bab i pendahuluan a. latar belakang · pdf filedibuat dalam rangka tata tertib menuju...

31
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan anatra Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi terhadap bentuk penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di setiap daerah Kabupaten/Kota sebagai wilayah yang memiliki kewenangan otonomi. Semangat reformasi di bidang politik, pemerintahan dan pembangunan serta kemasyarakatan juga telah mewarnai upaya pendayagunaan aparatur negara dengan tuntutan mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan, pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance (LAN dan BPKP, 2000:1). Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk dapat mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Dalam rangka itu, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna. Perlunya sistem pertanggungjawaban daerah atas segala proses tindakan yang dibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen akuntabilitas daerah. Inilah bagian terpenting untuk ditata, yang pada akhirnya menjadi instrumen good governance. Perhatian pemerintah yang sungguh-sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi harapan masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan mampu menyediakan barang dan jasa serta pelayanan yang optimal . Kinerja instansi pemerintah akhir-akhir ini menjadi sorotan terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalan dari instansi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit untuk dilakukan secara obyektif. Pengukuran kinerja suatu instansi hanya lebih ditekankan kepada kemampuan instansi tersebut dalam menyerap anggaran. Suatu instansi dikatakan berhasil melaksanakan tugas pokok dan fungsinya apabila dapat menyerap seratus persen anggaran pemerintah, walaupun hasil maupun dampak dari pelaksanaan program tersebut masih jauh di bawah standar. Untuk

Upload: buidan

Post on 24-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan anatra

Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi terhadap bentuk penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di setiap daerah Kabupaten/Kota sebagai

wilayah yang memiliki kewenangan otonomi. Semangat reformasi di bidang politik,

pemerintahan dan pembangunan serta kemasyarakatan juga telah mewarnai upaya

pendayagunaan aparatur negara dengan tuntutan mewujudkan administrasi negara yang

mampu mendukung kelancaran tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan,

pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance (LAN dan BPKP,

2000:1).

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk dapat

mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Dalam rangka itu,

diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan

nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat dilakukan secara berdayaguna dan

berhasilguna. Perlunya sistem pertanggungjawaban daerah atas segala proses tindakan yang

dibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen akuntabilitas daerah. Inilah bagian

terpenting untuk ditata, yang pada akhirnya menjadi instrumen good governance.

Perhatian pemerintah yang sungguh-sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi

dan nepotisme menjadi harapan masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih

dan mampu menyediakan barang dan jasa serta pelayanan yang optimal. Kinerja instansi

pemerintah akhir-akhir ini menjadi sorotan terutama sejak timbulnya iklim yang lebih

demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka

peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah.

Selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalan dari instansi pemerintah

dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit untuk dilakukan secara obyektif.

Pengukuran kinerja suatu instansi hanya lebih ditekankan kepada kemampuan instansi

tersebut dalam menyerap anggaran. Suatu instansi dikatakan berhasil melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya apabila dapat menyerap seratus persen anggaran pemerintah, walaupun

hasil maupun dampak dari pelaksanaan program tersebut masih jauh di bawah standar. Untuk

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

2

dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah, maka seluruh aktivitas

instansi tersebut harus dapat diukur, dan pengukuran tersebut tidak semata-mata kepada input

(masukan) dari program akan tetapi lebih ditekankan kepada keluaran, proses, manfaat dan

dampak.

Sistem pengukuran kinerja yang merupakan elemen pokok dari laporan akuntabilitas

instansi pemerintah akan mengubah paradigma pengukuran keberhasilan. Melalui

pengukuran kinerja, keberhasilan suatu instansi pemerintah akan lebih dilihat dari

kemampuan instansi tersebut, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya sesuai dengan

rencana yang telah disusun. Banyak para peneliti yang telah meneliti tentang peranan LAKIP

sebagai fungsi pengukuran kinerja. Diantaranya Santere dan Bates (1996) meneliti tentang

hubungan antara hasil kerja atau kinerja dengan pembayaran gaji di sektor publik. Penelitian

ini menggunakan regresi berganda (multiple regression) dengan dua variabel yakni

produktivitas dan karakteristik pekerjaan, dan menggunakan bentuk persamaan semi log.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkatnya keseragaman pekerjaan pegawai

pajak, dan produktivitasnya maka akan meningkatkan gaji pegawai pajak tersebut.

Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud

pertanggungjawaban terhadap keberhasilan dan kegagalan tingkat kinerja yang dicapai. Oleh

karena itu LAKIP instansi harus disusun secara jujur, obyektif, akurat dan transparan. Selain

itu LAKIP juga harus memenuhi bebrapa ciri laporan antara lain relevan, tepat waktu, dapat

dipercaya/diandalkan, mudah dimengerti, dalam bentuk yang menarik, berdaya banding

tinggi (reliable), berdaya uji (verifiable), lengkap, netral, padat dan mengikuti standar

pelaporan yang ditetapkan. LAKIP juga menilai kinerja dinas yang ada di daerah dalam

mengemban tugas pokok dan fungsinya, sehingga diharapkan dinas-dinas tersebut dapat

melaksanakan setiap kegiatannya sesuai dengan yang direncanakan sebagai perwujudan

kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan ataupun kegagalan dari

pelaksanaan visi, misi dan strategi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

Sebagai perwujudan kewajiban instansi pemerintah itu pula maka Dinas Kebudyaan

dan Pariwisata Kabupaten Lembata sebagai pelaksana dalam Bidang Kebudayaan dan

Pariwisata daerah, mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan sesuai Rencana Strategis yang telah

ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Lembata tahun 2010 dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja yang telah ditetapkan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

3

sebelumnya dan hasil dari Capaian Kinerja pelaksanaan kegiatan dapat diketahui melalui

Pengukuran Kinerja sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan Lembaga Administrasi

Negara (LAN) No. 239/IK/6/8/2003 tentang Penyusunan LAKIP.

Penyusunan LAKIP Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini diharapkan dapat

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi dan secara intern dapat mendorong

Disbudpar untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi secara baik dan akuntabel sehingga

dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, dan responsive terhadap aspirasi masyarakat dan

lingkungan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan media

akuntabilitas yang dapat dipakai oleh instansi pemerintah untuk mengukur,

mengevaluasi kinerja serta melakukan analisis dan interpretasi terhadap pencapaian

target kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selama 1 (satu) tahun anggaran

(tahun 2010). Adapun maksuda dan tujuan penyusunan LAKIP ini adalah:

a. Maksud

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kebudayaan

dan Pariwisaga tahun 2010 disusun dengan maksud untuk melihat tingkat

pencapaian kinerja baik kinerja program dan kegiatan yang telah dilaksanakan

maupun akuntabilitas/pertanggungjawaban keuangan pada tahun dimaksud.

b. Tujuan

1. Mengukur, mengevaluasi dan menganalisis kinerja Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Lembata selama tahun 2010

2. Meningkatkan Akuntabilitas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Lembata sebagai penanngung jawab urusan Kebudayaan dan Pariwisata.

3. Sebagai bahan acuan perbaikan perencanaan dan pelaksanaan program dan

kegiatan di tahun yang akan datang.

C. GAMBARAN UMUM TUGAS POKOK DAN FUNGSI SKPD

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 maka Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten mempunyai tugas melaksanakan urusan wajib bidang

kebudayaan dan urusan pilihan pariwisata dengan kewenangan dan fungsi

sebagai berikut:

1. Penyusunan Rencana induk pengembangan kebudayaan skala kabupaten/kota.

2. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan/kota

mengenai perlindungan HKI bidang kebudayaan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

4

3. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota mengenai kriteria sistem pemberian penghargaan/anugerah

bagi insan/lembaga yang berjasa di

bidang kebudayaan.

4. Pelaksanaan kebijakannasional/provinsi danpenetapan/kota mengenai kerja

sama luar negeri di bidang kebudayaan skala kabupaten/kota.

5. Pelaksanaan kebijakannasional/provinsi sertapenetapan kebijakan

Kabupaten/kota di bidangpenanaman nilai-nilai tradisi, pembinaan karakter

dan pekerti bangsa.

6. Pelaksanaan kebijakannasional/provinsi danpenetapan kebijakan

Kabupaten/kota dalam pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa dan lembaga adat skala kabupaten/kota.

7. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

operasional perfilman skala kabupaten/kota.

8. Pemberian izin usaha terhadap pembuatan film oleh tim asing skala

kabupaten/kota.

9. Pemberian perizinan usaha perfilman di bidang pembuatan

film, pengedaran film, penjualan dan penyewaan film (VCD, DVD),

pertunjukan film (bioskop), pertunjukan film keliling, penayangan film

melalui media elektronik, dan tempat hiburan

10. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan /kota di

bidang kegiatan standarisasi profesi dan teknologi perfilman.

11. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota mengenai kerjasama luar negeri di bidang perfilman.

12. Pengawasan dan pendataan film dan rekaman video yang beredar, perusahaan

persewaan dan penjualan rekaman video serta kegiatan evaluasi dan laporan

pelaksanaan kebijakan perfilman skala kabupaten/ kota.

13. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota mengenai kegiatan standarisasi di bidang peningkatan

produksi dan apresiasi film skala kabupaten/ kota.

14. Monitoring dan evaluasi pengembangan perfilman skala kabupaten/kota.

1. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota mengenai standarisasi pemberian izin pengiriman dan

penerimaan delegasi asing di bidang kesenian.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

5

2. Penerbitan rekomendasi pengiriman misi kesenian dalam rangka

kerjasama luar negeri skala kabupaten/kota.

3. Penetapan kriteria dan prosedur penyelenggaraan festival, pameran,

dan lomba tingkat kabupaten/kota.

4. Penerapan dan monitoring implementasi SPM bidang kesenian skala

kabupaten/ kota.

5. Pemberian penghargaan kepada seniman yang telah berjasa kepada

dan Negara skala kabupaten/kota.

6. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pelatihan kesenian skala

kabupaten/ kota.

7. Penerapan dan pelaksanaan prosedur perawatan dan pengamanan aset

benda kesenian (karya seni) skala kabupaten/kota.

8. Pelaksanaan pembentukan dan/atau pengelolaan pusat kegiatan

kesenian skala kabupaten/kota

9. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota peningkatan bidang apresiasi seni tradisional dan non

tradisional.

10. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota dalam rangka perlindungan, pengembangan dan

pemanfaatan kesenian skala kabupaten/kota.

15. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota di bidang penulisan sejarah lokal dan sejarah kebudayaan

daerah skala kabupaten/kota.

16. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota di bidang pemahaman sejarah nasional, sejarah wilayah,

sejarah lokal dan sejarah kebudayaan daerah.

17. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota di bidang inventarisasi dan dokumentasi sumber sejarah dan

publikasi sejarah.

18. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota pemberian penghargaan tokoh yang berjasa terhadap

pengembangan sejarah.

19. Penerapan pedoman peningkatan pemahaman sejarah dan wawasan

kebangsaan skala kabupaten/kota.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

6

20. Pelaksanaan pedoman penanaman nilai-nilai sejarah dan kepahlawanan skala

kabupaten/kota.

21. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota mengenai database dan sistem informasi geografi sejarah.

22. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota mengenai koordinasi dan kemitraan pemetaan sejarah skala

kabupaten/kota.

23. Pelaksanaan pedoman nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota penyelenggaraan diklat bidang sejarah skala kabupaten/kota

24. Pelaksanaan pedoman mengenai hasil ratifikasi konvensi internasional

"Cultural Diversity, Protection on Cultural Landscape, Protection on Cultural

and Natural Heritage" skala kabupaten/kota.

25. Penerapan kebijakan perlindungan, pemeliharaan, dan pemanfaatan BCB/situs

skala kabupaten/kota.

26. Penetapan BCB/situs skala kabupaten/kota.

27. Penerapan kebijakan penyelenggaraan dan pengelolaan museum

dikabupaten/kota.

28. Penerapan pedoman penelitian arkeologi.

29. Penerapan pedoman pendirian museum yang dimiliki kabupaten/kota.

30. Penerapan pedoman hasil pengangkatan peninggalan bawah air skala

kabupaten/ kota.

31. Penyelenggaraan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan

skala kabupaten/kota, meliputi:

a. Penanaman nilai-nilai tradisi serta pembinaan watak dan pekerti

bangsa.

b. Pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

lembaga adat.

c. Pengembangan jaringan informasi kebudayaan.

d. Peningkatan kemitraan dengan berbagai pihak terkait, lembaga adat

dan masyarakat.

e. Advokasi lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

lembaga adat.

32. Monitoring dan evaluasi kegiatan skala kabupaten/kota meliputi:

a. Pelaksanaan dan hasil kegiatan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

7

b. Pengendalian dan pengawasan kegiatan.

c. Pelaksanaan kebijakan nasional, norma dan standar serta pedoman

penanaman nilai-nilai budaya bangsa di bidang tradisi pada

masyarakat.

d. Pelaksanaan peningkatan apresiasi seni tradisional dan non tradisional

tingkat kabupaten/kota.

e. Pelaksanaan peningkatan apresiasi film skala kabupaten/kota.

f. Pelaksanaan kebijakan sejarah lokal skala kabupaten/kota.

33. Pengajuan usul rekomendasi pembebasan fiskal untuk kegiatan misi kesenian

Indonesia ke luar negeri dari kabupaten/kota.

34. Penyelenggaraan kegiatan revitalisasi dan kajian seni di kabupaten/kota.

35. Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan peningkatan apresiasi seni

tradisional dan modern di kabupaten/kota.

36. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional perfilman skala

kabupaten/kota.

37. Penyelenggaraan kegiatan festival pameran dan lomba secara berjenjang dan

berkala di tingkat kabupaten/kota.

38. Pengawasan pembuatan film oleh tim asing di kabupaten/ kota.

39. Pemberian izin pelaksanaan kegiatan-kegiatan festival film dan pekan film di

kabupaten/ kota.

40. Fasilitasi organisasi/lembaga perfilman di kabupaten/kota.

41. Penapisan dan pengawasan peredaran film dan rekaman video di

kabupaten/kota

42. Fasilitasi advokasi pengembangan perfilman di tingkat kabupaten/kota.

43. Perizinan membawa BCB ke luar kabupaten/kota dalam satu provinsi.

44. Penyebarluasan informasi sejarah lokal di kabupaten/ kota.

45. Pelaksanaan pemberian penghargaan bidang sejarah lokal di kabupaten/kota.

46. Pelaksanaan kongres sejarah tingkat daerah di kabupaten/ kota.

47. Pelaksanaan lawatan sejarah tingkat lokal di kabupaten/ kota.

48. Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah lokal dalam perspektif nasional di

kabupaten/kota.

49. Pelaksanaan musyawarah kerja daerah bidang sejarah skala kabupaten/kota.

50. Pengkajian dan penulisan sejarah daerah dan sejarah kebudayaan daerah di

kabupaten/kota.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

8

51. Pemetaan sejarah skala kabupaten/kota.

52. Koordinasi dan kemitraan bidang sejarah di kabupaten/kota.

53. Penanganan perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan BCB/situs warisan

budaya dunia skala kabupaten/kota.

54. Registrasi BCB/situs dan kawasan skala kabupaten/kota.

55. Pengusulan penetapan BCB/situs provinsi kepada provinsi dan penetapan

BCB/situs skala kabupaten/kota.

56. Penyelenggaraan kerjasama bidang perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan

BCB/situs skala kabupaten/kota.

57. Penanganan perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan BCB/situs warisan

budaya dunia skala kabupaten/kota.

58. Registrasi BCB/situs dan kawasan skala kabupaten/kota.

59. Pengusulan penetapan BCB/situs provinsi kepada provinsi dan penetapan

BCB/situs skala kabupaten/kota.

60. Penyelenggaraan kerjasama bidang perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan

BCB/situs skala kabupaten/kota.

61. Koordinasi, dan fasilitasi, peningkatan peranserta masyarakat dalam

perlindungan pemeliharaan dan pemanfaatan BCB/situs skala kabupaten/kota.

62. Perizinan survei dan pengangkatan BCB/situs bawah air sampai dengan 4

(empat) mil laut dari garis pantai atas rekomendasi pemerintah.

63. Pengembangan dan pemanfaatan museum kabupaten/kota.

64. Registrasi museum dan koleksi di kabupaten/kota.

65. Penyelenggaraan akreditasi museum di kabupaten/kota.

66. Penambahan dan penyelamatan koleksi museum di kabupaten/kota.

67. Pelaksanaan kebijakan nasional, provinsi dan penetapan kebijakan skala

kabupaten/kota:

a. RIPP kabupaten/kota.

b. Pelaksanaan kebijakan nasional, provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota dalam pengembangan system informasi pariwisata.

c. Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan kebijakan

kabupaten/kota dalam penerapan standarisasi bidang pariwisata.

d. Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan pedoman

pengembangan destinasi pariwisata skala kabupaten/ kota.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

9

e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan kebijakan

dalam pembinaan usaha dan penyelenggaraan usaha pariwisata skala

kabupaten/ kota.

f. Penetapan dan pelaksanaan pedoman perencanaan pemasaran skala

kabupaten/kota.

g. Penetapan dan pelaksanaan pedoman partisipasi dan penyelenggaraan

pameran/event budaya dan pariwisata skala kabupaten/kota.

h. Penetapan dan pelaksanaan pedoman dan penyelenggaraan widya

wisata skala kabupaten/kota.

i. Penetapan dan pelaksanaan pedoman kerjasama pemasaran skala

kabupaten/kota.

67. Pemberian izin usaha pariwisata skala kabupaten/ kota.

68. Pelaksanaan kerjasama internasional pengembangan destinasi pariwisata skala

kabupaten/kota.

69. Pelaksanaan kerjasama pengem-bangan destinasi pariwisata skala kabupaten/

kota.

70. Monitoring dan evaluasi pengembangan pariwisata skala kabupaten/kota.

71. Penyelenggaraan promosi skala kabupaten/kota:

a. Penyelenggaraan widya wisata skala kabupaten/kota serta mengirim

dan menerima peserta grup widya wisata.

b. Peserta/penyelenggara pameran/ event, roadshow bekerja sama dengan

pemerintah/provinsi.

c. Pengadaan sarana pemasaran skala kabupaten/ kota.

d. Pembentukan perwakilan kantor promosi pariwisata di dalam negeri

skala kabupaten/kota.

e. Penyediaan informasi pariwisata ke pusat pelayanan informasi

pariwisata provinsi dan pembentukan pusat pelayanan informasi

pariwisata skala kabupaten/ kota.

f. Pelaksanaan event promosi di luar negeri dengan koordinasi

pemerintah dan provinsi.

72. Pengembangan system informasi pemasaran pariwisata skala kabupaten/kota.

73. Penerapan branding pariwisata nasional dan penetapan tagline pariwisata

skala kabupaten/ kota.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

10

74. Rencana induk pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata

nasional skala kabupaten/kota.

75. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota dalam pengembangan sumber daya manusia kebudayaan dan

pariwisata skala kabupaten/kota.

76. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan

kabupaten/kota penelitian kebudayaan dan pariwisata skala kabupaten/kota.

77. Pelaksanaan rancangan induk penelitian arkeologi nasional oleh

kabupaten/kota berkoordinasi dengan Balai Arkeologi.

Untuk menunjang tugas pokok dan fungsi tersebut di atas maka Berdasarkan Keputusan

Bupati Lembata No. 43 Tahun 2008 tertanggal 12 Desember 2008 tentang Rincian Tugas

dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata dapat di jelaskan

struktur organisasi kelembagaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam menjalankan

tupoksinya secara hirarkis yang terdiri dari:

1. Kepala Dinas;

2. Sekretariat Dinas, yang membawahi

• Subbag. Umum dan Kepegawaian

• Subbag. Administrasi Keuangan,

• Subbag. Perencanaan Program

3. Bidang Kebudayaan, membawahi

• Seksi Kebudayaan Nilai Tradisi Sejarah dan Kepurbakalaan

• Seksi Kerjasama Kelembagaan

4. Bidang Kesenian dan Perfilman membawahi

• Seksi Pengembangan Kesenian Tradisional

• Seksi Pembinaan Kelompok Seni Sekolah dan Masyarakat

• Seksi Pendataan dan Pengawasan Seni dan Perfilman

5. Bidang Pariwisata yang membawahi

• Seksi Pengembangan Obyek dan Daya tarik Wisata

• Seksi Sumberdaya Pariwisata

• Seksi Pemasaran Pariwisata

Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata terbentuk

sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lembata Nomor; 03 Tahun 2008

tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lembata.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

11

BAB II

PERENCANAAN STRATEGIS

A. RENSTRA SKPD

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata sebagai salah satu

insan/pelaku pariwisata pemerintah Kabupaten Lembata dalam setiap membaca dan

menjawab realitas perkembangan kepariwisataan yang ada dalam lingkungan lokal,

nasional maupun internasional selalu tidak terlepas/ berdasarkan pada perencanaan

strategis yang telah ditetapkan, yaitu Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Lembata tahun 2009- 2011. Dengan menggunakan cara

pendekatan perencanaan strategis yang jelas dan sinergis, Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Lembata diharapkan dapat lebih menyelaraskan visi, misinya

dengan potensi, peluang dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan

akuntabilitas kinerjanya.

Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata secara spesifik

/subtansial juga memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi untuk mencapai tujuan

dan sasaran yang berupa Kebijakan dan Program yang terurai dalam berbagai

kegiatan strategis, sebagai berikut :

1. Visi

Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata adalah “KABUPATEN

LEMBATA SEBAGAI DESTINASI WISATA BUDAYA BAHARI BERBASIS ALAM

YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN MAJU DAN SEJAHTERA”

Pernyataan visi diatas dilandasi dengan pemahaman bahwa pembangunan

kepariwisataan di Kabupaten Lembata pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan :

a. Visi Kabupaten Lembata yang ingin menjadikan Lembata Sebagai Daerah Tujuan

Wisata dalam pengembangan ekonomi terpadu pariwista, perlu ditindaklanjuti

dengan berbagai langkah yang terprogram dan terstruktur dengan baik. Untuk

merealisasikan keinginan tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

berkewajiban untuk mewujudkan “keinginan” tersebut melalui tahapan-tahapan

yang secara realistis dapat dilakukan. Tahun 2011 dianggap sebagai waktu yang

cukup relevan untuk mengevaluasi pelaksanaan program-program yang telah

dilakukan. Penentuan tahapan pembangunan lima (5) tahunan, dipandang tepat

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

12

dipakai sebagai terminal dilakukannya evaluasi. Pada tahun 2006-2011, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan visi : Kabupaten Lembata Sebagai

Destinasi wisata budaya bahari berbasis alam yang berwawasan lingkungan

maju dan sejahtera, dan diharapkan pada tahun 2021/2022 Kabupaten Lembata

terwujud menjadi Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Nusa Tenggara Timur

maupun di Indonesia.

b. Kabupaten Lembata secara historis, memiliki modal dasar yang dapat

diunggulkan melalui Panorama alam nan indah mempesona dan menantang

untuk dijelajahi. Budaya dan tradisi unik nan berkelas sangat menarik untuk

dinikmati. Warisan budaya berupa situs-siyus buaya dan peninggalan lainnya

merupakan simbol kebesaran budaya masa lalu yang tidak terbantah. Berbagai

sarana rekreasi dan berbagai sarana / prasarana pendukung pariwisata dan

transportasi memudahkan wisatawan untuk datang dari berbagai tempat untuk

datang dan memilih produk-produk wisata yang berkualitas. Selain itu adanya

produk-produk wisata wisata yang memungkinkan untuk dikemas dan bernilai

jual tinggi. Produk-produk yang harus dilestarikan eksistensinya dan dinaikkan

tingkat kenyamanannya.

c. Berwawasan budaya, dapat diartikan sebagai cerminan watak dan perilaku insan

pariwisata yang selalu mengedepankan budaya timur, Perilaku insan pariwisata

yang “peduli” dalam sikap sehari-harinya. Ramah tamah, gotong royong, gaya

hidup bersih, berbudi pekerti baik, dan sopan santun.

Agenda Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Panca Program) ke 2 (dua)

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Serta Pengembangan Ekonomi Terpadu

Pariwisata dan Budaya.

d. Agenda Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Panca Program ) ke 2 yang

salah satu titik fokus pembangunanya adalah Pembedayaan Masyarakat dan

Desa serta Pengembangan Ekonomi Terpadu Pariwisata. Upaya lain untuk

menjadikan Lembata sebgai Kabupaten 1 Pulau yang ramah lingkungan

merupakan langkah tindak lanjut pemerintah dalam pendekatan Desa Wisata

Mandiri Pariwisata yang profesional dalam Pembentukan dan Pengembangan

Organisasi Manajemen Pariwisata (Destination Management Organization).

e. Konsistensi terhadap keputusan (perencanaan) yang telah dibuat, sering menjadi

barang yang sangat mahal dewasa ini. Berbagai kebijaksanaan yang belum tuntas

dilaksanakan, sudah berganti dengan kebijakan baru. Perencanaan yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

13

tersistem, integrated yang muncul dari analisa yang tajam serta disepakati oleh

seluruh unsur stakeholder perlu dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan

berkesinambungan (sustainable tourism development). Seluruh Pelaksanaan

kegiatan yang dilaksanakan harus berorientasi pada asas adil dan merata serta

sebanyak mungkin menciptakan peluang kerja tanpa meninggalkan kaidah, etika,

kemandirian dan profesional.

f. Kepariwisataan Indonesia adalah pariwisata yang berasal dari rakyat, oleh rakyat

dan untuk rakyat. Berdasarkan konsep tersebut, maka konsep yang sebaiknya

dipakai sebagai landasan adalah : Pariwisata yang berbasis masyarakat

(community based tourism). Rasa ikut memiliki (sense of belongings) perlu

ditumbuhkan dengan menanamkan pemahaman tentang arti penting pariwisata

sebagai salah satu sektor yang diandalkan Pemerintah Kabupaten Lembata.

2. Misi

Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata. merupakan sesuatu

yang diemban untuk dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

sehingga dapat mewujudkan Visi yang hendak dicapai seperti tersebut di atas;

Sedangkan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata adalah :

1. Melaksanakan Penelitian, seni dan budaya secara komprehensif, terpadu dan

berkelanjutan

2. Memanfaatkan seni budaya daerah Kabupaten Lembata bagi pengembangan

Kebudayaan dan Pariwisata

3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Insfrastruktur Pendukung

Pariwisata

4. Melaksanakan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Untuk Daya

Tarik Wisata

5. Memberdayakan semua komponen masyarakat untuk berperanserta dalam

bidang kebudayaan dan pariwisata

6. Memperkenalkan Potensi DTW Alam, Budaya dan hasil-hasil kerajinan ke

Nusantara dan Mancanegera melalui event-event pameran, festival dan

kunjungan kerja.

7. Peningkatan kerjasama kebudayaan dan pariwisata di wilayah Nusa Tenggara

Timur, khususnya Kabupaten Lembata-Pulau Flores-Kabupaten Alor dan Kota

Kupang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

14

8. Menjadikan pariwisata sebagai wahana pemberdayaan masyarakat,

meningkatkan kreatifitas, penciptaan dan pemerataan kesempatan kerja dan

berusaha.

3. Tujuan Dan Sasaran

3. 1. Tujuan

Untuk memberikan fokus bagi pencapaian misi yang diemban maka dirumuskan

tujuan dan sasaran dari masing-masing misi dengan berpedoman pada prioritas daerah

diuraikan sebagai berikut:

1. Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Kebudayaan dan Kepariwisataan

yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

2. Meningkatkan fungsi dinas dalam teknis pelayanan sebagi pelayan public

agar terpenuhinya tingkat kebutuhan masyarakat

3. Meningkatkan kwalitas pelayananan pariwisata yang berbasis budaya serta

pelestarian nilai-nilai budaya.

4. Terwujudnya Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah yang berbasis

budaya.

5. Terwujudnya Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata dan Budaya yang

efektif dan terpadu.

6. Terwujudnya Pembinaan dan Pengawasan Daya Tarik Wisata yang

berkelanjutan berbasis budaya.

7. Terciptanya kualitas pembangunan dan manajemen pariwisata yang

berwawasan lingkungan melalui pola kemitraan.

8. Menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam

Rencana Pembangunan

9. Menilai Pencapaian Sasaran, Tujuan dan Kinerja Pembangunan Daerah

Berdasarkan Indikator dan Sasaran Kinerja yang ditetapkan.

10. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia aparatur perencana.

3. 2. Sasaran

1. Meningkatnya Kesadaran dan Partisipasi masyarakat terhadap pelestarian

budaya serta lingkungan pariwisata

2. Meningkatnya kualitas pelayanan kebutuhan dasar masyarakat

3. Meningkatnya pemanfaatan Sumber Daya Budaya dan Pariwisata yang ramah

lingkungan melalui pengembangan Ekowisata.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

15

4. Meningkatnya pengelolaan dan pengembangan pariwisata berbasis domestik

sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan kebudayaan dan pariwisata yang

terpadu dan berkelanjutan.

5. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan

program Sapta Pesona yang termuat dalam 7 (tujuh) Daya Tarik Wisata.

6. Meningkatnya sarana dan prasaana pendukung pariwisata

7. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kebudayaan dan Pariwisata

8. Lestarinya dan berkembangnya nilai-nilai kebudayaan daerah dalam rangka

memperkokoh identitas dan jati diri dalam mengembangkan kepariwisataan

daerah.

9. Meningkatnya sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan nilai-

nilai budaya dan Sapta Pesona.

10. Tersedianya Areal/Kawasan Pariwisata untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

11. Bertambahnya kuantitas dan kualitas usaha jasa dalam bidang Kebudayaan

dan Pariwisata dalam rangka penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai

tambah dan pendapatan.

12. Telaksananya system kadernisasi dan peningkatan Sumber Daya Aparatur

serta mekanisme perjenjangan karir secara obyektif, procedural dan prestatif.

13. Meningkatnya sumber-sumber pendapatan dinas untuk daerah pada semua

bidang dan jenis usaha dalam sektor pariwisata dan budaya.

B. RENCANA KINERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2010

1. Strategi dan Arah Kebijakan

a. Strategi

Untuk mencapai tujuan dan sasaran, maka Disbudpar Kabupaten Lembata harus

menetapkan strategi yang tepat agar tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

dapat tercapai, antara lain:

1. Memberikan kesempatan kepada PNS untuk mengikuti Diklat yang berkaitan

dengan pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Bidang Kebudayaan dan

Pariwisata pada Lembaga Penyelenggara yang kredibel dan berkompeten;

2. Meningkatkan profesionalisme aparat perencana dalam mengantisipasi dan

menghadapi era demokratisasi dan globalisasi serta ;

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

16

3. Meningkatkan sistem ketatalaksanaan dan sinergisitas pegawai;

4. Mengisi jabatan struktural dan fungsional yang lowong;

5. Pengembangan sistem pelaksanaan, pemantauan, pengawasan dan

pertanggungjawaban kinerja dinas kebudayaan dan pariwisata tepat waktu;

6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana aparatur untuk

menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan eksistensi Disbudpar sebagai

institusi pengelolan, pengendali dan promosi kebudayaan dan pariwisata

daerah.

b. Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh

pihak-pihak terkait dan ditetapkan oleh pimpinan sebagai pedoman atau petunjuk bagi

setiap usaha atau kegiatan aparatur dan masyarakat/stakeholders dalam upaya

pencapaian sasaran, tujuan, misi dan organisasi.

Sehubungan dengan itu, kebijakan yang akan dilaksanakan oleh Disbudpar Kabupaten

Lembata pada tahun 2009 – 2011 adalah :

Kebijakan Internal :

1. Peningkatan kualitas lingkungan internal;

2. Pengembangan data dan informasi yang akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan sebagai dasar pengembangan dan pemasaran

kebudayaan dan pariwisata;

3. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan pada bidang

kebudayaan dan pariwisata daerah yang terpadu.

4. Peningkatan koordinasi pengendlian, pengelolaan dan pengembangan

pemasaran pariwisata dan budaya yang berdampak pada pembangunan

Ekonomi Sosial budaya, prasarana wilayah.

Kebijakan Eksternal

1. Pengembangan kerjasama pembangunan yang terpadu bidang kebudayaan

dan pariwisata;

2. Kebijakan pengembangan pemanfaatan ruang terpadu

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

17

2. Program dan Kegiatan

a. Non Urusan

1. Program dan Kegiatan

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

a. Kegiatan Penyediaan Jasa Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor Barang Cetakan dan

Penggandaan

c. Kegiatan Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan

d. Kegiatan Rapat – Rapat Koordinasi dan Konsultasi

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

a. Kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas

b. Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Gedung

c. Kegiatan Pemeliharaan Rutin / Berkala Gedung

3. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur

a. Kegiatan Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang –

Undangan

4. Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja

dan Keuangan melalui kegiatan

a. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Laporan Keuangan

5. Program Peningkatan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

a. Kegiatan Perayaan Hari Besar Nasional dan Daerah Lainnya

6. Program Perencanaan Pembangunan Sektoral

a. Kegiatan Penyusunan Renstra, Renja dan RKA/DPA/DPPA SKPD

b. Program Dan Kegiatan Pada Urusan Wajib Kebudayaan

1. Program Pengembangan Nilai Budaya

a. Kegiatan Pelestarian dan Aktualisasi Adat Budaya Daerah

b. Kegiatan Pemberian Dukungan, Penghargaan dan Kerjasama di Bidang

Budaya.

2. Program Pengelolaan Keragaman Budaya

a. Kegiatan Fasilitasi Penyelenggaraan Festival Budaya Daerah

c. Program Dan Kegiatan Pada Urusan Pilihan Pariwisata

1. Program Pembangunan, Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan

Fasilitas Pariwisata

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

18

a. Kegiatan Rehabilitasi Sedang/Berat Sarana dan Prasarana Wisata

2. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

a. Kegiatan Pelaksanaan Promosi Pariwisata Nusantara di Dalam dan Luar

Negeri.

3. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

a. Kegiatan Pengembangan Obyek Pariwisata Unggulan

4. Program Pengembangan Kemitraan Pariwisata

a. Kegiatan Pelaksanaan Koordinasi Pembangunan Kemitraan Pariwisata

b. Kegiatan Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan

Kemitraan Pariwisata

5. Program Penataan Peraturan Pariwisata

a. Kegiatan Penyusunan Kebijakan, Norma, Standar dan Prosedur Bidang

Pariwisata

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

19

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor:

PER/09/M.PAN/5/2007 tangal 16 Desember 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan

Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah dan Keputusan Kepala Lembaga

Administrasi Negara (LAN) Nomor: 239/IK/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah maka setiap Instansi

Pemerintah diharuskan menyajikan Indikator Kinerja (Key Performance Indicator) pada

LAKIP tahun 2010.

Indikator Kinerja merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran

strategis organisasi. Tujuan penetapan Indikator Kinerja di Lingkungan Instansi Pemerintah

adalah untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam

menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik dan untuk memperoleh ukuran

keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan

untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja.

Pemilihan dan Penetapan Indikator Kinerja harus memenuhi karakteristik indikator

kinerja yang baik dan cukup memadai guna pengukuran kinerja unit organisasi yang

bersangkutan yaitu : spesifik, dapat dicapai, relevan, menggambarkan keberhasilan sesuatu

yang diukur dan dapat dapat dikuantifikasi dan diukur.

1. Indikator Kinerja

Merujuk pada Peraturan diatas maka Indikator Kinerja Utama Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Lembata merujuk pada RPJMD Kabupaten Lembata.

Gambaran untuk Indikator Kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Lembata dapat di lihat pada table di bawah ini:

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

20

Tabel III.1

INDIKATOR KINERJA

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata

No Program Indikator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

I Pengembangan Nilai

Budaya

Pelestarian dan

Aktualisasi Adat Budaya

Daerah

Jumlah Sanggar Seni Yang

Ikut Serta dalam Kegiatan

Jambore Pariwisata di Rote

Ndao

Kelompok 1 1 100

Jumlah Sanggar Seni Yang

Di berikan

Dukungan,Pendampingan

Penghargaan dan Kerjasama

di Bidang Budaya

Kelompok 6 6 100

II Pengelolaan

Keragaman Budaya

Fasilitasi Penyelenggaraan

Festival Budaya Daerah

100

Jumlah Sanggar Yang Ikut

dalam Pelaksanaan Festival

Kesenian Daerah Tingkat

Provinsi di Kupang

Jumlah Even Tahunan/

Festival yang dilaksanakan

Kelompok

Buah

1

1

1

1

100

100

III Pembangunan,

Pengadaan dan

Pemeliharaan Sarana

dan Fasilitas

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

21

Pariwisata

Rehabilitasi Sedang/Berat

Sarana dan Prasarana

Wisata

Jumlah Sarana Prasarana

Wisata yang di

Rehab/Dibangun

~ Pagar Kawat Berduri

~ Jaringan Anir Bersih

Meter

Unit

200

1

200

1

100

100

IV Pengembangan

Pemasaran

Pariwisata

Pelaksanaan Promosi

Pariwisata Nusantara di

Dalam dan Luar Negeri.

Jumlah Wisatawan Yang

singgah di Lembata dalam

Sail Indonesia

Orang 100 45 45%

V Pengembangan

Destinasi Pariwisata

Pengembangan Obyek

Pariwisata Unggulan

Jumlah Obyek Wisata

Unggulan yang di tata dan

diikutsertakan dalam Lomba

Penataan DTW

Buah 9 9 100

VI Pengembangan

Kemitraan

Pariwisata

Pelaksanaan Koordinasi

Pembangunan Kemitraan

Pariwisata

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

22

Jumlah Pelaku Usaha Jasa

Pariwisata yang diberikan

Pembinaan dan

Pendampingan

Orang 20 20 100

Jumlah Kelompok Sadar

Wisata yang mengikuti

Lomba Pokdarwis Tingkat

Provinsi

Kelompok 1 1 100

VII Penataan Peraturan

Pariwisata

Penyusunan Kebijakan,

Norma, Standar dan

Prosedur Bidang

Pariwisata

Jummlah Kebijakan, Norma,

standard dan Prosediur

bidang Pariwisata (Perda

RIPKA) yang disusun

Buah 1 1 100

2. Capaian Kinerja

Dari gambaran Indikator Kinerja diatas dapat di Jelaskan Capaian Kinerja sebagai

berikut:

1. Jumlah Sanggar Seni Yang Ikut Serta dalam Kegiatan Jambore Pariwisata di

Rote Ndao terealisasi 1 kelompok dari target 1 kelompok sehingga capaian

kinerjaanya 100%.

2. Jumlah Sanggar Seni Yang Di berikan Dukungan,Pendampingan Penghargaan

dan Kerjasama di Bidang Budaya terealisasi 6 Kelompok dari Target 6

Kelompok Sehingga Capaian Kinerjanya 100%

3. Jumlah Sanggar Yang Ikut dalam Pelaksanaan Festival Kesenian Daerah

Tingkat Provinsi di Kupang terealisasi 1 kelompok dari target 1 kelompok

sehingga capaian kinerjanya 100% demikian juga dengan jumlah

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

23

event/festival budaya tahunan yang dilaksanakan terealisasi 1 event dari target

1 event sehingga capaian kinerjanya 100%

4. Jumlah Sarana Prasarana Wisata yang di Rehab/Dibangun yaitu : Pagar Kawat

Berduri terealisasi 200 Meter dari target 200 Meter dan Jaringan Air bersih

terealisasi 1 unit dari Target 1 Unit sehingga capaian kinerjanya 100%

5. Jumlah Wisatawan Yang singgah di Lembata dalam Sail Indonesia terealisasi

45 orang dari target 100 orang sehingga capaian kinerjanya adalah : 45%

6. Jumlah Obyek Wisata Unggulan yang di tata dan diikutsertakan dalam Lomba

Penataan DTW terealisasi 9 DTW dari target 9 DTW sehingga capaian

kinerjanya 100%

7. Jumlah Pelaku Usaha Jasa Pariwisata yang diberikan Pembinaan dan

Pendampingan terealisasi 20 Orang dari Target 20 Orang sehingga capaian

kinerjanya adalah 100%

8. Jumlah Kelompok Sadar Wisata yang mengikuti Lomba Pokdarwis Tingkat

Provinsi terealisasi 1 kelompok dari Target 1 kelompok sehingga capaian

kinerjanya adalah 100%

9. Jummlah Kebijakan, Norma, standard dan Prosediur bidang Pariwisata (Perda

RIPKA) yang disusun terealisasi 1 buah dari Target 1 buah sehingga capaian

kinerjanya adalah 100%

B. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Untuk mempertanggungjawabkan seluruh kinerja Dinas Kebudayan dan

Pariwisata Kabupaten Lembata yang akuntabel, maka pengukuran penghitungannya

tidak hanya dilihat dari sisi akuntabilitas kinerja kegiatan saja tetapi juga mencakup

akuntabilitas kinerja keuangan. Akuntabilitas kinerja keuangan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Lembata wajib dilakukan karena merupakan suatu

pertanggungjawaban keuangan suatu kegiatan yang menyangkut seberapa banyak

serapan keuangan yang efektifitas dan efisiensi antara rencana tingkat capaian kinerja

(target) dengan realisasi. Akuntabilitas/Pertangungjawabn keuangan Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Lembata dapat di Lihat pada table di bawah ini:

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

24

Tabel III, 2

TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN

TAHUN 2010

Nomor Uraian Target

(Rp)

Realisasi

(Rp)

Pencapaian

(%)

A Pendapatan Asli Daerah 25.430.000 26.542.575 104,37

1 Retribusi Daerah 15.857.150 21.460.150 135,33

a Retribusi Penggantian Biaya

Administrasi

5.057.150 5.057.150 100

b Retribusi Tempat

Penginapan/Pesanggraahan/Villa

1.500.000 1.500.000 100

c Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olahraga

9.300.000 14.903.000 160,24

2 Lain-Lain Pendapatan Asli

Daerah Yang Sah

5.083.425 5.083.425 100

a Jasa Giro Pemegang Kas 333.425 333.425 100

b Sumbangan Pihak ketiga:

Sumbangan Pejabat Struktural

4.750.000 4.750.000 100

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

25

Tabel III.3

SERAPAN KEUANGAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

TAHUN 2010

No Program/Kegiatan Pagu Realisasi

Berdasarkan

SPJ

% Realisasi

Fisik

%

A Belanja Administrasi

Umum/ Belanja Tidak

Langsung

1.418.933.527 1.357.647.509 96,68 100

Belanja Pegawai/Personalia

(Gaji dan Tunjangan)

1.418.933.527 1.357.647.509 96,68 100

B Belanja Langsung 894.458.850 864.580.150 96,65 100

URAIAN REALISASI BELANJA LANGSUNG PER PROGRAM DAN KEGIATAN

I Program Pelayanan

Administrasi Perkantoran

153.606.750 148.385.250 96,60 100

1 Kegiatan Penyediaan Jasa

Pelayanan Administrasi

Perkantoran

39.634.600 37.573.100 94,80 100

2 Kegiatan Penyediaan Alat

Tulis Kantor Barang Cetakan

dan Penggandaan

19.367.150 19.367.150 100 100

3 Kegiatan Penyediaan Bahan

Bacaan dan Peraturan

Perundang-undangan

2.710.000 2.500.000 92,25 100

4 Kegiatan Rapat – Rapat

Koordinasi dan Konsultasi

91.895.000 88.945.000 96,79 100

II Program Peningkatan

Sarana dan Prasarana

Aparatur

141.755.000 141.097.000 99,54 100

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

26

1 Kegiatan Pengadaan

Kendaraan Dinas

87.810.550 87.725.000 100 100

2 Kegiatan Pengadaan Sarana

Prasarana Gedung

53.446.850 53.345.000 99,81 100

3 Kegiatan Pemeliharaan Rutin

/ Berkala Gedung

497.600 497.600 100 100

IV Program Peningkatan

Kapasitas Sumberdaya

Aparatur

70.160.000 70.160.000 100 100

1 Kegiatan Bimbingan Teknis

Implementasi Peraturan

Perundang – Undangan

70.160.000 70.160.000 100 100

V Program Peningkatan

Pengembangan Sistim

Pelaporan Capaian Kinerja

dan Keuangan melalui

kegiatan

20.562.000 20.562.000 100 100

1 Penyusunan Laporan Capaian

Kinerja dan Laporan

Keuangan

20.562.000 20.562.000 100 100

VI Program Peningkatan

Kesadaran Berbangsa dan

Bernegara

1.991.200 1.991.200 100 100

1 Kegiatan Perayaan Hari Besar

Nasional dan Daerah Lainnya

1.991.200 1.991.200 100 100

VII Program Perencanaan

Pembangunan Sektoral

5.168.000 5.168.000 100 100

1 Kegiatan Penyusunan

Renstra, Renja dan

RKA/DPA/DPPA SKPD

5.168.000 5.168.000 100 100

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

27

VIII Program Pengembangan

Nilai Budaya

63.315.200 63.315.200 100 100

1 Kegiatan Pelestarian dan

Aktualisasi Adat Budaya

Daerah

46.740.000 46.740.000 100 100

2 Kegiatan Pemberian

Dukungan, Penghargaan dan

Kerjasama di Bidang Budaya

16.575.200 16.575.200 100 100

IX Program Pengelolaan

Keragaman Budaya

159.194.200 151.694.200 95,29 100

1 Kegiatan Fasilitasi

Penyelenggaraan Festival

Budaya Daerah

159.194.200 151.694.200 95,29 100

X Program Pembangunan,

Pengadaan dan

Pemeliharaan Sarana dan

Fasilitas Pariwisata

73.873.600 73.761.600 99,85 100

1 Kegiatan Rehabilitasi

Sedang/Berat Sarana dan

Prasarana Wisata

73.873.600 73.761.600 99,85 100

XI Program Pengembangan

Pemasaran Pariwisata

56.409.700 56.409.700 100 100

1 Kegiatan Pelaksanaan

Promosi Pariwisata Nusantara

di Dalam dan Luar Negeri.

56.409.700 56.409.700 100 100

XII Program Pengembangan

Destinasi Pariwisata

58.853.400 58.853.400 100 100

1 Kegiatan Pengembangan

Obyek Pariwisata Unggulan

58.853.400 58.853.400 100 100

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

28

XIII Program Pengembangan

Kemitraan Pariwisata

46.085.000 46.085.000 100 100

1 Kegiatan Pelaksanaan

Koordinasi Pembangunan

Kemitraan Pariwisata

28.935.000 28.935.000 100 100

2 Kegiatan Peningkatan Peran

Serta Masyarakat dalam

Pembangunan Kemitraan

Pariwisata

17.150.000 17.150.000 100 100

Program Penataan

Peraturan Pariwisata

43.484.800 26.600.000 61,17 100

Kegiatan Penyusunan

Kebijakan, Norma, Standar

dan Prosedur Bidang

Pariwisata

43.484.800 26.600.000 61,17 100

Dari tabel diatas dapat dilita bahwa banyak program dan kegiatan yang realisasinya 100%

(seratus persen). Dari realisasi program dan kegiatan tersebut di akumulasikan menjadi

Kinerja Kegiatan Dinas Kebudayan dan Pariwisata dengan Hasil Pengukuran Kinerja

Kegiatan yang mencapai 97,16%

C. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Lembata dapat dijelaskan sebagai berikut:

Mata Pencaharian disektor pariwisata cukup lambat disadari oleh masyarakat

sebagai mata pencaharian yang layak dan menjanjikan, mengingat Sumber

Daya Manusia yang rendah maka cenderung diserahkan kepada SDM dari

luar.

Dana Promosi pariwisata daerah terbatas, terkendala dalam

pengaanggaran/pembiayaan.

Belum terbentuknya kesepahaman tentang format pengembangan

kepariwisataan antara stakeholders.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

29

Teknologi informasi telah dimanfaatkan untuk promosi dan layanan pariwisata

namun masih dalam tahap awal.

Menurunnya fungsi institusi adat akibat dijalankannya Undang-Undang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Agraria.

Pengaruh globalisasi/modernisasi menjadikan lunturnya nilai-nilai budaya

lokal diengah masyarakat.

Perbedaan pemahaman/persepsi terhadap nilai-nilai budaya diantara kelompok

masyarakat yang tersebar di 9 Kecamatan.

Proses regenerasi/kadernisasi pemilik budaya berjalan lambat.

Kompetensi SDM (masyarakat lokal) bidang pariwisata masih rendah.

D. LANGKAH LANGKAH ANTISIPASI

Meningkatkan Kualitas SDM lokal dibidang layanan jasa kepariwisataan

dengan cara melakukan pembinaan dan pendampingan secara berkelanjutan

Melakukan terobosan dalam kaitan dengan pendanaan promosi pariwisata di

luar APBD

Upaya kesepahaman format pengembangan kepariwisataan antara

stakeholders.

Mengembankan pemanfaat teknologi dan informasi (Internet) dalam

pengelolaan layanan pariwisata.

Melakukan Revitalisasi peran dan fungsi lembaga adat.

Menumbuhkan dan menghargai tatanan dan budaya lokal.

Meningkatkan Peran Komunitas (memposisikan masayarakat sebagai subyek)

Tingkatkan peran masyarakat sebagai pelaku/pemilik budaya

Memberikan Pendampingan yang bersifat kontinyu dalam rangka

pengembangan SDM (Masyarakat Lokal) yang bergerak dalam bidang

Pariwisata.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

30

BAB IV

P E N U T U P

A. KESIMPULAN

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu instrumen yang

digunakan oleh setiap instansi untuk memenuhi kewajibannya yaiu

mempertanggungjawabkan kinerja yang telah dilaksanakannya dalam rangka mencapai visi

dan misi yang telah ditetapkan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan wujud akuntabilitas

yang dapat dipakai oleh Instansi Pemerintah dalam mengukur, melakukan evaluasi kinerja

serta menganalisa dan menginterpretasi pencapaian Target Kinerja Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Lembata selama satu tahun anggaran (tahun 2010)

B. SARAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada masing-masing SKPD

merupakan hal yang penting terutama bagi Kebudayaan dan Pariwisata. Oleh karena itu saran

konkrit yang dapat kita telaah bersama yakni terkait dengan sebuah Dokumen LAKIP yang

baik, akurat dan dapat dipertanggunjawabkan maka harus disediakan alokasi waktu yang

cukup untuk penyelesaiannya demikian pula dengan sistematika penulisannya harus betul-

betul diberikan berdasarkan sistematika penulisan yang tepat sehingga tidak menjadi kendala

dalam proses penyelesaiannya.

Lewoleba, …………..............2011

Kepala Dinas,

WENSESLAUS OSE,S.SOS.,M.AP

Pembina Tk. I

NIP. 19680819 199903 1 005

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG · PDF filedibuat dalam rangka tata tertib menuju instrumen ... Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan ... Pelaksanaan seminar/ lokakarya sejarah

31