bab i pendahuluan 1.1. latar belakang...

7
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kualitas sumber daya manusia dan persaingan dalam memperoleh pekerjaan di Indonesia menuntut tiap orang untuk berusaha menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu, globalisasi juga menjadi satu tantangan yang harus dihadapi dalam upaya bertahan hidup. Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah yang pertama di sektor pertanian dan peternakan. Sektor ini diharapkan mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang, maka tidaklah aneh jika banyak orang yang melaksanakan usaha di sektor ini. Usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat disektor ini lebih banyak dilaksanakan dalam skala usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM). UMKM merupakan salah satu ujung tombak perekonomian nasional yang bertumpu pada kekuatan usaha yang dijalankan oleh rakyat. UMKM juga merupakan salah satu wujud nyata dari perekonomian kerakyatan. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, UMKM dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 1998 Tentang Usaha Kecil dan Menengah menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat1 . Dukungan dari pemerintah terhadap sektor pertanian dan peternakan juga sangat di perlukan untuk mengembangkan kedua sektor penggerak ekonomi tersebut. Salah satunya adalah dengan melalui kebijakan. Kebijakan tersebut direalisasikan 1 http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:TBvA_1YJBMEJ:www.depkop.go.id/phocad ownload/regulasi/kepmen/UKM05KEPMEN, 10 Januari 2013.

Upload: hoanganh

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4901/2/T1_162007051_BAB I… · Latar Belakang Masalah . ... berskala kecil dengan bidang usaha

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kualitas sumber daya manusia dan persaingan dalam

memperoleh pekerjaan di Indonesia menuntut tiap orang untuk berusaha menciptakan

lapangan pekerjaan. Selain itu, globalisasi juga menjadi satu tantangan yang harus

dihadapi dalam upaya bertahan hidup. Indonesia merupakan negara agraris dimana

mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah yang pertama di sektor

pertanian dan peternakan. Sektor ini diharapkan mampu menyediakan lapangan

pekerjaan bagi banyak orang, maka tidaklah aneh jika banyak orang yang

melaksanakan usaha di sektor ini.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat disektor ini lebih banyak

dilaksanakan dalam skala usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM). UMKM

merupakan salah satu ujung tombak perekonomian nasional yang bertumpu pada

kekuatan usaha yang dijalankan oleh rakyat. UMKM juga merupakan salah satu

wujud nyata dari perekonomian kerakyatan. Menurut Undang-undang Nomor 20

Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, UMKM dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu, usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 1998 Tentang

Usaha Kecil dan Menengah menjelaskan bahwa “kegiatan ekonomi rakyat yang

berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan

usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak

sehat”1. Dukungan dari pemerintah terhadap sektor pertanian dan peternakan juga

sangat di perlukan untuk mengembangkan kedua sektor penggerak ekonomi tersebut.

Salah satunya adalah dengan melalui kebijakan. Kebijakan tersebut direalisasikan

1http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:TBvA_1YJBMEJ:www.depkop.go.id/phocad

ownload/regulasi/kepmen/UKM05KEPMEN, 10 Januari 2013.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4901/2/T1_162007051_BAB I… · Latar Belakang Masalah . ... berskala kecil dengan bidang usaha

2

dalam beberapa program seperti pemberian pinjaman dengan bunga rendah serta

pelatihan dan penyuluhan terhadap petani dan peternak tradisional untuk kemajuan

pertanian dan peternakan mereka. Peternakan sebagai subsektor dari sektor pertanian

menjadi salah satu perhatian khusus bagi setiap orang. Peternakan menjadi salah satu

pilar perekonomian rakyat yang ikut menggerakkan perekonomian secara nasional.

Pentingnya peternakan di Indonesia menjadikan sektor peternakan menjadi salah satu

ranah pembangunan nasional.

Salah satu peternakan yang berkembang di Indonesia adalah peternakan sapi.

Usaha peternakan sapi tidak hanya menghasilkan daging atau susu, tetapi juga

menghasilkan pupuk kandang dan sebagai lahan pembukaan lapangan kerja. Ternak

sapi di Indonesia dibagi menjadi dua jenis, ternak sapi perah dan ternak sapi

pedaging. Usaha ternak sapi cukup populer di daerah pedesaan di Kecamatan Getasan

sebagai salah satu usaha sampingan para petani karena lingkungan yang mendukung

di daerah pedesaan.

Dusun Getasan merupakan salah satu daerah yang peduduknya menjalankan

usaha peternakan sapi. Pada penelitian pendahuluan pada awal february 2013

menurut Bapak SH, Bapak SL, dan Bapak TN selaku petani dan juga peternak sapi di

Dusun Getasan, peternakan sapi di Dusun Getasan dimulai dari era peternak sapi

putih atau lebih di kenal sapi jawa, sampai ada bantuan dari pemerintah sekitar 15

tahun terakhir untuk pengembangan usaha peternakan sapi betina dari Australia. Sapi

betina tersebut setelah menghasilkan anak bisa menghasilkan susu yang cukup

banyak. Sapi dari Australia tersebut dinilai para peternak lebih menguntungkan dan

lebih mudah pengelolaanya dibanding sapi jawa. Anak dari sapi perah tersebut tidak

selalu lahir betina, ada juga yang melahirkan sapi jantan.

Sapi yang melahirkan sapi betina, anaknya akan di pelihara kembali untuk

dikembangbiakkan sebagai mana induknya dahulu. Jika anak sapi jantan, rata-rata

peternak menjualnya diusia sudah tidak menyusu sekitar umur 3-5 bulan karena

dianggap tidak menghasilkan pemasukan harian seperti sapi perah. Sapi perah adalah

sapi yang tujuan utama pemeliharaanya adalah menghasilkan susu. Rata-rata yang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4901/2/T1_162007051_BAB I… · Latar Belakang Masalah . ... berskala kecil dengan bidang usaha

3

memelihara sapi perah di dusun Getasan adalah dari hasil turun temurun keluarga,

jadi jarang yang menjual atau membeli sapi perah. Sehingga bisa di katakan banyak

sapi perah di dusun Getasan karena pengembang biakan selama bertahun-tahun.

Perkembangan peternakan sapi di Dusun Getasan mengalami perubahan pada jangka

waktu dua sampai tiga tahun terakhir dengan mulai munculnya peternakan sapi

pedaging. Terdapat beberapa orang di Dusun Getasan yang mengembangkan

peternakan sapi jantan sebagai penghasil daging.

Pada pengamatan pendahuluan di temukan dalam jangka waktu dua tahun

terakhir, di Desa Getasan mulai banyak orang yang memulai usaha peternakan sapi

pedaging. Karena melihat beberapa peternak sapi pedaging yang mulai berkembang

besar dan di nilai bisa cepat dalam siklus karena tidak memakan waktu pemeliharaan

lama seperti sapi perah. Juga dengan naiknya harga daging sapi yang cukup tinggi

pada tahun 2012 yang tidak di imbangi dengan harga susu yang masih tetap rendah.

Dibuktikan dengan impor daging yang cukup tinggi karena pasokan dalam negri

tidak memenuhi kebutuhan konsumsi daging dalam negri. Kebijakan impor daging

juga tidak berpengaruh besar dalam menekan harga daging yang di sebabkan

ketidaksesuaian pengelola impor daging sapi. Sedangkan hasil utama sapi perah yaitu

susu masih bebas di kendalikan oleh pengepul dengan mudah karena bersifat pasar

monopsoni/oligopoli. Peternak mulai berpikir beralih ke sapi pedaging juga

mempertimbangkan hal itu, mereka mulai menyadari jika sapi pedaging bisa di tahan

penjualannya saat harga turun dan yakin pasti naik harganya menjelang hari-hari

besar seperti idul adha, idul fitri dan hari-hari besar yang lain, jika susu mau tidak

mau harus di jual pada hari itu saat pemerahan. Karena jika tidak langsung di jual

susu akan rusak, bau, tidak layak konsumsi dan menjadi tidak ada harganya, sehingga

para pengepul bisa leluasa menentukan harga susu. Hal itu yang kemudian menjadi

pertimbangan para peternak sapi perah beralih ke sapi jantan atau pedaging, seperti

yang terjadi di Desa Getasan dan khususnya di Dusun Getasan.

Menurut Kepala Desa Getasan pada awal januari 2013“Terdapat 40 peternak

sapi pedaging pada awal tahun 2013 di Dusun Getasan, Desa Getasan, Kelurahan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4901/2/T1_162007051_BAB I… · Latar Belakang Masalah . ... berskala kecil dengan bidang usaha

4

Getasan, kabupaten Semarang”2. keterangan tersebut sejalan dengan fakta-fakta

yang terjadi di lapangan selama pengamatan pendahuluan oleh penulis.

Salah satunya adalah Bapak GJ dan Bapak UT yang tinggal di Desa Getasan

dengan masing-masing sekarang memiliki sapi jantan yang jumlahnya lebih banyak

dari jumlah sapi perah.

1.2. Identifikasi Masalah

Ternak sapi merupakan sektor usaha yang menjadi ranah pembangunan

nasional di Indonesia. Berdasarkan data yang di peroleh dari, populasi sapi yang ada

di Kecamatan Getasan pada tahun 2011,

“Populasi sapi yang terdapat di Kecamatan Getasan

mencapai 20.423 ekor sapi perah dan 855 ekor sapi pedaging

yang terdiri dari 7.145 rumah tangga pemelihara dan

pedagang. Sedangkan di Desa Getasan Sendiri terdapat 1.388

ekor sapi perah dan 0 ekor sapi potong”3.

Penulis pada saat observasi di Dusun Getasan memperoleh data jumlah sapi

pedaging yang berbeda dengan jumlah yang tercatat di Badan Pusat Statistik

Kabupaten Semarang. “Terdapat kurang lebih 600 ekor sapi pedaging di Desa

Getasan hingga akhir tahun 2012”4.

Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah sapi pedaging yang

signifikan di Dusun Getasan.

Penulis mencoba melakukan pengamatan pendahuluan terhadap beberapa

peternak sapi. Pengamatan ini di lakukan terhadap peternak sapi perah dan juga

peternak sapi pedaging milik Bapak SL,SH dan Bapak YN. Dari pengamatan

pendahuluan yang di lakukan penulis, di temukan beberapa gejala problematis :

2Widodo, Kepala Desa Desa Getasan, Wawancara, Getasan, 6 Januari 2013.

3Kecamatan Getasan, 2011, Kecamatan Getasan Dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Semarang, Semarang. 4Widodo, op.cit.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4901/2/T1_162007051_BAB I… · Latar Belakang Masalah . ... berskala kecil dengan bidang usaha

5

Bapak SL yang sebelumnya selalu menjual sapi jantan bakalan peranakan dari

sapi perahnya mulai tidak menjual sebelum di nilai layak potong.

Bapak SH yang sebelumnya tidak memelihara sapi, sekarang memelihara

sapi pedaging.

Bapak YN yang sebelumnya memiliki sapi perah 6, sekarang hanya tinggal 2

dan yang 4 di tukarkan sapi pedaging.

Kesimpulan dari 3 data di atas adalah adanya peralihan pemeliharaan dari perah

ke sapi pedaging. Peternak sapi di Dusun Getasan beralih dari sapi perah ke pedaging.

Beberapa gejala problematis tersebut menunjukkan adanya masalah. Harga

anak sapi pedaging yang menjadi cikal bakal lebih mahal tidak membuat usaha

peternakan sapi pedaging tidak diminati peternak sapi, bahkan dalam beberapa tahun

terakhir terdapat banyak peternak sapi perah yang beralih ke usaha peternakan sapi

pedaging. Risiko kerusakan kandang yang ditimbulkan oleh sapi pedaging juga lebih

besar mengingat tingkat agresifitasnya yang lebih tinggi daripada sapi perah, namun

hal ini juga tidak menyurutkan minat peternak untuk beralih dari peternakan sapi

perah ke peternakan sapi pedaging. Berdasarkan analisis gejala problematis di atas,

penelitian ini hendak menjawab beberapa pertanyaan :

1. Bagaimanakah usaha peternakan sapi pedaging di Dusun Getasan?

2. Seberapa besar tingkat kelayakan usaha peternakan sapi pedaging di

Dusun Getasan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan usaha peternakan sapi pedaging di Dusun Getasan.

2. Mengukur tingkat kelayakan usaha peternakan sapi pedaging di Dusun

Getasan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4901/2/T1_162007051_BAB I… · Latar Belakang Masalah . ... berskala kecil dengan bidang usaha

6

1.4. Signifikansi Penelitian

1.4.1. Signifikansi Teoritis

Penelitian ini hendak menguji pendapat Prajogo U. Hadi dan Nyak Ilham

yang menyatakan bahwa“Peternak yang rasional secara ekonomi akan menanamkan

modalnya pada usaha yang bisa memberikan keuntungan yang paling tinggi

baginya”5.

Dalam penelitian ini akan diukur tingkat kelayakan usaha dari usaha

peternakan sapi pedaging. Hasil pengukuran tersebut akan dijadikan alat dalam

menguji pendapat ahli tersebut.

1.4.2 Signifikansi Praktis

a. Bagi Dunia Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

bentuk penelitian diskriptif kuantitatif serta pengembangan ilmu pengetahuan

SPI.

b. Bagi Koperasi

Penelitian ini dapat digunakan oleh peternak sapi pedaging di Dusun Getasan,

Desa Getasan, Kelurahan Getasan, Kabupaten Semarang dalam merencanakan

usahanya dan atau pengembangan usaha.

c. Bagi Penulis

Memberikan pengetahuan bagi penulis dibidang kelayakan usaha ternak sapi

pedaging di Dusun Getasan, Desa Getasan, Kelurahan Getasan, Kabupaten

Semarang.

5Prajogo U. Hadi dan Nyak Ilham, 2002, Problem dan Prospek Pengembangan Usaha

Pembibitan Sapi potong di Indonesia, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi-summary.php?contentID=p3214024,

diunggah pada tanggal 28 Februari 2013.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4901/2/T1_162007051_BAB I… · Latar Belakang Masalah . ... berskala kecil dengan bidang usaha

7

1.5. Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kendala-kendala yang

menyebabkan adanya keterbatasan dari penelitian ini. Selama melaksanakan

penelitian, penulis mengalami kesulitan dalam memperoleh ijin untuk melaksanakan

penelitian di beberapa peternak. Jangkauan penulis pun hanya terbatas pada wilayah

Dusun Getasan karena terlalu banyaknya peternak sapi di Kecamatan Getasan.

Penelitian ini dibatasi pada analis tentang kelayakan usaha aspek keuangan dan

ekonomi sapi pedaging dilihat dari sisi ekonomis dan teknis di Dusun Getasan yang

melibatkan peternak sapi pedaging sebagai pelakunya. Penelitian ini terbatas pada

hal-hal tersebut mengingat keterbatasan dan ketidakmampuan penulis dalam hal

waktu, biaya dan jangkauan penulis dalam meneliti variabel-variabel lain yang

berkaitan dengan usaha peternakan sapi pedaging di Desa Getasan.