bab i pendahuluan a. alasan pemilihan...

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang selanjutnya disebut UU ITE, korban dari pelaku tindak pidana yang dilakukan melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi, belum memperoleh perlindungan hukum secara maksimal, dikarenakan belum terdapat undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan jaringan telekomunikasi atau media cyber (cyber : Connected with electronic communication network, especially the internet 1 ). Namun setelah berlakunya UU ITE, perlindungan korban dari tindak pidana dengan menggunakan sarana atau media elektronik melalui jaringan telekomunikasi dirasa belum memenuhi rasa keadilan bagi korban dari tindak pidana yang menggunakan media elektronik yang terhubung dengan jaringan telekomunikasi atau media cyber. Dalam UU ITE belum terdapat adanya tanda-tanda dirumuskannya kategori sebagai korban dari tindak pidana dengan menggunakan sarana atau media elektronik melalui jaringan telekomunikasi, namun terdapat kategori yang menjadi subjek yang berhak memperoleh perlindungan hukum diantaranya, kepentingan ekonomi nasional, 1 Black’s Law Dictionary. Ninth Edition.

Upload: truongtu

Post on 15-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik yang selanjutnya disebut UU ITE, korban dari

pelaku tindak pidana yang dilakukan melalui media cyber dan teknologi

telekomunikasi, belum memperoleh perlindungan hukum secara maksimal,

dikarenakan belum terdapat undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai

perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana dengan menggunakan media

elektronik yang terhubung dengan jaringan telekomunikasi atau media cyber (cyber :

Connected with electronic communication network, especially the internet1). Namun

setelah berlakunya UU ITE, perlindungan korban dari tindak pidana dengan

menggunakan sarana atau media elektronik melalui jaringan telekomunikasi dirasa

belum memenuhi rasa keadilan bagi korban dari tindak pidana yang menggunakan

media elektronik yang terhubung dengan jaringan telekomunikasi atau media cyber.

Dalam UU ITE belum terdapat adanya tanda-tanda dirumuskannya kategori

sebagai korban dari tindak pidana dengan menggunakan sarana atau media elektronik

melalui jaringan telekomunikasi, namun terdapat kategori yang menjadi subjek yang

berhak memperoleh perlindungan hukum diantaranya, kepentingan ekonomi nasional,

1Black’s Law Dictionary. Ninth Edition.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

2

perlindungan data strategis, harkat dan martabat bangsa, pertahanan dan keamanan

negara, kedaulatan negara, warga negara, serta badan hukum Indonesia, seperti

dikutip dari penjelasan Pasal 2 UU ITE.

Perlindungan hukum di dalam konteks perlindungan hukum terhadap korban

tindak pidana yang dilakukan melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi

merupakan perlindungan hukum yang sama dengan konteks perlindungan hukum

secara umum yaitu menurut pengertian Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor. 13

Tahun 2006 Tentang Perlindungan Sanksi Dan Korban, perlindungan adalah segala

upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada

Saksi dan/Korban.

Manfaat perlindungan hukum dalam konteks perlindungan terhadap korban

dari tindak pidana cyber ini, adalah supaya korban yang dirugikan dapat memperoleh

hak-hak nya sebagai korban seperti diatur dalam undang-undang.

Perlindungan hukum kepada korban tindak pidana cyber memang belum

diatur secara jelas oleh pembentuk undang-undang terutama dalam undang-undang

ITE, namun secara konvensional Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2006 Tentang

Perlindungan Sanksi Dan Korban, dapat dijadikan alternatif untuk diberlakukan

dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap korban tindak pidana cyber.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

3

Selain itu juga menurut Arif Gosita disebutkan bahwa jika hendak

memberikan perlindungan kepada korban, secara umum maka perlu diperhatikan hak-

hak korban yang berhubungan dengan suatu perkara, yaitu:

Pertama, korban berhak mendapatkan kompensasi atas penderitaannya sesuai

dengan kemampuan memberi kompensasi si pembuat korban, dan taraf

keterlibatan/partisipasi/peranan si korban dalam terjadinya kejahatan, dengan

linkuensi dan penyimpangan tersebut. Kedua berhak menolak kompensasi untuk

kepentingan pembuat korban (tidak mau diberi kompensasi karena tidak

memerlukannya). Ketiga, berhak mendapatkan rehabilitasi. Keempat, berhak

mendapatkan kembali hak miliknya. Kelima, berhak mendapatkan perlindungan dari

ancaman pihak pembuat korban, bila melapor dan menjadi saksi. Keenam, berhak

mendapatkan bantuan penasihat hukum. Ketujuh, berhak menggunakan upaya hukum

(recht middelen)2.

Oleh sebab itu penulis hendak meneliti apakah kriteria-kriteria yang sudah

dikemukakan oleh penulis diatas tersebut berlaku untuk tindak pidana dalam bidang

informasi dan transaksi elektronik yang menggunakan media cyber dan dihubungkan

dengan jaringan telekomunikasi, perhatian penulis untuk melihat kriteria-kriteria

perlindungan hukum terhadap korban sebagaimana dikemukakan pada kriteria diatas,

akan difokuskan pada putusan Pengadilan Negeri Surakarta dengan nomor perkara

Nomor. 19 / Pid.Sus / 2011 / PN.Ska, dan putusan Pengadilan Negeri Kendal dengan

Nomor 232/Pid.B/2010/PN.Kdl.

2 DR. Lilik Mulyadi, S.H., M.H. Bunga Rampai Hukum Pidana, Prespektif, teoretis dan praktik, penerbit

PT.Alumni Bandung, 2008, hlm. 260-261.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

4

B. Latar Belakang Masalah

Penulis tertarik mengambil judul dengan tema “Perlindungan Hukum

Terhadap Korban Tindak Pidana yang Dilakukan Melalui Media Cyber Dan

Teknologi Telekomunikasi” dikarenakan penulis ingin mengkaji lebih dalam

mengenai perlindungan terhadap korban dari tindak pidana yang dilakukan melalui

media cyber dan teknologi telekomunikasi, serta ada tidaknya aspek-aspek

perlindungan korban terhadap korban dari tindak pidana yang dilakukan melalui

media cyber dan teknologi telekomunikasi dalam putusan Pengadilan Negeri, serta

seberapa jauh pengaplikasiannya dalam melindungi korban dari tindak pidana cyber

tersebut.

Indonesia sebagai negara dengan kasus-kasus tindak pidana yang dilakukan

melalui internet berdasarkan prosentase jumlah transaksi dan perbuatan pidana yang

terjadi sangat tinngi3, hal ini disebabkan oleh dua hal, yang pertama karena computer

dan teknologi telekomunikasi merupakan instrumen perbuatan pidana yang potensial,

dan kedua menunjukan betapa perlunya untuk segera membenahi sektor hukum

dibidang ini, termasuk memperbaiki ataupun memperkaya hukum positif yang terkait

dengan aktifitas cyber.

Dewasa ini perkembangan akan teknologi informasi dengan menggunakan

media cyber dan teknologi telekomunikasi memang sudah sangat merebak di

3 http://gembong.lecture.ub.ac.id/files/2012/09/1_Pengantar-Keamanan-Jaringan.pdf

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

5

khalayak umum dan sudah menjadi suatu kebutuhan yang mendasar. Seiring dengan

berkembangnya teknologi telekomunikasi yang disambungkan melalui media cyber,

maka interaksi sosialpun semakin dipermudah, dan melahirkan berbagai koneksi dan

jejaring sosial yang sudah menjadi suatu yang umum bagi pengguna jasa

telekomunikasi (internet: An international computer network connecting another network

and computers from companies, universities, and etc.4).

Terdapat berbagai hal yang dapat diakses melalui perangkat telekomunikasi

tersebut, pada saat ini tidak hanya untuk bercakap, berbicara melakukan massaging,

ataupun chatting saja, melainkan sudah merambah di bidang e-banking, transaksi

online(e-trade), e-commerce, e-business, e-retailing, dan lain sebagainya. dengan

semakin meningkatnya aktifitas yang dilakukan manusia menggunakan teknologi

telekomunikasi yang disambungkan melalui media cyber ini, mampukah hukum

mencakup seluruh aspek mengenai teknologi informatika yang di akses meggunakan

media cyber. Dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan melalui media cyber tersebut

akan lahir berbagai perbuatan hukum yang banyak menimbulkan peluang seseorang

atau pihak yang tidak bertanggungjawab dengan melakukan perbuatan-perbuatan

pidana, dari hal-hal tersebut akan banyak menimbulkan korban (victim5).

Kriteria untuk dapat disebut sebagai suatu perlindungan bagi korban, sebagai

mana dikemukakan Arif Gosita diatas, adakah kriteria-kriteria yang sifatnya umum,

4 OXFORD English Dictionary.

5 Victim, A person harmed by a crime, tort, or other wrong. Black’s Law Dictionary Ninth Edition.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

6

yang berlaku bagi semua jenis perbuatan melawan hukum, apakah kriteria tersebut

berlaku bagi korban tindak pidana maupun perbuatan melawan hukum, dalam bidang

informasi dan transaksi elektronik yang menggunakan media siber dan dihubungkan

dengan jaringan telekomunikasi, belum pernah mendapat perhatian untuk diteliti.

Penulis cermati pada saat ini telah terjadi fenomena dimana peradilan dalam

sistem hukum di Indonesia kurang memperhatikan hal-hal mengenai hak-hak yang

harus diperoleh oleh korban dari kejahatan media cyber tersebut. Pada fokus

mengenai perlindungan hukum terhadap korban perbuatan Pidana yang dilakukan

melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi.

Kebijakan legislasi Indonesia yang mengatur tentang perlindungan korban

kejahatan bersifat perlindungan abstrak atau perlindungan tidak langsung yang

dirumuskan dalam kebijakan formulatif. Korban sebagai pihak yang dirugikan dalam

ranah ketentuan hukum relatif terabaikan serta terpinggirkan sehingga perhatian

kepada korban semakin jauh dari sistim peradilan di Indonesia. Berdasar fenomena

diatas diharapkan akan ada regulasi ataupun peraturan perundangan yang mengatur

membahas mengenai perlindungan hak-hak korban terutama perlindungan dan hak-

hak korban dari tindak pidana yang dilakukan melalui media cyber dan teknologi

telekomunikasi.

Adapaun teori yang terkait dengan judul pada skripsi ini adalah teori-teori

mengenai hukum pidana, tindak pidana, teori cyber law dan teori cyber crime, teori

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

7

perlindungan, teori korban. Petama penulis akan memaparkan teori Hukum Pidana

menurut para ahli, yang pertama menurut Pompe, menyatakan bahwa Hukum Pidana

adalah keseluruhan aturan atau ketentuan hukum mengenai perbuatan-perbuatan yang

dapat dihukum dan aturan pidananya. Selanjutnya menurut Bambang Purnomo,

menyatakan bahwa Hukum Pidana adalah hukum sanksi. Definisi ini diberikan

berdasarkan ciri hukum pidana yang membedakan dengan lapangan hukum yang lain,

yaitu bahwa hukum pidana sebenarnya tidak mengadakan norma sendiri melainkan

sudah terdapat pada lapangan hukum yang lain, dan sanksi pidana diadakan untuk

menguatkan ditaatinya norma-norma diluar hukum pidana dianggap benar sebelum

hukum pidana berkembang dengan pesat. Berikut adalah teori tindak pidana menurut

Teguh Prasetyo, menyatakan bahwa hukum pidana adalah sekumpulan peraturan

hukum yang dibuat oleh negara, yang isinya berupa larangan maupun keharusan,

sedang bagi pelanggar terhadap larangan dan keharusan tersebut dikenakan saksi

yang dapat dipaksakan oleh negara.6

Kedua penulis akan memaparkan mengenai teori tindak pidana menurut

Teguh Prastyo, adalah suatu perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam

dengan pidana, dimana pengertian perbuatan disini selain perbuatan yang bersifat

6 Teguh Prasetyo,2011, Hukum Pidana “Edisi Revisi”, Rajawali Pers, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Hal. 4, hal. 9

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

8

aktif (melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum) juga perbuatan yang

bersifat pasif (tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum).7

Ketiga, penulis disini akan memaparkan tentang cyber law, menurut Black’s

Law Dictionary, “The field of law dealing with the internet,encompassing cases,

statutes, regulation, and disputes that affect people and businesses interacting

through computers”. “merupakan bagian dari hukum yang berkaitan dengan internet,

yang meliputi, kasus, perundang-undangan, peraturan pemerintah, dan perselisihan

yang mempengaruhi orang dan interaksi bisnis yang menggunakan komputer”.

Selanjutnya adalah teori mengenai cyber crime, Collin Barry C. menjelaskan istilah

cybercrime sebagai berikut :

“Term “cyber-crime” is young and created by combination of two

words: cyber and crime. The term “cyber” means the cyber-space (terms

“virtual space”, “virtual world” are used more often in literature) and

means (according to the definition in “New hacker vocabulary” by Eric S.

Raymond) the informational space modeled through computer, in which

defined types of objects or symbol images of information exist – the place

where computer programs work and data is processed.”8

Keempat, penulis akan memaparkan mengenai teori korban menurut undang-

undang nomor 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban. Korban adalah

7 Teguh Prasetyo,2011, Hukum Pidana “Edisi Revisi”, Rajawali Pers, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Hal. 50. 8 Collin Barry C., 1996, The Future of CyberTerrorism, Proceedings of 11th Annual International

Symposium on Criminal Justice Issues. The University of Illinois at Chicago, dikutip dari makalah

Vladimir Golubev, cyber-crime and legal problems of usage network the INTERNET.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

9

seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan atau kerugian ekonomi

yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.

Kelima, penulis akan memaparkan mengenai teori perlindungan yang terdapat

dalam undang-undang nomor 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban.

Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk

memberikan rasa aman kepada saksi dan atau korban yang wajib dilaksanakan oleh

LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

Dari situlah mampukah hukum ataupun undang-undang yang ada di Indonesia

melindungi hak-hak korban tindak pidana yang disebabkan oleh perbuatan pidana

dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan jaringan

telekomunikasi atau media cyber.

Dalam karya tulis ini penulis juga akan menyertakan putusan Pengadilan

negeri dengan kasus tindak pidana “Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan

hukum mengakses komputer dan / atau sistem elektronik milik orang lain dengan cara

apapun” dengan Nomor Putusan. 19 / Pid.Sus / 2011 / PN.Ska, dengan duduk perkara

sebagai berikut :

Bahwa ia terdakwa SUHERMAN alias HERMAN pada Rabu tanggal 18

Februari 2009 sekira antara pukul 10.00 wib sampai dengan pukul 11.00 wib atau

setidak - tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2009 , bertempat di ruang Ekonomi

Sat Reskrim Poltabes Surakarta yang sekarang berganti nama dengan Polresta

Surakarta, di Jalan Adisucipto Nomor 2, Kota Surakarta atau setidak - tidak nya pada

suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri

Surakarta, dengan sengaja dan tanpa hak at au melawan hukum dengan cara apapun

memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan / atau Dokumen elektronik

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

10

kepada sistem Elektronik orang lain yang tidak berhak. Melalui perbuatannya itu

merugikan UMAR EDRUS AL HABSYI yang berkekudukan sebagai saksi dan

korban, yang karena perbuatan terdakwa, dirugikan berupa hilangnya data yang ada

di dalam alamat email saksi, dan menyebabkan kerugian materiil sebesar 5,1 milyar

rupiah, dan setelah diputus oleh hakim terdakwa hanya mendapat pidana penjara

selama 10 bulan ditambah masa penahanan, serta denda sebesar satu juta rupiah dan

membayar biaya perkara sebesar lima ribu rupiah.

Disertakan pula kasus tindak pidana “tanpa hak telah mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik ” dengan Nomor Putusan. 232/Pid.B/2010/PN.Kdl. dengan

duduk perkara sebagai berikut :

Menyatakan Terdakwa Drs. PRABOWO, MM Bin TJASAN PRAMONO

SAPUTRO telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan Tindak Pidana

“tanpa hak telah mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat

dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki

muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik ” sebagaimana diatur dalam

Pasal 27 ayat (3) juncto Pasal 45 ayat (1) UU RI No.11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik.

Duduk perkara dalam kasus diatas, Bahwa Terdakwa Drs. PRABOWO, MM

Bin TJASAN PRAMONO SAPUTRO pada har i Rabu tangga l 13 Januar i 2010

sekira jam 01.25 Wib serta jam 01. 36 Wib setidak-tidaknya pada waktu-waktu

tertentu yang masih dalam tahun 2010 bertempat di rumah Saksi NUR DEWI

ALFIYANA SH.Mkn Binti ADADI masuk Dukuh Telogo layang Rt . 03 Rw. 05

Desa Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal , atau setidak-tidaknya di

suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Kendal,

dengan sengaja dan tanpa hak telah mendistribusikan dan / atau mentransmisikan

dan / atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan / atau dokumen

elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan / atau pencemaran nama baik ,

yakni pada awalnya antara Terdakwa Drs. PRABOWO, MM Bin TJASAN

PRAMONO SAPUTRO dan Saksi NUR DEWI ALFIYANA SH.Mkn Binti ADADI,

berkenalan sejak bulan Okotober 2007 dan berteman selama 2,5 (dua setengah) tahun

kemudian karena kesibukan masing- masing antara Terdakwa dan Saksi NUR DEWI

ALFIYANA memutuskan untuk tidak berhubungan lagi sampai dengan sekarang,

selanjutnya pada hari Jumat tanggal 01 Januari 2010 sekira pukul 01.57 Wib karena

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

11

sudah lama Saksi NUR DEWI ALFIYANA tidak mendapat kabar dari Terdakwa,

Saksi NUR DEWI ALFIYANA mencoba mengir imkan pesan singkat yang isinya

ucapan selamat tahun baru ke nomor hand phone 087837909696 milik Terdakwa

namun oleh Terdakwa pesan singkat tersebut tidak dibalas, kemudian keesok harinya

Saksi NUR DEWI ALFIYANA mengirim pesan singkat lagi yang isinya menanyakan

kapan Terdakwa akan menikah ke nomor hand phone 087837909696 milik Terdakwa

namun oleh Terdakwa pesan singkat tersebut tidak dibalas, lalu pada hari kamis

tanggal 07 Januari 2010 sekira pukul 19.00 Wib Saksi NUR DEWI ALFIYANA

kembali mengirim pesan singkat kepada Terdawa namun oleh Terdakwa tetap tidak

dibalas, kemudian pada Rabu tanggal 13 Januari 2010 sekira jam 01.25 Wib

Terdakwa dengan menggunakan nomor hand phone 087837909696 mengirim pesan

singkat ke nomor 081901359696 milik Saksi NUR DEWI ALFIYANA yang

berbunyi “ jangan ngaco dan ganggu orang bangsat lonte sekali lonte ya tetap

lonte lah, betapa rendah martabatmu ha…..kacian deh” setelah menerima pesan

singkat tersebut untuk memastikan siapa pengi rimnya Saksi NUR DEWI

ALFIYANA melakukan hubungan telepon kepada Terdakwa ke nomor

087837909696 dan diangkat oleh seorang laki - laki kemudian oleh Saksi NUR

DEWI ALFIYANA hubungan telephon tersebut langsung ditutup, tidak lama

kemudian sekira pukul 18.41 Wib Terdakwa dengan menggunakan nomor hand

phone 087837909696 kembali mengirim pesan singkat ke nomor 081901359696

yang berbunyi ”Ya lagi2 diganggu bangsat lonte, dg sikapmu yg seperti itu pasti

km akan SELALU DIRENDAHKAN ORG jadinya km tidak akan laku gitu

nasehat sy te…….Lonte.” atas perbuatan Terdakwa tersebut mengakibatkan perasaan

malu dan sakit hati pada diri Saksi NUR DEWI ALFIYANA, selain itu Saksi NUR

DEWI ALAVIYAH merasa nama baiknya diserang atau dirusak oleh Terdakwa.

Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana menurut Pasal 27 ayat (3)

juncto Pasal 45 ayat (1) UU RI No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

TranSaksi elektronik.

Malalui perbuatan terdakwa tersebut saksi sekaligus korban mendapatkan

penderitaan secara psikis, yang karenanya nama baik dari saksi sekaligus korban di

lecehkan oleh terdakwa. Berdasar putusan tersebut terdakwa hanya mendapatkan

pidana penjara selama tiga bulan dan denda sebesar satu juta rupiah.

Berdasarkan kasus-kasus tindak pidana yang dilakukan melalui media siber

dan teknologi telekomunikasi tersebut penulis merasa bahwa ketentuan peraturan

perundangan dan keputusan hakim dinilai masih belum memihak sepenuhnya

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

12

terhadap korban yang telah menderita kerugian baik materi maupun psikis yang

dialami oleh saksi atau korban dari perbuatan terdakwa.

C. Perumusan Masalah

Bagaimana perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana yang

dilakukan melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi dalam putusan

pengadilan negeri dengan nomor putusan 19 / Pid.Sus / 2011 / PN.Ska dan

232/Pid.B/2010/PN.Kdl. ?

D. Tujuan Penelitian

Mengkaji perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana yang dilakukan

melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi, dalam putusan pengadilan

negeri dengan nomor putusan 19 / Pid.Sus / 2011 / PN.Ska dan

232/Pid.B/2010/PN.Kdl.

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis:

a. Menambah ilmu, khususnya dalam bidang hukum pidana, tentang

bagaimana cara mengimplementasikan perlindungan hukum terhadap

korban perbuatan melawan hukum yang dilakukan melalui media

cyber.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

13

b. Menambah referensi tentang kajian hukum pidana, khususnya aspek

perlindungan korban dan hukum pidana yang berkaitan dengan cyber

law (hukum mayantara).

2. Praktis:

Dengan penelitian ini, diharapkan permasalahan mengenai

perlindungan hukum terhadap hak-hak korban dari tindak pidana yang

dilakukan melalui media cyber dapat terselesaikan, dengan dasar-dasar

argumen yang kuat dalam sistem hukum pidana di indonesia.

F. Metode Penelitian

1. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat yuridis normatif dengan pendekatan deduktif.

karena, akan mengkaji bahan hukum berupa peraturan perundang-

undangan dan Putusan Pengadilan Negeri Surakarta dengan nomor

perkara No 19 / Pid.Sus / 2011 / PN.Ska dan Putusan Pengadilan Negeri

Kendal dengan nomor perkara 232/Pid.B/2010/PN.Kdl.

2. Pendekatan masalah

Pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case

approach), pendekatan teori (theory approach).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

14

3. Bahan hukum:

a. Primer

Bahan Hukum Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari

sumber pertama berupa peraturan perundangan yakni :

i. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

ii. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi

iii. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Perlindungan Saksi Dan Korban

iv. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

Dan Transaksi Elekronik

v. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Telekomunikasi

Sekunder

Data sekunder merupakan studi dokumen atau bahan pustaka

berupa, Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor. 19 / Pid.Sus

/ 2011 / PN.Ska, dan Putusan Pengadilan Negeri Kendal dengan

Nomor. 232/Pid.B/2010/PN.Kdl.

Fungsi dari data sekunder adalah memberikan petunjuk kepada

peneliti untuk melangkah, baik dalam membuat latar belakang,

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka

teoritis dan konseptual, bahkan menentukan metode pengumpulan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

15

dan analisis bahan hukum yang akan dibuat sebagai hasil

penelitian.9

b. Tersier

Kamus Hukum Black’s law Dictionary Ninth Edition, OXFORD

English Dictionary, E-Book.

4. Teknik pengumpulan dan pengolahan bahan hukum

Teknik pengumpulan dan pengolahan bahan hukum terdiri dari kumpulan

peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, yang dapat menjawab

tujuan penulisan.

G. Satuan Amatan

Satuan amatan dari penelitian ini adalah peraturan-peraturan

perundangan yang berkaitan terhadap perlindungan hukum terhadap korban

tinda pidana yang dilakukan melalui media cyber dan teknologi

telekomunikasi. Satuan amatan tersebut salah satunya, undang-undang tentang

Informasi dan Teransaksi Elektronik, undang-undang tentang

Telekomunikasi, dua putusan pengadilan, dimana terdapat korban dari

beroperasinya media cyber dengan menggunakan teknologi telekomunikasi.

9 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.54

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6813/1/T1_312009004_BAB I… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebelum berlakunya

16

Unit Amatan:

a. Putusan Pengadilan Negeri Surakarta dengan Nomor. 19 / Pid.Sus

/ 2011 / PN.Ska.

b. Putusan Pengadilan Negeri Kendal dengan nomor perkara

232/Pid.B/2010/PN.Kdl.

c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

d. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan

Saksi Dan Korban

e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan

Transaksi Elekronik

f. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Telekomunikasi