bab 1 pendahuluan a. alasan pemilihan judul · 2016. 3. 15. · bab 1 pendahuluan a. alasan...

18
BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan semakin menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika yang hampir setiap hari memberitakan tentang penangkapan para pelaku penyalahgunaan narkotika oleh aparat penegak hukum. Salah satunya adalah berita dari INILAH.COM: Tingginya kasus narkotika di Indonesia mengharuskan seluruh elemen untuk menyatakan perang terhadap narkoba. Secara keseluruhan, jumlah kasus narkotika yang berhasil diungkap mengalami peningkatan signifikan. Sebagai perbandingan pengungkapan kasus narkotika; pada tahun 2007 sebanyak 11.380 kasus, 2008 sebanyak 10.008 kasus, 2009 sebanyak 11.135 kasus, tahun 2010 adalah 17.834 kasus serta tahun 2011 sebanyak 19.045 kasus. Menurut Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Gories Mere, meskipun hasil pengungkapan kasus menunjukkan kenaikan, namun hasil ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah kebutuhan konsumsi narkoba di Indonesia. Berdasarkan perkiraan pada tahun 2011 jumlah kebutuhan konsumsi narkoba terdiri dari Ganja sebanyak 487.242.210 gram, shabu 49.819.381 gram, ekstasi 148.411.620 butir, heroin 1.868.937 gram serta kokain sekitar 33.317 gram. Gories memaparkan, dari beberapa narkoba jenis Amphetamine Type Stimulants (ATS) adalah shabu dan ekstasi. Khusus shabu mengalami kenaikan dalam kurun waktu 2007-2011, sementara jenis ganja, heroin dan ekstasi mengalami penurunan. Untuk mengatasi permasalah tersebut, lanjut Gories, maka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba harus dilakukan secara seimbang. "Perang dilakukan tidak hanya melalui penegakan hukum atau penurunan pasokan saja

Upload: others

Post on 15-Aug-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir

dirasakan semakin menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari

pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika yang

hampir setiap hari memberitakan tentang penangkapan para pelaku

penyalahgunaan narkotika oleh aparat penegak hukum. Salah satunya adalah

berita dari INILAH.COM:

Tingginya kasus narkotika di Indonesia mengharuskan seluruh elemen untuk menyatakan perang terhadap narkoba. Secara keseluruhan, jumlah kasus narkotika yang berhasil diungkap mengalami peningkatan signifikan. Sebagai perbandingan pengungkapan kasus narkotika; pada tahun 2007 sebanyak 11.380 kasus, 2008 sebanyak 10.008 kasus, 2009 sebanyak 11.135 kasus, tahun 2010 adalah 17.834 kasus serta tahun 2011 sebanyak 19.045 kasus. Menurut Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Gories Mere, meskipun hasil pengungkapan kasus menunjukkan kenaikan, namun hasil ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah kebutuhan konsumsi narkoba di Indonesia. Berdasarkan perkiraan pada tahun 2011 jumlah kebutuhan konsumsi narkoba terdiri dari Ganja sebanyak 487.242.210 gram, shabu 49.819.381 gram, ekstasi 148.411.620 butir, heroin 1.868.937 gram serta kokain sekitar 33.317 gram. Gories memaparkan, dari beberapa narkoba jenis Amphetamine Type Stimulants (ATS) adalah shabu dan ekstasi. Khusus shabu mengalami kenaikan dalam kurun waktu 2007-2011, sementara jenis ganja, heroin dan ekstasi mengalami penurunan. Untuk mengatasi permasalah tersebut, lanjut Gories, maka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba harus dilakukan secara seimbang. "Perang dilakukan tidak hanya melalui penegakan hukum atau penurunan pasokan saja

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

tetapi juga dengan penurunan permintaan yang salah satunya secara bertahap diupayakan tersedia lembaga rehabilitasi medis dan sosial di daerah rawan penyalahgunaan," tegasnya saat peresmian Balai Rehabilitasi BNN Baddoka di Makassar, Selasa (26/6/2012). Selain itu BNN juga berusaha mengintensifkan pintu rawan masuknya jual beli narkoba dari luar negeri degan menggunakan sistem interdiksi terpadu, mengintensifkan kerja sama dengan aparat hukum dan eksekutif agency negara lain untuk mengungkap jaringan yang luas. Dan berdasarkan data BNN tahun 2011, kerugian materil yang diakibatkan oleh narkoba lebih dari Rp 41 triliun.1

Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat

di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau dipergunakan tanpa

pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Pada prinsipnya

narkotika tidak dilarang jika digunakan sebagaimana mestinya. Namun

demikian, kepemilikan juga harus ada izin tertentu dari pemerintah, yang

dilarang adalah peredaran gelap dan penyalahgunaanya. Sebagaimana yang

telah diketahui narkoba banyak ditransaksikan secara sembunyi-sembunyi

bahkan terkadang sudah terang-terangan di dalam lingkungan masyarakat

untuk dikonsumsi dengan mengambil efeknya berupa kesenangan, padahal

kita ketahui dampak negatifnya sangat berbahaya yang dapat saja

menimbulkan komplikasi berbagai macam penyakit hingga kematian.2

1Dapat di lihat pada http://nasional.inilah.com/read/detail/1876531/kasus-narkoba-di-indonesia-terus-meningkat. Diunduh pada tanggal 04-10-2012, pukul 15.31 WIB 2 Heriadi Willy, Berantas Narkoba Tako Cukup Hanya Bicara, Kedaulatan Rakyat. Yogyakarta, 2005, hal 5.

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

mengatur upaya pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika melalui

ancaman pidana denda, pidana penjara, dan pidana seumur hidup. Di

samping itu, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 juga mengatur

mengenai pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan pengobatan dan

kesehatan, mengatur tentang kewajiban rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial serta adanya peran serta masyarakat dan kewenangan BNN dalam hal

penyidikan. Namun, dalam kenyataannya tindak pidana Narkotika di dalam

masyarakat menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat baik

secara kuantitatif maupun kualitatif dengan korban yang meluas, terutama di

kalangan anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya.3

Tidak hanya sebatas pada kalangan remaja atau generasi muda saja,

ternyata aparat penegak hukum POLRI yang seyogyanya diplot sebagai

garda terdepan dalam upaya pemberantasan kejahatan penyalahgunaan

narkotika, malah melakukan kejahatan penyalahgunaan narkotika. Kasus

penyalahgunaan narkotika yang melibatkan aparat polisi ini terjadi di

Semarang sekitar awal tahun 2012, adalah Yoga Adi Nugraha, S.H.,

M.Hum. seorang aparat polisi yang bekerja di Polrestabes Semarang telah

diduga melakukan kejahatan penyalahgunaan narkotika yakni telah diduga

mengkonsumsi shabu-shabu yang termasuk narkotika golongan 1.

Tersangka didakwa dengan dakwaan primer yakni Pasal 112 ayat (1) 3 Dapat dilihat pada http://ferli1982.wordpress.com/2011/01/02/kajian-umum-perbandingan-uu-no-22-tahun-1997-dengan-uu-no-35-tahun-2009-tentang-narkotika/. Diunduh pada tanggal 20-09-2012, pukul 11.15 WIB

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika dan dakwaan

Sekunder yakni Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang No.35 tahun

2009 tentang Narkotika.

Kasus ini telah diputus oleh Pengadilan Negeri Semarang pada hari

senin tanggal 25 Juni 2009, yang memutuskan bahwa terdakwa bersalah

telah melakukan tindak pidana yakni Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang

No.35 tahun 2009 tentang Narkotika yaitu : “ Tanpa hak atau melawan

hukum memiliki, menyimpan, atau menguasai Narkotika Golongan 1 bukan

tanaman ”.4 Majelis hakim menjatuhkan pidana penjara selama 4 tahun dan

denda sebesar Rp 800.000.000,- dengan ketenttuan apabila denda tersebut

tidak dibayar, wajib diganti dengan pidana penjara selama 2 bulan.

Berdasarkan hasil putusan majelis hakim di Pengadilan Negeri

Semarang tersebut, Penuntut Umum mengajukan banding pada tanggal 09

Juli 2012, sedangkan terdakwa mengajukan kontra memori banding pada

tanggal 19 Juli 2012. Perkara yang diajukan banding tersebut diputus pada

hari selasa tanggal 7 Agustus 2012. Majelis Hakim Pengadilan Tinggi

Semarang memutuskan bahwa menerima permintaan banding dari Penuntut

Umum dan Terdakwa, serta membatalkan Putusan Pengadilan Negeri

Semarang.

Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Semarang memutuskan bahwa

terdakwa Yoga Adi Nugraha, S.H., M.Hum. adalah pengguna Narkotika

jenis shabu-shabu, dan bukanlah pemilik, penyimpan atau penyedia

4 Lihat Pasal 112 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

sebagaimana diatus dalam Pasal 112 ayat (1) UU No.35 tahun 2009 tentang

Narkotika, akan tetapi terdakwa telah melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a

UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu : “ setiap penyalahguna

narkotika golongan 1 bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 4 tahun ”.5

Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Semarang memutuskan bahwa

terdakwa tidak perlu menjalankan pidana penjara, akan tetapi dimasukkan

pada Lembaga Rehabilitasi yang diselenggarakan oleh masyarakat yang

mendapat akreditasi dari Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial.

Penulis akan melakukan analisis yuridis melalui perbandingan

terhadap kedua putusan dari perkara yang sama tersebut di atas, yakni

tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh aparat polisi

yang bernama Yoga Adi Nugraha, S.H., M.Hum. di tingkat Pengadilan

Negeri Semarang yang menjatuhkan putusan pidana penjara selama 4

tahundan denda Rp 800.000.000,-, dan Pengadilan Tinggi Semarang yang

menjatuhkan putusan bahwa terdakwa tidak perlu menjalani pidana penjara,

akan tetapi terdakwa dimasukkan ke dalam Lembaga Rehabilitasi.

Hasil perbandingan ini akan Penulis analisis dengan kajian

bagaimana pertimbangan hakim terhadap pelaku penyalahguna narkotika.

Kajian tersebut meliputi bagaimana pemenuhan unsur-unsur yuridis Pasal

112 ayat (1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

Putusan Pengadilan Negeri untuk dapat menetapkan terdakwa sebagai

5 Lihat pasal 127 ayat (1) huruf a UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

Penyalahguna Narkotika, serta pemenuhan unsur-unsur yuridis dalam Pasal

127 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

pada Putusan Pengadilan Tinggi untuk dapat menetapkan pelaku sebagai

pengguna narkotika.

Dari hasil uraian dalam Alasan Pemilihan Judul tersebut di atas,

maka Penulis mencoba menuangkannya dalam penulisan hukum yang

berjudul:

“PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN

BAGI PELAKU PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

(STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR: 70/PID/SUS/2012/PN.SMG.

Jo NOMOR: 237/PID.SUS/2012/PT.SMG.) ”

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

B. Latar Belakang Masalah

Penerapan sanksi pidana bagi Pengguna / Pemakai narkoba

seringkali menimbulkan persoalan yang bersifat dilematis baik secara

yuridis, maupun secara sosiologis. Hal ini tentulah berbeda jauh dari tujuan

pidana yang telah dipaparkan oleh Barda Nawawi. Menurut Barda Nawawi

Arief tujuan pemidanaan pada intinya mengandung dua aspek pokok,

yaitu: 6

1. Aspek perlindungan masyarakat terhadap tindak pidana. Aspek pokok pertama ini meliputi tujuan-tujuan : a. Pencegahan Kejahatan. b. Pengayoman (pengamanan) masyarakat. c. Pemulihan keseimbangan masyarakat : d. Penyelesaian konflik (conflict oplosing) e. Mendatangkan rasa damai (vrede making).

2. Aspek perlindungan / pembinaan individu pelaku tindak pidana (aspek individualisasi pidana). Aspek pokok kedua ini dapat meliputi tujuan : a. Rehabilitasi, reduksi, resosialisasi (memasyarakatkan)

terpidana, antara lain: - Agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merusak

atau merugikan diri sendiri maupun orang lain / masyarakat.

- Agar berbudi perkerti (berakhlak Pancasila). b. Membebaskan rasa besalah. c. Melindungi si pelaku dari pengenaan sanksi atau pembalasan

yang sewenang-wenang tidak masnusiawi (pidana tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan martabat manusia).

Secara yuridis, seseorang yang melakukan penyalahgunaan

narkotika dikualifikasikan sebagai pelaku tindak pidana. Tetapi secara

konseptual, oleh karena penyalahgunaan narkotika masuk kualifikasi 6 Barda Nawawi Arief, Tujuan dan Pedoman Pemidanaan, “Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana dan Perbadingan Beberapa Negara”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009, hal. 49.

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

sebagai crime whitout victim yang berarti korban kejahatannya adalah

pelaku sendiri, maka dalam hal terjadinya penyalahgunaan narkotika yang

menjadi korban (kejahatan) itu adalah pelaku. Dengan demikian, secara

konseptual seseorang yang melakukan penyalahgunaan narkotika, selain

kualifikasinya sebagai pelaku, ia juga adalah korban.

Sebelum berlakunya Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang

Narkotika dan dalam rangka penegakan hukum Undang-Undang No.9

Tahun 1976 tentang Narkotika yang diubah dengan Undang-Undang No.22

Tahun 1997 tentang Narkotika telah mengatur bahwa sejauh mungkin

penahanan tersangka dan terdakwa pecandu Narkotika di tempat tertentu

yang sekaligus tempat perawatan. Hal ini tersurat di dalam Penjelasan Pasal

21 ayat (4) huruf b KUHAP (Undang-Undang No.8 Tahun 1981), yang

berbunyi:

“Tersangka atau terdakwa pecandu narkotika sejauh

mungkin ditahan ditempat tertentu yang sekaligus

merupakan tempat perawatan.”7

Dengan demikian penempatan tersangka/terdakwa dalam

perawatan medis bukanlah hal baru.

Pengaturan kembali tentang penempatan pecandu dan korban

penyalahgunaan narkotika telah secara jelas sebagaimana digariskan Bab IX

Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu:8

7 Lihat penjelasan pasal 21 ayat (4) huruf b KUHAP(Undang-Undang No.8 tahun 1981). 8 Lihat BAB IX Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

Pasal 54 Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pasal 55 (1). Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang

belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

(2). Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

(3). Ketentuan mengenai pelaksanaan wajib lapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 56 (1). Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di

rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri. (2). Lembaga rehabilitasi tertentu yang

diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri.

Pasal 57 Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis, penyembuhan Pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional. Pasal 58 Rehabilitasi sosial mantan Pecandu Narkotika diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun oleh masyarakat. Pasal 59 (1). Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 56 dan Pasal 57 diatur dengan Peraturan Menteri.

(2). Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

Selanjutnya ketentuan dalam Bab IX tersebut lebih dijabarkan di

dalam Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2011 (Lembar Negara Republik

Indonesia No.5211) yang diatur dalam Pasal 13 dan 14.

Berdasarkan Pasal 103 undang-undang No.35 tahun 2009 dan Pasal

13 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2011 menyatakan bahwa

perintah untuk menjalankan rehabilitasi medis dan/atau sosial hanya dapat

dilakukan berdasarkan :

a. Putusan Pengadilan bagi pecandu yang terbukti bersalah

melakukan tindak pidana narkotika.

b. Penetapan Pengadilan bagi pecandu narkotika yang terbukti

bersalah dan tersangka yang masih di dalam proses penyidikan

atau penuntutan.

Selanjutnya Pasal 13 ayat (3) Peraturan Pemerintah No.25 tahun

2011 menyatakan bahwa pecandu narkotika yang sedang menjalani proses

peradilan dapat ditempatkan dalam lembaga rehabilitasi medis dan/atau

rehabilitasi sosial.

Ketentuan Pasal 13 ayat (4) Peraturan Pemerintah No.25 tahun

2011 memberikan kewenangan kepada Penyidik, Penuntut Umum, dan

Hakim untuk menempatkan tersangka dan terdakwa selama proses

peradilan di lembaga rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial dan agar

sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 13 ayat (2), maka kewenangan

penyidik dan penuntut umum dalam implementasinya merupakan

rekomendasi, sekaligus memperkuat rekomendasi Tim Dokter untuk

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

Penetapan Hakim tentang penempatan di dalam lembaga rehabilitasi medis

dan/atau rehabilitasi sosial.

Sebagai contoh dari penerapan aturan hukum mengenai rehabilitasi

medis dan/atau rehabilitasi sosial bagi pengguna/pemakai Narkotika,

Penulis akan melakukan analisis yuridis terhadap perkara penyalahgunaan

narkotika yang menimpa seorang anggota Polisi di Polrestabes Semarang.

Yoga Adi Nugraha, S.H., M.Hum. yang diputus oleh Pengadilan Negeri

Semarang telah melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan

melanggar Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang

Narkotika, yaitu : “ tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan 1 bukan tanaman “.9

Menurut Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang, unsur-unsur

dalam Pasal 112 ayat (1) UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika telah

terpenuhi dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan

oleh terdakwa, yaitu :

1. Unsur setiap orang.

Unsur “ setiap orang “ dalam hal ini adalah menunjuk kepada

subyek hukum yang diajukan ke persidangan karena yang didakwa

melakukan suatu tindak pidana dalam perkara penyalahgunaan

narkotika di atas adalah Yoga Adi Nugraha, S.H., M.Hum.

Rumusan tindak pidana di dalam buku Kedua dan Ketiga KUHP

biasanya dimulai dengan kata “barang siapa”. Ini mengandung arti

9 Lihat pasal 112 ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

bahwa yang dapat melakukan tindak pidana atau subyek tindak

pidana pada umumnya adalah manusia.10

Dari penjelasan mengenai unsur barang siapa / setiap orang di atas,

jelaslah bahwa unsur setiap orang sebagai subyek tindak pidana /

subyek hukum telah dapat terpenuhi.

2. Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,

atau menyediakan Narkotika Golongan 1 bukan tanaman.

Yang dimaksud dengan “ tanpa hak atau melawan hukum “ adalah

apabila perbuatan itu dilakukan tanpa adanya ijin dari pihak yang

berwenang. Sedangkan, unsur selanjutnya yaitu “ memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan 1

bukan tanaman “ sifatnya adalah alternatif dari beberapa perbuatan,

dimana dengan terpenuhinya salah satu perbuatan maka unsur

kedua ini dipandang sudah dapat terpenuhi.

Berdasarkan pemaparan unsur-unsur dalam Pasal 112 ayat (1) UU

No.35 tahun 2009 tentang Narkotika yang kesemua unsurnya telah dapat

terpenuhi dalam perkara tindak pidana penyalahgunaan Narkotika yang

dilakukan oleh terdakwa Yoga Adi Nugraha, S.H.,M.Hum., maka terdakwa

harus dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan

tindak pidana yang didakwakan tersebut. Yaitu: ”tanpa hak atau melwan

hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika

Golongan ! bukan tanaman”.

10 Teguh Prasetyo. 2011. Hukum Pidana. Jakarta. Rajawalai Pers. Hlm.54.

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

Berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam persidangan,11 Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Semarang memutuskan bahwa terdakwa terbukti

secara sah telah melakukan tindak pidana narkotika melanggar Pasal 112

ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dan oleh karenanya

terdakwa dijatuhi pidana penjara selama 4 tahun dan denda sebesar Rp

800.000.000,- dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, wajib

diganti dengan pidana penjara selama 2 bulan. Berdasarkan putusan dari

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang tersebut di atas, Jaksa Penuntut

Umum mengajukan Banding.

Berkaitan dengan pengajuan banding dari Jaksa Penunut Umum

dalam perkara tindak pidana penyalahgunaan Narkotika, atas nama Yoga

Adi Nugraha, S.H., M.Hum., Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Semarang

memutuskan bahwa tidak sependapat dengan putusan Hakim Pengadilan

Negeri Semarang. Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Semarang memutuskan

bahwa terdakwa seharusnya tidak dikenai Pasal 112 ayat (1) Undang-

Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika. Majelis Hakim Pengadilan

Tinggi Semarang berpendapat bahwa terdakwa adalah pengguna narotika

jenis shabu-shabu, dan bukanlah pemilik, penyimpan, atau penyedia

sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 112 ayat (1) UU No.35 tahun 2009,

akan tetapi terdakwa telah melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a UU No.35

tahun 2009, yaitu: “ Setiap Penyalah Guna Narkotika Golongan I bagi diri

sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun ”.

11 Berkas Putusan dari Pengadilan Negeri Semarang dalam perkara Narkotika a.n Yoga Adi Nugraha, S.H., M.Hum. terlampir.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Semarang juga berpendapat

bahwa berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung RI tanggal 07 April

2010 No:04 tahun 2010 poin 2 sub b nomor 1, bahwa terdakwa yang

sewaktu ditangkap ada barang bukti sebanyak 1 gram atau kurang, perlu

mejatuhkan pemidanaan berupa perintah untuk dilakukan tindakan hukum

berupa rehabilitasi atas diri terdakwa, sesuai pula dengan petunjuk Surat

Edaran Mahkamah Agung RI tanggal 29 Juli 2011 Nomor :30 tahun 2011.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi Semarang memutuskan untuk membatalkan putusan dari

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang. Oleh karenanya terdakwa

tidak perlu lagi untuk mejalankan pidana penjara dan membayar denda

sesuai dengan putusan dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang,

akan tetapi terdakwa dimasukkan ke dalam Lembaga Rehabilitasi yang

diselenggarakan oleh masyarakat yang mendapat akreditasi dari Departemen

Kesehatan atau Departemen Sosial.

Dari perbandingan putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan

Tinggi di atas, maka akan dikaji bagaimana pemenuhan unsur-unsur yuridis

dalam Pasal 112 ayat (1) pada Putusan Pengadilan Negeri untuk dapat

menetapkan terdakwa sebagai Penyalahguna Narkotika, serta pemenuhan

unsur-unsur yuridis dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a pada Putusan

Pengadilan Tinggi untuk dapat menetapkan terdakwa sebagai pengguna

Narkotika, yang selanjutnya akan dikaitkan dengan kerangka teori yang ada.

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka

permasalahan yang akan penulis angkat adalah : Bagaimanakah

pemenuhan unsur tindak pidana penyalahgunaan narkotika dalam

Pasal 112 ayat (1) dan/atau dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-

Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam studi kasus

Putusan No: 70/PID/SUS/2012/PN.SMG., dan Putusan No:

237/PID.SUS/2012/PT.SMG ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

Untuk mengetahui manakah putusan Hakim yang paling tepat dalam perkara

penyalahgunaan narkotika antara Putusan Hakim Pengadilan Negeri yang

memutus Pidana Penjara bagi terdakwa Yoga, ataukah Putusan Pengadilan

Tinggi yang memutus bahwa terdakwa Yoga dimasukkan ke dalam panti

rahabilitasi.

2. Manfaat

a. Manfaat Akademis

Sebagai tambahan referensi untuk mendapatkan informasi tentang

bagaimana seorang hakim memutus suatu perkara pidana khususnya dalam

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

perkara tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang didakwa dengan

dakwaan alternatif

b. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang hukum khususnya

mengenai teori-teori hukum pidana dalam kajiannya terhadap tindak pidana

penyalahgunaan narkotika.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis penelitian

Juridis Normatif yang jika dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk

jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

mengkaji, mengetahui, memahami, dan mendiskripsikan Pertimbangan

Hakim Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi terhadap kasus tindak

pidana penyalahgunaan narkotika dalam tulisan ini.

2. Pendekatan

Di dalam suatu peelitian hukum terdapat berberapa macam

pendekatan. Pendekatan tersebut akan membantu peneliti untuk

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

menemukan jawaban dari isu hukum yang diangkat.12. Penulis akan

menggunakan pendekatan Kasus (Case Approach), secara tegas Penulis

menyatakan akan melakukan analisis yuridis terhadap putusan dari

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang dengan no:

70/PID/SUS/2012/PN.SMG berkaitan dengan pertimbangan Hakim

Pengadilan Negeri dalam menjatuhkan pidana penjara dan putusan dari

Majelis hakim Pengadilan Tinggi Semarang dengan no:

237/PID.SUS/2012/PT.SMG berkaitan dengan pertimbangan Majelis

Hakim Pengadilan Tinggi dalam menjatuhkan putusan rehabilitasi dan

meniadakan putusan dari Pengadilan Negeri Semarang berkaitan

dengan penanganan perkara tindak pidana narkotika pada judul skripsi

ini.

3. Bahan Hukum

Dalam hal dilakukannya penelitian yang bersifat normatif atau

penelitian hukum kepustakaan, bahan hukum yang dikenal adalah

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier.13.

Pada penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis, Penulis akan

mempergunakan bahan hukum yang semestinya digunakan dalam

penelitian hukum normatif, yakni bahan hukum primer yaitu

perundang-undangan yang meliputi: Kitab Undang-Undang Hukum 12 Peter Mahmud Marzuki. 2011. Penelitian HUkum. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Hlm 93-95. 13 Soerjono Soekamto. 1995. Penelitian Hukum Normatif. Hlm. 13.

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul · 2016. 3. 15. · BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kasus penyalahgunaan narkotika dalam beberapa tahun terakhir dirasakan

Acara Pidana, Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika,

Peraturan Pemerintah RI No:25 tahun 2011, Surat Edaran Mahkamah

Agung No:04 tahun 2010, dan Surat Edaran Mahkamah Agung No: 03

tahun 2011. Bahan hukum sekunder yang akan Penulis gunakan adalah

putusan hakim Pengadilan Negeri Semarang No:

70/PID//SUS/2012/PN.SMG, putusan hakim Pengadilan Tinggi

Semarang No: 237/PID.SUS/2012/PT.SMG, buku-buku teks, dan

jurnal-jurnal hukum yang berkaitan dengan hukum pidana, khususnya

tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Terakhir, bahan hukum tersier

yang akan Penulis gunakan adalah Kamus.

4. Unit Amatab dab Unit Analisis

Unit amatan dari penulisan ini adalah Undang-Undang No: 35

tahun 2009 tentang Narkotika, putusan hakim Pengadilan Negeri

Semarang No: 70/PID//SUS/2012/PN.SMG, dan putusan hakim

Pengadilan Tinggi Semarang No: 237/PID.SUS/2012/PT.SMG, serta

unit analisisnya adalah pertimbangan hakim mana yang tepat dalam

menjatuhkan putusan bagi penyalahguna narkotika, apakah Putusan

Pengadilan Negeri ataukah Putusan Pengadilan Tinggi.