bab i pendahuluan -...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman modal) di Indonesia berawal pada tahun 1966, akan tetapi memasuki tahun yang ke-46, bukanlah jaminan bahwa berinvestasi di Indonesia menjadi hal yang sangat diminati oleh berbagai negara maju maupun berkembang. Hal tersebut dibuktikan oleh penilaian yang dilakukan Political and Economic Risk Consultancy Ltd., yaitu sebuah lembaga konsultansi dan penilai negara-negara di Asia timur dan selatan. Lembaga ini menilai berkaitan dengan dunia bisnis (investasi) dengan variabel sosial-politik, korupsi, resiko atas hak kekayaan intelektual, kualitas buruh dan sistem lain yang merupakan kelebihan dan kekurangan negara-negara Asia. Penilaian dalam Executive Summary of Major Risks in 2010, Overall Country Risk Ranking, menempatkan Indonesia pada rangking ke-13 dari 16 negara di benua Asia (semakin rendah peringkat, resiko investasi semakin tinggi). 1 Penulis akan melakukan komparasi (perbandingan) hukum antara Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM) dengan Law on Investment in Vietnam No.59-2005-QH11 (selanjutnya disebut LIV). Mengapa Penulis memilih membandingkan (mengkomparasikan) kebijakan investasi dengan negara Vietnam? Pertama, karena dalam pembuatan UUPM Pemerintah 1 www.asiarisk.com/exsum.pdf . Diunduh pada tanggal 20 September 2011, pada pukul 09.28 WIB.

Upload: nguyenthien

Post on 15-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Kebijakan investasi (penanaman modal) di Indonesia berawal pada tahun

1966, akan tetapi memasuki tahun yang ke-46, bukanlah jaminan bahwa

berinvestasi di Indonesia menjadi hal yang sangat diminati oleh berbagai negara

maju maupun berkembang. Hal tersebut dibuktikan oleh penilaian yang

dilakukan Political and Economic Risk Consultancy Ltd., yaitu sebuah lembaga

konsultansi dan penilai negara-negara di Asia timur dan selatan. Lembaga ini

menilai berkaitan dengan dunia bisnis (investasi) dengan variabel sosial-politik,

korupsi, resiko atas hak kekayaan intelektual, kualitas buruh dan sistem lain yang

merupakan kelebihan dan kekurangan negara-negara Asia. Penilaian dalam

Executive Summary of Major Risks in 2010, Overall Country Risk Ranking,

menempatkan Indonesia pada rangking ke-13 dari 16 negara di benua Asia

(semakin rendah peringkat, resiko investasi semakin tinggi).1 Penulis akan

melakukan komparasi (perbandingan) hukum antara Undang-undang No.25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM) dengan Law

on Investment in Vietnam No.59-2005-QH11 (selanjutnya disebut LIV). Mengapa

Penulis memilih membandingkan (mengkomparasikan) kebijakan investasi

dengan negara Vietnam? Pertama, karena dalam pembuatan UUPM Pemerintah

1 www.asiarisk.com/exsum.pdf. Diunduh pada tanggal 20 September 2011, pada pukul 09.28 WIB.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

2

menggunakan referensi yang salah satunya adalah LIV2, hal ini berarti

pengaturan investasi pada LIV lebih baik sehingga dijadikan panutan dalam

pembuatan kebijakan investasi di Indonesia. Kedua, Indonesia dan Vietnam

merupakan negara anggota WTO (World Trade Organization), dengan penafsiran

jika keduanya terikat pada suatu organisasi yang sama, maka terikat pada

ketentuan yang sama pula (diluar perjanjian bilateral masing-masing negara

dengan negara lain), dan ketiga, Vietnam memiliki sejarah perkembangan

investasi yang dinilai menarik.

Vietnam dengan sejarah kebijakan investasi yang dimulai pada tahun tahun

1986 (lebih muda dibandingkan di Indonesia) diawali dengan menerapkan

reformasi pasar bebas yang dikenal sebagai Đổi Mới (Renovasi) oleh Partai

Komunis Vietnam. Dengan kekuasaan negara yang tetap tidak terlawankan,

kepemilikan swasta atas pertanian dan perusahaan-perusahaan, deregulasi dan

investasi asing dipacu. Ekonomi Vietnam mencapai pertumbuhan yang cepat

dalam produksi bidang pertanian dan perindustrian, konstruksi dan perumahan,

ekspor dan investasi asing. Vietnam sekarang adalah satu di antara negara dengan

pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, 3 didukung dengan data dari Executive

Summary of Major Risks in 2010, Overall Country Risk Ranking yang

menempatkan Vietnam pada posisi ke-7 dari 16 negara Asia. 4

2 Lihat hlm.41 pada skripsi ini. 3 http://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Vietnam. Diunduh Pada tanggal 16 September 2011, pukul 09.38 WIB. Didukung pula oleh wacana pada buku Hukum Investasi (2007) yang ditulis oleh Sentosa Sembiring. Bandung: C.V.Nuansa Aulia. Hlm. 273. 4 Ibid. Diunduh pada tanggal 20 September 2011, pada pukul 09.28 WIB.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

3

Bagaimana dapat terjadi keadaan yang demikian? Dalam sebuah artikel

dengan topik Foreign direct investment in Vietnam an overview, dikemukakan

sebagai berikut:

“The major goals of Vietnam’s FDI policy is to attract capital, advanced technology, and management potential, increase savings, improve people’s living standart and realize the cause of modernization and industrialization”5

Dari kutipan artikel di atas dapat dilihat bahwa, sasaran dari Pemerintah Vietnam

mengundang investor asing adalah sebagai cara pengalihan teknologi,

kemampuan manajemen. Melalui cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan ekonomi masyarakat. Sedangkan bagi investor asing, hal tersebut

menjadi peluang bagi mereka untuk berinvestasi.

Undang-undang merupakan instrumen penegakan hukum positif penjamin

yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan pengaturan agar tercapainya tujuan

hukum, yang dapat memberikan keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan

pada masyarakat. Terkait pula dengan fungsi investasi yaitu untuk pembangunan

nasional. Bilamana suatu peraturan perundang-undangan yang ada tidak

mencakup pengaturan yang dipandang menguntungkan negara, pihak yang

menerima investasi, maupun investor atau tidak dapat dipercaya untuk melindungi

modal yang ditanamkan, maka diperlukan adanya penelitian hukum yang

diharapkan dapat memberikan masukan positif terhadap UUPM, agar investor

percaya dan tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

5Artikel Foreign direct Investment in Vietnam an overview. Dalam Sentosa Sembiring. Hukum Investasi. Bandung: C.V.Nuansa Aulia. Hlm.274.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

4

Komparasi hukum akan dilakukan dengan cara mencari persamaan dan

perbedaan dari kedua UU tersebut, lalu menganalisanya. Sehingga penelitian

dapat menunjukkan kelebihan dari kebijakan investasi di negara Vietnam, yang

diharapkan dapat memberikan hasil dan masukan yang baik bagi hukum positif

Indonesia, untuk kemajuan pembangunan nasional dan iklim investasi yang baik.

Oleh sebab itu, maka akan Penulis mencoba menuangkannya dalam penulisan

hukum yang berjudul:

“Komparasi Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

dengan Law on Investment in Vietnam No.59-2005-QH11”

B. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi di Indonesia telah berjalan kurang lebih 46 tahun

lamanya sejak dicanangkan oleh pemerintahan Indonesia yang ditunjukkan

dengan adanya TAP MPRS Nomor XXIII/MPRS/1966 tentang Kebijaksanaan

Landasan Ekonomi Keuangan dan Pembangunan khususnya ketentuan dalam

Pasal 9 disebutkan bahwa:

“Pembangunan ekonomi terutama berarti mengelola kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen”

Lalu apa yang dimaksud dengan penanaman modal itu sendiri? Berikut

merupakan definisi penanaman modal:6

6 Hendrik Budi Untung. 2009. Hukum Investasi. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 2-3.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

5

1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (yang

selanjutnya disingkat dengan UUPM)

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik

oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.

2. Kamus Ekonomi

Investment (investasi) mempunyai dua makna yakni: “Pertama. investasi

berarti pembelian saham, obligasi dan benda-benda tidak bergerak, setelah

dilakukan analisa akan menjamin modal yang dilekatkan dan memberikan

hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut yang membedakan investasi

dengan spekulasi. Kedua. Dalam teori ekonomi investasi berarti pembelian

alat produksi (termasuk di dalamnya benda-benda untuk dijual) dengan modal

berupa uang”.

3. Kamus Hukum Ekonomi

Investment, penanaman modal, investasi berarti penanaman modal yang

biasanya dilakukan untuk jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva

tetap perusahaan atau membeli sekuritas dengan maksud memperoleh

keuntungan.

Seperti yang dinyatakan diatas mengenai definisi investasi, beberapa sumber

mensinonimkan istilah investasi dengan penanaman modal. Selain itu inti yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

6

dapat diambil, secara eksplisit menyatakan bahwa investasi dilakukan untuk

mencari keuntungan, baik untuk pihak investor maupun penerima investasi.

Mengapa Indonesia membutuhkan investasi? Secara khusus investasi

dibutuhkan untuk melancarkan pelaksanaan pembangunan nasional dengan dasar

pemenuhan tujuan negara yang menjanjikan kesejahteraan umum seperti yang

tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke-4 (empat).

Kemudian bagaimana cara untuk mewujudkan kesejahteraan umum tersebut?

Kesejahteraan umum dapat diwujudkan melalui pranata pembangunan. Sedangkan

pembangunan tersebut membutuhkan biaya yang besar, ketika negara tidak dapat

memenuhi kebutuhan akan ketersediaan dana untuk melaksanakan pembangunan

secara mandiri, maka investasi adalah jawaban dari kebutuhan tersebut.

Pembangunan nasional dilakukan oleh setiap negara, baik negara

berkembang hingga negara maju dimana identik dengan bidang ekonomi. Bagi

negara berkembang, dalam hal ketersediaan modal yang cukup untuk

melaksanakan pembangunan secara menyeluruh mengalami berbagai kesulitan

yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: tingkat tabungan (saving)

masyarakat yang masih rendah, akumulasi modal yang belum efektif dan efisien,

keterampilan (skill) yang belum memadai serta tingkat teknologi yang belum

modern. Kendala-kendala ini umumnya yang sedang dicoba diatasi oleh negara

berkembang dengan berbagai cara dan alternatif diantaranya melalui bantuan dan

kerjasama dengan luar negeri yang dibutuhkan untuk melengkapi modal dalam

negeri yang dapat segera dikerahkan.7

7 Aminuddin ilmar. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. 2007. Hlm.2.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

7

Salah satu negara berkembang tersebut adalah Indonesia. Seperti yang

dinyatakan sebelumnya modal sangat diperlukan dalam pembangunan, ketika

berbagai cara dan alternatif seperti bantuan dan kerjasama luar negeri terganggu

karena keadaan negara pada tahun 1965 (Peralihan pemerintahan Orde Lama ke

Orde Baru, dan meletusnya G 30S/PKI) inflasi meningkat tajam dan berada diatas

angka 600%. 8

Perekonomian kembali melemah di berbagai bidang usaha, hingga

pendekatan terhadap negara-negara terutama negara Belanda dilaksanakan dan

menghasilkan bantuan dana bagi negara Indonesia. Bantuan luar negeri diartikan

oleh Bruce Herrick dan Charles P. Kind Leberger sebagai pemindahan

internasional yang dibuat dengan bentuk konsesional (bukan pada tingkat pasar)

untuk meningkatkan pembangunan ekonomi.9 Salah satu bentuk bantuan tersebut

adalah berupa pinjaman. Pada mulanya negara-negara maju enggan membantu

Indonesia lewat pemberian pinjaman luar negeri yang disebabkan Indonesia

pernah melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing di

Indonesia serta keadaan politik yang meresahkan. Dengan kemampuan

pemerintahan Orde baru yang dapat meyakinkan beberapa negara, akhirnya

negara-negara tersebut terdorong memberi pinjaman, dan negara tersebut adalah

negara (anggota) yang tergabung dalam bank Dunia (World bank).

Perekonomian dunia menjadi goyah ketika terjadi resesi. Akibatnya negara

maju mulai tertutup dalam hal memberikan pinjaman dan berdampak pada

perekonomian negara-negara berkembang. Dengan keadaan yang demikian,

8 Ibid. Hlm.3. 9 N. Rosyidah Rakhmawati. Hukum Ekonomi Internasional Dalam Era Global. 2006. Hlm.88.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

8

negara-negara berkembang atau sedang berkembang mencari alternatif bantuan

yang didapati melalui cara penanaman modal asing. Begitu juga dengan

Indonesia, Indonesia melakukan cara alternatif yaitu dengan “kebijaksanaan pintu

terbuka” terhadap penanaman modal asing untuk melakukan aplikasi usahanya di

Indonesia.10

Berbeda negara, berbeda pula sejarah kebijakan investasinya. Jika Indonesia

telah lebih awal memulainya, Vietnam baru memulainya pada tahun 1986 yang

diawali dengan reformasi pasar bebas Đổi Mới (Renovasi). Sebagai tindak lanjut

pada tahun 1987 Pemerintah Vietnam menerbitkan Law on Foreign Investment.

Setelah Vietnam mulai membuka diri terhadap investor asing, maka para investor

dari negara-negara asia seperti Taiwan dan Hongkong, beberapa negara Eropa

(Perancis, Belanda, dan Inggris), Australia bahkan Amerika (perusahaan IBM,

General Electric, Pepsi,Coca Cola, exxon dan Mobil oil) telah berinvestasi di

Vietnam.11 Tidak cukup sampai pada prestasi itu saja, Vietnam memperbaharui

UU investasi tahun 1987 pada tahun 1990 (yang mencantumkan pengaturan joint

venture). Perubahan mendasar terjadi pada tahun 1992 yakni investor asing yang

akan menanamkan modalnya dapat melakukan investasi hingga 70 tahun.12

Langkah-langkah Vietnam selanjutnya baik dalam kebijakan investasi maupun

penandatanganan perjanjian dengan berbagai negara maju (salah satunya Amerika

Serikat) dipastikan untuk dan alasan yang menjadikan Vietnam menjadi negara

yang diminati investor asing. Informasi lain yang Penulis dapati tentang sejarah

kebijakan investasi di Vietnam adalah, sama dengan kebijakan di Indonesia pada 10 Aminuddin ilmar. Op.Cit. Hlm.4. 11 Sentosa Sembiring. Op.Cit. Hlm.273-274. 12 F.van Sluis. Foreign Investment in Vietnam. Dalam Sentosa Sembiring. Op.Cit. Hlm.276.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

9

tahun 60-an dimana pengaturan tentang penanaman modal asing dan Penanaman

modal dalam negeri dipisahkan. Kemudian pada tahun 2001 akhirnya diwujudkan

menjadi satu dalam Law on Investment yang mengatur mengenai penanaman

modal dalam negeri dan asing.

Fungsi investasi selalu dipaparkan untuk mendorong pembangunan nasional

sehingga kesejahteraan umum dapat tercipta. Secara spesifik, kegiatan investasi

memberikan dampak positif bagi negara penerima modal, seperti mendorong

tumbuhnya bisnis, adanya supply teknologi dari investor baik dalam bentuk proses

produksi maupun permesinan, dan menciptakan lapangan kerja.13

Berkaitan dengan penanaman modal, istilah lain yang dapat ditemukan

adalah capital flight atau pelarian modal. Definisnya adalah sebagai berikut:

Capital flight in economics, occurs when assets and/ or money rapidly flow out of a country, due to an economic event (such as an increase in taxes on capital and/ or capital holders or the government of the country defaulting on its debt) and that distrubs investors and causes them to lower their valuation of the assets in that country, or otherwise to lose confidence in its economic strength.14

Capital flight dapat terjadi karena berbagai faktor, yaitu: kondisi ekonomi maupun

politik suatu negara yang memburuk, bencana alam pada negara penerima modal,

dan bisa pula karena regulasi mengenai penanaman modal tidak melindungi

modal dan investor dengan baik.

Apabila capital flight terjadi dari Indonesia ke negara lain, maka tentu saja

akan berdampak pada perekonomian negara, kesejahteraan masyarakat, terutama

13 Delissa A. Ridgway dan Mariya A. Thalib. Globalization and Development: Free Trade, Foreign Aid, Investment amd The Rule of Law. California Western Internationla Law Jurnal, Vol.33. Spring 2003. Hlm.335. Dalam Camelia Malik. Jaminan Kepastian Hukum dalam Kegiatan Penanaman Modal di Indonesia. Jurnal Hukum Bisnis, Vol.26 No.4. 2007. Hlm.16 . 14 http://en.m.wikipedia.org/wiki/Capital_Flight. Diunduh pada tanggal 16 September 2011, pada pukul 10.38 WIB.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

10

tujuan negara yaitu pembangunan nasional. Bila negara berkembang ingin

menarik negara maju untuk berinvestasi di negara tersebut, maka ada beberapa hal

yang harus dipenuhi untuk menarik arus modal asing tersebut, antara lain:15

1. Peraturan-peraturan kebijakan tetap dan konsisten yang tidak terlalu cepat

berubah dan dapat menjamin adanya kepastian hukum karena ketiadaan

kepastian hukum akan menyulitkan perencanaan jangka panjang usaha

mereka.

2. Prosedur Perizinan yang tidak berbelit-belit yang dapat mengakibatkan

high cost economy.

3. Jaminan terhadap investasi mereka dan proteksi hukum mengenai hak atas

kekayaan milik investor.

4. Sarana dan prasarana yang dapat menunjang terlaksananya investasi

mereka dengan baik, antara lain meliputi komunikasi, transportasi atau

pengangkutan, perbankan dan perasuransian.

Ketika kebijakan negara sudah memenuhi empat unsur penting diatas, maka

dapat dipastikan negara tersebut akan menarik minat investor untuk berinvestasi

dinegaranya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka komparasi hukum dalam

fungsinya sebagai perencanaan hukum (legal planning) sangat dibutuhkan

(menciptakan) peraturan-peraturan yang presisi dan menguntungkan bagi setiap

pihak sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi. Dalam hal ini

dibutuhkan legal drafters yakni perencanaan-perencanaan hukum pada masa yang

15 Nindyo Pramono. 2006. Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hlm.171.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

11

akan datang. Untuk mewujudkan peraturan-peraturan hukum ini hanya

perbandingan hukumlah yang dapat menyiapkannya, karena dengan perbandingan

hukum kita mengetahuinya melalui pengalaman-pengalaman negara lain.16

Dengan melaksanakan perbandingan hukum antara UUPM dengan LIV, Penulis

berharap dapat mengambil keunggulan pengaturan investasi dari LIV, sebagai

masukan untuk perubahan UUPM yang lebih baik pada masa mendatang.

Dalam mengkomparasikan kebijakan investasi UUPM dengan LIV, maka

Penulis akan mengambil beberapa aspek, yaitu: lingkup investasi, jaminan dan

kewajiban yang diberikan Pemerintah, hak dan kewajiban investor serta transfer

dan repatriasi dalam valuta asing sesuai kebijakan investasi. Mengingat faktor

lingkungan bisnis, baik nasional, regional dan global yang tidak mendukung serta

kurang menariknya insentif atas fasilitas investasi yang termasuk hak investor

merupakan salah satu kendala eksternal dalam pelaksanaan investasi di Indonesia

khususnya.17

C. Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan kebijakan investasi di Indonesia dengan Vietnam, atas

dasar UUPM dan LIV?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

16 R. Soeroso. 2007. Perbandingan Hukum Perdata.. Hlm. 29. 17 Salim dan Budi Sutrisno. 2008. Hukum Investasi di Indonesia. Hlm.4.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

12

yang dihadapi.18 Jawaban dari isu tersebut merupakan preskripsi yang berupa

rekomendasi atau saran yang dimaksudkan oleh penulis dapat memberi masukan

terhadap hukum positif berkenaan dengan kebijakan investasi. Masukan tersebut

kiranya dapat digunakan sebagai acuan (Legal Drafters) dalam perubahan UUPM

pada masa yang akan datang, sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang lebih

diminati oleh investor untuk berinvestasi pada masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis penelitian yuridis

normatif. Penulis akan mengemukakan argumentasi yang didasari pada

perundang-undangan baik UUPM dan LIV.

1. Pendekatan

Didalam suatu penelitian hukum terdapat beberapa macam

pendekatan. Pendekatan tersebut akan membantu peneliti untuk

menemukan jawaban dari isu hukum yang diangkat. Berikut merupakan

pendekatan penelitian yang ada dalam penelitian hukum19: Pendekatan

Undang-undang (Statute Approach), Pendekatan Kasus (Case Approach),

Pendekatan Historis (Historical Approach), Pendekatan Komparatif

(Comparative Approach) dan Pendekatan konseptual (Conceptual

Approach). Dari kelima jenis pendekatan diatas, Penulis akan

menggunakan pendekatan Komparatif (Comparative Approach). Secara

18 Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian hukum. Hlm. 35. 19 Ibid. Hal.93-95.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

13

tegas Penulis menyatakan akan melakukan komparasi terhadap UU Nomor

25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dengan Law on Investment in

Vietnam ( UU Investasi Vietnam) pada judul proposal ini.

2. Bahan Hukum

Dalam hal dilakukannya penelitian yang bersifat normatif atau

penelitian hukum kepustakaan, bahan hukum yang dikenal adalah bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Pertama,

bahan hukum primer yang dimaksud berupa Konstitusi, Peraturan

Perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan,

yurisprudensi, traktat dan bahan hukum peninggalan Belanda yang hingga

saat ini masih berlaku. Kedua, bahan hukum sekunder merupakan bahan

yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti

rancangan undang-undang, hasil penelitian, dan hasil karya dari kalangan

hukum. Dan yang Ketiga, bahan hukum tertier yakni bahan yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

dan sekunder, yaitu kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.20

Pada penelitian hukum yang akan dilakukan oleh Penulis, Penulis

akan mempergunakan bahan hukum yang semestinya digunakan dalam

penelitian hukum normatif, yaitu, bahan hukum Primer berupa: Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal, Law on Investment in Vietnam. Bahan hukum sekunder yang akan

20 Soerjono Soekanto. 1995. Penelitian Hukum Normatif. Hlm.13.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/623/2/T1_312008044_BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kebijakan investasi (penanaman

14

digunakan adalah: buku-buku teks, dan jurnal-jurnal hukum. Terakhir

bahan hukum tertier yang akan digunakan berupa kamus.

3. Tekhnik Analisis

Penulis akan membandingkan kedua kebijakan tersebut diatas

dengan cara memilih substansi-substansi yang akan dibandingkan, mencari

kesamaan serta perbedaan pengaturan tentang suatu substansi yang sama,

dan menganalisisnya satu per-satu.

4. Unit Amatan dan Unit Analisis

Unit amatan dari penulisan ini adalah kebijakan investasi atau

penanaman modal pada negara Indonesia dan Vietnam, dan unit

analisisnya adalah UUPM dan LIV.