bab i pendahuluan 1. alasan pemilihan judul 1.1...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Alasan Pemilihan Judul
1.1 Aktualitas
Teknologi, informasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang pesat dari
hari ke hari. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi sekarang ini berjalan
berdampingan bersama kehidupan manusia. Baik dalam dunia pekerjaan dan kehidupan
sehari-hari kita selalu bersentuhan dengan teknologi. Teknologi pun menjadi kebutuhan
primer bagi manusia, dengan eksistensinya yang terus mengalami perkembangan di
pelbagai sektornya. Seperti salah satu bagian dari unsur teknologi ialah internet.
Penguasaan dalam menggunakan internet seolah menjadi softskill yang wajib dimiliki
oleh tiap-tiap masyarakat. Semua jenjang umur dari orang tua, remaja bahkan anak-anak
pun mulai memahami bagaimana tata cara penggunaan internet.
Kampung Cyber RT 36 RW 09 merupakan sebuah kampung yang terletak di tengah
kota Yogyakarta, keberadaan kampung ini dekat dengan taman wisata tempat pemandian
Taman Sari. Kampung Cyber memiliki masyarakat yang sadar akan kebutuhannya pada
bidang teknologi informasi dan komunikasi. Berkembangnya Kampung Cyber ini tak
luput dengan adanya kelompok yang sadar akan pentingnya teknologi dan melakukan
pemberdayaan bagi masyarakat sekitar Kampung Cyber. Pemberdayaan yang dilakukan
oleh kelompok masyarakat RT 36 RW 09 ini memberikan dampak positif bagi
masyarakat sekitar Kampung Cyber.
Ide penelitian ini muncul saat mengetahui bahwa antar sesama warga dalam
berkomunikasi terkadang menggunakan akses internet yaitu facebook. Selain itu ada
2
beberapa hal yang membuat peneliti tertarik yaitu terdapat program penjualan batik yang
dilakukan secara online, lalu terdapat program Edu Wisata Cyber yang merupakan
program pencerdasan Internet yang ditujukan kepada siswa-siswi sekolah formal maupun
informal. Warga Kampung Cyber yang telah terbiasa menggunakan internet di keseharian
mereka sejak 2008 silam, menyebabkan peneliti ingin mengkaji lebih dalam yaitu
bagaimana proses belajar yang dialami warga Kampung Cyber terhadap masuknya
internet di daerah mereka. Proses seperti apa sehingga membuat warga terbiasa dengan
penggunaan internet dalam kesehariannya.
1.2 Orisinalitas
Penelitian ini dikerjakan murni dikerjakan oleh peneliti dan judul penelitian ini
masih orisinil karena belum ada penelitian yang diangkat oleh peneliti lain. Banyak
penelitian yang berkaitan dengan Kampung Cyber, namun sepengetahuan penulis
belum ada penelitian yang meneliti mengenai Proses Belajar Sosial tentang Internet
bagi Warga Kampung Cyber RT 36 RW 09 Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton
Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan penelitian ini kami melakukan studi literatur sebagai
bahan acuan, supaya penelitian yang kami susun ini mempunyai perbedaan dengan
penelitian sebelumnya. Sehingga penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan kajian terhadap:
a. Michael Aji Pradipta melakukan penelitian berjudul: “KOMUNITAS
KAMPUNG CYBER: STUDI TENTANG JARINGAN DAN PERUBAHAN
SOSIAL SETELAH INOVASI INTERNET DI KAMPUNG TAMANSARI,
YOGYAKARTA.” Michael Aji Pradipta merupakan mahasiswa program
3
Sarjana UGM Tahun 2007, Prodi Ilmu Sosisologi, Fakultas Ilmu Sosial Politik.
Penelitian ini bercerita mengenai bagaimana pembentukan jaringan dan
perubahan sosial yang terjadi dengan adanya inovasi internet pada masyarakat
yang berada di Kampung Cyber, Taman Sari, Yogyakarta. Penelitian ini
mencoba menjelaskan secara deskriptif analitis mengenai jaringan sosial
masyarakat yang terbentuk dalam pemberdayaan Kampung Cyber. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian Michael Aji Pradipta yaitu
pendekatan kualitatif melalui studi kasus (case study). Pendekatan kualitatif
dimaksudkan untuk memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip yang mendasari
adanya gejala dalam kehidupan sosial. Pendekatan studi kasus yang dipakai
dalam penelitian ini ditujukan untuk mengamati secara mendalam dinamika
Kampung Cyber sebagai subyek yang unik.
Penelitian ini berfokus kepada pembentukan jaringan dan perubahan sosial
yang terjadi dengan adanya internet di Kampung Cyber. Sedangkan penelitian
saya membahas mengenai Proses Belajar Sosial yang dialami oleh Warga RT 36
RW 09 terhadap masuknya Internet di wilayah tersebut.
b. Faoziyah melakukan penelitian berjudul: “PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BERBASIS TEKNOLOGI DAN INFORMASI STUDI DI
KAMPUNG CYBER RT 36 TAMAN PATEHAN KRATON
YOGYAKARTA.” Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Faoziyah
merupakan mahasiswi program sarjana Prodi Pengembangan Masyarakat Islam,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga. Dalam penelitian ini
Faoziyah melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana proses
4
pemberdayaan masyarakat yang terdapat di Kampung Cyber melalui akses
intenet yang berada didalamnya serta manfaat yang dirasakan oleh masyarakat
akan terbentuknya Kampung Cyber. Penelitian ini memaparkan bahwa
Pemberdayaan masyarakat di Kampung Cyber memiliki beberapa tahapan yaitu
sosialisasi, perencanaan, dan pelatihan. Tahap sosialisasi dilakukan dengan
berbagai macam cara, salah satunya dengan pertemuan RT dan arsian warga.
Kemudian perencanaan dimulai dengan melakukan hal-hal yang bersifat teknis
seperti survei penyedia layanan internet. Tahap terakhir yaitu pelatihan. Menurut
Faoziyah tahapan pelatihan ini merupakan tahapan yang paling penting dalam
proses pemberdayaan masyarakat. Hal ini disebabkan karena pada saat itu
banyak masyarakat yang belum mengenal computer.
Kemudian dalam penelitian ini juga diuraikan tentang manfaat terbetuknya
Kampung Cyber bagi masyarakatnya. Manfaat tersebut diantaranya ialah terciptanya
ruang interaksi baru, dapat dikenal banyak orang, sebagai sumber informasi dan referensi
serta dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis online. Penelitian yang dilakukan
oleh Faoziyah berfokus kepada Proses Pemberdayaan Masyarakat di Kampung Cyber
serta Manfaat terbentuknya Kampung Cyber. Sedangkan penelitian saya memfokuskan
kepada warga masyarakat RT 36 RW 09 yang mengalami Proses Belajar Sosial secara
alami sejak internet masuk ke Kampung Cyber yaitu tahun 2009.
Dengan demikian penelitian ini masih dapat di klasifikasikan sebagai penelitian
yang orisinil. Jika dilihat dalam segi tema, maupun lokasi penelitian. Karena dalam
penelitian kali ini, peneliti mengangkat isu yang berbeda dari penelitian-penelitian
5
sebelumnya. Isu yang peneliti angkat adalah Proses Belajar sosial bagi warga Kampung
Cyber RT 36 RW 09 Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton Yogyakarta.
1.3 Relevansi dengan Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
Program studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) merupakan studi
yang memiliki tiga konsentrasi, yaitu Kebijakan Sosial (Social Policy), Pemberdayaan
Masyarakat (Community Empowerment), dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Responsbility). Ketiga konsentrasi tersebut dibuat untuk mempelajari
masalah sosial yang berada dalam masyarakat dan proses penanganannya. Dalam praktik
untuk menangani masalah-masalah sosial inipun tentunya terdapat berbagai macam
pilihan pendekatan yang nantinya dapat diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi
masyarakat tersebut.
Kajian ilmu yang diterapkan oleh prodi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
berupaya untuk mensinergikan antara potensi sumberdaya dan kemampuan yang dimiliki
oleh masyarakat. Kajian kesejahteraan meliputi berbagai aspek. Contohnya masyarakat
mendapatkan hak dalam mengakses informasi, masyarakat mendapatkan pencerdasan
mengenai teknologi serta tidak adanya batasan umur dalam proses memperoleh
pencerdasan ini. Hal-hal tersebut guna dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, penelitian Proses Belajar Sosial tentang Internet bagi warga
Kampung Cyber RT 36 RW 09 ialah sebagian dari upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan dalam masyarakat melalui proses Pemberdayaan Masyarakat yang
dilakukan melalui adanya sebuah proses belajar sosial warga yang menjadi salah satu
program Kampung Cyber 36 RW 09.
6
Dalam proses belajar sosial yang dialami oleh warga RT 36 RW 09, secara tidak
langsung proses ini mengandung makna-makna serta nilai dan norma sosial yang dapat
diperoleh oleh warga. Selain itu, dalam proses belajar sosial warga Kampung Cyber
mengenai Internet hal ini secara tidak langsung mengandung unsur Pemberdayaan
Masyarakat, pada bagian adanya masyarakat yang belum berdaya atau belum mengetahui
soal internet dan ada sebagian masyarkat yang sudah berdaya atau Komunitas Cyber yang
sekaligus menjadi motor pergerakan dalam perubahan Kampung Cyber RT 36 W 09. Dari
segi keilmuan khususnya yaitu Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, judul
penulis termasuk salah satu kajian ilmu yang dipelajari dalam konsentrasi disiplin ilmu
pembangunan sosial dan kesejahteraan.
2. Latar Belakang
Semakin hari modernisasi kian terjadi di berbagai belahan dunia, tak luput di
negara kita yaitu Indonesia. Arus globalisasi yang semakin menggila memaksa seluruh
komponen masyarakat untuk dapat menggunakan teknologi. Teknologi merupakan
komponen penting yang berada dalam unsur modernisasi. Modernisasi tidak akan terjadi
jika tidak diimbangi dengan adanya unsur teknologi. Salah satu contoh dari teknologi
ialah internet. Teknologi itu seperti garpu atau pisau. Selama dipergunakan apa dia buat,
maka tidak akan ada dampak-dampaknya yang buruk. (Mochtar Lubis, 1989). Sekarang
ini penggunaan internet di masyarakat kian meningkat.
7
Gambar 1. Jumlah Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2016
Sumber data: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2016
http://www.apjii.or.id/survei2016
Melihat dari gambar diatas, Menurut Badan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) pada tahun 2016 dari total populasi penduduk Indonesia yang
berjumlah 256,2 Juta terdapat 132,7 Juta penduduk Indonesia yang merupakan pengguna
Internet. Jika dilihat dalam bentuk persen, terdapat 52,5% pengguna internet berjenis
kelamin laki-laki dan 47,5% pengguna internet berjenis kelamin perempuan di Indonesia.
Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
mengungkapkan pada Tahun 2016 berdasarkan wilayah di Indonesia terdapat 20.752.185
Juta penduduk atau 15,7% di pulau Sumatera yang menggunakan Internet, dilanjutkan
8
dengan 86.339.350 Juta atau 65% penduduk pulau Jawa yang menggunakan Internet,
Selanjutnya terdapat 6.148.796 Juta atau 4,7% penduduk yang meggunakan Internet di
pulau Bali dan Nusa, 7.685.992 Juta atau 5,8% penduduk pengguna Internet di Pulau
Kalimantan, lalu terdapat 8.454.592 atau 6,3% penduduk pengguna Internet di Pulau
Sulawesi. Pulau terakhir yaitu Maluku dan Papua dengan 3.330.596 Juta atau 2,5%
penduduk pengguna internet. Berdasarkan populasi, jumlah pengguna Internet terbanyak
di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan 86,3 juta orang atau setara dengan 65%.
Gambar 2. Alasan Utama Mengakses Internet
Sumber data: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2016
http://www.apjii.or.id/survei2016
Data diatas merupakan alasan utama pengguna internet di Indonesia mengakses
internet. Diurutan pertama sebanyak 31,3 Juta atau 25,3% pengguna internet di Indonesia
9
yang memiliki alasan mengakses internet untuk update Informasi. Diurutan kedua
sebanyak 27,6 juta atau 20,8% pengguna internet di Indonesia memiliki alasan
mengakses internet terkait pekerjaan. Mengisi waktu luang menempati urutan ketiga
sebagai alasan utama mengakses internet, sebanyak 17,9 juta atau 13,5%. Sebanyak 13,6
juta atau 10,3% alasan pengguna internet di Indonesia dalam mengakses internet untuk
sosialisasi. Dilanjutkan dengan sebanyak 12,2 juta atau 9,2% alasan pengguna internet di
Indonesia dalam mengakses internet terkait pendidikan. Sebanyak 11,7 juta atau 8,8%
alasan pengguna internet di Indonesia dalam mengakses internet untuk hiburan. Diurutan
terakhir terdapat 10,4 juta atau 8,5% pengguna internet di Indonesia dalam mengakses
internet untuk bisnis, berdagang dan cari uang.
Dari pemaparan data diatas yang telah dijelaskan dapat dilihat seberapa banyak
jumlah pengguna internet di Indonesia. Pulau jawa pun menempati urutan pertama
sebagai pulau dengan pengguna internet terbanyak. Tentunya pengguna internet di
Indonesia memiliki alasan dalam mengakses internet. Update Informasi pun menjadi
alasan pertama bagi pengguna internet di Indonesia dalam mengakses internet.
Yogyakarta merupakan kota yang memiliki keistimewaan sama seperti namanya.
Selain kota ini disebut sebagai kota pendidikan, kota ini juga kaya akan nilai budaya,
wisata dan pula dengan masyarakatnya yang terkenal akan keramahannya. Tak luput dari
itu, kota ini juga memiliki banyak kampung atau desa yang memiliki berbagai macam
keanekaragaman dan ciri khas. Seperti Kampung Ramah Anak, Kampung Hijau,
Kampung Arab dan lain-lain. Disini penulis akan mencoba membahas salah satu
Kampung dengan ciri khas Internet didalamnya. Kampung tersebut ialah Kampung
Cyber. Kampung Cyber ini terletak di Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton
10
Yogyakarta. Jika dilihat dari website yang dimiliki oleh Kampung Cyber ini, perencanaan
adanya Kampung Cyber ini pada Agustus tahun 2008. Pada sejarah Kampung Cyber
sendiri dijelaskan bahwa masyarakat di kampung ini memiliki jiwa semangat yang tinggi,
dimana masyarakat kampung ini ingin menjadi motor perubahan dari gerakan sosial
sederhana yaitu memiliki pengetahuan di bidang teknologi informasi yang kelak akan
bermanfaat dan menjadi pemimpin bagi masyarakat sekitarnya.
Mereka mempunyai pandangan bahwa dengan pengetahuan yang mereka miliki,
mereka dapat maju melawan ketertinggalannya. Dengan modal yang dikumpulkan secara
kolektif dan semangat gotong royong maka pada Juni tahun 2009 hadirlah internet
dengan harga terjangkau di tengah-tengah masyarakat RT 36 RW 09. Pemasangan
internet tersebut dipasang secara nirkabel yaitu dipasang dari rumah ke rumah. Mengutip
dari website Kampung Cyber (http://rt36kampoengcyber.com/) hingga saat ini akses
internet telah tersambung ke rumah sebanyak 25 rumah warga. Internet juga terpasang di
pos kamling agar warga dapat mengaksesnya secara mudah dan mempertahankan
kearifan lokal yang berada di Kampung Cyber yaitu keguyuban warga dalam berkumpul
bersama.
Terhitung sudah 8 tahun Kampung Cyber berdiri. Tentunya Kampung Cyber tengah
mengalami perubahan-perubahan di berbagai sisi untuk selalu memperbaiki dirinya.
Berbagai macam kegiatan terdapat di Kampung Cyber seperti Kerajinan batik yang
dipasarkan melalui internet, adanya sanggar dan program Edu Wisata Cyber yang
ditujukan kepada anak-anak. Segala bentuk program merupakan upaya-upaya yang
dilakukan oleh warga Kampung Cyber agar terus menjadi Kampung dimana warganya
yang terus selalu ingin ter update mengenai teknologi. Kampung Cyber telah berdiri sejak
11
tahun 2008, hal tersebut membiasakan para warga untuk menggunakan internet dalam
kehidupan sehari-harinya. Salah satu hal menarik yang ditemukan ialah selain
berkomunikasi dan berinteraksi dengan bertatap muka, warga Kampung Cyber pun juga
menggunakan aplikasi media sosial yaitu Facebook dalam berkomunikasi antar warga.
Dengan kebiasaan warga Kampung Cyber dalam menggunakan internet, pertnyaan
penulis pun muncul, dalam penelitian ini. Bagaimana proses belajar sosisal yang dialami
oleh warga Kampung Cyber akan masuknya internet di wilayah mereka? Apakah
kebermanfaatan dari internet hanya di rasakan sebagian pihak atau seluruh masyarakat?
3. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana proses belajar sosial yang dialami oleh warga Kampung Cyber RT 36 RW 09
terhadap masuknya internet di wilayah tersebut?
4. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Subtansial
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana proses belajar sosial
mengenai internet yang dialami oleh warga Kampung Cyber RT 36 RW 09
Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton Yogyakarta.
b. Tujuan Operasional
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan studi
Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi
acuan bagi penelitian selanjutnya.
12
5. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti akan memperkaya pemahaman mengenai proses belajar sosial yang
dialami oleh warga RT 36 RW 09 Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton
Yogyakarta.
2. Bagi Masyarakat, memperkaya wawasan mengenai proses belajar sosial yang
dialami oleh diri mereka sendiri.
3. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang bagaimana proses belajar sosial
bagi warga RT 36 RW 09 terhadap masuknya internet di wilayah tersebut.
4. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
6. TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI
Masyarakat merupakan sekumpulan individu yang saling berinteraksi secara
kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang terpola dan terorganisasi (Soetomo, 2012).
Dalam bermasyarakat, cepat atau lambat akan mengalami perubahan, baik perubahan
yang berdampak progres maupun regress. Keinginan manusia untuk hidup yang lebih
baik telah mendorong terjadinya perubahan yang bersifat progress. Sebagai usaha dalam
mendorong perubahan progresif tersebut dilakukannya development (pembangunan).
Dalam proses pembangunan pada hakikatnya akan mengalami proses perubahan, dimana
dalam proses tersebut masyakat akan menerima pembelajaran terhadap lingkungan
sekitarnya baik secara alami maupun dengan meniru orang lain. Penelitian ini juga
berfokus melihat proses belajar sosial yang dialami oleh warga Kampung Cyber RT 36
RW 09 Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton Yogyakarta terhadap internet di wilayah
tesebut. Dengan demikian pendekatan yang digunakan bersifat Pemberdayaan
Masyarakat melalui Proses Belajar Sosial.
13
6.1 Konsep Internet
Menurut Brunner dan Jevtic (1997) Internet merupakan entitas organisasi
kooperatif, bentuk digital pengalaman manusia, yang mampu menampung dan melayani
berbagai bentuk informasi dan kepentingan. Internet merupakan lapisan kompleksitas
teknologi dan jasa yang perlahan-lahan bergabung membentuk sesuatu yang dapat
dinikmati oleh semua orang. Sedangkan dalam Husda & Wangdra (2016) menurut Bride,
Internet adalah jaringan komunikasi global yang terbuka dan menghubungkan ribuan
jaringan komputer, melalui sambungan telepon umum maupun pribadi (pemerintah
maupun swasta). Dalam Husda & Wangdra (2016) menurut December & Neil internet
merupakan kumpulan jaringan computer yang bekerja sama secara global
mendistribusikan pertukaran informasi melalui protocol TCP/IP.
Internet merupakan sekumpulan jaringan yang terhubung satu dengan lainnya,
dimana jaringan menyediakan sambungan menuju global informasi. Pada umumnya,
untuk membangun sebuah jaringan internet membutuhkan peralatan jaringan seperti
Repeater (penguat sinyal), Bridge (penghubung antar jaringan), Router (pengatur lalu
lintas dalam jaringan), dan Gateway. Komputer yang terkoneksi internet merupakan
bagian dari jaringan. Komputer terhubung ke Internet dengan menggunaan modem yang
terkoneksi ke sebuah Internet Service Provider (ISP). Kemudian, ISP akan terkoneksi ke
dalam sebuah jaringan yang lebih besar, demikian seterusnya. Jadi, Internet merupakan
jaringan yang berisi jaringan (Oetomo dkk, 2007).
Perkembangan teknologi Internetwork yang dimulai dari sejarah pendiriannya dan
perkembangannya hingga saat ini benar–benar dapat dirasakan sangat bermanfaat dalam
setiap aspek kehidupan. Di Indonesia, jaringan internet mulai dikembangkan pada tahun
14
1983 di Universitas Indonesia, berupa UInet oleh Dr.Joseph F.P Luhukay yang ketika itu
baru saja menamatkan program dokter filosofi ilmu komputer di Amerika Serikat.
Jaringan itu dibangun selama empat tahun. Pada tahun yang sama, Luhukay juga mulai
mengembangkan University Network (UNInet) dilingkungan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. UNInet merupakan jaringan komputer dengan jangkauan yang lebih
luas yang meliputi Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian
Bogor, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Hasanuddin
dan Ditjen Dikti (Oetomo dkk, 2007).
Saat ini di dalam internet sudah tersedia berbagai jenis aplikasi dengan ciri khasnya
masing-masing. Hal tersebut akan terus bertambah seiring dengan perkembangan zaman
dan kemajuan teknologi informasi. Dalam Husda & Wangdra (2016) terdapat berbagai
aplikasi di internet:
a. World Wide Web (WWW)
WWW atau dikenal dengan Web atau situs adalah sistem dimana informasi dalam
bentuk teks, suara, gambar dan lain-lain yang disimpan di server-server yang terdapat
di seluruh dunia. Dokumen web dibuat dengan menggunakan format HTML
(Hypertext Mark-up Language).
b. E-mail
E-mail atau surat elektronik adalah aplikasi internet untuk sarana komunikasi surat-
menyurat dalam bentuk elektronik. Adapun situs yang memberikan layanan e-mail
seperti yahoo!, Gmail dan masih banyak lagi.
15
c. Mailing List
Mailing List atau Milis adalah aplikasi internet yang digunakan sebagai sarana diskusi
atau bertukar informasi dalam satu kelompok melalui e-mail.
d. Newsgroup
Newsgroup adalah aplikasi internet yang digunakan untuk berkomunikasi satu sama
lain dalam sebuah forum. Biasanya, anggota forum newsgroup memiliki kepentingan
dan ketertarikan akan topik-topik tertent.
e. Internet Relay Chat (IRC)
IRC adalah aplikasi internet yang digunakan untuk bercakap-cakap di internet.
bercakap-cakap di internet dikenal dengan istilah chatting.
f. File Transfer Protocol (FTP)
FTP adalah aplikasi internet yang digunakan untuk mengirimkan atau mengambil file
ke atau dari computer lain. FTP biasa digunakan untuk download dan upload file.
g. Telnet
Telnet adalah aplikasi internet yang digunakan untuk mengakses computer yang
letaknya jauh. telnet dapat digunakan jika kita mempunyai iP Address dengan User ID
dan Password ke computer tersebut.
h. Gopher
Gopher adalah aplikasi yang digunakan untuk mencari informasi yang ada di internet.
Namun, informasi yang didapat hanya sebatas teks saja.
i. Ping
Ping adalah Packet Internet Gopher yang digunakan untuk mengetahui apakah
computer tersebut yang kita gunakan terhubung dengan computer lain di internet.
16
Jaringan internet sangat memberikan keuntungan yang beragam dimana dapat
digunakan dan dimanfaatkan untuk membantu kegiatan berbagai aspek kehidupan.
Keuntungan lain yang diberikan jaringan internet, sehingga membuat internet diminati
yaitu internet dapat digunakan sebagai media konfrensi dimana sejumlah orang dapat
melakukan diskusi tanpa harus bertatap muka secara langsung satu dengan lainnya. Pun
begitu hal yang sama terjadi di Masyarakat Kampung Cyber RT 36 RW 09 yang merasa
terbantu dengan kehadiran internet ini.
6.2. Teori Social Learning (Teori Pembelajaran Sosial)
Teori Belajar Sosial (Social Learning) oleh Albert Bandura menekankan bahwa
kondisi lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon pada diri
seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu
diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh
individu-individu lain yang menjadi model.
Pembelajaran observasional, juga dinamakan imitasi/modeling, adalah pembelajaran
yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Kapasitas
untuk mempelajari pola perilaku dengan observasi dapat mengeliminasi pembelajaran
trial and error yang membosankan. Dalam banyak kasua, pembelajaran observasional
membutuhkan lebih sedikit waktu ketimbang pengkondisian operan (Santrock, 2004).
Albert Bandura (1971) menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui
peniruan / modeling, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang
diterima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap
perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar
17
semacam ini disebut “Observational Learning” atau pembelajaran melalui pengamatan.
Dalam Bastable (2002) menurut Rosenthal & Zimmerman Teori Pembelajaran sosial
berpendapat bahwa kebanyakan pembelajaran terjadi melalui observasi.
Prihadi (2004) mengatakan bahwa Teori Pembelajaran Sosial berprinsip bahwa orang
mempelajari ketrampilan interpersonal melalui “behavior role modelling”: observasi dan
imitasi orang lain yang mendemonstrasikan atau mencontohkan perilaku sukses dalam
suatu situasi. Prinsip dasar belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori belajar sosial menekankan, bahwa
lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan. Lingkungan-
lingkungan itu kerap kali dipilih dan di ubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.
Santrock (2004) mengatakan bahwa ahli teori belajar sosial percaya bahwa kita
memperoleh sejumlah besar tingkah laku, pikiran dan perasaan dengan mengobservasi
orang lain, observasi tersebut menjadi bagian penting dari perkembangan kita. Dalam
Teori belajar social Bandura (1977) melihat bahwa di dalam perbuatan terdapat aspek
gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognisi dalam proses belajar dapat
diringkas dalam 4 tahap yaitu (dalam Bandura, 1977):
1. Fase Pertama ( Fase atensi/ Perhatian)
Pada fase pertama ini yaitu fase atensi/perhatian, dalam fase ini terjadi kondisi
yang diperhatikan agar proses pembelajaran terjadi. Individu harus mampu
menghadapkan diri atau memberi perhatian pada kejadian atau unsur-unsur. Jika
seorang individu tidak bisa memberikan perhatian yang tepat pada suatu model,
maka tidak mungkin terjadi peniruan. Itulah sebabnya seorang guru seringkali
18
berkata kepada para siswanya bahwa jika mereka tidak mau memerhatikan maka
mereka tidak akan mempelajari apa yang disampaikan (Salkind, 2008:299). Terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian yaitu (Feist & Feist, 2010):
Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mengobservasi seseorang
yang sering diasosiasikan dengan dirinya.
Model yang atraktif dan menarik lebih mudah untuk di observasi dibandingkan
dengan model yang tidak menarik.
Sifat dasar dari perilaku yang ditiru mempengaruhi perhatian individu. Dalam
artian, individu mengobservas perilaku yang dianggap penting atau bernilai bagi
dirinya.
2. Fase kedua (fase pengingat/retensi)
Fase kedua ialah pengingat atau retensi, atau kemampuan untuk menyimpan ciri-
ciri terpenting dari suatu kejadian sehingga bisa dipanggil kembali dan digunakan
ketika diperlukan (Salkind, 2008). Agar observasi dapat mengarahkan pada pola
respons yang baru. Pola tersebut harus dapat direpresentasikan secara simbolis dalam
ingatan. Selain itu dapat dilakukan dengan cara menyimpan informasi secara
imaginal atau mengkodekan peristiwa model ke dalam simbol-simbol verbal (bahasa)
yang mudah dipergunakan (Bandura, 1977).
Pengkodean secara verbal akan sangat meningkatkan kecepatan proses
pembelajaran observasi. Pengodean secara verbal juga membantu individu untuk
memperlajari perilaku tersebut secara simbolis, yaitu dengan memberitahukan pada
diri individu secara berulang-ulang bagaimana ia akan melakukan perilaku tersebut
saat ada kesempatan (Feist & Feist, 2010). Dalam Bandura (1977) Pentingnya
19
pengkodean simbolik dalam Observational Learning terungkap dalam studi yang
dilakukan dengan anak-anak (Bandura, Grusec & Menlove, 1966; Coates & Hartup,
1969) dan dengan orang dewasa (Bandura & Jeffery, 1973; Bandura, Jeffery &
Bachicha, 1974; Gerst, 1971).
Kebermaknaan dalam materi dan pengalaman masa lalu individu, akan lebih
mudah diingat oleh individu tersebut. Dalam Bandura (1977) menurut Jeffery,
tingkat tertinggi dalam observasional learning dapat dicapai dengan mengatur dan
melatih perilaku model secara simbolis, kemudian mempraktikan hal itu secara
terang-terangan.
3. Fase ketiga (peniruan/imitasi)
Peniruan atau imitation. Pada fase ini seseorang meniru perilaku yang di amati.
Dalam hal ini, orangtua dan guru seyogyanya memainkan peran penting sebagai
seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi
siswa. Pada tahap tertentu, gambaran simbolik tentang perilaku model mungkin perlu
diterjemahkan kedalam tindakan yang efektif (Bandura, 1977).
Sebagai contoh, mula-mula seorang siswa mengamati model gurunya sendiri
yang sedang melakukan sebuah perilaku sosial, seperti menerima seorang tamu.
Lalu, perbuatan menjawab salam, berjabat tangan, beramah-tamah, dan seterusnya
yang dilakukan model itu di serap oleh memori siswa tersebut. Diharapkan, cepat
atau lambat siswa tersebut mampu meniru sebaik-baiknya perbuatan sosial yang
dicontohkan oleh modelnya itu (Syah, 2004:81).
Perilaku yang ditiru seorang individu jarang sekali persis sama dengan perilaku
si model; sebaliknya yang terjadi adalah individu tersebut menyesuaikan perilaku
20
model agar cocok dengan kebutuhan individu. Proses peniruan bukan hanya
memungkinkan kita mempelajari hal-hal baru atau melakukan pembelajaran
observational; proses pemodelan ini juga bisa memicu perilaku yang sudah ada
dalam bawaan kita yang sebelumnya tidak kita perlukan (Salkind, 2008). Tingkat
kualitas imitasi individu dalam fase ini bergantung pada persepsi individu yang
menjadikan “siapa” dalam permodelannya. Dalam artian, semakin piawai dan
berwibawa seorang model, semakin tingi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan
moral siswa tersebut.
4. Fase keempat (fase motivasi)
Motivasi merupakan tenaga yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu
(Witherington, 1991). Dalam fase ini diliat apakah peserta didik termotivasi untuk
melakukan jenis perilaku tertentu atau tidak. Pembelajaran melalui observasi paling
efektif terjadi apabila pihak yang belajar (peniru) termotivasi untuk mlakukan
perilaku yang ditiru. Perhatian dan representasi dapat berakibat pada pengumpulan
informasi untuk belajar. Walaupun hasil observasi dari orang lain mengajarkan
individu bagaimana untuk melakukan sesuatu, individu itu dapat saja tidak
mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan tersebut (Feist & Feist, 2010).
Perilaku diatur dengan cara tertentu dan individu menemukan perantara
penguatan yang muncul dari dirinya sendiri dan yang ia terima melalui sumber
eksternal. Diperlukan kepuasan agar suatu perilaku bisa menghasilkan, bahkan
meskipun kepuasan itu dimunculkan olehdiri sendiri. Kemampuan individu
memperkuat dirinya sendiri ini terlihat manfaatnya dalam contoh: para terapis
21
mengajarkan kepada para pasien untuk memperkuat perilaku mereka sendiri dan
meningkatkan penghargaan atas diri mereka sendiri (Salkind ,2008:300).
Gambar 3. Proses/ Tahap Pembelajaran Sosial (Sumber: Bastable, 2002)
Dalam teori sosial kognitif, faktor internal maupun eksternal dianggap penting.
Peristiwa di lingkungan, faktor-faktor personal, dan perilaku dilihat saling
berinteraksi dalam proses belajar. Faktor-faktor personal (keyakinan, ekspektasi,
sikap dan pengetahuan) lingkungan fisik dan sosial (sumber daya, konsekuensi
tindakan. Orang lain dan setting fisik) semuanya saling mempengaruhi dan
dipengaruhi. Bandura menyebutkan interaksi kekuatan-kekuatan ini dengan
reciprocal determinism.
Determinisme Resiprokal terdiri dari dua suku kata yaitu Determinisme dan
Resiprokal. Determinisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) merupakan
paham yang menganggap setiap kejadian atau tindakan, baik yang menyangkut
22
jasmani maupun rohani, merupakan konsekuensi dari kejadian-kejadian sebelumnya
dan ada diluar kemauan. Sedangkan Resiprokal menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1991) merupakan kata kerja yang memiliki arti bersifat saling berbalasan.
Determinisme Resiprokal menurut Bandura dapat diartikan sebagai hubungan timbal
balik antara komponen yang tidak dapat dipahami secara terpisah-pisah, ketiga
komponen itu adalah: orang (person/P), Lingkungan (environment/E) dan perilaku
(behavior/B) (Santrock, 2004). Bandura meringkas tiga interaksi komponen tersebut
sebagai berikut:
Gambar 4. Model Bandura tentang Pengaruh Timbal Balik Tingkah Laku, Faktor
Manusia dan Kognitif, dan Lingkungan
(Sumber: Santrock, 2004)
Dalam model Bandura, faktor person, faktor lingkungan, dan faktor perilaku
saling mempengaruhi satu sama lain. Seperti yang ditunjukan diatas faktor –faktor ini
bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran (Santrock, 2004). Faktor
lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor
person mempengaruhi perilaku. Faktor person (individu) yang dimaksud saat ini
23
adalah self-efficasy atau efikasi diri. Self-efficacy yakni keyakinan bahwa seseorang
bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Bandura mengatakan bahwa
self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku (Santrock, 2004). Faktor
Lingkungan (Environtment) yang dimaksud menurut Bandura ialah pengaruh dari
lingkungan sekitar individu tersebut berada. Model-model akan sangat berpengaruh
bagi perkembangan individu tersebut. Model-model tersebut ialah keluarga, guru,
teman-teman dan lain sebagainya. Sedangkan Faktor Perilaku (Behavior) menurut
Bandura bergantung pada pengaruh orang lain dan kondisi stimulus (Syah, 2004).
Jika dikaitkan dengan isu yang dibahas oleh peneliti dimana tingkah laku warga
Kampung Cyber mengenai internet diperoleh dari hasil belajar yang mereka alami
melalui pengamatan terhadap perilaku model (modeling) dan akibat yang
ditimbulkannya atas model tersebut. Perilaku model yang dimaksudkan disini ialah
kelompok orang atau Komunitas Cyber yang berada di Kampung Cyber. Dimana
Komunitas Cyber tersebut yang terdiri dari beberapa orang yang memperkenalkan
internet dan memberikan pemahaman mengenai internet kepada warga Kampung
Cyber. Dapat dikatakan mereka sebagai motor penggerak pertama di kalangan warga
Kapung Cyber RT 36 RW 09.
Selain itu, warga Kampung Cyber belajar melalui peniruan terhadap apa yang
mereka lihat mengenai internet. Dalam artian dengan melihat warga lain
menggunakan internet, secara tidak langsung ia mengamati hal tersebut. Dalam
proses mengamati tersebut inilah merupakan proses Observational Learning atau
pembelajaran pengamatan yang secara tidak langsung dialami oleh warga Kampung
Cyber. Dan proses pembelajaran sosial warga Kampung Cyber melibatkan 3 faktor
24
yang telah dituturkan oleh Bandura yaitu orang (person/P), Lingkungan
(environment/E) dan perilaku (behavior/B). tentunya ketiga faktor tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain selama proses belajar sosial berlangsung.