bab i pendahuluan a. latar belakang · pdf filedibuat dalam rangka tata tertib menuju...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan anatra
Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi terhadap bentuk penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di setiap daerah Kabupaten/Kota sebagai
wilayah yang memiliki kewenangan otonomi. Semangat reformasi di bidang politik,
pemerintahan dan pembangunan serta kemasyarakatan juga telah mewarnai upaya
pendayagunaan aparatur negara dengan tuntutan mewujudkan administrasi negara yang
mampu mendukung kelancaran tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan,
pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance (LAN dan BPKP,
2000:1).
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk dapat
mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Dalam rangka itu,
diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan
nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat dilakukan secara berdayaguna dan
berhasilguna. Perlunya sistem pertanggungjawaban daerah atas segala proses tindakan yang
dibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen akuntabilitas daerah. Inilah bagian
terpenting untuk ditata, yang pada akhirnya menjadi instrumen good governance.
Perhatian pemerintah yang sungguh-sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi
dan nepotisme menjadi harapan masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih
dan mampu menyediakan barang dan jasa serta pelayanan yang optimal. Kinerja instansi
pemerintah akhir-akhir ini menjadi sorotan terutama sejak timbulnya iklim yang lebih
demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka
peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah.
Selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalan dari instansi pemerintah
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit untuk dilakukan secara obyektif.
Pengukuran kinerja suatu instansi hanya lebih ditekankan kepada kemampuan instansi
tersebut dalam menyerap anggaran. Suatu instansi dikatakan berhasil melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya apabila dapat menyerap seratus persen anggaran pemerintah, walaupun
hasil maupun dampak dari pelaksanaan program tersebut masih jauh di bawah standar. Untuk
2
dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah, maka seluruh aktivitas
instansi tersebut harus dapat diukur, dan pengukuran tersebut tidak semata-mata kepada input
(masukan) dari program akan tetapi lebih ditekankan kepada keluaran, proses, manfaat dan
dampak.
Sistem pengukuran kinerja yang merupakan elemen pokok dari laporan akuntabilitas
instansi pemerintah akan mengubah paradigma pengukuran keberhasilan. Melalui
pengukuran kinerja, keberhasilan suatu instansi pemerintah akan lebih dilihat dari
kemampuan instansi tersebut, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya sesuai dengan
rencana yang telah disusun. Banyak para peneliti yang telah meneliti tentang peranan LAKIP
sebagai fungsi pengukuran kinerja. Diantaranya Santere dan Bates (1996) meneliti tentang
hubungan antara hasil kerja atau kinerja dengan pembayaran gaji di sektor publik. Penelitian
ini menggunakan regresi berganda (multiple regression) dengan dua variabel yakni
produktivitas dan karakteristik pekerjaan, dan menggunakan bentuk persamaan semi log.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkatnya keseragaman pekerjaan pegawai
pajak, dan produktivitasnya maka akan meningkatkan gaji pegawai pajak tersebut.
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud
pertanggungjawaban terhadap keberhasilan dan kegagalan tingkat kinerja yang dicapai. Oleh
karena itu LAKIP instansi harus disusun secara jujur, obyektif, akurat dan transparan. Selain
itu LAKIP juga harus memenuhi bebrapa ciri laporan antara lain relevan, tepat waktu, dapat
dipercaya/diandalkan, mudah dimengerti, dalam bentuk yang menarik, berdaya banding
tinggi (reliable), berdaya uji (verifiable), lengkap, netral, padat dan mengikuti standar
pelaporan yang ditetapkan. LAKIP juga menilai kinerja dinas yang ada di daerah dalam
mengemban tugas pokok dan fungsinya, sehingga diharapkan dinas-dinas tersebut dapat
melaksanakan setiap kegiatannya sesuai dengan yang direncanakan sebagai perwujudan
kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan ataupun kegagalan dari
pelaksanaan visi, misi dan strategi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
Sebagai perwujudan kewajiban instansi pemerintah itu pula maka Dinas Kebudyaan
dan Pariwisata Kabupaten Lembata sebagai pelaksana dalam Bidang Kebudayaan dan
Pariwisata daerah, mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan sesuai Rencana Strategis yang telah
ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Lembata tahun 2010 dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja yang telah ditetapkan
3
sebelumnya dan hasil dari Capaian Kinerja pelaksanaan kegiatan dapat diketahui melalui
Pengukuran Kinerja sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan Lembaga Administrasi
Negara (LAN) No. 239/IK/6/8/2003 tentang Penyusunan LAKIP.
Penyusunan LAKIP Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi dan secara intern dapat mendorong
Disbudpar untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi secara baik dan akuntabel sehingga
dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, dan responsive terhadap aspirasi masyarakat dan
lingkungan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan media
akuntabilitas yang dapat dipakai oleh instansi pemerintah untuk mengukur,
mengevaluasi kinerja serta melakukan analisis dan interpretasi terhadap pencapaian
target kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selama 1 (satu) tahun anggaran
(tahun 2010). Adapun maksuda dan tujuan penyusunan LAKIP ini adalah:
a. Maksud
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kebudayaan
dan Pariwisaga tahun 2010 disusun dengan maksud untuk melihat tingkat
pencapaian kinerja baik kinerja program dan kegiatan yang telah dilaksanakan
maupun akuntabilitas/pertanggungjawaban keuangan pada tahun dimaksud.
b. Tujuan
1. Mengukur, mengevaluasi dan menganalisis kinerja Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Lembata selama tahun 2010
2. Meningkatkan Akuntabilitas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Lembata sebagai penanngung jawab urusan Kebudayaan dan Pariwisata.
3. Sebagai bahan acuan perbaikan perencanaan dan pelaksanaan program dan
kegiatan di tahun yang akan datang.
C. GAMBARAN UMUM TUGAS POKOK DAN FUNGSI SKPD
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 maka Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten mempunyai tugas melaksanakan urusan wajib bidang
kebudayaan dan urusan pilihan pariwisata dengan kewenangan dan fungsi
sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana induk pengembangan kebudayaan skala kabupaten/kota.
2. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan/kota
mengenai perlindungan HKI bidang kebudayaan.
4
3. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota mengenai kriteria sistem pemberian penghargaan/anugerah
bagi insan/lembaga yang berjasa di
bidang kebudayaan.
4. Pelaksanaan kebijakannasional/provinsi danpenetapan/kota mengenai kerja
sama luar negeri di bidang kebudayaan skala kabupaten/kota.
5. Pelaksanaan kebijakannasional/provinsi sertapenetapan kebijakan
Kabupaten/kota di bidangpenanaman nilai-nilai tradisi, pembinaan karakter
dan pekerti bangsa.
6. Pelaksanaan kebijakannasional/provinsi danpenetapan kebijakan
Kabupaten/kota dalam pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan lembaga adat skala kabupaten/kota.
7. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
operasional perfilman skala kabupaten/kota.
8. Pemberian izin usaha terhadap pembuatan film oleh tim asing skala
kabupaten/kota.
9. Pemberian perizinan usaha perfilman di bidang pembuatan
film, pengedaran film, penjualan dan penyewaan film (VCD, DVD),
pertunjukan film (bioskop), pertunjukan film keliling, penayangan film
melalui media elektronik, dan tempat hiburan
10. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan /kota di
bidang kegiatan standarisasi profesi dan teknologi perfilman.
11. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota mengenai kerjasama luar negeri di bidang perfilman.
12. Pengawasan dan pendataan film dan rekaman video yang beredar, perusahaan
persewaan dan penjualan rekaman video serta kegiatan evaluasi dan laporan
pelaksanaan kebijakan perfilman skala kabupaten/ kota.
13. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota mengenai kegiatan standarisasi di bidang peningkatan
produksi dan apresiasi film skala kabupaten/ kota.
14. Monitoring dan evaluasi pengembangan perfilman skala kabupaten/kota.
1. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota mengenai standarisasi pemberian izin pengiriman dan
penerimaan delegasi asing di bidang kesenian.
5
2. Penerbitan rekomendasi pengiriman misi kesenian dalam rangka
kerjasama luar negeri skala kabupaten/kota.
3. Penetapan kriteria dan prosedur penyelenggaraan festival, pameran,
dan lomba tingkat kabupaten/kota.
4. Penerapan dan monitoring implementasi SPM bidang kesenian skala
kabupaten/ kota.
5. Pemberian penghargaan kepada seniman yang telah berjasa kepada
dan Negara skala kabupaten/kota.
6. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pelatihan kesenian skala
kabupaten/ kota.
7. Penerapan dan pelaksanaan prosedur perawatan dan pengamanan aset
benda kesenian (karya seni) skala kabupaten/kota.
8. Pelaksanaan pembentukan dan/atau pengelolaan pusat kegiatan
kesenian skala kabupaten/kota
9. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota peningkatan bidang apresiasi seni tradisional dan non
tradisional.
10. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota dalam rangka perlindungan, pengembangan dan
pemanfaatan kesenian skala kabupaten/kota.
15. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota di bidang penulisan sejarah lokal dan sejarah kebudayaan
daerah skala kabupaten/kota.
16. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota di bidang pemahaman sejarah nasional, sejarah wilayah,
sejarah lokal dan sejarah kebudayaan daerah.
17. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota di bidang inventarisasi dan dokumentasi sumber sejarah dan
publikasi sejarah.
18. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota pemberian penghargaan tokoh yang berjasa terhadap
pengembangan sejarah.
19. Penerapan pedoman peningkatan pemahaman sejarah dan wawasan
kebangsaan skala kabupaten/kota.
6
20. Pelaksanaan pedoman penanaman nilai-nilai sejarah dan kepahlawanan skala
kabupaten/kota.
21. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota mengenai database dan sistem informasi geografi sejarah.
22. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota mengenai koordinasi dan kemitraan pemetaan sejarah skala
kabupaten/kota.
23. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota penyelenggaraan diklat bidang sejarah skala kabupaten/kota
24. Pelaksanaan pedoman mengenai hasil ratifikasi konvensi internasional
"Cultural Diversity, Protection on Cultural Landscape, Protection on Cultural
and Natural Heritage" skala kabupaten/kota.
25. Penerapan kebijakan perlindungan, pemeliharaan, dan pemanfaatan BCB/situs
skala kabupaten/kota.
26. Penetapan BCB/situs skala kabupaten/kota.
27. Penerapan kebijakan penyelenggaraan dan pengelolaan museum
dikabupaten/kota.
28. Penerapan pedoman penelitian arkeologi.
29. Penerapan pedoman pendirian museum yang dimiliki kabupaten/kota.
30. Penerapan pedoman hasil pengangkatan peninggalan bawah air skala
kabupaten/ kota.
31. Penyelenggaraan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan
skala kabupaten/kota, meliputi:
a. Penanaman nilai-nilai tradisi serta pembinaan watak dan pekerti
bangsa.
b. Pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
lembaga adat.
c. Pengembangan jaringan informasi kebudayaan.
d. Peningkatan kemitraan dengan berbagai pihak terkait, lembaga adat
dan masyarakat.
e. Advokasi lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
lembaga adat.
32. Monitoring dan evaluasi kegiatan skala kabupaten/kota meliputi:
a. Pelaksanaan dan hasil kegiatan.
7
b. Pengendalian dan pengawasan kegiatan.
c. Pelaksanaan kebijakan nasional, norma dan standar serta pedoman
penanaman nilai-nilai budaya bangsa di bidang tradisi pada
masyarakat.
d. Pelaksanaan peningkatan apresiasi seni tradisional dan non tradisional
tingkat kabupaten/kota.
e. Pelaksanaan peningkatan apresiasi film skala kabupaten/kota.
f. Pelaksanaan kebijakan sejarah lokal skala kabupaten/kota.
33. Pengajuan usul rekomendasi pembebasan fiskal untuk kegiatan misi kesenian
Indonesia ke luar negeri dari kabupaten/kota.
34. Penyelenggaraan kegiatan revitalisasi dan kajian seni di kabupaten/kota.
35. Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan peningkatan apresiasi seni
tradisional dan modern di kabupaten/kota.
36. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional perfilman skala
kabupaten/kota.
37. Penyelenggaraan kegiatan festival pameran dan lomba secara berjenjang dan
berkala di tingkat kabupaten/kota.
38. Pengawasan pembuatan film oleh tim asing di kabupaten/ kota.
39. Pemberian izin pelaksanaan kegiatan-kegiatan festival film dan pekan film di
kabupaten/ kota.
40. Fasilitasi organisasi/lembaga perfilman di kabupaten/kota.
41. Penapisan dan pengawasan peredaran film dan rekaman video di
kabupaten/kota
42. Fasilitasi advokasi pengembangan perfilman di tingkat kabupaten/kota.
43. Perizinan membawa BCB ke luar kabupaten/kota dalam satu provinsi.
44. Penyebarluasan informasi sejarah lokal di kabupaten/ kota.
45. Pelaksanaan pemberian penghargaan bidang sejarah lokal di kabupaten/kota.
46. Pelaksanaan kongres sejarah tingkat daerah di kabupaten/ kota.
47. Pelaksanaan lawatan sejarah tingkat lokal di kabupaten/ kota.
48. Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah lokal dalam perspektif nasional di
kabupaten/kota.
49. Pelaksanaan musyawarah kerja daerah bidang sejarah skala kabupaten/kota.
50. Pengkajian dan penulisan sejarah daerah dan sejarah kebudayaan daerah di
kabupaten/kota.
8
51. Pemetaan sejarah skala kabupaten/kota.
52. Koordinasi dan kemitraan bidang sejarah di kabupaten/kota.
53. Penanganan perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan BCB/situs warisan
budaya dunia skala kabupaten/kota.
54. Registrasi BCB/situs dan kawasan skala kabupaten/kota.
55. Pengusulan penetapan BCB/situs provinsi kepada provinsi dan penetapan
BCB/situs skala kabupaten/kota.
56. Penyelenggaraan kerjasama bidang perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan
BCB/situs skala kabupaten/kota.
57. Penanganan perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan BCB/situs warisan
budaya dunia skala kabupaten/kota.
58. Registrasi BCB/situs dan kawasan skala kabupaten/kota.
59. Pengusulan penetapan BCB/situs provinsi kepada provinsi dan penetapan
BCB/situs skala kabupaten/kota.
60. Penyelenggaraan kerjasama bidang perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan
BCB/situs skala kabupaten/kota.
61. Koordinasi, dan fasilitasi, peningkatan peranserta masyarakat dalam
perlindungan pemeliharaan dan pemanfaatan BCB/situs skala kabupaten/kota.
62. Perizinan survei dan pengangkatan BCB/situs bawah air sampai dengan 4
(empat) mil laut dari garis pantai atas rekomendasi pemerintah.
63. Pengembangan dan pemanfaatan museum kabupaten/kota.
64. Registrasi museum dan koleksi di kabupaten/kota.
65. Penyelenggaraan akreditasi museum di kabupaten/kota.
66. Penambahan dan penyelamatan koleksi museum di kabupaten/kota.
67. Pelaksanaan kebijakan nasional, provinsi dan penetapan kebijakan skala
kabupaten/kota:
a. RIPP kabupaten/kota.
b. Pelaksanaan kebijakan nasional, provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota dalam pengembangan system informasi pariwisata.
c. Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan kebijakan
kabupaten/kota dalam penerapan standarisasi bidang pariwisata.
d. Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan pedoman
pengembangan destinasi pariwisata skala kabupaten/ kota.
9
e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan kebijakan
dalam pembinaan usaha dan penyelenggaraan usaha pariwisata skala
kabupaten/ kota.
f. Penetapan dan pelaksanaan pedoman perencanaan pemasaran skala
kabupaten/kota.
g. Penetapan dan pelaksanaan pedoman partisipasi dan penyelenggaraan
pameran/event budaya dan pariwisata skala kabupaten/kota.
h. Penetapan dan pelaksanaan pedoman dan penyelenggaraan widya
wisata skala kabupaten/kota.
i. Penetapan dan pelaksanaan pedoman kerjasama pemasaran skala
kabupaten/kota.
67. Pemberian izin usaha pariwisata skala kabupaten/ kota.
68. Pelaksanaan kerjasama internasional pengembangan destinasi pariwisata skala
kabupaten/kota.
69. Pelaksanaan kerjasama pengem-bangan destinasi pariwisata skala kabupaten/
kota.
70. Monitoring dan evaluasi pengembangan pariwisata skala kabupaten/kota.
71. Penyelenggaraan promosi skala kabupaten/kota:
a. Penyelenggaraan widya wisata skala kabupaten/kota serta mengirim
dan menerima peserta grup widya wisata.
b. Peserta/penyelenggara pameran/ event, roadshow bekerja sama dengan
pemerintah/provinsi.
c. Pengadaan sarana pemasaran skala kabupaten/ kota.
d. Pembentukan perwakilan kantor promosi pariwisata di dalam negeri
skala kabupaten/kota.
e. Penyediaan informasi pariwisata ke pusat pelayanan informasi
pariwisata provinsi dan pembentukan pusat pelayanan informasi
pariwisata skala kabupaten/ kota.
f. Pelaksanaan event promosi di luar negeri dengan koordinasi
pemerintah dan provinsi.
72. Pengembangan system informasi pemasaran pariwisata skala kabupaten/kota.
73. Penerapan branding pariwisata nasional dan penetapan tagline pariwisata
skala kabupaten/ kota.
10
74. Rencana induk pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata
nasional skala kabupaten/kota.
75. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota dalam pengembangan sumber daya manusia kebudayaan dan
pariwisata skala kabupaten/kota.
76. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan
kabupaten/kota penelitian kebudayaan dan pariwisata skala kabupaten/kota.
77. Pelaksanaan rancangan induk penelitian arkeologi nasional oleh
kabupaten/kota berkoordinasi dengan Balai Arkeologi.
Untuk menunjang tugas pokok dan fungsi tersebut di atas maka Berdasarkan Keputusan
Bupati Lembata No. 43 Tahun 2008 tertanggal 12 Desember 2008 tentang Rincian Tugas
dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata dapat di jelaskan
struktur organisasi kelembagaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam menjalankan
tupoksinya secara hirarkis yang terdiri dari:
1. Kepala Dinas;
2. Sekretariat Dinas, yang membawahi
• Subbag. Umum dan Kepegawaian
• Subbag. Administrasi Keuangan,
• Subbag. Perencanaan Program
3. Bidang Kebudayaan, membawahi
• Seksi Kebudayaan Nilai Tradisi Sejarah dan Kepurbakalaan
• Seksi Kerjasama Kelembagaan
4. Bidang Kesenian dan Perfilman membawahi
• Seksi Pengembangan Kesenian Tradisional
• Seksi Pembinaan Kelompok Seni Sekolah dan Masyarakat
• Seksi Pendataan dan Pengawasan Seni dan Perfilman
5. Bidang Pariwisata yang membawahi
• Seksi Pengembangan Obyek dan Daya tarik Wisata
• Seksi Sumberdaya Pariwisata
• Seksi Pemasaran Pariwisata
Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata terbentuk
sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lembata Nomor; 03 Tahun 2008
tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lembata.
11
BAB II
PERENCANAAN STRATEGIS
A. RENSTRA SKPD
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata sebagai salah satu
insan/pelaku pariwisata pemerintah Kabupaten Lembata dalam setiap membaca dan
menjawab realitas perkembangan kepariwisataan yang ada dalam lingkungan lokal,
nasional maupun internasional selalu tidak terlepas/ berdasarkan pada perencanaan
strategis yang telah ditetapkan, yaitu Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Lembata tahun 2009- 2011. Dengan menggunakan cara
pendekatan perencanaan strategis yang jelas dan sinergis, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Lembata diharapkan dapat lebih menyelaraskan visi, misinya
dengan potensi, peluang dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan
akuntabilitas kinerjanya.
Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata secara spesifik
/subtansial juga memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang berupa Kebijakan dan Program yang terurai dalam berbagai
kegiatan strategis, sebagai berikut :
1. Visi
Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata adalah “KABUPATEN
LEMBATA SEBAGAI DESTINASI WISATA BUDAYA BAHARI BERBASIS ALAM
YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN MAJU DAN SEJAHTERA”
Pernyataan visi diatas dilandasi dengan pemahaman bahwa pembangunan
kepariwisataan di Kabupaten Lembata pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan :
a. Visi Kabupaten Lembata yang ingin menjadikan Lembata Sebagai Daerah Tujuan
Wisata dalam pengembangan ekonomi terpadu pariwista, perlu ditindaklanjuti
dengan berbagai langkah yang terprogram dan terstruktur dengan baik. Untuk
merealisasikan keinginan tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
berkewajiban untuk mewujudkan “keinginan” tersebut melalui tahapan-tahapan
yang secara realistis dapat dilakukan. Tahun 2011 dianggap sebagai waktu yang
cukup relevan untuk mengevaluasi pelaksanaan program-program yang telah
dilakukan. Penentuan tahapan pembangunan lima (5) tahunan, dipandang tepat
12
dipakai sebagai terminal dilakukannya evaluasi. Pada tahun 2006-2011, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan visi : Kabupaten Lembata Sebagai
Destinasi wisata budaya bahari berbasis alam yang berwawasan lingkungan
maju dan sejahtera, dan diharapkan pada tahun 2021/2022 Kabupaten Lembata
terwujud menjadi Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Nusa Tenggara Timur
maupun di Indonesia.
b. Kabupaten Lembata secara historis, memiliki modal dasar yang dapat
diunggulkan melalui Panorama alam nan indah mempesona dan menantang
untuk dijelajahi. Budaya dan tradisi unik nan berkelas sangat menarik untuk
dinikmati. Warisan budaya berupa situs-siyus buaya dan peninggalan lainnya
merupakan simbol kebesaran budaya masa lalu yang tidak terbantah. Berbagai
sarana rekreasi dan berbagai sarana / prasarana pendukung pariwisata dan
transportasi memudahkan wisatawan untuk datang dari berbagai tempat untuk
datang dan memilih produk-produk wisata yang berkualitas. Selain itu adanya
produk-produk wisata wisata yang memungkinkan untuk dikemas dan bernilai
jual tinggi. Produk-produk yang harus dilestarikan eksistensinya dan dinaikkan
tingkat kenyamanannya.
c. Berwawasan budaya, dapat diartikan sebagai cerminan watak dan perilaku insan
pariwisata yang selalu mengedepankan budaya timur, Perilaku insan pariwisata
yang “peduli” dalam sikap sehari-harinya. Ramah tamah, gotong royong, gaya
hidup bersih, berbudi pekerti baik, dan sopan santun.
Agenda Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Panca Program) ke 2 (dua)
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Serta Pengembangan Ekonomi Terpadu
Pariwisata dan Budaya.
d. Agenda Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Panca Program ) ke 2 yang
salah satu titik fokus pembangunanya adalah Pembedayaan Masyarakat dan
Desa serta Pengembangan Ekonomi Terpadu Pariwisata. Upaya lain untuk
menjadikan Lembata sebgai Kabupaten 1 Pulau yang ramah lingkungan
merupakan langkah tindak lanjut pemerintah dalam pendekatan Desa Wisata
Mandiri Pariwisata yang profesional dalam Pembentukan dan Pengembangan
Organisasi Manajemen Pariwisata (Destination Management Organization).
e. Konsistensi terhadap keputusan (perencanaan) yang telah dibuat, sering menjadi
barang yang sangat mahal dewasa ini. Berbagai kebijaksanaan yang belum tuntas
dilaksanakan, sudah berganti dengan kebijakan baru. Perencanaan yang
13
tersistem, integrated yang muncul dari analisa yang tajam serta disepakati oleh
seluruh unsur stakeholder perlu dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan
berkesinambungan (sustainable tourism development). Seluruh Pelaksanaan
kegiatan yang dilaksanakan harus berorientasi pada asas adil dan merata serta
sebanyak mungkin menciptakan peluang kerja tanpa meninggalkan kaidah, etika,
kemandirian dan profesional.
f. Kepariwisataan Indonesia adalah pariwisata yang berasal dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat. Berdasarkan konsep tersebut, maka konsep yang sebaiknya
dipakai sebagai landasan adalah : Pariwisata yang berbasis masyarakat
(community based tourism). Rasa ikut memiliki (sense of belongings) perlu
ditumbuhkan dengan menanamkan pemahaman tentang arti penting pariwisata
sebagai salah satu sektor yang diandalkan Pemerintah Kabupaten Lembata.
2. Misi
Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata. merupakan sesuatu
yang diemban untuk dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
sehingga dapat mewujudkan Visi yang hendak dicapai seperti tersebut di atas;
Sedangkan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata adalah :
1. Melaksanakan Penelitian, seni dan budaya secara komprehensif, terpadu dan
berkelanjutan
2. Memanfaatkan seni budaya daerah Kabupaten Lembata bagi pengembangan
Kebudayaan dan Pariwisata
3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Insfrastruktur Pendukung
Pariwisata
4. Melaksanakan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Untuk Daya
Tarik Wisata
5. Memberdayakan semua komponen masyarakat untuk berperanserta dalam
bidang kebudayaan dan pariwisata
6. Memperkenalkan Potensi DTW Alam, Budaya dan hasil-hasil kerajinan ke
Nusantara dan Mancanegera melalui event-event pameran, festival dan
kunjungan kerja.
7. Peningkatan kerjasama kebudayaan dan pariwisata di wilayah Nusa Tenggara
Timur, khususnya Kabupaten Lembata-Pulau Flores-Kabupaten Alor dan Kota
Kupang
14
8. Menjadikan pariwisata sebagai wahana pemberdayaan masyarakat,
meningkatkan kreatifitas, penciptaan dan pemerataan kesempatan kerja dan
berusaha.
3. Tujuan Dan Sasaran
3. 1. Tujuan
Untuk memberikan fokus bagi pencapaian misi yang diemban maka dirumuskan
tujuan dan sasaran dari masing-masing misi dengan berpedoman pada prioritas daerah
diuraikan sebagai berikut:
1. Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Kebudayaan dan Kepariwisataan
yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
2. Meningkatkan fungsi dinas dalam teknis pelayanan sebagi pelayan public
agar terpenuhinya tingkat kebutuhan masyarakat
3. Meningkatkan kwalitas pelayananan pariwisata yang berbasis budaya serta
pelestarian nilai-nilai budaya.
4. Terwujudnya Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah yang berbasis
budaya.
5. Terwujudnya Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata dan Budaya yang
efektif dan terpadu.
6. Terwujudnya Pembinaan dan Pengawasan Daya Tarik Wisata yang
berkelanjutan berbasis budaya.
7. Terciptanya kualitas pembangunan dan manajemen pariwisata yang
berwawasan lingkungan melalui pola kemitraan.
8. Menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan
9. Menilai Pencapaian Sasaran, Tujuan dan Kinerja Pembangunan Daerah
Berdasarkan Indikator dan Sasaran Kinerja yang ditetapkan.
10. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia aparatur perencana.
3. 2. Sasaran
1. Meningkatnya Kesadaran dan Partisipasi masyarakat terhadap pelestarian
budaya serta lingkungan pariwisata
2. Meningkatnya kualitas pelayanan kebutuhan dasar masyarakat
3. Meningkatnya pemanfaatan Sumber Daya Budaya dan Pariwisata yang ramah
lingkungan melalui pengembangan Ekowisata.
15
4. Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan pariwisata berbasis domestik
sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan kebudayaan dan pariwisata yang
terpadu dan berkelanjutan.
5. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan
program Sapta Pesona yang termuat dalam 7 (tujuh) Daya Tarik Wisata.
6. Meningkatnya sarana dan prasaana pendukung pariwisata
7. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kebudayaan dan Pariwisata
8. Lestarinya dan berkembangnya nilai-nilai kebudayaan daerah dalam rangka
memperkokoh identitas dan jati diri dalam mengembangkan kepariwisataan
daerah.
9. Meningkatnya sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan nilai-
nilai budaya dan Sapta Pesona.
10. Tersedianya Areal/Kawasan Pariwisata untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
11. Bertambahnya kuantitas dan kualitas usaha jasa dalam bidang Kebudayaan
dan Pariwisata dalam rangka penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai
tambah dan pendapatan.
12. Telaksananya system kadernisasi dan peningkatan Sumber Daya Aparatur
serta mekanisme perjenjangan karir secara obyektif, procedural dan prestatif.
13. Meningkatnya sumber-sumber pendapatan dinas untuk daerah pada semua
bidang dan jenis usaha dalam sektor pariwisata dan budaya.
B. RENCANA KINERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2010
1. Strategi dan Arah Kebijakan
a. Strategi
Untuk mencapai tujuan dan sasaran, maka Disbudpar Kabupaten Lembata harus
menetapkan strategi yang tepat agar tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dapat tercapai, antara lain:
1. Memberikan kesempatan kepada PNS untuk mengikuti Diklat yang berkaitan
dengan pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Bidang Kebudayaan dan
Pariwisata pada Lembaga Penyelenggara yang kredibel dan berkompeten;
2. Meningkatkan profesionalisme aparat perencana dalam mengantisipasi dan
menghadapi era demokratisasi dan globalisasi serta ;
16
3. Meningkatkan sistem ketatalaksanaan dan sinergisitas pegawai;
4. Mengisi jabatan struktural dan fungsional yang lowong;
5. Pengembangan sistem pelaksanaan, pemantauan, pengawasan dan
pertanggungjawaban kinerja dinas kebudayaan dan pariwisata tepat waktu;
6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana aparatur untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan eksistensi Disbudpar sebagai
institusi pengelolan, pengendali dan promosi kebudayaan dan pariwisata
daerah.
b. Kebijakan
Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh
pihak-pihak terkait dan ditetapkan oleh pimpinan sebagai pedoman atau petunjuk bagi
setiap usaha atau kegiatan aparatur dan masyarakat/stakeholders dalam upaya
pencapaian sasaran, tujuan, misi dan organisasi.
Sehubungan dengan itu, kebijakan yang akan dilaksanakan oleh Disbudpar Kabupaten
Lembata pada tahun 2009 – 2011 adalah :
Kebijakan Internal :
1. Peningkatan kualitas lingkungan internal;
2. Pengembangan data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan sebagai dasar pengembangan dan pemasaran
kebudayaan dan pariwisata;
3. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan pada bidang
kebudayaan dan pariwisata daerah yang terpadu.
4. Peningkatan koordinasi pengendlian, pengelolaan dan pengembangan
pemasaran pariwisata dan budaya yang berdampak pada pembangunan
Ekonomi Sosial budaya, prasarana wilayah.
Kebijakan Eksternal
1. Pengembangan kerjasama pembangunan yang terpadu bidang kebudayaan
dan pariwisata;
2. Kebijakan pengembangan pemanfaatan ruang terpadu
17
2. Program dan Kegiatan
a. Non Urusan
1. Program dan Kegiatan
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
a. Kegiatan Penyediaan Jasa Pelayanan Administrasi Perkantoran
b. Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor Barang Cetakan dan
Penggandaan
c. Kegiatan Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan
d. Kegiatan Rapat – Rapat Koordinasi dan Konsultasi
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
a. Kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas
b. Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Gedung
c. Kegiatan Pemeliharaan Rutin / Berkala Gedung
3. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
a. Kegiatan Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang –
Undangan
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan melalui kegiatan
a. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Laporan Keuangan
5. Program Peningkatan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
a. Kegiatan Perayaan Hari Besar Nasional dan Daerah Lainnya
6. Program Perencanaan Pembangunan Sektoral
a. Kegiatan Penyusunan Renstra, Renja dan RKA/DPA/DPPA SKPD
b. Program Dan Kegiatan Pada Urusan Wajib Kebudayaan
1. Program Pengembangan Nilai Budaya
a. Kegiatan Pelestarian dan Aktualisasi Adat Budaya Daerah
b. Kegiatan Pemberian Dukungan, Penghargaan dan Kerjasama di Bidang
Budaya.
2. Program Pengelolaan Keragaman Budaya
a. Kegiatan Fasilitasi Penyelenggaraan Festival Budaya Daerah
c. Program Dan Kegiatan Pada Urusan Pilihan Pariwisata
1. Program Pembangunan, Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan
Fasilitas Pariwisata
18
a. Kegiatan Rehabilitasi Sedang/Berat Sarana dan Prasarana Wisata
2. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
a. Kegiatan Pelaksanaan Promosi Pariwisata Nusantara di Dalam dan Luar
Negeri.
3. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
a. Kegiatan Pengembangan Obyek Pariwisata Unggulan
4. Program Pengembangan Kemitraan Pariwisata
a. Kegiatan Pelaksanaan Koordinasi Pembangunan Kemitraan Pariwisata
b. Kegiatan Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan
Kemitraan Pariwisata
5. Program Penataan Peraturan Pariwisata
a. Kegiatan Penyusunan Kebijakan, Norma, Standar dan Prosedur Bidang
Pariwisata
19
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor:
PER/09/M.PAN/5/2007 tangal 16 Desember 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah dan Keputusan Kepala Lembaga
Administrasi Negara (LAN) Nomor: 239/IK/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman
Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah maka setiap Instansi
Pemerintah diharuskan menyajikan Indikator Kinerja (Key Performance Indicator) pada
LAKIP tahun 2010.
Indikator Kinerja merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran
strategis organisasi. Tujuan penetapan Indikator Kinerja di Lingkungan Instansi Pemerintah
adalah untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam
menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik dan untuk memperoleh ukuran
keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan
untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja.
Pemilihan dan Penetapan Indikator Kinerja harus memenuhi karakteristik indikator
kinerja yang baik dan cukup memadai guna pengukuran kinerja unit organisasi yang
bersangkutan yaitu : spesifik, dapat dicapai, relevan, menggambarkan keberhasilan sesuatu
yang diukur dan dapat dapat dikuantifikasi dan diukur.
1. Indikator Kinerja
Merujuk pada Peraturan diatas maka Indikator Kinerja Utama Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Lembata merujuk pada RPJMD Kabupaten Lembata.
Gambaran untuk Indikator Kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Lembata dapat di lihat pada table di bawah ini:
20
Tabel III.1
INDIKATOR KINERJA
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata
No Program Indikator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
I Pengembangan Nilai
Budaya
Pelestarian dan
Aktualisasi Adat Budaya
Daerah
Jumlah Sanggar Seni Yang
Ikut Serta dalam Kegiatan
Jambore Pariwisata di Rote
Ndao
Kelompok 1 1 100
Jumlah Sanggar Seni Yang
Di berikan
Dukungan,Pendampingan
Penghargaan dan Kerjasama
di Bidang Budaya
Kelompok 6 6 100
II Pengelolaan
Keragaman Budaya
Fasilitasi Penyelenggaraan
Festival Budaya Daerah
100
Jumlah Sanggar Yang Ikut
dalam Pelaksanaan Festival
Kesenian Daerah Tingkat
Provinsi di Kupang
Jumlah Even Tahunan/
Festival yang dilaksanakan
Kelompok
Buah
1
1
1
1
100
100
III Pembangunan,
Pengadaan dan
Pemeliharaan Sarana
dan Fasilitas
21
Pariwisata
Rehabilitasi Sedang/Berat
Sarana dan Prasarana
Wisata
Jumlah Sarana Prasarana
Wisata yang di
Rehab/Dibangun
~ Pagar Kawat Berduri
~ Jaringan Anir Bersih
Meter
Unit
200
1
200
1
100
100
IV Pengembangan
Pemasaran
Pariwisata
Pelaksanaan Promosi
Pariwisata Nusantara di
Dalam dan Luar Negeri.
Jumlah Wisatawan Yang
singgah di Lembata dalam
Sail Indonesia
Orang 100 45 45%
V Pengembangan
Destinasi Pariwisata
Pengembangan Obyek
Pariwisata Unggulan
Jumlah Obyek Wisata
Unggulan yang di tata dan
diikutsertakan dalam Lomba
Penataan DTW
Buah 9 9 100
VI Pengembangan
Kemitraan
Pariwisata
Pelaksanaan Koordinasi
Pembangunan Kemitraan
Pariwisata
22
Jumlah Pelaku Usaha Jasa
Pariwisata yang diberikan
Pembinaan dan
Pendampingan
Orang 20 20 100
Jumlah Kelompok Sadar
Wisata yang mengikuti
Lomba Pokdarwis Tingkat
Provinsi
Kelompok 1 1 100
VII Penataan Peraturan
Pariwisata
Penyusunan Kebijakan,
Norma, Standar dan
Prosedur Bidang
Pariwisata
Jummlah Kebijakan, Norma,
standard dan Prosediur
bidang Pariwisata (Perda
RIPKA) yang disusun
Buah 1 1 100
2. Capaian Kinerja
Dari gambaran Indikator Kinerja diatas dapat di Jelaskan Capaian Kinerja sebagai
berikut:
1. Jumlah Sanggar Seni Yang Ikut Serta dalam Kegiatan Jambore Pariwisata di
Rote Ndao terealisasi 1 kelompok dari target 1 kelompok sehingga capaian
kinerjaanya 100%.
2. Jumlah Sanggar Seni Yang Di berikan Dukungan,Pendampingan Penghargaan
dan Kerjasama di Bidang Budaya terealisasi 6 Kelompok dari Target 6
Kelompok Sehingga Capaian Kinerjanya 100%
3. Jumlah Sanggar Yang Ikut dalam Pelaksanaan Festival Kesenian Daerah
Tingkat Provinsi di Kupang terealisasi 1 kelompok dari target 1 kelompok
sehingga capaian kinerjanya 100% demikian juga dengan jumlah
23
event/festival budaya tahunan yang dilaksanakan terealisasi 1 event dari target
1 event sehingga capaian kinerjanya 100%
4. Jumlah Sarana Prasarana Wisata yang di Rehab/Dibangun yaitu : Pagar Kawat
Berduri terealisasi 200 Meter dari target 200 Meter dan Jaringan Air bersih
terealisasi 1 unit dari Target 1 Unit sehingga capaian kinerjanya 100%
5. Jumlah Wisatawan Yang singgah di Lembata dalam Sail Indonesia terealisasi
45 orang dari target 100 orang sehingga capaian kinerjanya adalah : 45%
6. Jumlah Obyek Wisata Unggulan yang di tata dan diikutsertakan dalam Lomba
Penataan DTW terealisasi 9 DTW dari target 9 DTW sehingga capaian
kinerjanya 100%
7. Jumlah Pelaku Usaha Jasa Pariwisata yang diberikan Pembinaan dan
Pendampingan terealisasi 20 Orang dari Target 20 Orang sehingga capaian
kinerjanya adalah 100%
8. Jumlah Kelompok Sadar Wisata yang mengikuti Lomba Pokdarwis Tingkat
Provinsi terealisasi 1 kelompok dari Target 1 kelompok sehingga capaian
kinerjanya adalah 100%
9. Jummlah Kebijakan, Norma, standard dan Prosediur bidang Pariwisata (Perda
RIPKA) yang disusun terealisasi 1 buah dari Target 1 buah sehingga capaian
kinerjanya adalah 100%
B. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Untuk mempertanggungjawabkan seluruh kinerja Dinas Kebudayan dan
Pariwisata Kabupaten Lembata yang akuntabel, maka pengukuran penghitungannya
tidak hanya dilihat dari sisi akuntabilitas kinerja kegiatan saja tetapi juga mencakup
akuntabilitas kinerja keuangan. Akuntabilitas kinerja keuangan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Lembata wajib dilakukan karena merupakan suatu
pertanggungjawaban keuangan suatu kegiatan yang menyangkut seberapa banyak
serapan keuangan yang efektifitas dan efisiensi antara rencana tingkat capaian kinerja
(target) dengan realisasi. Akuntabilitas/Pertangungjawabn keuangan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Lembata dapat di Lihat pada table di bawah ini:
24
Tabel III, 2
TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN
TAHUN 2010
Nomor Uraian Target
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Pencapaian
(%)
A Pendapatan Asli Daerah 25.430.000 26.542.575 104,37
1 Retribusi Daerah 15.857.150 21.460.150 135,33
a Retribusi Penggantian Biaya
Administrasi
5.057.150 5.057.150 100
b Retribusi Tempat
Penginapan/Pesanggraahan/Villa
1.500.000 1.500.000 100
c Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga
9.300.000 14.903.000 160,24
2 Lain-Lain Pendapatan Asli
Daerah Yang Sah
5.083.425 5.083.425 100
a Jasa Giro Pemegang Kas 333.425 333.425 100
b Sumbangan Pihak ketiga:
Sumbangan Pejabat Struktural
4.750.000 4.750.000 100
25
Tabel III.3
SERAPAN KEUANGAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
TAHUN 2010
No Program/Kegiatan Pagu Realisasi
Berdasarkan
SPJ
% Realisasi
Fisik
%
A Belanja Administrasi
Umum/ Belanja Tidak
Langsung
1.418.933.527 1.357.647.509 96,68 100
Belanja Pegawai/Personalia
(Gaji dan Tunjangan)
1.418.933.527 1.357.647.509 96,68 100
B Belanja Langsung 894.458.850 864.580.150 96,65 100
URAIAN REALISASI BELANJA LANGSUNG PER PROGRAM DAN KEGIATAN
I Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
153.606.750 148.385.250 96,60 100
1 Kegiatan Penyediaan Jasa
Pelayanan Administrasi
Perkantoran
39.634.600 37.573.100 94,80 100
2 Kegiatan Penyediaan Alat
Tulis Kantor Barang Cetakan
dan Penggandaan
19.367.150 19.367.150 100 100
3 Kegiatan Penyediaan Bahan
Bacaan dan Peraturan
Perundang-undangan
2.710.000 2.500.000 92,25 100
4 Kegiatan Rapat – Rapat
Koordinasi dan Konsultasi
91.895.000 88.945.000 96,79 100
II Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur
141.755.000 141.097.000 99,54 100
26
1 Kegiatan Pengadaan
Kendaraan Dinas
87.810.550 87.725.000 100 100
2 Kegiatan Pengadaan Sarana
Prasarana Gedung
53.446.850 53.345.000 99,81 100
3 Kegiatan Pemeliharaan Rutin
/ Berkala Gedung
497.600 497.600 100 100
IV Program Peningkatan
Kapasitas Sumberdaya
Aparatur
70.160.000 70.160.000 100 100
1 Kegiatan Bimbingan Teknis
Implementasi Peraturan
Perundang – Undangan
70.160.000 70.160.000 100 100
V Program Peningkatan
Pengembangan Sistim
Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan melalui
kegiatan
20.562.000 20.562.000 100 100
1 Penyusunan Laporan Capaian
Kinerja dan Laporan
Keuangan
20.562.000 20.562.000 100 100
VI Program Peningkatan
Kesadaran Berbangsa dan
Bernegara
1.991.200 1.991.200 100 100
1 Kegiatan Perayaan Hari Besar
Nasional dan Daerah Lainnya
1.991.200 1.991.200 100 100
VII Program Perencanaan
Pembangunan Sektoral
5.168.000 5.168.000 100 100
1 Kegiatan Penyusunan
Renstra, Renja dan
RKA/DPA/DPPA SKPD
5.168.000 5.168.000 100 100
27
VIII Program Pengembangan
Nilai Budaya
63.315.200 63.315.200 100 100
1 Kegiatan Pelestarian dan
Aktualisasi Adat Budaya
Daerah
46.740.000 46.740.000 100 100
2 Kegiatan Pemberian
Dukungan, Penghargaan dan
Kerjasama di Bidang Budaya
16.575.200 16.575.200 100 100
IX Program Pengelolaan
Keragaman Budaya
159.194.200 151.694.200 95,29 100
1 Kegiatan Fasilitasi
Penyelenggaraan Festival
Budaya Daerah
159.194.200 151.694.200 95,29 100
X Program Pembangunan,
Pengadaan dan
Pemeliharaan Sarana dan
Fasilitas Pariwisata
73.873.600 73.761.600 99,85 100
1 Kegiatan Rehabilitasi
Sedang/Berat Sarana dan
Prasarana Wisata
73.873.600 73.761.600 99,85 100
XI Program Pengembangan
Pemasaran Pariwisata
56.409.700 56.409.700 100 100
1 Kegiatan Pelaksanaan
Promosi Pariwisata Nusantara
di Dalam dan Luar Negeri.
56.409.700 56.409.700 100 100
XII Program Pengembangan
Destinasi Pariwisata
58.853.400 58.853.400 100 100
1 Kegiatan Pengembangan
Obyek Pariwisata Unggulan
58.853.400 58.853.400 100 100
28
XIII Program Pengembangan
Kemitraan Pariwisata
46.085.000 46.085.000 100 100
1 Kegiatan Pelaksanaan
Koordinasi Pembangunan
Kemitraan Pariwisata
28.935.000 28.935.000 100 100
2 Kegiatan Peningkatan Peran
Serta Masyarakat dalam
Pembangunan Kemitraan
Pariwisata
17.150.000 17.150.000 100 100
Program Penataan
Peraturan Pariwisata
43.484.800 26.600.000 61,17 100
Kegiatan Penyusunan
Kebijakan, Norma, Standar
dan Prosedur Bidang
Pariwisata
43.484.800 26.600.000 61,17 100
Dari tabel diatas dapat dilita bahwa banyak program dan kegiatan yang realisasinya 100%
(seratus persen). Dari realisasi program dan kegiatan tersebut di akumulasikan menjadi
Kinerja Kegiatan Dinas Kebudayan dan Pariwisata dengan Hasil Pengukuran Kinerja
Kegiatan yang mencapai 97,16%
C. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Lembata dapat dijelaskan sebagai berikut:
Mata Pencaharian disektor pariwisata cukup lambat disadari oleh masyarakat
sebagai mata pencaharian yang layak dan menjanjikan, mengingat Sumber
Daya Manusia yang rendah maka cenderung diserahkan kepada SDM dari
luar.
Dana Promosi pariwisata daerah terbatas, terkendala dalam
pengaanggaran/pembiayaan.
Belum terbentuknya kesepahaman tentang format pengembangan
kepariwisataan antara stakeholders.
29
Teknologi informasi telah dimanfaatkan untuk promosi dan layanan pariwisata
namun masih dalam tahap awal.
Menurunnya fungsi institusi adat akibat dijalankannya Undang-Undang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Agraria.
Pengaruh globalisasi/modernisasi menjadikan lunturnya nilai-nilai budaya
lokal diengah masyarakat.
Perbedaan pemahaman/persepsi terhadap nilai-nilai budaya diantara kelompok
masyarakat yang tersebar di 9 Kecamatan.
Proses regenerasi/kadernisasi pemilik budaya berjalan lambat.
Kompetensi SDM (masyarakat lokal) bidang pariwisata masih rendah.
D. LANGKAH LANGKAH ANTISIPASI
Meningkatkan Kualitas SDM lokal dibidang layanan jasa kepariwisataan
dengan cara melakukan pembinaan dan pendampingan secara berkelanjutan
Melakukan terobosan dalam kaitan dengan pendanaan promosi pariwisata di
luar APBD
Upaya kesepahaman format pengembangan kepariwisataan antara
stakeholders.
Mengembankan pemanfaat teknologi dan informasi (Internet) dalam
pengelolaan layanan pariwisata.
Melakukan Revitalisasi peran dan fungsi lembaga adat.
Menumbuhkan dan menghargai tatanan dan budaya lokal.
Meningkatkan Peran Komunitas (memposisikan masayarakat sebagai subyek)
Tingkatkan peran masyarakat sebagai pelaku/pemilik budaya
Memberikan Pendampingan yang bersifat kontinyu dalam rangka
pengembangan SDM (Masyarakat Lokal) yang bergerak dalam bidang
Pariwisata.
30
BAB IV
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu instrumen yang
digunakan oleh setiap instansi untuk memenuhi kewajibannya yaiu
mempertanggungjawabkan kinerja yang telah dilaksanakannya dalam rangka mencapai visi
dan misi yang telah ditetapkan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan wujud akuntabilitas
yang dapat dipakai oleh Instansi Pemerintah dalam mengukur, melakukan evaluasi kinerja
serta menganalisa dan menginterpretasi pencapaian Target Kinerja Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Lembata selama satu tahun anggaran (tahun 2010)
B. SARAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada masing-masing SKPD
merupakan hal yang penting terutama bagi Kebudayaan dan Pariwisata. Oleh karena itu saran
konkrit yang dapat kita telaah bersama yakni terkait dengan sebuah Dokumen LAKIP yang
baik, akurat dan dapat dipertanggunjawabkan maka harus disediakan alokasi waktu yang
cukup untuk penyelesaiannya demikian pula dengan sistematika penulisannya harus betul-
betul diberikan berdasarkan sistematika penulisan yang tepat sehingga tidak menjadi kendala
dalam proses penyelesaiannya.
Lewoleba, …………..............2011
Kepala Dinas,
WENSESLAUS OSE,S.SOS.,M.AP
Pembina Tk. I
NIP. 19680819 199903 1 005
31