pendahuluan a. alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/t1_312008024_bab...

18
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pengangkutan dalam dunia perdagangan, merupakan sarana yang penting dimana dengan adanya angkutan akan memudahkan pendistribusian barang/jasa dari produsen ke agen/grosir, sampai ke konsumen. Pengangkutan juga berfungsi memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. 1 Dalam proses pengangkutan, terjadi perjanjian pengangkutan antara pengirim dan pengangkut. Perjanjian pengangkutan merupakan sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikat diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang ke tempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya berkeharusan untuk melakukan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2 . Kedudukan pengirim dan pengangkut dalam perjanjian pengangkutan sama tinggi atau kedudukan koordinasi. 3 Menurut sistem hukum Indonesia dalam mengadakan perjanjian pengangkutan tidak disyaratkan harus tertulis, dapat diartikan bahwa adanya perjanjian cukup dengan adanya kesepakatan antara pengangkut dan pengirim, kedua belah pihak boleh membuat ketentuan- ketentuan sendiri yang menyimpang dari Buku III KUHperdata, karena pada dasarnya setiap 1 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid III, Djambatan, Jakarta, 1987, hal. 1 2 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti , Bandung, 2008, hal. 46 3 H.M.N Purwosutjipto, op.cit., hal. 7

Upload: hanhu

Post on 13-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Pengangkutan dalam dunia perdagangan, merupakan sarana yang penting dimana

dengan adanya angkutan akan memudahkan pendistribusian barang/jasa dari produsen ke

agen/grosir, sampai ke konsumen. Pengangkutan juga berfungsi memindahkan barang atau

orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan

nilai. 1

Dalam proses pengangkutan, terjadi perjanjian pengangkutan antara pengirim dan

pengangkut. Perjanjian pengangkutan merupakan sebuah perjanjian timbal balik, dimana

pihak pengangkut mengikat diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau

orang ke tempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya berkeharusan untuk melakukan

pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut2. Kedudukan pengirim dan

pengangkut dalam perjanjian pengangkutan sama tinggi atau kedudukan koordinasi.3

Menurut sistem hukum Indonesia dalam mengadakan perjanjian pengangkutan tidak

disyaratkan harus tertulis, dapat diartikan bahwa adanya perjanjian cukup dengan adanya

kesepakatan antara pengangkut dan pengirim, kedua belah pihak boleh membuat ketentuan-

ketentuan sendiri yang menyimpang dari Buku III KUHperdata, karena pada dasarnya setiap

1 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid III, Djambatan, Jakarta, 1987, hal. 1 2 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti , Bandung, 2008, hal. 46 3 H.M.N Purwosutjipto, op.cit., hal. 7

Page 2: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya4 (kecuali hal2 yang bersifat memaksa ) .

Setiap proses pengangkutan, baik itu pengangkutan melalui darat, laut atau udara,

pasti ada perjanjian yang mengikat. Sejalan dengan perkembangan masyarakat sekarang ini,

alat angkutan tidak hanya digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Tetapi secara

faktual, pengangkutan hewan sudah ada bahkan sering dilakukan oleh orang yang

mempunyai kepentingan. Pengangkutan hewan sering dilakukan melalui moda darat dengan

menggunakan jalur kereta api, melalui laut dan pesawat udara. Namun, dalam pelaksanaan

pengangkutan terhadap hewan ini, tidak selalu berjalan dengan baik. Pengangkutan hewan

juga sering memunculkan suatu masalah, diantaranya hewan mati atau sakit ketika diangkut.

Dalam penelitian ini, penulis lebih mengkhususkan perbandingan pengangkutan

hewan melalui moda kereta api dan kapal laut. Mengingat dalam pengangkutan setiap moda,

antara lain pengangkutan melalui kereta api dan kapal laut, memiliki sistem yang berbeda

dalam hal mengangkut hewan. Semua proses mulai dari pra pengangkutan, pada saat

pengangkutan dan pasca pengangkutan diatur dalam peraturan perundang-undangan masing-

masing, sesuai dengan alat angkut atau moda yang digunakan. Adapun item-item yang akan

menjadi perbandingan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Tata cara dalam pelaksanaan pengiriman hewan

2. Sistem pertanggungjawaban

3. Pemberian ganti rugi

4 Pasal 1388 KUHPerdata

Page 3: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

4. Asuransi

5. Dokumen pengangkutan (perjanjian)

Pengangkutan hewan dalam pengangkutan menggunakan kapal laut, prosedurnya

sama dengan prosedur pengiriman barang. Sedangkan dalam pengangkutan menggunakan

kereta api, pengangkutan hewan diklasifikasikan dalam pengangkutan barang, tapi lebih

dikategorikan dalam angkutan barang yang bersifat khusus. Berkenaan dengan perjanjian

pengangkutan, alat angkut kereta api dan kapal laut, dapat dilakukan oleh dua pihak yaitu

pengirim hewan dengan perusahaan alat angkut itu sendiri. Dan juga dapat terjadi perjanjian

yang melibatkan 3 pihak yaitu perusahaan jasa, pihak pengirim dan pihak perusahaan alat

angkut tersebut.

Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan Undang-

Undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, surat angkutan barang merupakan bukti

telah terjadi perjanjian pengangkutan antara para pihak.

Penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dikarenakan dalam pengangkutan

hewan antara moda kereta api dengan moda kapal laut mempunyai sistem yang berbeda dan

dari situlah penulis melakukan penelitian untuk membandingkan tanggung jawab

pengangkutan hewan antara moda kereta api dengan moda kapal laut, dengan melihat

beberapa item yang sudah disebutkan diatas untuk dibandingkan.

Beberapa hal yang membuat penulis tertarik untuk menulis tentang hal ini adalah :

1. Alasan Praktis

Page 4: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

Penulis merasa sangat tertarik dengan topik ini, karena sejak awal, mata kuliah

hukum pengangkutan merupakan salah satu mata kuliah yang menjadi favorit penulis.

Walaupun unit amatan yang dipilih penulis agak jauh dari tempat tinggal, penulis yakin

masih bisa menjangkaunya, baik dari segi jarak maupun biaya. Selain itu, cukup

banyaknya data dari media cetak, maupun internet yang mendukung penulis untuk

mengetahui permasalahan yang diambil, membuat penulis lebih yakin untuk meneliti

peristiwa tersebut.

2. Alasan teoritis

Melengkapi bahan – bahan yang diberikan dalam mata kuliah ilmu hukum,

khususnya hukum pengangkutan, sekaligus diharapkan dapat memberikan sumbangan ide

atau pemikiran bagi pihak – pihak yang tertarik pada permasalahan yang diangkat.

Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti hal – hal tersebut, sehingga

penulis memberi judul skripsi ini :

“ Perbandingan Tanggung Jawab Pengangkutan Hewan antara moda Kereta Api dan

Moda Kapal Laut ”

B. Latar Belakang Masalah

Indonesia yang merupakan negara berkembang, memiliki keistimewaan dimana

negara ini terdiri dari berbagai pulau. Sebagai negara kepulauan dan negara yang sedang

berkembang dalam menjalin hubungan dengan luar negeri maka Indonesia sangat

membutuhkan jasa pengangkutan untuk menghubungkan pulau yang satu dengan pulau yang

Page 5: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

lain dan negara lain. Kondisi dan keadaan seperti itulah yang mengakibatkan jasa

pengangkutan menjadi sangat penting.

Setiap negara yang berkembang pasti mengusahakan pembangunan diberbagai

bidang. Salah satunya dibidang ekonomi dalam hal ini bidang perdagangan. Untuk

menunjang perkembangan suatu negara, dibutuhkan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang

perkembangan dari suatu negara. Dalam bidang perdagangan, pengangkutan merupakan hal

yang mutlak 5, sebab barang-barang yang dihasilkan oleh produsen, bisa sampai ketangan

pengusaha hanya dengan menggunakan jasa pengangkutan, begitupula dari pengusaha

sampai ke tangan konsumen. Jika terjadi hambatan-hambatan dalam proses pengangkutan

maka hal ini akan menyebabkan terjadinya gangguan bagi jalannya perekonomian itu.

Secara harafiah pengangkutan adalah usaha membawa, mengantar, atau

memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Abdulkadir

Muhammad pengangkutan adalah proses kegiatan pemindahan penumpang dan/atau barang

dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan berbagai jenis alat pengangkut

mekanik yang diakui dan diatur undang-undang sesuai dengan bidang angkutan dan

kemajuan teknologi 6. Pengangkutan sendiri memiliki unsur-unsur yang terdiri dari 7:

1. Ada muatan yang diangkut

2. Tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya

3. Ada jalanan tempat yang dilalui alat angkutan tersebut.

5 ibid 6 Abdulkadir Muhammad, Arti Penting Dan Strategis Multimoda Pengangkutan Niaga Di Indonesia, Genta Press, Yogyakarta, 2007, hal. 1 7 Ridwan Khairandy, Machsun Tabroni, Ery Arifuddin dan Djohari Santoso, Pengantar Hukum Dagang Indonesia I, Gama Media, Yogyakarta, 1999, hal. 195

Page 6: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal dari mana kegiatan,

angkutan dimulai ke tempat tujuan, kemana kegiatan angkutan memindahkan barang

dan/atau orang, maka pengangkutan menghasilkan jasa-jasa angkutan sebagai produksinya,

yang merupakan jasa dalam angkutan atau proses angkutan orang atau barang. Selain

pengangkutan memberi nilai tempat, pengangkutan juga dapat memberi nilai waktu kepada

masyarakat. Nilai waktu dapat terlihat dalam hal barang-barang sampai pada tempat tujuan

tepat pada waktunya.

Hukum pengangkutan adalah suatu aturan yang mengatur tentang pemindahan suatu

barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sifat dari hukum pengangkutan ini sendiri

mengharuskan pengangkut menjadi pengangkut yang baik yang akan berusaha sekeras-

kerasnya, agar benda-benda muatan/orang yang dipercayakan kepadanya secara utuh dan

lengkap dan tak berubah serta tepat waktu sampai ditempat tujuan. Tujuan angkutan

diantaranya Pemindahan suatu barang untuk menambah nilai dari barang tersebut.

Jasa pengangkutan memiliki peran yang besar dalam memindahkan dan

memperlancar hubungan orang-orang dan atau barang yang berada di wilayah Indonesia

bahkan dalam hal hubungan internasional. Seperti yang dikemukakan sebelumnya, dalam

bidang perdagangan pengangkutan bersifat mutlak, hal itu disebabkan adanya aspek

pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari keuntungan.

Pengangkutan terbagi atas beberapa moda yaitu pengangkutan udara, darat, laut dan

pengangkutan kereta api.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pengangkutan ini terdiri dari penumpang/pengirim

barang, pengangkut dan sering juga terlibat adanya pihak ketiga. Selain aspek mencari

Page 7: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

keuntungan, pengangkutan juga memiliki hal yang pokok dalam penggunaan jasa

pengangkutan yaitu timbulnya suatu perjanjian, antara pihak penumpang/pengirim barang,

dengan pengangkut.

Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan dimana pengangkut mengikatkan diri

untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan atau barang dari satu tempat ke

tempat tujuan tertentu dengan selamat, dan penumpang atau pengirim mengikatkan diri

untuk membayar biaya pengangkutan.8 Dengan kata lain perjanjian pengangkutan

merupakan suatu perjanjian yang timbal balik antara pengangkut dengan

pengirim/penumpang, Artinya ketika pengangkut mengangkut barang atau penumpang dia

berpredikat sebagai debitur, sebaliknya penumpang/pengirim barang berpredikat sebgai

kreditur dimana dia wajib mengangkut barang/penumpang (kreditur) sampai ketempat

tujuan yang telah diperjanjikan. Sebaliknya pengangkut bertindak sebagai kreditur ketika dia

berhak menerima uang angkutan dari penumpang/pengirim barang yang sekarang sudah

bertindak sebagai debitur karena dia wajib memberikan uang angkutan kepada pengangkut.

Perjanjian ini bertujuan agar pengangkutan itu selamat sampai tujuan.

Dengan memperhatikan definisi diatas, maka pengertian perjanjian pengangkutan

adalah sama dengan pengertian perjanjian menurut pasal 1320 KUHperdata dimana terdapat

4 syarat yaitu

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu hal tertentu

8 Abdulkadir Muhammad, op.cit., hal. 46

Page 8: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

4. Suatu sebab yang halal

Adapun yang dimaksud dengan “sampai ke tempat tujuan dengan selamat”

mengandung arti bahwa bila pengangkutan tidak berjalan dengan tidak selamat, hal itu

menjadi tanggung jawab pengangkut. Keadaan “tidak selamat” mempunyai dua arti yaitu

barangnya tidak ada, lenyap atau musnah dan barangnya ada tapi rusak sebagian atau

seluruhnya.

Dalam penyelenggaraan pengangkutan, tidak selamanya berjalan dengan lancar.

Sebab tidak jarang terjadi peristiwa yang tidak diinginkan para pihak. Permasalahan

wanprestasi dalam perjanjian, pertanggungjawaban dan ganti kerugian merupakan masalah

pokok yang terjadi dalam penggunaan jasa pengangkutan. Sehingga dalam penyelesaian

masalah-masalah tersebut, hukum sangatlah berperan.

Di Indonesia, alat angkutan tidak hanya mengangkut barang/orang, tapi juga kita

sudah sering mendengar tentang pengangkutan hewan dalam hal ini hewan ternak berupa

sapi, kambing dan lain sebagainya. Dalam transportasi perdagangan ternak sering terjadi

beberapa masalah misalnya Sepuluh milyar ekor ternak sapi disembelih untuk dikonsumsi

penduduk dunia setiap tahun. Di Indonesia lebih dari dua juta ekor ternak disembelih per

tahun. Kebutuhan daging di Indonesia sebagian besar (65%) masih dipenuhi dari produksi

dalam negeri, dan sisanya diperoleh dari impor. Ternak-ternak ini setiap saat menerima

perlakuan manusia mulai dari peternakan sampai selama proses pengangkutan dan

penyembelihan. Tak dapat disangkal, ternak-ternak itu sering mengalami penderitaan akibat

malnutrisi, muatan melebihi daya tampung dan perlakuan tidak wajar. Selain adanya

pengangkutan ternak berupa sapi atau kambing, terdapat juga pengiriman anjing yang

Page 9: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

zaman sekarang ini sudah marak terjadi. Dan tentunya dalam pengangkutan/pengiriman

anjing tersebut tidak luput dari permasalahan-permasalahan.

Ketika hewan menjadi salah satu objek dari pengangkutan ini, para pengangkut harus

memperhatikan tentang kesejahteraan dari hewan yang diangkut. Aspek pengaturan

kesejahteraan hewan mengacu pada lima prinsip (five freedoms) yang diadopsi dunia

internasional pada 1979, mencakup bebas dari rasa haus dan lapar, bebas dari rasa

menderita, bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit, bebas mengekpresikan perilaku

normal serta bebas dari rasa takut dan tertekan.

Perlakuan manusia terhadap ternak dipengaruhi kepercayaan dan nilai-nilai budaya

masing-masing. Setiap budaya juga berbeda dalam menetapkan prioritas prinsip

kesejahteraan hewan, seperti kebutuhan pakan dan air menjadi lebih penting dibandingkan

rasa takut dan tertekan. Bebas dari rasa lapar dan haus dimaksudkan sebagai kemudahan

akses akan air minum dan makanan yang dapat mempertahankan kesehatan dan tenaga.

Dalam hal ini adalah penyediaan pakan yang sesuai dengan species dan keseimbangan gizi.

Apabila keadaan ini gagal dipenuhi maka akan memicu timbulnya penyakit dan penderitaan.

Bebas dari rasa tidak nyaman dipenuhi dengan penyediaan lingkungan yang layak

termasuk shelter dan areal istirahat yang nyaman. Apabila keadaan ini gagal dipenuhi maka

akan menimbulkan penderitaan dan rasa sakit secara mental yang akan berdampak pada

kondisi fisik dan psikologi hewan. Isu kesejahteraan hewan justru lebih diperankan

organisasi swasta internasional yang mendapat dukungan dana dari komunitas penyayang

binatang di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) mulai merintis

pembuatan standar-standar menyangkut kesejahteraan hewan pada 2001 dan secara resmi

Page 10: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

diperkenalkan kepada negara anggota pada 2004. Pada tahun yang sama, OIE

menyelenggarakan konferensi internasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran negara

anggota dan menjelaskan tentang inisiatif OIE dalam menetapkan standar-standar tersebut.

Adapun contoh kasus pengangkutan yang terjadi, dimana yang diangkut adalah

anjing. Pengangkutan yang melibatkan beberapa pihak ini, yaitu pihak pemilik anjing,

ekspedisi, dan pengangkut mengalami masalah dalam pengangkutan, dimana hewan yang

diangkut mati. Untuk melihat siapa yang bertanggung jawab dalam kasus ini, perlu dilihat

juga bagaimana hubungan hukum yang terjadi antara para pihak.

Dalam penelitian ini, saya akan meneliti tentang perbandingan pengangkutan dalam

hal pengiriman hewan baik itu pengangkutan dengan menggunakan kereta api dan

pengangkutan yang menggunakan kapal laut. Seperti yang telah dijelaskan diatas,

pengiriman hewan dengan menggunakan kereta api dan kapal laut berbeda prosedurnya

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada dua moda tersebut.

Disamping itu, dalam pengiriman hewan tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang

diperjanjikan. Banyak hal yang bisa terjadi, misalnya dalam pengangkutan hewan tersebut

mati, sakit, atau tidak sampai ke tujuan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Oleh sebab

itu, dalam penelitian ini saya akan melakukan perbandingan tentang pertanggungjawaban

pengangkutan hewan dengan menggunakan alat angkut kereta api dan alat angkut kapal laut.

Peraturan yang berkaitan penelitian saya yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2007 tentang Perkeretaapian dan PP No 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan

Kereta Api. Dan Undang-Undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, PP Nomor 20

Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

Page 11: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

Adapun Pedoman Tata Cara dan Syarat Pengiriman/Pengangkutan yaitu titipan

menjadi tanggung jawab pengangkut, bilamana pengirim telah membayar lunas semua biaya

pengiriman dan memiliki Bukti Tanda Terima Kiriman Barang (BTTKB) asli. Dilarang

memasukan kedalam titipan barang-barang sbb: Uang tunai, surat-surat berharga, arloji dan

perhiasan, Surat, warkatpos & kartu pos, Barang mudah meledak, beracun dan merusak

kiriman lain, Narkoba dan sejenisnya. Pengirim wajib memberitahukan isi titipan yang

sebenarnya. Pernyataan yang tidak sesuai isi sebenarnya merupakan pelanggaran yang dapat

dituntut sesuai hukum yang berlaku. Pengangkut tidak bertanggung jawab atas hal-hal:

Resiko teknik (hilang / berubah fungsi) atas titipan mesin dan barang elektronik. Kehilangan

kesempatan memperoleh keuntungan akibat dari kehilangan, kerusakan dan keterlambatan

penyerahan titipan

Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2007 tidak disebutkan bahwa “barang”

dalam pelaksaanaan pengangkutan termasuk dalam pengangkutan hewan. Tapi bila dilihat

pada peraturan pemerintah no. 72 tahun 2009 khususnya pada pasal 138 ayat (1) telah

dijelaskan Angkutan barang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (2) huruf b

diklasifikasikan atas:

a. barang curah;

b. barang cair;

c. muatan yang diletakkan di atas palet;

d. kaca lembaran;

e. barang yang memerlukan fasilitas pendingin;

f. tumbuhan dan hewan hidup;

g. kendaraan;

h. alat berat;

Page 12: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

i. barang dengan berat tertentu; dan

j. peti kemas.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 telah mengatur pertanggung jawaban

pengangkut sarana kereta api yaitu

Pasal 157

(1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, luka- luka, atau meninggal dunia yang disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api.

(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak pengguna jasa diangkut dari stasiun asal sampai dengan stasiun tujuan yang disepakati.

(3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian yang nyata dialami.

(4) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian tidak bertanggung jawab atas kerugian, luka-luka, atau meninggalnya penumpang yang tidak disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api.

Pasal 158

(1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena barang hilang, rusak, atau musnah yang disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api.

(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak barang diterima oleh Penyelenggara Sarana Perkeretaapian sampai dengan diserahkannya barang kepada penerima.

(3) Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian yang nyata dialami, tidak termasuk keuntungan yang akan diperoleh dan biaya jasa yang telah digunakan.

(4) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh keterangan yang tidak benar dalam surat angkutan barang.

Pasal 159

(1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga yang disebabkan oleh pengoperasian

Page 13: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

angkutan kereta api, kecuali jika pihak ketiga dapat membuktikan bahwa kerugian disebabkan oleh kesalahan Penyelenggara Sarana Perkeretaapian.

(2) Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian dari pihak ketiga kepada Penyelenggara Sarana Perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai tanggal terjadinya kerugian.

Pelaksanaan pengiriman hewan juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2008 tentang Pelayaran. Mengenai tanggung jawab perusahaan angkutan pelayaran, pasal 40

UU No. 17 Tahun 2008 menentukan sebagai berikut:

a. Perusahaan angkutan di perairan bertangggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya.

b. Perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap muatan kapal sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan dan/atau perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati.

Tanggung jawab yang tertuang dalam pasal 40 UU No. 17 Tahun 2008 diperjelas

dengan pasal 41 UU No. 17 Tahun 2008 yang menentukan sebagai berikut:

1) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 dapat

ditimbulkan sebagai akibat pengoperasian kapal, berupa:

a. kematian atau lukanya penumpang yang diangkut;

b. musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut;

c. keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut; atau

d. kerugian pihak ketiga.

2) Jika dapat membuktikan bahwa kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d bukan disebabkan oleh kesalahannya, perusahaan angkutan di perairan dapat dibebaskan sebagian atau seluruh tanggung jawabnya.

3) Perusahaan angkutan di perairan wajib mengasuransikan tanggung

Page 14: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

jawabnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan melaksanakan asuransi perlindungan dasar penumpang umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perlu adanya pertanggungjawaban hukum yang harus dilakukan oleh pihak yang

berkaitan dengan permasalahan ini. Beberapa prinsip - prinsip tanggung jawab hukum yang

digunakan dalam memecahkan permasalahan diatas, adalah sebagai berikut :

1. Tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault principle)

Pengangkut harus bertanggung jawab atas kesalahan yang dia lakukan sehingga

menimbulkan kerugian kepada pihak penumpang / pengirim barang.

2. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab (persumption of liability

principle)

Pengangkut harus bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh

penumpang/pengirim barang, kecuali dia bisa membuktikan bahwa kerugian

terjadi bukan disebabkan oleh pengangkut itu sendiri

3. Prinsip tanggung jawab mutlak (stricht liability)

Pengangkut bertanggung jawab secara mutlak.

C. Rumusan Masalah

Dari pemaparan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan mengenai hal

tersebut sebagai berikut :

Bagaimanakah perbandingan tanggung jawab pengangkutan hewan antara moda kereta api

dengan moda kapal laut ?

Page 15: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat untuk meneliti beberapa hal, dengan tujuan yang ingin dicapai

adalah untuk mengetahui perbandingan pengangkutan hewan antara moda kereta api dengan

moda kapal laut, dimana perbandingan tersebut akan menjelaskan tentang adanya kesamaan

atau perbedaan antara item-item yang telah disebutkan yaitu item tentang tatacara

penyelenggaraan, tentang dokumen angkutan, sistem pertanggungjawaban, ganti rugi, dan

asuransi antara moda kereta api dan moda kapal laut.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pada khususnya di

bidang hukum

b. Khususnya ilmu hukum, yaitu untuk menambah literatur, bahan penelitian

ilmiah dan sumbangan pemikiran dibidang ilmu hukum khususnya di bidang

hukum Pengangkutan.

2. Manfaat praktis

a. Untuk memberikan masukan pada semua pihak yang tertarik dan

berkepentingan serta memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

b. Memberikan masukan juga sumbangan pemikiran pada pemerintah terkait

dengan pengangkutan hewan yang dilakukan oleh masyarakat.

Page 16: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

F. Metode Penelitian

Dalam skripsi ini, penggunaan metode penelitian dijelaskan melalui hal dibawah ini,

yaitu sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian Deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisa

data yang ada seteliti mungkin, dengan tujuan agar dapat menguraikan apa saja

perbandingan-perbandingan dalam pelaksanaan pengangkutan hewan antara moda

kereta api dengan moda kapal laut.

2. Pendekatan Masalah

Dalam skripsi ini, pendekatan yang digunakan adalah Yuridis normatif

Pendekatan yuridis normatif dimaksudkan sebagai penelahan dalam

tataran konseptional tentang arti dan maksud berbagai peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan kedudukan dan peranan pengangkut dalam

penyelenggaraan pengangkutan baik itu pengiriman orang ataupun pengiriman

barang.

3. Jenis Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber informasi pada

saat dilakukan penelitian. Data primer yang dimaksud ini didapat dari

penelahan peraturan perundang-undangan yang terkait.

Page 17: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang mendukung

penelitian, yaitu dari buku – buku, dokumen – dokumen, ataupun data – data

dari internet.

4. Metode Pengumpulan data

Perolehan data primer dilaksanakan dengan melakukan pendekatan

perundang-undangan yang berkaitan dengan Pengangkutan hewan yang dilakukan

melalui moda kereta api dan kapal laut, buku-buku mengenai hukum

pengangkutan, buku-buku mengenai perlindungan hewan Surat Kabar serta Data

Internet yang berhubungan dengan pengangkutan. Selain itu, penulis juga akan

melakukan wawancara. Wawancara tersebut akan dilakukan kepada pihak – pihak

yang terkait dengan permasalahan yang diangkat, yaitu :

a. Pihak PT. Kereta Api

b. Pihak PT.PELNI

c. Pihak Jasa Pengiriman Barang yang bekerja sama dengan PT. Kereta

api

d. Pihak Jasa Pengiriman Barang yang bekerja sama dengan PT.PELNI

5. Unit Amatan

Yang menjadi unit amatan dalam penelitian ini yaitu Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan PP No 72 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas Angkutan Kereta Api. Dan Undang-Undang nomor 17 tahun 2008

tentang pelayaran, PP Nomor 20 Tahun 2010 tentang angkutan di perairan.

Page 18: PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6795/1/T1_312008024_BAB I.pdf · pengangkutan yang merupakan sarana untuk berbisnis atau untuk mencari

6. Unit Analisis

Perbandingan pengangkutan hewan yang menggunakan moda kapal laut

dan moda kereta api.