12

1. Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran dan

ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hukum poligami menurut

ulama kontemporer di Indonesia.

2. Memberikan wacana baru terkait hukum Perkawinan Poligami.

3. Sebagai kontribusi ilmiah yang dapat dijadikan referensi dalam upaya

pengembangan hukum islam pada umumnya dan pernikahan Islam

pada khususnya.

4. Memberikan perspektif baru dalam rangka mengaplikasikan nilai-nilai

keluarga Islam yang ada dalam Al Quran.

b) Secara Praktis

Memahamkan masyarakat khususnya yang ada di Indonesia

mengenai pandangan ulama kontemporer mengenai hukum

poligami sehingga diharapkan tidak ada lagi praktik poligami tidak

sehat di tengah masyarakat;

E. Studi Penelitian Terdahulu

Tinjauan pustaka berfungsi untuk mengetahui apakah hal yang

akan diteliti tersebut sudah dibahas atau belum sama sekali. Oleh karena

itu, untuk menjaga keaslian penelitian ini, penulis telah melakukan review

kepustakaan terlebih dahulu. Ada beberapa penelitian yang mengangkat

pembahasan yang hampir sama dengan yang diteliti oleh penulis jika

dilihat secara umum, namun jika ditelusuri lebih mendalam tentu ada

perbedaan dari sudut pembahasan maupun objek kajian di dalam penelitian

ini,adapun penelitian tersebut di antaranya:

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

13

1. Nur hayati, pada tahun 2005 meneliti tentang “Poligami dalam

Perpektif Hukum Islam dalam Kaitannya dengan Undang-Undang

Perkawinan”. Dalam penelitiannya tersebut Nur Hayati

menyatakan hukum perkawinan Indonesia, selain berdasarkan pada

Undang-Undang Perkawinan, juga didasarkan pada prinsip prinsip

yang berlaku dalam agama, dengan demikian, dalam hal suami

akan beristeri lebih dari satu orang, maka pertama tama harus

diperhatikan syarat dan prosedur yang ditentukan undang-undang.

Dalam hukum Islam, poligami dimungkinkan walaupun dengan

syarat syarat yang ketat. Maka, dalam hal seorang yang beragama

Islam ingin melakukan poligami, hal tersebut dimungkinkan,

asalkan memenuhi ketentuan hukum Islam dan ketentuan Undang-

Undang Perkawinan.

2. Parlaela Khusnul Khotimah, dalam skripsinya untuk mendapatkan

gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, ia

meneliti poligami dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap

Praktik Poligami (Studi terhadap Pelaku Poligami di Desa Bulus

Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo)”. Ia menyatakan

dalam skripsinya praktik poligami yang dilakukan oleh warga Desa

Bulus ada yang sesuai dengan apa yang ada dalam Undang-Undang

dan hukum Islam, karena sudah mampu berbuat adil terhadap istri-

istrinya. Tetapi ada praktik poligami sesuai dengan nash al-Qur‟an

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

14

surah an-Nisâ‟ (4) ayat 3 tetapi tidak sesuai dengan Undang-

Undang karena tidak dicatatkan.

3. Rahmat Hidayat, membuat penelitian dengan judul “Pemikiran

Muhammad Quraish Shihab tentang Poligami”. Di akhir

penelitian, Rahmat Hidayat menyatakan Muhammad Quraish

Shihab berpendapat bahwa poligami seperti pintu darurat yang

boleh dibuka dalam keadaan tertentu saja, dan dengan syarat yang

tidak ringan. Sehingga poligami merupakan salah satu alternatif

dalam kondisi darurat saja dan orang yang ingin melakukan

poligami haruslah memiliki pengetahuan tentang kasih sayang,

dukungan baik materil maupun spiritual

4. Reza Fitra Ardhian bersama rekannya yaitu Satrio Anugrah dan

Setyawan Bima dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

membuat penelitian dengan judul “Poligami dalam Hukum Islam

dan Hukum Positif Indonesia Serta Urgensi Pemberian Izin

Poligam di Pengadilan Agama”. Hasil dari enelitian ini dapat

ditarik dari kesimpulan berikut ini:apabila seorang suami ingin

beristri lebih dari seorang maka wajib mengajukan permohonan

kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya (yaitu Pengadilan

Agama). Diatur pula dalam pasal-pasal berikutnya dalam

pengajuan poligami harus memenuhi syarat-syarat yang sudah

ditentukan menurut UU Perkawinan. Pengaturan tentang poligami

di hukum positif seakan mempersulit suami untuk

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

15

poligami,sedangkan hukum islam sendiri tidak terlalu mempersulit

seorang suami untuk poligami. Oleh karena itu kedua hukum ini

harus saling sinkron agar tidak menimbulkan suatu permasalahan

dalam perkawinan khususnya poligami.

F. Definisi Operasional

Untuk lebih mempermudah terhadap pembahasan dalam penelitian

ini, peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang sangat erat kaitannya

dengan penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Komparasi

Suatu metode yang digunakan untuk membandingkan data-

data yang ditarik ke dalam konklusi baru. Komparasi sendiri dari

bahasa inggris, yaitu compare, yang artinya membandingkan untuk

menemukan persamaan dari kedua konsep atau lebih. 13

2. Pandangan

Pandangan seseorang merupakan stimulus yang diindera

oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan

sehingga individu tersebut dapat menyadari dan mengerti tentang

apa yang diinderanya. Sehingga, pandangan merupakan proses

yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak

manusia. Pandangan terintegrasi di dalam diri individu terhadap

setiap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri

13

Lestari, “Penelitian Komparatif”, diakses pada tanggal 17 Maret 2017 dari

https://www.academia.edu/6916382/STUDI_PERBANDINGAN.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

16

individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu

akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.14

3. Ulama‟

Ulama bentuk dari kata alim yang berarti orang yang ahli

dalam pengetahuan agama Islam. Kata alim adalah kata benda dari

kata kerja alima yang artinya “mengerti atau mengetahui”. Di

Indonesia, kata Ulama yang menjadi kata jama‟ alim, umumnya

diartikan sebagai “orang yang berilmu”.15

4. Kontemporer

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian

kontemporer berarti sewaktu, semasa, pada waktu atau masa yang

sama, pada masa kini,dewasa ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa

ulama kontemporer adalah ulama yang pernah hidup semasa atau

bahkan masih ada dewasa ini.16

5. Poligami

Secara etimologis, poligami berasal dari bahasa Yunani

poly atau Polus yang berarti banyak dan gamein atau gamos yang

memiliki arti perkawinan. Dalam bahasa Arab, istilah yang dipakai

untuk poligami adalah ta’addud az-zauja>t. Dari segi bahasa,

14

Tony dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran (The Mind Map Book) Edisi Milenium,

(Jakarta:Interaksara, 2004), hal. 251. 15

Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), hal. 12. 16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama) hal. 483.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

17

poligami berarti pernikahan yang banyak atau perkawinan yang

lebih dari seorang.17

Berdasarkan definisi operasional yang dipaparkan, dapat

dipahami bahwa penelitian yang berjudul Studi Komparasi

Pandangan Ulama Kontemporer di Indonesia tentang

HukumPoligami ini adalah suatu metode yang digunakan untuk

membandingkan data-data pandangan atau persepsi para ahli dalam

pengetahuan agama Islam masa kini mengenai status hukum

poligami, yakni suatu keadaan di mana seorang suami memiliki

istri lebih dari satu dalam waktu yang sama.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kepustakaan murni (Library

Research), deskriptif analitis dengan metode pendekatan konten

analisis, yaitu menggambarkan secara umum tentang objek yng

akan diteliti.

Dalam hal ini peneliti memaparkan pemikiran-

pemikiranulama kontemporer di Indonesia terkait dengan poligami,

yang kemudian ditarik suatu kesimpulan mengenai apa yang

melatarbelakangi perbedaan tersebut.

Tiga Ulama Indonesia yang diteliti oleh penulis adalah

Quraish Shihab, Husein Muhammad dan Haji Abdul Malik Karim

17

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,Ensiklopedi Islam Jilid 4Cet. 2 (Jakarta:Ichtiar Baru Van

Hoeve,1994), hal. 107.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

18

Amrullah. Alasan pemilihan Quraish adalah beliau termasuk di

antara tokoh yang menulis tentang perempuan dan sangat

produktif.Terbukti dari banyaknya karya yang telah beliau tulis. Ia

telah melahirkan sejumlah literatur yangmeniupkan pembaharuan

dan para feminis yang menggerakkan isu-isu feminisme serta

membuahkan penafsiran kritis dan tajam serta cenderung

kontroversial denganulama klasik.

Husein Muhammad adalah ulama yang mengusung gagasan

feminism Islam, dikategorikan sebagai feminis laki-laki atau laki-

laki yang melakukan pembelaan terhadap perempuan. Kesadaran

Husein Muhammad terhadappenindasan perempuan bermula ketika

ia diundang dalam seminar tentangperempuan dalam padangan

agama-agama pada tahun 1993. Sejak saat itu beliau mengetahui

bahwa ada masalah besar yang dihadapi oleh perempuan,

karenaperempuan mengalami penindasan dan eksploitasi.

Selanjutnya, Hamka sangatlah kritis dalam menafsirkan

ayat-ayat dalam Al-Quran. Dalam pemikirannya mengenai

kedudukan perempuan dalam Islam, Hamka menafsirkan ayat-ayat

tersebut secara filosofis. Hal ini tidak dapat diragukan lagi dengan

dikarangnya tafsir al-azhar oleh Hamka. Penelitian mengenai

masalah-masalah perempuan dalam Islam dan kedudukan

perempuan dalam Islam dibahasnya secara tuntas, salah satunya

adalah tentang poligami.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

19

2. Metode Pengumpulan Data

Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data

dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan. Metode yang

dilakukan penyusun dalam meneliti tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

a) Mencari referensi atau sumber data berupa buku,

kitab, jurnal, dan penelitian lain yang terdahulu dan

berkaitan dengan tugas akhir ini.

b) Mempelajari dan menyusun tugas akhir berdasarkan

referensi yang diperoleh.

c) Menganalisis dan berupaya memperoleh hasil sesuai

dengan latar belakang penelitian.

d) Menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh.

3. Sumber data

Pengelompokan data kepustakaan berdasarkan kekuatan

mengikat dari isinya, adalah:

a) Bahan primer, yakni bahan utama dalam penelitian, yaitu

bahan pustaka yang berisikan tentang pemikiran ulama yang

diteliti terkait monogami dan poligami. Dalam bahan primer

menjadi bahan adalah karya ulama yang ditelitiseperti

Wawasan Al-Qur‟an, dan tafsir Al-Mishbah, Tafsir Al-Azhar,

dan Masa‟ilul Fifhiyyah karya Masjfuk Zuhdi yang dijadikan

bahan utama dalam penelitian. Bahan sekunder, yaitu bahan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

20

pustaka yamg berisi tentang informasi yang menjelaskan dan

membahas tentang bahan primer.Dalam hal ini buku-buku

atau artikel-artikel dan juga buletin yang mendukung dari

bahan primer tersebut.

b) Bahan sekunder, yaitu bahan pustaka yamg berisi tentang

informasi yang menjelaskan dan membahas tentang bahan

primer. Dalam hal ini buku-buku atau artikel-artikel dan juga

buletin yang mendukung dari bahan primer tersebut.

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan

uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu dengan

memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis,

menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-

dimensi uraian.18

Jujun S. Suriasumantri mengatakan metode ini merupakan

metode untuk memperoleh pengetahuan dengan cara

membandingkan pengetahuan-pengetahuan. Singkatnya metode ini

adalah “pengetahuan yang didapat berdasarkan perbandingan

mempunyai banyak kegunaan”.19

18

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005), hal.

280. 19

Ali Abdul Halim Mahmud dkk, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam:Tinjauan Antardisiplin

Ilmu (Bandung:Nuansa,2001), hal. 44.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

21

Metode komparatif ini selain sebagai metode epistemologi,

pada tahap operasionalnya juga menjadi salah satu metode

penelitian. Adapun dari segi mekanisme kerja ini, metode

komparatif diaplikasikan melalui langkah-langkah kerja secara

bertahap sebagai berikut:

1. Menelusuri permasalahan-permasalahan yang setara tingkat

dan jenisnya;

2. Mempertemukan dua atau lebih permasalahan yang setara

tersebut;

3. Mengungkapkan ciri-ciri dari obyek yang dibandingkan secara

jelas dan terinci;

4. Mengungkapkan hasil perbandingan;

5. Menyusun atau memformulasikan kembali teori yang bisa

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dalam metode ini dilakukan dengan melihat dan menelaah

pemikiran dari ulama kontemporer Indonesia yang diteliti terkait

dengan hukum perkawinan poligami, serta melihat apa yang

menyebabkan perbedaan yang mendasari kedua pemikiran tersebut.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh hasil yang sistematis, terarah dan menyeluruh

sebagaimana judul yang akan diteliti, serta memahami hasil penelitian ini,

maka adapun sistematika dalam penulisan ini sebagai berikut :

BAB I:PENDAHULUAN

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.umm.ac.id/44434/2/jiptummpp-gdl-syarifahis-51851...poligami. Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di negeri

22

Pada bab ini peneliti akan mendiskripsikan latarbelakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

operasional, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan..

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II berisi kajian teori yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti. Adapun teori tersebut yaitu mengenai

perkawinan, komparasi dan poligami, serta biografi tokoh yang akan

diteliti.

BAB III: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELTIAN

Berisi analisis data mengenai pemikiran para ulama kontemporer di

Indonesia terkait poligami serta apa yang melatarbelakangi perbedaan

pemikiran tersebut. Pembahasan ini ditulis sebagai telaah atas pertanyaan-

pertanyaan dalam rumusan masalah.

BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan merupakan penjelasan secara singkat, padat, dan

jelas terhadap hasil penelitian.Sehingga mempermudah dalam memahami

dari hasil penelitian ini.